Agama Islam Dan Politik

21
AGAMA ISLAM DAN POLITIK Islam sebagai agama yang mencakup semua aspek kehidupan, tentu tidaklah melupakan atau meninggalkan permasalahan politik, yang dikenal dengan istilah “siyasah”. Islam mengandung ajaran yang berlimpah tentang etika dan moralitas kemanusiaan, termasuk etika dan moralitas politik. Karena itu, wacana politik tidak bisa dilepaskan dari dimensi etika dan moralitas. Melepaskan politik dari gatra moral-etis, berarti mereduksi Islam yang komprehensif dan mencabut akar doktrin Islam yang sangat fundamental, yakni akhlak politik. Dengan demikian, muatan etika dalam wacana politik merupakan keniscayaan yang tak terbantahkan. Kebanyakan masyarakat merasa dan mengetahui, atau bahkan meyakini, bahwa

description

Agama Islam dan Politik

Transcript of Agama Islam Dan Politik

Page 1: Agama Islam Dan Politik

AGAMA ISLAM DAN POLITIK

Islam sebagai agama yang mencakup semua aspek kehidupan, tentu tidaklah

melupakan atau meninggalkan permasalahan politik, yang dikenal dengan istilah

“siyasah”. Islam mengandung ajaran yang berlimpah tentang etika dan moralitas

kemanusiaan, termasuk etika dan moralitas politik. Karena itu, wacana politik tidak

bisa dilepaskan dari dimensi etika dan moralitas. Melepaskan politik dari gatra moral-

etis, berarti mereduksi Islam yang komprehensif dan mencabut akar doktrin Islam

yang sangat fundamental, yakni akhlak politik. Dengan demikian, muatan etika dalam

wacana politik merupakan keniscayaan yang tak terbantahkan. Kebanyakan

masyarakat merasa dan mengetahui, atau bahkan meyakini, bahwa hubungan antara

agama dan politik dalam Islam sudah sangat jelas. Yaitu bahwa antara keduanya

terkait erat secara tidak terpisahkan, sekali pun dalam segi pendekatan teknis dan

praktis dapat dibedakan. Agama adalah wewenang shahib al-syari'ah (pemilik

syari'ah), yaitu Rasulullah, melalui wahyu atau berita suci yang diterimanya dari Allah

s.w.t. Sedangkan masalah politik adalah bidang wewenang kemanusiaan, khususnya

sepanjang menyangkut masalah-masalah teknis struktural dan prosedural. Dalam hal

ini, besar sekali peranan pemikiran ijtihadi manusia.

I. APA ITU POLITIK?

Banyak orang menganggap politik itu kotor. Benarkah demikian? Sebenarnya apa

sih yang dinamakan dengan politik? Lalu, apakah kita kaum Muslim harus

menjauhinya atau terjun di dalamnya?

Kalau kita tinjau dari asal kata politik itu berasal dari bahasa yunani yaitu “polis”

dimana artinya adalah negara kota, dan dari kata polis tersebut bisa didapatkan

beberapa kata, diantaranya :

polities => warga negara

politikos => kewarganegaraan

politike episteme => ilmu politik

Politicia => pemerintahan Negara

Page 2: Agama Islam Dan Politik

Jadi kalau kita tinjau dari asal kata tersebut pengertian politik secara umum dapat

dikatakan bahwa politik adalah kegiatan dalam suatu system politik atau Negara yang

menyangkut proses penentuan tujuan dari system tersebut dan bagaimana

melaksanakan tujuannya. Namun banyak versi dari pengertian politik tersebut,

diantaranya :

1.Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional

maupun nonkonstitusional.

2.Politik adalah bermacam2 kegiatan dari suatu sistem politik (negara) yg

menyangkut proses menentukan tujuan2 dari sistem indonesia dan

melaksanakan tujuan2 itu (Mirriam Budiharjo)

3.Politik adalah perjuangan utk memperoleh kekuasaan / teknik menjalankan

kekuasaan2 / masalah2 pelaksanaan dan kontrol kekuasaan / pembentukan

dan penggunaan kekuasaan (Isjware)

4.Politik adalah pelembagaan dari hubungan antar manusia yg dilembagakan

dalam bermacam2 badan politik baik suprastruktur politik dan infrastruktur

politik (Sri Sumantri)

5.Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan

kebaikan bersama (Aristoteles)

6.Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan

negara.

7.Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan

mempertahankan kekuasaan di masyarakat.

8.Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan

kebijakan publik.

Page 3: Agama Islam Dan Politik

Untuk memahami arti dari politik dalam literatur yang banyak berkembang di

Barat, pendekatan legalitas sering digunakan. Politik diartikan sebagai urusan yang

ada hubungan lembaga yang disebut negara. Pemerintahan diartikan politik. Inilah

pengertian politik yang paling umum dan kentara. Sehingga belajar tentang ilmu

politik berarti belajar mengenai lembaga-lembaga politik, legislatif, eksekutif dan

yudikatif. Inilah definisi yang sampai sekarang masih tetap bertahan. Namun definisi

bahwa politik adalah negara tidak bisa menggambarkan dinamika dalam kehidupan

politik itu sendiri. Kalau studi politik hanya mempelajari institusi itu maka tidak bisa

menjelaskan mengapa institusi itu ada dan bagaimana proses sampai menjadi lembaga

itu seperti parlemen, pengadilan, pemerintahan. Pengertian kelembagaan juga tidak

dapat menjelaskan prose pengambilan keputusan di eksekutif misalnya. Definisi yang

menekankan legalitas gagal menjelaskan kehidupan politik yang sebenarnya. Jadi

kalau misalnya membicarakan. Oleh sebab itulah berkembang definisi politik sebagai

constrained use of social power (Goodin and Klingemann,1998). Oleh karena itu

maka baik studi politik maupun praktek politik beralih menjadi studi mengenai sifat

dan sumber keterbatasannya serta teknik-teknik menggunakan kekuasaan sosial di

dalam keterbatasannya itu.

Dalam mengartikan “power” atau kekuasaan maka pandangan ilmuwan Robert

Dahl bisa digunakan di sini. Jadi X memiliki power terhadap Y jika 1) X mampu

dengan berbagai cara Y melakukan sesuatu 2) yang disukai X dan 3) Y tidak memiliki

pilihan lain untuk melakukannya.

Di dunia Islam pun muncul beberapa pengertian mengenai politik atau Siyasah

ini. Imam Al Bujairimi dalam Kitab At Tajrid Linnafi’ al-‘Abid menyatakan Siyasah

adalah memperbaiki dan merencanakan urusan rakyat. Lalu Ibnul Qoyyim dalam

kitab ‘Ilamul Muaqqin menyebutkan dua macam politik yakni siyasah shohihah

(benar) dan siyasah fasidah (salah).

POLITIK SEBAGAI ILMU DAN SENI

Berbicara politik sebagai ilmu yang berkembang di Barat maka berkembang

Page 4: Agama Islam Dan Politik

beberapa pendekatan baik politik sebagai tugas moral sehingga politisi seharusnya

juga seorang yang bermoral, filosof dan intelek. Politik diartikan sebagai cara untuk

mencapai nilai-nilai moral yang tertinggi.

Lalu studi politik beralih dari pendekatan filosofi ke pendekatan institusi

sehingga yang menjadi politisi adalah mereka yang mengerti hukum, aturan

perundangan dan para hakim.

Selanjutnya berkembang studi politik yang menekankan kepada perilaku politik

atau dinamika politik. Dari sini lahir ilmu politik sebagai sebuah proses dalam sistem

terbuka dimana dipengaruhi factor eksternal dan internal. Jadi kehidupan politik di

dalam masyarakat atau sebuah system tidaklah ada di dalam ruang hampa.

Di dalam praktek yang selain pendekatan tradisional dalam mengaplikasikan

politik yakni sebagai sebuah kewajiban moral, atau penggunaan kekuasaan untuk

tujuan mulia, maka di Barat muncul apa yang disebut power of politics. Penggunaan

kekerasan dalam politik. Muncul istilah dari Machiavelli tujuan menghalalkan segala

cara.

Seni mengejar kekuasaan politik ini yang dilakukan di Barat pada umumnya baik

dalam skala mikro (sebuah negara,propinsi atau kabupaten) seringkali mengandalkan

kepada politik dalam arti Machiavelli yang melepaskan diri dari moral. Setelah

runtuhnya raja-raja yang digantikan dengan bentuk negara sejak abad ke 16 maka

praktek ala Barat seperti ini juga yang menular ke dunia negara berkembang seperti

Indonesia yang lahir setelah Perang Dunia II. Dan politik ini pula yang banyak

dipraktekan baik oleh politisi ataupun raja/sheikh di Dunia Islam, sebuah amal politik

yang tidak berlandaskan pada moral Islam.

Politik yang dipraktekan di banyak negara Barat inilah yang kemudian juga

terpantul dalam tata hubungan antar negara. Hubungan internasional baik dalam

tataran ekonomi and politik diwarnai oleh penekanan terhadap negara lemah. Istilah

jika Anda mau Damai siaplah perang merupakan diktum penting dalam pergaulan

internasional sehingga masalah persenjataan menjadi utama. Dominasi Barat dalam

persenjataan ini berangkat dari sebuah konsep yang disebut pendekatan realisme

Page 5: Agama Islam Dan Politik

dimana manusia ditafsirkan sebagai mahluk yang senantiasa akan

berperang/menguasai untuk memuaskan nafsunya. Hans Morgenthau salah seorang

penulis aliran realis menyatakan, International politics, like all politics, is a struggle

for power. Jadi inilah yang kemudian mewarnai negara seperti Amerika dalam

berhubungan dengan negara lain. Penggunaan kekuasaan (militer, ekonomi, politik,

budaya) sudah terbiasa dilakukan terhadap negara lain termasuk Indonesia.

POLITIK DALAM ISLAM

Yang penting dalam memahami politik dari sudut Islam sekarang ini adalah

mengenali adanya upaya untuk memisahkan salah satu cabang kehidupan manusia

yang ada urusannya dengan penggunaan kekuasaan ini dari sudut konsepsi, teori,

pandangan dan akhirnya praktek umat Islam. Umat Islam dalam kehidupan modern

ini menjadi terasing dan alergi bahkan mengartikan salah politik atau institusi politik.

Berpolitik, berpartai politik atau berkampanye dianggap sebagai sebuah tabu dan aneh

dalam kehidupan seorang Muslim. Inilah yang menjadi tragedi dalam Umat Islam

sehingga sifat Islam yang syumul menjadi terkucil manakala berbicara mengenai

pentingnya tata kenegaraan baik para pejabat dan institusinya dicelup Islam.

Untuk mengenal pemikiran yang menolak Islam dalam kancah politik kita kenal

apa yang disebut sekularisme. Inilah ajaran yang menekankan adanya pemisahan

kehidupan dunia dan agama. Dengan kata lain berbicara politik di parlemen, berbicara

Islam di mesjid. Dan tidak boleh terjadi sebaliknya atau tidak boleh terjadi bersamaa-

sama di satu tempat. Apalagi berbicara nilai-nilai Islam dalam pemerintahan/birokrasi

mungkin sesuatu yang bisa ditertawakan karena tidak wajar.

Menurut Ali bin Abdurraziq negarawan dari Mesir yang menekankan tidak ada

nash Al Quran dan Sunnah yang menjelaskan umat Islam terjun dalam politik. Islam

bukan politik dan tidak perlu berpolitik. Pendapat ini diterima di banyak kalangan

umat Islam Indonesia sebagai pandangan yang mengartikan umat Islam tidak perlu

campur tangan dalam urusan pemerintahan atau politik, cukup sebagai kekuatan

budaya yang memberi warna dalam kehidupan politik. Akibat pandangan ini maka

Islam tidak perlu dinegarakan/distrukturkan tetapi cukup semangat dan nafas Islam

Page 6: Agama Islam Dan Politik

ada dalam lembaga negara itu.

Pandangan Ali bin Abdurraziq inilah yang dominan dalam dunia Islam termasuk

di Indonesia. Pendapat ini menolak menerapkan syariah dalam kehidupan masyarakat

dengan alasan tidak ada contohnya misi Nabi Muhammad itu mendirikan negara atau

lembaga/tata pemerintahan. Misi Nabi Muhammad adalah membawa rahmat untuk

seluruh alam bukan mendirikan negara atau kekhalifahan, begitu pendapat dari

golongan yang menentang interaksi Islam kedalam politik.

Selain adanya penolakan hubungan politik dalam Islam dengan pengaturan

masyarakat, Islam dalam menggunakan kekuasaan ini, ada pula dari Barat upaya

mengaburkan peran Islam dalam perjalanan kehidupan masyarakat. Dalam literature

politik misalnya muncul istilah demokrasi. Namun begitu kekuatan Islam menang

dalam pemilu maka dibatalkan hasil pemilu, seperti di Aljazair dan bahkan dikudeta

seperti di Turki. Oleh karena itu berbicara politik maka dalam praktek ada upaya

untuk menyisihkan umat Islam dari politik dan pada saat yang sama berbagai

pandangan muncul dari Barat untuk mengaburkan nilai-nilai Islam yang ada kaitannya

dengan pengaturan masyarakat. Irak adalah contoh terakhir bagaimana

penyalahgunaan demokrasi. Untuk mendirikan demokrasi yang diinginkan Barat, Irak

diperangi, dibuat pemilu dan dibangun pemerintahan yang sebenarnya pemerintahan

boneka karena tidak bisa menentang yang memerintahkannya.

POLITIK ISLAM MASA MENDATANG

Perdebatan ilmiah mengenai Islam dan politik muncul sejak tumbangnya

kekhalifahan Islam Ottoman 1924. Sebelumnya literature mengenai pendekatan Islam

terhadap masalah kenegaraan baik dalam soal pemilihan imam, kualifikasi pemimpin

amir dan tata administrasi kekhalifahan tidak meragukan integrasi Islam dalam

politik. Setelah itulah muncul berbagai literature yang banyak dibaca kalangan umat

Islam sehingga mengaburkan jati diri Islam dalam kehidupan masyarakat dan

lembaga-lembaga yang dibangun untuk mengendalikannya.

Oleh karena itulah sebenarnya dengan terbukanya studi-studi baru mengenai

Page 7: Agama Islam Dan Politik

Islam dan politik maka ada beberapa hal untuk masa depan politik Islam. Pertama,

definisi holistik menyeluruh, syumuliyah Islam akan menyelesaikan kontradikisi dan

pertentangan diantara umat Islam sendiri mengenai apa yang seharusnya dilakukan

baik secara ilmiah maupun praktis dalam mengelola hal-hal kenegaraan atau hal-hal

yang berkaitan dengan kekhalifahan, bila sudah berdiri di masa mendatang.

Hasan Al Banna mengatakan politik segala hal yang berkaitan dengan

memikirkan (dan bertindak) tentang persoalan internal dan eksternal ummat. Konsep

Islam yang menyeluruh mengenai kehidupan tergambar dalam Al Quran sendiri yang

mengatur seluruh tindak tanduk dan sepak terjang mulai dari sosial, ekonomi dan

kenegaraan. Bahkan dalam praktek Rasulullah sendiri pengelolaan kekuasaan di

Madinah dilembagakan dalam Piagam Madinah. Jelas di sini, konsep dan contoh tidak

ada kontradiksi seperti terjadi di sebagian kalangan umat Islam.

Kedua, mengingat asingnya keteribatan umat Islam dalam kehidupan politik

kenegaraan maka menghilangkan kecanggungan itu perlu dilakukan secara berangsur-

angsur. Politik sebagai seni mengatur masyarakat untuk mencapai Ridha Allah

seharusnya dipraktekkan oleh kalangan umat Islam yang komit dengan tujuan-tujuan

Islami. Pengenalan partai politik berasas Islam dengan perangkat leadership,

administrasi dan struktur yang modern akan memberikan rasa percaya umat kepada

adanya sebuah konsep yang hidup dalam praktek.

Amal yang kentara dalam mengatur kekuasaan yang adil oleh pelaku kenegaraan

memberikan kemakmuran serta kepercayaan masyarakat terhadap Islam sebagai masa

depan pengaturan politik.

Ketiga, karena politik tidak hanya seni mengatur kekuasaan dalam tingkat sebuah

entitas politik, maka studi dan praktek politik di era globalisasi perlu dilakukan di

tataran internasional. Dengan semakin tipisnya batas territorial dan kedaulatan sebuah

bangsa atau negara maka sudah selayaknya perlu dimasukkan faktor eksternal dalam

interaksi politik lokal. Banyak kasus menunjukkan kepentingan eksternal

menyebabkan terjadinya masalah dalam sebuah kehidupan politik. Contohnya, perang

Irak lebih disebabkan karena individu bukan oleh sebuah masalah sebuah negara.

Page 8: Agama Islam Dan Politik

PENUTUP

Menjelaskan konsep bahwa politik sebenarnya dilakukan setiap masyarakat

primitif atau modern karena sifat dan karakter manusia serta jawaban ilmiah Islam

terhadap tuntutan kehidupan politik memang perlu waktu. Bahkan di kalangan aktifis

saja masih ada sebuah anggapan bahwa berpolitik tidak dilakukan dalam Islam.

Menekankan sejarah Rasulullah SAW serta praktek-praktek kontemporer akan

mengingatkan keagungan Islam dalam menggunakan kekuasaan untuk mencapai

tujuan kehidupan manusia sebagai khalifah fil ardhi dan Abdullah sekaligus

menyadari pentingnya politik dalam kehidupan Islam.

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki

peran utama dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi

kehidupan masyarakat, negara dan Islam diperlukan ijtihad yang akan memberikan

pedoman bagi anggota parlemen atau politisi dalam menjelaskan hujahnya dalam

berpolitik. Dan interaksi umat Islam yang hidup dalam alam modern ini dengan

politik akan memberikan pengalaman dan tantangan baru menuju masyarakat yang

adil dan makmur. Berpolitik yang bersih dan sehat akan menambah kepercayaan

masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang Islam mengatur seluruh aspek

mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.