ACNE VULGARIS.docx
-
Upload
rizkipujii -
Category
Documents
-
view
22 -
download
2
Transcript of ACNE VULGARIS.docx
ACNE VULGARIS
Acne vulgaris adalah peradangan folikel sebasea yang ditandai oleh komedo, papula,
pastula, kista, dan nodulus di tempat predileksinya, yaitu wajah, leher, badan atas, dan lengan
atas. Penyakit ini terutama terjadi pada remaja dan biasanya berinvolusi sebelum usia 25 tahun
namun bisa berlanjut sampai usia dewasa. Acne vulgaris terutama timbul pada kulit yang
berminyak berlebihan akibat produksi sebum berlebihan ditempat dengan glandula sebasea yang
banyak.
PATOFISIOLOGI
Proses terbentuknya dimulai dengan adanya radang saluran kelenjar minyak kulit,
kemudian dapat menyebabkan sumbatan aliran sebum yang dikeluarkan oleh kelenjar sebasea di
permukaan kulit, sehingga timbul erupsi ke permukaan kulit yang dimulai dengan komedo.
Proses peradangan selanjutnya akan membuat komedo berkembang menjadi papul, pustul, nodus
dan kista. Bila peradangan surut terjadi jaringan parut.
Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan akne yaitu hiperproliferasi folikel
epidermal dengan rangkaian penutupan folikel,kelebihan sebum,aktivitas Propionibacterium
acnes,dan inflamasi.
1. Hiperproliferasi foikel epidermis,dapat dijelaskan oleh 3 teori yaitu :
a. Teori hormone androgen.Pada masa adrenarche didapatkan penutupan folikel
sebasea yang mengakibatkan munculnya komedo selain itu beratnya komedo pada
usia remaja berbanding lurus dengan nilai androgen adrenal dehydroiandrosterone
sulfate (DHEA-S) dan peningkatan reseptor androgen pada folikel sebasea.
b. Perubahan komposisi lemak kulit.Penderita akne sering disertai dengan kelebihan
produksi sebum dan kulit yang berminyak.Kelebihan sebum ini akan terlarut
dalam lemak epidermal dan merubah berbagai konsentrasi berbagai lemak
termasuk penurunan asam linoleat.
c. Inflamasi,Interleukin (IL)- 1-Alpha adalah sitokin pro inflamatori yang dipakai
jaringan dalam memicu terjadinya hiperproliferasi folikel epidermal.
2. Kelebihan sebum juga menjadi faktor lain terbentuknya akne.Produksi dan akskresi
sebum diatur oleh beberapa hormon dan mediator.Hiperresponsif organ terhadap
hormon androgen,hormon pertumbuhan menjadi penyebab timbulnya akne.
3. Propionibacterium acnes adalah organisme mikroaerofili yang didapatkan pada akne.
Propionibacterium acnes menstimulasi inflamasi melalui produksi mediator
proinflamasi yang dapat berdifusi melalui dinding folikel.Selain itu juga mengaktivasi
toll-like receptor 2 pada monosit dan netrofil yang akan memicu produksi berbagai
sitokin proinflamatori misalnya IL-12,IL-8,dan TNF.
4. Inflamasi dapat terjadi primer maupun sekunder karena Propionibacterium acnes.
PATOGENESIS
Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks dipengaruhi banyak faktor dan kadang-kadang masih
controversial. Asam lemak bebas yang terbentuk dari trigliserida dalam sebum menyebabkan
kekentalan sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan saluran pilosebasea serta reaksi radang
disekitarnya (komedogenik). Pembentukan pustula, nodus, dan kista terjadi sesudahnya.
Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne :
1. Kenaikan sekresi sebum
Acne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar sebasea
membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Terdapat korelasi antara acne dan
produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum dibawah pengaruh hormon
androgen. Pada penderita acne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal
berada dalam darah ( testosteron ) kebentuk metabolit yang lebih aktif ( 5-alfa
dihidrotestosteron ). Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya
menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.
Meningkatnya produksi sebum pada penderita acne disebabkan oleh respon organ akhir
yang berlebihan ( end-organ hyperresponse ) pada kelenjar palit terhadap kadar normal
androgen dalam darah. Terbukti bahwa, pada kebanyakan penderita, lesi acne hanya
ditemukan dibeberapa tempat yang kaya akan kelenjar palit.
Acne mungkin juga berhubungan dengan komposisi lemak. Sebum bersifat
komedogenik tersusun dari campuaran skualen, lilin ( wax ), ester dari sterol, kholesterol,
lipid polar, dan trigliserida. Pada penderita acne terdapat kecenderungan mempunyai kadar
skualen dan ester lilin ( wax ) yang tinggi, sedangkan kadar asam lemak terutama asam
leinoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungan dengan terjadinya hiperkeratinisasi pada
kelenjar sebasea.
2. Adanya keratinisasi folikel
Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korniosit
dalam saluran pilosebasea.
Hal ini dapat disebabkan :
a. Bertambahnya erupsi korniosis pada saluran pilosebasea
b. Pelepasan korniosit yang tidak adekuat
c. Kombinasi kedua faktor diatas.
Bertambahnya produksi korniosit dari sel keratinosit merupakan salah satu sifat komedo.
Terdapat hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam linoleik dalam sebum.
Menurut Downing, akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi penurunan
konsentrasi asam lenolik. Hal ini dapat menyebabkan defisiensi asam lenoleik pada epitel folikel,
yang akan menimbulkan hiperkeratosis folikuler dan penurunan fungsi barier dari epitel. Dinding
komedo lebih mudah ditembus bahan-bahan yang menimbulkan peradangan. Walaupun asam
lenoleik merupakan unsur penting dalam seramaid-1, lemak lain mungkin juga berpengaruh pada
patogenesis akne. Kadar sterol bebas juga menurun pada komedo sehingga terjadi ketidak
seimbangan antara kholesterol bebas dengan kholesterol sulfat sehinggga adhesi korneosit pada
akroinfundibulum bertambah dan terjadi hiperkeratosis folikel.
3. Bakteri
Tiga macam mikroba yang terlibat dalam patogenesis acne adalah
Corynebakterium acne, Stafylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale ( malazzea
furfur ). Adanya sebore pada pubertas biasanya disertai dengan kenaikan jumlah
corynebacterium acne, tetapi tidak ada hubungan dengan jumlah bakteri pada permukaan
kulit atau dalam saluran pilosebasea dengan derajat hebatnya acne. Tampaknya ketiga
macam bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses patologis acne. Beberapa lesi
mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup, sedangkan pada lesi yang lain
mikroorganisme mungkin memegang peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada
lamanya masing-masing lesi. Apakah bakteri yang berdiam dalam folikel ( residen
bacteria ) mengadakan eksaserbasi tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel
tersebut. Menurut hipotesis Saint-Leger skualen yang dihasilkan oleh kelenjar palit
dioksidasi dalam kelenjar folikel dan hasil oksidasi ini dapat menyebabkan terjadinya
komedo. Kadar oksigen dalam folikel berkurang dan akhirnya menjadi kolonisasi C.
Acnes. bakteri ini memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan dalam folikel akan
menjadi katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen, sehingga oksigen dalam folikel
tambah berkurang lagi. Penurunan tekanan oksigen dan tingginya jumlah bakteri ini dapat
menyebabkan peradangan folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan mengapa akne hanya
dapat terjadi pada beberapa folikel, sedangkan folikel yang lain tetap normal
4. Peradangan ( inflamasi )
Faktor yang menyebabkan peradangan pada acne belum diketahui dengan pasti.
Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk yang dihasilkan oleh C.Acnes seperti
lipase, hialuronidase, protease, lesitinase dan nioranidase, memegang peranan penting
dalam proses peradangan.
Faktor kemotaktik yang berberat molekul rendah ( tidak memerlukan komplemen
untuk bekerja aktif ), bila keluar dari folikel, dapat menarik leukosit nucleus polimorfi
( PMN ) dan limfosit. Bila masuk kedalam folikel, PMN dapat mencerna C. Acnes dan
mengeluarkan enzim hidrolitik yang bisa menyebabkan kerusakan dari folikel sebasea.
Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin. Bahan keratin yang sukar larut,
yang terdapat di dalam sel tanduk serta lemak dari kelenjar palit dapat menyebabkan
reaksi non spesifik, yang disertai makrofag dan sel-sel raksasa.
Pada masa permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh C.Acnes, juga terjadi
aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif (classical and alternative complement
pathways). Respon penjamu terhadap mediator juga amat penting. Selain itu antibody
terhadap C.Acnes juga meningkat pada penderita acne hebat.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Bertujuan untuk mencegah terjadinya erupsi (preventiv) dan usaha untuk menghilangkan
jerawat yang terjadi (kuratif), mencegah pembentukan komedo (dengan peeling agents),
mencegah pecahnya micro komedo atau melemahkan reaksi radang yang berlangsung (denan
antibiotika),mempercepat resolusi lesi yang beradang (dengan sinar ultra
violet,pembekuan,bahan iritan,dsb)
1. Cuci muka dengan sabun dan air hangat 2 kali sehari. Melakukan perawatan kulit
( tidak hanya wajah ) secara rutin dan teratur, misalnya teratur mencuci muka
setelah pulang dari berpergian.
2. Jangan memencat atau memijit-mijit lesi yang ada
3. Mencegah pemakaian kosmetik yang berminyak. Penggunaan kosmetika
secukupnya dan sewajarnya ( baik jumlah atau banyaknya dan lamanya ).
4. Jangan mencuci muka berlebihan dengan sabun (6 – 8 kali sehari) karena sabun
bersifat komedogenikdan dapat menyebabkan akne detergen
5. Sabun-sabun bakteriostatik yang biasanya mengandung bahan-bahan heksaflofen
trikarbaninid,dan chlorinated salicylanilidies dapat mengurangi flora aerobik kulit
tetapi tidak ada efek terhadap Propionibacterium acnes
6. Hindari menggosok kulit (scrubbing) atau mencuci wajah secara berlebihan sebab
tidak membuka atau membersihkan pori dan mungkin berdampak pada iritasi
kulit.
7. Penggunaan zat pembersih yang lembut dan yang tidak menyebabkan kering
penting diperhatikan untuk menghindari iritasi dan kulit kering selama terapi
acne.
8. Jangan biarkan rambut menutupi daerah wajah. Rambut terutama yang kotor,
dapat memperburuk kondisi pori-pori yang tersumbat.
9. Asupan gizi seimbang juga bermanfaat membantu menjaga kesehatan kulit
usahakan untuk tetap rileks. Stres diketahui merupakan salah satu faktor penyebab
timbulnya akne.
10. Diet rendah lemak dan karbohidrat
11. Hidup teratur dan seimbang, cukup istirahat, olahraga, dan hindari stress.
12. Menghindari polusi, debu, asap ( rokok, pabrik, kendaraan bermotor, dll ), rokok,
minuman keras, semua yang bercita rasa pedas.
13. Mengetahui dan memahami informasi tentang jerawat dari berbagai literature.