Askep Acne Vulgaris
-
Upload
yogi-rockfaster -
Category
Documents
-
view
348 -
download
0
Transcript of Askep Acne Vulgaris
Kata Pengantar
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada Pasien Akne Vulgaris.”
Kami menyadari bahwa tulisan dari makalah ini jauh dari kesan sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Kami juga
tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca, jika pada makalah ini
ada kesalahan cetak, susunan, dan sistematika yang lolos dari pengamatan kami. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
”Om Santhi,Santhi,Santhi,Om”
Denpasar, September 2012
Penulis
1 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................................................2
BAB I3PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................3
B. TUJUAN.....................................................................................................................................3
C. MANFAAT..................................................................................................................................3
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKNE VULGARIS.............................................4
I. KONSEP DASAR TEORI.............................................................................................................4
A. DEFINISI................................................................................................................................4
B. ETIOLOGI..............................................................................................................................5
C. EPIDEMOLOGI.....................................................................................................................7
D. GEJALA KLINIS....................................................................................................................7
E. PATOFISIOLOGI......................................................................................................................7
F. DIAGNOSA................................................................................................................................8
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...........................................................................................8
H. PENATALAKSANAAN..........................................................................................................8
I. KOMPLIKASI...........................................................................................................................10
J. PROGNOSIS...........................................................................................................................10
II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKNE VULGARIS...........................................12
A. Pengkajian...........................................................................................................................12
B. Diagnosa..............................................................................................................................13
C. Rencana Keperawatan.......................................................................................................13
D. Evaluasi................................................................................................................................19
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................20
A. Kesimpulan..............................................................................................................................20
B. Saran........................................................................................................................................20
Daftar Pustaka.........................................................................................................................................21
2 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
BAB I
PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG
Penyakit kulit yang sering ditemukan namun tidak fatal, tetapi cukup merisaukan
karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya
keindahan wajah penderita yaitu akne atau jerawat.
Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia
remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak minyak.
Keadaan ini cenderung diturunkan dalam kelurga dan sama sekali tidak berbahaya. Tetapi
beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan
kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Sayang sekali, sampai saat ini belum ada cara
penyembuh yang tuntas, meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Untungnya,
kondisi ini akan mengalami perbaikan dengan bertambahnya usia.
B. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah kami pada mata
kuliah Sistem Integumen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk membuat kami
memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan akne
vulgaris.
C. MANFAAT
Manfaat dibuatnya makalah ini dapat kami jelaskan sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang pengertian akne vulgaris.
2. Mengetahui tentang penyebab dari akne vulgaris.
3. Mengetahui tentang tanda dan gejala dari akne vulgaris.
4. Mengetahui tentang penanganan dari penyakit akne vulgaris.
5. Mengetahui tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan
akne vulgaris.
3 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKNE VULGARIS
I. KONSEP DASAR TEORI
A. DEFINISI
Akne vulgaris atau biasa disebut juga dengan jerawat adalah peradangan kronik
folikel filosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista
pada daeah-faerah predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior,
dada, dan punggung (Ilmu Penyakit Kulit, Marklali Harahap, 2000).
Akne merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar
sebasea.Penyakit ini dapat bersifat minor dengan hanya komedo atau peradangan
dengan pustule multiple atau kista.Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia
remaja dan dewasa muda, dan akan menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar
20-30 tahun.Walaupun demikian ada banyak juga orang setengah baya yang
mengalami serangan akne.Akne biasanya disebabkan oleh tingginya sekresi
sebum.Androgen telah diketahui sebagai perangsang sekresi sebum, dan estrogen
mengurangi produksi sebum.Tanpa androgen kelenjar sebasea akan tetap kecil.Akne
tidak terdapat pada laki-laki yang dikastrasi sebelum pubertas atau pada perempuan
yang sudah diooforektomi.
Suatu awitan mendadak serangan akne yang disertai hirsutisme atau kelainan
menstruasi mungkin menunjukkan adanya gangguan endokrin pada pasien
prempuan.Akne pada prempuan yang berusia sekitar 20-an, 30-an dan 40-an sering kali
disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya dari minyak dan
menimbulkan komedo.Faktor-faktor mekanik, seperti mengusap, menggesek, tekanan,
dan meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebasea dapat memperburuk akne
yang sudah ada.Dari penyebab mekanik yang paling sering menimbulkan akne adalah
helm yang dipakai pemain football Amerika, plester operasi, kerah kemeja.Agen
4 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
komedogenik seperti petrolatum dan kosmetik yang mengandung minyak juga dapat,
merangsang akne.
Akne merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar sebasea.
(SylviaA. Pric, 2006).
Jadi akne vulgaris adalah penyakit kulit akibat peradangan kronik pada
kelenjarsebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis
berupakomedo, papul, postul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya.
B. ETIOLOGI
Berbagai faktor. Penyebab akne sangat banyak (multifaktorial), antara lain : genetik,
endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari
kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes),
kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh:
1. Sebum
sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu
disertai pengeluaran sebore yang banyak.
2. Bakteria
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah corynebacterium acnes,
Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang
terpenting yakni C. Acnes yang bekerja secara tidak langsung.
3. Herediter
Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit
(glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne,
kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.
4. Hormon
Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar
palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari testes dan
kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertamabah
besar dan produksi sebum meningkat.
Pada penyelidikan Pochi, Frorstrom dkk. & Lim James didapatkan bahwa
konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan
5 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
yang tidak menderita akne.Berbeda dengan wanita, pada testosteron plasma sangat
meningkat pada penderita akne.
Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi
sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar
hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.
Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologik tak mempunyai efek terhadap
efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi,
akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual.
5. Iklim
Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah hebat pada
musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas.
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit.
Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas
dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada dibagian dalam kelenjar
palit. Sinar UV juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu
menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea.
Menurut Cunliffe, pada musim panas didapatkan 60% perbaikan akne, 20% tidak
ada perubahan, dan 20% bertambah hebat. Bertambah hebatnya akne pada musim
panas tidak disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh banyaknya keringat pada
keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut.
6. Psikis
Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui.
Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis,
sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang
baru, teori lain mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya
produksi hormon androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak
dalam sebum pun meningkat.
7. Kosmetik
Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu, secara terus menerus dalam waktu
lama, dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari
komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Bahan yang
sering menyebabkan akne ini terdapat pada berbagai krem muka seperti bedak
dasar (faundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari
6 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
(sunscreen), dan krem malam. Yang mengandung bahan-bahan, seperti lanolin,
pektrolatum, minyak tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni (butil stearat,
lauril alcohol, dan bahn pewarna merah D &C dan asam oleic). Jenis kosmetika yang
dapat menimbulkan akne tak tergantung pada harga, merk, dan kemurnian
bahannya.
C. EPIDEMOLOGI
Insiden akne vulgaris 80-100% pada usia dewassa muda, yaitu umur 14-17
tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria. Meskipun demikian akne vulgaris dapat
pula terjadi pada usia lebih muda atau lebih tua dari pada usia tersebut.
Meskipun kebanyakan jerawat terjadi pada masa remaja atau dewasa muda,
tetapi dalam kenyataannya jerawat juga timbul pada berbagai golongan usia lainnya.
D. GEJALA KLINIS
Keluhan yang sering timbul biasanya lebih karena gangguan estetik atau
keindahan yang dirasakan oleh penderita, bukan karena gangguan fisik kesehatan
secara umum. Memang kadang-kadang jerawat menyebabkan rasa gatal yang
mengganggu atau bahkan rasa sakit, tetapi umumnya tidak ada efek menyeluruh pada
tubuh yang ditimbulkan.
Penderita biasanya mengeluh adanya erupsi kulit pada tempat-tempat predileksi,
yakni di muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas, dan lengan bagian atas. Dapat
disertai rasa gatal. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista. Isi
komedo ialah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya pus dan darah.
E. PATOFISIOLOGI
Jerawat merupakan penyakit yang melibatkan folikel pilosebasea (kompleks
folikel rambut dan kelenjar sebasea) pada wajah, leher, dada, dan punggung atas. Tiga
factor patofisiologi berperan dalam pertumbuhan jerawat yaitu kelebihan produksi
sebum, komedogenesis, dan pertumbuhan propionibacterium acnes yang berlebihan.
Distribusi akne sejalan dengan daerah yang mengandung kelenjar sebasea, dan
timbul pada wajah, leher, dada, punggung dan bahu.Lesi paling dini yang tampak pada
kulit adalah komedo.Komedo putih atau komedo tertutup kemungkinan besar akan
berkembang menjadi papula dan pustule.Komedo hitam atau komedo terbuka memiliki
sumbatan berwarna gelap yang menutup saluran pilosebasea.Komedo ini menghalangi
7 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
aliran sebum ke permukaan.Sebum, bakteri (Propionibacteriumacnes), dan asam-asam
lemak diduga menyebabkan perkembangan peradangan di sekeliling saluran
pilosebasea dan kelenjar sebasea.
Komedogenesis (pembentukan komedo) menyebabkan lesi non inflamasi yang
dapat berupa komedo terbuka (bintil hitam) atau komedo tertutup (bintil putih). Inflamasi
terjadi bersamaan dengan proliferasi propionibacterium acnes, organism jinak yang
selaluada di kulit, yang menghasilkan papula, pustule, nodul, dan kista.Perhatian remaja
pada penampilan dirinya menggoda mereka untuk memencet,menyentuh, meremas,
dan memanipulasi lesi. Hal ini memainkan peranan penting dalamkemunculan jerawat
secara terus menerus da kemungkinan menyebabkan infeksisekunder. Selain itu pemberian krim
dan minyak, termasuk dasar riasan wajah yang beratdapat memperburuk jerawat.
(pathway terlampir).
F. DIAGNOSA
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskokleasi
sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna).
Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa
lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
`Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa
sebukan sel radang kronis di sekitar folikel sebasea dengan massa sebum di dalam
folikel. Pada kista, radang sudah menghilang di ganti dengan jaringan ikat pembatas
massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada
etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan laboratorium mikrobiologi yang
lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.
Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat
pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas (free
fatty acid) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara
untuk menurunkannya.
H. PENATALAKSANAAN
8 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
1. Non-Farmakologi
a. Perawatan muka
Pemakaian sabun bakteriostatik dan deterjen tidak dianjurkan, bahkan
pemakaian sabun berlebihan bersifat aknegenik dan dapat menyebabkan akne
bertambah hebat.
Menurut Plewig Kligman tak terbukti bahwa muka kurang di cuci akan
bertambah hebat atau terlalu seing mencuci muka ada gunanya. Mencuci muka
hanya menghilangkan lemak yang ada dipermukaan kulit, tetapi tidak
mempengaruhi lemak yang ada di dalam folikel.
b. Pemakean kosmetik dan bahan kimia
Bahan-bahan yang bersifat aknegenik lebih berpengaruh pada penderita
akne. Bahan ini dapat membentuk komedo lebih cepat dan lebih banyak pada
kulit penderita akne. Sebaiknya pasien dianjurkan untuk menghentikan
pemakaian kosmetik yang tebal dan hanya memakai kosmetik yang ringan,
yang tidak berminyak serta tidak mengandung obat (non medicated).
c. Emosi dan faktor psikosomatik
Pada orang-orang yang mempunyai predisposisi akne stress dan emosi
dapat menyebabkan eksaserbasi atau aknenya bertambah hebat. Perlu pula
dianjurkan untuk tidak memegang-megang, memijit dan menggosok akne,
sebab dapat menyebabkan keadaan yang disebut “ akne mekanika”.
2. Farmakologi
a. Obat-obat Topikal
1) Retinoid topical meliputi:
Tetrinoin (as.retinoat) gel,krim,solusia:0,01-0,1%
Isotetrion gel
Adapalen gel,krim solusio:0,1%
Tazaroten gel, krim:0,05-0,1%
2) Agen keratolitik
Sulfur 3-10%
As. Salisilikum
9 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
Resorsinol
3) Agen antibiotic
Eritromisin gel, solusio 1%
Klindamisin gel, solusio 1%
Benzoil peroksida gel 2,5-5%
b. Obat-obat Sistemik
1) Agen antibiotik, dengan anjuran pengobatan selama 3 bualn. Alternative
pengobatan meliputi:
Tetrasiklin 3 x 250 mg/hari-2 x 500 mg/hari
Doksisiklin 2 x 50-100 mg/hari
Lymecycline 1 x 150-300 mg/hari
Minosiklin 2 x 20-100 mg/hari
Klindamisin 2-3 x 150-300 mg/hari
Eritromisin 2-3 x 500 mg/hari
Linkomisin 2-3 x 250-500 mg/hari
2) Terapi hormone
Siproteron asetat 2 mg dikombinasikan dengan etinil estradiol 35 mg
I. KOMPLIKASI
Jaringan parut dapat terbentuk pada kasus yang parah. Rasa percaya diri
dapatterganggu. (Elizabeth J. Cowin, 2001).Infeksi. Kepada pasien wanita yang
mendapatkan terapi antibiotik jangka panjang dengan tertasiklin harus disarankan untuk
terus mengamati dan melaporkan tanda-tandaserta gejala kandidiasis oral atau vaginal,
yaitu suatu infeksi jamur mirip ragi. (Bruner &Suddarth, 2002).
J. PROGNOSIS
Umumnya prognosis penyakit baik, tetapi sebagian penderita sering residif. Akne
vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi akne
vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu
10 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
rawat inap di rumah sakit. Namun ada yang sukar diobati, mungkin ada faktor genetika.
Bila banyak sikatrik bisa dilakukan dermabrasi oleh yang ahli.
11 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKNE VULGARIS
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Dalam melakukan pengkajian anamnesis, perawat perlu menggali persepsi
pasien mengenai faktor-faktor yang memicu peningkatan intensitas akne atau yang
membuat lesi semakin parah, seperti makanan dan minuman, gesekan atau
tekanan dari pakain seperti kerah baju, helm, tali helm atau pita kepala, atau trauma
akibat upaya untuk memijet keluar komedo dengan tangan.Adanya ketidaksesuaian
atau kesalahan persepsi dari pasien tentang faktor-faktor tersebut dapat menjadi
data dasar dalam memberikan intervensi keperawatan pada masalah keperawatan
penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif.
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang didapatkan adanya keluhan lain
yaitu efek sekunder dari peradangan, seperti misalnya gatal yang berlebihan,
masalah plain pada kulit yang dialami.
b. Riwayat Penyakit terdahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu diperlukan sebagai sarana dalam
pengkajian preoperative, serta penting untuk ditanyakan mengenai adanya
program pengobatan akne atau pasien berusaha mengobati sendiri dengan
berbagai produk komersial yang terdapat di pasaran. Buat daftar lengkap yang
memuat nama-nama preparat kosmetik, krim, obat, pelembap kulit, dan
preparat akne yang dibeli di toko-toko obat, serta baru saja digunakan oleh
pasian harus di peroleh.
c. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial biasanya didapatkan kecemasan akan nyeri hebat atau
akibat respons pembedahan. Pada beberapa pasien juga didapatkan
mengalami ketidakefektifan koping berhubungan dengan perubahan peran
dalam keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
12 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
Pada pemeriksaan status lokalis kulit pasien diregangkan dengan hati-hati dan
kemudian lesinya diinspeksi pada saat melakukan pemeriksaan jasmani.Komedo
yang tertutup (yang merupakan precursor untuk terjadinya lesi inflamatori yang
lebih besar) tampak seperti papula kecil yang agak menonjol.Komedo yang tebuka
akan terlihat datar atau agak menonjol dengan pemadatan bagian tengah
folikel.Ciri-ciri lesi inflamatori (papula,pustule,nodul,kista) harus dicatat.
Apabila lesi utama akne mengalami peradangan akan disertai papula, pustul,
nodula, dan kista.Lesi nodula-kistik yang mengalami peradangan dapat terasa gatal
dan nyeri tekan, bila pecah dapat mengeluarkan pus.Lokasi terutama pada muka,
dada, dan punggung. .
B. Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit
2. Nyeri b/d proses peradangan
3. Gangguan citra tubuh b/d keadaan luka
4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakitnya
5. Resiko terjadi penyebaran infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat
C. Rencana Keperawatan
Dx 1: Kerusakan integritas kulit b.d kerusakan permukaan kulit
Tujuan dan Kreteria Hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
diharapkan integritas kulit mengalami perbaikan dengan kreteria hasil: penurunan
jumlah lesi dan pembentukan jaringan parut minimal.
No Intervensi Rasional
1. Mandiri:
Kaji tingkat kerusakan integritas kulit yang
dialami oleh pasien.
Membantu dalam rehabilitasi dan
pemilihan intervensi selanjutnya untuk
pasien.
2. Dorong klien untuk menghindari semua
bentuk friksi (menyentuh, menggaruk dengan
tangan) pada kulit
Mencegah penularan bakteri yang
dapat memperparah infeksi pada lesi
kulit
3. Anjurkan pasien untuk dapat merawat kulit Perawatan kulit yang benar
13 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
dengan bersih dan benar. mengurangi resiko terakumulasinya
kotoran di kulit
4. Motivasi pasien untuk tetap mengkonsumsi
obat dan makanan yang mengandung cukup
gizi
Untuk memperlancar proses
penyembuhan.
5. Observasi terhadap eritema dan palpasi area
sekitar terhadap kehangatan
Kehangatan merupakan tanda adanya
infeksi.
6. Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian antibiotik topical
Untuk menghambat pertumbuhan
bakteri
Dx 2: Nyeri b.d proses peradangan
Tujuan dan Kreteria Hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. x 24
jam diharapkan nyeri pasien berkurang atau hilang denga kreteria hasil: menyatakan
secara verbal nyeri berkurang atau hilang dengan skala nyeri (0-1)
No Intervensi Rasional
Mandiri:
Kaji respons nyeri dengan pendekatan
PQRST
Pendekatan komprehensif untuk
menentukan
Lakukan menejemen nyeri keperawatan:
Istirahatkan klien pada saat nyeri muncul
Istirahat secara fisiologis akan
menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolism basal
Tingkatkan pengetahuan mengenai
sebab-sebab nyeri yang
menghubungkan beberapa lama nyeri
akan berlangsung
Pengetahuan yang akan dirasakan
membantu mengurangi nyerinya dan
dapat membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana
terapiutik.
Kolaborasi:
Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
14 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
Kolaborasikan dengan tim medis
mengenai pemberian analgesic
nyeri akan berkurang.
Dx 3: Gangguan citra tubuh b.d rasa malu terhapad keadaan luka dan penampilannya
Tujuan dan Kreteria Hasil: Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama .... x 24 jam
Diharapkan citra diri pasien meningkata dengan kreteria hasil: mampu menyatakan atau
mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasai dan perubahan yang sedang
terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap kondisi tubuh.
No Intervensi Rasional
1. Kaji perubahan dari gangguan persepsi
dan hubungan dengan derajat
ketidakmampuan.
Menentukan bantuan individu dalam
menyusun rencana perawatan aatau
pemilihan interevensi.
2. Identivikasi arti dari kehilangan atau
disfungsi pada pasien.
Beberapa pasien dapat menerima secara
efektif kondisi perubahan yang sedang
dialaminya, sedangan yang lain
mempunyai kesulitan dalam menerima
perubahan fungsi yang dialaminya,
sehingga ,memberikan dapak kondisi
koping maladaptif.
3. Anjurkan orang yang terdekat untuk
mengizinkan pasien untuk melakukan
sebanyak-banyaknya hal-hal untuk
dirinya.
Menghidupak kembali persaan
kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri, serta
mempengaruhi proses rehabilitasi.
4. Anjurkan untuk berbagi dengan individu
tentang nilai-nilai dan hal-hal yang
penting untuk mereka
Dengan mengungkapkan, saling berbagi,
dapat mengurangi beban secara psikologis
Dx 4: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakitnya
15 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
Tujuan dan Kreteria Hasil: Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam
diharapakan pengetahuan pasein mengenai penyakit meningkat dengan kreteria hasil:
menyatakan terpenuhinya informasi tentang penyakit, prosedur pengobatan, jadwal control
ke dokter ahli kulit, pencegahan dan perawatan kulit.
No Interevensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang
akne vulgaris.
Pengetahuan tentang akne vulgaris,
pengobatan akne yang rasional, jadwal
control, upacaya pencegahan, dan
perawatan kulit yang konprehensif dapat
membantu peningkatan proses
penyembuhan.
2. Kaji persepsi pasien tentang akne
vulgaris.
Sebagian besar pasien akne vulgaris
mempunyai persepsi yang salah terhadap
bagaimana cara dalam menurunkan
kondisi akne sehingga kondisi ini dapat
memicu peningkatan intensitas akne atau
yang membuat lesi semakin parah dengan
manifestasi pada infeksi kulit melalui lesi
dari akne vulgaris.
3. Jelasakan mengenai pentingnya
pengobatan topical dan sistemik.
Pemberian pengobatan dirumah
dibutuhkan untuk mengurangi kerusakan
pada kulit.
4. Tingkatkan kepatuhan dan pemahaman
akan terapi.
Dengan meningkatkan kepatuhan dan
pemahaman akan terapi yang akan
menurunkan intensitas akne dan
menurunkan risiko infeksi klit pada lesi
akne vulgaris. Upaya penjelasan yang
diberikan oleh perawat akan meningkatkan
kepatuhan pasien akan penatalaksanaan
program terapuitik.
5. Anjurkan pada pasien yang
menggunakan antibiotic jangka panjang
Kepada pasien wanita yang menggunakan
antibiotik jangka panjang seperti tetrasiklin
16 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
untuk segera memereksakan diri bila
ada perubahan.
harus disarkan untuk terus mengamati dan
melaporkan tanda-tanda, serta gejala
kondidiasis oral dan vaginal, yang suatu
infeksi jamur mirip ragi
6. Meningkatkan cara hidup sehat seperti
intake makanan yang baik,
keseimbangan anatara aktivitas dn
istirahat, serta monitor status kesehatan
dan adanya infeksi.
Meningkatkan terhadap system imun dan
pertahanan terhadap infeksi.
Dx 5: Resiko infeksi berhubungan dengan terbentuknya pus pada pustule
Tujuan dan kreteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam
diharapan infeksi tidak terjadi dengan kreteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan, panas pada luka.
No Intervensi Rasional
1. Ajarkan pasien agar dapat
mengidentifikasikan perubahan yang
terjadi pada kulit sedini mungkin.
Memandirikan pasien terhadap tanda-
tanda infeksi, agar pasien dapat
melakukan pengobatan secepat
mungkin ketika terjadi perubahan pada
kulitnya
2. Demonstrasikan perawatan kulit dan
tekankan pentingnya tehnik aseptik.
Perawatan kulit yang benar (aseptic)
mencegah infeksi yang berkelanjutan
3. Tekankan pentingnya diet nutrisi yang
bergizi untuk meningkatkan pemulihan
Nutrisi yang bagus meningkatkan
imunitas tubuh terhadap perkembangan
bakteri
4. Jelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan
infeksi lain
Meningkatkan pengetahuan pasien agar
berperilaku sehat yang mencegah
mencegah infeksi yang lebih parah lagi
5. Jelaskan pentingnya istirahat. Seseorang dengan akne vulgaris
memerlukan nasehat untuk
17 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
menghilangan iritan eksternal dan
menghindari panas yang berlebihan.
Kebiasaan menggaruk dan mengosok
bagian yang gatal akan mempengeruhi
lamanya penyakit.
18 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
D. Evaluasi
Dx 1:
Pasien mengalami penurunan jumlah lesi dan pembentukan jaringan parut
minimal.
Dx 2:
Pasien menyatakan secara verbal nyeri berkurang atau hilang dengan skala
nyeri (0-1)
Dx 3:
Pasien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasai dan perubahan yang sedang terjadi
Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap kondisi tubuh.
Dx 4:
Pasien menyatakan secara verbal terpenuhinya informasi tentang penyakit,
prosedur pengobatan, jadwal control ke dokter ahli kulit, pencegahan dan
perawatan kulit.
Dx 5:
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, panas pada luka.
19 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
BAB III
PENUTUPA. Kesimpulan
Akne vulgaris atau biasa disebut juga dengan jerawat adalah peradangan kronik
folikel filosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista
pada daeah-faerah predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior,
dada, dan punggung. Akne vulgaris dapat disebabkan oleh sebum, herediter, iklim,
psikis, hormone, bacteria, dan kosmetik. Selain dengan menggunakan obat-obatan
pasien yang dengan akne vulgaris juga harus menjaga kebersihan kluit dan perawatan
wajah untuk proses penyembuhan.
B. Saran
Sebagai seorang perawat, sebaiknya lebih menenkankan edukasi kepada pasien
akne vulgaris, karena apabila seorang pasien tidak mampmenjaga faktor-faktor yang
dapat mempercepat keparahan lukanya seperti menjaga kebersihan kulit, tepat tidur,
tidak mudah stress dan minum obat sesuai indikasi yang diberikan.
20 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.
Djuanda, A . 2000. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . FKUI : Jakarta.
Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga. Media Aesculapius: Jakarta
Widjaja, E.2000. Rosasea dan Akne Vulgaris Ilmu Penyakit Kulit Ed. Marwali Harahap. Cetakan
1. Hipokrates: Jakarta
21 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
PATWAY
Hereditas Bakterimia Iklim Sebum Hormon Psikis Kosmetik
Terbentuknya trigliserida dalam sebum
Asam lemak bebas Flora folikel
Produksi & kekentalan sebum
Keratinisasi Folikel
Sumbatan saluran pilosebasea
Reaksi radang
Papul, pustul, nodus, kista
Jaringan parut hiperpigmentasi
Black komedo White komedo
22 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
23 | A s k e p A k n e V u l g a r i s
Gangguan Integritas Kulit
Gangguan Citra Tubuh
NyeriResiko Tinggi Infeksi
Kerusakan Integritas Kulit