LP askep acne vulgaris

22
SISTEM INTEGUMEN KONSE DASAR ASUHAN KEPERAWATAN AKNE VULGARIS Oleh Kelompok 12 A5-C 1. WISWANTARA PANDE NYOMAN 11.321.1136 2. YUDI ANTARA ADI I KADEK 11.321.1137 3. DESY PARIANI NI MADE 11.321.1146 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Transcript of LP askep acne vulgaris

Page 1: LP askep acne vulgaris

SISTEM INTEGUMEN

KONSE DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

AKNE VULGARIS

Oleh

Kelompok 12

A5-C

1. WISWANTARA PANDE NYOMAN 11.321.1136

2. YUDI ANTARA ADI I KADEK 11.321.1137

3. DESY PARIANI NI MADE 11.321.1146

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2013

Page 2: LP askep acne vulgaris

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN.

Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel

polisebaseus yang ditandai dengan adannya komedo, papul, pustule, nodus dan kista

pada tempat predileksinya. Akne sering dikenal dalam masyarakat dengan istilah

jerawat.

Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebaseus yang disebabkan

oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas. (Siregar, 2006).

Akne Vulgaris merupakan penyakit peradangan menahun folikel poisebaseus

yang umumnya terjadi pada remaja dan dapat sembuh sendiri. Akne vulgaris rentan

dan paling sering ditemukan pada daerah wajah, leher dan badan bagian atas.( Suddart

and Brunner 2000).

2. EPIDEMIOLOGI.

Karena hampir setiap orang pernah mengalami penyakit ini ,maka sering

dianggap sebagai penyakit kulit yang timbul secara fisiologi, umumnya insiden terjadi

pada umur 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi

yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang.

Pada seorang gadis akne dapat terjadi premenarkhi.setelah masa remaja

kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang pada wanita akne ini tetap menetap

sampai dekade umur tiga puluhan atau lebih. Meskipun pada pria akne vulgaris lebih

cepat berkembang, namun dalam penelitian diketahui bahwa justru gejala akne

vulgrais yang berat terjadi pada pria.

Diketahui juga bahwa ras oriental (jepang, cina, korea) lebih jarang menderita

akne vulgaris dibanding dangan ras kaukasia (Eropa , amerika)dan lebih sering terjadi

nodulo kistik pada orang kulit putih daripada orang negro.

3. ETIOLOGI

a. Akne biasanya berkaitan dengan tingginya sekresi sebum. Androgen telah diketahui

sebagai perangsang sekresi sebum sedangkan estrogen dapat mengurangi produksi

sebum.

1

Page 3: LP askep acne vulgaris

b. Penggunaan kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya terbuat dari minyak yang

dapat menimbulkan komedo.

c. Akne vulgaris dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik.

4. FAKTOR PREDISPOSISI

Selain faktor dari dalam ada juga faktor lain yang mempengaruhi akne yaitu

faktor mekanik seperti mengusap, menggesek tekanan, dan meregangkan kulit yang

kaya akan kelenjar sebasea dapat memperburuk akne yag sudah ada. Selain itu obat-

obatan juga dapat mencetuskan akne sperti kortikosteroid oral kronik yang dipakai

untuk mengobati penyakit lain ( seperti lupus eritematosus sistemik atau transplantasi

ginjal ), dapat menimbulkan vistula dipermukaan kulit wajah. Dada dan punggung,

kontrasepsi juga dapat memperburuk akne. Akne pada perempuan yang berusia sekitar

20 an, 30-an dan 40-an sering kali disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang

dasarnya dari minyak dan menimbulkan komedo.

5. PATOFISIOLOGI

a. Produksi sebum meningkat oleh kelenjar sebasea yang menyebabkan meningkatnya

unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab meningkatnya lesi akne.

b. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel

dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada proses patogenesis

penyakit.

c. Peningkatan jumlah flora folikel yang berperan dalam proses kemotaktik inflamasi

serta pembentukan ensim lipolitik pengubah fraksi lipit sebum.

d. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel, keratinisasi dalam folikel yang biasanya

berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar untuk lepas dari saluran

folikel tersebut.

e. Terjadi respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang

memperberat akne

f. Peningkatan hormon androgen ,anabolic, kortiikosteroid, serta ACTH yang

mungkin menjadi faktor penting pada peningkatan kelenjar sebasea.

2

Page 4: LP askep acne vulgaris

g. Terjadi stres yang dapat memicu peningkatan kelenjar sebasea baik secara langsung

atau melalui ranggsangan terhadap kelenjar hipofisis.

h. Faktor lain : usia, ras, cuaca/iklim, familial, makanan yang secara tidak langsung

dapat memicu peningkatan proses patogenesis tersebut.

Selama usia kanak-kanak,kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada

dasarnya tidak berfungsi. Kelenjar ini berada dibawah kendali endokrin khususnya

hormon-hormon androgen. Dalam usia pubertas hormon androgen menstimulasi

kelenjar sebasea dan menyebabkan kelenjar tersebut membesar serta mensekresi suatu

minyak alami yaitu sebum yang merembes naik hingga puncak folikel rambut dan

mengalir keluar dari permukaan kulit. Pada remaja yang berjerawat, stimulasi

androgenic akan meningkatkan daya responsive kelenjar sebasea hingga akne terjadi

ketika duktus polisebasea tersumbat oleh tumpukan sebum. Bahan yang terbentuk ini

akan membentuk komedo

Pathway terlampir

6. GEJALA KLINIS

a. Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika disentuh (tenderness).

b. Biasanya tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris.

c. Akne yang berat (severe acne) disertai dengan tanda dan gejala sistemik disebut

sebagai acne fulminans.

d. Acne dapat muncul pada pasien apapun sebagai dampak psikologis, tanpa melihat

tingkat keparahan penyakitnya.

e. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustule,nodus atau kusta dapat disertai rasa

gatal. Isi komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi kkista biasanya berupa

pus dan darah. Tempat predileksi adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian

atas dan lengan bagian atas.

7. KLASIFIKASI

a. Komedonal ( komedo hitam dan komedo putih )

b. Papulopustular ( papula dan Postula )

c. Kistik

3

Page 5: LP askep acne vulgaris

d. Ekskoriata terjadi pada individu yang memanipulasi jerawat secara obsesif, dengan

demikian dapat menimbulkan jaringan parut yang banyak sekali.

e. Akne konglobata merupakan bentuk akne kistik yang paling berat dengan kista

profunda, komedo multiple dan jaringan parut yang nyata. Keadaan ini dapat

disertai demam, dan mungkin pasien perlu dirawat dirumah sakit.

f. Akne koloidalis memiliki jaringan parut dan keloid multiple di tempat – tempat

terdapat lesi akne.

8. PEMERIKSAAN FISIK

a. Acne vulgaris bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi

sebaceous.

b. Komedo dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo

terbuka) tanpa disertai tanda-tanda klinis dari peradangan apapun.

c. Papula dan pustula terangkat membenjol (bumps) disertai dengan peradangan yang

nyata.

d. Wajah dapat menjadi satu-satunya permukaan kulit yang terserang jerawat; namun

dada, punggung, dan lengan atas juga sering terkena jerawat.

e. Pada akne komedo (comedonal acne), tidak ada lesi peradangan. Lesi komedo

(comedonal lesions) merupakan lesi akne yang paling awal, sedangkan komedo

tertutup (closed comedones) merupakan lesi precursor dari lesi peradangan

(inflammatory lesions)

f. Akne peradangan yang ringan (mild inflammatory acne) bercirikan adanya komedo

dan papula peradangan.

g. Akne peradangan yang sedang (moderate inflammatory acne) memiliki komedo,

papula peradangan, dan pustula. Akne ini memiliki lebih banyak lesi dibandingkan

dengan akne peradangan yang lebih ringan.

h. Acne nodulocystic bercirikan komedo, lesi-lesi peradangan, dan nodul besar yang

berdiameter lenih dari 5 mm. Seringkali tampak jaringan parut (scarring).

9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan Laboratorium

b. Penegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinis.

4

Page 6: LP askep acne vulgaris

1) Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi

hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah

diukur kadar testosteron totalnya. Banyak ahli juga mengukur kadar free

testosterone, DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating

hormone (FSH).

2) Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis amat diperlukan

ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai.

c. Pemeriksaan Histopatologis

Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely

arranged keratin. Seiring kemajuan (progression) penyakit, pembukaan folikular

menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding

follicular tipis dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas,

dengan atau tanpa follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a

foreign body reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui

dermis dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring).

10. PENATALAKSANAAN

Pengobatan akne meliputi penghentian pemakaian semua faktor yang dapat

mmperberat akne seperti pemakaian make up dan krim pelembab yang bahan dasarnya

terbuat dari minyak. Pembersihan dan penggosokan wajah dengan sabun dapat

melenyapkan minyak diperlukan kulit dan melepaskan beberapa komedo. Dianjurkan

dengan memakai sabun seperti dial, pernox, postek, neutrogenadan desquam-X wash

dan benzoil peroksida. Jenis-jenis obat yang digunakan antara lain:

a. Obat-obat topical

1) Retinoid topical, meliputi:

a) Tretinoin( as.Retinoat) gel, krim, selulosa: 0,01-0,1%

b) Isotretinoin gel

c) Adapalen gel, krim, solusio:0,1%

d) Tazaroten gel, krim: 0,5-0,1%

2) Agen Keratolitik

a) Sulfur 3-10%

b) As. Salisilikum

5

Page 7: LP askep acne vulgaris

c) Resorsinol

3) Agen antibiotic

a) Eritromisin gel, solusio 1%

b) Klindamisin gel, solusio 1%

c) Benzoil, peroksida gel 2,5-5%

b. Obat-obat sistemik

1) Agen antibiotic, dengan anjuran pengobatan selama 3 bulan. Alternatife

pengobatan melputi:

a) Tetrasiklin 3 x 250 mg/ hr – 2 x 500 mg/ hr

b) Doksisiklin 2 x 50 – 100 mg/ hr

c) Lymecycline 1 x 150 - 300 mg/ hr

d) Minosiklin 2 x 50 - 100 mg/hr

e) Klindamisin 2-3 x 150 -300 mg/hr

f) Eritromisin 2-3 x 500 mg/hr

g) Linkomisin 2-3 x 250- 500 mg/hr

2) Terapi Hormon

Siproteron asetat 2 mg dikombinasikan dengan etinil estradiol 35 mg

11. PENCEGAHAN

Akne dapat dikendalikan dan sikatrik dapat dicegah, dengan terapi bijaksana

yang diteruskan sampai proses penyakit menghilang spontan, Ditujukan untuk

mencegah pembentukan mikrokomedo, melalui pengurangan hyperkeratosis folikel,

produksi sebum, populasi. Pengendalian awal memerlukan waktu paling sedikit 4-8

minggu juga penting untuk memperhatikan pengaruh emosional berat pada akne.

a. Diit rendah lemak dan Karbohidrat.

b. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran dan

jasad renik.

c. Hidup sehat dan teratur

d. Cukup istirahat

e. Olahraga sesuai kondisi tubu

f. Penggunaan kosmetik secukupnya

g. Hindari polusi debu

6

Page 8: LP askep acne vulgaris

h. Hindari pemencetan

i. Memberikan informasi secukupnya pada penderita mengenai penyebab, perjalanan

penyakit dan lamanya pengobatan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN AKNE VULGARIS

1. PENGKAJIAN.

a. Riwayat Kesehatan: Masalah kesehatan/keluhan yang dirasakan (misalnya gatal-gatal

atau benjolan dikulit, pola sehat-sakit, pola pemeliharaan kesehatan, dan pola peran

kekerabatan

b. Pola kebutuhan dasar

1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Klien jarang membersihkan wajah, sering mengkonsumsi makan yang

meningkatkan produksi sebum, menggunakan kosmetik yang tidak cocok

dengan kulit karena berbahan dasar minyak,

2) Pola nutrisi metabolic

Tidak ada gangguan dalam metabolik, klien hanya sering mengkonsumsi

makanan yang dapat meningkatkan produksi sebum seperti cokelat, cola,

gorengan atau produk susu.

c. Pola eliminasi

Dari pola eliminasi tidak mengalami gangguan yag berarti. Pola BAB dan BAK

normal ( BAB normalnya 1x tergantung kebiasaan pasien, BAK 0,5/ kg BB)

d. Pola aktivitas dan latihan

Walaupun klien mengalami nyeri pada jerawatnya biasanya klien tidak mengalami

gangguan dalam beraktifitas. Aktivitas dapat dilakukan sebagaimana mestinya.

e. Pola tidur dan istirahat

Tidak mengalami gangguan dalam pola tidur,. Klien dapat tidur nyenyak dan waktu

tidur pasien cukup ( 8 jam/hari ).

f. Pola kognitif-perseptual

Klien masih belum mendapatkan informasi yang memadai mengenai jerawat serta

cara penanganannya.

7

Page 9: LP askep acne vulgaris

g. Pola persepsi diri/ konsep diri

Klien merasa tak nyaman dan malu dengan kondisi fisiknya karena terdapat jerawat

di bagian kulit yang dapat dilihat oleh orang lain

h. Pola seksual dan reproduksi

Tidak gangguan dalam pola seksual dan repproduksi klien akibat jerawat yang

dialaminya.

i. Pola peran-hubungan

Hubungan klien dengan lingkungan sekitar tidak terdapat masalah. Klien dapat

menjalankan perannya dengan baik.

j.Pola menajemen koping stress

Klien mengalami kecemasan terhadap jerawat yang muncul secara berlebih serta

ketakutan akan kerusakan kulit akibat jerawat yang timbul.

k. Pola keyakinan-nilai

Kaji mengenai agama klien dan kebiasaan beribadah yang dilakukab klien, umumnya

klien tidak mengalami masalah dalam menjalankan ibadahnya. Klien memiliki

keyakinan terhadap kesembuhan dari penyakit yang dialaminya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.

a. Nyeri akut b/d agen cedera biologi : invasi bakteri

b. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan kondisi metabolic

c. Ansietas b/d krisis situasional

d. Gangguan citra tubuh b/d persepsi/kognisi

e. Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Diagnosa : Nyeri akut b/d agen cedera biologi : invasi bakteri

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x24 jam diharapkan nyeri

dapat teratasi atau terkontrol

Kriteria hasil : Pasien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri (0-3)/tingkat ringan,

wajah tidak meringis, tidak gelisah, tanda vital stabil.

Intervensi :

8

Page 10: LP askep acne vulgaris

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif [catat keluhan, lokasi,

beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan nyeri]

Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan

informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya

komplikasi dan keefektifan intervensi.

2) Pantau tanda-tanda vital

Rasional : peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital

3) Dorong pengungkapan perasaan

Rasional : dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga

mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.

4) Ajarkan menggunakan teknik relaksasi seperti nafas dalam atau teknik

distraksi seperti mendengarkan music atau membaca buku.

Rasional : membantu mengontrol atau mengalihkan rasa nyeri,

memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping

5) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

Rasional : dibutuhkan untuk menghilangkan spasme/nyeri atau untuk

menghilangkan ansietas

b. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit b/d perubahan kondisi metabolik

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x24 jam diharapkan

integritas kulit mengalami perbaikan.

Kriteria Hasil : lesi dan eritema berkurang, suhu kulit dalam batas normal, tekstur

kulit tidak kasar, mobilitas atau turgor kulit dalam batas normal, perubahan

sensasi tidak terjadi.

Intervensi :

1) Catat warna, tekstur, turgor, dan sensai. Gambarkan lesi dan amati

perubahan

Rasional : menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat

dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.

2) Pertahankan/instruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh

kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati.

9

Page 11: LP askep acne vulgaris

Rasional : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat

menjadi barier infeksi. Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk

menurunkan risiko trauma dermal pada kulit

3) Pertahankan linen kering, bebas keriput

Rasional : menurunkan iritasi dermal dan kerusakan kulit

4) Kolaborasi pemberian obat-obatan topical/sistemik sesuai indikasi

Rasional : digunakan pada perawatan lesi kulit. Catatan : jika digunakan

salep multidosis, perawatan harus dilakukan untuk menghindari

kontaminasi silang.

c. Diagnosa : Ansietas b/d krisis situasional

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan

ansietas dapat teratasi

Kriteria hasil : pasien menyatakan kesadaran perasaan dan menerimanya dengan

cara sehat, mengatakan ansietas/ketakutan menurun sampai tingkat dapat ditangani,

tanda vital stabil

Intervensi :

1) Catat palpitasi, peningkatkan denyut atau frekuensi pernafasan

Rasional : perubahan pada tanda-tanda vital mungkin menunjukkan tingkat

ansietas yang dialami pasien atau merefleksikan gangguan-gangguan factor

psikologis, misalnya ketidakseimbangan endokrin.

2) Obervasi respon verbal dan nonverbal kecemasan

Rasional : kecemasan dapat ditutupi dengan komentar/ledakan kemarahan

yang ditunjukkan kepada pemberi perawatan.

3) Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian

Rasional : menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri atau ditelantarkan;

menunjukkan rasa menghargai, dan menerima orang tersebut, membantu

meningkatkan rasa percaya.

4) Berikan informasi yang sesuai mengenai diagnose, pengobatan, dan prognosis

Rasional : pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan

ansietas, memperjelas kesalahan konsep, dan meningkatkan kerjasama

5) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

10

Page 12: LP askep acne vulgaris

Rasional : meningkatkan pelepasan endorphin dan membantu dalam

perkembangan control lokus internal, mengurangi ansietas.

d. Diagnosa : Gangguan citra tubuh b/d persepsi/kognisi

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan

gangguan citra tubuh dapat teratasi

Kriteria hasil : pasien menunjukkan adaptasi dan penerimaan pada situasi diri,

mengenali dan menyatu dengan perubahan konsep diri yang akurat tanpa harga diri

negative, keterlibatan sosial pasien tidak bermasalah

Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas

sehubungan dengan situasi saat ini

Rasional : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi

2) Perhatikan perilaku menarik diri, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau

perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya

Rasional : indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang

terjadi

3) Akui kenormalan perasaan

Rasional : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk

menerima dan mengatasinya secara efektif

4) Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negative terhadap bagian tubuh

Rasional : membantu pasien mengidentifikasi dan solusi masalah

e. Diagnosa : Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien

mendapatkan informasi yang adekuat

Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis, dan

kebutuhan pengobatan, melakukan perilaku perubahan pola hidup untuk

memperbaiki kesehatan umum, menggambarkan rencana untuk menerima perawatan

kesehatan adekuat

Intervensi :

1) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal

11

Page 13: LP askep acne vulgaris

Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk

mengasimilasi informasi/mengikuti program medik

2) Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan,

misalnya istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik

Rasional : meningkatkan pertahanan alamiah/imunitas

3) Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan

kesehatan

4) Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat

mencegah/meminimalkan komplikasi

f. IMPLEMENTASI

Implementasi dilakukan sesuai intervensi

g. EVALUASI

DX 1 :Integritas kulit membaik

DX 2 : Nyeri pasien berkurang/hilang

DX 3 : Pasien tidak lagi cemas

DX 4 : Pasien tidak mengalami gangguan citra tubuh

DX 5 : Pasien mengetahui tentang penyakitnya

12

Page 14: LP askep acne vulgaris

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M. E. morhouse, M. F, 1993, “Rencana Asuhan Keparawatan”, Edisi 3, EGC,

Jakarta.

Harahap Marwali ,Prof Dr ,2000, ‘’Ilmu Penyakit Kulit ‘’Hipokrates ,Jakarta.

Mansjoer, Arif , Dkk, 2001, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi 3, media aesculapius fakulatas

kedokteran unifersitas Indonesia, Jakarta.

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta:EGC.

Nelson, 2000, “Ilmu Kesehatan Anak” , volume 3 , penerbit buku kedokteran, EGC, jakarta.

Prof. dr.Djuanda, Adhi,1999, “Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin”, fakultas kedokteran

unifersitas Indonesia, Jakarta.

Siregar, R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC

Suszamne C. Smelyzer, Brenda G. Bare,1997, “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”

Volume 3, EGC, Jakarta.

13

Page 15: LP askep acne vulgaris

Pathway

14