Acara v Baruu

10
ACARA V PENYIMPANAN BIBIT BAWANG MERAH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Bawang merah merupakan tanaman tanaman hortikultura dan juga tanaman semusim. Bawang merah biasanya diperbanyak dengan menggunakan umbi, walau juga bisa dengan biji. Terkait dengan peningkatkan ketersediaan bibit bawang merah maka perlu perlakuan penyimpanan. Untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan bibit bawang merah, diperlukan teknik penyimpanan dan pengaturan suhu, serta kelembaban udara gudang penyimpanan. Penyimpanan bawang pada suhu rendah (5 0 C) dan dengan kelembaban udara sekitar 65-80% dapat menunda pertunasan serta menghambat pertumbuhan umbi, sedangkan menurut Sinaga dan Darkam (2004) mengungkapkan bahwa penyimpanan bibit bawang merah pada suhu 30 0 C dengan kelembaban 70% memberikan ketahan simpan yang tinggi. Umbi bawang merah akan mengalami kerusakan pada suhu 0 0 C. Kondisi penyimpanan berpengaruh terhadap kualitas benih setelah ditanam di lapangan, yang berkaitan dengan habisnya masa dormansi bibit itu sendiri. Pada bawang merah, penanaman langsung tanpa melalui masa dormansi, maka tanaman tidak

Transcript of Acara v Baruu

Page 1: Acara v Baruu

ACARA V

PENYIMPANAN BIBIT BAWANG MERAH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Bawang merah merupakan tanaman tanaman hortikultura dan juga

tanaman semusim. Bawang merah biasanya diperbanyak dengan

menggunakan umbi, walau juga bisa dengan biji. Terkait dengan

peningkatkan ketersediaan bibit bawang merah maka perlu perlakuan

penyimpanan. Untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa

simpan bibit bawang merah, diperlukan teknik penyimpanan dan pengaturan

suhu, serta kelembaban udara gudang penyimpanan. Penyimpanan bawang

pada suhu rendah (50C) dan dengan kelembaban udara sekitar 65-80% dapat

menunda pertunasan serta menghambat pertumbuhan umbi, sedangkan

menurut Sinaga dan Darkam (2004) mengungkapkan bahwa penyimpanan

bibit bawang merah pada suhu 300C dengan kelembaban 70% memberikan

ketahan simpan yang tinggi. Umbi bawang merah akan mengalami

kerusakan pada suhu 00C.

Kondisi penyimpanan berpengaruh terhadap kualitas benih setelah

ditanam di lapangan, yang berkaitan dengan habisnya masa dormansi bibit

itu sendiri. Pada bawang merah, penanaman langsung tanpa melalui masa

dormansi, maka tanaman tidak akan tumbuh dengan sempurna. Hasil

percobaan Soedomo (2002) yaitu umbi bawang merah yang telah disimpan

selama 3 bulan tanpa pemotongan ujung umbi, menghasilkan pertumbuhan

dan bobot hasil yang terbaik, dibandingkan dengan penyimpanan selama

1,2, dan 4 bulan. Lama penyimpanan erat kaitanya dengan penghentian

masa dormansi dalam kondisi optimum yang memerlukan waktu tertentu.

Benih bawang merah termasuk kedalam katagori benih rekalsitran,

yaitu benih yang memiliki kadar kritis air yang tinggi, sehingga bila

dikeringkan dibawah kadar maka viabilitas benih menurun dengan cepat

(Budiarti 2000). Keadaan ini menyebabkan benih golongan ini hanya dapat

Page 2: Acara v Baruu

disimpan selama beberapa bulan. Benih rekalsitran peka terhadap

pengeringan dan umumnya mati bila dikeringkan di bawah kadar air kritis

(12-35%), dan juga pada rentang kadar tersebut pertumbuhan jamur

meningkat. Berbeda dengan benih ortodoks, viabilitas benih ortodoks dapat

dijaga dengan mengeringkan benih dan menyimpannya pada suhu rendah.

Kadar air yang rendah pada benih ini berkorelasi dengan peningkatan daya

simpan. Oleh karena itu benih rekalsitran lebih pendek umurnya walaupun

kondisi kelembaban tinggi sehingga membutuhkan teknik penyimpanan

yang lebih baik.

Adanya praktikum acara Penyimpanan Bibit Bawang Merah ini

berguna untuk meningkatkan mutu bibit bawang merah dalam bidang

pertanian. Bibit bawang merah yang terkendala oleh sifat genetik benih itu

sendiri, seperti peka terhadap kadar air rendah maka dapat dimimalisir.

Dengan mengetahui teknik penyimpanan dengan baik maka kendala

penyimpanan benih terkait dengan ketersediaan bibit dimusim selanjutnya

bisa terkurangi dan mutu benih bawang merah juga dapat ditingkatkan.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara Penyimpanan Bibit Bawang Merah ini,

antara lain :

a. Melatih agar praktikan memahami bagaimana cara penyimpanan benih

bawah merah dengan lingkungan mikro yang telah dikondisikan.

b. Mempertahankan viabilitas benih tetap baik sampai saat sebelum benih

ditanam.

c. Mempertahankan daya simpan.

d. Membandingkan penyimpanan bawang merah antara yang disimpan di

dalam kondisi oksigen yang minimal dengan sistem curah.

Page 3: Acara v Baruu

B. Tinjauan Pustaka

Bawang merah tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm,

membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Bawang merah mudah

membentuk umbi di daerah yang suhu udaranya rata-rata 220C-320C. Bawang

merah akan membentuk umbi lebih besar bila ditanam di daerah yang panjang

hari lebih dari 12 jam dan tumbuh baik di dataran rendah. Adapun klasifikasi

tanaman bawang merah, sebagai berikut :

Divisio : Spermathopyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledone

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum L.

(Sassy 2012).

Umbi bibit yang baik adalah yang tidak mengandung penyakit, tidak

cacat dan tidak terlalu lama disimpan (4 bulan) dalam gudang. Faktor yang

cukup menentukan kualitas umbi bibit bawang merah adalah ukuran umbi.

Diameter umbi bibit yang besar cenderung dapat menyediakan cadangan

makanan yang banyak diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

selanjutnya di lapangan. Syarat umbi bawang merah yang digunakan sebagai

bibit adalah umbi yang diperoleh dari tanaman yang sehat dan dipanen cukup

tua sekitar umur 70-90 hari, tergantung varietas, tempat penanaman dan

kondisi tanaman itu sendiri (Wibowo 2009).

Bawang merah termasuk golongan benih rekalsitran, yaitu benih yang

sangat peka terhadap pengeringan dan akan mengalami kemunduran pada

kadar air dan suhu yang rendah. Pada saat masa panen atau telah masak

fisiologis memiliki kandungan air yang relatif tinggi. Benih dengan golongan

ini memiliki ciri-ciri antara lain hanya mampu hidup dalam kadar air tinggi

(36-90%). Penurunan kadar air pada benih golongan ini akan berakibat

penurunan viabilitas benih hingga kematian, sehingga benih golongan ini tidak

Page 4: Acara v Baruu

bisa disimpan dalam kadar air rendah. Benih yang bersifat rekalsitran, akan

mati kalau kadar airnya diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan di

tempat yang bersuhu rendah (Sukarman et al. 2006).

Berbeda dengan benih golongan ortodoks, yaitu benih yang pada saat

panen atau telah masak fisiologis memiliki kandungan kadar air yang relatif

rendah. Benih kelompok ortodoks dicirikan oleh sifatnya yang bisa dikeringkan

tanpa menglami kerusakan. Viabilitas benih ortodoks tidak mengalami

penurunan yang berarti dengan penurunan kadar air hingga di bawah 20%,

sehingga benih tipe ini bisa disimpan dalam kadar air yang rendah. Benih

ortodok tidak mati walaupun dikeringkan sampai kadar air yang relatif sangat

rendah dengan cara pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau benih itu

disimpan dalam keadaan suhu yang relatif rendah (Razzak 2012).

Penyimpanan bibit bawang merah dilakukan sejak bawang merah

mencapai kematangan fisiologisnya sampai ditanam. Maksud dari

penyimpanan bibit bawang merah adalah untuk mengurangi kadar air yang

terdapat dalam umbi bawang merah sehingga dapat menurunkan aktivitas

metabolismenya. Dengan demikian dapat mencegah terjadinya kerusakan

cadangan makanan yang dapat menimbulkan pembusukan. Selain itu maksud

penyimpanan, untuk menunggu masa dormansi dari bawang merah

(Justice dan Bass 2002).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bibit bawang

merah adalah suhu ruangan dan dalam kelembaban ruangan. Suhu yang baik

untuk menyimpan bibit bawang merah adalah 25-300C. Tingkat kelembaban

ruangan 70-80%. Bawang merah yang digunakan untuk bibit minimal sudah

disimpan 2 bulan dengan penyimpanan yang baik

(Musaddad dan Sinaga 2004).

Cara pengeringan yang dilakukan petani bawang merah umumnya

dimulai dengan proses pelayuan selama 2-3 hari. Kemudian dilanjutkan dengan

proses penjemuran di bawah sinar matahari selama 7-10 hari. Cara pengeringan

yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah cuaca adalah pengeringan

secara mekanik. Proses pengeringan mekanik dapat digunakan dengan

Page 5: Acara v Baruu

menggunakan beberapa alat pengering seperti Cabinet Dryer, kipas, ruang

pengering berventilasi tanpa sumber panas buatan dan ruang berpembangkit

Vorteks. Pengeringan berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan umbi

bawang merah. Dengan pengeringan buatan, bahan yang dikeringkan akan

lebih seragam mutunya, prosesnya cepat serta terhindar dari bahan asing yang

tidak diinginkan (Histifarina et al. 2008).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara Penyimpanan Bibit Bawang Merah dilaksanakan

pada hari Kamis tanggal 3 Oktober 2013 bertempat di Laboratorium

Ekologi Manajemen dan Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas

Sebelas Maret, Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Kuali (gentong)

2) Lilin

3) Alas lilin

4) Aluminium foil

5) Korek api

b. Bahan

1) Bibit bawang merah (Allium ascalonicum L.)

3. Cara Kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan (bibit bawang merah,

gentong, lilin, aluminium foil, korek api, dan alas lilin).

b. Memasukkan bibit bawang merah ke dalam gentong (hampir penuh).

c. Memasukan lilin ke dalam gentong dan nyalakan.

d. Menutup gentong dengan kertas aluminium foil.

e. Menyimpan sebagian bibit bawang merah dengan sistem curah pada

ruangan terbuka (suhu kamar).

f. Mengamati lamanya penyimanan perkecambahan bibit dengan uji daya

kecambah dan kecepatan kecambah.

Page 6: Acara v Baruu

g. Mengamati perubahan presentasi rusak dan umur simpan bibit dan amati

pula pertumbuhan bibit dengan cara uji daya kecambah dan kecepatan

kecambah.

h. Membandingkan antara yang disimpan pada gentong (suhu dan

kelembaban terkendali) dengan yang disimpan pada sistem curah.

D. Hasil dan Pembahasan

E. Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

Histifarina, D. dan D. Musaddad 2008. Pengaruh Cara Pelayuan Daun, Pengeringan dan Pemangkasan Daun Terhadap Mutu dan Daya Simpan Bawang Merah. J.Hort 8(1): 1036-1047.

Justice, L.O. dan L. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. (Terjemahan). Rajawali Press. Jakarta.

Musaddad, D. dan R.M Sinaga. 2004. Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Mutu Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Bul. Penel.Hort. Vol. 26. No. 2.

Razzak 2012. Pengertian Jenis Benih Ortodoks dan Rekalsitran dan Cara Penyimpanannya. http://razzakoke.blog.com/2012/04/pengertian-jenis-benih-ortodoks-dan-rekalsitran-dan-cara-penyimpanannya/. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013.

Sassy 2012. Klasifikasi Bawang Merah (Allium ascalonium L.) http://princesszassy.blogspot.com/2012/06/klasifikasi-bawang-merah-allium-accalonium.html. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013.

Sinaga, R.M dan Darkam, M 2004. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Mutu Bawang Merah (Allium ascalonium. L) di penyimpanan. Bul. Penel. Horti. 26(3):153-163.

Soedomo, R.P 2002. Pengaruh Pemotongan Ujung Umbi dan Lamanya Penyimpanan Umbu Bibit Bawang Merah (Allium ascalonium L.) terhadap Hasil Umbi di Breber, Jawa Tengah. J. Horti. 2(1):43-47.

Sukarman, D. Rusmin, dan M. Hasanah 2006. Pengaruh Penderaan dan Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Jambu Mete. J. Penenilian Tanaman Industri 1(6):284-290.

Wibowo, S. 2009. Budidaya Bawang Bawang Putih, Bawang Putih, Bawang Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.