ACARA V ku

11
  pend.Biologi/09680017 gew   1 ACARA V PEMERIKSAAN URIN I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri dan komposisi urin yang normal.  b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi Kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan urin. II. Dasar Teori Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Peranan urin sangat penting untuk mempertahankan homeostasis tubuh, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin (Murray dan Robert 2003). Ekresi terutama berkai tan dengan pengeluaran-pengeluaran senyawa- senyawa nitrogen. Selama proses pencernaan makanan, protein dicernakan menjadi asam amino dan diabsorpsi oleh darah, kemudian diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk  protein-protein baru. Mamalia memiliki sepasang ginjal yang terletak dibagian pinggang (lumbar) dibawah peritonium. Urine yang dihasilkan oleh ginjal akan mengalir melewati saluran ureter menuju kantung kemih yang terletak midventral dibawah rektum. Dinding kantung kemih akan berkontraksi secara volunter mendorong urine keluar melalui uretra (Tuti kurniati, 2009). Menurut Ganong (2003), disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisis kimiawi dan analisis secara mikroskopik. Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin, pH, dan suhu urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein, dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode yang dapat digunakan, mulai dari metode uji Millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati di bawah mikroskop sehingga akan diketahui zat- zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri (Lehninger, 1990).

Transcript of ACARA V ku

ACARA V PEMERIKSAAN URINI. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri dan komposisi urin yang normal. b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi Kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan urin.

II.

Dasar Teori Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Peranan urin sangat penting untuk mempertahankan homeostasis tubuh, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin (Murray dan Robert 2003). Ekresi terutama berkaitan dengan pengeluaran-pengeluaran senyawasenyawa nitrogen. Selama proses pencernaan makanan, protein dicernakan menjadi asam amino dan diabsorpsi oleh darah, kemudian diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein baru. Mamalia memiliki sepasang ginjal yang terletak dibagian pinggang (lumbar) dibawah peritonium. Urine yang dihasilkan oleh ginjal akan mengalir melewati saluran ureter menuju kantung kemih yang terletak midventral dibawah rektum. Dinding kantung kemih akan berkontraksi secara volunter mendorong urine keluar melalui uretra (Tuti kurniati, 2009).

Menurut Ganong (2003), disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisis kimiawi dan analisis secara mikroskopik. Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin, pH, dan suhu urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein, dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode yang dapat digunakan, mulai dari metode uji Millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati di bawah mikroskop sehingga akan diketahui zat- zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri (Lehninger, 1990).

pend.Biologi/09680017 1

gewr

Urin yang kita keluarkan terdiri dari berbagai unsur seperti air, protein, amonia, glukosa, dan sedimen. Unsur-unsur tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda dan juga pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi. Kandungan urin inilah yang menentukan tampilan fisik air urin seperti kekentalannya, warna, kejernihan, bau, dan busa. Pada keadaan normal, urin memang tampak sedikit berbusa karena urin mengandung unsur-unsur tersebut. Apalagi bila urin dicurahkan ke dalam tempat berwadah dari posisi tinggi, akan terjadi reaksi yang menyebabkan urin tampak berbusa. Memastikan adanya kelainan pada urin perlu diperhatikan beberapa hal seperti warna, bau, kejernihan, dan kekentalan (Ophart, 2003).

Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, dan uterus. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik. Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen, dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin) dan pyridium. Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan (Poedjiadi, 1994).

Proses pembentukan urin meliputi tiga tahap, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubular, dan sekresi tubular. Pembentukan urin dimulai ketika air dan berbagai bahan terlarut lainnya disaring melalui kapiler glomerulus dan masuk ke kapsul glomerulus (kapsul Bowman). Penyaringan bahan-bahan ini melalui dinding kapiler kurang lebih sama seperti pada penyaringan yang terjadi pada ujung arteriol pada kapiler lain di seluruh tubuh. Hanya saja, kapiler glomerulus bersifat lebih permeabel karena adanya fenestrae pada dindingnya. Reabsorbsi tubular adalah proses dimana bahan-bahan diangkut keluar dari filtrat glomerulus, melalui epitelium tubulus ginjal ke dalam darah di kapiler peritubulus. Walaupun reabsorbsi tubulat terjadi di seluruh tubulus ginjal, peritiwa ini sebagian besar terjadi di tubulus proksimal. Adanya mikrovili di tubulus proksimal akan meningkatkan luas permukaan yang bersentuhan dengan filtrat glomerulus sehingga meningkatkan proses reabsorbsi. Berbagai

pend.Biologi/09680017 2

gewr

bagian dari tubulus ginjal berfungsi untuk mereabsorbsi zat yang spesifik. Sebagai contoh, reabsorbsi glukosa terjadi terutama melalui dinding tubulus proksimal dengan cara transpor aktif. Air juga direabsorbsi dengan cepat melalui epitelium tubulus proksimal dengan osmosis. Sekresi tubular adalah proses dimana bahan-bahan diangkut dari plasma kapiler peritubulus menuju ke cairan tubulus ginjal. Sebagai hasilnya, jumlah zat tertentu diekskresikan melalui urin dapat lebih banyak daripada jumlah zat yang diperoleh melalui filtrasi plasma di glomerulus (Sloane, 2004).

Urin mengandung air dan garam-garam dalam jumlah sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan antara cairan ekstrasel dan cairan intrasel, asam dan basa yang merupakan sisa-sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh, dan zat-zat yang dikeluarkan dari darah karena kadarnya berlebihan. Jika kita melakukan urinalisa dengan memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Akan tetapi, jika kita mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urin pada saat yang tidak menentu di waktu siang atau malam, akan terlihat bahwa sampel urin dapat berbeda jauh dari sampel lain. Oleh karena itu, penting untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan (Sloane, 2004).

Proses sekresi urin dilakukan oleh organ benama ginjal. Ren atau ginjal ada sepasang dan menempel pada dinding dorsal rongga perut didaerah pinggang. Ginjal terdiri dari metanephros. Dari ren berjalan ureter yang bermuara kedalam vesica urinaria. Vesica urinaria terdapat didalam cavum pelvis. Dari vesica urinaria berjalan satu urethra yang bermuara keluar, pada orang lelaki pada ujung penis, pada orang perempuan pada dasar vestibulus vaginae (Radiopoetro, 1996). Fungsi utama ginjal adalah mengekresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya ammonia. Ammonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air; mempertahankan cairan ekstraseluler dengan jalan mengelluarkan air bila berlebihan serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urine (Darmadi, 2005).

pend.Biologi/09680017 3

gewr

Bentuk ginjal seperti kacang merah, ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal yang sebelah kiri, karena diatas ginjal sebelah kanan terdapat hati, ginjal berbentuk seperti biji ercis dengan panjang sekitar 10 cm dan berat sekitar 200 gram. Fungsi ginjal yang utama adalah sebagai berikut: Mengekresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, seperti urea, asam urat, amoniak, creatinin, garam anorganik, bakteri, dan obat-obatan. Mengekresikan kelebihan glukosa dalam darah. Membantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mempertahankan tekanan osmotik ekstraseluler. Menngatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam dan basa darah. (Radiopoetro, 1996). Terdapat tiga proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urine, yaitu: a) Filtrasi (Penyaringan) Kapsula bowmen dari dalam malphigi menyaring darah dalam glomelurus yang mengandung air, garam, glukosa, urea, dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomelurus (Urine Primer). Didalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan garam-garam.

b) Reabsorpsi (Penyerapan Kembali) Dalam tubulus kontortus proksimal kandungan urine primer yang masih berguna akan direabsorpsi yang dihasilkan oleh filtrat tubulus (Urine Sekunder) dengan kadar urea yang tinggi. Sedangkan, di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat ke tubulus ini melalui dua cara glukosa dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis.

c) Augmentasi ( pengumpulan) Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini masih ada penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria atau kantung kemih yang merupakan tempat penyimpanan sementara urin. Dari kedua ginjal, urine dialirkanpend.Biologi/09680017 4

gewr

oleh pembuluh ureter ke kandung urine (Vesica Urinaria) kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari tubuh. Hewan yang menghasilkan zat sisa dalam bentuk amonia, urea, dan asam urat, berturut-turut disebut amonotelik, ureotelik, dan urikotelik (Wiwi Isnaeni, 2006). Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih). Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormon, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah kristal kapur), Air sebanyak 98 %, Urea, asam urea, ammonia, zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin), Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida) Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormone. Urine yang sehat berat jenisnya berkisar 1.010 1.030, tergantung perbandingan larutan dengan air. Banyaknya urine yang dikeluarkan dalam 1 hari dari 1.200 1.500 cc (40 50 oz) (Ganong, 2003).

III.

ALAT DAN BAHAN Dalam praktikum ini digunakan alat seperti tabung reaksi, rak tabung reaksi, pembakar spirtus, gelas kimia 100 ml, indicator universal pH, korek api, dan pipet. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel urin, reagen benedict, reagen biuret, larutan AgNO3 1%, dan larutan HNO3 pekat

IV.

METODE KERJA a. Mengukur pH urin Urin sampel dimasukkan ke dalam gelas kimia, kemudian pH urin di ukur menggunakan indicator universal. Setelah itu warna dicocokan pada indicator untuk mengetahui pH urin. b. Menguji amonia Dalam tabung reaksi dimasukkan urin sebanyak 1ml, kemudian dipanaskan dengan pembakar spirtus sampai mendidih. Aroma dari urin tersebut dicium.pend.Biologi/09680017 5

gewr

c. Menguji empedu Dimasukkan 2 ml urin kedalam tabung reaksi, kemudian tabung dimiringkan dan ditetesi dengan larutan HNO3 pekat hingga seluruh permukaan urin tertutup. Batasan pada urin dan larutan HNO3, diamati apakah terbentuk cincin. d. Menguji glukosa Dimasukkan 2 ml urin kedalam tabung reaksi, ditambahkan 5 tetes reagen benedict kemudian dipanaskan dan diamati perubahan warnanya. e. Menguji protein Dimasukkan 2 ml urin kedalam tabung reaksi, ditambahkan 5 tetes reagen biuret lalu dibiarkan selama 5 menit. Perubahan warna diamati. f. Menguji ion klorida Dimasukkan 2 ml urin kedalam tabung reaksi, ditambahkan 5 tetes larutan AgNO3 1% kemudian dibiarkan selama 5 menit dan diamati apakah terdapat endapan berwarna putih. V. HASIL DAN PEMBAHASAN

a) Hasil Tabel 1. Hasil pengamatan pemeriksaan urin No 1 2 3 4 5 6 pH amonia empedu Glukosa protein Ion klorida Uji Hasil Normal Normal Normal Tidak normal normal Normal 6 Muncul bau amonia Warna jadi merah kecoklatan, ada batas Adanya endapan kuning kecoklatan Tidak ada perubahan Terbentuk endapan putih keterangan

pend.Biologi/09680017 6

gewr

Gambar 1. Hasil pengamatan

Merah kecoklatan Cincin/pembatas

Endapan kuning kecoklatan

a. Uji empedu

b. uji glukosa

endapan putih

c. Uji ion klorida

d. uji protein

e.) Uji kadar pH

pend.Biologi/09680017 7

gewr

b) Pembahasan Untuk praktikum pengujian terhadap sampel urin ini, dilakukan enam jenis pengujian, yaitu kadar pH, uji ammonia, uji empedu, uji glukosa, uji protein, dan uji ion klorida. Dalam pengujian pertama untuk mengetahui kadar pH atau derajat keasaman pada urin digunakan indicator universal pH yang dicelupkan ke sampel urin. Setelah itu dicocokkan dengan standard pH dan diperoleh hasilnya 6 yang mengindikasikan bersifat asam. Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan (Sloane, 2004). Pengujian selanjutnya adalah pengujian amonia dalam urin di peroleh hasil bahwa semua untuk sample urin mengandung bau amonia yang tinggi ketika dipanaskan. dalam hal ini bahwa adanya pengaruh makanan yang di konsumsi dari orang yang dijadikan sample urin. Amonia berasal dari deaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati, tetapi di dalam ginjal juga terjadi pula proses deaminasi amonia (NH3) dapat juga berasal dari pembongkaran protein dan berbahaya bagi sel. Oleh karena itu ammonia harus di keluarkan dari tubuh namun sebelum di keluarkan harus di rombak dahulu menjadi urea. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung glukosa yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh (Ganong, 2003) Kemudian pengujian empedu, dilakukan dengan menambahkan larutan HNO3 yang dilakukan dilemari asam. Hal ini dilakukan karena HNO3 bersifat korosif. Pada gambar a dapat dilihat bahwa hasil pengujian, Setelah ditambah larutan HNO3 ternyata warna sampel urin berubah menjadi merah kecoklatan, selain itu terdapat juga pembatas antara urin dengan larutan sehingga Nampak berwarna berbeda. Hal ini menandakan bahwa di urin terdapat adanya bilirubin dan biliverdin sehingga dapat dikatakan terdapat fungsi produk empedu.

Pengujian selanjutnya yaitu untuk mengetahui adanya glukosa. Dilakukan dengan menggunakan larutan benedict, karena fungsi larutan benedict adalah untuk sebagai memeriksa ada atau tidaknya kandungan glukosa dari suatu sampel percobaan. Dapat dilihat pada gambar b Pada urin terdapat endapan dan warna menjadi keruh, sedangkan pada urin normal seharusnya tidak terjadi perubahan warna dan tidak ada endapan. Hal tersebut menunjukan bahwa, pada urin sampel mengandung kadar glukosa, jika urin mengandungpend.Biologi/09680017 8

gewr

glukosa berarti tubulus ginjal tidak menyerap glukosa dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal,dapat pula akibat kadar glukosa dalam darah tinggi sehingga tubulus ginjal tidakdapat menyerap kembali semua glukosa yang ada pada filtrate glomerulus. Kadar glukosa darah yang tinggi akibat dari proses pengubahan glukosa menjadi glikogen terhambat karena produksi hormone insulin terhambat. Orang yang demikian menderita kencing manis (diabetes militus) (Darmadi, 2005).

Uji selanjutnya kandungan protein di dalam urin. Pengujian ini menggunakan larutan reagen biuret. Berdasarkan hasil praktikum pada gambar d tidak terlihat adanya perubahan warna pada urin yang telah diberi larutan reagen biuret. Hal tersebut menunjukan bahwa pada ginjal berfungsi sebagaimana mestinya untuk menyaring. saat tubuh kelebihan protein maka akan diproses melalui siklus urea dan akan menghasilkan amonia yang ada bersamaan dengan urin. Hal ini terjadi karena mamalia tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan protein dalam tubuh sehingga protein lebih bayak digunakan ketika dalam keadaan berlebih. (Lehninger, 1990).

Pengujian berikutnya adalah uji adanya ion klorida dalam urin dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes AgNO3 perubahan yang terjadi adalah adanya endapan

berwarna putih pada sampel urin. Terbentuknya endapan ini dapat digambarkan reaksi : NaCl + AgNO3 NaNo3 + AgCl (endapan)

Dalam reaksi ini terbentuk endapan karena dalam urin positif mengandung garam mineral, hal ini dapat dikatakan normal karena kandungan urin selain adanya asam urat terdapat juga garam-garam mineral. Klorida yang terdapat dalam urine berasal dari garam-garam yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan misalnya NaCl yang kemudian dalam cairan tubuh akan terurai menjadi ion-ion, oleh karena itu klorida terdapat dalam urin. Klorida selalu terdapat dalam urin, pada filtrasi molekul-molekul kecil seperti glukosa dan garam mineral direabsorpsi melalui transport aktif. Kelebihan NaCl yang dihasilkan dari proses augmentasi dikeluarkan lewat urine dalam bentuk ion Cl (Wiwi Isnaeni, 2006)

pend.Biologi/09680017 9

gewr

VI.

KESIMPULAN Secara umum urin normal berwarna kuning jernih. Urin berbau khas ammonia, pH

urin berkisar antara 4,8 7,5. Kandungan zat dalan urin diantaranya adalah Air sebanyak 98 %, Urea, asam urea, ammonia, zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin), Garam mineral, kreatinin, asam urat, zat-zat bersifat racun. ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormon, dan zat abnormal (protein, glukosa, sel darah kristal kapur). Pada pemeriksaan urin ditemukan adanya kelainan yakni adanya kandungan glukosa dalam urin. jika urin mengandung glukosa berarti tubulus ginjal tidak menyerap glukosa dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal,dapat pula akibat kadar glukosa dalam darah tinggi sehingga tubulus ginjal tidakdapat menyerap kembali semua glukosa yang ada pada filtrate glomerulus.

pend.Biologi/09680017 10

gewr

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi Goenarso. 2005. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka Ganong W. 2003. Fisiologi Kedokteran edisi 14. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga Murray K dan Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ophart C.E. 2003 .Virtual Chembook. Jakarta: Elmhurst College. Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit UI-Press. Sloane E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Radioputro. 1996. Zoology. Jakarta: Erlangga. Tuti kurniati, dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Wiwi Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

pend.Biologi/09680017 11

gewr