Acara v Glukosa Dalam Darah

22
ACARA V PENENTUAN KANDUNGAN GLUKOSA DALAM DARAH MENGGUNAKAN METODE O- TOLUIDINE 1. TUJUAN PERCOBAAN Dapat mengetahui dan memahami cara pengukuran kandungan glukosa dalam darah dengan metode O-Toluidine 2. PENDAHULUAN 2.1. Dasar Teori a. Tinjauan tentang Glukosa Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan. Gambaran proyeksi Haworth struktur glukosa (α-D-glukopiranosa) Glukosa (C 6 H 12 O 6 , berat molekul180.18) adalah heksosa— monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus –CHO). Lima karbon

description

ini

Transcript of Acara v Glukosa Dalam Darah

Page 1: Acara v Glukosa Dalam Darah

ACARA V

PENENTUAN KANDUNGAN GLUKOSA DALAM DARAH MENGGUNAKAN

METODE O-TOLUIDINE

1. TUJUAN PERCOBAAN

Dapat mengetahui dan memahami cara pengukuran kandungan glukosa dalam darah

dengan metode O-Toluidine

2. PENDAHULUAN

2.1. Dasar Teori

a. Tinjauan tentang Glukosa

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting

yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa

merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami

(D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.

Gambaran proyeksi Haworth struktur glukosa (α-D-glukopiranosa)

Glukosa (C6H12O6, berat molekul180.18) adalah heksosa—monosakarida yang

mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus –

CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut “cincin

piranosa”, bentuk paling stabil untuk aldosa berkarbon enam. Dalam cincin ini, tiap

karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hydrogen kecuali atom kelimanya,

yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus

CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih

reaktif, yang proporsinya 0,0026% pada pH 7.

Page 2: Acara v Glukosa Dalam Darah

Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam biologi.

Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti

fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada

keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi system biokimia primitive. Hal

yang lebih penting bagi organism tingkat atas adalah kecenderungan glukosa,

dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara

nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikossilasi) mereduksi

atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini

dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang

reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan

kerusakan saraf peripheral (peripheral neuropathy), kemungkinan disebabkan oleh

glikosilasi protein.

Dalam respirasi perlu serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi

hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama

dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida. Glukosa

dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa. Pati, selulosa, dan glikogen

merupakan polimer glukosa umum polisakarida. Dekstrosa terbentuk akibat larutan D-

glukosa berotasi terpolarisasi cahaya ke kanan. Dalam kasus yang sama D-fruktosa

disebut “levulosa” karena larutan levulosa berotasi terpolarisasi cahaya ke kiri.

Bentuk rantai D-Glukosa

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang

menyediakan 4 kalori (17 kilojoule) energy pangan per gram. Pemecahan karbohidrat

(misalnya pati) menghasilkan mono dan disakarida, terutama glukosa. Melalui

glikolisis, glukosa segera terlibat dalam produksi ATP, pembawa energy sel. Di sisi

lain, glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam metabolism lipid.

Karena pada system saraf pusat tidak ada metabolism lipid, jaringan ini sangat

tergantung pada glukosa.

Page 3: Acara v Glukosa Dalam Darah

Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluraan pencernaan.

Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan

yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen (pati hewan)

dan sel lemak, yang menyimpannya sebgai lemak. Glikogen merupakan sumber energi

cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih

banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi

cadangan, lemak tak pernah secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan

Galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung diangkat

ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa.

b. Tinjauan tentang o-toluidine

Isomer Toluidine

Nama Umum o-toluidine m-toluidine p-toluidine

Nama lain o-methylaniline

2-methylaniline

m-methylaniline

3-methylaniline

p-methylaniline

4-methylaniline

Nama Kimia 2-amino-1-

methylbenzene

3-amino-1-

methylbenzene

4-amino-1-

methylbenzene

Rumus Molekul C7H9N

Massa Molekul 107.17 g/mol

Titik lebur -23°C -30°C 43°C

Titik Didih 199-200°C 203-204°C 200°C

Kerapatan 1.00 g/cm3 0.98 g/cm3 1.05 g/cm3

Nomor CAS [95-53-4] [108-44-1] [106-49-0]

SMILES CCl=C(N)C=CC=Cl NCl=CC(C)=CC=Cl NCl=CC=C(C)C=Cl

o-toluidine

(o-methylaniline)

m-toluidine

(m-methylaniline)

p-toluidine

(p-methylaniline)

Page 4: Acara v Glukosa Dalam Darah

Sifat-sifat kimia dari toluidine mirip dengan amin aryl yang lain. Karena gugus

amino pada toluidine mengikat cincin aromatic, maka toluidine mempunyai sifat basa

lemah. Tidak ada toluidine yang benar-benar larut dalam air murni, tapi toluidine larut

dalam larutan enceryang bersifat asam. Pada suhu dan tekanan ruang, meta dan ordo

toluidin berbentuk cairan sedangkan para toluidine berbentuk padat. Hal ini

dikarenakan para toluidine mempunyai struktur yang simetris dan mempunyai struktur

Kristal yang paling mudah. Toluidine banyak digunakan untuk pewarna. Toluidine

bersifat toksik dan karsinogenik.

c. Tinjauan tentang Metode Penetapan Kandungan Glukosa dalam Darah

Diagnosis diabetes ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa dalam

darah, bukan adanya glukosa dalam urin. Untuk menentukan diagnosis DM pertama

kali, dianjurkan pemeriksaan glukosa darah dengan bahan darah dari pembuluh darah

balik (disebut plasma vena). Hal ini berarti pengambilan darah dilakukan dengan

jarum suntik atau jarum kecil (wing needle) dengan tabung kaca, diperiksa dengan

mesin analisa yang relatif besar, terdapat di laboratorium.

Untuk tujuan pemantauan glukosa darah selanjutnya, dapat diperiksa dari

bahan darah pembuluh darah kapiler, biasanya dilakukan penusukan ujung jari tangan

dengan jarum lanset kecil yang otomatis. Setetes sampel darah sudah cukup untuk

ditempelkan pada ujung strip/carik reagen pemeriksa yang menempel pada alat

pemeriksa glukosa darah, portable seukuran telepon genggam atau lebih kecil lagi.

Para penyandang DM dapat memeriksa sendiri dirinya dengan cara ini tanpa bantuan

dari orang lain. Kadar gula darah sewaktu, jika DM adalah lebih besar atau sama

dengan 200 mg/dL. Kadar glukosa darah puasa, jika DM adalah lebih besar sama

dengan 126 mg/dL. Sumber://www.kalbenutritionals.com

Jenis Diabetes Melitus menurut sifatnya :

1. Diabetes mellitus tergantung insulin (diabetes mellitus tipe 1)

2. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita gemuk dan kurus

(diabetes melitus tipe 2)

3. Diabetes mellitus terkait malnutrisi

4. Diabetes melitus yang terkait keadaan atau gejala tertentu seperti penyakit

pankreas, penyakit hormonal, obat-obatan / bahan kimia, kelainan insulin /

reseptornya, sindrom genetik dll

Faktor Penyebab Diabetes Melitus

Page 5: Acara v Glukosa Dalam Darah

Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau

sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang

berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.

Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan

terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu

dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui

Gejala Penderita Diabetes Mellitus

Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu:

1. banyak minum,

2. banyak kencing,

3. berat badan turun.

Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik.

Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila

keinginan minum kita terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat

badan yang pada awalnya terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet.

Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari,

gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka

yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan

Pengaturan besarnya konsentrasi glokosa darah pada orang normal

sangatlah sempit. Pada orang yang sedang berpuasa kadar glukosa darah ini

hanya diantara 80 dan 90 mg/dl darah yang diukur pada waktu sebelum makan

pagi. Konsentrasi ini meningkat menjadi 120-140 mg/dl sebelum jam pertama

atau lebih setelah makan, namun ada satu sistem umpan balik yang mengatur

kadar glukosa darah yang dengan cepat mengembalikan konsentrasi glukosa ke

nilai kontrolnya, biasanya ini terjadi pada waktu 2 jam sesudah absorpsi

karbohidrat yang terakhir. Sebaliknya pada waktu kelaparan adanya fungsi

glukoneogenesis dari hati menyebabkan terjadinya glukosa yang dibutuhkan

untuk menjaga tetapnya kadar glukosa darah sewaktu puasa. Segera setelah

makan makanan tinggi karbohidrat, glukosa yang diabsorpsi ke dalam darah

menyebabkan sekresi insulin dengan cepat. Insulin selanjutnya menyebabkan

ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa yang cepat oleh semua jaringan

tubuh. Tetapi terutama oleh otot jaringan adiposa dan hati.

Page 6: Acara v Glukosa Dalam Darah

Ada tiga cara untuk mengukur kadar gula darah:

Tes gula darah sewaktu. Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil

kapan saja, tanpa memperhatikan waktu makan.

Tes gula darah puasa. Tes ini memakai contoh darah yang diambil saat kita

tidak makan atau minum apa pun (kecuali air putih) selama sedikitnya

delapan jam.

Tes toleransi glukosa. Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa, kemudian

kita diberikan minuman yang manis yang mengandung gula dengan ukuran

tertentu. Kadar gula darah lalu diukur dengan memakai beberapa contoh darah

yang diambil pada jangka waktu yang tertentu. Di Indonesia, yang lebih

sering dilakukan adalah tes gula darah setelah makan. Juga dimulai dengan tes

gula darah puasa, kemudian kita diminta untuk makan seperti biasa, dan darah

kita akan diperiksa lagi dua jam kemudian.

Hati berfungsi sebagai suatu sistem penyangga darah glukosa yang

sangat penting. Jadi apabila sesudah makan, kadar glukosa darah meningkat

sampai konsentrasinya tinggi sekali yang juga akan disertai dengan

meningkatnya sekresi insulin yakni sebanyak 2/3 dari glukosa yang diabsorpsi

dari usus itu dalam waktu yang singkat disimpan di dalam hati dalam bentuk

glikogen. Lalu selama beberapa jam berikutnya bila konsentrasi glukosa darah

dan kecepatan sekresi insuln berkurang maka hati melepaskan konsentrasi

glukosa darah sampai kira-kira 3x lipat. Ternyata pada penderita penyakit hati

yang parah hampir tidak mungkin menjaga tetapnya konsentrasi glukosa

darah dalam batas yang sempit.

Fungsi insulin dan glukosa sangat penting dan fungsi ini terpisah

dari sistem pengatur umpan balik yang menjaga tetap normalnya konsentrasi

gula darah. Bila konsentrasigula darah meningkat sangat tinggi, maka timbul

sekresi insulin dimana insulinnya sendiri sebaliknya mengurangi konsentrasi

gula darah itu agar kembali ke nilai normalnya. Sebaliknya berkurangnya

kadar glukosa darah merangsang timbulnya sekresi glukagonini akan

berfungsi berlawanan. yakni akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah

itu kembali ke nilai normalnya. Pada sebagian besar kondisi yang normal

mekanisme umpan balik insulin ini jauh lebih berguna daripada mekanisme

glukagon kurang atau pada bekerja dimana ada pemakaian glukosa secara

Page 7: Acara v Glukosa Dalam Darah

berlebihan dan pada keadaan yang sangat menegangkan maka mekanisme

glukagon ini sangat penting.

Pada keadaan hipoglikemi ada efek langsung dari kadar glukosa

darah dalam hipotalamus yang dapat merangsang sistem saraf simpatis.

Sebaliknya, hormon epinefrin disekresikan oleh kelenjar adrenal.

2.2. Rumusan Masalah

2.2.1.Bagaimana cara mengukur kandungan glukosa darah dengan pereaksi O-

Toluidine?

3. BAHAN DAN METODE

1.1. Bahan dan alat

Bahan :

Cairan darah

TCA (Trichloro Aetic Acid)

Aquadest

Larutan O-Toluidine

Alat :

Tabung reaksi

Kertas saring

Pipet volume

Beker glass

Corong

Spektrofotometer UV-Vis

Hot plate

Vorteks

Mikro pipet

1.2. Cara kerja

3.2.1 Pembuatan filtrate bebas protein

Page 8: Acara v Glukosa Dalam Darah

3.2.2 Pembuatan standar glukosa dan sampel

No. TabungLar. Glukosa

standar (ml)

Lar. 3%

TCA (ml)

Filtrat protein

bebasLar. O-toluidine

1 0 1,0 - 5

2 0,2 0,8 - 5

3 0,4 0,6 - 5

4 0,6 0,4 - 5

5 0,8 0,2 - 5

6 1,0 0 - 5

7 - - 1 5

Sediakan tabung reaksi 6 buah, dikerjakan seperi pada tabel

Tabung direbus pada air mendidih selama 10 menit

Masukkan 0,5 ml darah dalam tabung lalu divortex

Tambahkan 3 ml larutan glukosa lalu divortex lagi

Tambahkan 1,5 ml 1% TCA lalu divortex dan didiamkan selama 10 menit

Siapkan 2 tabung dan masukkan masing-masing 1 ml campuran larutan diatas kedalamnya

Tambahkan masing-masing 5 ml o-toluidin

Direbus selama 10 menit

Diencerkan 10x lalu dianalisis menggunakan spektrofotometer

Page 9: Acara v Glukosa Dalam Darah

2. HASIL PERCOBAAN

Uji Spektroskopi UV-Vis

Larutan baku standar

Larutan Sampel darah

Keterangan:

Kelompok 1 dan 2 : Sampel darah + Larutan Glukosa

Kelompok 3 dan 4 : Sampel darah non Larutan glukosa

Perhitungan:

Kelompok 1

Larutan glukosa

standar (ml)Absorbansi

0 0,030

0,02 0, 077

0,04 0, 126

0,06 0, 177

0,08 0, 231

0,10 0, 265

Kelompok Absorbansi (y) Konsentrasi (x) mg/dl

10,358 1360

0,304 1140

20,485 376

0,455 352

30,236 85,4

0,234 84,6

40,223 80

0,218 77,8

Tabung didinginkan,diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm

Dibuat persamaan regresi untuk standar glukosa, dihitung kandungan glukosa pada sampel dengan menggunkan persamaan

regresi yang didapat

r = 0,998

a = 0,030

b = 2,411

y = bx + a

y = 2,411x + 0,030

Page 10: Acara v Glukosa Dalam Darah

Tabung I

(Abs: 0,358)

y = 2,411x + 0,03

0,358 = 2,411x + 0,03

2,411x = 0,328

x = 0,136 mg/ml

Faktor pengencer:

Dalam 10 ml 0,136 mg/ml x 10 = 1,36 mg/ml

Dalam 5 ml 1,36 mg/ml x 5 = 6,8 mg/ml

Dalam 1 ml 6,8 mg/ml x 2 = 13,6 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 1360 mg/dl

Tabung II

(Abs : 0,304)

y = 2,411x + 0,030

0,304 = 2,411x + 0,030

2,411x = 0,274

x = 0,114 mg/ml

Faktor pengencer

Dalam 10 ml 0,114mg/ml x 10 = 1,14 mg/ml

Dalam 5 ml 1,14 mg/ml x 5 = 5,7 mg/ml

Dalam 1 ml 5,7 mg/ml x 2 = 11,4 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 1140 mg/dl

Kelompok 2

Tabung I

(Abs: 0,485)

y = 2,411x + 0,03

0,485 = 2,411x + 0,03

x = 0,188 mg/ml

Faktor pengencer:

Dalam 5 ml 0,188 mg/ml x 2 x 5 = 1,88 mg/ml

Dalam 1 ml 1,88 mg/ml x 2 = 3,76 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 376 mg/dl

Tabung II

(Abs : 0,455)

Page 11: Acara v Glukosa Dalam Darah

y = 2,411x + 0,030

0,455 = 2,411x + 0,030

x = 0,176 mg/ml

Faktor pengencer:

Dalam 5 ml 0,176 mg/ml x 2 x 5 = 1,76 mg/ml

Dalam 1 ml 5,7 mg/ml x 2 = 3,52 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 352 mg/dl

Kelompok 3

Tabung I

(Abs: 0,236)

y = 2,411x + 0,03

0,236 = 2,411x + 0,03

x = 0,0854 mg/ml

Faktor pengencer:

Dalam 5 ml 0,0854 mg/ml x 5 = 0,427 mg/ml

Dalam 1 ml 0,427 mg/ml x 2 = 0,854 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 85,4 mg/dl

Tabung II

(Abs : 0,234)

y = 2,411x + 0,030

0,234 = 2,411x + 0,030

x = 0,0846 mg/ml

Faktor pengencer

Dalam 5 ml 0,0846 mg/ml x 5 = 0,423 mg/ml

Dalam 1 ml 0,423 mg/ml x 2 = 0,846 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 84,6 mg/dl

Kelompok 4

Tabung I

(Abs: 0,223)

y = 2,411x + 0,03

0,223 = 2,411x + 0,03

x = 0,080 mg/ml

Faktor pengencer:

Dalam 5 ml 0,080 mg/ml x 5 = 0,4 mg/ml

Page 12: Acara v Glukosa Dalam Darah

Dalam 1 ml 0,4 mg/ml x 2 = 0,8 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 80 mg/dl

Tabung II

(Abs : 0,218)

y = 2,411x + 0,030

0,218 = 2,411x + 0,030

x = 0,0779 mg/ml

Faktor pengencer

Dalam 5 ml 0,0779 mg/ml x 5 = 0,389 mg/ml

Dalam 1 ml 0,389 mg/ml x 2 = 0,778 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 77,8 mg/dl

Pengamatan setelah pemanasan:

(kelompok 1 dan kelompok 2), Kadar glukosa dalam darah tinggi ditambah reagen

dan dididihkan 10 menit warna kuning berubah menjadi biru kehijauan.

(kelompok 3 dan kelompok 4) Kadar glukosa dalam darah normal ditambah reagen

dan dididihkan 10 menit warna kuning bening (tidak terjadi perubahan warna).

4. PEMBAHASAN

Page 13: Acara v Glukosa Dalam Darah

Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kandungan glukosa dalam darah,

dengan menggunakan metode O-toluidine. Metode o-toluidine atau biasa disebut Metode

Kondensasi Gugus Amino merupakan metode yang mudah dilakukan untuk penentuan

kandungan glukosa dalam darah. Metode ini merupakan metode non enzimatis yaitu tidak

menggunakan enzim melainkan dengan hanya menambahkan larutan o-toluidine pada sampel

darah. Prinsip penetapan kadar gula darah ini berdasarkan pengendapan protein darah dengan

asam trikloroasetat yang pada saat divortex terlihat bagian yang mengendap (protein darah)

dan cairan yang ada di atas mengandung gula yang akan diperiksa dengan menambahkan o-

toluidine dalam asam asetat glasial. Saat dipanaskan, gula akan berkonjugasi dengan o-

toluidine dalam asetat panas dengan memberikan warna biru hijau. (I Made Bakta, 2006)

Penetapan kadar glukosa dalam sampel darah dengan menggunakan metode o-toluidine

dilakukan dengan cara sampel darah ditambah dengan 1.5 ml larutan TCA 10%, dicampur dan

kemudian didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang. Adapun tujuan dari penambahan TCA

adalah untuk mengendapkan dan mendenaturasi protein yang terkandung di dalam darah

secara sempurna. Berat jenis protein lebih besar daripada berat jenis glukosa yang akan

dianalisis, maka pemisahan selanjutnya dilakukan dengan sentrifugasi. Sentrifugasi

digunakan untuk memisahkan endapan dan supernatan, dimana endapan yang terbentuk

mengandung protein dan komponen-komponen lain yang dapat mengganggu proses

pengukuran kadar glukosa.

Supernatan selanjutnya ditambah dengan larutan o-toluidine dengan konsentrasi tertentu

lalu direbus selama 10 menit. Warna larutan berubah dari coklat menjadi hijau. Hal ini

dikarenakan glukosa bereaksi dengan O-toluidine acetic acid panas dan menghasilkan

senyawa berwarna hijau.

Selanjutnya dilakukan pengenceran agar konsentrasi glukosa dalam sampel tidak terlalu

besar sehingga bisa dianalisis menggunakan spektrofotometer. Tapi sebelum diukur

menggunakan spektrofotometer, terlebih dahulu dibuat larutan standar glukosa dan sampel.

Kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm. Panjang

gelombang ini merupakan panjang gelombang maksimum pada pengukuran kandungan

glukosa dalam darah. Dengan pemakaian panjang gelombang maksimum ini, maka kesalahan

dapat diminimalkan karena glukosa sensitif dan selektif pada panjang gelombang 620 nm.

Setelah itu, hasil dari pengukuran spektrofotometri dibuat persamaan regresi untuk standar

glukosa.

Dari hasil pengukuran larutan standar menggunakan spektrofotometer didapatkan hasil

yaitu r = 0,998, a = 0,030, b = 2,411. Sehingga dari data tersebut diperoleh persamaan

Page 14: Acara v Glukosa Dalam Darah

y = 2,411x + 0,030. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi

glukosa dalam sampel darah. Sampel darah pada kelompok 1 dan kelompok 2 yang ditambah

dengan glukosa memiliki nilai konsentrasi rata-rata sebesar 1250 mg/dl dan 364 mg/dl.

Sedangkan untuk sampel darah pada kelompok 3 dan kelompok 4 yang tidak dilakukan

penambahan glukosa memiliki nilai konsentrasi rata-rata sebesar 85 mg/dl dan 78,9 mg/dl.

Pada darah orang normal kandungan glukosa saat puasa adalah sekitar < 110 mg/dL

dan pada saat setelah makan sekitar < 140 mg/dL atau kadar normal glukosa dalam darah

yaitu 60-100 mg/dL (Lhitasha, 2009). Sehingga dari data yang kami peroleh dapat digunakan

sebagai parameter untuk orang yang kadar gula dalam darahnya normal dan untuk orang

dengan kadar gula dalam darahnya di atas normal yang biasa kita sebut dengan penderita

Diabetes Melitus.

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolisme. Penyakit ini disebabkan

kurangnya insulin baik secara absolut maupun relatif. Gangguan dari hormon peptida ini

terutama berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat. Diabetes melitus terdapat dalam dua

bentuk. Pada diabetes tipe I tergantung insulin (IDDM). Sel-sel yang memproduksi insulin

sudah terganggu pada usia lebih dini karena adanya reaksi auto immune. Diabetes tipe II

adalah bentuk yang tidak tergantung insulin (NIDDM). Kebanyakan terjadi pada usia lanjut

disebabkan sekresi insulin yang kurang atau gangguan pada fungsi reseptor. (Aru W. Sudoyo,

2009)

6. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah kita lakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,

antara lain.

a. Metode o-toluidine merupakan metode yang mudah dilakukan untuk penentuan

kandungan glukosa dalam darah.

b. Metode toluidine bersifat non enzimatis yaitu tidak menggunakan enzim melainkan

dengan hanya menambahkan larutan o-toluidine pada sampel darah TCA digunakan

untuk mengendapkan dan mendenaturasi protein yang terkandung di dalam darah

secara sempurna.

c. Kadar gula dalam darah orang normal berbeda secara signifikan dengan kadar gula

pasien Diabetes melitus.

d. Pasien Diabetes melitus dapat didiagnosa dengan cara melihat konsentrasi/kandungan

glukosa dalam darah yang melebihi batas normal yaitu diatas rentang 60-100 mg/dL.

Page 15: Acara v Glukosa Dalam Darah

7. DAFTAR PUSTAKA

Anwar, N,Arief W, Sugeng W. Study of Enzymatic Hydrolysis of Rice for Hidrogen

Production Using Mixed Cellulases. Surabaya : ITS

Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC Anggota IKAPI

K. Robert, murray,K. Daryd, Granner, A.Peter W. Victor Mayes,Rodwell. 1999. Biokimia

Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Lhitasha. 2009. Darah. http://filzahazny.wordpress.com/2009/07/10/darah/ ( 28 April

2012)

Sudoyo, Aru.W,Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, Edisi Kelima, Jilid III. Jakarta Pusat : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Interna Publishing

Hudiyono, Sumi.2004.Diktat Kuliah Biokimia.Depok:Dept kimia FMIPA UI

Page 16: Acara v Glukosa Dalam Darah

LAMPIRAN

Sampel darah + Glukosa

(Sampel darah + 1% TCA) (Supernatan+Reagen o-toluidine) (Setelah Pemanasan)