Makalah Problem Posing Perbandingan Baruu
-
Upload
bagus-permana -
Category
Documents
-
view
84 -
download
0
description
Transcript of Makalah Problem Posing Perbandingan Baruu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Matematika memiliki peranan penting dalam mengembangkan IPTEK, pendukung
studi lainnya serta berperan dalam membentuk pola pikir logis, kritis dan kreatif secara
efektif. Di sisi lain, matematika juga dianggap sebagai kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh setiap orang agar dapat beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka
pembelajaran matematika yang diberikan guru merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan terutama dalam pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran yang
tepat. Pada kenyataannya, matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit,
bersifat abstrak dan bahkan pelajaran yang menakutkan bagi sebagian siswa. Sifat abstrak
ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Oleh sebab itu
sebelum sampai kepada tingkat yang abstrak dan siswa mudah memahami konsep-konsep
yang rumit dan abstrak, matematika harusnya dipelajari melalui tingkatan kongkret dengan
menyertakan contoh-contoh yang kongkret sesuai dengan kondisi yang dihadapi melalui
kejadian sehari-hari yang benar nyata.
Pembelajaran matematika yang dilakukan selama ini kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam mengemukakan ide dan gagasan
yang akan mengarahkan kepada pembentukan pengetahuan matematika mereka sendiri.
Siswa lebih banyak bergantung pada guru yang mengakibatkan pembelajaran terpusat pada
guru (teacher-centred) dimana guru berperan aktif sementara siswa menjadi pasif.
Pembelajaran yang seperti ini merupakan pembelajaran dimana guru mentransfer ilmunya
langsung kepada siswa dan pembelajaran yang lebih menekankan hasil dimana siswa
hanya menerapkan rumus atau algoritma daripada menekankan pada proses, sehingga
memandang matematika sebagai kumpulan rumus bukan sebagai proses berpikir, siswa
tidak mampu mandiri dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat pembelajaran
langsung kecuali duduk manis mendengarkan penjelasan dari guru.
Proses pembelajaran tidak menghantarkan pembelajaran berpusat pada siswa
(student centered) akan memberikan kesan yang kurang baik karena pembelajaran terjadi
satu arah sehingga siswa tidak menemukan sendiri konsep belajarnya dan membuat
pembelajaran tidak bermakna. Hal tersebut dapat mengakibatkan pemahaman
konsep, pengetahuan prosedural, ragam jawaban siswa serta sikap siswa terhadap
1
matematika cukup memprihatinkan, hal ini hendaknya diubah. Perubahan itu dilakukan
dengan lebih memberikan penekanan pada pemahaman konsep matematika dan
pengetahuan prosedural.
Depdiknas (2003) memberikan pedoman mengenai beberapa kompetensi yang
perlu diperhatikan guru dalam melakukan penilaian, yaitu : 1) Pemahaman konsep : siswa
mampu mendefenisikan konsep, mengidentifikasi, dan memberi contoh atau bukan contoh
dari konsep tersebut; 2) Prosedur : Siswa mampu mengenali prosedur atau proses
menghitung yang benar dan tidak benar; 3) Komunikasi: Siswa mampu menyatakan dan
menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikan; 4)
Penalaran: Siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana; 5)
Pemecahan masalah: Siswa mampu memahami masalah, memilih strategi penyelesaian,
dan menyelesaikan masalah.
Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami,
mengerti, menganalisis dengan baik unsur-unsur yang ada dalam matematika. Penggunaan
simbol-simbol yang bervariasi dan rumus-rumus yang beraneka ragam, menuntut siswa
untuk lebih memusatkan pikirannya agar dapat menguasai konsep dan prosedural dalam
matematika dengan memberikan permasalahan kepada siswa.
Untuk permasalahan tersebut pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna
meningkatkan kemampuan untuk memahami konsep matematika dan mengetahui prosedur
mengerjakan tugas matematika, hendaknya guru dapat memilih dan menerapkan suatu
pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep dan pengetahuan
prosedural matematika siswa yaitu dengan menawarkan suatu pembelajaran Problem
Posing. Pembelajaran Problem Posing akan dapat menumbuhkan kembali motivasi dan
minat siswa, mendorong adanya interaksi antar siswa dan guru.
Pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah akan mengubah pembelajaran
yang selama ini berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Dimana pembelajaran
selama ini siswa hanya menerima materi dari pengajar, mencatat dan menghapalkannya
diubah kearah yang mencari dan menemukan pengetahuan sehingga terjadi peningkatan
pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Pembelajaran ini memberikan kondisi belajar
aktif kepada siswa melalui pembentukan soal sederhana, dimana siswa mempelajari
pengetahuan dari masalah yang diberikan. Oleh karena itu, siswa hendaknya diberikan
latihan dan dibiasakan untuk memecahkan masalah.
Penggunaan pembelajan problem posing diharapkan dapat menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan, mendorong siswa belajar dan memberikan kesempatan
2
kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya sehingga
tercapainya hasil belajar siswa yang baik. Dengan pemberian suatu masalah kepada siswa
akan menimbulkan rasa ingin tahunya, bagaimana cara menyelesaikanya, konsep yang
bagaimana yang diperlukan untuk pemecahanyan dan metode apa yang tepat digunakan
untuk penyelesainya. Hal tersebut akan mendorong siswa menggunakan pengetahuan yang
telah dimiliki dan mencari yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah tersebut.
Pembelajaran ini akan membuat siswa lebih memahami konsep matematika dan
mengetahui prosedur penyelesaian masalah sehingga siswa terampil menyelesaikan soal-
soal matematika serta kinerja dan ragam jawaban dari siswa akan lebih baik.
Pembelajaran problem posing membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri,
artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai,
terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses
belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu (Depdiknas: 2003).
Dengan pembelajaran problem posing akan mengantarkan siswa untuk memahami konsep
materi pelajaran dan mengetahui prosedur pemecahan masalah dimulai dari belajar dan
bekerja pada situasi masalah yang diberikan diawal pembelajaran, sehingga siswa
memperoleh kebebasan untuk berpikir mencari penyelesaianya dari masalah yang
diberikan. Melalui pengalaman belajar yang diperoleh siswa melalui kegiatan bekerja,
mencari dan menemukan sendiri tidak akan mudah melupakannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pendekatan pembelajaran problem posing?
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran problem
posing?
3. Apa kelebihan dan kelemahan pendekatan pembelajaran problem posing yang
diterapkan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran problem posing.
2. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran problem
posing.
2. Mengetahui keunggulan dan kelemahan pendekatan pembelajaran problem posing yang
diterapkan.
3
1.4 Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Membantu guru dalam memahami dan menerapkan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan problem posing.
2. Memberikan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah khususnya dalam pemilihan pendekatan pembelajaran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Problem Posing
Problem posing mulai dikembangkan pada tahun 1997 oleh Lynn D. English dan
awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Kemudian model ini
dikembangkan pada mata pelajaran yang lain. Model pembelajaran problem posing mulai
masuk ke Indonesia pada tahun 2000.
Problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, yang mempunyai
beberapa padanan dalam bahasa Indonesia. Suryanto (1998:1) dan As’ari (2000:4)
memadankan istilah problem posing dengan pembentukan soal. Sedangkan Sutiarso
(1999:16) menggunakan istilah membuat soal, Siswono (1999:7) menggunakan istilah
pengajuan soal, dan Suharta (2000:4) menggunakan istilah pengkonstruksian masalah,
(Abdussakir:2009).
Problem Posing mempunyai beberapa arti, problem posing adalah perumusan
masalah yang berkaitan dengan syarat-syarat soal yang telah dipecahkan atau alternatif
soal yang masih relevan. Problem posing dapat membantu siswa dalam mencari topik baru
dan menyediakan pemahaman yang lebih mendalam. Selain itu juga, problem posing dapat
mendorong terciptanya ide-ide baru yang berasal dari setiap topik yang diberikan. Topik
disini khususnya dalam pembelajaran matematika.
Problem posing dalam matematika mempunyai beberapa arti (Suryanto, 1998
dalam Muhfida) yaitu:
a. Perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa
perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi dalam pemecahan
soal-soal yang rumit. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengajuan soal merupakan
salah satu langkah dalam rencana pemecahan masalah/soal.
b. Perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan
dalam rangka pencarian alternative pemecahan atau alternative soal yang relevan.
Pengertian ini berkaitan erat dengan langkah melihat kembali yang dianjurkan oleh
Polya (1973) dalam memecahkan masalah soal.
c. Perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan
sebelum, saat atau setelah pemecahan suatu masalah/soal.
Pada situasi problem posing yang bebas, siswa tidak diberikan suatu informasi
yang harus ia patuhi, tetapi siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
5
membentuk soal sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Siswa dapat menggunakan
fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan dalam pembentukan soal. Sedangkan
dalam situasi problem posing yang semi terstruktur, siswa diberi situasi atau informasi
yang terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mencari atau menyelidiki situasi atau
informasi tersebut dengan cara menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu,
siswa harus mengaitkan informasi itu dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
matematika yang diketahuinya untuk membentuk soal. Pada situasi problem posing yang
terstuktur, informasi atau situasinya berupa soal atau selesaian dari suatu soal.
Setiawan (2004:17) mengatakan pembentukan soal atau pembentukan masalah
mencakup dua kegiatan yaitu :
1. Pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau dari pengalaman siswa.
2. Pembentukan soal dari soal yang sudah ada.
Dari sini kita bisa katakan bahwa problem posing merupakan suatu pembentukan
soal atau pengajuan soal yang dilakukan oleh siswa dengan cara membuat soal tidak jauh
beda dengan soal yang diberikan oleh guru ataupun dari situasi dan pengalaman siswa itu
sendiri. Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model
pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar
soal (berlatih soal) secara mandiri.
Penerapan model pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk
memperjelas konsep sangat disarankan.
b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang
bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara
kelompok.
d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal
temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif
berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.
e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.
Problem posing merupakan masalah pokok dalam disiplin matematika dan dalam
alam berpikir matematik. Karena karakteristik berpikir matematika dapat dilaksanakan
dalam pembelajaran dengan problem posing.
6
Menurut Suryanto (1998) dalam Muhfida, sistem berpikir matematis dapat
diartikan:
1. memahami,
2. keluar dari kemacetan,
3. mengidentifikasi kekeliruan,
4. meminimumkan pekerjaan berhitung,
5. meminimumkan pekerjaan menulis,
6. tekun, siap mencari jalan lain ketika diperlukan, dan
7. membentuk soal.
Secara umum seseorang yang sudah mampu berpikir matematika, berarti sudah
mampu membentuk pola pikirnya pada pola berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis
dapat didefinisikan sebagai kemampuan berpikir yang meliputi: memahami, mengamati,
membandingkan, mengelompokkan, mengimajinasi, menghipotesis, mengasumsi,
mengumpulkan, dan mengorganisasikan data, meringkas, menafsirkan, menyelesaikan
masalah, dan membuat keputusan
Dalam model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) siswa dilatih untuk
memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika. Dengan demikian,
kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing sebagai berikut.
a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep-konsep
dasar.
b. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar.
c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
2.2 Problem Posing dan Relevansinya dengan Matematika
Problem posing atau pembentukan soal adalah salah satu cara yang efektif untuk
mengembangkan keterampilan siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep matematika.
Tim Penelitian Tindakan Matematika (PTM) (2002 : 2) mengatakan bahwa :
1. Adanya korelasi positif antara kemampuan membentuk soal dan
kemampuan membentuk masalah.
2. Latihan membentuk soal merupakan cara efektif untuk meningkatkan kreatifitas siswa
dalam memecahkan suatu masalah.
7
Problem posing memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berpikir secara
bebas dan mandiri dalam menyelesaikan masalah. Masalah disini tentunya masalah dalam
matematika.
Adapun masalah dalam matematika diklasifikasikan dalam dua jenis antara lain:
1. Soal mencari (problem to find) yaitu mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai
atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat
yang sesuai dengan soal. Objek yang ditanyakan atau dicari (unknown), syarat-syarat
yang memenuhi soal (condition) dan data atau informasi yang diberikan merupakan
bagian penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipenuhi serta dikenali
dengan baik pada saat memecahkan masalah.
2. Soal membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu
pernyataan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan
kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang
logis dari hipotesis menuju kesimpulan (Depdiknas, 2005: 219).
Silver dkk dalam Surtini (2004: 48) mengemukakan bahwa sebenarnya sudah sejak
lama para tokoh pendidikan matematika menunjukkan pembentukan soal merupakan
bagian penting dalam pengalaman matematis siswa dan menyarankan agar dalam
pembelajaran matematika ditekankan kegiatan pembentukan soal.
Hasil penelitian Silver dan Cai dalam Surtini (2004: 49) menunjukkan bahwa
kemampuan pembentukan soal berkorelasi positif dengan kemampuan memecahkan
masalah. Dengan demikian kemampuan pembentukan soal sesuai dengan tujuan
pembelajaran matematika di sekolah sebagai usaha meningkatkan hasil pembelajaran
matematika dan dapat meningkatkan kemampuan siswa. Dari sini kita peroleh bahwa
pembentukan soal penting dalam pelajaran matematika guna meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa dengan membuat siswa aktif dan kreatif.
2.3. Pendekatan Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika
Sesuai dengan kedudukan problem posing merupakan langkah awal dari problem
solving, maka pembelajaran problem posing juga merupakan pengembangan dari
pembelajaran problem solving. Problem posing diperlukan kemampuan siswa dalam
memahami soal, merencanakan langkah-langkah penyelesaian soal, dan menyelesaikan
soal tersebut. Ketiga kemampuan tersebut merupakan juga merupakan sebagian dari
langkah-langkah pembelajaran problem solving. Dalam pembelajaran matematika,
8
pengajuan soal menempati posisi yang strategis. Pengajuan soal dikatakan sebagai inti
terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat pemikiran penalaran matematika.
Disamping itu makin bertambah pendidik matematika yang menganjurkan agar
siswa diberi kesempatan secara teratur untuk menulis soal (masalah) matematikanya
sendiri. Pengajuan soal dapat membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan
kesukaan terhadap matematika, sebab ide-ide matematika siswa dicobakan untuk
memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan performannya dalam
pemecahan masalah. Pengajuan soal juga sebagai sarana komunikasi matematika
siswa. Oleh karena itu, problem posing dapat menjadi salah satu alternatif untuk
mengembangkan berpikir matematis atau pola pikir matematis.
Problem posing merupakan kegiatan penting dalam pembelajaran matematika.
NCTM merekomendasikan agar dalam pembelajaran matematika, para siswa diberikan
kesempatan untuk mengajukan soal sendiri (dalam Abdussakir).
Pembuatan soal dalam pembelajaran matematika melalui dua tahap kegiatan
kognitif, yaitu accepting (menerima) dan challenging (menantang). Menerima terjadi
ketika siswa membaca situasi atau informasi yang diberika guru dan menantang terjadi
ketika siswa berusaha untuk mengajukan soal berdasarkan situasi atau informasi yang
diberikan. Sehubungan dengan hal tersebut As’ari (2000:9) dalam Abdussakir,
menegaskan bahwa proses kognitif menerima memungkinkan siswa untuk menempatkan
suatu informasi pada suatu jaringan struktur kognitif sehingga struktur kognitif tersebut
makin kaya, sementara proses kognitif menantang memungkinkan jaringan stuktur kognitif
yang ada menjadi semakin kuat hubungannya. Dengan demikian pembelajaran matematika
dengan pendekatan problem posing akan menambah kemampuan dan penguatan konsep
dan prinsip matematika siswa.
Pendekatan problem posing (pengajuan masalah) dapat dilakukan secara individu
atau kelompok (classical), berpasangan (in pairs) atau secara berkelompok (groups).
Masalah matematika yang diajukan secara individu tidak memuat intervensi atau
pemikiran dari siswa yang lain. Masalah tersebut adalah murni sebagai hasil pemikiran
yang dilatar belakangi oleh situasi yang diberikan.
Masalah matematika yang diajukan oleh siswa yang dibuat secara berpasangan
dapat lebih berbobot, jika dilakukan dengan cara kolaborasi, utamanya yang berkaitan
dengan tingkat keterselesaian masalah tersebut. Sama halnya dengan masalah matematika
yang dirumuskan dalam satu kelompok kecil, akan menjadi lebih berkualitas manakala
anggota kelompok dapat berpartsipasi dengan baik (Hamzah, 2003: 10 dalam Muhfida).
9
Dalam pelaksanaannya dikenal beberapa jenis model problem posing antara lain:
1. Situasi problem posing bebas, siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengajukan soal sesuai dengan apa yang dikehendaki. Siswa dapat menggunakan
fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan untuk mengajukan soal.
2. Situasi problem posing semi terstruktur, siswa diberikan situasi/informasi terbuka.
Kemudian siswa diminta untuk mengajukan soal dengan mengkaitkan informasi itu
dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Situasi dapat berupa gambar atau
informasi yang dihubungkan dengan konsep tertentu.
3. Situasi problem posing terstruktur, siswa diberi soal atau selesaian soal tersebut,
kemudian berdasarkan hal tersebut siswa diminta untuk mengajukan soal baru.
2.4. Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Posing
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing menurut
Budiasih dan Kartini dalam Syarifulfahmi(2009) adalah sebagai berikut:
1. Membuka kegiatan pembelajaran.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Menjelaskan materi pelajaran.
4. Memberikan contoh soal.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk soal dan menyelesaikannya
7. Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
8. Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan yang dibuat siswa.
9. Menutup kegiatan pembelajaran.
Menurut Srini M. Iskandar dalam Syarifulfahmi, batasan mengenai pembentukan
soal adalah sebagai berikut:
1. Perumusan ulang soal yang sudah ada dengan perubahan agar menjadi lebih sederhana
dan mudah dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit.
2. Perumusan atau pembentukan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang
telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif pemecahan yang lain.
3. Perumusan atau pembentukan soal dari kondisi yang tersedia, baik dilakukan sebelum,
ketika, atau sesudah penyelesaian soal.
10
Adapun kondisi dalam pembentukan soal, menurut Srini M. Iskandar dalam
Syarifulfahmi dibagi menjadi tiga golongan yakni:
1. Kondisi bebas, yakni jika kondisi tersebut memberi kebebasan sepenuhnya kepada
siswa untuk membentuk soal, karena siswa tidak diberi kondisi yang harus dipenuhi.
2. Kondisi semi terstruktur, yakni jika siswa diberi suatu kondisi dengan menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya.
3. Kondisi terstruktur, adalah jika kondisi yang digunakan berupa soal atau penyelesaian
soal.
Amin Suyitno dalam Sari (2007), menjelaskan bahwa problem posing diaplikasikan
dalam tiga bentuk aktifitas kognitif matematika sebagai berikut.
a. Pre solution posing
Pre solution posing yaitu siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang
dibuat oleh guru. Contoh penerapan dalam soal, jika guru memberikan pernyataan sebagai
berikut.
Contoh 1.
“Dari 85 anak diketahui hanya 12 anak yang tidak menyukai biskuit dan cokelat, 45 anak
menyukai cokelat, dan 38 anak menyukai biskuit”
Kemungkinan pertanyaan yang dibuat oleh siswa sebagai berikut.
1) Berapakah banyaknya anak yang hanya menyukai biskuit?
2) Berapakah banyaknya anak yang hanya menyukai cokelat?
3) Berapakah banyaknya anak yang menyukai biskuit dan cokelat?
Contoh 2.
Sederhanakan hasil perkalian berikut: 82 x 86
Kemungkinana pertanyaan siswa sebagai berikut:
1. Berapakah hasil pangkat 82
2. Berapakah hasil 86
3. Tuliskan hasil 82 + 86
b. Within solution posing
Within solution posing yaitu siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi
sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru.
Contoh penerapan dalam soal, jika guru memberikan pernyataan sebagai berikut.
11
Contoh1.
“Dari 85 anak diketahui hanya 12 anak yang tidak menyukai biskuit dan cokelat, 45 anak
menyukai cokelat, dan 38 anak menyukai biskuit. Berapakah banyaknya anak yang
menyukai biskuit dan cokelat?”
Kemungkinan pertanyaan yang dibuat oleh siswa sebagai berikut.
a) Berapakah banyaknya anak yang hanya menyukai cokelat?
b) Berapa banyaknya anak yang hanya menyukai biskuit?
Contoh2.
Sederhanakan perkalian bilangan bulat berikut: 3 x b2 x b10 x b
Kemungkinan pertanyaan yang dibuat oleh siswa sebagai berikut:
1. Tentukan peralian berulang 3 x b2
2. Tentukan perkalian berulang 3 x b10
c. Post solution posing
Post solution posing yaitu siswa membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat
oleh guru. Jika guru memberikan pertanyaan sebagai berikut.
Contoh1.
“Dari 85 anak diketahui hanya 12 anak yang tidak menyukai biskuit dan cokelat, 45 anak
menyukai cokelat, dan 38 anak menyukai biskuit
1) Berapakah banyaknya anak yang hanya menyukai biskuit?
2) Berapakah banyaknya anak yang hanya menyukai cokelat?
3) Berapakah banyaknya anak yang menyukai biskuit dan cokelat?”
Kemungkinan pertanyaan yang dibuat oleh siswa sebagai berikut.
Dari 42 siswa, 45 siswa menyukai atletik, 38 siswa menyukai senam, dan hanya 8 siswa
yang tidak menyukai atletik dan senam.
1) Berapakah banyaknya anak yang hanya menyukai atletik?
2) Berapakah banyaknya anak yang hanya menyukai senam?
3) Berapakah banyaknya anak yang menyukai atletik dan senam?
Contoh 2.
Sederhanakan perkalian bilangan berpangkat berikut: 3 x b2 x b10 x b
1. Tentukan peralian berulang 3 x b2?
2. Tentukan perkalian berulang 3 x b10?
Kemungkinan pertanyaan yang dibuat oleh siswa sebagai berikut.
Sedehanakan perkalian bilangan berpangkat berikut 10 x p5 x p7 x p
12
1. Tentukan perkalian berulang 10 x p2
2. Tentukan perkalian berulang 10 x p10
Menurut Terry Dash dalam Syarifulfahmi, penyusunan soal-soal baru dapat digali
dari soal yang sudah ada. Artinya, soal yang sudah ada dapat menjadi bibit untuik soal
baru dengan mengubah, menambah, atau mengganti satu atau lebih karakteristik soal yang
terdahulu. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Change the numbers
Salah satu cara membuat soal dari soal yang sudah ada adalah dengan mengubah
bilangan.
2. Change the operations
Cara lain membuat soal dari soal yang sudah tersedia adalah dengan mengubah operasi
hitungnya.
Kemampuan siswa dalam membentuk soal dapat dikembangkan dengan cara guru
memberikan beberapa contoh seperti berikut:
1. Membentuk soal dari soal yang sudah ada atau memperluas soal yang sudah ada.
2. Menyusun soal dari suatu situasi, atau berdasarkan gambar di majalah atau surat kabar,
atau membuat soal mengenai benda-benda konkret yang dapat dimanipulasi (dikutak-
kutik).
3. Memberikan soal terbuka.
4. Menyusun sejumlah soal yang mirip tetapi dengan taraf kesilitan yang bervariasi.
Kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan soal, secara teknis yang dapat
dilakukan adalah:
1. Siswa menyusun soal secara individu. Dalam penyusunan soal ini, hendaknya siswa
tidak asal menyusun soal, akan tetapi juga mempersiapkan jawaban dari soal yang
sedang disusunnya. Dengan kata lain, setelah siswa tersebut dapat membuat soal, maka
dia juga dapat menyelesaikan soal tersebut.
2. Siswa menyusun soal. Soal yang telah tersusun tersebut kemudian diberikan kepada
teman sekelasnya. Distribusi soal-soal yang telah tersusun tersebut dapat menggunakan
cara penggeseran atau dengan cara bertukar dengan teman semeja. Artinya, distribusi
soal tersebut secara individu.
13
3. Agar lebih bervariasi dan lebih menumbuhkan sikap aktif, interaktif, dan kretaif, maka
dapat dibentuk kelompok-kelompok kecil untuk menyusun soal dan soal tersebut
didistribusikan kepada kelompok lain untuk diselesaikan. Soal dari kelompok tersebut,
diharapkan tingkat kesulitannya lebih tinggi dari soal yang disusun secara individu.
Pembelajaran dengan pendekatan problem posing tidak dapat dilepaskan dari
kegiatan memecahkan masalah/soal, karena memecahkan masalah adalah salah satu unsur
utama dalam pembelajaran matematika. Dalam problem posing, siswa diberi kegiatan
untuk membuat/membentuk soal kemudian menyelesaikan/memecahkan soal tersebut
sesuai dengan konsep atau materi yang telah dipelajari.
Persoalan yang harus dipecahkan oleh siswa datang siswa itu sendiri atau siswa
yang lain dalam Pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing. Jika
menggunakan variasi lain, misal dengan dibuat kelompok-kelompok, maka soal-soal dapat
berasal dari kelompok yang lain. Pemecahan masalah memacu fungsi otak anak,
mengembangkan daya pikir secara kreatif untuk mengenali masalah, dan mencari alternatif
pemecahannya.
Proses pemecahan masalah terletak pada diri pelajar, variabel dari luar hanya
merupakan intruksi verbal yang bersifat membantu atau membimbing pelajar untuk
memecahkan masalah. Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana
pelajar menemukan kombinasi-kombinasi aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu
kemudian menggunakannya untuk memecahkan masalah. Namun memecahkan masalah
tidak hanya menerapkan aturan-aturan yang telah diketahui tetapi juga memperoleh
pengetahuan baru.
Pendekatan problem posing ternyata sesuai dengan salah satu teori tentang berpikir
matematis. Berpikir matematis terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
1. Memahami masalah atau perkara (segala sesuatu yang dikerjakan dalam pelajaran
matematika harus bermakna).
2. Berusaha keluar dari kemacetan yang ada (bilamana mengalami kemacetan, harus dapat
menggunakan apa yang telah diketahui untuk keluar dari kemacetan).
3. Menemukan kekeliruan yang ada (harus dapat menemukan kekeliruan yang ada dalam
jawaban soal, dalam langkah yang kamu gunakan, dan dalam berpikir).
4. Meminimumkan pembilangan (jika melakukan hitungan, harus sedikit mungkin
menggunakan pembilangan).
5. Meminimumkan tulis-menulis dalam perhitungan.
14
6. Gigih dalam mencari strategi pemecahan masalah (jika menggunakan suatu strategi
pemecahan masalah tidak menghasilkan jawaban, kamu harus mencari strategi lain,
jangan mudah putus asa).
7. Membentuk soal atau masalah (harus mampu memperluas masalah dengan membentuk
pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal).
Pembelajaran matematika melalui problem posing diharapkan merupakan
pendekatan yang efektif, karena kegiatan tersebut sesuai dengan pola pikir matematis,
dalam arti:
1. Pengembangan matematika sering terjadi dari kegiatan membentuk soal
2. Membentuk soal merupakan salah satu tahap dalam berpikir matematis.
Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan problem posing jika
diperhatikan maka semua potensi siswa (pendengaran, penglihatan, dan pemikiran/jalan
berpikir) dilibatkan dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ini, sehingga siswa
diharapkan akan menguasai ilmu yang diserapnya.
2.5. Problem Posing Secara Berkelompok
Pembelajaran dengan problem posing ini menekankan pada pembentukan atau
perumusan soal oleh siswa baik secara individu, maupun secara berkelompok. Setiap
selesai pemberian materi guru memberikan contoh tentang cara pembuatan soal dan
memberikan informasi tentang materi pembelajaran dan bagaimana menerapkannya dalam
problem posing secara berkelompok.
Keuntungan belajar kelompok dalam Roestiah (2001: 17) adalah:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan
bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi
3. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta
kebutuhan belajar
4. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif
berpartisipasi dalam diskusi.
5. Dalam memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan
menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka
telah saling membantu kelompok dalam usaha mencapai tujuan bersama.
15
Adapun langkah-langkah problem posing belajar kelompok adalah:
FASE TINGKAH LAKU GURU Langkah P.
Posing
Fase1
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar Langkah
1 & 2
Fase -2
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar dan
Menyajikan informasi
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara evisien kemudian
menyampaikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan dan memberikan contoh soal
Langkah
3 & 4
Fase – 3
Membimbing
kelompok, belajar
mengajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mengerjakan tugasLangkah 5
Fase 4
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempersentasikan hasil
pekerjaannya
Langkah
7 & 8
Fase 5
Memberi
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik hasil belajar individu atau kelompok. Langkah 9
Jadi langkah-langkah pembelajaran problem posing secara berkelompok adalah :
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau tanya jawab selanjutnya memberi
contoh cara pembuatan soal dari informasi yang diberikan.
3. Guru membentuk kelompok belajar antara 2-4 siswa tiap kelompok yang bersifat
heterogen baik kemampuan, ras dan jenis kelamin.
16
4. Selama kerja kelompok berlangsung guru membimbing kelompok-kelompok yang
mengalami kesulitan dalam membuat soal dan menyelesaikannya.
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara
masing-masing kelompok mempersentasikan hasil pekerjaannya.
6. Guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah menyelesaikan
tugas yang diberikan dengan baik.
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Problem Posing
Dalam setiap pembelajaran pasti ada sisi kelebihan ataupun keunggulan dan
kekuruangan atau kelemahan. Begitu juga didalam pembelajaran melalui pendekatan
problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan menurut Rahayuningsih,
2002:18 dalam Sutisna, diantaranya adalah:
1. Kelebihan Problem Posing
1) Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
2) Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah
memahami soal karena dibuat sendiri.
3) Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
4) Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah.
5) Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima
sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik,
merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan
memperluan bahasan/ pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk
memecahkan masalah.
2. Kekurangan Problem Posing
1) Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi apa yang dapat disampaikan
2) Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannya
sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Problem posing adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan syarat-syarat
soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan. Problem posing dapat
membantu siswa dalam mencari topik baru dan menyediakan pemahaman yang lebih
mendalam. Selain itu juga, problem posing dapat mendorong terciptanya ide-ide baru yang
berasal dari setiap topik yang diberikan. Topik disini khususnya dalam pembelajaran
matematika.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing adalah
sebagai berikut:
1. Membuka kegiatan pembelajaran.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Menjelaskan materi pelajaran.
4. Memberikan contoh soal.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk soal dan menyelesaikannya
7. Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
8. Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan yang dibuat siswa.
9. Menutup kegiatan pembelajaran.
Adapun kelebihan dari pendekatan problem posing antara lain sebagai berikut:
1) Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
2) Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah
memahami soal karena dibuat sendiri.
3) Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
4) Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah.
5) Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima
sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik,
merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan
memperluan bahasan/ pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk
memecahkan masalah.
18
Sedangkan kekurangan dari pendekatan problem posing adalah:
1) Persiapan guru lebih banyak karena menyiapkan informasi apa yang akan
disampaikan.
2) Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannya
sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.
3) Menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi.
3.2 Saran
Adapun saran dari penulis sebagai berikut:
Sebagai seorang pendidik kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi
pendidik yang profesional, baik dalam pengembangan pembelajaran maupun pemilihan
pendekatan pembelajaran yang tepat untuk setiap materi yang diberikan.
Seorang pendidik yang tidak hanya sekedar mentransfer ilmu yang dimiliki, tetapi
berusaha menggali dan meningkatkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdussakir. ( 2009). Pembelajaran Matematika Dengan Problem Posing. [Online].
Tersedia : http://abdussakir.wordpress.com/2009/02/13/pembelajaran- matematika-
dengan-problem-posing/.
Abin. (2010). Meningkatkan Prestasi Belajar matematika Siswa Melalui Problem Posing
Secara Berkelompok Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV) di Kelas VIII SMPN 2 Kendari. [Online]. Tersedia :http://pendidikan-
matematika.blogspot.com/2009/03/proposal-problem-posing.html
Muhfida. (2010). Problem Posing dalam Pembelajaran Matematika. [Online].
Tersedia: http://blog.muhfida.com/problem-posing-dalam-pembelajaran-
matematika
Muhfida. (2010). Pendekatan Problem Posing. [Online]. Tersedia: http://www.muhfida.
com/pendekatanproblemposing.html
Simanjuntak, Lisnawaty, dkk. 1993. Metode Mengajar Matematika. Rineka Cipta. Jakarta.
Surtini, Sri. 2004. Problem Posing dan Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Cacah
Siswa SD. Jurnal pendidikan (on line volume 5 no. 1).[Online].
Tersedia: http://pk.ut.ac. Id/Scan Penelitian/Sri % 2004. pdf.
Sutisna. (2010). Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem
Posing. [Online].
Tersedia : http://sutisna.com/artikel/artikel-kependidikan/kelebihan-dan-
kelemahan-pembelajaran-dengan-pendekatan-problem-posing/
Syarifulfahmi. (2009). Pendekatan Pembelajaran Problem Posing. [Online]. Tersedia
http://syarifulfahmi.blogspot.com/2009/09/pendekatan-pembelajaran-problem-
posing.html.
Tim Penelitian Tindakan Matematika (PTM). 2002. Meningkatkan Kemampuan Siswa
Menerapkan Konsep Matematika Melalui Pemberian Tugas Problem Posing
Secara Berkelompok. Buletin Pelangi PendidikanVolume 2. Jakarta. Direktorat
Pendidikan.
http://www.v3a.co.cc/2010/05/model-pembelajaran-problem-posing
20
Lampiran I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Status Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VII/1
Pokok Bahasan : Skala dan Perbandingan
Alokasi Waktu : 4 x 40 Menit (2 x pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
Menggunakan konsep skala dan perbandingan di dalam pemecahan masalah.
B. KOMPETENSI DASAR
Memahami pengertian skala dan perbandingan, serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
C. INDIKATOR
1. Siswa dapat memahami konsep tentang skala.
2. Siswa dapat menggunakan konsep perbandingan dalam menghitung faktor
perbesaran dan pengecilan pada gambar berskala
3. Siswa dapat menggunakan konsep perbandingan dalam memecahkan masalah di
kehidupan sehari- hari.
4. Siswa dapat memahami hubungan antara perbandingan dan pecahan.
5. Siswa dapat memecahkan masalah yang melibatkan perbandingan seharga dan
berbalik harga.
D. MATERI
Skala dan Perbandingan
A. Skala
Skala adalah perbandingan antara jarak pada gambar dengan jarak sebenarnya.
Skala=jarak pada gambar (modeljarak sebenarnya
Secara umum, skala 1 : p artinya setiap jarak 1 cm pada gambar (model) mewakili p cm
jarak yang sebenarnya.
Contoh:
21
Diketahui skala suatu peta 1 : 1.500.000. Jika jarak kota A ke kota B pada peta tersebut
6 cm, tentukan jarak sebenarnya antara kota A dan kota B!
Penyelesaian:
Skala = 1 : 1.500.000
Jarak pada peta = 6 cm
Skala=jarak pada gambar (modeljarak sebenarnya
11. 500 .000
= 6jarak sebenarnya
Jarak sebenarnya =6 x 1. 500 .000 cm
= 9 . 000 .000 cm
= 9 km
B. Perbandingan
Perbandingan antara dua besaran dapat dinyatakan dengan tabel seperti berikut.
(i.) Pada perbandingan senilai berlaku
ab= p
q
(ii.)Pada perbandingan berbalik nilai berlaku
ab= q
p
Pada perbandingan senilai, nilai suatu barang akan naik/turun sejalan dengan nilai
barang yang dibandingkan. Grafik perbandingan senilai berupa garis lurus.
Contoh:
Sebuah mobil memerlukan 3 liter bensin untuk menempuh jarak 24 km. Berapa jarak
yang ditempuh mobil itu jika menghabiskan 45 liter bensin?
Penyelesaian:
3 liter bensin menempuh jarak 24 km, sehingga 1 liter bensin menempuh jarak = 24/3
km = 8 km.
Jarak yang dapat ditempuh dengan 45 liter bensin = 45 x 8 km = 360 km.
22
Pada perbandingan berbalik nilai, jika nilai sebuah barang naik maka nilai barang
yang dibandingkan akan turun atau sebaliknya. Grafik perbandingan berbalik nilai
berupa kurva mulus.
Contoh:
Seorang peternak mempunyai persediaan makanan untuk 30 ekor kambing selama 15
hari. Jika peternak itu menjual 5 ekor kambing, berapa hari persediaan makanan itu
akan habis?
Penyelesaian:
30 ekor kambing selama 15 hari dan (30 – 5) = 25 ekor kambing selama x hari. Hal ini
dapat dituliskan sebagai berikut:
30 x 15 = 25 x x
450 = 25x
= 450
25=18
Jadi, untuk 25 ekor kambing, persediaan makanan akan habis selama 18 hari.
E. MATERI PRASYARAT
1. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
2. Operasi perkalian dan pembagian
3. Operasi hitung pecahan.
F. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
2. Buku Pegangan Guru, Matematika untuk kelas VII SMP
G. MODEL, STRATEGI DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
1. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran Berdasarkan masalah
Masalah
2. Strategi Pembelajaran
Untuk melibatkan siswa secara aktif, strategi pembelajaran yang digunakan adalah Pola
pemecahan masalah yang dipahami siswa
3. Pendekatan Pembelajaran
23
Pendekatan Pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan Problem Posing dengan
beberapa metode pembelajaran antara lain: diskusi, tanya jawab dan pemecahan
masalah.
H. SKENARIO PEMBELAJARAN
PERTEMUAN-1
I. APERSEPSI
No Fase P.Posing Kegiatan Guru Kegiatan SiswaAlokasi
waktu
1 FASE 1
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi
siswa
Menyampaikan secara lisan
kompetensi dasar dan
indikator/tujuan pembelajaran
yang akan dicapai siswa,
Memperhatikan dan
mencermati penjelasan
guru
5’
2 Menanyakan dan
mengingatkan
kembali materi prasyarat
tentang operasi pada bilangan
bulat
Memberikan argumen
tentang materi
prasyarat yang ditanya
guru
5’
II. KEGIATAN INTI
N
o
Fase P.Posing Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokas
i
Waktu
1 FASE 2
Mengorganisasika
n siswa ke dalam
kelompok-
kelompok belajar
dan Menyajikan
informasi
Membagi peserta
didik ke dalam
beberapa kelompok
yang terdiri dari 4
orang
Siswa menyatu dengan
kelompok yang sudah
ditentukan oleh guru
5’
2 Guru menjelaskan
materi dan membagi
LAS kepada setiap
kelompok.
Mendengarkan penjelasan
guru dan memahami
petunjuk yang ada di LAS.
30’
3 FASE 3 Guru meminta setiap Setiap kelompok berdiskusi 20’
24
Membimbing
kelompok belajar
mengajar
kelompok berdiskusi
untuk
membentuk/membua
t soal dari materi
yang telah diberikan
pada LAS.
untuk membentuk/membuat
soal serta penyelesaiannya
dan menuliskannya pada
LAS yaitu:
6 Guru meminta satu
kelompok untuk
mempresentasikan
hasil rangkuman dan
membacakan soal
yang tidak bisa
diselesaikan dalam
kelompoknya
Memperhatikan, dan setiap
orang berhak memberikan
masukannya.
5’
III. MENGEVALUASI MATERI AKADEMIK
1 FASE 4
Evaluasi
Mengajak siswa berdiskusi dan
membahas soal dari problem
posing serta memberikan
kesempatan bertanya mengenai
hal-hal yang kurang dipahami
siswa
Ikut serta berdiskusi
dan membahas soal
bersama
5’
2 Mengajak siswa membuat
kesimpulan
Masing-masing
kelompok ikut serta
menyimpulkan
2’
IV. KEGIATAN AKHIR
1 FASE 5
Memberi
Penghargaan
Memberikan pujian kepada
siswa yang menyelesaikan
tugasnya dengan baik
Bertanya kepada guru
tentang hal-hal yang
kurang dipahami
2’
2 Memberikan tugas dirumah
yang ada pada buku pegangan
Menandai tugas rumah
yang diberikan oleh
1’
25
siswa guru
I. PENILAIAN
1. Teknik : Tes
2. Bentuk : Essay Tes
3. Instrumen :
1) Dua kota berjarak 120 km. Jika kedua kota itu di gambar pada peta dengan skala
1:800.000, tentukanlah jarak kedua kota tersebut terhadap peta!
2) Sebidang tanah di gambar dengan skala 1:300, jika ukuran tanah pada gambar adalah
20 cm ´ 15 cm,tentukan luas tanah sebenarnya!
J. SUMBER BACAAN
Nurhani Dewi dan Tri Wahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Depdikbud.
2008.
26
PERTEMUAN-2
I. APERSEPSI
No Fase P.Posing Kegiatan Guru Kegiatan SiswaAlokasi
waktu
1 FASE 1
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi
siswa
Menyampaikan secara lisan
kompetensi dasar dan
indikator/tujuan pembelajaran
yang akan dicapai siswa,
Memperhatikan dan
mencermati penjelasan
guru
5’
2 Menanyakan dan
mengingatkan
kembali materi sebelumnya
Memberikan argumen
tentang materi yang
ditanya guru
5’
II. KEGIATAN INTI
N
o
Fase P.Posing Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokas
i
Waktu
1 FASE 2
Mengorganisasika
n siswa ke dalam
kelompok-
kelompok belajar
dan Menyajikan
informasi
Membagi peserta
didik ke dalam
beberapa kelompok
yang terdiri dari 4
orang
Siswa menyatu dengan
kelompok yang sudah
ditentukan oleh guru
5’
2 Guru menjelaskan
materi perbandingan
dan membagi LAS
kepada setiap
kelompok.
Mendengarkan penjelasan
guru dan memahami
petunjuk yang ada di LAS.
30’
3 FASE 3
Membimbing
kelompok belajar
mengajar
Guru meminta setiap
kelompok berdiskusi
untuk
membentuk/membua
t soal dari materi
yang telah diberikan
Setiap kelompok berdiskusi
untuk membentuk/membuat
soal serta penyelesaiannya
dan menuliskannya pada
LAS yaitu:
20’
27
pada LAS.
6 Guru meminta satu
kelompok untuk
mempresentasikan
hasil rangkuman dan
membacakan soal
yang tidak bisa
diselesaikan dalam
kelompoknya
Memperhatikan, dan setiap
orang berhak memberikan
masukannya.
5’
III. MENGEVALUASI MATERI AKADEMIK
1 FASE 4
Evaluasi
Mengajak siswa berdiskusi dan
membahas soal dari problem
posing serta memberikan
kesempatan bertanya mengenai
hal-hal yang kurang dipahami
siswa
Ikut serta berdiskusi
dan membahas soal
bersama
5’
2 Mengajak siswa membuat
kesimpulan
Masing-masing
kelompok ikut serta
menyimpulkan
2’
IV. KEGIATAN AKHIR
1 FASE 5
Memberi
Penghargaan
Memberikan pujian kepada
siswa yang menyelesaikan
tugasnya dengan baik
Bertanya kepada guru
tentang hal-hal yang
kurang dipahami
2’
2 Memberikan tugas dirumah
yang ada pada buku pegangan
siswa
Menandai tugas rumah
yang diberikan oleh
guru
1’
I. PENILAIAN
1. Teknik : Tes
2. Bentuk : Essay Tes
28
3. Instrumen :
1) Uang Nanang lebih Rp6.000,00 dari uang Dian, perbandingan uang Nanang dan uang
Dian adalah 8:5,tentukanlah besar uang masing-masing!
2) Tentukan nilai bilangan 120 setelah diperbesar dengan perbandingan berikut!
a) 6 : 8
b) 8 : 3
c) 20 : 17
d) 60 : 53
3) Sederhanakanlah perbandingan-perbandingan berikut!
a) 18 : 72
b) 2 : 1
c) 25 cm : 1 cm
d) 200 gr : 7 kg
e) 35 menit : 1 jam
4) Jika harga 5 buah buku tulis adalah Rp.6.000,00 berapakah harga dua lusin buku tulis
itu?
5) Pada perbandingan-perbandingan berikut, a : b berbalik harga dengan p : q
a) Jika a : b = 4 : 5 dan q = 16, hitunglah p!
b) Jika p : q = 8 : 5 dan b = 32, hitunglah a!
6) Seorang pekerja setiap 4 jam memperoleh upah Rp17.000,00. Berapakah upah yang
diterima pekerja itu jika ia bekerja selama 7 jam?
7) Untuk menempuh jarak dari kota T ke kota M dengan mengendarai mobil diperlukan
waktu 5 jam dengan kecepatan rata-rata 72 km/jam. Berapakah waktu yang diperlukan
waktu untuk menempuh jarak itu, jika ecepatan rata-ratanya 80 km/jam?
J. SUMBER BACAAN
Nurhani Dewi dan Tri Wahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Depdikbud.
2008.
29
Lampiran 2
LEMBAR AKTIVITAS SISWA-1
(LAS-1)
Topik : Menggunakan konsep skala di dalam pemecahan masalah
Kelas/semester : VII/1
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
Petunjuk
Pelajari Lembar Aktifitas Siswa tentang memahami skala serta penggunaannya
dalam memecahkan masalah, secara berdiskusi dengan teman-teman
sekelompokmu.
Diskusikan dan bahas secara bersama soal- soal serta permasalahan yang ada pada
kelompokmu, jika dalam kelompokmu menemukan kesulitan dan tidak
menemukan jawaban dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, coba tanyakan
pada gurumu.
1) Dua kota berjarak 120 km. Jika kedua kota itu di gambar pada peta dengan skala
1:800.000, tentukanlah jarak kedua kota tersebut terhadap peta!
Jawab:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………..
Kemudian buatlah dua pertanyaan lain dari cerita tersebut serta buat penyelesaiannya!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
30
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………..
2) Sebidang tanah di gambar dengan skala 1:300, jika ukuran tanah pada gambar adalah
20 cm, tentukan luas tanah sebenarnya!
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Kemudian buatlah dua pertanyaan lain dari cerita tersebut serta buat penyelesaiannya!
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
3. Ayah Andi merancang sebuah rumah dengan menggambar denah yang berskala 1 :
20.Jika lebar rumah dalam denah tersebut adalah 25 cm, tentukan lebar sebenarnya
setelah rumah tersebut berdiri, nyatakan dalam satuan meter!
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
31
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Kemudian buatlah dua pertanyaan lain dari cerita tersebut serta buat penyelesaiannya!
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
32
LEMBAR AKTIVITAS SISWA-2
(LAS-2 )
Topik : Menggunakan konsep perbandingan di dalam pemecahan masalah
Kelas/semester : VII/1
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
Petunjuk
Pelajari Lembar Aktifitas Siswa tentang memahami perbandingan serta
penggunaannya dalam memecahkan masalah, secara berdiskusi dengan teman-
teman sekelompokmu.
Diskusikan dan bahas secara bersama soal- soal serta permasalahan yang ada pada
kelompokmu, jika dalam kelompokmu menemukan kesulitan dan tidak
menemukan jawaban dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, coba tanyakan
pada gurumu.
1. Bumi adalah salah satu dari sembilan planet utama yang mengorbit mengelilingi
matahari dalam sistem tata surya nama – nama planet menurut jarak terdekat dari
Matahari adalah; Markurius,Venus,Uranus, Neptunus,dan Pluto. Jarak Matahari dan
Markurius adalah 36 juta mil. Apabila perbandingan jarak antara Matahari dan Bumi
dengan perbandingan jarak antara Matahari dan Markurius adalah 12 : 31, maka
berapakah jarak sebenarnya antara Matahari dan Bumi?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Buatlah dua buah soal/pertanyaan yang dapat dibuat dari soal cerita di atas dan
tentukan penyelesaiannya!
33
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………….
2. Jika diketahui berat badan Saimah melebihi berat badan Fijra, dan berat badan Dian
melebihi berat badan Saimah, maka apakah berat badan Fijra melebihi berat badan
Dian?
Jawab:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Buatlah dua buah soal/pertanyaan yang dapat dibuat dari soal cerita di atas dan
tentukan penyelesaiannya!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………….
3. Dalam menyambut ulang tahun kelahiran anaknya,seoarang ibu memperkirakan
untukmenjamu 24 orang membutuhkan beras sebanyak 6 kg, jika ibu itu ingin
mengundang 36 orang,berapakah beras yang harus di sediakan oleh ibu tersebut?
Jawab:
34
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………..
Buatlah dua buah soal/pertanyaan yang dapat dibuat dari soal cerita di atas dan
tentukan penyelesaiannya!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………..
..................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
35