acara 1

13
I.PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASINYA A. Tujuan Tujuan dari praktikum pembuatan larutan dan standarisasinya adalah : 1. Standarisasi larutan HCl dengan borax 2. Menentukan kadar Na 2 CO 3 dengan HCl 3. Membuat larutan HCl 0,1 N B. Tinjauan Pustaka Dalam titrasi analat titrasi direaksika dengan suatu pereaksi sehingga jumlah kedua zat tersebut ekivalen. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk padat, maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Ini berarti bahwa zat tersebut harus sangat murni. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk larutan, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat (Harjadi,1986). Besarnya ∆ pH pada titik ekivalen juga tergantung pada konsentrasi analit dan titran. Pengaruh konsentrasi pada perubahan dalam pH untuk titrasi asam-basa ∆ pH berkurang apabila konsentrasi analit dan titran berkurang. Untuk suatu asam 1

Transcript of acara 1

I. PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASINYA

A. TujuanTujuan dari praktikum pembuatan larutan dan standarisasinya adalah :1. Standarisasi larutan HCl dengan borax2. Menentukan kadar Na2CO3 dengan HCl3. Membuat larutan HCl 0,1 N

B. Tinjauan PustakaDalam titrasi analat titrasi direaksika dengan suatu pereaksi sehingga jumlah kedua zat tersebut ekivalen. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk padat, maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Ini berarti bahwa zat tersebut harus sangat murni. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk larutan, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat (Harjadi,1986).Besarnya pada titik ekivalen juga tergantung pada konsentrasi analit dan titran. Pengaruh konsentrasi pada perubahan dalam pH untuk titrasi asam-basa berkurang apabila konsentrasi analit dan titran berkurang. Untuk suatu asam lemah pengaruh konsentrasi maupun besar Ka terhadap adalah semakin kecil harga Ka makin tinggi pH pada titik ekivalen dan semakin kecil (Soendoro,1983).Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan, misalnya asam, dimasukkan kedalam wadah atau tabung. Larutan lain, yaitu basa, dimasukkan kedalam buret lalu dimasukkan ke dalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Salah satu usaha untuk mencari titik setara adalah melalui perubahan dari indikator asam basa. Titik pada titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titik akhir dari indikator. Yang diperlukan adalah memadankan titik akhir indikator dengan titik setara dari penetralan. Ini dapat tercapai jika kita dapat menemukan indikator yang perubahan warnanya terjadi dalam selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik setara (Petrucii,1985).Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volum metri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran ynag seksama volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan,1989).Dalam larutan daripada suatu zat didalam zat lain, zat yang dilarutkan disebut zat terlarut atau solut. Zat yang melarutkan zat terlarut itu disebut pelarut atau solvent. Bila satu zat terdapat dalam jumlah yang relatif lebih banyak dari yang lain, maka zat itulah yang biasanya dianggap sebagai pelarut. Bila kedua zat itu hampir sama banyaknya, maka tentulah tidak mudah menentukan zat mana yang pelarut, dan biasanya penentuan ini dilakukan secara seimbang (Rosenberg,1996).Dalam fisika konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan zat terlarut persatuan volume larutan dan dengan persen komposisi atau jumlah satuan massa pelarut per 100 satuan massa larutan. Dalam kimia konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan menentukan konsentarsi molar yaitu jumlah mol zat terlarut yang terkandung didalam satu liter larutan. Dengan normalitas yaitu jumlah gram ekivalen zat terlarut yang terkandung di dalam satu liter larutan. Dengan molaritas yaitu banyaknya mol zat terlarut per kilogram pelarut yang terkandung dalam suatu larutan. Dengan fraksi mol yaitu jumlah fraksi mol seluruh komponen dalam setian larutan adalah 1 (Rosenberg,1996).Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran serba sama dari dua komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri. Disebut campuran karena terdapat molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion dari dua zat atau lebih. Larutan dikatakan homogen apadila campuran zat tersebut komponen-komponen penyusunnya tidak dapat dibedakan atau dengan yang lainnya lagi (Mariati, 2008).

C. Alat, Bahan dan Cara Kerja1. Alata. Elemeyerb. Propipet 50mlc. Labu takard. Gelas ukure. Pipet tetes f. Timbangan 2. Bahana. HClb. Boraxc. Na2CO3d. Aquades

3. Cara Kerjaa. Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax (Na2B4O7.10H2O)

Diambil 0,4 gr Borax Murni

50 ml aquades 3 tetes indikator MO

Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

warnaDititrasi dengan HCl

Dihitung HCl

b. Penentuan kadar Na2CO3

Dimasukkan kedalam erlenmeyerDitimbang 0,75 gr Na2CO3

Air sampai 50 mlDimasukkan kedalam labu akar 50 ml

Diambil 10 ml

3 tetes indikator Mo

WarnaDititrasi dengan HCl

Menentukan Kadar Na2CO3

D. Hasil Pengamatan dan Analisis Hasil Pengamatan1. Hasil Pengamatan dan PembahasanTabel 1.1 Standarisasi 0,1 N HCl dengan BoraxNoWarna

Vol HCl (ml) N HClawalprosesakhir

1.32,7 ml0,640 NorangekuningMerah

Sumber : Laporan SementaraPembahasan :Dalam percobaan ini kita melakukan standarisasi HCl agar kita dapat menentukan konsentrasi dari larutan HCl sesungguhnya. Standarisasi ini dilakukan dengan cara memasukkan 10 ml larutan baku primer ke dalam erlenmeyer, kemudian larutan yang standarisasi dimasukkan ke dalam buret yaitu larutan HCl. Setelah larutan baku primer yang didalamnya erlenmeyer ditambahkan dengan 3 tetes indikator MO yang kemudian dititrasi dengan larutan HCl. Pada saat melakukan titrasi tangan kanan memegang erlenmeyer dan menggoyang-goyangkan. Sedangkan tangan kiri memegang kran buret dan sedikit membukanya agar HCl dapat mengalir sedikit demi sedikit. Setelah terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah maka titrasi harus dihentikan karena sudah mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen tersebut adalah keadaan dimna jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa.Pengaruh indikator MO adalah membantu terjadinya reaksi sempurna yaitu ketika warna larutan yang semula kuning (sudah ditambahkan MO) menjadi merah. Dalam percobaan ini juga dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa yaitu asam klorida. Dalam pembuatan larutan 0,1 N ternyata dibutuhkan volume HCl pekat 32,7ml. Dalam perhitungan ini, kita menggunakan cara atau perhitungan yaitu sehingga dapat diperoleh normalitas 0,640 N. Faktor yang mepengaruhi hasil standarisasi larutan adalah kelebihan massa borax, dalam melarutkan borax dengan aquades kurang sempurna, pH aquades yang terlalu tinggi dan kurang ketelitian dalam melaksanakan praktikum. Tabel 1.2 Penentuan Kadar Na2CO3NoVol HCl (ml)Kadar Na2CO3Warna

awalprosesakhir

1.40 ml18,21%orangekuningMerah

Sumber : Laporan SementaraPembahasan :Pada penentuan kadar Na2CO3, juga terjadi perubahan warna. Na2CO3 setelah ditetesi MO menjadi orange setelah melakukan proses perubahan warna yang terjadi menjadi kuning, kemudian didapat titik ekivalen dimana kadar Na2CO3 berwarna merah. Sehingga didapat kadar Na2CO3 yaitu 18,21 %, padahal kadar Na2CO3 yang ideal adalah 15%. Faktor yang mempengaruhi penentuan kadar Na2CO3 adalah ml HCl, normalitas HCl, BM Na2CO3. Percobaan ini membutuhkan ketelitian dan kecermatan dari praktikan, terutama pada saat melakukan titrasi. Kesalahan dalam percobaan dapat mengakibatkan hasil yang kurang sesuai dengan yang diharapkan.

2. Analisis Hasil PengamatanTabel 1.1 Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax (Na2B4O7.10H2O)N HCl =

Keterangan :N= NormalitasKoef. HCl= Koefisien HClBM= Massa rumus BoraxV = Volume Perhitungan :M Borax = 0,404 grValensi HCl = 2BM Borax = 382Volume HCl = 32,7 Ditanya : N = ?N HCl = = = = 0,064 NTabel 1.2 Penentuan Kadar Na2CO3gr Na2CO3 = 10/50 x 0,749= 0,149 grKadar Na2CO3 = = = 18,21 %

E. Kesimpulan 1. Untuk mengetahui konsentrasi dari larutan yang dihasilkan perlu dilakukan standarisasi dengan metode titrasi asam basa.2. Dalam pembuatan larutan diperlukan perhitungan yang teliti, terutama dalam melakukan titrasi. 3. Perubahan warna yang terjadi pada borax dan NaCO3 disebabkan oleh perubahan konsentrasi asam atau basa.4. Besar V HCl pada proses titrasi adalah 32,7 ml.5. Normalitas HCl adalah 0,640.6. Warna awal pada proses standarisasi adalah kuning, warna proses orange, dan warna akhir merah.7. Kadar Na2CO3 yang diperoleh adalah 18,21 %8. Warna awal proses penentuan kadar Na2CO3 kuning ,warna proses kuning warna akhit merah.9. Larutan adalah campuran yang homogen yang berupa padat, cair dan gas.

DAFTAR PUSTAKAMariati,MR. 2008. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya Vol VI No 2 edisi Mei . Diakses pada hari Sabtu, 20 Oktober 2012 pukul 20.00 WIB.Rosenberg, L. Jerome. Kimia Dasar Edisi Keenam. 1996. Erlangga. JakartaSoendoro, A.L. Analisis Kimia Kuantitatif. 1983. Erlangga. JakartaHarjadi, W . Ilmu Kimia Analitik Dasar. 1986. PT. Gramedia. JakartaPetrucci, H. Ralph . Kimia Dasar Edisi Keempat Jjilid 2. Erlangga. JakartaKeenan, W. Charles . 1989 . Ilmu Kimia untuk Universitas. Erlangga. Jakarta

9