ABSTRAK

10

Click here to load reader

Transcript of ABSTRAK

Page 1: ABSTRAK

PENDAHULUANAnalisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.(Anonym 2010)Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Analisa vegetasi secara garis besar adalah mempelajari komunitas tumbuhan , yang mencakup identifikasi species, bentuk pertumbuhan species. Sedangkan khusus synekologi atau ekologi komunitas tumbuhan dikenal sebagai phytososiologi atau sosiologi tumbuhan.Analisis vegetasi adalah suatu analisis yang bertujuan untuk mempelajari karakter suatu komunitas Analisa pada berbagai sifat terdiri dari jenis yang kualitatif dan yang kuantitatif. Jenis yang kualitatif berifat memerikan karena kesulitan untuk mengukurnya, meskipun kebanyakan data kualitatif itu dapat ditentukan kuantitasnya kemudian, tetapi jenis yang kuantitatif adalah corak yang dapat diukurdengan mudah . Prinsif penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agr individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanfa duplikasi atau pengabaian. Karena titk berat analisa vegetasi terletak pada komposisi komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contohyang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Are (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : 1. Luas minimum suatu petak yang dapat mewaskili habitat yang akan diukur, 2. Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan mendaptarkan jenis jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali ‐dan jenis jenis yang ditemukan kembali didaptar. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas ‐petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimum ini ditetapkan

Page 2: ABSTRAK

dengan dasar jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5 10 % . ‐

PEMBAHASANPada praktikum analisis vegetasi ini, didapat 14 spesies yang namanya belum diketahui, sedangkan satu diketahui namanya adalah petai, dan satu buah yang tidak diketahui dari spesies mana. Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot.Dominansi pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies A sebesar 20% dan Spesies B sebesar 18%, sementara dominansi terendah terdapat pada vegetasi jenis spesies J, Spesies K dan Spesies M.Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi. Nilai INP tertinggi ditemukan pada jenis pesies A sebesar 59%. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada hutan Universitas jambi adalah dari Spesies A.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKAAnonym ,2010 analisis vegetasi. http://www.javanuska.com html Diaakses tanggal 17 Desember 2010Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:Blackwell Scientific PublicationsKimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB

LAPORAN ANALISIS VEGETASI

ANALISIS VEGETASI

Page 3: ABSTRAK

PENDAHULUAN

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu

vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya.

Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam

bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada

(Syafei, 1990).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba.

Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen

biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik

yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain.

Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem

lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah

tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan

dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984;

Sundarapandian dan Swamy, 2000).

Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi

keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam

suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam

udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain.

Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi

pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada

daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi

besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah

tersebut.

Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka,

mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih

kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut

stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan

bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi

individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau

liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang

Page 4: ABSTRAK

terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan

sebagainya

Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk

penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan

tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode

garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).\

Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuannya

untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. atau

Belt transect (transek sabuk)

Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar

jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar

jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah

diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang

baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya.

(Kershaw,1979)

Line transect (transek garis)

Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat

pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem

analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya

menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah

vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.

Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat

merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu

tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan

suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan vegetasi yang telah dilakukan memperlihatkan data dengan hasil jumlah

vegetasi yang ditemukan adalah 18 spesies, dengan diantaranya spesies yang telah

teridentifiksasi dan belum teridentifikasi.

Vegetasi yang berhasil di identifikasi adalah dari jenis karet dan pulai, sehingga di

asumsikan 16 spesies lainnya belum diketahui berasal dari vegetasi jenis yang mana. Perhitungan

Page 5: ABSTRAK

lebih kompleks dari vegetasi yang didapat dan di identifikasi meliputi kerapatan, kerapatan

relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominasi, dominasi relatif, dan indeks nilai penting disajikan

pada tabel lampiran. data menunjukkan bahwa komposisi dan struktur tumbuhan yang nilainya

bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter masing-masing pohon.

Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan dalam suatu

komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya

menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies

sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.

Kerapatan setiap vegetasi berbeda-beda. Terlihat dari data yang dihitung bahwa

kerapatan vegetasi tertinggi adalah pada Spesies A sebesar 26%, kemudian diikuti Spesies B,

dengan kerapatan sebesar 13%, serta berbagai jenis vegetasi dengan kerapatan rendah sebesar

3% pada jenis yang telah teridentifikasi pada karet, dan belum teridentifikasi untuk Spesies C,

Spesies E, Spesies H, Spesies I, Spesies J, Spesies L, Spesies M, dan Spesies N,

Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas

tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada

lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat memberikan gambaran tentang bagaimana

distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis

tertentu dapat dilihat dari nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan

dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi secara keseluruhan

(Arrijani.2006).

Frekuensi terbesar ditemukan pada vegetasi spesies A sebesar 13% dari 10 plot yang

diamati,. Jenis ini merupakan jenis yang nilai kerapatan dan frekuensinya tertinggi sehingga

dapat dianggap sebagai jenis yang rapat serta tersebar luas pada hampir seluruh lokasi

pengamatan. Kedua nilai ini penting artinya dalam analisis vegetasi karena saling terkait satu

dengan yang lainnya.

Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh

densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan

tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah

individu pada masing-masing plot.

Page 6: ABSTRAK

Dominansi pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies A sebesar 20% dan

Spesies B sebesar 18%, sementara dominansi terendah terdapat pada vegetasi jenis spesies J,

Spesies K dan Spesies M.

Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter

(kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga

bervariasi. Nilai INP tertinggi ditemukan pada jenis pesies A sebesar 59%. Besarnya indeks nilai

penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi

penelitian. Sehinga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi

dominan yang tersebar pada hutan Universitas jambi adalah dari Spesies A.

DAFTAR PUSTAKA

Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung

Gede-Pangrango

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:

Blackwell Scientific Publications

Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold

Publishers.

Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.

Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan

Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH

Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian

IPB.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.

Malang: JICA.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB

Diposkan oleh -Bim Hyun Joong- di 13:17 Label: Ekologi Umum

Page 7: ABSTRAK

1 komentar: