Abstrak skripsi

119
RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA BLOK SIAMBUL PT. RIAU BARA HARUM DESA KELESA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU SKRIPSI Oleh : DENNY TEBAY NIM. 112060100 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2011

description

sumber http://repository.upnyk.ac.id/1272/1/ABSTRAK_SKRIPSI.pdf

Transcript of Abstrak skripsi

Page 1: Abstrak skripsi

RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA BLOKSIAMBUL PT. RIAU BARA HARUM DESA KELESA,KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU

SKRIPSI

Oleh :

DENNY TEBAYNIM. 112060100

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”YOGYAKARTA

2011

Page 2: Abstrak skripsi

RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA BLOKSIAMBUL PT. RIAU BARA HARUM DESA KELESA,

KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU

SKRIPSIKarya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh :DENNY TEBAYNIM. 112060100

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”YOGYAKARTA

2011

Page 3: Abstrak skripsi

1

RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA BLOKSIAMBUL PT. RIAU BARA HARUM DESA KELESA,KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU

SKRIPSI

DENNY TEBAY112060100

Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknologi Mineral

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Tanggal : ………………..…2011

Pembimbing I, Pembimbing II,

DR.Ir. Waterman Sulistyana B,MT Ir.H.Gunawan Nusanto,MT

Page 4: Abstrak skripsi

4

Lihat, Aku telah melukiskan engkau ditelapak tangan Ku;tembok-tembokmu tetap diruang mata-Ku

(Yesaya 49 : 16)

Segala perkara dapat ku tanggung didalam Diayang memberi kekuatan kepada ku

(Filipi 4:13)

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak Tersayang (Henky Tebay) dan Alma. Ibu Tercinta sertakakak ku Verry Tebay di Papua yang senantiasa memberikan

dukungan dan doa.

Ucapan Terimakasih

Seluruh keluarga besar GKII “Filipi Family” yang selalumendukung saya dalam doa

Untuk semua mereka yang telah membantu saya baik secaralangsung maupun tidak langsung tanpa terkecuali , Tuhan yangmempunyai segalanya akan mengembalikan lipatkali ganda dan

memberkati saudara.

...... VIVA TAMBANG.....

Page 5: Abstrak skripsi

5

RINGKASAN

PT. Riau Bara Harum merupakan suatu perusahaan swasta nasional, bergerakdi bidang pertambangan batubara yang terletak di daerah Kelesa Kabupaten IndragiriHulu Propinsi Riau. Wilyah PKP2B PT. Riau Bara Harum seluas 24.450 Ha, yangmemiliki kuasa pertambangan di koordinat 0°45’ 00 – 0°33’ 45.00” LS dan 102°11’15.00” – 102° 41’ 5.00” BT.

Endapan batubara yang akan ditambang secara umum tersingkap dipermukaan tanah dengan kemiringan berkisar antara 5-10°, dan ketebalan rata-ratalebih dari 0,5m. Rencana penambangan pada daerah ini dilakukan dengan metodetambang terbuka.Rancangan penambangan yang berbasis komputasi denganmenggunakan Software GlobalMapper, Autocad, dan Mine Scape, untuk rancanganyang baik dan terarah.

Berdasarkan model rancangan batubara, diketahui sumberdaya batubara didaerah penelitian pada Blok Siambul adalah sebesar 2.644.715 ton. Geometripenambangan yang diperoleh dari rekomendasi geoteknik adalah jenjang individu10m , lebar berm 10m dan kemiringan jenjang 60°. Lebar jalan angkut tambangadalah 20m, lebar permukaan jalan 18m, lebar selokan 1m, gradien maksimum 8 %(AASHTO 1994), superelevasi 4 % (AASHTO 1994), radius putar (turning radius )8,52m.

Berdasarkan rancangan teknis penambangan pertahun pada Blok Siambulakan dilakukan selama 9 tahun, dengan produksi penambangan tahun pertamasampai tahun kedelapan sebesar 300.000 ton, dan pada penambangan tahunkesembilan hanya menambang 150.000 ton. Penambangan tahun pertama sampaitahun kelima dilakukan penggalian dari ketinggian 80-40 mdpl dan padapenambangan tahun keenam sampai kesembilan dilakukan penggalian dariketinggian 40-20 mdpl.

Alat gali yang akan digunakan untuk mengupas material penutup adalahBackhoe (excavator) Komatsu PC600C-7, sedangkan penggalian batubara batubaramenggunakan Backhoe (excavator) Komatsu PC160LC-7. Alat angkut yang akandigunakan untuk mengangkut material overburden adalah dump truck Komatsu HD-255 kapasitas 25 ton, dan pengangkutan batubara menggunakan dump truk HinoRanger FG 235 JJ kapasitas 15,1 ton. Sistem penyaliran dibuat disekeliling tambang.

Page 6: Abstrak skripsi

6

KATA PENGANTAR

Pujian hormat dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan karunia berkat-Nya serta pimpinan kepada penulis sehingga penulisan

skripsi dengan judul Rancangan Teknis Penambangan Batubara Blok Siambul PT.

Riau Bara Harum di Derah Kelesa Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau, dapat

selesai dengan baik. Laporan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta.

Skripsi ini disusun berdasarka hasil penelitian yang dilakukan selama satu

bulan yaitu mulai dari tanggal 1 Mei sampai dengan 30 Mei 2009 di daerah Kelesa

Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Didit Welly Udjianto, MS, Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Yogyakarta.

2. Dr. Ir. S. Koesnaryo, M.Sc, Dekan Fakultas Teknologi Mineral Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

3. Ir. Anton Sudiyanto, M.T, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas

Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

4. Dr.Ir. Waterman Sulistyana B, MT, Dosen Pembimbing I Skripsi.

5. Ir.H.Gunawan Nusanto,MT, Dosen Pembimbing II Skripsi.

6. Rekan-rekan mahasiswa teknik pertambangan.

Penulis menyadari banyak kekurangan yang terjadi, dan semoga Laporan

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada

umumnya.

Yogyakarta, Oktober 2011

Penyusun,

Denny Tebay

Page 7: Abstrak skripsi

7

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......... .............................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR.......... .......................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah .............................................................. 1

1.3 Batasan Masalah ................................................................... 1

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 2

1.5 Metode Penelitian ................................................................. 2

1.6 Hasil yang Diharapkan .......................................................... 2

1.7 Manfaat Penelitian ................................................................ 3

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah ............................................ 4

2.2 Keadaan Iklim ...................................................................... 5

2.3 Keadaan Geologi Sumatera .................................................... 5

2.4 Kondisi Daerah Kelesa .......................................................... 7

2.5 Kondisi Geologi Daerah Kelesa ............................................. 9

2.6 Genesa .................................................................................. 12

Page 8: Abstrak skripsi

8

2.7 Metode Penambangan ........................................................... 16

BAB III DASAR TEORI

3.1 Perancangan Tambang ........................................................... 17

3.2 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan ................................... 20

3.3 Konsep Pemodelan Sumberdaya ............................................ 23

3.4 Penaksiran Cadangan ............................................................. 24

3.5 Penjadwalan Produksi ............................................................ 25

3.6 Sistem Penambangan ............................................................. 26

3.7 Parameter-Parameter Rancangan ............................................ 29

3.8 Desain Tambang Terbuka ...................................................... 32

3.9 Jalan Angkut .......................................................................... 42

3.10 Perancangan Timbunan .......................................................... 50

3.11 Rancangan Sistem Penyaliran Tambang ................................. 55

BAB IV RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN

4.1 Sumberdaya Batubara ............................................................ 58

4.2 Tahapan Perancangan Penambangan ..................................... 59

4.3 Perancangan Lubang Bukaan Tambang ................................. 75

4.4 Perancangan Pit Penambangan .............................................. 79

4.5 Rencana Produksi ................................................................. 79

4.6 Pemilihan Alat ...................................................................... 79

4.7 Sistem Penyaliran Tambang .................................................. 80

4.8 Jadwal Rencana Produksi ...................................................... 81

4.9 Perancangan Waste Dump & Stock Pile ................................ 82

Page 9: Abstrak skripsi

9

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Sistem dan Tatacara Penambangan ....................................... 84

5.2 Metode Penambangan ............................................................ 88

5.3 Rencana dan Jadwal Produksi ............................................... 95

5.4 Tataletak Fasilitas Tambang .................................................. 95

5.5 Peralatan ............................................................................... 96

5.6 Sistem Penyaliran Tambang .................................................. 98

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ........................................................................... 100

6.2 Saran .................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 102

LAMPIRAN .....................; .......................................................................... 103

Page 10: Abstrak skripsi

10

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Batas Koordinat Konsensi Pertambangan........................................... 59

4.2 Batas Koordinat Blok Siambul........................................................... 60

4.2 Data Pemboran Collar ....................................................................... 65

4.3 Data Pemboran Litologi ..................................................................... 66

4.4 Data Hasil Penaksiran Cadangan ....................................................... 74

4.5 Rencana Produksi Batubara dan Overburden ..................................... 81

4.6 Kapasitas Stock Pile .......................................................................... 83

5.1 Jumlah Sumberdaya Batubara Blok Siambul ..................................... 86

5.2 Rencana dan Jadwal Produksi Batubara dan Overburden ................... 92

5.3 Rencana Pengupasan dan Penimbuan Overburden ............................. 94

5.4 Jadwal Penimbunan Tanah Penutup ................................................... 94

5.5 Jenis Peralatan Utama Penambangan ................................................. 97

5.6 Daftar Peralatan Utama Penggalian Batubara dan Overburden........... 98

Page 11: Abstrak skripsi

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian ................................. 4

2.2 Grafik Curah Hujan Rata-rata Per Tahun .......................................... 8

2.3 Grafik Curah Hujan Rata-rata Per Bulan ............................................ 8

2.4 Peta Geologi Blaok Siambul .............................................................. 12

2.5 Tumbuhan Primitif Pembentuk Batubara ........................................... 14

2.6 Proses Terjadinya Batubara ............................................................... 15

3.1 Klasifikasi Sumberdaya Batubara dan Cadangan SNI ........................ 22

3.2 Penambangan Contour Mining .......................................................... 27

3.3 Penambangan Open Pit ...................................................................... 28

3.4 Penambangan Strip Mining ................................................................ 29

3.5 Bagian-bagian Jenjang ....................................................................... 34

3.6 Jenjang Kerja dan Safety Bench ......................................................... 35

3.7 Overall Slope Angle ........................................................................... 36

3.8 Overall Slope Angle With Ramp......................................................... 36

3.9 Inter ramp slope angle ....................................................................... 37

Page 12: Abstrak skripsi

12

3.10 Inter slope angle dengan satu working bench ..................................... 37

3.11 Overall slope angle dengan working bench dan ramp ........................ 38

3.12 Inter ramp slope angle dengan working bench dan ramp ................... 38

3.13 Overall slope angle dengan dua working bench ................................. 39

3.14 Lebar Jalan Angkut Lurus .................................................................. 44

3.15 Lebar Jalan Angkut pada Tikungan .................................................... 45

3.16 Radius Tikungan Jalan ....................................................................... 46

3.17 Superelevasi Tikungan Jalan Angkut ................................................. 47

3.18 Penampag Cross Slope ...................................................................... 48

3.19 Jenis Timbunan Valley Fill atau Crest Dump ..................................... 52

3.20 Jenis Timbunan Terraced Dump ........................................................ 53

3.21 Cara Penimbunan Down Hill Dozing ................................................. 54

3.22 Cara Penimbunan Highwall and float dozing ..................................... 54

3.23 Cara Penimbunan Trench atau sloat dozing ....................................... 55

3.24 Bentuk Penampang Saluran Terbuka ................................................. 56

4.1 Sayatan 3D Batubara Seam D, Seam E dan Seam F ............................ 58

4.2 Peta Blok Siambul ............................................................................. 62

4.3 Peta Kontur Topografi 2D Blok Siambul ........................................... 63

4.4 Peta Topografi 3D Blok Siambul ....................................................... 64

4.5 Peta Lokasi Lubang Bor .................................................................... 67

4.6 Kontur Struktur Lapisan Batubara .................................................... 79

Page 13: Abstrak skripsi

13

4.7 Blok Batas Analisis SR ...................................................................... 71

4.8 Peta Blok Analisis SR........................................................................ 72

4.9 Pit Batas Analisis SR pada System Resgrapych .................................. 73

4.10 Dimensi Jenjang Pit Penambangan .................................................... 77

4.11 Dimensi Jenjang Waste Dump ........................................................... 78

4.12 Skema Saluran Penyaliran ................................................................. 81

4.13 Layout Rancangan Waste Dump ....................................................... 82

5.1 Geometri Lereng Penambangan ......................................................... 85

5.2 Grafik Produksi Batubara Per Tahun ................................................. 92

5.3 Grafik Proksi Akumulatif Batubara ................................................... 93

5.4 Grafik Rencana Produksi Overburden .............................................. 95

5.5 Tata letak Fasilitas Tambang ............................................................ 96

5.6 Skema Saluran Penyaliran ................................................................ 99

Page 14: Abstrak skripsi

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PETA KESAMPAIAN DAERAH ..................................................... 103

GEOLOGICAL MAP of KELESA ...................................................... 104

PETA GEOLOGI ............................................................................... 105

PETA KONTUR TOPOGRAFI ......................................................... 106

PETA BLOK SIAMBUL ................................................................... 107

B. DATA PEMBORAN ........................................................................ 108

C. PETA LOKASI TITIK BOR... .......................................................... 111

D. PETA SUBCROP LINE BATUBARA ............................................... 112

E. PETA KONTUR STRUKTUR BATUBARA .................................... 113

F. PETA SECTION LINE TITIK BOR ................................................... 118

G. SAYATAN TITIK BOR .................................................................... 119

H. PETA ISOPAC .................................................................................. 130

I. PENAKSIRAN CADANGAN ........................................................... 133

J. PETA BLOK BATAS RESGRAPHYCH ............................................ 137

NISBAH PENGUPASAN (STRIPPING RATIO) .............................. 141

K. PETA KEMAJUAN PENAMBANGAN ............................................ 143

L. PETA KEMAJUAN PENIMBUNAN OVERBURDEN ...................... 152

M. SAYATAN PENAMBANGAN ......................................................... 161

N. PERHITUNGAN GEOMETRI JALAN ANGKUT ............................ 170

O. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ALAT ........................................... 173

P. SPESIFIKASI ALAT ......................................................................... 191

Page 15: Abstrak skripsi

15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Riau Bara Harum merupakan perusahaan tambang batubara yang

berlokasi di daerah Kelesa, Kecamatan Belilas, Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi

Riau. Ketinggian daerah sekitar 20-325 meter diatas permukaan laut. PT. Riau Bara

Harum memiliki potensi sumberdaya batubara yang layak untuk ditambang, untuk itu

PT. Riau Bara Harum memerlukan perancangan teknis untuk penambangan batubara

di wilayah tersebut.

1.2. Identifikasi Masalah

Perancangan tambang dilakukan dengan membuat model cadangan dan

desain tambang yang akurat. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut :

a) Bagaimana membuat model cadangan yang tepat sesuai kondisi geologi daerah

penelitian dengan menggabungkan software Global Mapper, Auto-cad dan Mine

Scape.

b) Bagaimana membuat desain tambang yang baik dan benar sehingga

penambangan lebih terarah dan aman.

1.3. Batasan Masalah

Penambangan batubara PT. Riau Bara Harum dalam penelitian ini hanya pada

Blok Siambul. Rancangan sistem penambangan yang diterapkan adalah tambang

terbuka. Kegiatan yang dilakukan pada perancangan dimulai dari pemberaian,

pembongkaran, penambangan, dan pengangkutan, dilakukan pengkajian ekonomi

Break Eevent Stripping Ratio (BESR) untuk menentukan Stripping Ratio (SR).

Penambangan dilakukan setiap tahun dan tidak dilakukan pengkajian lingkungan.

Page 16: Abstrak skripsi

16

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memodelkan endapan batubara,

menghitung secara keseluruhan sumberdaya dan cadangan dari model endapan

batubara, serta menyusun suatu rancangan teknis penambangan optimal yang akan

diterapkan pada penambangan batubara PT. Riau Bara Harum berdasarkan model

cadangan. Rancangan ini dilakukan menggunakan software Global Mapper, Autocad

dan Mine Scape pada Blok siambul.

1.5. Metode Penelitian

Adapun metodologi penelitian yang dilakukan adalah :

a) Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mengambil data sekunder yaitu laporan

penelitian terdahulu.

b) Pengambilan Data

· Data Sekunder : data logbor, data peta topografi dan peta geologi regional

· Data Primer : Rancangan Teknis Penambangan

c) Perancangan Pemodelan

Pengolahan data akan dilakukan dengan cara manual dan menggunakan

pengabungan program Global Mapper, Autocad dan Mine Scape untuk

mendesain tambang.

d) Analisis Hasil Pengolahan data

Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan pada pemodelan

cadangan batubara.

1.6. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah

a) Dapat memodelkan model endapan batubara yang terdapat di daerah penelitian

blok siambul baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.

b) Dapat mengetahui sumberdaya dan cadangan secara keseluruhan dari model

endapan yang telah dimodelkan

c) Sebuah rancangan penambangan yang optimal sehingga dapat memenuhi target

produksi yang diharap.

Page 17: Abstrak skripsi

17

d) Dapat berguna bagi PT. Riau Bara Harum untuk melaksanakan penambangan

yang optimal dan terarah.

1.7. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini akan di ketahui rancangan penambangan yang baik dan

benar serta berwawasan lingkungan, sehingga dapat memelihara aspek konservasi

terhadap sumberdaya batubara sekaligus dapat memberikan keuntungan yang

optimal terhadap perusahaan. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk memajukan

pengetahuan pada bidang komputasi tambang.

Page 18: Abstrak skripsi

18

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara administratif PKP2B PT. Riau Bara Harum berada di wilayah Desa

Kelesa, Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Luas PKP2B

PT. Riau Bara Harum adalah 24.450 Ha. Secara geografis lokasi PKP2B PT. Riau

Bara Harum terletak pada 0°45’ 00 – 0°33’ 45.00” LS dan 102°11’ 15.00” – 102°

41’ 5.00” BT.

Jarak Pekanbaru hingga Desa Kelesa sekitar 400 Km, dan jarak Desa Kelesa

hingga lokasi penyelidikan kurang lebih sekitar 5 Km. Daerah penyelidikan dapat

dicapai dari kota Pekanbaru melalui transportasi darat sekitar 4 jam.

Gambar 2.1

Peta Kesampaian Daerah

Page 19: Abstrak skripsi

19

2.2 Keadaan Iklim

Lokasi atau daerah penyelidikan PKP2B PT. Riau Bara Harum memiliki

curah hujan tropis ditandai adanya pergantian dua musim yaitu musim hujan

(September - Februari) dan musim kemarau (Maret - Agustus). Intensitas curah hujan

bervariasi dari rendah sampai tinggi dengan durasi waktu pendek (singkat) - sampai

panjang (lama).

Berdasarkan data meterologi, dapat secara umum diketahui temperatur rata-

rata tahunan berkisar antara 28-31°C dan fluktuasi temperatur dan 3-4°C dan

kelembaban udara rata-rata tahunan 80%, sedangkan kelembaban pagi sektar 90%

dan sore sekitar 70%.

Berdasarkan data curah hujan selama sepuluh tahun (1999-2008), curah hujan

tahunan di daerah penyelidikan berkisar antara 1989,80 - 2732,60 mm/th. Sedangkan

jumlah hari hujan berkisar antara 163-224 hari dengan rata – rata sebesar 188 hari.

2.3 Keadaan Geologi Pulau Sumatera

2.3.1 Keadaan Geologi Regional Sumatera

Pulau Sumatera berlokasi antara 3˚ LU sampai 6˚ LS dan 96˚ BT

sampai 106˚ BT, dengan panjang 1.700 km berarah Utara sampai Selatan dan

terletak sejajar dengan zona penunjaman antara lempeng benua Sunda dan lempeng

Lautan Hindia pada sisi Barat Pulau Sumatera. Bagian Barat Pulau Sumatera

merupakan suatu cekungan foredeep, dan yang sejajar dengan ini adalah rangkaian

Bukit Barisan. Ke arah Timur lagi dijumpai cekungan muka daratan (foreland)

Neogen. Pada zona tengah dari rangkaian Bukit Barisan terdapat cekungan antar

pegunungan, misalnya endapan Mampun Pandan dan Ombilin.

Susunan pengendapan daerah Muara Bungo dimulai dari Formasi Talang Akar

dengan umur Oligosen yang terendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar

granit Mezosoik (Simanjuntak,1984). Daerah perjanjian disusun oleh 5 satuan

sedimen tersier (menurun makin tua) :

· Alluvium (Qa), terdiri dari pasir, lanau, dan lempung, yang diendapkan oleh

sungai-sungai besar.

Page 20: Abstrak skripsi

20

· Formasi Kasai (QTk), terdiri dari tufa, tufa pasiran dan batupasir tufaan

mengandung batuapung (pumice). Umur formasi ini diduga Plio-Pleistosen,

diendapakan pada lingkungan daratan. Ketebalan beragam dari 200 dan

sampai lebih 500 meter.

· Formasi Muara Enim (Tmpm), merupakan perselingan dari batulempung

dengan batulanau dan serpih, dengan interkalasi dari batulempung gampingan

padat dan lanau kuarsa. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal

berumur Miosen Tengah sampai Akhir. Ketebalan berkisar antara 500 meter

sampai 1.000 meter.

· Formasi Gumai (Tmg), terdiri dari batulempung dan serpih dengan interkalasi

batugamping, batulanau, batupasir, batulanau tufaan, dan nodul-nodul

gampingan. Lingkungan pengendapan adalah laut terbuka yang agak dalam

(neritik) pada saat genang laut. Formasi Gumai berumur miosen Awal sampai

Tengah. Ketebalan formasi ini dari beberapa meter sampai mendekati 850

meter.

· Formasi Talang Akar (Tomt), terdiri dari batupasir konglomeratan, batupasir

berbutir kasar sampai halus, batulanau, batulanau gampingan dan serpih.

Formasi ini diendapkan dalam lingkungan daratan sampai laut dangkal dan

berumur Miosen Akhir sampai Oligosen. Ketebalan formasi ini dari beberapa

meter sampai mendekati 1.000 meter.

2.3.2 Perkembangan Pulau Sumatera

Pulau Sumatera adalah sebagai satu hasil dari pergerakan tektonik, lempeng

daratan indian mulai bergerak pada Kapur Atas. Pada Tersier Awal, Sumatera masih

berhubungan dengan Semenanjung Malaya dan memanjang dalam arah Utara –

Selatan dan merupakan pergeseran horizontal, menghasilkan pengkerutan sebagian

dari cekungan. Pada Oligosen Akhir, Sumatera bergerak dan berputar sekitar 20˚ -

25˚ berlawanan arah jarum jam dan terjadi lagi pengangkatan, perlipatan dan

perputaran sekitar 20˚ berlawanan arah jarum jam. Arah struktur persesaran adalah

BU – ST, sejajar dengan sistem sesar Sumatera.

Page 21: Abstrak skripsi

21

2.4 Kondisi Daerah Kelesa

2.4.1 Topografi

Pada daerah penelitian sumberdaya batubara siambul umunya mempunyai

ketinggan berkisar dari 20 sampai 320 meter dengan beda tinggi sampai 50 meter,

dan kearah utara dari daerah batubara ketinggian permukaannya mencapai 130 meter

dengan beda tinggi mencapai 50 meter sehingga daerah ini bisa dikategorikan

berbukit sedang.

2.4.2 Morfologi

Secara fisiografi daerah penelitian PT. Riau Bara Harum termasuk dalam

wilayah Pegunungan Tigapuluh yang merupakan perbukitan bergelombang sedang

sampai terjal ke arah timur dan utara dengan ketingian bervariasi mulai dari 20m

sampai yang paling tinggi 320m dari permukaan air laut.

Kemiringan lereng di daerah penelitian antara 5-50%. Perbukitan ini

dikelilingi dataran yang sebagian besar berupa dataran rawa pasang surut yang

pelamparannya terletak di sebelah timur perbukitan bergelombang. Kelerengan

daerah termasuk landai dan aliran sungai yang deras. Fenomena tersebut mencirikan

stadia sungai yang tua dengan tingkat erosi horizontal lebih dominan dari vertikal.

Pegunungan Tigapuluh mempunyai dua anak sungai yaitu Sungai Canako

dan Sungai Gangsal. Sungai Canako mempunyai dua anak sungai utama yaitu Sungai

Alin dan Antam. Sedangkan Sungai Gansal mempunyai empat anak sungai yaitu

Sungai Akar, Sungai Kerintang, Sungai Renteh dan Sungai Selesen. Pola aliran

sungai umumnya dendritik dibagian hulu anak sungainya. Pola anak sungai sejajar

terlihat pada anak sungai orde pertamanya. Arah umum sungai-sungainya adalah

Timurlaut, kecuali Sungai Antam mempunyai arah baratlaut. Sungai Alin dan sungai

bagian hulu Sungai Gangsal mempunyai arah ke utara.

2.4.3 Kondisi Sungai

Pola penyaliran didaerah penelitian deposit batubara kelesa bisa

dikelompokan menjadi tiga yakni pola aliran rektangular, dendritik, dan terllis. Pola

aliran rektangular berkembang dibagian barat daerah rencana tambang dengan

bentuk sungai patah-patah dan dijumpai beberapa kelurusan dengan sungai canako

Page 22: Abstrak skripsi

22

sebagai sungai utamanya. Pola aliran dendritik berkembang disebelah timur daerah

rencana tambang dengan bentuk sungai menyerupai pohon. Sungai Akar merupakan

sungai utama. Pola aliran trellis berkembang di daerah tengah daerah penelitian

dengan sungai sekunyam sebagai sungai utama.

Gambar 2.2

Grafik Curah Hujan Rata-Rata Per Tahun

Pada Daerah Penelitian Deposit Batubara Blok Siambul Daerah Kelesa

Gambar 2.3

Grafik Curah Hujan Rata-Rata Per Bulan

Page 23: Abstrak skripsi

23

Pada Daerah Penelitian Deposit Batubara Blok Siambul Daerah Kelesa

2.5 Geologi Batubara Daerah Kelesa

2.5.1 Stratigrafi dan Penyebaran Batubara

Berdasarkan Geological Map Of Kelesa Subdistrict dan Rbh’s Block

Concession (A Part Of Gelogical Map Of Rengat Quadrangel, Sumatera ,1994)

Lampiran A-02. Daerah penyelidikan termasuk dalam area penelitian dengan litologi

yang cukup lengkap mulai dari Pra Tersier, Tersier hingga Kuarter. Litologi

penyusun di daerah penyelidikan dapat dikelompokan menjadi tiga yakni :

1. Kelompok batuan Pra Tersier yang terdiri atas:

Batuan Pra Tersier di daerah penyelidikan disusun dari beberapa formasi, yaitu:

a. Formasi Gangsal (Pcg)

Terdiri dari batusabak, filit, batusabak berbintik, batupasir termetamorfkan dan

kuarsir.

b. Formasi Pengabuhan (Pcp)

Terdiri dari batu pasir sela, greyweke kuarsit, dan batulanau, setempat dengan

butiran kerakalan, di beberapa tempat berubah menjadi hornfels.

c. Formasi Mentulu (Pcm)

Berupa Tuff, batu lempung tufaan dan batu pasir tufaan, tuff andesit sampa tuff

basalt, kelabu sampai coklat, keras dan forfiri.

d. Granit Akar (Rjg)

Terdiri dari granit, granodiorit, pegmatit, dan apilit dijumpai di sekitar Sungai

Akar dengan warna lapukan jernih hingga merah. Secara stratigarfi Formasi

Gangsal, Formasi Pengabuan dan Formasi Mentulu saling bersilang jari

(membaji). Ketiga formasi tersebut diterobos oleh intrusi granit.

2. Kelompok batuan berumur Tersier yang terdiri dari :

Batuan Tersier yang ada di daerah penyelidikan disusun sari beberapa formasi:

a. Formasi Kelesa (Teok)

Page 24: Abstrak skripsi

24

Secara tidak selaras Formasi Kelesa di atas batuan – batuan Pra Tersier, formasi

ini terdiri dari konglonerat, atau breksi, batupasir kerikilan, tufaan, yang disisipi

batu lempung, serpi dan batubara. Lapisan batubara dalam formasi ini

memperlihatkan bentuk sifat-sifat hitam mengkilat tidak mengotori tangan, keras

dan ringan.

b. Formasi Lakat (Toml)

Bagian atas terdiri dari batu pasir kuarsa dan batu lempung lanauan atau

karbonan dengan bintil pirit dan kayu terkersikan, bagian bawah terdiri dari

konglomerat polemik dan batu kuarsa dengan batu lempung, tuff, batu lanau dan

sisipan serta lensa – lensa batubara.

c. Formasi Tualang (Tmt)

Formasi Tualang melampar luas selaras di atas Formasi Lakat dan menjari

(membaji) dengan satuan batuan yang relatif diatasnya. Bagian atas terdiri dari

batupasir kuarsit, batulempung, batu lumpur puritan dan batupasir gloukonit.

Bagian bawah terdiri dari batu lempung dan batu pasir kuarsa, setempat

gampingan dan lanauan dengan bintil batupasir gampingan juga mengandung

glaukonit dan mika.

d. Formasi Gumai (Tmg)

Tersusun oleh serpih dan batulempung dengan sisipan batupasir dan batuLumpur.

Pada bagian atas dan tengah umumnya karbonan atau gamping dengan bintil dan

lensa mikrit yang mengandung banyak foraminifera.

e. Fomasi Air Benakat (Tma)

Secara stratigrafi Formasi Air Benakat dan Formasi Muaraenim saling bersilang

jari. Formasi Air Benakat terdiri selang seling batu lempung, batu pasir, serpih

dan batu lanau dengan sisipan batu pasir tufaan, lensa- lensa kuarsa dan lignit.

f. Formasi Muara Enim. (Tmpm)

Terdiri dari perselingan batu pasir tufaan berbutir sedang- halus dengan batu

lempung tufaan, serpi tufaan dan tufa, abu-abu kehitaman, kecoklatan, dan

kemeraan, serpi tufaan dengan sisipan lensa batubara dan kayu karbonan.

g. Formasi Kerumutan ( Qtke)

Page 25: Abstrak skripsi

25

Formasi Kerumutan diendapkan secara selaras di atas Formasi Muara Enim,

terdiri dari batupasir kuarsa, halus sampai sedang, batu lempung tufaan, tufa

setempat lempung pasiran, tufaan kerikilan, kelabu muda kemerahan, setempat

silang siur .

3. Endapan Kuarter

Batuan pada Endapan Kuarter di daerah penyelidikan disusun dari beberapa formasi :

a. Formasi Kasai (Qtk)

Secara stratigrafi Formasi Kasai terendapakan secara tidak selaras di atas batuan

berumur Tersier, yang terdiri dari batupasir kuarsa dan tufaan, tuff, batulempung

tufaan, batupasir tufaan berukura sedang sampai gravel, berwarna abu-abu terang

sampai abu-abu kecoklatan setempat silang siur, dengan sisipan kayu karbonan

b. Endapan Rawa (Qs)

Terdiri dari lempung, pasir, lanau, lumpur, dan gambut berwarna hitam sampai

coklat, lunak tidak mengeras.

c. Aluvium (Qac)

Berupa lempung, lumpur, lanau pasir, kerakal, dan berangkal berwarna

kelabu, hitam sampai coklat tidak mengeras dengan sisa tumbuan dan lapisan

tipis gambut tersebar merata.

2.5.2 Struktur Geologi Regional

Daerah penyelidikan terletak di Cekungan Sumatera Tengah yang berkaitan

erat dengan tektonik yang terjadi akibat penujaman busur samudera. Penujaman di

sebelah barat Sumatera terjadi pada Perm (Cameron, 1980) yang kemudian diikuti

dengan pembentukan busur gunung api Tersier sampai Resen. Cekungan Sumatera

Tengah merupakan bagian dari gunung api ini yang terletak bagian busur belakang

yang terdiri dari batuan metamorf berumur Permokarbon dan sedimen Tersier sampai

Kuarter (Suarna, N, 1991).

Struktur geologi di daerah ini terbentuk oleh tektonik pada Jura – Kapur

berupa kelanjutan orogenesa Thai – Malaysia diikuti oleh pengangkatan perbukitan

Tigapuluh pada Kapur Akhir sampai Tersier Awal. Hal tersebut berkaitan dengan

Page 26: Abstrak skripsi

26

pengangkatan busur Gunung Api Bukit Barisan. Tektonik berikutnya terjadi pada

Oligosen Awal dan mengakibatkan pengangkatan dan pensesaran batuan Tersier

yang terbentuk sebelumnya.

Pada Mio–Pliosen terjadi pengangkatan dan regresi sehingga batuan-batuan

pada Formasi Tulang, Gumai dan Air Benakat terangkat diikuti oleh pengendapan

Formasi Muara Enim. Berdasarkan pengamatan Citra SAR (Side Airborn Radar),

struktur geologi yang terbentuk akibat tektonik di cekungan Sumatera Tengah berupa

antiklin dan sesar sesar yang berarah baratlaut-tengara, timurlaut-baratdaya.

Gambar 2.4

Peta Geologi Blok Siambul

2.6 Genesa

2.6.1 Genesa Batubara

Batubara adalah batuan sedimen organoklastik yang berasal dari tumbuhan

yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran

sempurna. Pada umumnya proses pembentukan batubara terjadi pada zaman karbon

yaitu sekitar 270 sampai 350 juta tahun yang lalu. Di Indonesia batubara yang

Page 27: Abstrak skripsi

27

ditemukan dan ditambang umumnya berumur jauh lebih mudah yang terbentuk pada

jaman tersier, batubara yang tertua yang ditambang biasanya berumur eosin yang

terbentuk sekitar 40 sampai 60 juta tahun yang lalu.

Proses pembentukan batubara dari tumbuhan terjadi melalui dua proses yaitu

tahap pembentukan gambut dari tumbuhan sering disebut proses ratifikasi dan tahap

pembentukan batubara dari gambut yang disebut coalification.

Pada tahap pembentukan gambut tumbuhan yang mati pada umumnya akan

mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna sehingga setelah

beberapa waktu kemudian akan tidak terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan dan

penghancuran tersebut pada dasarnya merupakan proses oksidasi yang diakibatkan

oleh pertumbuhan dan aktifitas bakteri dan jasat renik lainnya. Untuk

penyederhanaan proses tersebut, proses oksidasi material penyusun utama cellulose

(C5H10O5). Dapat digambarkan seperti berikut :

C5H10O5 + 6O2 6 CO2 + 5H2O

Jika tumbuhan primitif yang mati disuatu rawa, yang di cirikan dengan kandungan

oksigen air rawa yang sangat rendah sehingga tak memungkinkan bakteri aerob

hidup, maka sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami proses pembusukan dan

penghancuran yang sempurna. Pada kondisi tersebut hanya bakteri anaerob saya

yang berfungsi melakukan dekomposisi yang kemudian terbentuk gambut. Dengan

tidak tersedianya oksigen maka hidrogen dan karbon akan menjadi H2O, CH4, CO

dan CO2 tahap ini sering disebut juga sebagai proses biokimia.

Page 28: Abstrak skripsi

28

Gambar 2.5

Tumbuhan primitif pembentuk batubara

Gambut yang umumnya berwarna kecoklatan sampai hitam merupakan

padatan yang bersifat porous dan masih memperlihatkan struktur tumbuhan asalnya,

gambut masih mangandung kandungan air yang tinggi dan bisa lebih dari 50 %.

Setelah proses gambut berhenti dengan tidak adanya regenerasi tumbuhan

yang artinya tidak akan adalagi proses vegetasi, maka akan terendapkan dan

terkonsentrasi pada cekungan – cekungan dan bila ditutup oleh lapisan sedimen maka

akan mengalami tekanan yang berlangsung berjuta-juta tahun. Tekanan akan

bertambah besar dan mengakibatkan naiknya temperatur, disamping itu temperatur

juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Selain itu kenaikan

temperature dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktifitas magma, proses

pembentukan gunung, serta aktifitas tektonik lainnya.

Peningkatan tekanan dan temperature pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara dan terjadi proses pengurangan kandungan

air, pelepasan gas-gas (H2O, CH4, CO, CO2), peningkatan kepadatan, kekerasan dan

nilai kalor. Tekanan, temperature dan waktu merupakan factor yang menentukan

kualitas batubara. Pembentukan batubara ini sering disebut sebagai proses

termodinamika atau dinamokimia.

Page 29: Abstrak skripsi

29

Gambar 2.6

Proses Terjadinya batubara

Peningkatan tekanan dan temperature pada lapisan gambut akan

mengkonversi gambut menjadi batubara dan terjadi proses pengurangan kandungan

air, pelepasan gas-gas (H2O, CH4, CO, CO2), peningkatan kepadatan, kekerasan dan

nilai kalor. . Tekanan, temperature dan waktu merupakan factor yang menentukan

kualitas batubara. Pembentukan batubara ini sering disebut sebagai proses

termodinamika atau dinamokimia.

2.6.2 Keadaan Batubara Blok Siambul Desa Kelesa

Pada blok siambul daerah Kelesa terdapat tiga seam batubara yaitu seam D,

E dan F diantara ketiga seam ini seam E merupakan seam utama yang terletak di

bagian atas dalam susunan yang di dominasi oleh batu lempung. Dari keseluruhan

seam E menempati 65% dari total sumberdaya yang teridentifikasi, seam ini

merupakan seam yang paling tebal dan mempunya kualitas terbaik dengan ketebalan

mulai dari 0,5-6 m. Sedangkan seam F merupakan seam yang terletak pada bagian

bawah dari keseluruhan seam F menempati 35 % dari total sumberdaya yang

teridentifikasi. Ketebalannya berkisar antara 0,5-4 m.

Page 30: Abstrak skripsi

30

2.7 Metode Penambangan

Metode penambangan yang digunakan adalah sistem tambang terbuka open

pit dikarenakan lapisan endapan batubara yang akan ditambang secara umum

tersingkap dipermukaan tanah sebagai out-crop dengan kemiringan berkisar antara

5-10°, dan ketebalan rata-rata lebih dari 0,50m. Penambangan dibuat berdasarkan

data hasil eksplorasi detil endapan batubara di daerah penelitian.

Kegiantan penambangan dengan cara open pit terdiri dari serangkaian

kegiatan yaitu pembersihan lahan yang sekaligus dilakukan pengupasan dan

pemindahan tanah pucuk, operasi ini dilakukan pada lokasi dimana tambang akan

dibuka yang kemudian diikuti dengan penggalian dan pemindahan lapisan penutup

berupa overburden dan interburden yang dilakukan dengan menggunakan backhoe

dibantu dengan bulldozer. Untuk material lemah sampai sedang langsung

dilakukan penggalian dan pemuatan ke dump truck, dan bila ditemukan material

keras, terlebih dahulu diberaikan dengan bulldozer. Kegiatan terakhir yaitu

penggalian dan pemindahan batubara yang dilakukan dengan menggunakan

backhoe dan bulldozer. Untuk batubara yang memiliki kekuatan lemah sampai

sedang langsung digali dan dimuat kedalam dump truck. Sedangkan batubara

yang keras, akan di berai dahulu dengan bulldozer, kemudian digali dan dimuat

dengan backhoe.

Page 31: Abstrak skripsi

31

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Perancangan Tambang menggunakan Software Minescape.

Dalam perancangan tambang digunakan perangkat lunak minescape. Sebelum

melakukan perancangan tambang, perlu dilakukan pemodelan geologi, baik topografi

maupun struktur lapisan endapan batubara. Pemodelan geologi ini bertujuan untuk

mendapatkan data dalam melakukan penaksiran cadangan batubara, yang memenuhi

syarat untuk dilakukan penambangan. Perangkat lunak minescape digunakan agar

mempermudah proses pemodelan geologi, maupun dalam penaksiran sumberdaya

dan cadangan batubara, dan memilih daerah yang lebih prospek sehingga

menghasilkan proses penambangan yang layak. Sesuai batasan stripping ratio yang

ditetapkan. Minescape merupakan software mining system terpadu yang dirancang

khusus untuk pertambangan. Minescape mampu meningkatkan semua aspek

informasi teknis suatu lokasi tambang mulai dari data eksplorasi, perancangan

tambang jangka pendek, penjadwalan jangka panjang dan sampai ke penjadwalan

produksi tambang. Sub menu dari perangkat lunak Minescape yang digunakan untuk

melakukan perancangan tambang yakni:

1) Stratmodel

Untuk melakukan pemodelan geologi, dimulai dari pembuatan peta topografi

dengan memasukan data dari lapangan yang berupa titik-titik koordinat daerah

telitian, kemudian diinterpolasikan membentuk garis-garis kontur. Pembentukan

topografi kedalam bentuk 3D, dilakukan dengan proses triagulasi, yakni membentuk

bidang dari setiap sisi antara garis-garis kontur membentuk penampang 3D. Peta

topografi dapat dilihat pada Lampiran A-04. Setelah pembuatan peta topografi,

dilanjutkan dengan pengolahan data pemboran collar, yang meliputi: nama titik bor,

koordinat titik bor, elevasi titik bor, kedalaman lubang bor, ketebalan dan nama seam

batubara yang didapat dari hasil log bor, data litologi meliputi: nama titik bor, lapisan

atas (roof), kedalaman lapisan bawah (floor), nama seam, batubara yang dapat dari

Page 32: Abstrak skripsi

32

hasil log Bor, dan kode litologi. Data pemboran dapat dilihat pada Lampiran B

sedangkan Peta titik bor dapat dilihat pada Lampiran C.

Dalam pengolahan data pemboran, juga disertakan data kualitas batubara yang

meliputi: nama titik bor, nama seam batubara, kedalaman lapisan atas (roof),

kedalaman lapisan bawah (floor), relative density, total moisture, inherent moisture,

total sulphur, kandungan abu (ash), dan calorific value atau kalori batubara.

Hasil pengolahan data lubang bor dan data kualitas batubara tersebut

menghasilkan gambar subcrop line batubara yang berupa garis-garis yang

menghubungkan out crop bagian floor batubara pada lapisan dibawah topografi atau

surface. subcrop line ini digunakan untuk menentukan arah penyebaran batubara

dan mengetahui daerah yang paling banyak terdapat endapan batubara. Peta subcrop

line dapat dilihat pada Lampiran D.

Penaksiran jumlah cadangan yang dapat ditambang pada daerah penelitian

dilakukan dengan lebih detail, sehingga diharapkan dapat menghasilkan jumlah

cadangan batubara yang mineable cukup besar untuk memenuhi target produksi.

Pemodelan geologi selanjutnya yakni pembentukan kontur struktur batubara lapisan

bawah (floor) sebagai acuan perhitungan jumlah cadangan batubara yang layak

ditambang dan pembuatan desain geometri penambangan. Pembuatan kontur struktur

dilakukan pada setiap seam batubara. Pertama dilakukan interpolasi data pemboran

yang membentuk kontur struktur batubara bagian bawah (floor) kemudian dilakukan

pemodelan tiga dimensi dengan membentuk triangle dari kontur struktur batubara

bagian bawah (floor) tersebut. Hasil dari pembuatan kontur struktur bagian bawah

lapisan batubara (floor) merupakan tampilan perlapisan batubara yang berbentuk

bidang yang membatasi lapisan batubara bagian bawah dengan lapisan batuan atau

inter burden. Peta kontur struktur dapat dilihat pada lampiran E.

Setelah kontur struktur bagian bawah batubara (floor) terbentuk, dapat

dilakukan penaksiran sumberdaya batubara secara kasar atau belum dibatasi oleh

stripping ratio yang di tentukan. Jika dip direction batubara pada daerah telitian

bersifat relatif terjal misalnya antara 45-60° maka analisis daerah yang memiliki

stripping ratio yang sesuai dengan yang ditetapkan yakni lebih mengarah pada

perubahan kedalaman penambangan, dan juga mengara pada perluasan daerah

penambangan.

Page 33: Abstrak skripsi

33

Analisis daerah tersebut menggunakan sistem resgraphic yang dimiliki

perangkat lunak minescape . Analisis ini bertujuan untuk membandingkan daerah

yang memiliki cadangan batubara yang diinginkan berdasarkan rencana perubahan

elevasi penambangan. Sebelum dilakukan analisis daerah penambangan, blok-blok

penambangan dibagi lagi menjadi blok-blok kecil yang berukuran 100 x 100m atau

50 x 50 m, supaya penaksiran menjadi lebih detail.

Pada hasil resgraphic, blok yang memiliki warna lebih terang (cokelat)

merupakan blok yang membatasi daerah yang memiliki stripping ratio yang

ditetapkan. Rencana elevasi penambangan yang paling banyak menghasilkan

produksi batubara yakni pada elevasi hasil resgraphic tersebut. Dalam pembuatan

desain geometri penambangan, dilakukan secara daerah hasil analisis resgraphic

selesai dilakukan. Pembuatan desain geomentri penambangan dengan stripping ratio

yang ditetapkan, dapat dilanjutkan ke elevasi berikutnya sehingga batas elevasi yang

masih dibatasi dengan blok yang memiliki stripping ratio yang diharapkan.

2) Open Cut

Merupakan salah satu aplikasi yang terdapat dakam minescape untuk

pembuatan desain geometri penambangan. Desain geometri penambangan dilakukan

setelah mendapatkan daerah yang memiliki stripping ratio sesuai dengan yang telah

ditetapkan. Daerah-daerah tersebut kemudian dibentuk menjadi blok-blok

penambangan dengan penamaan missal : Blok 01, Blok 02, dan seterusnya. Setiap

blok-blok tersebut dibatasi oleh poligon dengan luasan yang berbeda-beda.

Berdasarkan analisis daerah menggunakan resgrapich, batas luas wilayah

penambangan (pit limit) dan batas elevasi penambangan dapat ditentukan.

Berdasarkan data tersebut, dapat dilakukan desain geometri penambangan secara

keseluruhan dan dilakukan penaksiran jumlah cadangan yang memiliki stripping

ratio yang telah ditetapkan. Dalam penaksiran cadangan awal, bertujuan untuk

menaksir jumlah cadangan yang dapat ditambang dengan stripping ratio yang sesuai

dan memperoleh data distribusi kualitas batubara. Data distribusi kualitas batubara

didasarkan pada data kualitas hasil analisis laboratorium dari data coring pemboran

eksplorasi.

Page 34: Abstrak skripsi

34

3.2 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

Kriteria dan klasifikasi sumberdaya dan cadangan dapat dijelaskan dengan

pengadopsian data klasifikasi dari United Nation Economic and Socisl Council

(1997). Adapun kelas sumberdaya (Resource) dan cadangan (reserve) berdasarkan

klasifikasi antara lain sebagai berikut :

a). Sumberdaya Batubara Hipotetik (hypothetical coal resource)

Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang

ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk

tahap penyelidikan survey tinjau.

b). Sumberdaya Tereka (inferred coal resource)

Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang

ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk

tahap penyelidikan penyelidikan prospeksi.

c). Sumberdaya Tertunjuk (indicated coal resource)

Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang

ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk

tahap eksplorasi pendahuluan.

d).Sumberdaya Terukur (measured coal resource)

Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang

ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk

tahap eksplorasi rinci.

e). Sumberdaya Terkira (probable coal resource)

Sumberdaya batubara tertunjuk dan sebagian sumberdaya terukur, tetapi

berdasarkan kajian kelayakan semua faktor terkait yang telah terpenuhi sehingga

hasil kajian dinyatakan layak.

f). Cadangan terbukti (proved coal reserve)

Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor

terkait yang telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak.

Tahap eksplorasi batubara berdasarkan klasifikasi sumberdaya dan cadangan

dikutip dari Standar Nasional Indonesia (1999), dilaksanakan memlalui empat tahap

yaitu:

1) Survei Tinjau

Page 35: Abstrak skripsi

35

Merupakan tahap eksplorasi paling awal dengan tujuan mengidentifikas daerah-

daerah yang secara geologis terdapat endapan batubara yang potensial untuk

penyelidikan lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi

geografi, tataguna lahan, serta kesampaian daerah. Kegiatan penyelidikan antara

lain studi geologi regional, penaksiran, penginderaan jauh, dan metode tak

langsung lainnya serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta

dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1 : 100.000.

2) Prospeksi

Tahap ini dimaksud untuk membatasi daerah sebaran endapan yang akan

menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan pada tahap ini antara lain :

Pemetaan geologi dengan skala minimum 1 : 50.000, pengukuran penampang

stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji, percontoan

dan analisis.

3) Eksplorasi Pendahuluan

Tahap eksplorasi ini dimaksud untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga

dimensi endapan batubara meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran,

struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan penyelidikan antara lain: pemetaan

geologi dengan skala minimum 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran

dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologi, penampang geofisika,

pembuatan sumuran.

4) Eksplorasi Rinci

Tahap eksplorasi ini dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta

model tiga dimensi endapan secara lebih rinci.

Gambar klasifikasi sumberdaya dan cadangan diadopsi dari United Nation

Economic and Socisl Council (1997), United Nations International Framework

Classification for Reserves /Resources : Solid Fuels and Mineral Commodities,

Geneva (Gambar 3.1).

Page 36: Abstrak skripsi

36

Sumber : Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral

Gambar 3.1

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara SNI

Angka-angka kodifikasi Cadangan/Sumber Daya (lihat Lampiran 2) terdiri

dari 3 digit

berdasarkan fungsi 3 sumbu, yaitu : E, F dan G, dimana;

E = Sumbu Ekonomis (Economic Axis) untuk Economic Viability

F = Sumbu Kelayakan (Feasibility Axis) untuk Feasibility Assessment

G = Sumbu Geologi (Geological Axis) untuk Geological Study

§ Digit pertama tentang Sumbu Ekonomis (Economic Axis) terdiri dari 3 angka,

yaitu :

Angka 1 menyatakan Ekonomis (Economic)

Angka 2 menyatakan Berpotensi Ekonomis (Potentially Economic)

Angka 3 menyatakan Berintrinsik Ekonomis (dari Ekonomis ke Berpotensi

Ekonomis)

Page 37: Abstrak skripsi

37

§ Digit kedua tentang Sumbu Kelayakan (Feasibility Axis) terdiri dari 3 angka,

yaitu :

Angka 1 menyatakan Studi Kelayakan (Feasibility Study) danbatau Laporan

Penambangan (Mining Report)

Angka 2 menyatakan Studi Pra Kelayakan (Prefeasibility Study)

Angka 3 menyatakan Studi Geologi (Geological Study)

§ Digit ketiga tentang Sumbu Geologi (Geological Study) terdiri dari 4 angka,

yaitu :

Angka 1 menyatakan Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)

Angka 2 menyatakan Eksplorasi Umum (General Exploration)

Angka 3 menyatakan Prospeksi (Prospecting)

Angka 4 menyatakan Survai Tinjau (Reconnaissance)

3.3 Konsep Pemodelan Sumberdaya

Interpretasi geologi merupakan hal yang penting dalam tahap penyelidikan

eksplorasi endapan batubara. Pemodelan sumberdaya yang dibuat merupakan

pendekatan dari kondisi geologi, pemodelan tersebut memberikan :

1) Taksiran jumlah sumberdaya batubara (tonnase)

2) Perkiraan bentuk tiga dimensi sumberdaya batubara, jumlah cadangan dengan

kaitannya dengan perhitungan umur tambang

3) Batas-batas kegiatan penambangan yang dibuat berdasarkan taksiran sumberdaya

4) Hasil perhitungan stripping ratio

Pada umunya pemodelan sumberdaya mempunyai batas-batas koordinat, misal

kearah utara dan kearah timur. Perubah (variable) yang diperlukan untuk pemodelan

yaitu topografi daerah penelitian, informasi geologi, ketebalan dan kualitas endapan,

jenis batuan, berat jenis, tonase tiap unit.

Tahap pemodelan sumberdaya mineral meliputi:

1) Pemasukan dan pengecekan data

2) Pemodelan topografi dan geologi

3) Konstruksi model geologi

Page 38: Abstrak skripsi

38

4) Dimensi model geologi

3.4 Penaksiran Cadangan

3.4.1 Metode Penaksiran

Dalam penaksiran menggunakan mine area yang merupakan rumus paling

sederhana untuk menghitung volume yang terletak diantara dua buah penampang

yang sejajar dengan luas S1 dan S2 serta jarak L. Pada metode standar ini rumus

mean area yang digunakan adalah sebagai berikut :

V = L1 + L2 +………...+ Ln …………………….3.1

Keterangan :

L1, L2, L3, …………, Ln = luas setiap penampang (m)

S1, S2, S3, …………, Sn = luas setiap penampang (m2)

Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus diatas karena

perhitungan volume batubara ditaksir per blok. Jenis perhitungan ini, dapat pula

dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini bila mempunyai jarak yang

sama:

V = L1 + L2 +………...+ Ln …………….3.1

V = ((S1 + S2) + (S2 + S3) + (S3 + S4) + (Sn + Sn)…………)L/2

maka :

V = ((S1 + 2S2 + 2S3 +…….+ 2Sn + Sn )L/2 ………………… …….3.2

Sedangkan perhitungan luas pada mean area yang menghitung volume antara

2 buah penampang dengan kondisi S1 < 0,5 S2 , maka perhitungan dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

V = {S1 + 2S2 + } L/3 ……………………………………… 3.3

3.4.2 Penaksiran Cadangan dengan Software Minescape

Page 39: Abstrak skripsi

39

Dalam penaksiran cadangan batubara yang memiliki stripping ratio (SR)

≤10:1 dari penampang area hasil analisis resgtaphich, endapan mineral batubara

yang telah dibagi menjadi blok-blok dengan interval dengan jarak yang sama yakni

50 m x 50 m dilakukan pembatasan area luasan penampang dengan menggambarkan

poligon yang melingkupi area tersebut. Kemudian dilakukan projection menjadi

bentuk desain geometri penambangan berupa pit penambangan secara keseluruhan.

Penamaan pit penambangan disesuaikan dengan nama blok yang dibatasi

dengan poligon daerah hasil resgtaphich mulai misalnya : Pit-Blok01, Pit-Blok02,

Pit-Blok03 dan seterusnya. Setelah berbentuk pit penambangan kemudian dilakukan

penaksiran jumlah volume lapisan tanah penutup (overburden), volume lapisan

antara seam batubara (interburden), dan jumlah volume batubara. Perhitungan ini

dilakukan dengan pembatasan luas poligon dan elevasi penambangan dari bentuk

tiga dimensi pit penambangan. Peta pit limit dapat dilihat pada Lampiran J .

3.5 Penjadwalan Produksi Batubara

Proses penjadwalan produksi batubara dapat dilakukan setelah dilakukan

penaksiran seluruh cadangan batubara yang memenuhi stripping ratio (SR) ≤ 10 : 1

dilakukan. Penaksiran cadangan untuk penjadwalan produksi dilakukan dengan

perhitungan mundur atau push back terhadap batasan wilayah penambangan (pit limit

) yang telah ditentukan. Hasil dari penaksiran jumlah volume lapisan tanah penutup

(overburden), volume lapisan batuan antar seam batubara (interburden), dan jumlah

volume batubara untuk proses penjadwalan produksi disesuaikan dengan target

produksi dan kualitas batubara terutama kadar kalori batubara.

Dari perhitungan penjadwalan produksi didapat jumlah produksi lapisan

tanah penutup (overburden), lapisan batuan antar seam batubara (interburden),

sehingga dapat dilakkukan penjadwalan penimbunan waste dump, dan dilakukan

desain geometri waste dump secara bertahap untuk setiap tahunnya. Pada daerah

telitian, overburden atau lapisan tanah penutup dan lapisan batuan antar seam

batubara (interburden) di gunakan metode back filling sehingga dilakukan

penimbunan didalam pit penambangan.

Perancangan tambang merupakan suatu tahap penting dalam rencana operasi

penambangan. Perancangan tambang yang modern memerlukan pemodelan dari

Page 40: Abstrak skripsi

40

sumberdaya yang akan ditambang. Model tersebut berupa gridded seam model untuk

endapan tabular seperti halnya batubara. Aspek penting dalam pekerjaan

perancangan tambang yaitu penentuan batas akhir penambangan, dan penjadwalan

produksi.

Berdasarkan waktu, perancangan dibagi menjadi :

1) Perancangan jangka panjang, perancangan komprehensif dari seluruh cadangan

yang ada dan nilai ekonominya: mengeksplorasi deposit yang menguntungkan

untuk memperkirakan ekstraksi dari keseluruhan sumberdaya atau hingga cut-off

point.

2) Perancangan jangka menengah, program-program yang lebih detil dan saling

berhubungan, seperti sasaran produksi tahunan.

3) Perancangan jangka pendek, control yang sangat detil terhadap produksi harian.

3.6 Sistem Penambangan

3.6.1 Contour Mining

Tipe penambagan ini pada umumnya dilakukan pada penambangan batubara

yang terdapat di pegunungan atau perbukitan dengan batubara yang tersingkap

sejajar dengan kemiringan gunung. Penambangan batubara dimulai dari singkapan

lapisan batubara dipermukaan atau crop line dan selanjutnya mengikuti garis kontur

sekeliling bukit atau pegunungan tersebut.

Lapisan batuan penutup batubara dibuat kearah lereng bukit dan selanjutnya

batuan yang telah tersingkap diambil dan diankut. Kegiatan penambangan berikutnya

dimulai lagi seperti tersebut di atas pada lapisan batubara yang lain sampai pada

suatu ketebalan lapisan penutup batubara yang menentukan batas limit ekonominya

atau sampai batas maksimum kedalaman dimana peralatan tambang tersebut dapat

bekerja.

Page 41: Abstrak skripsi

41

Gambar 3.2

Penambangan Contour Mining

Batas ekonomi di tentukan oleh beberapa variable antara lain :

a. Ketebalan lapisan batubara

b. Kualitas

c. Pemasaran

d. Sifat dan keadaan batuan penutup

e. Kemampuan peralatan yang digunakan

f. Persyaratan reklamasi

Peralatan yang digunakan untuk cara penambangan ini pada umunya

memakai peralatan yang mempunyai mobilitas tinggi atau dikenal sebagai mobile

equipment.

3.6.2 Open Pit

Open pit mining adalah penambangan secara terbuka dan pengertian umum.

Metode ini dilakukan dengan cara mengupas terlebih dahulu lapisan material

penutup batubara kemudian dilanjutkan dengan menambang batubaranya.

Page 42: Abstrak skripsi

42

Gambar 3.3

Penambangan Open Pit

Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara yang

mempunyai lapisan tebal dengan arah batubara miring kebawah dan dilakukan

dengan mengunakan beberapa bench (jenjang).

3.6.3 Strip Mine

Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara yang

lapisannya datar dan dekat dengan permukaan tanah. Kegiatan penambangan

dilakukan dengan cara menggali tanah penutup yang dibuang pada daerah yang tidak

di tambang. Setelah endapan batubara dari hasil galian pertama diambil, kemudian

disusul dengan pengupasan berikutnya yang sejajar dengan pengupasan pertama dan

tana penutupnya dibuang ketempat penggalian pertama. Untuk pemilihan metode ini

perlu diperhatikan bahwa :

· Bahan galian relatif mendatar

· Bahan galian cukup kompak

· Bahan galian tabular, berlapis

· Kemiringan relatif, lebih cocok untuk horizontal atau sedikit miring

Page 43: Abstrak skripsi

43

· Kedalaman kecil (nilai ekonomi tergantung stripping ratio, teknologi

peralatan)

Gambar 3.4

Penambangan Strip Mining

3.7 Parameter-parameter Rancangan (design)

3.7.1 Data Topografi Permukaan (Surface) secara Detil

Informasi ini dapat dalam bentuk kontur hasil digitasi yang tersimpan dalam

file komputer, atau berupa file surface titik ketinggian, termasuk drillholes collars.

Alternatif lain yaitu memodelkan permukaan berdasarkan data titik ketinggian

menggunakan perangkat lunak seperti AutoCAD dan quicksurf, globalmapper,

google earth dan google scateup, maupun minescape yang dibangun secara

komputasi dengan metode triangulasi membentuk tampilan 3 (tiga) dimensi.

3.7.2 Kemiringan Jenjang (Batter)

Pada awalnya sebuah desain pit dibuat dengan overall slope sebesar 450 dan

kemudian dimodifikasi berdasarkan informasi geoteknik dari material yang ada

dalam pit tersebut. Batter dapat diatur pada kemiringan 30-35o untuk overburden,

meningkat 35-40o untuk batuan yang lapuk dan hingga 550 untuk batuan fresh.

Page 44: Abstrak skripsi

44

Menurut Robert, Hook dan Fish (1972) sebaiknya kemiringan lereng kurang dari 600

pada kedalaman 65 m dan kurang dari 400 pada kedalaman 300 m.

3.7.3 Tinggi Jenjang

Ketinggian jenjang berbeda-beda untuk setiap pit. Tergantung pada

peralatan yang digunakan, kedalaman pit dan pada geologi lokal atau derajat

iklimnya. Lereng pada overburden yang lemah atau tidak terkonsolidasi, atau pada

tanah yang terekpos, relatif lebih tipis, kurang lebih 2-5m. sebuah survey yang

dilakukan Canadian Mining Journey (1988) menunjukan bahwa untuk range yang

lebar dari beberapa badan bijih, lereng-lereng bervariasi tingginya 6-20m pada

operasi tambang yang besar, yang berproduksi 10.000 ton/hari penambangan padat

dioperasikan pada lereng dengan ketinggian 9m. pada continental pit, Butte,

Montana, terdapat lereng berketinggian 12m pada alluvium hingga 24 m pada batuan

kompeten. Operasi-operasi tambang yang lebih kecil biasanya menggunakan lereng

dengan ketinggian 6-8m.

3.7.4 Permukaan Lereng (Berm Face)

Permukaan lereng dapat dibedakan menurut jenis dari lereng tersebut.

Misalnya sebuah lereng aktif atau lereng kerja (working Bench) dapat menggunakan

pedoman stabilitas jangka pendek yaitu lereng dapat dibuat relatif lebih terjal.

Namun untuk lereng permanen, pertimbangan utama yang digunakan adalah jangka

panjang. Permukaan lereng dapat di tentukan dan dicapai dengan pemilihan alat

yang tepat.

3.7.5 Lebar Berm

Lebar jenjang disesuaikan dengan ultimate slope dan single slope pada

ketinggian yang ditentukan. Namun jika pit semakin dalam, maka lebar jenjang juga

semakin lebar. Berm dapat pula merefleksikan ukuran coal deposit. Lebar dari jalan

angkut yang umunya mengikuti berm, ditentukan oleh ukuran truk yang digunakan,

yang relatif terhadap ukuran coal deposit dan kapasitas produksi yang diharapkan.

3.7.6 Kedalam Pit Bottom

Page 45: Abstrak skripsi

45

Penentuan pit bottom (dasar pit) sangat tergantung pada banyak faktor seperti

perubahan stripping ratio, naiknya biaya produksi dan pengangkutan, nilai mineral

yang ditambang, ukuran (jumlah) deposit, serta kapasitas mill dan produksi. Batas

kedalaman penambangan dapat dioptimisasi menggunakan prosedur-prosedur

optimisasi design seperti Lerch and Grossman.

3.7.7 Jalan Angkut (Haul Road)

Faktor ini biasanya mengikuti proses design setelah kedalaman pit bottom

didefinisikan. Jalan ankut dirancang pada jenjang dasar kemudian mengikuti naiknya

jenjang kearah permukaan dengan gradient (kemiringan) berkisar antara 8-12 %.

Ramp ini dapat berupa jalan lingkar yang melingkar keatas melalui dinding pit atau

swichback yang hanya melalui salah satu dinding pit (kemungkinan keberadaannya

dikarenakan kekuatan material pada dinding tersebut atau kapasitas muat angkutnya

yang cukup naik).

3.7.8 Faktor-faktor lain dalam Desain Geometri Penambangan

a) Informasi geoteknik

Hal ini termasuk detai dari kekuatan batuan, diskontinuitas pada massa batuan

dan hubungannya terhadap orientasi tiap face penambangan yang akan dirancang

(potensi munculnya longsoran).

b) Informasi Hidrogeologi

Informasi hbidrogeologi antara lain curah hujan tahunan, daerah tangkapan hujan,

sumbangan air tanah, kedalaman muka air tanah, dan flktuasinya seperti; tekanan

piezometrik, gradient hidrolik, pororsitas, permeabilitas dan lapisan-lapisan yang

akan ditambang, drainase alami pada permukaan, kemungkinan keberadaan

lapisan aquifer dan aquiclude, lokasi daerah yang pernah banjir, dan lain

sebagainya.

c) Overburden

Hal yang harus diketahui antara lain kedalaman overburden yang harus dikupas

d) Kapasita produksi

e) Batas fisik

f) Lokasi waste dump dan stockpile

g) Lokasi pengolahan

Page 46: Abstrak skripsi

46

h) Sistem transportasi batubara dan overburden

Sistem transaportasi yang digunakan dapat berupa alat muat angkut atau

menggunakan belt conveyor.

3.8 Desain Tambang Terbuka

3.8.1 Geometri Jenjang

Faktor-faktor yang mempengaruhi geometri jenjang:

1) Produksi

Salah satu tujuan penentuan dimensi jenjang adalah harus dapat

menghasilkan produksi yang diinginkan, maka jenjang yang akan dibuat perlu

mempertimbangkan jumlah produksi yang diinginkan. Pada umumnya jumlah

produksi menentukan dimensi jenjang yang akan dibuat, artinya akuratnya ukuran

jenjang tergantung jumlah produksi

2) Kondisi Material

Kondisi material/batuan yang ada dapat menentukan peralatan yang harus

digunakan sehingga kegiatan yang sesuai untuk produksi yang dikerjakan dapat di

tentukan. Kondisi batuan yang lebih dominan antara lain kekuatan batuan, faktor

pengembangan, densitas batuan, struktur geologi yang ada. Berdasarkan kondisi

material tersebut dapat membantu memperkirakan peralatan produksi yang

digunakan. Pada material lunak, penggalian dapat langsung dilakukan pada

permukaan material (permukaan kerja), maka jarak dan ketinggian penggalian perlu

diperhitungkan dalam memperkirakan lebar dan tinggi jenjang.

3) Peralatan Produksi

Pada umumnya peralatan produksi yang akan digunakan/dipilih disesuaikan

dengan kapasitas produksi yang diinginkan dan sesuai material yang akan dikerjakan.

Dengan pertimbangan tersebut, dimensi jenjang mempunyai kondisi kerja yang baik,

dimana hal ini akan mempengaruhi effisiensi kerja.

3.8.2 Rancangan Geometri Jenjang

Beberapa parameter penentuan dimensi jenjang, yaitu :

§ Sasaran produksi dan stripping ratio

Page 47: Abstrak skripsi

47

§ Kondisi overburden

§ Kondisi dan karakter cebakan batubara

§ Peralatan yang digunakan

§ Penimbunan material

Dimensi jenjang yang diperhitungkan meliputi lebar, panjang, tinggi jenjang.

Ukuran panjang dan lebar jenjang ditentukan oleh metode pembongkaran material

(menggunakan alat mekanis atau peledakan), kemampuan alat muat, pola gerak alat

muat dan alat angkut, maupun letak alat muat dan alat angkut yang digunakan dalam

waktu yang bersamaan pada saat penambangan serta sasaran produksi dan rencana

pemanfaatan lahan bekas tambang. Dimensi jenjang akan mempengaruhi jumlah

bahan galian yang dapat di tambang, dan berpengaruh pada kestabilan lereng dan

keamanan penambangan.

Beberap faktor pertimbangan dalam pembuatan geometri jenjang:

1) Tinggi jenjang disesuaikan dengan rencana geometri peledakan yang diterapkan

dan jangkauan alat muatnya. Tinggi jenjang adalah jarak yang diukur tegak lurus dari

lantai jenjang (toe) hingga ujung jenjang bagian atas (crest). Tinggi jenjang yang

dibuat sangat dipengaruhi oleh sifat fisik, dan mekanik batuan, rencana dimensi

bongkaran serta peralatan mekanis yang dipergunakan.

2) Lebar jenjang disesuaikan dengan sasaran produksi dan keadaan topografi lokasi

penambangan. Lebar jenjang adalah jarak horisontal yang diukur dari ujung lantai

jenjang sampai batas belakang lantai jenjang. Lebar minimum yang akan dibuat

harus dapat menampung material hasil bongkaran/peledakan dan peralatan yang

digunakan

Lebar jenjang minimum sangat dipengaruhi:

Ø Jenis dan kemampuan alat

Ø Posisi kerja dari peralatan yang sedang beroperasi di lantai yang sama

Ø Lebar dari tumpukan hasil pembongkaran

Ø Pemanfaatan lahan bekas tambang

Ø Kapasitas produksi yang akan dipakai

Page 48: Abstrak skripsi

48

Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal,

lebar dari jenjang penangkap (Catch Bench). Rancangan geoteknik jenjang biasanya

dinyatakan dalam bentuk parameter-parameter untuk ketiga aspek ini.

Dalam pelaksanaan penambangan, pengontrolan sudut lereng biasanya

dilakukan dengan menandai lokasi pucuk jenjang (crest) sesuai dengan desain yang

telah dibuat menggunakan bendera kecil. Operator alat mekanis diharapkan dapat

menggali sampai batas lokasi bendera tersebut. Lokasi lobang tembak dapat pula

menjadi pedoman. Penggalian sebaliknya dilakukan dari bagian atas material, agar

berada pada posisi kerja yang aman (untuk menghindari longsoran saat penggalian

material). Komponen dasar pada tambang terbuka adalah jenjang.

Bagian jenjang adalah sebagai berikut:

a) Crest dan Toe

Gambar 3.5

Bagian-bagian Jenjang

Page 49: Abstrak skripsi

49

b) Jenjang kerja (working bench)

Gambar 3.6

Jenjang Kerja dan Safety Bench

3.8.3 Sudut Lereng Inter-ramp dan overall

Sudut lereng antar jalan (inter-ramp slope angle) adalah sudut lereng

gabungan beberapa jenjang diantara dua jalan angkut. Sudut lereng keseluruhan

(overall slope angle) adalah sudut yang sebenarnya dari dinding pit keseluruhan,

dengan memperhitungkan jalan angkut, jenjang penangkap dan semua profil lain di

dinding jenjang.

Berikut ini adalah definisi overall slope dan interramp slope angle:

a) Overall slope angle

Overall slope angle merupakan sudut kemiringan dari keseluruhan jenjang

yang dibuat pada front penambangan. Kemiringan ini diukur dari crest paling atas

sampai dengan toe paling akhir dari front penambangan (Gambar 3.7).

Page 50: Abstrak skripsi

50

Upper most crest

Lower most crest

a

q

R

Gambar 3.7

Overall slope angle

b) Overall slope angle with ramp

Pengertiaannya sama, namun pada bagian pertengahan Overall slope diberi

salah satu jenjang yang dimensi ukurannya lebih lebar dan digunakan sebagai jalan

angkut (Gambar 3.8).

Gambar 3.8

Keterangan :

q : overall slope angle

R : ramp

Page 51: Abstrak skripsi

51

qIR1

qIR2

R

C

RC

T

qwR1

qwR2

WB WC

C

T

Overall slope angle with ramp

c) Inte ramp slope angle

Inte ramp slope angle merupakan sudut yang berada diantara ramp yang

diukur dari crest sampai dengan toe pada ramp (Gambar 3.9).

Gambar 3.9

Inter ramp slope angle

d) Inter slope angle dengan satu working bench

Kemiringan jenjang diukur dari crest pada bench yang sejajar jenjang kerja

sampai toe (Gambar 3.10).

Gambar 3.10

Keterangan :

qIR1: Interamp slope 1

qIR2: Interamp slope 2

R : Ramp

Keterangan :

qwR1 : Interramp slope working bench 1

qwR2 : Interramp slope working bench 2

WB : Working bench

W : Working bench toe

Page 52: Abstrak skripsi

52

WB

R

q

qwR1

qwR3

WB

R

Inter slope angle dengan satu working bench

e) Overall slope angle dengan working bench dan ramp

Kemiringan sudutnya diukur dari crest jenjang yang terletak diatas jenjang

kerja sampai toe pada jenjang paling akhir (Gambar 3.11).

Gambar 3.11

Overall slope angle dengan working bench dan ramp

f) Inter ramp slope angle dengan working bench dan ramp

Kemiringan jenjang diukur dari masing-masing crest dan toe pada working

bench dan ramp (Gambar 3.12).

Gambar 3.12

Inter ramp slope angle dengan working bench dan ramp

Keterangan :

WB : Working Bench

R : Ramp

Keterangan :

qwR1: Interamp slope Working Bench 1

qwR2: Interamp slope Working Bench 2

qIR3: Interamp slope Ramp 3

Page 53: Abstrak skripsi

53

q

WB1

WB2Sh1

Sh2

g) Overall slope angle dengan dua working bench

Overall slope yang pada beberapa (dua) bagian jenjangnya diguanakan

sebagai working bench. Kemiringan sudutnya diukur dari crest paling atas sampai

toe paling bawah dari jenjang yang ada (Gambar 3. 13).

Gambar 3.13

Overall slope angle dengan dua working bench

3.8.4 Geometri Jenjang Menurut Keputusan Menteri Pertambangan dan

Energi No. 555 Pasal 241

(1) Kemiringan, tinggi dan lebar teras harus dibuat dengan baik dan aman untuk

keselamatan

para pekerja agar terhindar dari material atau benda jatuh.

(2) Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang

mengandung pasir, tanah liat, kerikil, dan material lepas lainnya harus :

(a). Tidak boleh lebih dari 2.5 m apabila dilakukan secara manual;

(b) Tidak boleh lebih dari 6 m apabilah dilakukan secara mekanik dan

(c) Tidak boleh lebih dari 20 m apabila dilakukan dengan menggunakan

chamsell, dragline, bucket whell excavator atau alat sejenis kecuali

mendapat persetujuan Kepala Inspeksi Tambang.

(3) Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada material kompak tidak

boleh lebih dari 6 m apabilah dilakukan secara manual.

(4) Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan alat mekanis yang

dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang

Keterangan :q : Overall slope angle

dengan duaworking bench

WB1 : Working bench 1WB2 : Working bench 2Sh1 : Shovel Group 1Sh2 : Shovel Group 2

Page 54: Abstrak skripsi

54

maksimum untuk material kompak 15m, kecuali mendapat persetujuan

Kepala Pelaksanaan Inspeksi Tambang.

(5) Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila :

(a) Tinggi jenjang keseluruhan pada system penambangan berjenjang

lebih dari 15 m dan

(b) tinggi setiap jenjang lebih dari 15 m

(6) Lebar lantai teras kerja sekurang-kurangnya 1.5 kali tinggi jenjang atau

disesuaikan dengan alat-alat yang digunakan sehingga dapat bekerja dengan

aman dan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman (safety berm) pada

tebing yang terbuka dan diperiksa pada setiap gilir kerja dari kemungkinan

adanya rekahan atau tanda-tanda tekanan atau tanda-tanda kelemahan

lainnya.

3.8.5 Dasar Perancangan Jalan Tambang

Geometri jenjang ditentukan berdasarkan peralatan yang dipakai, oleh karena

itu diperlukan rancangan jalan yang benar, pada suatu tambang yang baru letak jalan

(ramp) keluar tambang sangat penting untuk diperhitungkan. Jalan tambang umunya

merupakan akses kelokasi pembuangan tanah penutup (waste dump) dan peremuk

(crusher) faktor topografi merupakan pertimbangan utama untuk membuat

rancangan ramp. Umumnya lebar jalan yang aman adalah 4 kali lebar dump truck,

berdasarkan dimensi tersebut memungkinkan untuk lalu linas dua arah, ruangan

untuk truck yang akan menyusul, selokan penyaliran, dan tanggul pengaman.

Kemiringan jalan angkut didalam tambang biasanya dirancang pada

kemiringa 8 % atau 10 %. Rancangan kemiringan jalan untuk tambang-tambang

besar umunya sekitar 8 %. Rancangan ini dapat memberikan fleksibilitas yang lebih

besar dalam perancangan dan memudahkan dalam akses ke jenjang-jenjang

penambangan. Kemiringa maksimum yang masih praktis pada jalan tambang yang

panjangnya 10%. Umumnya tambang-tambang skala kecil merancang kemiringan

jalan sebesar 10 %.

Rancangan spiral dan swichback biasanya dihindari karena cenderung

melambatkan arus lalulintas. Pertimbangan lain adalah ban akan cepat aus,

perawatan ban menjadi lebih besar dan faktor keamanan. Apabilah swichback tidak

Page 55: Abstrak skripsi

55

mungkin dihindari, jalan akan dirancang lebih panjang dengan bagian sebelah dalam

dari tikungan dirancang tidak terlalu terjal.

Apabila geometri memungkinkan dan mempertimbangkan keamanan

dibeberapa lokasi jalan tamabang dapat dibuat belokan tanjakan darurat (runaway

ramps) untuk menghentikan laju dump truck yang tidak terkendali. Selain itu perlu

dibuat tanggul pemisah (straddle berm) ditengan jalan. Pembuatan jalan tambang

dapat memiliki tampak pada volume penggalian material yang sangat besar sehingga

aspek ekonomik dari pembuatan jalan tambang cukup signifikan.

3.8.6 Tahapan Penambangan (Push Back)

Merupakan bentuk-bentuk penambangan (mineable geometris) yang

menunjukan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga

bentuk akhir pit. Tujuan umum dari pembuatan tahapan penambangan adalah untuk

membagi seluruh volume yang ada dalam pit kedalam unit-unit perancangan yang

lebih kecil (panel/strip) sehingga mudah di tangani. Adanya tahapan penambangan

akan memudahkan perancangan tambang yang amat kompleks menjadi lebih

sederhana. Dalam perancangan, parameter waktu dapat mulai diperhitungkan, karena

waktu merupakan parameter yang sangat berpengaruh.

Pada tahap perancangan, pada awalnya diusahakan untuk mengkaitkan

hubungan antara geometri penambangan dengan geometri perlapisan batubara.

Dengan mempelajari tingkat perlapisan batubara dan topografi maka akan diperoleh

suatu cara untuk membuat strategi penambangan pit secara logis dalam waktu yang

relatif singkat. Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan

memberikan akses kesemua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup

untuk operasi peralatan kerja tambang secara efisien. Salah satu hal terpenting adalah

untuk memperlihatkan minimal satu jalan angkut untuk setiap kemajuan tambang.

Hal tersebut dilakukan untuk memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan

kemungkinan akses jalan angkut seluruh permukaan kerja.

Faktor yang mempengaruhi penentuan tahapan penambangan antara lain :

a) Bentuk dan kemiringan perlapisan batubara

Page 56: Abstrak skripsi

56

Rencana penambangan batubara yang berbentuk perlapisan akan berbeda dengan

perancangan penambangan untuk mineral bijih termasuk dalam penentuan

geometri lerengnya.

b) Stripping Ratio (Nisbah Pengupasan)

Nisbah pengupasan merupakan perbandingan antara tonase overburden yang

harus dipindahkan 1 ton batubara yang ditambang. Hasil suatu perancangan pit

akan menentukan jumlah tonase overburden dan batubara yang mengisi pit.

Perbandingan antara overburden dan batubara tersebut akan memberikan nisbah

pengupasan rata-rata suatu pit.

c) Ultimate pit slope

Merupakan salah satu faktor teknis yang berarti kemiringan atau batas luar

tambang yang masih tetap stabil dan menguntungkan. Ultimate pit slope akan

berhubungan dengan geometri lereng yang direncanakan. Hal ini berarti

menentukan besarnya cadangan batubara yang akan ditambang (tonase dan nilai

kalorinya) yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan batubara

tersebut.

Ultimate pit slope juga akan berpengaruh terhadap eksplorasi lanjut, tahap

evaluasi dan tahap persiapan yang didasarkan pada:

(a) BESR (Break Evet Stripping Ratio) yang ditentukan

(b) Sifat fisik dan mekanika batuan

(c) Struktur geologi (sesar, kekar, bidang perlapisan, dan bidang geser)

(d) Air tanah, unsure kimia batuan dan waktu yang dibutuhkan

3.9 Jalan Angkut (Ramp)

3.9.1 Letak Jalan Keluar

Suatu tambang yang baru, penting diperhitungkan dimana letak jalan-jalan

keluar dari tambang untuk akses yang baik kelokasi pembuangan tanah penutup

(waste dump) dan permukaan biji crusher). Topografi merupakan faktor penting

akan sangat sulit sekali bagi truk untuk keluar dari pit kemedan yang curam.

Page 57: Abstrak skripsi

57

3.9.2 Rancangan Spiral dan Switchback

Pada umumnya swickbackingin dihindari sebisa mungkin karena cenderung

melambatkan lalulintas, juga ban akan cepat aus dan perawatan ban akan lebih besar

pertimbangan lain ialah keamanan. Apabila ada sisi tambang yang jauh lebih rendah

dari dinding lainnya disekeliling pit, switchback disisi ini sering lebih murah dari

pada membuat jalan angkut spiral mengelilingi dinding pit.

3.9.3 Jarak Pandang

Jarak pandang adalah jarak yang diperlukan oleh operator untuk melihat

kedepan secara bebas. Pada tambang batbara jarak pandang ini perlu, karena dalam

operasi penggalian batubara, menghasilkan banyak debu, yang akan menganggu

jarak pandang dari operator dump truck.

3.9.4 Lebar Jalan

Tergantung pada lebar alat angkut, biasanya 4 kali lebar truk. Lebar jalan

seperi diatas memungkainkan lalulintas dua arah, ruangan untuk truk yang akan

menyusul, juga cukup untuk selokan penyaliran dan tanggul pengaman.

a) Lebar Jalan Lurus

L =n.Wt + (n+1).(0.5.Wt) …………………………………………………… 3.5

L : lebar jalan angkut minimum, (meter)

n : jumlah jalur

Wt : lebar alat angkut, (meter)

Page 58: Abstrak skripsi

58

The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location.

778 778

CATERPILLAR

1/2 Wt 1/2 Wt 1/2 Wt Wt Wt

L min

Parit

Tanggul

( Ir.Awang Suwandi, 2004 )

Gambar 3.14

Lebar Jalan Angkut Lurus

Nilai 0,5 pada rumus diatas menunjukan bahwa ukuran aman kedua

kendaraan berpapasan adalah sebesar 0,5 wt, yaitu setengah lebar terbesar dari alat

angkut yang bersimpangan. Ukuran 0,5 wt juga digunakan untuk jarak dari tepi

kanan atau kiri jalan kealat angkut yang melintasi secara berlawanan.

Apabilah tidak sesuai dengan ketentuan menurut perhitungan, maka harus

dilakukan perubahan karena selain dapat menghambat dalam kegiatan

pengangkuatan juga berbahaya bagi keselamatan operator dan kendaraan yang

beroperasi.

b) Lebar Jalan pada Tikungan

Lt = n(U + Fa + Fb + Z) + C …………………………………………………….. 3.6Z = C= (U + Fa + Fb )

Keterangan :

Lt : Lebar jalan angkut pada tikungan, (meter).

U : Jarak jejak roda, (meter).

Page 59: Abstrak skripsi

59

Fa : Lebar juntai depan, (meter).

Fb: Lebar juntai belakang, (meter).

C : Jarak antara alat angkut saat bersimpangan,(meter).

( Ir.Awang Suwandi, 2004 )

Gambar 3.15

Lebar Jalan Angkut pada Tikungan

c) Radius Putar Truck

Jari-jari tikungan (belokan) berhubungan langsung dengan bentuk dan

kontruksi alat angkut yang digunakan. Disini digunakan ukuran alat angkut

maksimum. Dalam penerapan jari-jari lingkaran yang dijalankan oleh roda belakang

dan roda depan berpotongan dipusat C dengan sudut yang sama terhadap

penyimpangan roda. Penentuan besarnya jari-jari tikungan, rumus yang digunakan

adalah :

Page 60: Abstrak skripsi

60

Gambar 3.16

Radius Tikungan Jalan

3.9.5 Kemiringan Jalan

Super elevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh

batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan

kemiringan. Tujuan dibuat super elevasi pada daerah tikungan jalan angkut yaitu

untuk menghindari atau mencegah kendaraan kergelincir keluar jalan atau terguling.

Atau berguna untuk mengimbangi gaya sentrifugal (gaya mendorong keluar) sewaktu

kendaraan melintasi tikungan, dan menambah kecepatan.

Wb

α

α

R

R = Wb/sin α

Dengan :R : Jari-jari lintasan roda depan, meterWb : Jarak antara poros roda depan dengan belakangα : Sudut penyimpangan roda depan (◦ )

Page 61: Abstrak skripsi

61

Gambar 3.17

Superelevasi Tikungan Jalan Angkut

Berdasarkan teori ankintos D.I.C. pada kondisi jalan kering, nilai super

elevasi merupakan harga maksimum yaitu 60 mm/m sedangkan pada kondisi jalan

penuh lumpur atau licin, nilai super elevasi terbesar adalah 90 mm/m. kemiringan

tikungan tersebut tergantung tajamnya tikungan dan kecepatan maksimal kendaraan

yang diijinkan pada waktu melintasi tikungan.

Secara matematis kemiringan tikungan jalan angkut merupakan perbandingan

antara tinggi jalan dengan lebar jalan. Untuk menentukan besarnya kemiringan

tikungan jalan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan dengan koefisien

friksinya.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung superelevasi yaitu:

tan α = V2/R.G ……………………………………………………………………(3.7)

dengan :

V : Kecepatan kendaraan saat melewati tikunganR : Radius tikungan

G : Gravitasi bumi = 9,8 m/s2

Page 62: Abstrak skripsi

62

Kemiringan jalan angkut (grade) merupakan suatu faktor penting yang harus

diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan tambang. Hal ini

dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat

angkut, baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.

Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%) yang dapat

dihitung dengan mempergunakan rumus sebagai berikut:

Grade (α) = …….. ……………………………………………………………..(3.8)

Dengan:

∆h : Beda tinggi antara dua titik yang diukur

∆x : Jarak antara dua titik yang diukur

Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik

dan aman oleh alat angkut saat menaiki atau turun dari ketinggian maksimum 8-

10%.

3.9.6 Cross slope dari Jalan Masuk Permuka Kerja

Maksud dari pembuatan cross slope adalah agar jika terdapat air pada jalan,

maka air tersebut akan mengalir pada tepi jalan (Gambar 3.18). cross slope didapat

dari perbandingan y:x untuk jalan yang tidak berlapis salju atau jalan yang

materialnya masih bisa meresap air, maka cross slope dibuatb 1: 25. Jika jalan belum

memenuhi cross slope diatas, maka perlu menimbun bagian tengah jalan, sehingga

memenuhi persyaratan cross slope.

Gambar 3.18

Penampang Cross Slope

Page 63: Abstrak skripsi

63

3.9.10 Pengupasan Tanah Penutup (Top Soil dan Overburden)

Pengupasan tanah penutup dapat dilakukan dengan beberapa metode sebagai

berikut; antara lain:

1) Back filling digging method

Pada cara ini, tanah penutup dibuang ketempat pembuangan bekas penambangan

atau daerah yang tidak memiliki lapisan batubara didalamnya. Cara ini cocok

untuk tanah penutup yang bersifat:

a. Tidak diselingi oleh berlapis-lapis endapan bahan galian

b. Tanah atau batuan lunak

c. Letaknya mendatar

2) Sistem jenjang

Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan system jenjang (benching). Cara

ini dilakukan pada waktu pengupasan lapisan tanah penutup sekaligus membuat

jenjang. Sistem ini cocok untuk:

a. Tanah penutup yang tebal

b. Bahan galian yang cukup tebal

3) Multi bucket excavator system (BWE)

Pada pengupasan cara ini, tanah penutup dibuang ke tempat yang sudah digali

atau ketempat pembuangan khusus. Caranya yaitu dengan mempergunakan

Bucket Wheel Excavator (BWE), sistem ini cocok utuk material yang memiliki

sifat lunak dan tidak lengket.

4) Drag scrapper system

Pengupasan cara ini yaitu dengan mengambil tanah penutup diikuti diikuti serta

pengambilan galian setelah tanah penutup telah dibuang, tetapi bisa juga tanah

penutup diambil terlebih dahulu berikutnya pengambilan bahan galian tambang.

System ini sangat cocok untuk tanah penutup yang memiliki sifat lunak dan

lepas.

5) Konvensional

Cara ini menggunakan kombinasi dari alat-alat pemindahan tanah mekanis (alat

gali, muat, dan angkut) seperti kombinasi antara Bulldozer, backhoe, dan truk

jungkit, bila tanah penutup bisa langsung menggunakan alat gali muat,

sedangkan bila material keras mungkin mempergunakan alat garu (ripper) atau

Page 64: Abstrak skripsi

64

pemburan dan peledakan untuk membongkar tanah penutup, kemudian dimuat

dengan alat muat kea lat angkut, yang selanjutnya dibuang ketempat

penimbunan dengan alat angkut.

3.9.11 Teori Strip, Panel dan Blok

Endapan batubara dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, yaitu pit

(tambang), panel, strip dan blok.

- Pit

Penambangan batubara dibagi menjadi beberapa pit untuk memudahkan

pelaksanaan kegiatan penambangan, pembangian pit terutama didasarkan pada

pencapaian target produksi akan nilai kalori dari batubara yang akan ditambang.

- Strip

Setiap panel dibagi lagi menjadi strip-strip yang dibuat tegak lurus garis panel.

Lebar setiap strip adalah 50 m melintang dari arah selatan ke utara. Penomoran

untuk Strip 01 adalah S01, Strip 02 adalah S02 dan seterusnya pada masing-

masing panel.

- Panel

Masing-masing pit dibagi lagi menjadi panel-panel yang melintang dari arah

barat ke timur. Lebar tiap panel adalah 50 m. penomoran untuk panel 01 adalah

P01, panel 02 adalah P02 dan seterusnya

- Blok

Blok merupakan perpotongan antara panel dan strip. Bentuk akhir dari blok

adalah bujursangkar dengan ukuran 50 m x 50 m. penomoran untuk blok adalah

gabungan dari panel dan strip. contoh S01P01, berarti P01= Panel 01 dan S01 =

Strip 01.

3.10 Perancangan Timbunan

Perancangan timbunan merupakan upaya penentuan lokasi tempat timbunan

material hasil penggalian dan pengangkutan material, baik yang berharga maupun

yang tidak berharga, termasuk didalamnya adalah penentuan volume atau tonasenya,

perancangan bentuk timbunan dan waktu pelaksanaannya.

3.10.1 Parameter Perancangan Timbunan

Page 65: Abstrak skripsi

65

Proses penimbunan material, baik materiam berharga maupun tidak berharga

harus mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain:

a) Sudut lereng timbunan (angle of repose)

Batuan kerin ROM (run of mine) pada umunya mempunyai sudut lereng

timbunan antara 340-370. Sudut ini dipengaryhi tinggi timbuna, ketidak teraturan

bongkah batuan dan kecepatan dumping. Pengukuran ini dapat dibuat pada sudut

lereng yang ada di daerah tersebut.

b) Faktor pengembangan material (swell factor )

Faktor pengembangan pada batuan keras umunya antara 30M- 45 % pada 1 m3.

Material insitu akan mengembang menjadi 1,3-1,45m material lepas (loose

material). Material dapat didapatkan sekitar 5-15% material yang ditumpahkan

oleh dump truk kan menjadi lebih kompak dari pada material yang ditumpahkan

oleh belt conveyor

c) Jarak dari pit limit

Jarak minimum merupakan ruangan yang cukup untuk jalan angkut antara pil

limit dan kaki timbunan (dump toe). Kestabilan pit akibat adanya timbunan harus

diperhitungkan jarak yang sama atau lebih besar dari kedalaman pit akan

mengurangi resiko yang berhubungan dengan kesetabilan lereng pit.

d) Tanjakan kearah dump crest

Menurut Bohnet dan Kunze dalam Waterman(2004) merekomendasikan sedikit

tanjakan kearah dump crest dengan pertimbangan penyaliran dan keamanan.

Limpasan air hujan dirancang menjauhi crest. Dump truk harus menggunakan

tenaga mesin untuk menuju crest dan bukan meluncur bebas. Hal ini jga akan

mengurangi resiko kendaraan yang di parker meluncur jatuh dari puncak waste

dump (crest).

3.10.2 Lokasi Timbunan

Penentuan lokasi penimbunan material didasarkan pada jenis material yang

ditimbun dan maksud dari penimbunan material. Berdasarkan jenis material dan

maksud penimbunannya, lokasi penimbuanan antara lain:

a) Stockpile/stockyard

Page 66: Abstrak skripsi

66

Stockpile atau stockyard merupakan suatu tempat yang digunakan untuk

menyimpan timbunan material berharga yang akan diolah atau material berharga

yang akan dipakai kembali pada suatu saat. Stockpile atau stockyard biasanya

terletak didekat lokasi pengolahan atau pelabuhan.

b) Waste Dump

Waste Dump merupakan suatu lokasi yang digunakan untuk menimbun material

overburden atau material tidak berharga yang yharus digali dari lokasi

penambangan untuk memperoleh material berhaga wate dump biasanya

ditempatkan pada daerah yang yang tidak ditambang.

3.10.3 Jenis Timbunan

Proses penimbunan material, baik material berharga maupun tidak berharga,

dapat dilakukan dengan beberapa jenis timbuanan antara lain:

a. Valley Fill atau Crest Dump

Jenis timbunan Valley Fill atau Crest Dump dapat diterapkan didaerah yang

mempunya topografi curam dan biasanya dibangun pada sebuah lereng dengan

menetapkan elevasi puncak (dump crest) pada awal pembuatan tibunan. Dan truk

yang mengangkut muatannya ke elevasi ini akan menumpahkan muatannya pada

bagian atas lereng, kemudian bulldozer mengurus material ini. Elevasi dump crest ini

akan dipertahankan selama proses penimbunan .

Gambar 3.19

Jenis Timbunan Valley Fill atau Crest Dump

Page 67: Abstrak skripsi

67

b. Terraced dump atau timbunan yang dibangun keatas (dalam lift)

Jenis timbunan Terraced dump diterapkan jika kondisi topografinya tidak

begitu curam. Jenis timbunan ini dibangun dari bawah keatas. Tinggi lift biasanya

disesuaikan dengan rekomendasi jenjang penimbunan. Kerugian cara ini adalah jarak

angkut yang lebih panjang untuk perluasan lift pada saat memulai suatu lift baru.

Keuntungan dari jenis timbunan ini, lift-lift yang dibangun berikutnya terletak lebih

kebelakang sehingga sudut lereng keseluruhan (overall slope angle) mendekat sudut

yang dibutuhkan untuk reklamasi.

Gambar 3.20

Jenis Timbunan Terraced Dump

3.10.4 Cara Penggusuran Material Timbunan

Material dibawa ke lokasi penimbunan yang suda ditentukan dan akan

ditangani oleh alat bantu untuk melakukan pemadatan dan penempatannya. Pada

kegiatan ini digunakan alat bantu berupa bulldozer. Bulldozer akan menggusur

overburden yang telah di tumpahkan oleh dump truk. Pada pelaksanaannya, alat ini

bekerja dengan beberapa cara sesuai kondisi yang ada, antara lain:

a. Down Hill Dozing

Pada metode ini bulldozer selalu mendorong kebawah, jadi mengambil

keuntungan dari bantuan gravitasi untuk menambah tenaga dan kecepatan

Page 68: Abstrak skripsi

68

Gambar 3.21

Cara Penimbunan Down Hill Dozing

b. Highwall and float dozing

Bulldozer menggali beberapa kali kemudian mengumpulkan galian menjadi

satu dan mendorong dengan hati-hati pada lereng curam. Sebelum seluruh tanah

habis meluncur kelerang, bulldozer harus di rem agar tidak terjungkir.

Gambar 3.22

Cara Penimbunan Highwall and float dozing

c. Trench atau sloat dozing

Page 69: Abstrak skripsi

69

Bulldozer akan menggusur melalui satu jalan yang sama akan menyebabkan

berbentuk semacam dinding pada kiri dan kana, sehingga pada pendorongan tanah

berikutnya tidak ada tanah yang keluar dari samping bilah.

Gambar 3.23

Cara Penimbunan Trench atau sloat dozing

3.11 Rancangan Sistem Penyaliran Tambang

Berdasarkan kajian hidrologi didaerah Kelesa, Kecamatan Seberida,

Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, termasuk wilayah yang memiliki curah

hujah tinggi. Oleh karena itu konsekuensi dari penerapan system tambang terbuka

adalah perlunya dipersiapkan system penyaliran yang baik selama operasi

penambangan berlangsung.

Page 70: Abstrak skripsi

70

Gambar 3.24

Bentuk Penampang Saluran Terbuka

3.11.1 Penentuan Letak dan Dimensi Sumuran

Upaya penyaliran air menuju sumuran dan mencegah genangan air pada

jenjang dilakukan dengan membuat puritan atau saluran terbuka didelat kaki jenjang.

Sedangkan penempatan sumuran diusahakan tidak terlalu dekat dengan daerah kerja

peralatan maupun batas kemajuan back filling.

Dimensi sumuran disesuaikan dengan debit air yang diperkirakan masuk

kedalam pit yang tidak mampu bertahan oleh saluran cicin

3.11.2 Penentuan Letak dan Dimensi Kolam Pengendapan

Kegunaan dari kolam pengendapan adalah untuk mengendapkan material

yang terangkut selama prose mine dewathering, sehingga mengurangi resiko

pendangkalan sungai. Dalam merancang atau menentukan lokasi dan ukuran kolam

pengendapan perlu memperhatikan peta kemajuan tambang dan lokasi awal hingga

akhir dari sumuran penampung air tambang.

Bentuk kolam pengendapan umunya hanya digambarkan secara sederhana,

berupa kolam berbentuk empat persegi panjang. Padahal sebenarnya bentuk kolam

pengendapan bermacam-macam tergantung dari kondisi lapangan dan keperluannya.

Walaupun bentuknya bermacam-macam, setiap kolam pengendapan akan selalu

mempunya 4 zona penting yang terbentuk karena proses pengendapan material

padatan ( solid particle).

Page 71: Abstrak skripsi

71

Empat zona tersebut adalah sebagai berikut:

1) Zona masukan, tempat dimana air lumpur masuk kedalam kolam pengendapan

dengan asumsi campuran air dan padatan terdistribusi secara seragam. Zona ini

panjangnya 0,5 – 1 kali kedalaman kolam (Huisman,1977)

2) Zona pengendapan, tempat dimana partikel padatan (solid ) akan mengendap.

Panjang zona pengendapan adalah panjang kolam pengendapan dikurangi

panjang zona masuk dan keluaran (Huisman,1977)

3) Zoan endapan lumpu, tempat dimana partikel padatan dalam cairan (lumpur)

mengalami pengendapan (terpisah dari cairan) dan terkumpul didasar kolam

pengendapan.

4) Zona keluaran, tempat keluarnya buangan cairan yang jernih. Panjang zona ini

kira-kira sama degan kedalam kolam pengendapa, diukur dari ujung kolam

pengeluaran (Huisman,1977)

Kolam pengendapan yang dibuat agar dapat berfungsi lebih efektif, harus

memenuhi beberapa persyaratan teknis, seperti:

a) Sebaiknya kolam pengendapan dibuat berkelok-kelok, agar kecepatan aliran

lumpur relatif rendah, sehingga partikel padatan cepat mengendap

b) Geometri kolam pengendapa harus disesuaikan dengan ukuran back hoe yang

biasanya dipakai untuk melakukan perawatan kolam pengendapan, sepeti

mengeruk lumpur dalam kolam, memperbaiki tanggul kolam, dan lain sebagainya

Page 72: Abstrak skripsi

72

BAB IV

RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN

Tahapan yang dilakukan dalam rancangan penambangan batubara sebagai

berikut :

1) Pengumpulan data, berupa peta topografi, peta geologi, data lubang bor dan

singkapan, data spesifikasi alat mekanis yang akan digunakan.

2) Pengolahan data yaitu mendigitasi peta dan menentukan endapan batubara

melalui data lubang bor.

3) Pembuatan perancangan tambang batubara dengan Globalmapper, AutoCad

dan Minescape.

4.1 Sumberdaya Batubara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada PT. Riau Bara Harum

mempunyai lapisan batubara yang dominan yaitu seam D, E dan seam F dengan

kualitas baik.

Gambar 4.1

Batubara Seam D, E dan seam F tampak tiga dimensi

Page 73: Abstrak skripsi

73

4.2 Tahapan Perancangan Penambangan

Tahapan perancangan penambangan batubara dengan menggunakan

pengabungan perangkat lunak Globalmapper, AutoCad dan Minescape dilakukan

secara terpisah. Tahap kerja awal akan dilakukan dengan menggunakan perangkat

lunak Globalmapper, AutoCad dimana pekerjaan hanya dibatasi pada proses digitasi

peta.

Tahap selanjutnya yaitu dengan menggunakan software Minescape yang

pekerjaannya dibatasi oleh, pembuatan peta topografi, pemodelan batubara,

perancangan pit, tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

4.2.1 Pemodelan Surface Topografi

Tabel 4.1 dibawah menunjukan posisi koordinat PT. Riau Bara Harum secara

geografis.

Tabel 4.1.

Batas Koordinat Konsensi Pertambangan PT. Riau Bara Harum

NO

TITIK

BUJUR

TIMUR

(m)

LINTANG

SELATAN

(m)

NO

TITIK

BUJUR

TIMUR

(m)

LINTANG

SELATAN

(m)

1 197602.05 9935452.79 44 225455,52 9915182,32

2 197608.35 9930841.22 45 226389,29 9915187,20

3 198534.44 9930844.72 46 226389,32 9914258,30

4 198532.34 9932686.72 47 227309,11 9914258,30

5 199462.64 9932689.91 48 227323,11 9913333,61

6 199457.04 9933614.60 49 228253,40 9913333,61

7 200393.54 9933607.60 50 228240,80 9912418,01

Page 74: Abstrak skripsi

74

8 200391.53 9934528.79 51 229173,89 9912415,21

9 203174.01 9934528.79 52 229178,79 9911505,21

10 203178.21 9931762.41 53 238448,83 9913341,93

11 201313.42 9931768.01 54 231963,37 9913342,00

Lanjutan Tabel 4.1

12 201321.82 9929926.32 55 231958,48 9916408,68

13 200395.02 9929926.32 56 229173,20 9916419,18

14 200394.32 9925308.47 57 229170,40 9914260,40

15 201325.32 9925309.36 58 228244,30 9914260,40

16 201319.01 9924386.56 59 228247,10 9915187,19

17 205033.88 9924391.46 60 227320,31 9915180,90

18 205037.39 9928083.23 61 227315,41 9916102,06

19 210606,55 9928080,42 62 226388,62 9916102,09

20 210601,65 9927163,42 63 226383,72 9917023,28

21 211528,44 9927156,43 64 225460,43 9917023,28

22 211536,84 9925318,24 65 225463,23 9917947,28

23 212462,23 9925317,54 66 224530,17 9917940,98

24 212463,63 9924392,85 67 224530,13 9919793,86

25 213386,92 9924396,35 68 223601,94 9919793,87

26 213397,42 9923470,95 69 223599,14 9920715,06

Page 75: Abstrak skripsi

75

27 214315,11 9923474,45 70 225455,53 9920715,06

28 214326,31 9916403,86 71 225460,43 9924397,73

29 215249,59 9916407,39 72 218956,08 9924392,84

30 215250,30 9914556,52 73 218953,98 9925317,53

31 215862,70 9914565,61 74 218031,39 9925320,33

32 215870,49 9911489,84 75 218027,19 9927159,22

33 218036,27 9911493,33 76 216175,71 9927163,42

34 218027,19 9920710,17 77 216168,01 9928083,92

35 221433,98 9920703,16 78 215241,22 9928080,42

36 221427,73 9919793,91 79 215246,82 9930846,81

37 222668,85 9919793,87 80 214320,03 9930850,30

38 222670,95 9918869,17 81 214315,83 9931767,97

39 223601,24 9918866,37 82 213389,03 9931767,99

40 223601,94 9917023,99 83 213380,64 9932696,89

Lanjutan Tabel 4.1

41 224535,03 9917020,49 84 212453,14 9933613,89

42 224527,03 9916101,45 85 210601,69 9933611,08

43 225455,53 9916100,69 86 210607,26 9935459,07

Dari data koordinat lokasi konsensi PT. Riau Bara Harum tersebut, dapat

dibentuk suatu poligon yang membatasi wilayah konsensi penambangan PT. Riau

Bara Harum, seluas 24.450 Ha. Pembatasan wilayah ini menggunakan perangkat

Page 76: Abstrak skripsi

76

lunak autocad. Secara keseluruhan konsensi penambangan PT. Riau Bara Harum

dibagi menjadi 5 Blok besar, yakni : Blok Kelesa, Blok Siambul, Blok Pegegas, Blok

Ringin, Blok Sungai Aarang. Sedangkan pada batasan wilayah penelitian hanya pada

Blok Siambul dengan luas 335 Ha. Pemodelan surface hanya dilakukan pada Blok

Siambul, dapat dilihat pada Tabel 4.2 batas koordinat Blok Siambul Gambar 4.2 peta

Blok Siambul dibawah ini :

Tabel 4.2.

Batas Koordinat Blok Siambul

NO TITIK BUJUR TIMUR (m) LINTANG SELATAN (m)

1 217072.094 9920885.227

2 215515.675 9920855.227

3 215515.675 9923043.144

4 217072.094 9923643.144

Page 77: Abstrak skripsi

77

Gambar 4.2

Blok Siambul PT. Riau Bara Harum

Rona awal kontur permukaan atau surface dari konsensi PT. Riau Bara

Harum pada Blok Siambul berupa perbukitan dengan kemiringan 5-50 °. Elevasi

maksimal mencapai 130 mdpl elevasi minimum mencapai 30 mdpl, sehingga selisi

ketinggian rata-rata adalah 100 mdpl. Data topografi diperoleh dengan menggunakan

perangkat lunak Globalmapper, disebabkan PT. Riau Bara Harum belum melakukan

pemetaan secara keseluruhan. Pengambilan lokasi peta topografi dengan

menggunakan perangkat lunak Globalmapper disesuaikan dengan lokasi konsensi

pertambangan PT. Riau Bara Harum pada Blok Siambul. Hasil pemetaan topografi

Page 78: Abstrak skripsi

78

dengan menggunakan perangkat lunak Globalmapper dilakukan pengolahan lebih

lanjut dengan menggunakan perangkat lunak autoCAD, sehingga diperoleh titik-titik

koordinat hasil ekstraksi peta kontur topografi dari perangkat lunak Globalmapper

tersebut. Peta kontur Blok Siambul dapat dilihat pada Lampiran A.

Gambar 4.3

Peta Kontur Topografi 2D pada Blok Siambul PT. Riau Bara Harum

Page 79: Abstrak skripsi

79

Setelah diperoleh data koordinat topografi, dilakukan interpolasi pada

perangkat lunak Minescape membentuk garis-garis kontur dilanjutkan dengan

pemodelan bentuk tiga dimensi, dengan pembuatan triangle atau bidang-bidang yang

menghubungkan garis-garis kontur topografi. Bagian barat lokasi penelitian memiliki

bentuk topografi lebih tinggi dibandingkan dengan sebelah timur lokasi penelitian.

Gambar 4.4

Peta Topografi 3D pada Blok Siambul PT. Riau Bara Harum

Setelah dilakukan pemodelan tiga dimensi dari bentuk surface daerah

penelitian, maka diperoleh bidang yang kemudian akan digunakan sebagai pembatas

dalam penaksiran cadangan maupun proyeksi model struktur geologi batubara

didaerah telitian.

4.2.2 Pemodelan Geologi

Jumlah seam batubara yang dilakukan pemodelan hanya seam batubara yang

memiliki ketebalan ≥ 0,5 m, sebanyak 3 seam dengan ketebalan berkisar antara

Page 80: Abstrak skripsi

80

0,5 m sampai 6 m, dengan arah umum penyebaran batubara yaitu relatif utara-

selatan, dan kemiringan kearah barat berkisar antara 20° - 30°. Dalam perancangan

tambang pada daerah telitian tidak dilakukan pemodelan pada seam batubara yang

memiliki ketebalan kurang dari 0,5 m, hal ini karena rencana ukuran alat mekanis

pembongkaran yang akan digunakan untuk membongkar atau memuat batubara

memiliki dimensi bucket yang lebarnya diatas 0,5 m. total jumlah seam batubara

yang dilakukan pemodelan adalah 3 seam yakni : seam D seam E dan seam F. Seam-

seam batubara pada daerah telitian memiliki penyebaran yang relatif berada dibagian

barat daerah penelitian.

Pemodelan dilakukan dengan memproyeksikan data pemboran dan singkapan

outcrop batubara menggunakan perangkat lunak Minescape . PT. Riau Bara Harum

telah melakukan pemboran hingga lebih dari 30 lubang bor untuk menganalisa

lapisan endapan batubara di Blok Siambul. Dalam pemodelan struktur geologi

lapisan batubara, digunakan data pemboran yang memiliki hasil coring batubara

dengan ketebalan diatas 0,5 m. data pemboran yang dibutuhkan untuk pemodelan

dimabil menjadi dua yakni:

1) Data pemboran Collar

Data pemboran collar meliputi : nama titik bor, koordinat titik bor, elevasi

titik bor, kedalaman lubang bor. Data collar berguna untuk memberikan informasi

tentang lokasi titik-titik bor, sehingga dapat digambarkan pada lokasi penelitian.

Data collar akan dikorelasikan dengan data pemboran litologi dengan index

penghubung pada kolom lubang bor.

Tabel 4.3

Data Pemboran Collar PT. Riau Bara Harum

Bor-Holes

Name

Koordinat Elevasi

(m)

Depth

(m)Easting Northing

SMB 385 216050 9921366 69 70.50

SMB 398B 216257 9922049 66 51

Page 81: Abstrak skripsi

81

SMB 400 216091 9921436 68 60

SMB 402 216258 9921514 62 51

SMB 403 216042 9921704 78 60

SMB 407 216326 9921990 62 45

SMB 409 216176 9921976 64 27.0

SMB 410A 216185 9921365 66 45.0

SMB 411 216160 9921798 64 52.5

SMB 412 216291 9921786 60 30

SMB 414 216198 9921876 60 29.0

SMB 415 216062 9921497 69 60

SMB 419 216180 9921704 64 52.5

SMB 428B 216081 9921844 60 31.7

2) Data Pemboran Litologi

Data pemboran litologi meliputi : nama titik bor, batas kedalaman lapisan

atas (roof), batas kedalaman lapisan bawah (floor), nama seam batubara yang didapat

dari hasil log bor, dank kode litologi. Pada data litologi pemboran mencatat nama

seam dan tebal lapisan serta kedudukan lapisan batubara yang akan diproyeksikan

untuk pemodelan geologi struktur endapan batubara.

Page 82: Abstrak skripsi

82

Tabel 4.4

Data Pemboran Litologi PT. Riau Bara Harum

Bor-Holes

Name

Top

Depth

Base

Depth

Thickness

(m)

Strat Lith)

SMB385 29.60 29.80 0.20 D CO

SMB385 32.50 36.00 3.50 E CO

SMB398B 21.40 22.90 1.50 E1 CO

SMB398B 23.00 24.00 1.00 E2 CO

SMB398B 34.80 35.60 0.80 F CO

SMB400 50.70 50.90 0.20 D CO

SMB400 51.20 53.00 1.80 E1 CO

SMB400 53.00 54.00 1.00 E2 CO

SMB402 15.00 16.50 1.50 E1 CO

SMB402 17.20 18.10 0.90 E2 CO

SMB402 30.20 31.20 1.00 F CO

SMB403 24.80 26.70 1.90 E CO

SMB403 38.50 38.60 0.10 F CO

SMB407 2.70 3.80 1.10 D CO

SMB407 3.80 5.60 1.80 E1 CO

SMB407 5.60 6.70 1.10 E2 CO

SMB407 18.20 19.00 0.80 F CO

SMB409 19.80 19.90 0.10 D CO

SMB409 22.10 24.70 2.60 E CO

SMB410A 6.00 9.00 3.00 E CO

Page 83: Abstrak skripsi

83

SMB410A 20.00 26.80 6.80 F CO

SMB411 34.30 34.90 0.60 E1 CO

SMB411 34.90 35.10 0.20 E2 CO

SMB411 42.50 43.40 0.90 F CO

SMB412 3.40 5.70 2.30 E CO

SMB412 16.40 17.50 1.10 F CO

SMB414 5.30 5.60 0.30 C CO

SMB414 7.30 7.70 0.40 D CO

SMB414 15.10 15.40 0.30 E CO

SMB414 21.00 21.50 0.50 F CO

SMB415 33.90 34.80 0.90 E1 CO

SMB415 34.90 36.80 1.90 E2 CO

SMB415 48.00 48.40 0.40 F CO

SMB419 25.00 27.90 2.90 E1 CO

SMB419 28.00 30.40 2.40 E2 CO

SMB419 36.20 37.30 1.10 F CO

SMB428 B 30.00 31.10 1.10 E CO

Ket : CO = Kode Litologi Batubara

D,E,E1,E2 & F = Nama Seam Natubara

3) Data Kualitas batubara

Data kualitas batubara merupakan data tentang hasil analisis laboratorium

pada coring batubara. Data kualitas batubara terdiri dari : nama titik bor, batas

kedalaman lapisan atas (roof), batas kedalaman lapisan bawah (floor), nama seam

batubara yang didapat dari hasil log bor, relative density, total moisture, inheren

Page 84: Abstrak skripsi

84

moisture, total sulphur, kandungan abu (ash), dan calorific value atau kalori

batubara. Peta lokasi titik bor dapat dilihat pada Lampiran C.

Dari hasil proyeksi data outcrop batubara dan pemboran tersebut, layout dari

subcrop line batubara memiliki arah strike mayor utara-selatan. Hasil pengolahan

data outcrop batubara dan pemboran menghasilkan gambaran subcrop line batubara

yang berupa garis-garis yang menghubungkan outcrop batubara dan pemboran

menghasilkan gambaran subcrop line batubara yang berupa garis-garis yang

menghubungkan outcrop batubara pada lapisan bagian floor batubara dibawah

topografi atau surface. Subcrop line ini digunakan untuk menentukan arah

penyebaran batubara dan mengetahui daerah yang paling banyak terdapat endapan

batubara.

Penamaan seam batubara dimulai dari sebelah timur, secara berurutan,

ketebalan setiap seam bervariasi, dengan ketebalan maksimum seam F sebesar 6,80

m. jarak antar seam memungkinkan untuk dilakukan penambangan secara bersamaan

dalam satu pit, namun tetap meninggalkan interburden sebagai pembatas setiap pit

penambangan. Peta subcrop line batubara pada daerah telitian dapat dilihat pada

Lampiran D.

Dari hasil pengolahan data pemboran, dapat dilakukan pemodelan kontur

struktur batubara, khususnya pada kontur struktur lapisan bawah batubara (floor).

Page 85: Abstrak skripsi

85

Gambar 4.7

Kontur Struktur (floor) Batubara Daerah Telitian

Pembuatan kontur struktur dilakukan pada setiap seam batubara yang

berjumlan 3 seam dimulai dari seam D, seam E dan seam F. Pertama dilakukan

interpolasi data pemboran yang membentuk kontur struktur batubara bagian bawah

(floor) kemudian dilakukan pemodelan tiga dimensi dengan membentut Triangle dari

kontur struktur batubara bagian bawah (floor) tersebut. Kontur struktur bagian bawah

batubara (floor) berguna untuk melakukan pembatasan saat penaksiran cadangan

jumlah batubara. Dengan pembuatan kontur struktur, juga dapat divisualisasikan

bentuk endapan batubara pada daerah telitian, sehingga mempermudah dalam

pembuatan desain geometris penambangan. Peta kontur struktur lapisan batubara

(floor) dapat dilihat pada Lampiran G.

4.2.2.1 Penaksiran Sumberdaya dan Cadangan

4.2.3.1 Pembatasan Wilayah Penaksiran

Dalam pembatasan wilayah daerah telitian yang akan dilakukan penaksiran

sumberdaya dan cadangan, secara garis besar dapat dilakukan dengan

menggambarka poligon yang melingkupi subcrop line batubara, berbatasan dengan

=Seam F = Seam F = Seam F

=Seam F = Seam F

Page 86: Abstrak skripsi

86

konsensi pertambangan PT. Riau Bara Harum. Untuk melakukan penaksiran

sumberdaya yang lebih detil, dilakukan pembatasan yang berjarak 500 m, 350 m, dan

250 m dari titik bor terluar. Pada jarak 250 m dari titik bor terluar, diperoleh hasil

penaksiran sumberdaya terukur (measured coal gresource). Sedangkan untuk

melakukan penaksiran cadangan, dibatasi oleh pit limit penambangan dan pit bottom

penambangan yang menghasilkan penaksiran cadangan terbukti (proved coal

resource). Namun untuk memenuhi stardar sebagai cadangan terbukti perlu

dilakukan kajian kelayakan terhadap semua faktor terkait dan telah terpenuhi

sehingga hasil kajian dinyatakan layak.

4.2.3.2 Pembagian Blok Penaksiran

Wilayah telitian pertama kali dibagi menjadi satu Blok besar (hasil dari

pembatasan wilayah penaksiran ). Dengan menggunakan perangkat lunak

Minescape, pada daerah tersebut dilakukan analisis tingkat stripping ratio, untuk

mengetahui tingkat kelayakan penambangan batubara berdasarkan stripping ratio

(SR) yang telah ditentukan yaitu kurang dari atau sama dengan 10 : 1, dapat dilihat

pada Gambar 4.8.

Blok yang membatasi daerah analisis SR dibagi lagi menjadi Blok-Blok kecil

berukuran 50 m x 50 m, untuk menghasilkan perhitungan yang lebih detil penamaan

Blok-Blok ini diurutkan dari utara ke timur dan selanjutnya kearah selatan,

menyesuaikan dengan arah penyebaran endapan batubara (strike) dan dip. Penamaan

Blok ini, secara otomatis terbentuk pada saat pembuatan strip, panel dan Blok. Pada

daerah penelitian, penamaan strip dimulai dari S01, dan penamaan panel dimulai dari

P01, sedangkan Blok selalu dimulai dengan huruf “BL”, sehingga nama Blok

pertama kali ialah: BLS01P01, dan nama Blok kedua ialah BLS02P01 dan

seterusnya hingga BLS20P20. Blok-Blok terbentuk, berada didalam Blok batas

analisis SR (Gambar 4.8). Blok-Blok dengan ukuran 50 m x 50 m tersebut total

berjumlah 137 Blok, pada Blok yang berada disisi Blok pembatas tidak selalu

berbentuk persegi, hal ini dikarenakan berpotongan dengan Blok pembatas. Gambar

Blok-Blok yang berukuran 50 x 50 dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Page 87: Abstrak skripsi

87

Gambar 4.8

Blok Batas Analisis SR

Page 88: Abstrak skripsi

88

Gambar 4.9

Peta Blok Analisis SR

4.2.3.3 Analisis Blok Berdasarkan SR

Analisis SR pada Blok tersebut menggunakan system resgrapich pada

perangkat lunak Minescape , analisis daerah dilakukan dengan menghitung total

keseluruhan endapan batubara yang dibatasi dengan Blok berukuran 50 m x 50 m

Page 89: Abstrak skripsi

89

seluas Blok besar yang melingkupi. Batas perhitungan ditentukan oleh model surface

sebagai batas atas, dan pit bottom sementara. Pit untuk analisis dengan menggunakan

system resgrapich dalam perangkat lunak Minescape berupa proyeksi dari garis

poligon batas Blok besar yang melingkupi Blok-Blok berukuran 50 m x 50 m. Pit

tersebut dibuat dengan elevasi yang berbeda-beda untuk mendapatkan perbandingan

nilai stripping ratio (SR), dapat dilihat pada Gambar 4.10. Analisis resgrapich

stripping ratio (SR).

Gambar 4.10.

Pit Batas Analisis SR pada System Resgrapich

Page 90: Abstrak skripsi

90

Hasil analisis Stripping Ratio (SR) dengan menggunakan System Resgrapich

dalam perangkat lunak Minescape merupakan daerah-daerah yang memiliki

perbedaan nilai stripping ratio yang dtunjuk dengan perbedaan warna pada setiap

Blok-Blok berukuran 50 m x 50 m. pada Blok yang berwarna lebih terang (cokelat)

merupakan Blok yang memiliki nilai stripping ratio (SR) ≤ 10 : 1. Blok-Blok

tersebut akan membatasi dan menjadi Blok-Blok yang merupakan pit limit atau

batas penambangan dengan nilai stripping ratio (SR) ≤ 10 : 1. Penamaan Blok-Blok

hasil resgrapich tersebut berdasarkan pada nama seam batubara yang berada paling

bawah dalam perlapisan, atau disebut dengan bagian low woll. Dari hasil analisis SR

diperoleh Blok-Blok dengan nama sebagai berikut: Blok Seam D, Seam E, Seam E1,

Seam E2 dan Blok Seam F. Peta analisi SR dengan menggunakan Resgrapich dapat

dilihat pada Lampiran J.

4.2.3.4 Hasil Penaksiran Cadangan

Pada rancangan pit penambangan Blok seam D, dapat dibuat perancangan

pit penambangan dengan pit bottom hingga elevasi 30 mdpl. Dengan jumlah

cadangan batubara pada pit Blok seam D sebesar 495,481 ton, overburden sebesar

4,265,922 bcm, dengan stripping ratio 9 : 1. Hasil penaksiran cadangan pit

rancangan pada pit Blok seam E diperoleh cadangan batubara sebesar 1,209,926 ton ,

overburden sebesar 4,444,186 bcm, dengan stripping ratio 4 :1, dan pi bottom

hingga elevasi 20 mdpl. . Hasil penaksiran cadangan pit rancangan pada pit Blok

seam F diperoleh cadangan batubara sebesar 965,585 ton , overburden sebesar

3,504,248 bcm, dengan stripping ratio 4 :1, dan pit bottom hingga elevasi 20 mdpl.

Tabel 4.5

Data Hasil Penaksiran Cadangan

NAME PIT BOTTOMELEVATION(MDPL)

OVERBURDEN(BCM)

COAL MASS(TON)

TOTALVOLUME (BCM)

SR

SEAM_D 30 4,265,922 495,481 4,318,899 9

SEAM_E 20 4,444,186 1,209,926 5,169,836 4

SEAM_E1 30 1,606,960 203,698 1,748,985 8

Page 91: Abstrak skripsi

91

SEAM_E2 30 170,025 32,999 149,612 5

SEAM_F 20 3,504,248 965,585 4,178,806 4

TOTAL 13,854,314.71 2,907,690.09 15,566,138.59 5

4.3 Perancangan Lubang Bukaan Tambang (Opencut Design)

4.3.1 Tahapan Penambangan

Perancangan dilakukan sesuai dengan tahapan penambangan, tahapan-

tahapan tersebut ialah :

1) Pembuatan Jalan Tambang

Pembuatan jalan tambang diperlukan untuk transportasi pengangkutan peralatan

maupun hasil penambangan sehingga proses penambangan dapat berjalan dengan

lancar. Merancang ramp atau jalan angkut didalam tambang dilakukan

bersamaan dengan pembuatan rancangan pit. Penentuan posisi ramp dilakukan

dengan mempertimbangkan lokasi waste dump dan atau stock pile, sebab

penentuan jalan masuk tambang yang salah akan mengakibatkan bertambah

panjangnya jarak tempuh alat angkut (truck) yang akan berakibat pada

bertambahnya waktu edar alat angkut, sehingga pada akhirnya akan mengurangi

produktivitas alat kerja dan menambah cost. Jalan tambang dapat menggunakan

fasilitas jalan pemerintah yang sudah ada atau dengan melakukan pembuatan

jalan baru yang menghubungkan lokasi penambangan dengan pelabuhan (jetty).

Jalan tambang berada disebelah timur Blok Siambul konsensi pertambangan PT.

Riau Bara Harum. Pembuatan jalan tambang dibagi dalam dua tahap, tahap satu

jalan tambang yang digunakan untuk pengangkutan batubara ke stockpile, dan

untuk mengangkut overburden kearah waste dump tahapan dua pembuatan jalan

tambang dari stockpile kearah Jetty. Jalan tambang dibuat dengan menggunakan

Bulldozer dimana lebar jalan lurus 20 m, lebar jalan pada tikungan 27 m.

pembuatan jalan tambang dilakukan dengan cara gali timbun, membongkar atau

menggali bagian jalan yang menonjol dan menimbun bagian jalan yang cekung

sekaligus meratakannya, sehingga diperoleh jalan tambang yang rata dengan

kemiringan (grade) kurang dari 8 %.

2) Pengupasan lapisan tanah penutup

Page 92: Abstrak skripsi

92

Pengupasan lapisan tanah penutup dimaksudkan untuk menyingkirkan lapisan

tanah (overburden) yang menutupi endapan batubara yang akan ditambang.

Pengupasan tanah penutup (overburden) selanjutnya dilakukan secara bertahap

sesuai dengan urutan penambangan yang direncanakan. Pengupasan tanah

penutup disesuaikan dengan jadwal produksi, sehingga cost production dan

stripping ratio dapat disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya.

3) Pembuatan jenjang awal

Tahap pembuatan jenjang awal penambangan tahun pertama dimulai dari

PIT_BLS01_PO5 hingga PIT_BLS04_PO7 mengara ke barat daya, selanjutnya

penggalian sesuai dengan urutan penambangan.

4) Penggalian overburden dan batubara

Pengupasan overburden setiap tahunnya dilakukan sesuai dengan batasan

stripping ratio. Penggalian batubara dilakukan sesuai dengan sasaran produksi

yaitu 300.000 ton/tahun.

5) Pengangkutan

Pengangkutan overburden dan batubara dilakukan dengan menggunakan dump

truck yang kemudian dibawah menuju lokasi penimbunan waste dump untuk

overburden yang nantinya akan dilakukan back filling dan stockpile untuk

batubara.

4.3.2 Perancangan Geometri Penambangan

Pembuatan jenjang penambangan hanya dilakukan pada bagian high wall dan

side wall penambangan. Pada bagian low wall pit penambangan tidak dilakukan

pembuatan jenjang, karena memiliki faktor keamanan yang sesuai dengan

rekomendasi geoteknik. Penambangan batubara pada daerah telitian ditambang

secara tambang terbuka dengan menggunakan metode Open Pit Mining.

Rancangan teknis penambangan dilakukan untuk mempermudah proses

penambangan dan memperoleh perhitungan cadangan yang sesuai dengan target

produksi, sesuai dengan arah penyebaran batubara. Pembuatan rancangan teknis

penambangan memerlukan beberapa parameter penting, parameter-parameter

tersebut antaralain :

Page 93: Abstrak skripsi

93

a. Sasaran produksi pertahun sebesar 300.000 ton

b. Stripping Ratio (SR) ≤ 10:1

c. Nilai kalori batubara minimum sebesar 6.298 Kcal/kg

d. Rekomendasi geoteknik untuk tinggi jenjang (10 m)

e. Rekomendasi geoteknik untuk lebar jenjang akhir (5 m)

f. Rekomendasi geoteknik untuk single slope 60°-70° dan overal slope ≤ 45°

g. Jalan tambang dengan kemiringan (grade) yang ditentukan (8%)

h. Lebar jalan tambang (20 m)

Gambar 4.11

Dimensi Jenjang Pit Penambangan

Rancangan teknis penambangan didasarkan pada topografi awal pada daerah

telitian (Lampiran A-01, Peta Topografi), langkah pertama yang dikerjakan pada

tahap rancangan teknis penambangan adalah membagi area penambangan dalam

Blok-Blok penambangan (gridded seam model). Rancangan bentuk penambangan

yang dibuat yaitu dengan mempertimbangkan faktor ruang kerja alat. Daerah yang

direncanakan untuk ditambang harus dapat dijagkau oleh peralatan tambang yang

digunakan dan dapat bekerja secara aman dengan mempertimbangkan adanya jalan

masuk kedaerah yang akan ditambang.

Agar proses penambangan dapat berjalan dengan lancar, khususnya pada

proses penimbunana overburden yang terdiri dari lapisan-lapisan tanah penutup, dan

Page 94: Abstrak skripsi

94

lapisan batubara antar seam batubara (interburden), maka perlu dibuat suatu

rancangan teknis penimbunan overburden.

Pembuatan rancangan teknis penimbunan overburden memerlukan beberapa

parameter penting, parameter tersebut menggunakan antara lain :

a. Tujuan daerah timbunan (waste dump)

b. Rekomendasi geoteknik untuk tinggi jenjang (5 m)

c. Rekomendasi geoteknik untuk lebar jenjang (5 m)

d. Angle of repose dari material overburden (25°)

e. Lebar jalan tambang (20 m)

f. Jalan tambang dengan kemiringan (grade) yang ditentukan (8%)

Gambar 4.12

Dimensi Jenjang Waste Dump

Selain area penambangan (pit), perancangan tambang juga meliputi area

pendukung lainnya seperti :

1) Area Perkantoran

2) Area Workstation

3) Area Jetty

Jalan tambang untuk hauling batubara dibuat hingga ke jalan Propinsi , untuk

pengangkutan batubara sampai pelabuhan (jetty) menggunakan jalan Propinsi.

Page 95: Abstrak skripsi

95

4.4 Perancangan Pit Penambangan

Berdasarkan hasil analisis Stripping Ratio pada daerah telitian, diperoleh

batas elevasi yang layak untuk dilakukan penambangan yakni hingga batas 20 mdpl.

Blok batas penambangan diuraikan lagi menjadi Blok seam D , Blok seam E dan

Blok seam F. Blok-Blok tersebut dijadikan batasan wilayah penambangan yang

minerable, dengan nilai stripping ratio (SR) ≤ 10:1. Parameter lain yang juga

digunakan dalam perancangan pit penambangan ialah daerah isopac kualitas

batubara. Pit penambangan secara keseluruhan dapat dirancang dengan

memproyeksikan poligon -poligon yang membatasi Blok seam E dan Blok seam

F. Pada pit akhir penambangan akan diperoleh interburden yang tidak dilakukan

penambangan, dan menjadi batas tiap Blok penambangan. Interburden tersebut

ditinggalkan untuk memenuhi stripping ratio supaya sesuai dengan target produksi.

Peta Blok batas penambangan dapat dilihat pada Lampiran K.

4.5 Rencana Produksi

Cadangan batubara tertambang daerah Siberida Block Siambul adalah sebesar

2,614,827.48 ton dengan volume lapisan penutup (overburden) sebesar

14,177,360.83 ton, sehingga total volume 15,786,790.94 ton.

Umur tambang ditentukan berdasarkan perhitungan cadangan tertambang

yakni 2,614,827.48 ton dibagi dengan target produksi batubara pertahun yakni

300.000 ton, sehingga umur tambang Blok siambul adalah 8,71 atau 9 tahun. Untuk

memulai kegiatan penambangan lebih dahulu dilakukan penggalian tanah penutup

(overburden) pada areal penambangan, sehingga endapan batubara akan tersingkap

dan akan mudah untuk di tambang.

Nilai stripping ratio (SR) yang ditetapkan untuk penambangan batubara PT.

Riau Bara Harum adalah 1 : 10. Nilai ini ditentukan berdasarkan perhitungan Break

Even Stripping Ratio (BESR).

4.6 Pemilihan Alat Muat dan Alat Angkut

Pemilihan peralatan mekanis sangat tergantung dari sistem penambangan

yang dipilih. Pemilihan peralatan mekanis sangat berpengaruh pada geometri yang

Page 96: Abstrak skripsi

96

akan dibuat. Tinggi dan lebar jenjang permukaan kerja akan dipengaruhi oleh

jangkauan dan kemampuan alat mekanis yang dipilih.

Berbagai aspek yang terlibat dalam kegiatan penambangan baik memiliki

peran signifikan dalam menentukan peralatan mekanis (sistem penanganan material)

yang akan dipakai.

Pemilihan sistem penanganan material berdasarkan sistem penambangan,

bentuk endapan yang relatif seragam dan homogen serta inventaris alat mekanis yang

dimiliki. Dalam hal ini lebih banyak dipengaruhi oleh alat mekanis yang dimiliki

karena keterbatasan inventaris dan teknologi.

4.7 Sistem Penyaliran Tambang

Metode yang diterapkan pada penambangan batubara daerah Kelesa block

siambul adalah metode tambang terbuka (open pit). Metode tambang ini pada

akhirnya akan menghasilkan sumuran (pit) pada permukaan kerja (front)

penambangan, sehingga selama kegiatan penambangan akan menghadapi kendala

air terutama air hujan. Oleh karena itu perlu dibuat rancangan penyaliran air tambang

untuk mengatasi masalah air yang berasal dari air hujan, air limpasan maupun air

tanah.

Upaya penyaliran air menuju sumuran dan mencegah genangan air pada

jenjang dilakukan dengan membuat paritan di dekat kaki jenjang. Penempatan

sumuran diusahakan tidak terlalu dekat dengan daerah kerja peralatan maupun batas

kemajuan tambang.

Page 97: Abstrak skripsi

97

Gambar 4.13

Skema saluran penyaliran

4.8 Jadwal Rencana Produksi

Umur tambang yang diperkirakan selama sembilan tahun dengan rencana

penambangan sebagai berikut :

Table 4.6

Rencana Produksi Batubara dan Overburden

YEAR BLOCK

OVERBURDEN

And

INTERBURDEN

COALMASS

TOTAL

VOLUME SR

VOL(BCM) (TON) (BCM)

1 PIT_BLS01 PIT_BLS06 2.637.481 303.928 2.751.101 9

2 PIT_BLS06 PIT_BLS12 2.741.164 301.299 2.940.533 9

3 PIT_BLS12 PIT_BLS15 2.460.135 304.206 2.652.483 8

4 PIT_BLS15 PIT_BLS18 1.552.764 315.592 1.764.877 5

5 PIT_BLS18 PIT_BLS19 1.467.705 314.428 1.669.666 5

Page 98: Abstrak skripsi

98

6 PIT_BLS19 PIT_BLS17 1.135.073 313.011 1.333.652 4

7 PIT_BLS17 PIT_BLS16 776.243 303.122 972.374 3

8 PIT_BLS16 PIT_BLS05 969.712 307.042 1.172.493 3

9 PIT_BLS05 PIT_BLS01 437.084 152.199 529.612 3

TOTAL 13.740.277 2.462.628 15.257.179 6

4.9 Perancangan Waste Dump dan Stockpile

4.9.1 Perancangan Waste DumpRencana lokasi Waste Dump yang dibuat adalah sebagai berikut :

1) Jarak dari permukaan kerja (front penambangan) masih ekonomis ( ±1km)

2) Tidak ada cadangan batubara di bawah lokasi yang dipilih atau cadangan

batubara didaerah tersebut tidak ekonomis untuk ditambang

3) Tidak mengganggu daerah yang akan ditambang, sungai atau jalan, serta

topografi permukaan diusahakan berupa lembah.

Gambar 4.14

Layout Rancangan Waste Dump

Page 99: Abstrak skripsi

99

Pada daerah telitian, bagian sebelah utara lokasi penambangan merupakan

wilayah yang memiliki kontur relatif lebih rendah dan tidak terdapat endapan

batubara, sehingga cocok untuk digunakan sebagai tempat penimbunan overburden.

Luas area waste dump untuk tahun pertama hingga tahun ke dua disesuaikan dengan

jumlah overburden yang akan ditimbun, selanjutnya dilakukan metode backfilling.

Tinggi lereng dirancang 5m, dengan lebar bench 5m. kemiringan lereng yang

dipengaruhi oleh angle of repose dari material overburden 20°.

4.9.1 Perancangan Stockpile

Pemilihan lokasi stockpile pada daerah bagian timur dari konsensi

pertambangan PT. Riau Bara Harum, dengan dasar lebih dekat ke pelabuhan agar

memudahkan dalam proses pengangkutan . Kapasitas stockpile yang direncanakan

yaitu hingga produksi batubara selama tiga bulan yaitu sebesar ± 75.000 ton. Jadi

sebelum tiga bulan atau maksimal tiga bulan batubara pada stockpile telah diangkut

keluar menuju port. Perhitungan kapasitas stockpile dapat dilihat pada Tabel 4.6

berikut.

Tabel 4.7

Kapasita Stockpile

Level Beda Tinggi

(m)

Density

(ton/m3)

Luas Rata-rata

(Ha)

Kapasitas

Stockpile (Ton)

RL 55 32,5

5 1.3 26.500

RL 60 30,5

Page 100: Abstrak skripsi

100

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Sistem dan Tatacara Penambangan Batubara

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penambangan batubara adalah

sebagai berikut :

a. Kondisi Endapan Batubara

Lapisan (seam) endapan batubara di daerah Kelesa secara umum tersingkap

di permukaan tanah sebagai out-crop. Lapisan batubara yang mendapat prioritas

utama untuk ditambang yaitu lapisan seam D, seam E dan seam F yang mempunyai

tebal lebih dominan dari lapisan yang lain. Lapisan ini relatif dekat dengan

permukaan tanah dengan kemiringan lapisan sebesar 6-15° dengan ketebalan berkisar

antara 0,5-6,80 m.

b. Geometri lereng penambangan

Pada perancangan geometri lereng penambangan didasarkan pada

rekmomendasi menurut Robert, Hook dan Fish (1972). Besaran geometri yang

digunakan sebagai batasan perhitungan cadangan tertambang adalah sebagai berikut:

1) Geometri Jenjang

· Tinggi lereng keseluruhan (Overall Slope Hight) = 60 - 70 meter

· Kemiringan lereng keseluruhan (Overall Slope) = ≤ 40°

· Tinggi lereng Tunggal (Bench High) = 10 meter

· Kemiringan Lereng Tunggal (Bench Slope) = 60 °

· Lebar Jenjang (Berm) = 10 meter

· Lereng Lantai Batubara (Lowwall) mengikuti kedudukan lapisan batubara

Page 101: Abstrak skripsi

101

Gambar 5.1

Geometri Lereng Penambangan

2) Jalan Tambang ( Mine Roads)

· Lebar total = 20 meter

· Lebar permukaan jalan = 18 meter

· Lebar selokan = 1 meter

· Gradien Maksimum = 8 % (AASHTO 1994)

· Super elevasi = 4 % (AASHTO 1994)

· Turning radius = 85,2 meter

Berdasarkan faktor-faktor diatas dan pertimbangan bahwa endapan batubara

relatif dekat permukaan tanah, peningkatan produksi batubara dengan teknolgi

tambang terbuka lebih mudah untuk dilaksanakan, biaya modal dan operasi tambang

terbuka relatif lebih murah dari pada tambang bawah tanah, maka system

penambangan batubara akan menerapkan system tambang terbuka (open pit Mining)

3) Desain Ramp

· Lebar pit ramp operasi = 20 meter

· Gradien ramp = 8 %

· Lebar selokan = 1 meter

Page 102: Abstrak skripsi

102

5.1.2 Jumlah Cadangan Batubara Tertambang

Jumlah sumberdaya batubara di daerah penelitian ditunjukan pada Tabel 5.2

dibawah ini.

Table 5.1

Jumlah Sumberdaya Batubara Blok SiambulNAME PIT BOTTOM

ELEVATION(MDPL)

OVERBURDEN(BCM)

COAL MASS(TON)

TOTALVOLUME

(BCM)

SR

SEAM_D 30 4.265.922 495.481 4.318.899 9

SEAM_E 20 4.444.186 1.209.926 5.169.836 4

SEAM_E1 30 1.606.960 203.698 1.748.985 8

SEAM_E2 30 170.025 32.999 149.612 5

SEAM_F 20 3.504.248 965.585 4.178.806 4

TOTAL 13.854.314 2.907.690 15.566.138 5

5.1.3 Umur Tambang

Mempertimbangkan ketersediaan batubara yang dapat ditambang, faktor

kehilangan selama penambangan, pegolahan batubara serta sasaran produksi 300.000

ton/tahun maka umur tambang PT. Riau Bara Harum, blok siambul adalah 9 tahun.

5.2 Metode Penambangan

Faktor-faktor yang digunakan untuk pemilihan metode penambangan

batubara PT. Riau Bara Harum meliputi kondisi cadangan batubara dan kondisi

lapisan penutup (overburden dan interburden). Adapun pengaruh kedua faktor

tersebut terhadap pemilihan metode penambangan adalah sebagai berikut :

a. Kondisi Endapan Batubara

Lapisan endapan batubara yang akan ditambang, sacara umum tersingkap di

permukaan tanah sebagai out-crop. Kemiringan dip berkisar 6-15°, dengan ketebalan

lebih dari 0,5m. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lapisan endapan batubara

di daerah studi, penyebarannya relatif dekat dengan permukaan tanah dengan

kemiringan yang relatif datar.

b. Kondisi lapisan Penutup (OB/IB)

Page 103: Abstrak skripsi

103

Berdasarkan observasi lapangan di daerah studi dan sekitarnya ditambah

dengan hasil uji kekuatan batuan utuh dan massa batuan, kondisi bidang diskuntinu,

maka dapat dinyatakan bahwa penggalian overburden dan batubara di blok siambul

bisa dilakukan dengan penggaruan (ripper) dan tidak memerlukan peledakan

(blasting).

Mempertimbangkan kondisi endapan batubara dan lapisan penutup seperti

telah diuraikan diatas, maka rencana penambangan batubara didaerah studi dipilih

metode tambang terbuka (surface mining). Metode penambagan yang di gunakan

adalah open pit. Kegiatan penambangan dengan cara open pit terdiri dari serangkaian

kegiatan meliputi:

· Pembersihan lahan sekaligus pengupasan dan pemindahan tanah penutup

· Penggalian dan pemindahan lapisan penutup (OB/IB)

· Penggalian dan pemindahan batubara

5.2.1 Pembersihan Lahan sekaligus Pengupasan dan Pemindahan tanah

Pucuk

Operasi pembersihan lahan penambangan dilakukan pada lokasi-lokasi

dimana tambang akan dibuka. Berkaitan dengan operasi ini maka akan dilakukan

beberapa pekerjaan yaitu :

a. Pembabatan semak dan perdu

Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan bulldozer, yang menjalankan

fungsi gali dorong degan memanfaatkan blade dan tenaga dorong yang besar. Semak

dan perdu yang menutupi daerah penambangan didorong kedaerah-daerah tepi

penambangan.

b. Penebangan pohon dan pemotongan kayu

Sebelum operasi pembersihan lahan penambangan, maka perlu dilakukan

penebangan pohon-pohon dan pemotongan kayu-kayu yang ada. Dalam operasi

pemindahan kayu-kayu, digunakan alat-alat pengangkat beban berat dan rantai besi

untuk pengikat dan penarik, kemudian diangkut dengan truk.

c. Operasi pengupasan tanah pucuk (top soil)

Operasi pengupasan top soil yang banyak mengandung bahan organik hasil

pelapukan yang meyuburkan tanah, dilakukan setelahh pembersihan lahan

Page 104: Abstrak skripsi

104

penambangan. Lapisan tanah subur ini dikupas dengan menggunakan blade dari

bulldozer. Lapisan top soil didorong dan dikumpulkan pada lokasi tertentu dekat

dengan daerah operasi bulldozer, kemudian dimuat menggunakan backhoe PC-

600C-7 dan diangkut menggunakan dump truck ketempat penyimpanan tanah

pucuk. Timbunan tanah subur ini, nantinya di manfaatkan pada saat melakukan

pekerjaan reklamasi.

5.2.2 Operasi Penggalian dan Pemindahan Lapisan Penutup (OB/IB).

Operasi penggalian lapisan penutup berupa overburden dan interburden,

dilakukan dengan menggunakan PC-600C-7 kapasitas 3,5m3 dibantu dengan

bulldozer. Untuk material lemah sampai sedang langsung dilakukan penggalian dan

pemuatan ke dump truk kapasitas 3,5 m3. Bila di temukan material keras terlebih

dahulu diberai dengan bulldozer, kemudian digali dan dimuat dengan backhoe.

Pemakaian ripper dan bulldozer disesuaikan dengan kebutuhan operasi pemberaian

material.

Tanah penutup diangkut dengan dump truk dari daerah penambangan ke

daerah penimbunan (dumping area) yang telahh direncanakan, berupa lahan bekas

penambangan (in-pit dump) atau daerah luar tambang (outside dump). Timbunan

tanah penutup ini harus ditutup dengan lapisan tanah subur agar dapat ditanami

kembali.

5.2.3 Operasi Penggalian dan Pemindahan Batubara

Operasi penggalian batubara dilakukan dengan menggunkana backhoe

PC600LC-7 dengan kapasitas bucket 0,7m3 dibantu dengan buldozer. Untuk batubara

yang memiliki kekuatan lemah sampai sedang, langsung digali dan dimuat kedalam

dump truck kapasita 10 ton. Sedangkan yang keras, diberaikan dahulu dengan

bulldozer, kemudian digali dan dimuat dengan backhoe.

a. Penggalian Batubara Tahun 01

Penggalian batubara tahun kesatu dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl, dimulai

dari PIT_BLS01 hingga PIT_BLS06 dengan luas 9,73 ha Jumlah batubara yang

digali sebesar 303.928 ton. Backhoe PC160LC – 7 yang digunakan yaitu 2 Unit,

dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8 unit. Pada penggalian batubara tahun

Page 105: Abstrak skripsi

105

overburden yang dihasilkan sebesar 2.637.481 BCM diangkut ke waste dump oleh

karena pengaruh faktor pengembangan maka volume overburden 3.767.830,43

CCM. Penggalian tambang tahun 01 dapat dilihat pada lampiran K-01.

b. Penggalian Batubara Tahun 02

Penggalian batubara tahun kedua dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl, dimulai

dari PIT_BLS06 hingga PIT_BLS12 dengan luas 6,66 ha. Jumlah batubara yang

digali sebesar 301.299 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe PC160LC – 7

yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8 unit. Pada

penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah material

overburden 2.637.481 BCM yang berada di waste dump 3.767.830,43 LCM ditimbun

kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling dilakukan pada

elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling sebesar

3.042.523,07 CCM. Penggalian tambang tahun 02 dapat dilihat pada lampiran K-02.

c. Penggalian Batubara Tahun 03

Penggalian batubara tahun ketiga dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl, dimulai

dari PIT_BLS12 hingga PIT_BLS15 dengan luas 20,02 ha. Jumlah batubara yang

digali sebesar 304.206 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe PC160LC – 7

yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8 unit. Pada

penggalian batubara tahun ketiga dilakukan backfilling dimana jumlah material

overburden 2.741.164 BCM yang berada di waste dump 3.915.948,88 LCM ditimbun

kembali kedalam bekas penambangan tahun kedua backfilling dilakukan pada elevasi

40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling sebesar 3.162.128,72 CCM.

Penggalian tambang tahun 03 dapat dilihat pada lampiran K-03.

d. Penggalian Batubara Tahun 04

Penggalian batubara tahun keempat dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl,

dimulai dari PIT_BLS015 hingga PIT_BLS018 dengan luas 11,44 ha. Jumlah

batubara yang digali sebesar 315.392 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe

PC160LC – 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8

unit. Pada penggalian batubara tahun keempat dilakukan backfilling dimana jumlah

material overburden 2.460.135 BCM yang berada di waste dump 3.514.478,09 LCM

ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling dilakukan

Page 106: Abstrak skripsi

106

pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling sebesar

2.837.941,06 CCM. Penggalian tambang tahun 04 dapat dilihat pada lampiran K-04.

e. Penggalian Batubara Tahun 05

Penggalian batubara tahun kelima dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl,

dimulai dari PIT_BLS018 hingga PIT_BLS019 dengan luas 28,83 ha. Jumlah

batubara yang digali sebesar 314.428 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe

PC160LC – 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8

unit. Pada penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah

material overburden 1.552.764 BCM yang berada di waste dump 2.218.233,65 LCM

ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling dilakukan

pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling sebesar

1.791.223,67 CCM. Penggalian tambang tahun 05 dapat dilihat pada lampiran K-05.

f. Penggalian Batubara Tahun 06

Penggalian batubara tahun keenam dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl,

dimulai dari PIT_BLS019 hingga PIT_BLS17 dengan luas 4,17 ha. Jumlah batubara

yang digali sebesar 313.011 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe

PC160LC – 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8

unit. Pada penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah

material overburden 1.467.705 BCM yang berada di waste dump 2.096.721,91 LCM

ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling dilakukan

pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling sebesar

1.693.102,94 CCM. Penggalian tambang tahun 06 dapat dilihat pada lampiran K-06.

g. Penggalian Batubara Tahun 07

Penggalian batubara tahun ketujuh dilakukan pada elevasi 70-40 mdpl,

dimulai dari PIT_BLS17 hingga PIT_BLS16 dengan luas 5,15 ha. Jumlah batubara

yang digali sebesar 303.122 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe

PC160LC – 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8

unit. Pada penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah

material overburden 1.135.073 BCM yang berada di waste dump 1.621.532,83 LCM

ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling dilakukan

Page 107: Abstrak skripsi

107

pada elevasi 20 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling sebesar

1.309.387,76 CCM. Penggalian tambang tahun 07 dapat dilihat pada lampiran K-07.

h. Penggalian Batubara Tahun 08

Penggalian batubara tahun kedelapa dilakukan pada elevasi 40-20 mdpl,

dimulai dari PIT_BLS16 hingga PIT_BLS05 dengan luas 11,33 ha. Jumlah batubara

yang digali sebesar 307.042 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe

PC160LC – 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8

unit. Pada penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah

material overburden 776.243 BCM yang berada di waste dump 1.108.918,85 LCM

ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling dilakukan

pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling sebesar

895.451,98 CCM. Penggalian tambang tahun 08 dapat dilihat pada lampiran K-08.

i. Penggalian Batubara Tahun 09

Penggalian batubara tahun kesembilan dilakukan pada elevasi 40-20 mdpl,

dimulai dari PIT_BLS05 hingga PIT_BLS01 dengan luas 1,64 ha. Jumlah batubara

yang digali sebesar 152.199 ton. Alat muat angkut yang digunakan Backhoe

PC160LC – 7 yang digunakan yaitu 2 Unit, dump truck Hino Ranger FG 235 JJ 8

unit. Pada penggalian batubara tahun kedua dilakukan backfilling dimana jumlah

material overburden 969.712 BCM yang berada di waste dump 1.385.302,53 LCM

ditimbun kembali kedalam bekas penambangan tahun pertama backfilling dilakukan

pada elevasi 40 mdpl dimulai dari 60 mdpl jumlah material backfilling sebesar

1.118.631,41 CCM. Penggalian tambang tahun 09 dapat dilihat pada lampiran K-09.

5.3 Rencana dan Jadwal Produksi

Rencana produksi penambangan batubara blok siambul PT. Riau Bara Harum

per tahun selama tahun pertama sampai tahun ke sembilan 300.000 ton. Jadwal

produksi batubara dan volume tanah penutup PT. Riau Bara Harum, secara rinci

tercantum dalam Table 5.3 dan Table 5.4.

Page 108: Abstrak skripsi

108

Tabel 5.2

Rencana dan Jadwal Produksi Batubara dan

Lapisan Tanah Penutup Pertahun

YEAR BLOCK

OVERBURDEN

And

INTERBURDEN

COAL MASS TOTAL

VOLUME SR

VOL(BCM) (TON) (BCM)

1 PIT_BLS01 PIT_BLS06 2.637.481 303.928 2.751.101 9

2 PIT_BLS06 PIT_BLS12 2.741.164 301.299 2.940.533 9

3 PIT_BLS12 PIT_BLS15 2.460.135 304.206 2.652.483 8

4 PIT_BLS15 PIT_BLS18 1.552.764 315.592 1.764.877 5

5 PIT_BLS18 PIT_BLS19 1.467.705 314.428 1.669.666 5

6 PIT_BLS19 PIT_BLS17 1.135.073 313.011 1.333.652 4

7 PIT_BLS17 PIT_BLS16 776.243 303.122 972.374 3

8 PIT_BLS16 PIT_BLS05 969.712 307.042 1.172.493 3

9 PIT_BLS05 PIT_BLS01 437.084 152.199 529.612 3

TOTAL 14.177.360,83 2.614.827,48 15.786.790,94 5

Page 109: Abstrak skripsi

109

Gambar 5.2

Grafik Produksi Batubara Pertahun

Gambar 5.3

Grafik Akumulatif Batubara Selama 9 Tahun

5.3.2 Rencana produksi Lapisan Penutup

Dengan mempertimbangkan besarnya volume lapisan tanah penutup yang

digali pertahun (Tabel 5.3), maka diaplikasi metode backfilling, artinya tanah hasil

penggalian dari suatu area penambangan, diisikan pada area yang telah ditambang.

Penerapan metode back filling sekaligus diintegrasikan dengan program reklamasi

tambang. Hal ini memberikan keuntungan, karena mereduksi jarak angkut

overburden dan biaya reklamasi tambang dari daerah tersebut. Sisa lapisan penutup

(OB/IB) yang ditimbun sebagai material pengisi diangkut dan ditimbun di daerah

dumping area. Lokasi dumping area terletak di bagian Utara. Volume overburden

yang ditimbun di dumping area akan di gunakan sebagai material pengisi

(backfilling). Peta rencana Backfilling dapat dilihat pada Lampiran L

Page 110: Abstrak skripsi

110

Tabel 5.3

Rencana Pengupasan dan Penimbunan Overburden

YEAR OVERBURDEN SF(%)

(LCM) FAKTORLOOSE

CF(%)

WASTEDUMP

VOL (BCM) (%) VOL (CCM)

01 2.637.481 70% 3.767.830,43 5 85% 3.042.523,07

02 2.741.164 70% 3.915.948,88 5 85% 3.162.128,72

03 2.460.135 70% 3.514.478,09 5 85% 2.837.941,06

04 1.552.764 70% 2.218.233,65 5 85% 1.791.223,67

05 1.467.705 70% 2.096.721,91 5 85% 1.693.102,94

06 1.135.073 70% 1.621.532,83 5 85% 1.309.387,76

07 776.243 70% 1.108.918,85 5 85% 895.451,98

08 969.712 70% 1.385.302,53 5 85% 1.118.631,79

09 437.083,82 70% 624.405,46 5 85% 504.207,41

TOTAL 14.177.360,83 20.253.372,62 15.850.390,98

Tabel 5.4

Jadwal Penimbunan Tanah Penutup

YEAR OVERBURDEN

Outside Dump Back Filling Total Dump

01 2.637.481 - 2.637.481

02 - 2.741.164 2.741.164

03 - 2.460.135 2.460.135

04 - 1.552.764 1.552.764

05 - 1.467.705 1.467.705

06 - 1.135.073 1.135.073

Page 111: Abstrak skripsi

111

07 - 776.243 776.243

08 - 969.712 969.712

09 - 437.084 437.084

TOTAL 2.637.481 11.539.879 14.177.360,83

Gambar 5.4

Grafik Rencana Jadwal Produksi Lapisan Penutup

5.4 Tata Letak Fasilitas Tambang

Fasilitas yang digunakan untuk mendukung operasi penambangan batubara

terdiri dari kantor administrasi, gudang, bengkel, laboratorium kualitas kontrol, ruang

makan siang, tempat ibadah, stasiun bahan bakar, tangki air, dan stasiun generator.

Besar dan luas masing-masing fasilitas tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan

operasi kerja yang akan dilakukan. Ukuran bangunan administrasi dibuat

berdasarkan perkiraan jumlah karyawan dan pengguna lainnya. Ukuran bengkel

sesuai dengan fasilitas pemeliharaan peralatan utama dan ruang untuk mengganti

suku cadang. Laboratorium didesain sesuai dengan peralatan yang dibutuhkan dan

Page 112: Abstrak skripsi

112

personil yang ada. Secara global luas lantai dari masing-masing bangunan tersebut

adalah sebagai berikut:

Gambar 5.5

Tata letak fasilitas tambang

5.5 Peralatan

5.5.1 Pemilihan Peralatan Utama

Pemilihan peralatan yang digunakan untuk penggalian batubara dan

overburden di blok siambul adalah Backhoe. Sebab dengan kondisi curah hujan yang

tinggi dan kondisi lantai kerja yang kurang baik, maka pemakaian alat muat jenis

backhoe ini akan lebih efisien. Selain itu backhoe excavator juga dapat digunakan

untuk mengontrol dilusi pada dasar lapisan batubara.

Pada penggalian overburden, backhoe dapat memuat truk dari elevasi jenjang

maupun memuat truk pada jenjang dibawahnya. Backhoe juga direkomendasikan

sebagai alat muat truk dengan tinggi jenjang kurang dari 5m.

Keterangan :

1. Kantor Administrasi 6. Product Coal Stockpile2. Stasiun BBM dan Angin 7. Peremuk & Saring3. Water Supply 8. Truck Dump Hopper4. Power Generator 9. Struck Staging Area5. R.O.M Stockpile 10. Stasiu Timbang

Page 113: Abstrak skripsi

113

Alat angkut yang dipilih adalah truk kapasitas 15 ton untuk batubara dan truk

kapasitas 25 ton untuk overburden. Truk 15 ton akan sesuai dengan backhoe 70 ton

( 0,7 m3 bucket) dengan pengisian sebanyak 6 Kali. Sedangkan untuk truk 25 ton

akan sesuai dengan backhoe excavator 35 ton ( 3,5 m3 bucket) dengan pengisian

sebanyak 10 Kali.

5.5.2 Pemilihan Spesifikasi Peralatan Utama

Pertimbangan pemilihan peralatan spesifikasi teknis peralatan utama adalah :

· Karakteristik lapisan batubara dan lapisan penutup

· Aspek teknis dan ekonomis

· Dukungan teknis yang mencakup pelayanan purna jual (after sales service) dari

perusahaan yang menyediakan peralatan.

berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka pada operasi pertambangan

batubara ini, akan digunakan alat-alat sebagai berikut :

Tabel 5.5

Jenis Peralatan Utama Penambangan

JENIS

KEGIATAN

NAMA MATERIAL

TOP SOIL OVERBURDEN/

INTERBURDEN

BATUBARA

Pembersihan Lahan

(Land Clearing)

Bulldozer

Penggalian

(Excavating)

Backhoe-Loader Backhoe-Loader

Bulldozer-Ripper

Untuk material keras

Backhoe-Loader

Bulldozer-Ripper

Untuk material keras

Pemuatan (Loading) Backhoe-Loader Backhoe-Loader Backhoe-Loader

Page 114: Abstrak skripsi

114

Pengangkutan

(Hauling)

Dump Truck Dump Truck Dump Truck

Penimbunan

(Dumping)

Dump-Truck Dump Truck

Backhoe, Bulldoze

Dump Truck

Tabel 5.6

Daftar Peralatan Utama Penggalian Batubara dan Tanah Penutup

NAMA/JENI

S ALAT

TIPE KAPASI

TAS

MERK FUNGSI

Bulldezer

(Ripper jika

diperluka

Komatsu Pembersihan lahan

Pemberaian OB/IB

Pemberaian Coal

Penimbunan

Backhoe-

Loader

PC160LC-7

PC600LC-7

0,7 m3

3,5 m3

Komatsu

Komatsu

Penggalian dan Pemuatan

Material Lunak (Coal)

Pembuatan Level Jenjang

Penggalian dan pemuatan

Material lunak (OB/IB)

Dump Truck Hino Ranger

FG 235 JJ

15 ton Hino Pengangkutan Batubara

Page 115: Abstrak skripsi

115

HD 255-HD 25 ton Komatsu Pengangkutan Material

(OB/IB)

5.6 Sistem Penyaliran Tambang

Kegiatan penambangan open pit akan berbentuk cekungan sehingga kegiatan

penambangan umunya akan menghadapi masalah air tanah, air limpasan dan air

hujan. Apabilah daerah tambang tergenang air, alat-alat tambang akan sulit

beroperasi. Kemantapan lereng tambang akan terganggu bila lereng selalu dalam

keadaan basah. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan suatu sistem penyaliran

yang baik. Penanganan terhadap air yang masuk kedalam tambang dilakukan dengan

membuat bebebrapa saluran yang direncanakan sebagai berikut :

a. Saluran Penyaliran di sekeliling tambang

Saluran penyaliran ini berfungsi untuk mencegah air yang berasal dari luar

tambang masuk kedalam tambang. Dalam pembuatan saluran ini perlu diperhatikan

keadaan topografi sekitar tambang agar dapat ditentukan daerah penampungan air

hujan secara tepat.

b. Saluran Penyaliran diatas jenjang

Saluran penyaliran ini berfungsi untuk menyalirkan air yang berada diatas

jenjang menuju lantai tambang sehingga tidak terjadi genangan air diatas jenjang

yang dapat mempengaruhi kemantapan lereng

c. Saluran Penyaliran di lantai tambang

Saluran penyaliran ini berfungsi untuk menyalirkan air yang masuk kelantai

tambang berasal dari jenjang maupun air hujan yang jatuh langsung dilantai tambang

tersebut. Pembuata saluran penyaliran ini dapat menghindari terjadinya genangan air

dilantai tambang sehingga tidak menganggu kerja peralatan-peralatan tambang.

Page 116: Abstrak skripsi

116

Gambar 5.6

Skema saluran penyaliran.

Page 117: Abstrak skripsi

117

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemodelan geologi lapisan batubara, menghasilkan 3 seam batubara dengan

ketebalan ≥ 0,5m. Subcrop line batubara dan kontur struktur batubara, yang

digunakan sebagai batas dalam penaksiran cadangan dan perancangan geometri

penambangan. Perangkat lunak Minescape dapt untuk menganalisis nilai

stripping ratio (SR) ≤ 10:1 pada 3 seam batubara.

2. Rancangan penambangan dimulai dari bagian utara Blok Siambul PT. Riau Bara

Harum. Kemiringan lereng tunggal maksimal adalah 60°, tinggi bench 10 m dan

lebar bench penambangan maupun final bench adalah 5 m.

3. Rancangan produksi penambangan batubara pada tahun pertama sampai

kedelapan adalah sebesar 300.000 ton sedangkan pada tahun kesembilan 150.000

ton. Pada tahun pertama sampai keenam dilakukan penggalian dari elevasi 70-40

mdpl, sedangkan pada tahun ketujuh sampai tahun kesembilan dilakukan

penggalian dari elevasi 40-20 mdpl.

4. Alat gali yang akan digunakan untuk mengupas material penutup adalah back hoe

(excavator) komatsu PC 600LC-7. Alat angkut yang akan dipakai untuk

mengangkut material overburden adalah dump truck komatsu HD-255.

5. Alat muat yang akan digunakan untuk memuat batubara adalah back hoe

(excavator) komatsu PC 160LC-7. Alat angkut yang akan dipakai untuk

mengangkut batubara adalah Hino Dutro 130 HD kapasitas 10 ton

6. Dimensi jalan angkut dibuat dengan lebar pada jalan lurus 20m, pada tikungan

29m sedangkan derajat kemiringan jalan (grade) adalah 8 %. Dan super elevasi

4 %.

Page 118: Abstrak skripsi

118

7. Sistem penyaliran tambang yang dirancang terdiri dari saluran terbuka, sumuran

pada dasar pit, pompa dan kolam pengendapan. Letak kolam pengendapan berada

dalam pit, pada elevasi terendah yaitu 20 mdpl.

6.2 Saran

Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan rancangan tambang yang telah

dibuat, maka perlu dilakukan:

1. Diperlukan pemantauan lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keakuratan hasi

perhitungan simulasi dengan kenyataan pelaksanaannya dilapangan pada saat dan

setelah operasi penambangan dilakukan setiap tahunya.

2. Perlu dilakukan monitoring kestabilan lereng agar faktor keamanan dapat di

pertahankan

3. Penelitian lebih lanjut mengenai pemilihan alat muat dan alat angkut, baik dari

segi teknis, praktis maupun ekonomi.

4. Perancangan dan perhitungan sistem penyaliran tambang yang tepat guna

mengatasi air limpasan yang masuk ke dalam tambang mengingat tingginya

curah hujan pada area penambangan PT.Riau Bara Harum

Page 119: Abstrak skripsi

119

DAFTAR PUSTAKA

1. _______,(2009), Laporan Pemboran Eksplorasi PT. Riau Bara Harum,

Kabupaten Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau, PT. Riau Bara Harum.

2. _______, (1998), Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.555 Pasal

241, Departemen Pertambangan dan Energi.

3. Komatsu, 2007, “Specification and Application Handbook Edition 28”, Japan

4. Suhala S, Teknologi Pertambangan di Indonesia, Pusat Penelitian dan

Pengembangan

5. Waterman S, (2010), Perencanaan Tambang, Jurusan Teknik Pertambangan,

UPN “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.

6. Waterman S, (2006), Modul Praktikum Simulasi dan Komputasi, Jurusan Teknik

Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.

7. Yanto I, (2010), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan,

UPN “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.