Abnormal

49
GANGGGUAN-GANGGUAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT-OBATAN YANG MENGANDUNG ZAT-ZAT PSIKOAKTIF (NAPZA) Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormal yang Dibimbing oleh Tristiadi Ardi Ardani, M.Si, Psi Oleh: Bagus Kurnia Fatihi (08410146) Ika Retma Wardani (08410140) M. Sulfi Alam (08410168) M. Ilhamudin (08410155) M. Darul Faroch (08410152) JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Transcript of Abnormal

Page 1: Abnormal

GANGGGUAN-GANGGUAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PENGGUNAAN OBAT-OBATAN YANG MENGANDUNG ZAT-ZAT

PSIKOAKTIF (NAPZA)

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormal yang Dibimbing oleh Tristiadi Ardi Ardani, M.Si, Psi

Oleh:Bagus Kurnia Fatihi (08410146)

Ika Retma Wardani (08410140)

M. Sulfi Alam (08410168)

M. Ilhamudin (08410155)

M. Darul Faroch (08410152)

JURUSAN PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

OKTOBER, 2010

Page 2: Abnormal

BAB I

LATAR BELAKANG

Dalam menghadapi era globalisasi tidaklah mengherankan bilamana

penyalahgunaan zat merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi walaupun

sudah dikenal sejak lama. Di Indonesia penyalahgunaan zat muncul sejak tahun

1969 ketika para psikiater dan Sanatorium Dharmawangsa, melaporkan fenomena

tersebut untuk pertama kali, khususnya yang menimpa remaja dan dewasa muda

Penyalahgunaan zat merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat

patologik, paling sedikit satu bulan lamanya, sehingga menimbulkan gangguan

fungsi sosial dan okupasional. Secara populer, penyalahgunaan zat yang

merupakan terjemahan dari istilah drug abuse, biasanya diartikan sebagai

penggunaan zat yang ilegal, atau menggunakan obat tanpa indikasi medis atau

penggunaan zat yang legal secara berlebihan dan merugikan diri.

Adapun yang sering disalahgunakan manusia meliputi berbagai zat yang

dapat digolongkan dalam zat-zat alkohol, opioida, kanabinoida, sedativa atau

hipnotika, stimulansia, halusinogenika, tembakau, bahan pelarut yang mudah

menguap, zat multipel dan zat psikoaktif lainnya

Menurut ICD-10, berbagai gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat dikelompokkan dalam berbagai kondisi klinis sebagai berikut:

Intoksikasi Akut; Penggunaan yang merugikan; Sindroma ketergantungan;

Keadaan putus zat; Keadaan putus zat dengan delirium; Gangguan psikotik;

Sindroma amnestik; Gangguan psikotik residual atau onset lambat; Gangguan

mental dan perilaku lainnya

Dalam tahun-tahun terakhir ini kalangan remaja mulai banyak

menyalahgunakan Ecstasy, Putau dan merupakan masalah yang cukup serius serta

perlu penanggulangan secara multidisipliner, terpadu dan konsisten meibatkan

antara lain berbagai bidang kesehatan, sosial, hukum, pendidikan, agama dan

sebagainya. Berbeda dengan obat lain, maka ecstasy termasuk obat yang sengaja

direkayasa untuk mendapatkan efek-efek tertentu seperti efek euforia. Sedangkan

putau adalah heroin yang didapatkan secara semisintetik dari opioida alamiah dan

antara lain mempunyai khasiat analgesik, hipnotik dan euforik.

Page 3: Abnormal

Tidak jarang mereka yang menyalahgunakan zat-zat tersebut mengalami

berbagai dampak klinis yang merugikan dirinya (mis: intoksikasi akut) akan

mendatangi instalasi gawat darurat rumah sakit. Oleh karena itu tenaga-tenaga

profesional di bidang kesehatan harus bisa mendiagnosis serta memberikan

intervensi yang diperlukan yang bukan merupakan pekerjaan yang mudah.

Khususnya dalam suatu rumah sakit atau panti rehabilitasi, diperlukan partisipasi

penuh dan berbagai tenaga profesional seperti dokter, perawat, psikiater atau

psikolog, yang dapat bekerjasama dengan pasien serta keluarganya

Page 4: Abnormal

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Sejak zaman dahulu, orang menggunakan obat untuk mengubah tingkat

kesadarannya, untuk menstimulasi atau merelaksasi, untuk memperkuat

persepsi biasa, atau untuk menghasilkan halusinasi. Obat yang mempengaruhi

perilaku, kesadaran, dan mood dinamakan psikoaktif. Obat ini bukan hanya

mencakup obat jalanan seperti heroin, dan marijuana tetapi juga penenang,

stimulan, dan obat yang cukup akrab seperti alkohol, tembakau, dan kopi.

Obat menjadi pilihan yang tersedia untuk memecahkan masalah-

masalah selain dari penyakit fisik. Pemakaian obat dikalangan muda meningkat

stabil pada tahun 1960-an dan 1970-an. Tetapi pada tahun 1980-an pemakaian

obat mulai menunjukkan penurunan dan terus demikian sampai tahun 1990-an.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah peningkatan orang

muda yang yakin bahwa pemakaian obat, walaupun hanya coba-coba adalah

berbahaya.

Zat psikoaktif ialah zat atau bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh

manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat, sehingga

menyebabkan terjadinya perubahan kesadaran, aktivitas mental emosional, cara

berfikir, persepsi dan perilaku seseorang. Apabila digunakan terus menerus

akan menimbulkan ketergantungan (oleh karena itu disebut juga sebagai zat

adiktif).

Walaupun zat psikoaktif tertentu bermanfaat bagi pengobatan, tetapi

apabila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar

pengobatan, akan sangat merugikan yang menggunakan. Kerugian juga akan

dialami keluarga dan masyarakat bahkan dapat menimbulkan bahaya yang

lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa, yang pada akhirnya

dapat melemahkan ketahanan nasional. Untuk mencegah dan menanggulangi

hal tersebut, penggunaan dan peredaran zat adiktif diatur dalam Undang-

Undang, yaitu UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika, dan UU No.5 tahun

1997 tentang Psikotropika.

Page 5: Abnormal

Menurut UU RI No.22/1997 tentang narkotika, yang dimaksud dengan

narkotika ialah zat atau obat, baik yang berasal dari tanaman maupun bukan

tanaman, baik sintetik maupun semi sintetik, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan dan kecanduan.

Tiga golongan zat yang termasuk kategori ini ialah opioda tanaman ganja, dan

kokain. Menurut UU R.I No. 5/1997 tentang Psikotropika, yang dimaksud

dengan psikotropika ialah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik, bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku.

UU Narkotika (pasal 45) dan UU Psikotropika (pasal 37) menyebutkan

bahwa pecandu/pengguna narkotika dan psikotropika wajib menjalani

pengobatan dan/atau perawatan.

Dalam Ilmu Kedokteran Forensik, narkotika dan obat pada umumnya

digolongkan sebagai racun, sebab bila zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan

menimbulkan reaksi biokimia yang dapat menyebabkan penyakit atau

kematian. Penyakit atau kematian itu tentunya bergantung pada takaran (dosis),

cara pemberian, bentuk fisik dan struktur kimia zat, serta kepekaan korban.

Kepekaan korban dipengaruhi pula pada usia, penyakit terdahulu atau yang

bersamaan, kebiasaan, keadaan hipersensitif tertentu, dan sebagainya.

Narkotika masuk ke dalam tubuh koban dapat akibat unsur kesengajaan

ataupun kebetulan. Kesengajaan dapat akibat ulah orang lain (penganiayaaan

atau pembunuhan) maupun akibat ulah diri sendiri (penyalahgunaan atau usaha

bunuh diri). Sedang unsur kebetulan dapat terjadi akibat kecelakaan industri,

keteledoran dalam rumah tangga, kesalahan pengobatan, dan lain-lain.

B. Jenis-jenis NAPZA yang Disalahgunakan

1. NARKOTIKA

Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika,

NARKOTIKA dalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan

Page 6: Abnormal

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :

- Narkotika Golongan I :

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan

tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi

menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).

- Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan

dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh :

morfin, petidin).

- Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein). Narkotika yang sering

disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :

- Opiat :

Morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain - Ganja atau kanabis,

marihuana, hashis - Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.

2. PSIKOTROPIKA

Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika,

psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku.

Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut :

- PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan

untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta

mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

(Contoh : ekstasi, shabu, LSD)

Page 7: Abnormal

- PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta

menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh

amfetamin, metilfenidat atau ritalin)

- PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma

ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).

- PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi

dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam,

Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil

Koplo, Rohip, Dum, MG).

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :

- Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu

- Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo

dan lain-lain

- Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.

3. ZAT ADIKTIF LAIN

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif

diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

- Minuman berakohol,

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf

pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam

kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau

psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minumanberakohol, yaitu :

- Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)

- Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

Page 8: Abnormal

- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,

Johny Walker, Kamput.)

- Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa

senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,

kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :

Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.

- Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di

masyarakat.

Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan

alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,

karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA

lain yang lebih berbahaya. Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga

diklasifikasikan sebagai berikut :

- Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika Golongan I.

- Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.

- Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.

- Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat

digolongkan menjadi tiga golongan :

1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.

Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan

membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida

(morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan

tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan(Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan

kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan

bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu,

esktasi), Kafein, Kokain

3. Golongan Halusinogen

Page 9: Abnormal

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat

merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang

berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak

digunakan dalam terapi medis.

Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin Macam-macam

bahan Narkotika dan Psikotropika yang terdapat di masyarakat serta akibat

pemakaiannya :

1. OPIOIDA

- Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :

- Opioida alamiah (opiat): morfin, cpium, kodein

- Opioida semi sintetik : heroin/putauw, hidromorfin

- Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, metadon

- Nama jalannya putauw, ptw, black heroin, brown sugar

- Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin yang tidak

murni berwarna putih keabuan

- Dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin

kemudian dengan proses tertentu menghasil putauw, dimana putauw

mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik yang mempunyai

kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin.

- Opiat atau opioid biasanya digunakan dokter untuk menghilangkan rasa sakit

yang sangat (analgetika kuat). Berupa pethidin, methadon, Talwin, kodein dan

lain-lain

- Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa ingin

menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan sipemakai

akan kehilangan rasa percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk

bersosialisasi. Mereka mulai membentuk dunia mereka sendiri. Mereka merasa

bahwa lingkungannya adalah musuh. Mulai sering melakukan manipulasi dan

akhirnya menderita kesulitan keuangan yang mengakibatkan mereka

melakukan pencurian atau tindak kriminal lainnya.

2. KOKAIN

- Kokain mempunyai dua bentuk yaitu : kokain hidroklorid dan free base.

Kokain berupa kristal pitih. Rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dari free

Page 10: Abnormal

base. Free base tidak berwarna/putih, tidak berbau dan rasanya pahit - Nama

jalanan dari kokain adalah koka,coke, happy dust, charlie, srepet, snow salju,

putih. Biasanya dalam bentuk bubuk putih.

- Cara pemakaiannya : dengan membagi setumpuk kokain menjadi beberapa

bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda yang

mempunyai permukaan datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot

seperti sedotan. Atau dengan cara dibakar bersama tembakau yang sering

disebut cocopuff. Ada juga yang melalui suatu proses menjadi bentuk padat

untuk dihirup asapnya yang populer disebut freebasing.

Penggunaan dengan cara dihirup akan berisiko kering dan luka pada sekitar

lubang hidung bagian dalam.

- Efek rasa dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar,

kehilangan

nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit

dan lelah.

3. KANABIS

- Nama jalanan yang sering digunakan ialah : grass. Cimeng,ganja dan

gelek,hasish,marijuana,bhang

- Ganja berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman

ganja terkandung tiga zat utama yaitu tetrehidro kanabinol,kanabinol dan

kanabidiol

- Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara dipadatkan mempunyai

rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.

- Efek rasa dari kanabis tergolong cepat,sipemakai : cenderung merasa lebih

santai,rasa gembira berlebih (euforia), sering berfantasi. Aktif

berkomonikasi,selera makan tinggi,sensitif,kering pada mulut dan tenggorokan

4. AMPHETAMINES

- Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa tahun

1887, dan

dipasarkan tahun 1932 sebagai obat

- Nama jalannya : seed,meth,crystal,uppers,whizz dan sulphate

Page 11: Abnormal

- Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan,digunakan

dengan cara

dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet biasanya diminum dengan air.

Ada dua jenis amfetamin :

- MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar tahun 1980

dengan nama Ekstasi atau Ecstacy. Nama lain : xtc, fantacy pils, inex, cece,

cein, Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain : white doft, pink heart,

snow white, petir yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul

- Methamfetamin ice, dikenal sebagai SHABU. Nama lainnya shabu-shabu. SS,

ice, crystal,crank. Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan kertas

alumunium foil dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol

kaca yang dirancang khusus (bong)

5. LSD (Lysergic acid)

Termasuk dalam golongan halusinogen,dengan nama jalanan : acid, trips, tabs,

kertas.

- Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar

seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, ada juga yang

berbentuk pil, kapsul.

- Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan

bereaksi setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam.

- Efek rasa ini bisa disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti halusinasi

terhadap tempat. Warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi

satu. Hingga timbul

obsesi terhadap halusinasi yang ia rasakan dan keinginan untuk hanyut

didalamnya, menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama-lama

membuat paranoid.

6. SEDATIF-HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN)

- Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur)

- Nama jalanan dari Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.

- Pemakaian benzodiazepin dapat melalui : oral,intra vena dan rectal

- Penggunaan dibidang medis untuk pengobatan kecemasan dan stres serta

sebagai

Page 12: Abnormal

hipnotik (obat tidur).

7. SOLVENT / INHALANSIA

- Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup.Contohnya :Aerosol,

aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner,uap bensin. -

Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak dibawah umur golongan

kurang mampu/ anak jalanan

- Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan,

mual, muntah, gangguan fungsi paru, liver dan jantung.

8. ALKOHOL

- Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia.

Diperoleh

dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian. Dari proses

fermentasi diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, dengan proses

penyulingan di pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan

mencapai 100%.

- Nama jalanan alkohol : booze, drink

- Konsentrasi maksimum alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir.

Sekali

diabsorbsi, etanol didistribisikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh.

Sering dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang akan

menjadi euforia, mamun sering dengan penurunannya pula orang menjadi

depresi.

C. Penyalahgunaan dan Ketergantungan

Penyalahgunaan dan ketergantungan adalah istilah klinis/ medik-

psikiatrik yang menunjukan ciri pemekaian yang bersifat patologik yang perlu

di bedakan dengan tingkat pemakaian psikologik-sosial, yang belum bersifat

patologik.

1. Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis

NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,sehingga

menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.

2. Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi

ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah

Page 13: Abnormal

NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya

dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal

syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang

dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya

sehari-hari secara “normal.”

3. TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA.

- Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang

tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian

pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap

lebih berat.

- Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) : yaitu pemakaian

NAPZA dengan tujuan bersenang-senang,pada saat rekreasi atau santai.

Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,namun sebagian lagi

meningkat pada tahap yang lebih berat

- Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada saat

mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaaqn,

dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan

tersebut.

- Penyalahgunaan (abuse): yaitu pemakaian sebagai suatu pola penggunaan

yang bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi

sepanjang hari, tak mapu mengurangi atau menghentikan, berusaha

berulang kali mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya

kambuh. Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau

okupasional yang ditandai oleh : tugas dan relasi dalam keluarga tak

terpenuhi dengan baik,perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan

kawan terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau

kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif.

-Ketergantungan (dependence use) : yaitu telah terjadi toleransi dan gejala

putus zat, bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi dosisnya.

Agar tidak berlanjut pada tingkat yang lebih berat (ketergantungan), maka

sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian tersebut memerlukan perhatian dan

Page 14: Abnormal

kewaspadaan keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan

penyuluhan pada keluarga dan masyarakat.

D. PENYEBAB PENYALAHGUANAAN NAPZA

Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi

antara factor yang erkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor

tersedianya zat (NAPZA).

Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause) Faktor-faktor

yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan NAPZA adalah sebagian

berikut :

1. Faktor individu :

Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada

masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik,

psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan untuk

menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu

mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Ciri-

ciri tersebut antara lain :

- Cenderung membrontak dan menolak otoritas

- Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti depresi,

cemas, psikotik, kepribadian dissosial.

- Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku

- Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan memiliki

citra diri negative (low self-esteem)

- Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif

- Mudah murung,pemalu, pendiam

- Mudah mertsa bosan dan jenuh

- Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran

- Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)

- Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambing

keperkasaan dan kehidupan modern.

- Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.

- Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”

Page 15: Abnormal

- Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit

mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas

- Kemampuan komunikasi rendah

- Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan, kekecewaan,ketidak

mampuan, kesepian dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain)

- Putus sekolah

- Kurang menghayati iman kepercayaannya

2. Faktor Lingkungan :

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik

disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor

keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang

anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :

a. Lingkungan Keluarga

- Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif

- Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga

- Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi

-Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh

- Orang tua otoriter atau serba melarang

- Orang tua yang serba membolehkan (permisif)

-Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan

- Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA

-Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten)

- Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga

- Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahduna NAPZA

b. Lingkungan Sekolah

- Sekolah yang kurang disiplin

- Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA

- Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

- Adanya murid pengguna NAPZA

c. Lingkungan Teman Sebaya

- Berteman dengan penyalahguna

Page 16: Abnormal

-Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

d. Lingkungan masyarakat/sosial

- Lemahnya penegakan hukum

- Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

3. Faktor Napza

- Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”

- Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk

dicoba

- Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri,

menidur-kan, membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain. Faktor-

faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang kelak menjadi

penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas,

semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.

Penyalahguna NAPZA harus dipelajari kasus demi kasus.Faktor individu,

faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak selalu sama

besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA.

Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga

yang harmonis dan cukup kominikatif menjadi penyalahguna NAPZA.

E. Deteksi Dini Penyalahgunaan NAPZA

Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA bukanlah hal yang mudah,tapi

sangat penting artinya untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut.

Beberapa keadaan yang patut dikenali atau diwaspadai adalah :

Kelompok Risiko Tinggi adalah orang yang belum menjadi pemakai

atau terlibat dalam penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko untuk terlibat

hal tersebut, mereka disebut juga Potential User (calon pemakai, golongan

rentan). Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya, namun seseorang dengan

ciri tertentu (kelompok risiko tinggi) mempunyai potensi lebih besar untuk

menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan dengan yang tidak mempunyai

ciri kelompok risiko tinggi.

Mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. ANAK :

Page 17: Abnormal

Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA

antara lain :

- Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak tekun)

- Anak yang sering sakit

- Anak yang mudah kecewa

- Anak yang mudah murung

- Anak yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar

- Anak yang sering berbohong,mencari atau melawan tatatertib

- Anak denga IQ taraf perbatasan (IQ 70-90)

2. REMAJA :

Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA :

- Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri dan

mempunyai citra diri negatif

- Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar

- Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas)

- Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung risiko

tinggi/bahaya

- Remaja yang cenderung memberontak

- Remaja yang tidak mau mengikutu peraturan/tata nilai yang berlaku

- Remaja yang kurang taat beragama

- Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA

- Remaja dengan motivasi belajar rendah

- Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler

- Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan

psikoseksual (pepalu,sulit bergaul, sering masturbasi,suka menyendiri, kurang

bergaul dengan lawan jenis).

- Remaja yang mudah menjadi bosan,jenuh,murung.

- Remaja yang cenderung merusak diri sendiri

3. KELUARGA

Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi,antara lain

- Orang tua kurang komunikatif dengan anak

- Orang tua yang terlalu mengatur anak

Page 18: Abnormal

- Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi

diluar kemampuannya

- Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena terlalu sibuk

- Orang tua yang kurang harmonis,sering bertengkar,orang tua berselingkuh

atau ayah menikah lagi

- Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau benar-salah

yang jelas

- Orang tua yang todak dapat menjadikan dirinya teladan

- Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA

F. Gejala Klinis Penyelahguaan NAPZA

1. Perubahan Fisik

Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara

umum dapat digolongkan sebagai berikut :

- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel),

apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif,curiga.

- Bila kelebihan disis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi

lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.

- Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap

terus menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut air sehingga malas

mandi,kejang, kesadaran menurun.

- Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat,tidak peduli terhadap

kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas

suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum

suntik)

2. Perubahan Sikap dan Perilaku

- Prestasi sekolah menurun,sering tidak mengerjakan tugas sekolah,sering

membolos,pemalas,kurang bertanggung jawab.

- Pola tidur berubah,begadang,sulit dibangunkan pagi hari,mengantuk

dikelas atau tampat kerja.

- Sering berpegian sampai larut malam,kadang tidak pulang tanpa memberi

tahu lebih dulu

Page 19: Abnormal

- Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu

dengan anggota keluarga lain dirumah

- Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh

keluarga,kemudian menghilang.

- Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak

jelas

penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau

milik keluarga, mencuri, mengomengompas terlibat tindak kekerasan atau

berurusan dengan polisi. – Sering bersikap emosional, mudah tersinggung,

marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia.

G. Terapi dan Rehabilitasi

1. Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan

ini tergolong sangat ideal,namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai

motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan

NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan

meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA.

Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi

kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.

2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah

pencegahan relaps .Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah

“clean” maka ia disebut “slip”.

Bila ia menyadari kekeliruannya,dan ia memang telah dobekali ketrampilan

untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap

mencoba bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention

programe, Program terapi kognitif, Opiate antagonist maintenance therapy

dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps.

3. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok

ini,abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence)

metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.

H. Dampak penggunaan zat Psikoaktif

Page 20: Abnormal

Dampak yang ditimbulkan oleh zat adiktif dapat digolongkan menjadi tiga,

yaitu :

1. stimulasi adalah gejala yang terjadi pada saraf pusat untuk mempercepat

proses-proses dalam tubuh, seperti detak jantung, tekanan darah, dan

pernapasan. Contohnya : kafein pada kopi, nikotin pada rokok, kokain, dan

amfetamin.

2. Depresi adalah gejala yang terjadi pada syaraf pusat untuk memperlambat

proses pada tubuh. Depresi menyebabkan turunnya kesadaran seseorang

pada dunia sekelilingnya. Contoh zat-zat yang tergolong depresan adalah

alkohol. Obat penenang, dan sebagainya.

3. Halusinasi adalah gejala yang terjadi pada saraf manusia yang

menyebabkan khayalan. Halusinasi menyebabkan penderita mendengar

suara, melihat benda, merasakan berbagai hal yang sebenarnya tidak ada

sama sekali. Contoh zat yang termasuk zat halusinogen adalah LSD

(lisergic acid diethylamide)

Dalam PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia III), Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat

Psikoaktif dikelompokkan dalam F1. Kelompok ini berisi gangguan yang

bervariasi luas dan berbeda keparahannya (dan intoksikasi tanpa atau dengan

komplikasi, penggunaan yang merugikan, sindrom ketergantungan, keadaan

putus zat, sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia), dan semua itu

diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau

tanpa resep dokter).

Zat psikoaktif yang digunakan dinyatakan oleh karakter ketiga (yaitu dua

digit pertama setelah huruf F), sedangkan karakter keempat dan kelima khusus

untuk keadaan klinis. Untuk praktisnya, semua zat psikoaktif disebutkan lebih

dahulu, baru diikuti oleh karakter keempat dan kelima, namun dengan catatan

tidak semua kode pada karakter keempat dan kelima dapat digunakan untuk

semua jenis zat. Adapun ikhtisar dari F1 ini adalah sebagai berikut:

Page 21: Abnormal

F10,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alcohol

F11,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan oploida

F12,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida

F13,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau

hipnotika

F14,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain

F15,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain

termasuk kafein

F16,- Gangguan mental dan perilaku akibatpenggunaan halusinogenika

F17,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau

F18,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah

menguap

F19,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan

penggunaan zat psikoaktif lainnya

Karakter keempat dan kelima dapat digunakan untuk menentukan kondisi klinis

sebagai berikut:

F1x.0 intoksikasi akut

  00 Tanpa komplikasi

  01 Dengan trauma atau cedera tubuh lainnya

  02 Dengan komplikasi medis lainnya

  03 Dengan delirium

  04 Dengan distorsi persepsi

  05 Dengan koma

  06 Dengan konvulsi

  07 Intoksikasi patologis

F1x.1 Penggunaan yang merugikan (harmful)

F1x.2 Sindrom Ketergantungan

  20 Kini abstinen

  21 Kini abstinen tetapi dalam lingkungan terlindung

Page 22: Abnormal

  22 Kini dalam pengawasan kiinis atau dengan pengobatan pengganti

(ketergantungan terkendali)

  23 Kini abstinen tetapi mendapat terapi aversi atau obat penyekat

(“blocking drugs”)

  24 Kini sedang menggunakan zat (ketergantungan aktif)

  25 Penggunaan berkelanjutan

  26 Penggunaan episodik (dipsomania)

F1x.3 Keadaan putus zat

  30 Tanpa komplikasi

  31 Dengan konvulsi

F1x.4 Keadaan putus zat dengan delirium

  40 Tanpa konvulsi

  41 Dengan konvulsi

F1x.5 Gangguan psikotik

  50 Lir-skizofrenia

  51 Predominan waham

  52 Predominan halusinasi

  53 Predominan polimorfik

  54 Predominan gejala depresif

  55 Predominan gejala manic

  56 Campuran

F1x.6 Sindrom amnesik

F1x.7 Gangguan psikotik residual dan onset lambat 

  70 Kilas balik (flashback)

  71 Gangguan kepribadian atau perilaku

  72 Gangguan afektif residual

  73 Demensia

  74 Hendaya kognitif menetap lainnya

  75 Gangguan psikotik onset lambat

Page 23: Abnormal

F1x.8 Gangguan mental dan perilaku lainnya

F1x.9 Gangguan mental dan perilaku YTT

Pada kesempatan kali ini, pembahasan hanya akan dititik beratkan pada

F11 dan F15 karena kedua zat psikoaktif ini yang paling banyak

disalahgunakan. Pembahasan pun hanya terbatas pada klasifikasi dan cara kerja

opioida dan amfetamin, gambaran klinis penting perihal intoksikasi, overdosis,

dan putus zat, dan penatalaksanaannya secara umum.  

Sekilas tentang Opioida

Opioida adalah nama segolongan zat, baik alamiah, semisintetik, maupun

sintetik yang mempunyai khasiat seperti morfin. Opioida dibagi dalam tiga

golongan menurut asalnya:

1. Opioida alamiah, seperti opium, morfin, dan kodein.

2. Opioida semisintetik, yaitu opioida yang diperoleh dari opium yang

diolah melalui proses / perubahan kimiawi. Sebagai contoh, heroin

(diasetil-morfin) dan hidromonfon (dilaudid)

3. Opioida sintetik, yang dibuat di pabrik,misalnya meperidin (petidin),

metadon, propoksifen, levorfanol, dan levalorfan.

Selain mempunyai khasiat analgesik (menghilangkan rasa sakit), opioida

juga mempunyal khasiat hipnotik (menidurkan) dan eufona (menimbuikan rasa

gembira dan sejahtera). Penggunaan opioida berulang kali dapat menimbulkan

toleransi dan ketergantungan. Biia sudah terjadi ketergantungan terhadap

oploida, lalu jumlah penggunaan dikurangi atau dihentikan, maka akan timbul

gejala putus zat (withdrawal). Pada umumnya, opioida dikonsumsi melalui

suntikan intravena, inhalasi, dicampur dalam rokok tembakau, atau secara oral.

Gambaran Klinis

Gambaran klinis pemakaian oploida antara lain:

a. Euforia awal diikuti oleh suatu periode sedasi, dikenal dengan istilah

jalanan sebagai “nodding off’

b. Euforik yang tinggi (“rush”)

c. Rasa berat pada anggota gerak

Page 24: Abnormal

d. Mulut kering

e. Wajah gatal (khususnya hidung)

f. Kemerahan pada wajah

g. Untuk orang awam yang pertama kali memakai opioida: dapat

menyebabkan disforia, mual, dan muntah

h. Efek flsik: depresi pernafasan, konstriksi pupil, kontraksi otot polos

(termasuk ureter dan saluran empedu), konstipasi, perubahan tekanan

darah, kecepatan denyut jantung dan temperatur tubuh

lntoksikasi dan Overdosis Oploida

 lntoksikasi opioida ditandai dengan:

a. Pamakaian opioida yang belum lama terjadi

b. Perubahan perilaku maladaptif yang bermakna secara klinis

c. Perubahan mood

d. Retardasi psikomotor

e. Mengantuk

f. Bicara cadel (slurred speech)

g. Gangguan daya ingat dan perhatian

Gejala overdosis opioida ditandai dengan:

a. Hilangnya responsivitas yang nyata

b. Koma

c. Pin point pupil

d. Depresi pernafasan

e. Hipotermia

f. Hipotensi

g. Bradikardia

Putus Oploida

Gejala putus opioida ditandai dengan:

a. Penghentian (atau penurunan) opioida yang telah lama atau berat

b. Mood disforik

c. Mual atau muntah

Page 25: Abnormal

d. Nyeri otot

e. Lakrimasi atau rinorea

f. Dilatasi pupil, piloreksi, atau berkeringat

g. Diare

h. Menguap

i. Demam

j. Insomnia

Penatalaksanaan lntoksikasi, Overdosis, dan Putus Opioida

Penatalaksanaan intoksikasi opioida:

a. Beri nalokson HCI (Narcan) sebanyak 0,2-0,4 mg atau 0,01 mg/kg berat

badan secara intravena, intermuskular, atau subkutan.

b. Bila belum berhasil, dapat diulang sesudah 3-10 menit sampai 2-3 kali.

c. Oleh karena narcan mempunyai jangka waktu kerja hanya 2-3 jam,

sebaiknya pasien tetap dipantau selama sekurang-kurangnya 24 jam bila

pasien menggunakan heroin dan 72 jam bila pasien menggunakan

metadon.

d. Waspada terhadap kemungkinan timbulnya gejala putus opioida akibat

pemberian narcan.

Penatalaksanaan overdosis opmoida:

a. Pastikan jalan nafas yang terbuka.

b. Jaga tanda vital.

c. Usahakan peredaran darah berjalan lancar: bila jantung berhenti

berdenyut, lakukan masase jantung ekstemal dan berikan adrenalin

intrakardial; bila terjadi fibrilasi, gunakan defifrilator; bila sirkulasi

darah tidak memadai, beri infus 50 cc sodium bikarbonat (3,75 gr)guna

mengatasi asidosis.

d. Awasi kemungkinan terjadinya kejang.

e. Bila tekanan darah tidak kunjung naik menjadi normal, pertimbangkan

untuk memberi plasma expander atau vasopresor.

f. Beri antagonis opiat, nalokson: 0,4 mg intravena. Dosis tersebut dapat

diulang empat sampai lima kali dalam 30 sampai 45 menit pertama

Page 26: Abnormal

sampai menunjukkan respons yang adekuat.

g. Observasi ketat dan awasi kemungkinan relaps ke keadaan semikoma

dalam empat sampai lima jam.

Penatalaksanaan putus opioida dapat ditempuh melalui beberapa cara antara

lain:

a. Terapi putus opioida seketika (abrupt withdrawal), yaitu tanpa memberi

obat apa pun. Pasien merasakan semua gejala putus opiolda. Terapi ini

diberikan dengan harapan pasien akan jera dan tidak akan menggunakan

opiolda lagi. Cara ini tidak disukai pasien, tidak efektif, dan hampir

tidak pernah dilakukan lagi di fasilitas kesehatan.  

b. Terapi putus opioida dengan terapi simtomatik: untuk menghilangkan

rasa nyeri berikan analgetik yang kuat; untuk gelisah berikan

tranquilizer, untuk mual dan muntah berikan antiemetik; untuk kolik

berikan spasmolitik; untuk rinore berikan dekongestan; untuk insomnia

berikan hipnotik; untuk memperbaiki kondisi badan dapat ditambahkan

vitamin. ]

c. Terapi putus opioida bertahap (gradual withdrawal): dengan

memberikan opioida yang secara hukum boleh digunakan untuk

pengobatan,misalnya morfin, petidin, kodein, atau metadon.

Kebanyakan metadon digunakan secana oral. Biasanya diberikan dosis

awal 10-40 mg, bergantung pada berat ringannya ketergantungan pasien

terhadap opioida, diberikan dalam dosis terbagi (start low go slow).

Pada hari kedua dan seterusnya, dosis dikurangi 10 mg setiap hari

sampai jumlah dosis sehari 10 mg. Sesudah itu, diturunkan menjadi 5

mg sehari selama 1-3 hari Buprenorfin juga dapat dipakai untuk

detoksiflkasi dengan cara yang sama dengan metadon, dengan dosis

awal 4-8 mg. Dapat pula dipakai kodein dengan dosis 3-4 kali sehari @

60-100 mg. Dosis diturunkan 5-10 mg tiap hari menjadi 3-4 kali sehari

@ 55mg dan seterusnya.

d. Terapi putus opioida bertahap dengan substitut non-opioida, misalnya

klonidin. Dosis yang diberikan 0,01 - 0,3 mg tiga atau empat kali sehari

Page 27: Abnormal

atau 17 mikrogram per kg berat badan per hari dibagi dalam tiga atau

empat kali pemberian.

e. Terapi dengan memberikan antagonis opioida di bawah anestesi umum

(rapid detoxification). Gejala putus zat timbul dalam waktu pendek dan

hebat, tetapi pasien tidak merasakan karena pasien dalam keadaan

terbius. Keadaan ini hanya berlangsung sekitar enam jam dan perlu

dirawat satu sampai dua hari.

Terapi Pasca-detoksifikasi

Setelah detoksifikasi selesai, terapis harus memberitahukan bahwa proses

penyembuhan belum selesai, pasien baru menyelesaikan tahap awal dan proses

penyembuhan. Terapis harus senantiasa menyadarkan pasien bahwa perilaku

penggunaan zat psikoaktif oleh pasien adalah perilaku yang merugikan

kesehatan pasien, merugikan kehidupan sosial, dan merugikan keluarganya.

Sama seperti penyakit kronis lainnya, setelah diobati pasien harus mengubah

pola hidupnya. Untuk mengubah perilaku, pasien masih harus mengikuti

program pasca-detoksifikasi. Program pasca-detoksifikasi banyak ragamnya,

yang pada umumnya menggunakan pendekatan farmakologi, non-farmakologi,

konseling, dan psikoterapi. Bila pasien telah memutuskan akan mengikuti

terapi pascadetoksifikasi, terapis bersama pasien dan keluarganya

membicarakan terapi pasca-detoksifikasi mana yang sesuai untuk pasien.

Keberhasilan terapi pasca-detoksifikasi sangat dipengaruhi oleh motivasi

pasien. Pasien yang dapat menyelesaikan program terapi pasca-detoksiflkasi

biasanya hasilnya lebih baik daripada mereka yang tidak menyelesaikan

program tersebut. Kemungkinan kambuh lebih kecil, dan bila kambuh, terjadi

setelah abstinensi yang lebih lama. Program terapi pasca-detoksiflkasi ada yang

non panti dan panti.

After Care

After care adalah perawatan lanjutan bagi seseorang yang telah mengikuti

program terapi yang terstruktur. Hal ini perlu dilakukan mengingat eks-pasien

rentan terpapar pada lingkungan yang mendorong mereka untuk kembali

menggunakannya. Seringkaii pula eks-pasien berharap terlalu cepat dan terlalu

Page 28: Abnormal

yakin diri bahwa ia mampu melepaskan dirinya dan kebiasaan menggunakan

zat psikoaktif saat ini. Dalam after care ini, eks-pasien selalu dikuatkan kembali

dan didukung terus-menerus agar tetap tidak menggunakan zat psikoaktif lagi.

Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Amfetamin

Sekilas tentang Amfetamin

Amfetamin adalah suatu senyawa sintetik yang tergolong perangsang

susunan  saraf pusat. Ada 3 jenis amfetamin, yaitu:

1. Laevoamfetamin (benzedrin)

2. Dekstroamfetamin (deksedrin)

3. Metilamfetamin (metedrin)

Banyak macam derivat amfetamin dibuat dengan sengaja oleh

laboratorium dengan tujuan penggunaan rekreasional, misalnya yang banyak

disalahgunakan di Indonesia saat ini adalah 3,4 metilen-di-oksi met-amfetamin

(MDMA) atau lebih dikenal sebagai ekstasi, dan met-amfetamin (sabu-sabu).

Metilfenidat (Ritalin) jarang disalahgunakan. Dalam bidang Psikiatri,

metilfenidat digunakan untuk terapi anak dengan GPPH (Gangguan Pemusatan

Perhatian dan Hiperaktif). Pada umumnya, amfetamin dikonsumsi melalui

suntikan intravena atau subkutan, inhalasi uap, snorting, supositoria, atau

secara oral.

Gambaran Klinis

Pengaruh amfetamin terhadap pengguna bergantung pada jenis

amfetamin, jumlah yang digunakan, dan cara menggunakannya. Dosis kecil

semua jenis amfetamin akan meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut

nadi, melebarkan bronkus, meningkatkan kewaspadaan, menimbulkan euforia,

menghilangkan kantuk, mudah terpacu, menghilangkan rasa lelah dan rasa

lapar, meningkatkan aktivitas motorik, banyak bicara, dan merasa kuat.

Dosis sedang amfetamin (20-50 mg) akan menstimulasi pernafasan,

menimbulkan tromor ringan, gelisah, meningkatkan aktivitas montorik,

insomnia, agitasi, mencegah lelah, menekan nafsu makan, menghilangkan

kantuk, dan mengurangi tidur.

Page 29: Abnormal

Penggunaan amfetamin berjangka waktu lama dengan dosis tinggi dapat

menimbulkan perilaku stereotipikal, yaitu perbuatan yang diulang terus-

menerus tanpa mempunyai tujuan, tiba-tiba agresif, melakukan tindakan

kekerasan, waham curiga, dan anoneksia yang berat.

lntoksikasi dan Putus Amfetamin

lntoksikasi amfetamin ditandai dengan:

a. Pamakaian amfetamin yang belum lama terjadi

b. Takikandia atau bradikardia

c. Perubahan perilaku maladaptif yang bermakna secara klinis

d. Dilatasi pupil

e. Peninggian atau penurunan tekanan darah

f. Berkeringat atau menggigil

g. Mual atau muntah

h. Tanda-tanda penurunan berat badan

i. Agitasi atau retardasi psikomotor

j. Kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada, atau aritmia jantung

k. Konvulsi, kejang, diskinesia, distonia, atau koma

Gejaia putus amfetamin ditandai dengan:

a. Penghentian (atau penurunan) amfetamin yang telah lama atau berat

b. Depresi

c. Keleiahan

d. Mimpi yang gamblang dan tidak menyenangkan

e. Insomnia atau hipersomnia

f. Peningkatan nafsu makan

g. Retardasi atau agitasi psikomotor

Penatalaksanaan lntoksikasi dan Putus Amfetamin

Penatalaksanaan intoksikasi amfetamin:

a. Bila suhu badan naik, berikan kompres dingin, minum air dingin, atau

selimut hipotermik.

b. Bila kejang, berikan diazepam 10-30 mg per oral atau parenteral; atau

Page 30: Abnormal

klordiazepoksid 10-25 mg per oral secara perlahan-lahan dan dapat

diulang setiap 15-20 menit.

c. Bila tekanan darah naik, berikan obat anti hipertensi.

d. Bila terjadi takikardma, berikan beta-blocker, seperti propanolol, yang

sekaligus juga untuk menurunkan tekanan darah.

e. Untuk mempercepat ekskresi amfetamin, lakukan asidifikasi air seni

dengan memberi amonium klorida 500 mg per oral setiap 3-4 jam.

f. Bilatimbul gejala psikosis atau agitasi, beri halopendol 3 kali 2-5 mg.

Penatalaksanaan putus amfetamin:

a. Rawat di tempat yang tenang dan biarkan pasien tidur dan makan

sepuasnya.

b. Waspada terhadap kemungkinan timbulnya depresi dengan ide bunuh

diri.

c. Dapat diberikan anti depresi.

Terapi pada PsikosisAkibat Penggunaan Amfetamin

Psikosis akibat penggunaan amfetamin sangat mirip dengan skizofrenia

paranoid. Pada psikosis akibat penggunaan amfetamin dapat diberikan

klorpromazin tiga kali 50-I 50 mg per oral atau 25-50 mg intra muskular yang

dapat diulang setiap empat jam. Dapat juga dipakai halopenidol tiga kali 1-5

mg.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanZat psikoaktif ialah zat atau bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh

manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat, sehingga

menyebabkan terjadinya perubahan kesadaran, aktivitas mental emosional, cara

berfikir, persepsi dan perilaku seseorang. Apabila digunakan terus menerus akan

menimbulkan ketergantungan (oleh karena itu disebut juga sebagai zat adiktif).

Jenis-jenis NAPZA yang disalahgunakan, yaitu Narkotika, Psikotropika,

Zat Adiktif lainnya seperti alkohol, LSD, Kokain, dan lain-lain.

Page 31: Abnormal

Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi

antara factor yang erkait dengan individu(seperti depresi, cemas, psikotik,

kepribadian dissosial), faktor lingkungan baik keluarga maupun lainnya dan faktor

tersedianya zat (NAPZA).

Dampak yang ditimbulkan oleh zat adiktif yaitu pada saraf pusat untuk

mempercepat proses-proses dalam tubuh, seperti detak jantung, tekanan darah,

dan pernapasan. Selain itu depresi yang menyebabkan turunnya kesadaran

seseorang pada dunia sekelilingnya dan halusinasi yang menyebabkan penderita

mendengar suara, melihat benda, merasakan berbagai hal yang sebenarnya tidak

ada sama sekali.

B. Saran

Makalah ini pastilah tidak akan lepas dari apa yang kita sebut dengan

kesalahan atau kesalalaian. Karena kami semua adalah manusia yang biasa lalai

dari kesalahan.

Di sini kami sebagai penulis makalah ini sudah berusaha semaksimal

mungkin untuk mengerahkan semua tenaga hanya untuk mengerjakan makala ini.

Tapi kami tiada daya tanpa kalian semua yang berlaku sebagai pembaca. Oleh

karena itu kami mengharapkan kritik dan saran anda semua demi kesempurnaan

makalah ini.

Page 32: Abnormal

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L. .Pengantar Psikologi. Bandung. Interaksara

Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III). Jakarta: Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik,.

Joewana, Satya. 2004. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan

ZatPsikoaktif: Penyalahgunaan NAPZA/ Narkoba. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Kaplan & Sadock. 2007. Sinopsis Psikiatri: Gangguan Berhubungan dengan Zat,

Edisi Kesepuluh, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Williams & Wilkins, Baltimore,

Philadelphia.

Morgan. 1991. Segi Praktis Psikiatri. Jakarta: Bina rupa aksara.

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ

III), Departemen Kesehatan RI., Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,

1993.

Pinel, john. 2009. Biopsikologi. Yogyakarta. Pustaka pelajar

Tom, Kus, Tedi. 1999. Bahaya NAPZA Bagi Pelajar. Bandung :Yayasan Al-

Ghifari.

The Indonesian Florence Nightingale Foundation. 1999. Kiat Penanggulangan

dan Penyalahgunaan Ketergantungan NAPZA. Jakarta