A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam sebuah negara. Pendidikan adalah suatu hal yang mutlak harus dipenuhi dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

Transcript of A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah...

Page 1: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

kualitas sumber daya manusia dalam sebuah negara. Pendidikan adalah suatu hal

yang mutlak harus dipenuhi dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup bangsa

Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Karena itu sistem

pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk

menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,

nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara

terencana, terarah dan berkesinambungan.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 1 ayat 1 (2003:3), mengenai pengertian pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari pengertian tersebut kita memahami bahwa pendidikan di Indonesia

diharapkan mampu mengarahkan peserta didik agar mampu mengembangkan

potensi dirinya. Potensi tersebut terukur dari kemampuan peserta didik untuk

memiliki kekuatan spiritual dalam kehidupan religiusnya, pengendalian diri dalam

kehidupan bermasyarakat, kepribadian yang kokoh, kecerdasan intelegensi,

Page 2: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

2

akhlak mulia, dan life skill yang mampu memberi manfaat bagi dirinya dan

masyarakat sekitarnya atau dalam hal ini peserta didik harus mampu memiliki

kemampuan yang profesional sesuai bidang ilmu yang dipelajarinya.

Ketika berbicara masalah pendidikan di Indonesia, secara pasti dihadapkan

pada berbagai masalah pendidikan tersebut. Masalah pendidikan di Indonesia

berasal dari berbagai segmen, mulai dari para pengambil kebijakan di tataran

puncak, sampai pada permasalahan diakar rumput yaitu peserta didik sebagai

peserta didik. Namun bila dilihat secara mikro permasalahan pendidikan yang

terjadi saat ini berakar dari permasalahan dalam tingkat satuan pendidikan yang

paling kecil yaitu sekolah. Sekolah belum bisa secara optimal melaksanakan

tugasnya. Oleh karena itu, guru sebagai unsur paling penting dalam sebuah

institusi sekolah harus menjalankan fungsi dan peranannya secara maksimal.

Kualitas pendidikan saat ini menggunakan prestasi belajar peserta didik

sebagai ukuran untuk menentukan tingkat keberhasilannya. Hal tersebut

menunjukkan berhasil tidaknya proses pendidikan dapat diamati berdasarkan

tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Menurut Hendari Nawawi dalam Indra M.

Ghazali (2007:25), menjelaskan tentang prestasi belajar yaitu: ‘Tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam bentuk skor, diperoleh dari hasil tes, mengenai materi Pelajaran

yang telah disajikan. Sejalan dengan yang dikemukakan E. Mulyasa (2007:258),

“Penilaian prestasi belajar dapat dilakukan dengan penilaian kelas yaitu penilaian

dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir.”

Page 3: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

3

Berdasarkan fenomena yang terjadi dalam proses pembelajaran IPS di

SMPN 23 Bandung yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) nampak pada tabel 1.1.

Pada faktanya, di SMPN 23 Bandung terjadi fenomena dimana rendahnya

nilai siswa dalam mata pelajaran IPS sejarah di kelas VIII. Rendahnya nilai

terjadi pada kompetensi dasar. Kajian sejarah merupakan salah satu mata

Pelajaran IPS yang wajib dipelajari karena sangat berhubungan dengan

kompetensi dan keahlian siswa dalam bidang IPS yaitu membina nasionalisme,

patriotisme serta menanamkan cinta tanah air. Mata pelajaran IPS di SMP

menurut Permen No. 22 tahun 2006 tentang standar isi bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan

3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Page 4: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

4

Tabel 1.1Rekapitulasi Nilai Harian IPS Sejarah Siswa kelas VIII SMPN 23 Bandung

Nilai Smt 1 Persentase (%)

Smt 2 Persentase (%)

91-100 0 0 0 081-90 2 4,8 1 2,571-80 5 11,9 7 17,561-70 13 30,9 18 4551-60 20 47,4 14 5041-50 2 4,8 0 031-40 0 0 0 021-30 0 0 0 011-20 0 0 0 01-10 0 0 0 0

Jumlah 42 100 40 100

( Sumber : Buku Rekapitulasi Tes Formatif Semester 1 tahun Pelajaran 2008/2009 )

Ulangan harian diberikan pada peserta didik untuk kompetensi dasar

“peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya negara kesatuan

Republik Indonesia” adalah berupa soal-soal essay. Ketuntasan Minimal (KKM)

untuk standar kompetensi IPS adalah 60, sehingga setiap kompetensi dasar yang

termasuk ke dalam standar kompetensi IPS pun memiliki KKM 60 pula. Bila

dilihat dari sebaran nilai pada tabel di atas, untuk kelas VIII hanya sekitar 17,5%

siswa yang memperoleh nilai di atas 70.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menganut sistem mastery

learning atau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas

adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan

berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang

benar, dan hasil yang baik.” Dengan demikian kelas VIII SMPN 23 Bandung

mengalami masalah dalam prestasi belajar karena lebih dari 80% peserta didik

tidak diperkenankan melanjutkan pada kompetensi dasar berikutnya.

Page 5: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

5

Fenomena yang terjadi dikarenakan oleh guru yang memberikan nilai proses

pembelajaran sifat yang monoton, perserta didik pasif dengan pembelajaran, dan

sarana serta prasarana yang tersedia masih terbatas.

Menurut Wahab dalam Syaiful Muttaqin (2008:1) salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah “metode pembelajaran”, sehingga iklim

pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat

besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula kualitas dan

keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan

guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.

Menurut Depdiknas dalam buku terbitannya yang berjudul Kumpulan

Metode Pembelajaran/ Pendampingan (2005:126) “Model pembelajaran adalah

blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-

tujuan tertentu pembelajaran”. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan

pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.

Roestiyansyah dalam Syaiful Basri Djamarah (2006:74), ‘Metode pembelajaran

adalah strategi pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang

diharapkan’. Selanjutnya Syaiful Basri Djamarah (2006:72) “Kedudukan metode

pembelajaran adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi

pembelajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.”

Dari beberapa pengertian diatas bahwa metode pembelajaran adalah

implementasi dari strategi pembelajaran, atau bisa dikatakan sebagai penjabaran

teknis dari strategi pembelajaran melalui serangkaian aktivitas dalam kegiatan

belajar mengajar.

Page 6: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

6

Menurut Hamid Hasan (2002) Belajar di SMP adalah vocational skill,

sehingga dalam belajar IPS adalah belajar yang banyak melatih siswa untuk

terampil, cermat dan teliti dalam menghitung angka-angka yang berkaitan dengan

IPS. Proses belajar IPS dimulai dari pemahaman tentang IPS, kemudian

dilajutkan dengan prakteknya. Sehingga belajar IPS adalah suatu proses belajar

yang dilakukan siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan tentang Pelajaran

IPS melalui hapalan, latihan-latihan dan praktek secara langsung karena output

yang diharapkan adalah keterampilan nyata yang dibutuhkan pada masyarakat.

Keterampilan tersebut disebut sebagai keterampilan sosial (social skill).

Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba untuk memilih salah satu

metode yang sekiranya tepat digunakan pada mata pelajaran IPS, yaitu metode

pembelajaran simulasi. Alasan memilih metode simulasi adalah sebagai berikut:

1) Dalam metode pembelajaran simulasi, ranah yang diutamakan adalah ranah

keterampilan dalam mempraktekan teori yang dipelajari, sehingga sesuai

dengan tujuan pembelajaran IPS bukan hanya sebatas kemampuan dalam

memahami konsep, sehingga dalam proses pembelajaran siswa SMP harus

dibiasakan untuk menghadapi kondisi yang akan dihadapi di dunia nyata yaitu

masyarakat. Metode yang mampu menciptakan kondisi nyata ke dalam

kondisi yang bukan sebenarnya adalah metode simulasi. Dengan metode ini

siswa diharapkan dapat menghayati nilai-nilai perjuangan bangsa.

2) Guru IPS pada umumnya sering menggunakan metode ceramah yang

dikombinasikan dengan penugasan, diharapkan dengan menggunakan metode

ini terjadi variasi dalam metode pembelajaran yang diberikan.

Page 7: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

7

Dari uraian permasalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Simulasi Terhadap Prestasi Belajar

pada Mata Pelajaran IPS (Sebuah Penelitian Eksperimen IPS sejarah di Kelas

VIII SMPN 23 Bandung)”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran prestasi siswa mata pelajaran IPS di kelas VIII ?

2. Bagaimanakah gambaran prestasi siswa dengan menggunakan metode

pembelajaran simulasi pada mata pelajaran IPS di kelas VIII ?

3. Apakah ada perbedaan penggunaan metode konvensional dengan metode

simulasi pada mata pelajaran IPS di kelas VIII ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran prestasi siswa pada mata pelajaran IPS di

kelas VIII.

2. Untuk mengetahui gambaran metode pembelajaran simulasi pada mata

pelajaran IPS dikelas VIII.

3. Untuk mengetahui perbedaan metode konvensional dengan metode

simulasi pada mata pelajaran IPS di kelas VIII.

Page 8: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

8

D. Manfaat Penelitian

D.1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta

sebagai bahan pembanding antara teori dalam perkuliahan dan memberikan

sumbangan pemikiran atau bahan kajian terhadap penerapan metode pembelajaran

simulasi dalam meningkatkan prestasi belajar khususnya dalam Pelajaran IPS.

2.Manfaat Praktis

a) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi

serta masukan dalam hal evaluasi dan perbaikan bagi sekolah terutama dalam

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan pengembangan metode

belajar yang variatif dalam proses pembelajaran.

b) Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan

penelitian berikutnya dan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk kemajuan

pendidikan.

E. Kerangka Pemikiran

Nasrun Harahap dalam Syaiful Bahri Djamarah (1994:21), bahwa “prestasi

belajar adalah nilai pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang

berkenaan dengan penguasan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta

nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”. Hendari Nawawi dalam Indra M.

Page 9: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

9

Ghazali (2007:25), menjelaskan tentang prestasi belajar yaitu: Tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam bentuk skor, diperoleh dari hasil tes, mengenai materi pelajaran

yang telah disajikan.

Merujuk kepada dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap

perkembangan dan kemajuan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor

setelah siswa berhasil menyelesaikan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru

yang terdapat dalam kurikulum. Prestasi belajar siswa bukan hanya berfungsi

sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kognitif, afektif dan

psikomotor siswa setelah melakukan aktivitas pembelajaran, tetapi fungsi lain

yang lebih penting dari prestasi belajar siswa ini adalah sebagai upaya yang

dilakukan oleh guru untuk memotivasi siswa agar dapat meningkatkan

kemauannya dalam belajar.

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar ini senantiasa tidak selalu

berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tetapi seringkali mengalami

kendala-kendala dan hambatan yang dapat mengganggu kemajuan belajar siswa.

Kendala-kendala yang mempengaruhi prestasi belajar siswa ini tidak terlepas dari

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu sendiri.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal,

penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) yaitu adanya

kemungkinan disfungsi fisiologis, sedangkan penyebab utama problema belajar

(learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi

Page 10: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

10

pembelajaran yang keliru, pengolahan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan

motivasi belajar anak, dan memberi ulangan penguatan yang tidak tepat (Mulyono

Abdurahman, 2003:13)

Menurut hasil penelitian Crother dalam M. Surya (1987:99), sebab-

sebab kesulitan belajar itu adalah:

1. Tindakan guru yang di luar batas, di dalam atau di luar sekolah.

2. Kurang minat murid.

3. Kurang adanya pemahaman terhadap murid oleh guru.

4. Kurang cakapnya murid-murid dalam mengerjakan tugas yang diharapkan.

5. Sikap acuh tak acuh terhadap orang tua.

6. Renggangnya hubungan rumah dengan sekolah.

7. Kurang cakapnya sekolah dalam mengatur pertumbuhan anak-anak dalam

melaporkan pertumbuhan belajar siswa terhadap orang tua murid dan

masyarakat.

8. Kurikulum yang kurang fleksibel.

Terdapatnya kendala-kendala dalam proses belajar mengajar yang dihadapi

siswa akan mengakibatkan kesulitan belajar bagi siswa itu sendiri, dengan kata

lain siswa tidak akan mencapai tingkat keberhasilan atau tingkat kualifikasi yang

telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran oleh pihak sekolah. Pada dasarnya

kesulitan yang dialami oleh siswa dalam suatu proses pembelajaran dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern, Oemar Hamalik

(2003:112), mengatakan adanya empat faktor yang menimbulkan kesulitan belajar

bagi siswa, yaitu:

1. Faktor yang bersumber dari diri sendiri

a. Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas

b. Kurangnya minat terhadap bahan pelajaran

Page 11: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

11

c. Kesehatan yang sering terganggu

d. Kecakapan dalam mengikuti pelajaran

2. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah

a. Cara memberikan pelajaran

b. Kurangnya alat-alat

c. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan

d. Penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat

3. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga

a. Masalah kemampuan ekonomi

b. Masalah broken home

c. Kurangnya kontrol orang tua

4. Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat

a. Gangguan dari jenis kelamin lain

b. Bekerja disamping sekolah

c. Tidak mempunyai teman belajar bersama

Faktor-faktor tersebut akan terus menjadi penghambat bagi siswa untuk

mengembangakan kemampuannya dalam belajar jika siswa tersebut tidak segera

berusaha untuk mengatasinya. Jika dikaitkan dengan pendapat Oemar Hamalik

mengenai faktor-faktor penghambat dalam belajar siswa, faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa terletak pada faktor yang bersumber dari

lingkungan sekolah, yaitu mengenai cara memberikan pelajaran oleh seorang guru

kepada siswa atau lebih dikenal dengan metode mengajar.

Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan

potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki

oleh seorang guru (Djahiri, 1992:67). Hal ini didasari oleh asumsi, bahwa

ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh

Page 12: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

12

terhadap keberhasilan dan prestasi belajar siswa, karena metode pembelajaran

yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas proses belajar mengajar

yang dilakukannya.

Ketika berbicara mengenai metode pembelajaran, kita akan menemukan

banyak sekali jenisnya, disebabkan karena metode dipengaruhi oleh banyak faktor

(Faturrahman 2007:1), antara lain :

1. Tujuan yang berbagai macam jenis dan fungsinya.

2. Anak didik yang berbagai macam tingkat kematangannya.

3. Situasi yang bermacam-macam keadaannya.

4. Fasilitas yang mempunyai beragam kwalitas dan kwantitasnya.

5. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.

Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis berpendapat bahwa metode

pembelajaran simulasi berpengaruh pada prestasi belajar siswa dalam pelajaran

IPS sejarah, khususnya siswa SMP karena dalam metode pembelajaran simulasi,

ranah yang ditonjolkan adalah ranah keterampilan sosial sehingga sesuai dengan

tujuan pembelajaran IPS di SMP yaitu keterampilan sosial. Lulusan SMP akan

dihadapkan pada dunia nyata dimana yang dituntut adalah keterampilan sosial

dalam masyarakat, bukan hanya sebatas kemampuan dalam memahami konsep,

sehingga dalam proses pembelajaran siswa SMP harus dibiasakan untuk

menghadapi kondisi nyata di masyarakat yaitu dengan menenamkan jiwa cinta

tanah air. Metode yang mampu menciptakan kondisi nyata kedalam kondisi yang

bukan sebenarnya adalah metode simulasi.

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dibuat suatu paradigma

penelitian.

Page 13: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

X Y

13

Gambar 1.1Paradigma Penelitian

Keterangan X : Metode pembelajaran SimulasiY : Prestasi Belajar

: Menunjukan adanya pengaruh dari metode pembelajaran simulasi terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pengertian tersebut penulis merumuskan asumsi sebagai

berikut:

1) Kondisi awal antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran

simulasi dengan kelas yang tidak menggunakan metode pembelajaran

simulasi pada pelajaran IPS kajian sejarah memiliki karakteristik yang

relatif sama atau memiliki perbedaan yang tidak signifikan.

2) Lingkungan sekolah dianggap kondusif terhadap pengembangan Metode

pembelajaran.

3) Terdapat fasilitas yang mendukung untuk diselenggarakannya metode

simulasi.

4) Guru memahami secara metodologis dan praktis metode pembelajaran

simulasi dalam pelajaran IPS.

5) Faktor-faktor lain yang berpengaruh pada prestasi belajar, seperti berupa

kemampuan siswa, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan

kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan fsikis,

Page 14: A Web viewatau belajar tuntas, menurut definisi Depdiknas (2007:6) “Belajar tuntas adalah ketika peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu

14

kompetensi guru, sumber belajar, dan pengaruh lingkungan pergaulan

siswa dianggap konstan.

F. Hipotesis

Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Terdapat

perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara kelas yang menggunakan metode

pembelajaran simulasi dengan kelas yang tidak menggunakan metode

pembelajaran simulasi terhadap prestasi belajar.”