repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › ... ANALISIS KEBERADAAN CREDIT UNION...
Transcript of repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › ... ANALISIS KEBERADAAN CREDIT UNION...
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
ANALISIS KEBERADAAN CREDIT UNION (CU) SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN DI KELURAHAN SARIBUDOLOK
KECAMATAN SILIMAKUTA, KAB. SIMALUNGUN
SKRIPSI
oleh
HANNA M. ARITONANG
040304010
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
ANALISIS KEBERADAAN CREDIT UNION (CU) SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN DI KELURAHAN SARIBUDOLOK
KECAMATAN SILIMAKUTA, KAB. SIMALUNGUN
SKRIPSI
HANNA M. ARITONANG
040304010
Skripsi sebagai Salah Satu syarat untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Luhut Sihombing, MP) (Ir, Lily Fauzia, MSi)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
ABSTRAK
Analisis Keberadaan Credit Union sebagai lembaga pembiayaan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui profil Credit Union (CU) di daerah penelitian, mengetahui peranan keberadaan Credit Union terhadap petani di daerah penelitian, untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih Credit Union sebagai sumber pembiayaan dibandingkan dengan lembaga keuangan sejenis di daerah penelitian dan untuk mengetahui efektivitas penggunaan kredit dari CU pada kegiatan usaha tani di daerah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melakukan penyajian hasil informasi dari Credit Union dan petani sebagai anggota Credit Union. Data yang dikum[ulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder dari Credit Union.
Hasil dari penelitian ini adalah CU ini berperan sebagai lembaga penyimpanan uang, lembaga peminjaman modal bagi anggota, sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi anggota dan penggerak perekonomian anggota. Petani merasakan peranan Credit Union benar-benar sangat bermanfaat adalah setelah mengikuti setiap pendidikan dan konsultasi yang diadakan oleh Credit Union yaitu pendidikan dasar dan lanjutan. Faktor yang paling banyak mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union adalah saran teman/ keluarga yaitu sebanyak 43,24 %. Penggunaan pinjaman dari CU Cinta Mulia sudah efektif digunakan untuk kebutuhan usaha tani dengan persentase 56% petani menggunakan pinjaman untuk kegiatan usaha taninya.
Kata Kunci : Credit Union (CU), peranan, simpan pinjam, pendidikan dan efektivitas.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
RIWAYAT HIDUP
HANNA M. ARITONANG (040304010) dilahirkan di Tarutung pada tanggal 17
Oktober 1986 sebagai anak keempat dari 6 bersaudara, dari keluarga Bapak Hotma Tua
Aritonang dan Ibu Darna Lumban Tobing.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar (SD) tahun 1992 – 1998 di SD No. 030307 Tigalingga
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Tahun 1998 – 2001 di SLTP Negeri 9
Pematang Siantar.
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2001 – 2004 di SMA Negeri 4 Pematang
Siantar.
4. Melalui jalur SPMB Tahun 2004 diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
5. Bulan Juni – Juli 2008, melaksanakan PKL di Kecamatan Pematang Bandar,
Kabupaten Simalungun.
6. Bulan Maret – April 2009, melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan
Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.
Selama perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan organisasi
diantaranya:
1. Anggota Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP)
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen USU tahun
2004-2009.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Analisis Keberadaan Credit Union (CU)
sebagai Lembaga Pembiayaan” (Studi Kasus: Kelurahan Saribudolok, Kecamatan
Silimakuta, Kabupaten Simalungun) yang merupakan syarat untuk dapat memperoleh
gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Pembimbing yang telah banyak
membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak
membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.
3. Bapak Samsury Tamsar beserta aparat kelurahan Saribudolok atas kerelaannya
membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
4. Ibu Lina Sipayung dan pegawai CU Cinta Mulia yang telah banyak membantu
penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
5. Seluruh responden petani anggota CU Cinta Mulia yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan informasi bagi penulis guna melengkapi penulisan skripsi ini.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Penulis menyadari di dalam pembuatan skripsi masih banyak terdapat
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan skripsi
ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2009
Penulis
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan........................................................ 1 Identifikasi Masalah ............................................................................... 7 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka.................................................................................... 9 Landasan Teori ..................................................................................... 16 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 23
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Lokasi .................................................................... 25 Metode Pengambilan Sampel ............................................................... 25 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 26 Metode Analisis Data ............................................................................ 26 Defenisi dan Batasan Operasional ....................................................... 28
Defenisi ............................................................................................ 28 Batasan Operasional ....................................................................... 29
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian ................................................................. 30 Keadaan Penduduk .............................................................................. 31 Perekonomian Desa .............................................................................. 34 Karakteristik Petani Responden .......................................................... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Credit Union (CU) Cinta Mulia ................................................. 37 Peranan Keberadaan CU Cinta Mulia terhadap petani ..................... 59
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Credit Union sebagai Lembaga Pembiayaan .................................................. 65 Efektivitas Penggunaan Kredit dari CU Cinta Mulia oleh Petani dalam kegiatan Usaha Tani ............................................................................................ 68
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................... 71 Saran ..................................................................................................... 72
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi penggunaan lahan di Kel. Saribudolok
Tahun 2008....................................................................................... 31 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk menurut Usia di Kelurahan
Saribudolok...................................................................................... 32 Tabel 4.3 Distribusi Penduduk menurut Tingkat pendidikan Formal di Kelurahan
Saribudolok................................................................... 33 Tabel 4.4 Distribusi Penduduk menurut Sumber Mata Pencaharian di Kelurahan
Saribudolok................................................................... 34 Tabel 4.5 Karakteristik Petani Responden..................................................... 35 Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Anggota dan Kredit yang disalurkan tahun 1999-2006 oleh CU Cinta Mulia.......................................... 39 Tabel 5.2 Perkembangan Aset CU Cinta Mulia tahun 1999-2006................ 40 Tabel 5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union
sebagai lembaga pembiayaan.............................................. 65 Tabel 5.4 Penggunaan pinjaman dari CU Cinta Mulia oleh petani
Responden........................................................................................ 69
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
DAFTAR GAMBAR
1. Struktur Organisasi CU ...................................................................... 21
2. Skema Kerangka Pemikiran ................................................................ 24
3. Struktur Organisasi CU Cinta Mulia .................................................. 42
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Permasalahan
Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan
pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan
pangan bagi seluruh penduduk, pertanian juga merupakan sektor andalan penyumbang
devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang diserap dan
besarnya jumlah penduduk masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa di
masa mendatang sektor ini masih perlu ditingkatkan (Noor, 1996).
Proses pembangunan dan modernisasi pertanian seharusnya berorientasi kepada
pemberdayaan serta mengangkat kesejahteraan para petani. Tetapi selama kurun waktu
orde baru tersebut, para petani ternyata tetap berada di posisi terpinggirkan, dan bahkan
banyak yang berada dibawah garis kemiskinan. Di era reformasi dewasa ini, keberadaan
para petani yang memiliki jumlah sangat besar secara nasional, belum juga mendapatkan
perhatian yang lebih khusus, terutama program yang berorientasi untuk meningkatkan
kesejahteraan para petani itu sendiri. Dengan berbagai cara manuver politik tingkat
tinggi, kepentingan elit penguasa akhirnya mampu mengeliminir kepentingan komunitas
petani. Hal ini selaras dengan orientasi ekonomi nasional yang mengarah kepada
liberalisasi (Ginting, 2006).
Di bidang Pertanian, Para petani akan selalu membutuhkan uang tunai untuk
keperluan kehidupan sehari-hari maupun untuk memenuhi kebutuhan akan sarana
produksi pertanian seperti, pembelian bibit, pengolahan, dan sebagainya: meningkatkan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
pendapatan petani bersifat fluktuatif maka pendirian Koperasi kredit atau adanya kegiatan
simpan pinjam akan sangat membantu pertanian. (Hudiyanto, 2002).
Modal tidak selalu tersedia pada petani, maka disini diperlukan subsistem
penunjang yang dapat memberikan modal kepada petani, baik kepada petani kecil
maupun pengusaha yang besar yang disediakan oleh lembaga. Lembaga perkreditan atau
permodalan sangat berperan dalam memberikan modal kerja kepada petani kecil di
wilayah pedesaan. Banyak lembaga-lembaga keuangan lainnya yang dapat melakukan hal
sama dalam membantu petani. modal tidak hanya diperlukan oleh petani yang melakukan
kegiatan produksi primer, namun juga diperlukan oleh pengusaha yang bergerak pada
subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem agroindustri maupun subsistem
distribusi/ pemasaran (Su’ud,2005).
Kunci suksesnya pembangunan pertanian tidak hanya terletak pada sisi produksi
maupun pemasaran. Lebih dari itu, aspek sumberdaya manusia (SDM) memegang
peranan utama sekaligus penentu keberhasilan pembangunan tersebut. Di samping
penguatan SDM di pedesaan, diperlukan pengembangan kelembagaan usaha tani yang
mendorong petani untuk berkelompok, mendirikan lembaga keuangan untukpertanian
seperti koperasi atau lembaga lain yang dapat menggerakkan kegiatan agribisnis
pedesaan (Subejo, 2005).
Pengembangan agribisnis memerlukan dukungan lembaga pelayanan penunjang
agribisnis seperti lembaga keuangan, lembaga penyedia sarana pertanian, lembaga
penyedia jasa alsintan, informasi pasar, kelembagaan pemasaran dan sebagainya. Oleh
karena itu ketersediaan skim-skim perkreditan sesuai dengan tahapan perkembangan
agribisnis, ketersediaan sarana produksi pertanian tepat jenis, tepat waktu, dan tepat
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
lokasi, jasa alsintan, ketersediaan sarana pemasaran, informasi pasar, dan infrastruktur
pendukung merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan pembangunan
agribisnis (Hastuti, 2001).
Dalam ekspor nasional sektor agribisnis penyumbang terbesar. Kontribusi
agribisnis dalam ekspor total Indonesia mencapai 43 persen pada tahun 1990, dan
meningkat menjadi 49 persen pada tahun 1995. Dalam impor total Indonesia, pangsa
impor sektor agribisnis hanya sekitar 24 persen, dan menurun menjadi sekitar 16 persen
pada tahun 1995. Hal ini berarti sektor agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam
devisa negara, dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Hastuti,
2001).
Subsistem pengadaan dan penyaluran saprodi mencakup kegiatan perencanaan,
pengolahan sarana produksi, teknologi dan sumber daya pertanian. Pada subsistem
saprodi, petani umumnya membeli saprodi dari pedagang saprodi. Petani membayar
dengan harga tunai dan ada juga petani yang dapat membayar secara kredit yang dibayar
setelah panen. (Hanani dkk, 2003).
Pembiayaan pertanian selama ini telah menjadi salah satu permasalahan yang
dihadapi sektor pertanian. Hal ini sangat serius manakala kemudian ternyata kredit
sebagai salah satu sumber pembiayaan pertanian lebih banyak mengalir ke sektor industri
dan sektor-sektor industri lainnya. Selama tahun 1996-2000, tidak kurang dari 50% dari
alokasi kredit, baik kredit investasi, modal kerja maupun Kredit Usaha Kecil mengalir ke
sektor-sektor tersebut. Selain itu, perbankan kita juga tidak mempunyai kemauan untuk
menjadikan pertanian sebagai basis investasi. Resiko yang besar pada investasi sektor ini
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
menyebabkan sebagian besar bank kita senang membiayai sektor industri yang lebih
cepat dapat dilihat hasilnya (Hanani dkk, 2003).
Berdasarkan data statistik, alokasi kredit untuk sektor pertanian relatif kecil,
kecuali untuk kredit investasi. Meskipun demikian, alokasi kredit ini secara absolut
menunjukkan kecenderungan menurun. Data alokasi kredit ini untuk sektor pertanian
telah menurun dari Rp 11.010 milyar pada tahun 1996 menjadi Rp 10.678 milyar pada
tahun 2000. Dengan jumlah penduduk yang besar di pedesaan sangatlah tidak berarti
jumlah kredit sebesar itu dibandingkan dengan sektor industri apalagi dengan sektor
perbankan yang pengeluarannya triliunan rupiah (Hanani dkk, 2003).
Kredit modal kerja meskipun ada kecenderungan meningkat, namun baik secara
absolut maupun secara relatif masih sangat kecil dalam arti masih kurang dari 10 %.
Sebaliknya, untuk kredit usaha kecil, alokasi untuk sektor pertanian dalam jumlah
maupun persentasenya mengalami peningkatan. Selama periode yang sama, alokasi
kredit usaha kecil untuk sektor pertanian meningkat dari 2.983 miliar rupiah atau sebesar
7,29 % dari total kredit yang disalurkan menjadi 8.509 miliar atau sebesar 22,19%
(Hanani dkk, 2003).
Koperasi kredit menjadi populer di Indonesia ketika sulitnya masyarakat
mengakses dana dari perbankan. Koperasi kredit atau kopdit semakin berkembang.
Tumbuhnya koperasi ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendapat dana
membantu memecahkan masalah keuangan dan paling tidak menggantikan peran rentenir
yang sebelumnya banyak meminjamkan uang kepada masyarakat khususnya pedesaan
semakin berkurang (Siagian, 2003).
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Kopdit atau koperasi simpan pinjam menjadi salah satu bagian dari koperasi di
dalam negeri. Boleh dibilang kopdit masuk ke Indonesia takkala perekonomian baru
mulai tumbuh. Pada saat itu, kondisi ekonomi masyarakat terutama di pedesaan masih
sangat rendah sehingga koperasi menjadi salah satu jalan menggerakkan ekonomi rakyat.
Deputi Menteri Negara Koperasi dan UKM Noer Sutrisno mengatakan tahun 2000
koperasi Indonesia justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai 55 – 60 persen
dari keseluruhan aset koperasi. Bahkan, akhir-akhir ini koperasi kredit mampu
mengambil posisi di samping BRI.
Kegiatan koperasi kredit, baik secara teori maupun empiris, dikatakannya terbukti
mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat
struktur pasar keuangan yang sangat tidak sempurna (Siagian, 2003).
Jenis koperasi kredit ini (CU) didirikan untuk memberikan kesempatan kepada
para anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan biaya bunga yang ringan.
Kopdit bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan anggota
secara terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggotanya secara
mudah, cepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Koperasi dapat memberikan
pertolongan kepada para anggotanya karena ia memiliki dana/ modal dalam jumlah yang
cukup. Untuk itu, ia perlu melakukan akumulasi modal dari para anggotanya melalui
simpanan yang diberikan oleh mereka dalam hal ini simpanan wajib, pokok dan sukarela.
Dari uang simpanan itulah, koperasi kemudian mampu menyalurkan kredit kepada para
anggotanya. Dari uang yang dipinjamkan oleh koperasi itu, kemudian para anggota dapat
memanfaatkannya guna keperluan produktif. Misalnya, bagi para anggota koperasi yang
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
berprofesi sebagai petani, pinjaman yang diberikan dapat digunakan untuk membeli
pupuk dan sarana produksi pertanian lainnya (Anoraga dan Widiyanti,1993).
Peranan lembaga penunjang dalam permodalan di Kelurahan Saribudolok sangat
diperlukan dan pada umumnya petani mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan
seperti CU karena sifat keanggotaan dari CU bersifat terbuka dan saling percaya.
Lembaga-lembaga perekonomian ini turut membantu petani dalam memenuhi
kebutuhannya dalam kegiatan pertanian. Namun kebanyakan masyarakat masih belum
memanfaatkan secara optimal program yang ditawarkan oleh lembaga keuangan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dianalisa mengenai peranan keberadaan
CU sebagai lembaga pembiayaan terhadap usaha tani, faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam memilih CU sebagai lembaga pembiayaan dan bagaimana
keefektifan penggunaan kredit CU oleh petani. Hal inilah yang menjadi latar belakang
dalam penelitian ini dan yang akan dibahas selanjutnya dalam pembahasan.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1) Bagaimana profil Credit Union (CU) di daerah penelitian?
2) Apa peranan keberadaan Credit Union (CU) terhadap petani di daerah penelitian?
3) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih Credit
Union (CU) sebagai sumber pembiayaan dibandingkan dengan lembaga keuangan
sejenis di daerah penelitian?
4) Bagaimana efektivitas penggunaan kredit dari Credit Union (CU) pada kegiatan
usaha tani di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan Identifikasi Masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1) Untuk mengetahui profil Credit Union (CU) di daerah penelitian.
2) Untuk mengetahui peranan keberadaan Credit Union (CU) terhadap petani di daerah
penelitian.
3) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam
memilih Credit Union (CU) sebagai sumber pembiayaan dibandingkan dengan
lembaga keuangan sejenis di daerah penelitian.
4) Untuk mengetahui efektivitas penggunaan kredit dari Credit Union (CU) pada
kegiatan usaha tani di daerah penelitian.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1) Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan (decision maker) dan instansi
terkait lainnya dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas Credit
Union (CU).
2) Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Secara umum yang dimaksud dengan KOPERASI adalah suatu badan usaha
bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang
umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan
hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan para anggotanya. Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang
berwatak sosial, beranggotakan orang-orang, atau badan-badan hukum Koperasi yang
merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan,Pasal 3 UU No. 12/1967 (Kartasapoetra dkk, 2001).
Koperasi Indonesia yang merupakan perkumpulan orang-orang (warga negara
Indonesia) yang umumnya berekonomi (relatif) lemah, yang secara bergairah kerja dan
bersama-sama bergotongroyong berjuang untuk memajukan kepentingan ekonomi
mereka dan kepentingan masyarakat, dari azas dan sendi-sendi dasarnya jelas merupakan
alat pendemokrasian ekonomi nasional. Ciri-ciri seperti di atas terkandung pula dalam
koperasi, karena itu mengembangkan koperasi dengan sebaik-baiknya sama dengan
mewujudkan dan membina kelangsungan serta perkembangan Demokrasi Ekonomi
dengan sebaik-baiknya pula (Kartasapoetra dkk, 2001).
Kehadiran Koperasi di tengah-tengah masyarakat merupakan ”malaikat
penyelamat” kelangsungan hidupnya, karena Koperasi merupakan wadah yang cocok
bagi mereka yang ekonominya lemah untuk secara bersama-sama, bahu membahu
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
meningkatkan usaha mereka sehingga terjadi peningkatan taraf hidupnya, menuju
kesejahteraan yang telah lama mereka cita-citakan (Kartasapoetra dkk, 2001).
Keberhasilan organisasi Koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi
aktif setiap anggotanya, seorang anggota akan mau berpartisipasi jika mengetahui dengan
jelas tujuan dari organisasi tersebut. Manfaat terhadap dirinya dan cara organisasi dalam
mencapai tujuan oleh karena itu keputusan seseorang untuk masuk menjadi anggota
haruslah didasarkan akan pengetahuan yang memadai tentang manfaat Koperasi agar
anggota Koperasi berkualitas baik, berkemampuan tinggi, dan berwawasan luas. Maka
Pendidikan adalah hal yang mutlak melalui Pendidikan, anggota dipersiapkan dan
dibentuk untuk menjadi anggota yang memahami, menghayati nilai-nilai dan prinsip serta
praktik-praktik Koperasi ( Sitio, dan Tamba, 2001).
Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi. Hal ini berarti bahwa
dalam kegiatannya, koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan
ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu
sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk
kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan
bersama dari para anggotanya. Usaha ini disebut juga usaha atau kegiatan ekonomi.
Kegiatan ekonomi ini meliputi usaha di bidang produksi, konsumsi, distribusi barang-
barang dan usaha pemberian jasa, antara lain usaha simpan pinjam, angkutan, asuransi,
dan perumahan (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Koperasi yang berkembang di Indonesia semenjak tahun 1973 adalah Koperasi
Unit Desa ( KUD ) dan pada tahun 1996 berkembang pesat menjadi 9.226 unit, begitu
juga dengan Credit Union ( CU ) yang didirikan awal 1970, juga berkembang yang
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
meliputi jumlah simpanan, jumlah kekayaan per CU dan per anggota, 24 tahun kemudian
atau pada tahun 1994 keadaan CU semakin membaik dan berkembang secara pesat
(Ginting, 1999).
Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam merupakan koperasi yang bergerak
dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk kemudian dipinjamkan
kembali kepada anggota-anggotanya, yang memerlukan bantuan modal, di samping
bertujuan untuk mendidik anggotany agar bersikap hemat serta gemar menabung.
Koperasi kredit biasanya bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan
para rentenir (Baswir, 1997).
Koperasi Kredit ini muncul pada kelompok orang yang bergabung dalam pra
Koperasi, mereka mempunyai ikatan pemersatu (Comunion Bond) yang berdasarkan
pada kesamaan kebutuhan yang dirasakan bersama (felt need) melalui kesepakatan
bersama mengerahkan modal bersama terutama yang berasal dari simpanan untuk
dipinjamkan diantara sesama mereka dengan tingkatan bunga yang memadai sesuai
dengan konsensus yang bersama pula. Pinjaman yang diberikan dapat bertujuan untuk
keperluan darurat, produktif dan kesejahteraan anggota peminjam ( Mutis, 1992 ).
Dasar penjenisan koperasi Indonesia adalah kebutuhan dari dan maksud untuk
efisiensi suatu golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas dan
kepentingan ekonominya, misalnya koperasi yang bersifat khusus, bursa kepentingan dan
perkembangan daerah kerja serta menjamin efisiensi ekonomi koperasi yang
bersangkutan juga demi ketertiban, diusahakan hanya 1 koperasi yang setingkat dan
sejenis untuk satu daerah kerja (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Berbagai jenis koperasi lahir dan seirama dengan aneka jenis usaha untuk
memperbaiki kehidupan. Secara garis besar, jenis koperasi yang ada dapat kita bagi
menjadi 5 golongan, yaitu Koperasi Konsumsi, Koperasi Kredit, Koperasi Produksi,
Koperasi Jasa dan Koperasi Serba Usaha (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Koperasi Kredit didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-
anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan ongkos (bunga) yang
ringan. Itulah sebabnya Koperasi ini disebut dengan Koperasi Kredit. Fungsi pinjaman di
dalam Koperasi adalah sesuai dengan tujuan-tujuan koperasi pada umumnya, yaitu untuk
memperbaiki kehidupan para anggotanya. Misalnya: Dengan pinjaman itu seorang petani
dapat membeli pupuk, benih unggul, pacul dan alat-alat pertanian lainnya yang akan
membantu meningkatkan hasil usaha taninya. Hal ini berarti akan membantu menaikkan
pendapatannya. Pendapatan yang bertambah berarti memperbaiki kehidupannya
(Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Dalam memberikan pelayanan-pelayanan itu, pengurus Koperasi Kredit selalu
berusaha supaya ongkos (bunga) ditetapkan serendah mungkin agar dirasakan ringan oleh
para anggotanya. Selain itu, pengurus Koperasi harus memperhatikan agar pinjaman itu
betul-betul digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Koperasi Kredit ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan
modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus menerus untuk
kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat
untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Contohnya adalah unit-unit simpan pinjam
dalam KUD, KSU, Credit Union, Bukopin, Bank Koperasi Pasar dan lain-lain.
Tujuan Koperasi Kredit adalah :
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
1. Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan dengan
syarat-syarat yang ringan.
2. Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur sehingga
membentuk modal sendiri.
3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan
mereka.
4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.
Koperasi ini bekerja hanya pada satu lapangan usaha saja. Koperasi ini hanya
menyimpan uang, menyediakan dan mengusahakan pinjaman atau kredit bagi anggota-
anggotanya saja. Jadi koperasi ini hanya bergerak di lapangan kredit dan simpan pinjam.
Koperasi ini bekerja atas dasar spesialisasi, yakni di bidang perkreditan dan simpan
pinjam. Koperasi ini memakai sistem single purpose (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Kegiatan koperasi kredit, baik secara teoritis maupun empiris, terbukti
mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat
struktur pasar keuangan yang sangat tidak sempurna, terutama jika menyangkut masalah
informasi. Bagi koperasi kredit, keterbukaan perdagangan dan aliran modal yang keluar
masuk akan merupakan kehadiran pesaing baru terhadap pasar keuangan, namun tetap
tidak dapat menjangkau para anggota koperasi. Apabila koperasi kredit mempunyai
jaringan yang luas dan menutup usahanya hanya untuk pelayanan anggota saja, maka
segmentasi ini akan sulit ditembus pesaing baru. Bagi koperasi-koperasi kredit di negara
berkembang, adanya globalisasi ekonomi dunia akan merupakan peluang untuk
mengadakan kerjasama dengan koperasi kredit di negara maju dalam membangun sistem
perkreditan melalui koperasi. Koperasi kredit atau simpan pinjam di masa mendatang
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
akan menjadi pilar kekuatan sekitar koperasi yang perlu diikuti oleh dukungan lainnya
seperti sistem pengawasan dan jaminan (Harsoyo, dkk, 2005).
Melalui koperasi, akses petani terhadap fasilitas kredit dan fasilitas lainnya dapat
ditingkatkan, sehingga permodalan mereka akan semakin kuat. Beberapa komoditas
hortikultura seperti buah-buahan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
komoditas lainnya. Perbedaan tersebut dapat terkait dengan ketentuan skim yang berlaku.
Agribisnis buah-buahan adalah investasi jangka panjang, oleh karena itu, wajar apabila
skim kredit buah-buahan lebih lunak dari skim kredit komoditas lainnya (Anwar, 1999).
Credit Union di Indonesia pada waktu pendiriannya awal tahun 1970, berhasil
mendapat dukungan politik sekalipun tampil diluar kerangka kebijaksanaan pemerintah,
yang pada waktu itu mengutamakan pembentikan koperasi pedesaan dalam satuan
wilayah kecamatan mulanya bernama BUUD dan kemudian KUD. Sebagaimana
perkembangan CU yang secara pesat juga terjadi di Indonesia: jumlah simpanan, jumlah
kekayaan per CU dan per anggota adalah rendah tetapi 24 tahun kemudian keadaan telah
berubah. Pada tahun 1994 simpanan CU 41,5 miliar rupiah lebih yaitu rata-rata Rp.
192.000/ anggota dan kekayaan CU hampir 64 miliar yaitu rata-rata Rp. 294.000/anggota
(Ginting, 1999).
Sebagai masyarakat koperasi, CU diorganiser oleh sekelompok orang untuk
melayani anggotanya dengan pelayanan utama : 1). Akumulasi modal dari akumulasi
simpanan yang mudah dan menyenangkan, 2). Sumber pinjaman dengan bunga normal
dan 3). Kegiatan pendidikan dimana anggota dididik mengatur dan mengontrol uangnya.
CU sebagai masyarakat koperasi yang terorganiser diantara sekelompok orang dengan
satu ikatan pemersatu (common bond of interest) dan beroperasi berdasarkan peraturan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
tertentu, meningkatkan sikap hemat dari anggotanya, menciptakan sumber kredit untuk
kegunaan usaha yang produktif dan cermat, mendidik anggotanya menggunakan uang
secara bijaksana dan melaksanakan training teknik operasi (Ginting, 1999).
Akhir-akhir ini Koperasi Kredit di Sumatera Utara mampu menjadi idola bagi
masyarakat. Dalam perkembangannya masyarakat melihat bahwa program dan
konsentrasi Kopdit terhadap masyarakat ekonomi lemah cukup berhasil. Terutama setelah
krisis moneter 1998, pertumbuhan keanggotaan dan aset Kopdit di Sumut sangat
signifikan. Data Statistik akhir Desember 2004 sebanyak 88 Kopdit binaan Puskopdit
dengan anggota 83.027 orang, aset keseluruhan Rp. 147.903.126114 (hampir Rp.148
milyar). Ini merupakan prestasi seluruh Koperasi Kredit di Sumatera Utara atas kerja
keras melalui pendidikan, pelatihan, pembinaan dan penyuluhan secara terencana dan
berkesinambungan (Prawirokusumo, 2001).
Berkat keberhasilan pendidikan Kopdit, simpanan anggota tahun demi tahun pada
Kopdit semakin banyak, bahkan beberapa Kopdit primer mempunyai anggota yang
simpanannya di atas Rp.50 juta. Demikian halnya dengan pinjaman yang sebelumnya
hanya Rp.500 ribu s/d Rp.1 juta, kini Kopdit telah mampu memberikan pinjaman di atas
Rp.50 juta hingga diatas Rp.100 juta. Pinjaman itu diberikan melalui pengamatan Kopdit
atas keberhasilan dan kemampuan anggota mengembalikan (Prawirokusumo, 2001).
Landasan Teori
Kebutuhan kolektif untuk memperbaiki ekonomi secara mandiri, masyarakat yang
sadar terhadap kebutuhan untuk memperbaiki diri, meningkatkan kesejahteraan dan
mengembangkan diri secara mandiri merupakan prasyarat bagi keberadaan koperasi.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Kesadaran ini akan menjadi motivasi utama bagi pendirian koperasi dari bawah (bottom
up). Faktor kuncinya adalah kesadaran kolektif dan kemandirian. Masyarakat harus
memahami kemampuan yang ada pada diri mereka sendiri sebagai modal awal untuk
mengembangkan diri. Faktor eksternal dapat diperlakukan sebagai penunjang akan
komplemen bagi kemampuan sendiri (Harsoyo, dkk., 2005).
Faktor pembeda koperasi dengan lembaga usaha lain terletak pada nilai-nilai dan
prinsip yang tidak dikembangkan secara sadar dalam organisasi lain. Pemahaman
terhadap nilai-nilai koperasi: keterbukaan, demokrasi, partisipasi, kemandirian,
kerjasama, pendidikan dan kepedulian pada masyarakat; seharusnya merupakan pilar
utama dalam perkembangan suatu koperasi. Pada tatanan selanjutnya, nilai dan prinsip itu
menjadi faktor penentu keberhasilan koperasi (Harsoyo, dkk., 2005).
Hal ini secara khusus mengacu pada pemahaman anggota dan masyarakat akan
perbedaan hak dan kewajiban serta manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi
anggota atau tidak menjadi anggota. Jika terdapat kejelasan atas keanggotaan koperasi
dan manfaat yang akan diterima anggota yang tidak dapat diterima oleh non anggota
maka akan ada insentif untuk menjadi anggota koperasi. Hal ini akan menumbuhkan
kesadaran kolektif dan loyalitas anggota kepada organisasinya (Harsoyo, dkk., 2005).
Koperasi ini akan menjadi eksis jika mampu mengembangkan kegiatan usaha, yaitu :
1. Luwes (flexible) sesuai dengan kepentingan anggota;
2. Berorientasi pada pemberian pelayanan bagi anggota;
3. Berkembang sejalan dengan perkembangan usaha anggota;
4. Biaya transaksi antara koperasi dan anggota mampu ditekan lebih kecil dari biaya
transaksi non koperasi, dan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
5. Mampu mengembangkan modal yang ada di dalam kegiatan koperasi dan anggota
sendiri.
(Harsoyo, dkk., 2005)
Kegiatan usaha yang dikembangkan koperasi pada prinsipnya berkaitan dengan
kepentingan anggota. Indikator utama keberhasilan kegiatan usaha tersebut adalah
perkembangan usaha anggota yang sejalan dengan perkembangan usaha koperasi. Oleh
sebab itu, jenis usaha koperasi tidak dapat diseragamkan untuk setiap koperasi. Biaya
transaksi yang dikeluarkan anggota koperasi dalam melakukan kegiatan usaha harus
efisien. Hal ini akan menjadi penentu eksistensi koperasi dan keanggotaan koperasi
memang memberikan manfaat bisnis atau tidak. Produktivitas modal koperasi harus lebih
besar dibandingkan lembaga lain (Harsoyo, dkk., 2005).
Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan lemahnya lembaga koperasi yaitu nilai lebih dari perputaran modal dalam
”sistem” koperasi ternyata lebih banyak diterima oleh lembaga-lembaga diluar koperasi
dan anggotanya. Hal ini merupakan salah satu catatan penting yang harus diperhatikan
sebagai akibat dari sistem perbankan yang sentralistik seperti yang dianut saat ini. Salah
satu strategi dasar yang harus dikembangkan oleh koperasi adalah untuk mengembangkan
kegiatan usaha anggota dan koperasi dalam satu kesatuan pengelolaan (Harsoyo, dkk.,
2005).
Peranan koperasi dalam meningkatkan produksi mewujudkan pendapatan yang
adil dan kemakmuran yang merata. Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya
tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan
kerjasama, memiliki kegairahan kerja dan mentaati segala ketentuan dan garis kebijakan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
yang telah ditetapkan rapat anggota. Dengan demikian, usaha meningkatkan taraf hidup
mereka tergantung dari aktivitas mereka sendiri (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Eksistensi beberapa koperasi telah dirasakan peran dan manfaatnya bagi
masyarakat Indonesia, meskipun derajat dan intensitasnya berbeda. Minimal terdapat 3
tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat Indonesia. Pertama, koperasi
dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu, dan
kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kedua, koperasi telah menjadi
alternatif bagi lembaga usaha lain. Ketiga, koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh
anggotanya. Berdasarkan ketiga hal diatas, maka wujud peran yang diharapkan
sebenarnya yaitu menjadi organisasi milik anggota sekaligus menjadi alternatif yang
lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Credit Union (lazim disebut CU) merupakan salah satu tiang perekonomian dalam
rangka pengentasan kemiskinan, sebab dalam kegiatan yang terdapat dalam CU tersebut
adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga model CU sangat cocok
dikembangkan. Untuk itu potensi keberadaan CU saat ini harus dikembangkan dan
pemerintah harus melihat keberadaan CU menjadi suatu model dalam pengentasan
kemiskinan (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Sumber Daya Manusia yang bermutu adalag aset pembangunan pertanian.
Peningkatan mutu SDM dapat melalui pendidikan nonformal seperti penyuluhan,
pelatihan, pembinaan dan bimbingan oleh dinas-dinas yang bersangkutan, untuk
pendidikan informal dapat diterima masyarakat dari media massa.diharapkan adanya
kegiatan pendidikan masyarakat dapat meratakan kesempatan pada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan (Slamet, 2003).
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Pada masa yang akan datang, masyarakat masih membutuhkan layanan usaha
koperasi. Kebutuhan tersebut didasari oleh beberapa alasan pokok, yaitu :
1) Koperasi dapat meningkatkan kekuatan tawar menawar (bargaining position) para
anggota karena hal ini yang menjadi dasar pemikiran ekonomi pada saat mendirikan
koperasi;
2) Koperasi dapat meningkatkan skala usaha bersama;
3) Koperasi dapat menyelenggarakan pelayanan yang selama ini tidak ada;
4) Koperasi dapat mengembangkan kegiatan lanjutan;
5) Koperasi memberikan peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu (yang
tidak berkaitan dengan usaha anggota);
6) Koperasi memungkinkan para anggota memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak
lain.
(Anoraga dan Widiyanti, 1993).
Struktur organisasi CU yang semula secara nasional adalah CUCO (Credit Union
Council Office) didampingi oleh Dewan penyantun berkembang dengan terbentuknya
Badan Koordinasi Nasional Koperasi Kredit (BKNKK) pada tahun 1980. Pada saat
terkhir ini, organisasi CU berdasarkan tingkatannya terdiri dari Badan Koordinasi
Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) di tingkat nasional yang dikembangkan menjadi induk
Koperasi Kredit (Inkopdit) dan mengkoordinir Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah
(BK3D) di daerah tingkat I (ada 26 BK3D seluruh Indonesia) yang dikembangkan
menjadi Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) pelaksana antar CU (interlending)
membawahi wilayah koordinator di daerah tingkat II yang mengkoordinir kegiatan CU
(Ginting, 1999).
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Di tingkat unit CU,organisasi terdiri dari Dewan Pimpinan/ Pengurus: Ketua,
sekretaris dan bendahara, Badan Pemeriksa terdiri dari: Ketua, Panelis dan anggota.
Panitia-panitia (panitia kredit, panitia pendidikan dll) terdiri dari: Ketua, Sekretaris dan
Anggota dan penasehat atau pelindung, dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Gambar 2.1 Struktur Organisasi CU
(Ginting, 1999)
Sesuai dengan visi, misi, falsafah, asas dan prinsip-prinsip Credit union yang
dimiliki, CU mempunyai fungsi dan peran sebagai berikut:
Rapat Umum Anggota
Dewan Penasehat
Badan Pengurus Dewan Pimpinan
Panitia Kredit
Dewan Pendidikan
Badan Pemeriksa
Panitia Lain-lain
Manager/ Staff
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
a. Membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi anggota credit union
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosial.
b. Berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian anggota dan masyarakat sebagai usaha dasar kekuatan
dan ketahanan perekonomian sosial.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.(Tambunan, 2004)
Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam tergantung dari
permasalahannya. Dalam prakteknya, pengambilan keputusan itu sangat tergantung dari
macam permasalahan yang dihadapinya, namun juga sangat tergantung pada individu
yang membuat keputusan. Dasar umum dalam pengambilan keputusan yaitu:
(1) pengambilan keputusan berdasarkan intuisi,
(2) pengambilan keputusan rasional,
(3) pengambilan keputusan berdasarkan fakta,
(4) pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, dan
(5) pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ( Syamsi, 1989).
Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang
dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan, yaitu sistem pemberian kredit yang
menciptakan suatu sistem pemberian kredit yang sehat dan teratur sehingga benar-benar
digunakan untuk kegiatan usaha. Efektivitas menyangkut kebenaran dalam melakukan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
suatu proses. Seringkali disebut sebagai doing the right thing (Anoraga dan Widiyanti,
1993).
Salah satu ukuran dari keberhasilan satu organisasi adalah efektivitas organisasi
tersebut yaitu sampai dimana tercapainya tujuan organisasi dan besarnya kepuasan para
anggota dalam mencapai tujuan. Semakin sempurna tujuan organisasi atau semakin puas
para anggota dalam mencapai tujuan maka dapat dikatakan organisasi itu semakin efektif.
Yang penting keberhasilan organisasi dari tinjauan efektivitas organisasi harus dilihat
dari segi produktivitas, moral dan kepuasan anggota (Ginting, 1999).
Kerangka Pemikiran
Koperasi sangat penting mengingat tujuan dan fungsinya yaitu memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun perekonomian masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. salah satu koperasi yang
menyediakan usaha simpan pinjam dalam rangka tujuan diatas adalah Credit Union atau
Koperasi Kredit.
Credit Union (CU) merupakan gerakan ekonomi rakyat berdasarkan atas azas
kekeluargaan, bukan untuk perkumpulan modal. CU mempunyai tujuan yang sama, yaitu
meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan masyarakat pada umumnya melalui
pelayanan kebutuhan mereka, memberikan pelayanan yang terbaik tetapi tidak
menambah biaya operasionalnya atau memberikan pelayanan yang terbaik dalam biaya
yang paling efisien.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Dalam kegiatan usahanya, CU juga menjalankan kegiatannya berupa simpan
pinjam dimana kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Maka dalam kegiatan
usahanya ada anggota CU yang berperan serta dalam penggunaan sumber-sumber secara
efektif yang diberikan oleh pemerintah dan untuk memobilisasikan sumber-sumber lokal
setempat dalam proses pembangunan.
Peran serta anggota ini secara menyeluruh dapat merumuskan kebijakan
penetapan keputusan tentang apa yang dilakukan dan keterlibatan mereka dalam
mengawasi jalannya usaha, permodalan usaha, dan menikmati keuntungan-keuntungan
usaha. Petani dalam hal ini sebagai anggota CU menggunakan kredit dan penggunaannya
secara efektif atau tidak pada usaha taninya sehingga dapat meningkatkan pendapatan
dan peningkatan kesejahteraan petani beserta keluarganya. Berdasarkan keterangan di
atas, maka secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Menyatakan hubungan
CREDIT UNION
KEGIATAN CU
ANGGOTA CU
EFEKTIVITAS KREDIT
EFEKTIF TIDAK EFEKTIF
Peranan CU terhadap Usaha Tani
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Lokasi
Daerah penelitian di tentukan secara purposive yaitu secara sengaja di daerah
Kelurahan Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Dengan
pertimbangan bahwa di kelurahan ini terdapat Credit Union (CU) yang memberikan
pinjaman pada petani di kelurahan tersebut.
Metode Pengambilan Sampel
Metode penarikan sampel dilakukan dengan metode Simpel Random Sampling,
yaitu penarikan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Populasi dalam
penelitian ini adalah anggota CU khususnya petani dan responden yang menjadi sampel
adalah anggota CU yang terdapat di Kelurahan Saribu dolok, yaitu CU Cinta Mulia.
Jumlah petani yang menjadi anggota CU Cinta Mulia adalah 61 orang.
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla,1993)
yaitu:
N
1 + Ne2
Keterangan: n = ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Nilai kritis atau batas ketelitian (10%)
n=
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Maka jumlah sampel dari CU Cinta Mulia tersebut yaitu:
61
1 + 61(0,1)2
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di Desa Saribudolok
melalui survey maupun data kuisioner yang sudah disiapkan. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui kantor atau instansi terkait seperti Credit Union (CU) Cinta Mulia dan
kantor camat Silimakuta.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data-data dikumpulkan dengan lengkap. Untuk
menyelesaikan masalah 1, 2, 3, dan 4 digunakan analisis deskriptif dengan melakukan
penyajian hasil pengumpulan informasi tentang kelembagaan Credit Union dan penyajian
hasil pengumpulan informasi dari petani dengan menggunakan tabulasi sederhana.
Untuk masalah 4 digunakan skala untuk menyatakan efektivitas penggunaan kredit
atau pinjaman untuk usaha tani yaitu sebagai berikut:
n=
n=37
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Tabel 1. Skala Efektivitas penggunaan pinjaman untuk usaha tani No Skala Bobot (%)
1 Tidak efektif 0 – 25
2 Kurang Efektif 26 – 50
3 Efektif 51 – 75
4 Sangat Efektif 76 - 100
Adapun tahapan deskriptif yang dilakukan adalah:
1. Tahap Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada saat pelaksanaan tahapan perencanaan adalah sebagai
berikut:
• Formulasi dari permasalahan riset. Pada tahapan ini akan dilakukan penentuan
dari research question yaitu bagaimana peranan keberadaan CU terhadap usaha
tani serta faktor-faktor pengambil keputusan untuk memilih CU dan research
objectives adalah melihat seberapa jauh penggunaan kredit dari CU secara efektif
digunakan.
• Determinasi dari desain riset. Dari langkah sebelumnya, maka bisa ditentukan tipe
dari research yang akan dilakukan yaitu descriptive research dan dapat
menentukan unit analisis yaitu individu dari anggota CU itu sendiri.
• Pemilihan metode pengumpulan data. Setelah desain riset ditentukan, langkah
selanjutnya adalah menentukan metode pengumpulan data yang akan digunakan
dari keempat metode yang ada dan dipilih berdasarkan kesesuaian dari semua
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
faktor yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Berdasarkan semua faktor
tersebut maka pemilihan dari metode pengumpulan data dari riset adalah survey.
2. Tahap Pengambilan Data
Hal-hal yang dilakukan pada saat pelaksanaan tahap pengumpulan data adalah sebagai
berikut: Menentukan mekanisme survey yang akan dilakukan, yaitu wawancara dan
questionnaire (kombinasi). Setelah semua langkah diatas dilakukan maka proses
pelaksanaan pengumpulan data dimulai.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada saat semua data yang dikumpulkan sudah selesai, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan proses pengolahan data. Data kuesioner akan diolah dengan membuat
pengelompokan dari hasil pengumpulan data tersebut serta di visualisasikan dan dilihat
kesesuaiannya dengan hipotesa awal yang ada dan korelasi antara variabel yang ada. Data
hasil wawancara juga akan dilakukan hal serupa.
4. Tahap Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan akan diambil berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada
langkah sebelumnya.
Defenisi dan Batasan Operasional
a. Defenisi
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
1) Credit Union (CU) atau Koperasi Kredit adalah koperasi yang didirikan untuk
memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanyamemperoleh pinjaman
dengan mudah dan dengan ongkos yang ringan.
2) Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari
pemilik kepada pemakai dengan mengharapkan memperoleh keuntungan, kredit
diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberikan terhadap kecakapan
dan kejujuran si peminjam”.
3) Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang
dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan, yaitu sistem pemberian kredit yang
menciptakan suatu sistem pemberian kredit yang sehat dan teratur sehingga benar-
benar digunakan untuk kegiatan usaha.
4) Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh
yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas
utama yang harus dilaksanakan.
5) Petani adalah seseorang yang mengusahakan tanaman sebagai pekerjaan
utamanya.
6) Usaha Tani adalah suatu penataan dimana petani mengolah usaha taninya
berdasarkan tanggapan terhadap faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial;
ekonomi sesuai dengan kemampuan.
b. Batasan Operasional
1) Daerah penelitian adalah Kelurahan Saribudolok, Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
2) Sampel penelitian adalah CU Cinta Mulia dan petani yang menjadi anggota CU
Cinta Mulia di Kelurahan Saribudolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten
Simalungun.
3) Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2009.
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
A.Letak dan Luas Daerah Geografis
Kelurahan Saribu Dolok, Kecamatan Silimakuta terletak 64 km dari Raya,
Ibukota Kabupaten Simalungun. Kelurahan Saribudolok mempunyai luas wilayah 2060
ha (20.600.000 m2) dan berada pada ketinggian 1400 m dpl dengan topografi datar,
bergelombang dan berbukit. Secara administrasi Kelurahan Saribudolok mempunyai
batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Purba
Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Sibangun Meriah
Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Purba Tua
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan pematang Silimakuta
B. Penggunaan lahan
Kelurahan Saribudolok mempunyai luas wilayah 2060 ha (20.600.000 m2).
Penggunaan lahan di kelurahan Saribudolok menurut fungsinya terdiri dari usaha tani
lahan kering, lahan sawah, halaman pekarangan dan lainnya. Jenis lahan terdiri dari tanah
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
andosol, grumusol, latosol, podsoloid merah, kuning,podsoloid coklat kemerahan dan
kekuning-kuningan, yang mmbutuhkan penambahan unsur hara untuk mendapatkan
unsur tanah yang baik.
Gambaran luas wilayah Kelurahan Saribudolok berdasarkan jenis penggunaan
lahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Penggunaan lahan di Kelurahan Saribudolok tahun 2008 No Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Lahan Kering 2030 98,54 2 Lahan Sawah 5 0,24 3 Halaman Pekarangan 15 0,73 4 Lainnya 10 0,49
Jumlah 2060 100,00 Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 2030 ha (98,54 %) penggunaan
lahan di Kelurahan Saribudolok lebih banyak digunakan sebagai lahan kering yaitu untuk
lahan pertanian yang mengusahakan tanaman hortikultura dan tanaman keras seperti
kopi. Mata pencaharian masyarakat kelurahan Saribudolok yang dominan bekerja sebagai
petani dimana dalam satu lahan milik petani terdapat berbagai jenis tanaman hortikultura
yang ditanam.
Lahan seluas 5 ha (0,24) digunakan untuk lahan pertanian sawah (pengairan non
teknis). Lahan pertanian sawah di Kelurahan Saribudolok menggunakan sumber mata air
dari pegunungan sebagai sarana pengairan (irigasi),sehingga masyarakat Kelurahan
Saribudolok belum menggunakan sistem pengairan teknis.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Lahan seluas 15 ha (0,73) dan 10 ha (0,49) berfungsi sebagai lahan non pertanian
yaitu digunakan untuk pemukiman penduduk, perkantoran, pertokoan, sekolah dan
pekarangan.
Keadaan penduduk
Penduduk Kelurahan Saribudolok berjumlah 6536 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga 1365 KK. Jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 3280 jiwa (50,18%) dan
jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 3256 jiwa (49,82%).
Penduduk di Kelurahan Saribudolok memiliki kelompok umur yang bervariasi.
Secara terperinci keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk menurut Usia Kelurahan Saribudolok No Golongan Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 0-14 tahun 2363 36,16 2 15-64 tahun 3965 60,66 3 64+ 208 3,18
Jumlah 6536 100,00 Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan
Saribudolok menurut kelompok umur terdapat pada golongan umur 15-64 tahun yaitu
sebanyak 3965 jiwa (60,66%). Jumlah penduduk terkecil menurut kelompok umur di
Kelurahan Saribudolok terdapat pada golongan umur 64 tahun ke atas yaitu sebanyak 208
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
jiwa (3,18%). Jumlah penduduk pada golongan umur 15-64 tahun merupakan penduduk
yang produktif dan dapat bekerja sehingga dapat menghidupi kebutuhan keluarganya.
Pendidikan merupakan hal utama bagi penduduk untuk dapat mengembangkan
pengetahuan dan Sumber Daya Manusia. Dalam proses pendidikan dapat diperoleh
terapan dari nilai-nilai moral dan etika serta pengetahuan untuk mencapai tujuan
pembangunan. Pendidikan terdiri dari 2 jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan
nonformal. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kelurahan
Saribudolok dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kelurahan Saribudolok
No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)
1 Tidak/ Belum Sekolah 1033 16,26 2 Tidak Tamat SD 1031 16,23 3 Tamat SD 1381 21,74 4 Tamat SLTP 1262 19,86 5 Tamat SLTA 1357 21,36 6 Tamat Diploma I-II 78 1,23 7 Tamat Diploma III 81 1,27 8 Tamat Diploma IV-S1 130 2,05 9 Tamat S2-S3 0 0
Jumlah 6353 100,00 Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk secara formal sangat
bervariasi. Namun distribusi penduduk paling banyak yaitu penduduk pada tingkat
pendidikan SD. Penduduk yang tamat SD dengan jumlah 1381 jiwa (21,74%) dan yang
tidak tamat SD jumlahnya sebanyak 1031 jiwa (16,23 %). Sebahagian besar penduduk
sudah menamatkan pendidikan SMP dan SLTA, dapat dilihat dari jumlah penduduk yang
tamat SMP sebanyak 1262 jiwa (19,86%) tamat SLTA sebanyak 1357 jiwa (21,36%).
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Penduduk yang mengikuti pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi.
Jumlahnya masih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan.
Jumlah penduduk yang mengambil pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi adalah
sebanyak 258 jiwa (4,55%). Jumlah yang tidak/belum sekolah mencapai 1033 jiwa
(16,26%).
Perekonomian Desa
Pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk di kelurahan Saribu dolok
adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk Kelurahan Saribudolok menurut mata
pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian Di Kelurahan Saribu Dolok Tahun 2008
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Petani/ Nelayan 1059 48,09 2 Pedagang 254 11,53 3 Pengusaha Ternak 3 0,14 4 Buruh Tani 415 18,85 5 PNS 471 21,39
Jumlah 2202 100,00 Sumber: BPS Sumatera Utara, Kelurahan Saribu dolok dalam Angka, 2008
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Saribu dolok
mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 1059 jiwa (48,09%).
Penduduk dengan sumber mata pencaharian buruh tani juga mencapai 415 jiwa (18,85%).
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian didominasi oleh sektor pertanian.
Penduduk yang mata pencahariannya sebagai PNS yaitu sebanyak 471 jiwa atau
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
sebanyak 21,39%. Penduduk yang mata pencahariannya pedagang yaitu sebanyak 254
jiwa atau 11,54 %. Penduduk yang menekuni mata pencaharian sebagai peternak paling
sedikit terdapat di Kelurahan Saribudolok yaitu sebanyak 3 jiwa atau 0,14 %. Lembaga
pembiayaan cukup banyak terdapat di daerah ini. Lembaga keuangan meliputi bank dan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ada 4 buah dan lembaga bukan bank ada 4 buah seperti
Credit Union dan koperasi.
Karakteristik Petani Respoden
Karakteristik petani diperoleh dari petani yangmenjadi responden untuk penelitian
ini yaitu petani yang menjadi anggota CU Cinta Mulia sebanyak 37 responden. Adapun
karakteristik petani responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan,
lama bertani, jumlah tanggungan dan luas lahan. Karakteristik petani responden dapat
dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.5. Karakteristik petani responden No. Uraian Satuan Range Rata-rata 1 Luas Lahan Ha 0,08-3 Ha 0,62 2 Umur Tahun 21-72 tahun 40,92 3 Tingkat Pendidikan Tahun 0-16 tahun 11,11 4 Lama Bertani Tahun 1-49 tahun 15,73 5 Jumlah
Tanggungan Jiwa 0-7 jiwa 3,00
Sumber: Data diolah dari Lampiran 1
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa Luas Lahan untuk petani adalah 0,62 Ha dengan
rentang 0,08-3 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden termasuk petani yang
memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk berusaha tani.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Dari tabel juga diketahui bahwa rata-rata umur petani adalah 40,92 tahun dengan
range 21-71 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden masih tergolong pada
usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja potensial untuk mengusahakan usaha
tani nya.
Rata-rata jumlah tanggungan adalah 3 jiwa dengan rentang 0-7 jiwa. Petani masih
mengandalkan tenaga kerja dalam keluarga tapi tergantung pada luas lahan yang dimiliki.
Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka semakin sedikit tenaga kerja dalam
keluarga yang digunakan.
Rata-rata pengalaman bertani petani responden adalah 15,73 tahun dengan range
1-49 tahun.
Tingkat pendidikan yang dijalani oleh petani responden memiliki rata-rata 11,11
tahun dengan range 0-16 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan petani
responden adalah setingkat SLTA.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap petani di Kelurahan Saribudolok Kecamatan
Silimakuta Kabupaten Simalungun dengan jumlah petani responden sebanyak 37 orang.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keberadaan Credit Union sebagai lembaga
pembiayaan terhadap usaha tani.
Profil Credit Union (CU) Cinta Mulia
Koperasi kredit/ Credit Union Cinta Mulia merupakan perintis bertumbuhnya
Koperasi kredit/ CU di sumatera Utara. Pada tanggal 3 Juli 1971 dibentuklah Credit
Union di Budi Mulia oleh para guru/pegawai dan beberapa non guru/ pegawai SMA Budi
mulia yang terkumpul dalam kelompok studi bahasa Inggris dan studi pembangunan. Hal
ini disponsori oleh bapak P. M Sitanggang dan Jaminar Sitorus (kelompok guru/
pegawai). Dua tahun kemudian credit union tersebut dibuka untuk guru/pegawai sekolah
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
lain yang berada dalam satu kompleks yaitu SD, SMP dan STM Cinta Rakyat, dari sejak
itu nama CU Budi Mulia diubah menjadi CU Cinta Mulia.
Pada permulaan tahun 1980-an dibuka juga untuk guru/pegawai perguruan
Katholik serta perguruan lain se-kotamadya Pematang Siantar. Dan keadaan ini
berlangsung hingga akhir tahun 2000. Kelompok inilah merupakan cikal bakal
pembentukan Badan Kordinasi Koperasi Kredit Daerah Sumatera Utara yang sekarang.
Saat ini CU Cinta Mulia memiliki kantor pusat yang bertempat di Jl. Melanton Siregar
No. IA Kodya P. Siantar.
a. Periode Pembentukan Sampai Akhir 2000
Dalam rentang waktu hampir 30 tahun, CU Cinta Mulia tidak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan. Hingga akhir tahun 2000 CU Cinta
Mulia hanya memiliki anggota sebanyak 312 orang dan mengembangkan asetnya Rp.
354.980.883. Pertumbuhan anggota sangat lambat karena alat pemersatu yang sangat
sempit. Kegiatan hanya ada pada sore hari permulaan bulan, setoran simpanan dan
angsuran pinjaman dan lain-lain dilakukan para kolektor di setiap unit sekolah/kerja. CU
Cinta Mulia pada saat itu sudah memiliki badan hukum, yaitu No.
57/BH/KDK/2.14/VIII/99.
b. Periode Tahun 2001 hingga 2002
Pengurus periode 1997/ 2001 mengalokomodir animo masyarakat umum untuk
bergabung dengan credit union. Pada RAT tahun buku 2001 yang dilaksanakan pada
akhir bulan Januari 2002 Kopdit/ CU Cinta Mulia mengembangkan sayapnya mencakup
wilayah Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Sampai menjelang akhir periode kepengurusan 1997-2001, sistem masih
menganut ”Pengurus Pelaksana” dengan merekrut seorang karyawan honor untuk
memperlancar pekerjaan bendahara yang berfungsi sebagai pelaksana transaksi dan
administrasi keuangan, yang lain-lain kegiatan masih dilaksanakan oleh pengurus. Pada
RAT tahun buku 2000 juga diputuskan bahwa sistem manajemen dirintis untuk mengarah
ke profesionalisme paling lambat 1 Juni 2001. Pada RAT tahun buku 2001 yang
dilaksanakan pada akhir Januari 2002, pengurus pertama yaitu periode 2002-2003 terpilih
melalui pemilihan langsung (voting) oleh perwakilan RAT.
Adapun Visi CU Cinta Mulia yaitu:
”CU Cinta Mulia adalah lembaga pemberdayaan anggota/ masyarakat melalui
pelayanan pendidikan dan keuangan yang dikelola berpedoman pada prinsip-prinsip
koperasi dengan menerapkan azas keswadayaan, kesetiakawanan, dan kualitas anggota
berdasarkan Pancasila.”
Misi CU Cinta Mulia didasarkan pada prinsip-prinsip koperasi dimana yang
terkandung di dalamnya adalah filosofi, kerjasama dan nilai-nilai utama mengenai mutu,
keadilan dan saling menolong. Adapun perkembangan anggota dan kredit yang
disalurkan bagi masyarakat CU Cinta Mulia dari tahun 1999 – 2006 dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Anggota dan Kredit yang Disalurkan Tahun 1999 -2006 No Tahun Jumlah Anggota (Orang) Modal (Rp) Saldo Pinjaman (Rp)
1 1999 279 309.415.313 237.274.000
2 2000 312 354.369.590 321.642.000
3 2001 722 569.224.280 662.109.035
4 2002 2.160 1.544.824.452 1.814.807.000
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
5 2003 3.622 3.154.341.330 4.480.202.715
6 2004 6.418 3.357.632.367 10.371.835.007
7 2005 9.285 11.618.377.257 20.326.097.128
8 2006 12.687 17.104.588.268 26.991.403.082
Sumber: CU Cinta Mulia, Buku Pedoman, Tahun 2008
Pertumbuhan anggota yang sangat pesat terjadi mulai tahun 2002 dimana
pertumbuhannya mencapai 199% atau 2 kali lipat dari dari jumlah anggota sebelumnya
yaitu dari 722 orang pada tahun 2001 meningkat menjadi 2.160 orang pada tahun 2002.
Kemudian diikuti dengan tahun-tahun selanjutnya dimana pertumbuhan anggota dapat
meningkat di atas 30 % setiap tahunnya. Perkembangan yang pesat juga terjadi pada
kredit yang disalurkan oleh CU Cinta Mulia, dimana hingga tahun 2006, kredit yang
disalurkan Credit Union Cinta Mulia mencapai Rp. 26.991.403.082.
Credit Union Cinta Mulia adalah koperasi kredit yang bergerak dalam pelayanan
simpan pinjam kepada anggotanya, maka simpanan sangat mempengaruhi kegiatan
mobilisasi modal CU Cinta Mulia. Adapun perkembangan aset CU Cinta Mulia pada
tahun 1999 hingga 2006 yaitu:
Tabel 5.2 Perkembangan Aset CU CINTA MULIA Tahun 1999 – 2006
No Tahun Aset (Rp) Simpanan Saham (Rp)
Simpanan Non Saham (Rp)
Cadangan (Rp)
1 1999 354.980.883 257.301.700 - 10.565.570
2 2000 386.765.717 334.830.990 - 15.483.963
3 2001 783.104.364 563.358.950 26.578.584 30.442.237
4 2002 2.023.962.897 1.515.126.549 295.604.779 10.443.237
5 2003 4.836.162.824 2.945.444.110 1.416.624.273 91.995.748
6 2004 11.918.349.137 5.983.002.690 5.302.148.185 181.395.751
7 2005 23.417.906.449 11.031.479.577 10.192.073.615 393.239.013
8 2006 33.708.906.472 16.388.653.017 14.876.516.469 537.458.433
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Sumber: CU Cinta Mulia, Buku Pedoman, Tahun 2008
Perkembangan aset yang pesat juga terjadi pada tahun 2002, yaitu 158% dari
tahun 2001 atau 1,5 kali lipat dari jumlah aset sebelumnya. Hal ini menunjukkan
kesungguhan dari pengurus untuk mengembangkan dan memperluas pelayanannya
hingga ke masyarakat luar, sehingga masyarakat semakin mempercayai Credit Union
sebagai sebuah lembaga pembiayaan. Hal ini sesuai dengan peran dari Credit Union itu
sendiri yaitu membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi anggota
Credit union untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. Perkembangan CU
Cinta Mulia ini juga terlihat dari tempat pelayanan koperasi kredit (TPK) CU Cinta
Mulia. Tempat Pelayanan CU ini berada di bawah pengawasan komisaris-komisaris
wilayah dan berkembang secara dinamis tergantung kepada perkembangan wilayah
dalam koridor Commond Bond kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.
Jumlah tempat pelayanan koperasi kredit (TPK) CU Cinta Mulia pada tahun ini mencapai
26 TPK yang tersebar di wilayah Kabupaten Simalungun.
c. Struktur Organisasi CU Cinta Mulia
Dalam menjalankan kegiatan suatu badan usaha dibutuhkan struktur organisasi
yang baik agar usahanya berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan tugas dan fungsi,
wewenang dan tanggung jawab yang telah digariskan menurut struktur organisasi yang
ada dalam badan usaha tersebut.
Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai suatu mekanisme formal dengan
mana organisasi tersebut dikelola. Struktur organisasi merupakan kerangka (framework)
pembagian wewenang dan tanggungjawab, tugas dan fungsi dan hak pada bagian
organisasi yang dibentuk dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pada organisasi.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Dengan adanya struktur pada badan usaha akan memudahkan tercapainya tujuan yang
ditetapkan.
Struktur organisasi kopdit/ CU Cinta Mulia dapat dilihat pada gambar berikut ini:
RAPAT ANGGOTA TAHUNAN (RAT)
PENGURUS DEWAN PIMPINAN KETUA WAKIL KETUA SEKRETARIS WAKIL SEKRETARIS 3 ORANG ANGGOTA
BADAN PENGAWAS KETUA SEKRETARIS ANGGOTA
MANAJER
PENGURUS PARIPURNA KOMISARIS-KOMISARIS
WILAYAH
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Gambar 5.1. Struktur organisasi kopdit/ CU Cinta Mulia
Dari struktur organisasi CU Cinta Mulia tersebut dapat diuraikan wewenang,
tanggung jawab,hak dan kewajiban sebagai berikut:
1. Rapat Anggota Tahunan (RAT)
Sesuai dengan UU No. 25 tahun 1992 bahwa setiap Koperasi selambat-lambatnya
melaksanakan Rapat Anggota Tahunan bulan Maret setiap tahun untuk meminta
pertanggungjawaban kegiatan koperasi tahun buku yang akan datang dari pengurus dan
badan pengawas.
Rapat Anggota Tahunan merupakan kegiatan anggota koperasi secara rutin dalam
mengawasi koperasi sekaligus memberi wewenang kepada pengurus untuk menjalankan
usaha koperasi sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditentukan AD/ART dan
keputusan Rapat Anggota Tahunan. RAT juga memberikan wewenang kepada badan
KABID PROMBANG
KABID KEUANGAN
KABID UMUM
KABID KORDINATOR WILAYAH
KEPALA-KEPALA TPK DI WILAYAH
KOMISARIAT
STAFF STAFF STAFF STAFF STAFF
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
pengawas mewakili seluruh anggota untuk melaksanakan pengawasan secara rutin
jalannya kegiatan-kegiatan koperasi.
2. Keanggotaan CU Cinta Mulia
Perkembangan jumlah anggota sangat pesat mulai dari tahun 2002 hingga tahun
2006 mencapai 12.687 orang. Di Saribudolok, jumlah anggota CU Cinta Mulia berkisar
900 orang. Keanggotaan Credit Union ini ada 2 status, yaitu:
a. Anggota biasa yaitu anggota yang telah cukup umur, telah mempunyai hak penuh
untuk mengadakan tindakan hukum, melaksanakan transaksi pelayanan koperasi
sesuai dengan ketentuan peraturan hukum yang berlaku dan berdomisili di wilayah
Commond Bond Credit Union.
b. Anggota luar biasa yaitu anggota yang belum cukup umur melaksanakan tindakan
hukum dan belum dapat mempunyai hak penuh untuk mengadakan transaksi
pelayanan kredit sesuai dengan ketentuan peraturan hukum yang berlaku dan anggota
yang telah cukup umur namun tidak berada dalam wilayah Common Bond.
Untuk menjadi anggota Credit Union Cinta Mulia, harus melaksanakan ketentuan-
ketentuan yaitu:
a. Bertempat tinggal di wilayah Commond Bond (Wilayah Pemersatu) yaitu kota
Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun.
b. Mengajukan permohonan sebagai anggota
c. Mengikuti pendidikan dasar (6 materi) 100% dan lulus yang ditandai dengan
perolehan sertifikat.
d. Membayar kewajiban dasar sesuai dengan UU 45 berlaku:
- Uang Pangkal
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
- Simpanan Pokok
- Simpanan Wajib
Hak-hak Anggota adalah sebagai berikut:
a) Memperoleh pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh CU Cinta Mulia
b) Memperoleh pelayanan keuangan simpan pinjam sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
c) Menyampaikan pendapat sesuai dengan prosedur yang berlaku baik pada RAT
maupun pada hal tertentu
d) Memperoleh hasil keuntungan CU yang disebut Deviden
e) Dipilih dan memilih pengurus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Kewajiban-kewajiban anggota adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan ketentuan-ketentuan pelayanan pendidikan
b. Melaksanakan ketentuan-ketentuan simpan pinjam
c. Melaksanakan kewajiban-kewajiban anggota lainnya
d. Melaksanakan kegiatan RAT sekali setahun
3. Pengurus
Pengurus adalah orang yang menerima mandat wewenang dari anggota setiap
tahun melalui RAT untuk melaksanakan seluruh kegiatan CU Cinta Mulia yang
dipertanggungjawabkannya juga kepada anggota sekali setahun pada anggota melalui
RAT juga.
Pengurus CU Cinta Mulia tidak mempunyai kompensasi gaji tetapi hanya
diberikan reventative sebagai biaya transport bulanan, itulah sebabnya pengurus tidak
mampu melaksanakan kegiatan operasional secara rutinitas. CU Cinta Mulia telah
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
dikelola secara profesional melalui pelayanan anggota dengan sistem manajemen murni.
Pengurus CU Cinta Mulia mengangkat seorang manajer untuk melaksanakan seluruh
kegiatan operasional CU sesuai dengan rambu-rambu yang telah ada demi efektivitas
kegiatannya.
1. Pengurus Paripurna
Yaitu penanggungjawab wilayah-wilayah komisaris yang menerima mandat dari
dewan pimpinan pengurus paripurna yaitu komisaris-komisaris wilayah-wilayah tempat
pelayanan koperasi (TPK). Tempat Pelayanan Kopdit (TPK) CU Cinta Mulia di
Saribudolok sudah berdiri sejak 4 tahun yang lalu walaupun tempat yang berlokasi di
jalan Sudirman Kelurahan Saribudolok tersebut baru ditempati selama 1 tahun. Lokasi
yang strategis yaitu berada di ibukota kecamatan memungkinkan CU Cinta Mulia
mengembangkan tempat pelayanannya hingga anggota-anggota CU juga berasal dari luar
daerah Saribudolok.
4. Badan Pengawas
Badan Pengawas menerima mandat dari anggota melalui RAT dan
bertanggungjawab kepada anggota atas kegiatan pengawasan CU Cinta Mulia. Pengawas
dipilih dari anggota oleh anggota pada RAT. Pengawas tidak dapat diberhentikan
pengurus tetapi Badan Pengawas dapat menskors pengurus menunggu keputusan RAT
apakah diberhentikan atau tidak. Pengawas melaksanakan tugas mengawasi seluruh aspek
kegiatan CU yang terdiri dari:
- Aspek Hukum
- Aspek Organisasi
- Aspek Manajemen
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
- Aspek Keuangan
5. Manajer
Manajer CU Cinta Mulia bertanggungjawab penuh pada seluruh kegiatan
operasional pelayanan. Manajer diangkat oleh Dewan Pimpinan untuk memimpin
organisasi manajemen, Manajer juga disebut Operational Leader. Manajer melaksanakan
tugas operasional yang dilimpahkan Dewan Pimpinan dan harus bertanggungjawab
kepada dewan Pimpinan.
Untuk mencapai tujuan CU, manajer bekerja dengan dibantu beberapa Kepala
Bidang sesuai dengan bidang-bidang kegiatan pelayanan CU, yaitu:
a. Kepala Bidang Prombang
Yaitu yang membidangi kegiatan promosi dan pengembangan CU Cinta Mulia.
Tugas Kabid Prombang yaitu:
a.1 Bidang Grothivitas yaitu tugas untuk pertumbuhan baik keanggotaan, aset, modal,
dan pendapatan.
a.2 Bidang perkembangan yaitu : kualitas keanggotaan dalam pemberdayaan modal
(pinjaman).
a.3 Bidang Diklat (Pendidikan Latihan)
Kepala bidang dibantu beberapa orang staf yaitu staf pertumbuhan, staff
perkreditan dan staff Diklat.
b. Kepala Bidang Keuangan
Kabid Keuangan adalah seorang kepala bidang yang diangkat oleh manajer untuk
membantu dalam bidang keuangan yang bertugas:
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
1) Melaksanakan transaksi pelayanan keuangan terhadap anggota (transaksi masuk,
uang keluar, dan memorial lengkap).
2) Melaksanakan kegiatan siklus akuntansi mulai dari pencatatan hingga pembuatan
laporan.
3) Melaksanakan kegiatan pengawasan keuangan dan pembukuan terhadap TPK-
TPK wilayah komisariat.
4) Dll yang berhubungan dengan keuangan pembukuan.
Untuk memperlancar kegiatan, manajer mengangkat beberapa orang staff keuangan.
c. Kepala Bidang Umum
Kepala Bidang Umum adalah seorang yang diangkat manajer untuk
membantunya melaksanakan tugas:
1. Perencanaan kebutuhan rumah tangga CU Cinta Mulia
2. Melaksanakan penyediaan perlengkapan kantor dan peralatan
3. Melaksanakan surat menyurat
4. Melaksanakan urusan personalia dan organisasi
5. Dll bidang umum.
d. Produk-Produk Pelayanan
Produk-produk pelayanan CU Cinta Mulia bagi anggotanya tetap berdasarkan
AD/ ART yang disesuaikan dengan kebutuhan situasi anggota yaitu:
1. Pendidikan
Pelaksanaan pendidikan CU Cinta Mulia terdiri dari 2 tingkat, yaitu:
a). Pendidikan Dasar sebagai persyaratan sebagai anggota
b). Pendidikan Lanjutan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
- Kepemimpinan dan Kaderisasi
- APBK Lanjutan
- Manajemen Keuangan/ Pengawasan
- Pelatihan-pelatihan
- Keterampilan Khusus
2. Konsultasi
CU Cinta Mulia secara rutin melaksanakan konsultasi mengenai:
a. Ekonomi Keluarga
b. Manajemen Usaha
c. Sosial Budaya
2. Pemupukan Modal (mobilisasi simpanan)
CU Cinta Mulia sama dengan Credit Union yang lain yang mempunyai identitas
yang sah, hidup dalam keswadayaan dan mandiri dalam permodalan dan memupuk modal
melalui mobilisasi simpanan dari anggotanya. Simpanan CU Cinta Mulia ada 2 bagian,
yaitu:
a. Simpanan Saham
b. Simpanan Non Saham
3. Pemberdayaan Modal/Pinjaman
Pemberdayaan modal/ pinjaman pada CU Cinta Mulia merupakan usaha untuk
kepentingan pembangunan manusia melalui pengaktualisasian potensi anggota yang ada
dengan setoran meningkatkan kesejahteraan anggota:
a. Pinjaman darurat
b. Kesejahteraan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
c. Produktif
4. Jasa
Pelayanan jasa dilakukan oleh CU Cinta Mulia sebagai pendukung pelayanan
usaha Simpan pinjam anggota untuk kepentingan kesejahteraan anggota seperti
pembayaran rekening listrik, air dan telepon. Namun pada TPK Kelurahan Saribudolok
belum ada pelayanan jasa selain simpan pinjam anggota.
5. Daperma
Yaitu dana perlindungan bersama yang diperoleh ahli waris anggota jika yang
bersangkutan meninggal dunia, yaitu:
a. Santunan Kematian
b. Dana Perlindungan pinjaman
c. Dana perlindungan Jiwa Kelompok
d. Dana Rawat Inap
e. DLL.
6. Pelayanan Simpanan
Simpanan di Credit Union ini ada 2 jenis, yaitu:
1. Simpanan Saham
Yaitu simpanan yang merupakn tanda anggota sebagai ikut pemilik CU Cinta Mulia.
Simpanan Saham merupakan modal anggota untuk dapat memperoleh hak-haknya
sebagai anggota seperti meminjam, memberikan pendpat, memperoleh deviden,
memperoleh Daperma, dll. Simpanan saham ada 3 macam, yaitu:
a. Simpanan pokok yaitu: modal awal anggota yang dibayar hanya sekali selama
anggota
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
b. Simpanan wajib yaitu: tambahan modal yang wajib disetor setiap bulannya atau
setoran minimal perbulan.
c. Simpanan solidaritas yaitu: tambahan modal yang tidak dibatasi diatas simpanan
wajib.
2. Simpanan Non Saham
Yaitu simpanan yang bukan merupakan modal anggota tetapi simpanan anggota yang
menjadi hutang CU Cinta Mulia kepada anggota yang harus dibayar sesuai dengan
ketentuan simpanan non saham tersebut.
a. Simpanan bunga harian (SIBUHA)
Yaitu simpanan yang dapat disetor dan diambil setiap jam dan hari kerja dengan
bunga harian, bunga dibukukan sekali sbulan yaitu akhir bulan, bunga anuitas.
b. Simpanan sukarela berjangka (SISUKA)
Yaitu simpanan yang pengambilannya dapat dilakukan pada tempo 3, 4, 5, 6 dst bulan
jika diambil sebelum jatuh tempo akan dikenakan sanksi penalti dari bunga.
c. Simpanan Hari tua
Yaitu simpanan kontrak yang akan dicairkan setelah hari tua anggota dengan bunga
tahunan.
d. Simpanan Kuliah
Yaitu simpanan kontrak untuk anak-anak yang akan dicairkan pada jatuh tempo tamat
SLTA, bunga tahunan dan anuitas.
e. Simpanan pelajar
Yaitu simpanan harian anak-anak pelajar yang dapat disetor dan diambil setiap hari
kerja. Bunga harian yang dibukukan setiap akhir bulan.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
‘e. Prosedur Pelayanan Pinjaman CU Cinta Mulia
Waktu Keanggotaan
Anggota dapat mengajukan pinjaman setelah anggota:
a. Mengikuti pendidikan dasar yang ditandai dengan sertifikat
b. Aktif melaksanakan kewajiban selama enam bulandan tidak boleh absen
menyimpan saham selama 6 bulan
c. Menunjukkan etiket baik sebagai anggota
Pengajuan Permohonan Pinjaman
Setiap anggota yang hendak mengajukan permohonan pinjaman lebih dahulu
konsultasi dengan manajemen CU Cinta Mulia karena diharapkan anggota dapat
menggunakan pinjamannya dengan tepat. Pihak CU akan mengkonsultasikan mengenai
TUKKEPPAR yaitu:
1. Tujuan Pinjaman (TU)
Anggota yang bersangkutan dapat menjelaskan bahwa pinjaman yang akan
diperoleh benar-benar mempunyai daya yang positif untuk memberdayakan potensi
keluarga meningkatkan kesejahteraan, kerukunan, keharmonisan dan kesejukan keluarga
dan tidak mengganggu likwiditas operasional CU Cinta Mulia. Tujuan pinjaman yang
dilayani CU Cinta Mulia, jika pinjaman tersebut tidak mngikat leher anggota atau tidak
memeras anggota lain dan orang lain.
Jenis-jenis tujuan pinjaman di CU Cinta Mulia yaitu sebagai berikut:
a. Darurat
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Pinjaman darurat dimksudkan untuk menghindarkan anggota dari pemerasan
orang atau badan yang memperoleh kesempatan dalam kesempitan orang lain karena
kejadian tiba-tiba yang mencelakakan anggota CU Cinta Mulia (pinjaman yang tidak
direncanakan. Pinjaman darurat hanya berjangka waktu 1 bulan. Pelayanan pinjaman
darurat dapat dilaksanakan 24 jam disesuaikan dengan keadaan likwiditas keuangan CU
Cinta Mulia. Contoh pinjaman darurat yaitu untuk kepentingan melahirkan/operasi besar,
bluding, kecelakaan dan lain-lain.
b. Pinjaman Produktif
Tujuan pinjaman produktif merupakan sasaran pemberdayaan modal CU karena
mengarah pada pemanfaatan potensi yang ada pada diri anggota yang sebelumnya tidak
teraktualisasi. Pemohon pinjaman produktif harus dapat memberikan rencana dan
anggaran penggunaan modal sendiri ditambah uang yang diterima dari CU Cinta Mulia
secara transparan dalam tulisan dan lisan (proposal). Proposal yang dibuat jujur, tidak
fiktif tetapi yang sebenarnya, realistis dan akurat.
Contoh pinjaman produktif yaitu untuk kebutuhan dagang, industri rumah tangga, usaha
jasa pelayanan, dan usaha pertanian.
c. Pinjaman Kesejahteraan
Pinjaman Kesejahteraan dimaksud adalah pinjaman yang tidak mengakibatkan
pertambahan nilai uang dari pinjaman tersebut pada umumnya pinjaman ini konsumtif,
sehingga pinjaman ini sering menjadi permasalahan bagi anggota karena mengakibatkan
pengurangan penghasilan untuk kebutuhan keluarga itu sendiri. Pinjaman kesejahteraan
atau konsumtif dilayani hanya paling besar lima kali saham dengan jangka waktu paling
lama 24 bulan dan tidak mengganggu kebutuhan primer (utama) keluarga.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Contoh Pinjaman Kesejahteraan adalah sebagai berikut:
- Bangunan rumah tinggal
- Alat-alat perlengkapan rumah tangga
- Sewa rumah
- Transport keluarga
- Pesta (sosial budaya)
- Kunjungan Keluarga
- Biaya perobatan
- Dll
d. Pinjaman Pendidikan Anak
CU Cinta Mulia menjadwalkan pada bulan Juni, Juli dan Agustus merupakan
prioritas pelayanan pinjaman untuk kepentingan pendidikan anak. Pinjaman ini
diprioritaskan untuk menghindarkan anggota dari himpitan pinjaman yang berbunga
besar dari pihak lain,serta pengembangan sumber daya anak anggota melalui pendidikan.
Pinjaman untuk pendidikan anak hanya dilayani sebatas sebesar 5 kali saham dalam
jangka waktu 12 bulan. Hal ini dilaksanakan karena kebutuhan tahun berikutnya harus
dipikirkan dan diharapkan pinjaman ini kemudian hari tidak ada lagi, karena dapat
dipenuhi produktivitas anggota melalui pemanfaatan potensi ekonomi anggota.
2. Kerajinan (K)
Kerajinan merupakan salah satu alat Credit Union untuk melatih anggota-
anggotanya menata kehidupan keluarganya masa sekarang atau masa depan,
mendisiplinkan anggota, mengenal diri, merubah kebiasaan-kebiasaan indisipliner yang
lama, dapat mengendalikan diri dari yang tidak baik demi hidup menjadi lebih baik untuk
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
keluarganya. Kerajinan mendidik anggota tetap mengingatkan waktu, pekerjaan,
kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani, kewajiban, hak yang benar dan jujur. Anggota
yang selama 6 bulan benar-benar tidak pernah lupa kewajibannya untuk menabung
simpanan wajib, solidaritas, demikian juga dengan anggota lama, kerajinan menabung
merupakan alat informasi untuk melayani pinjamannya. Anggota yang tidak mengikuti
ketentuan disiplin menabung dan mengangsur pinjaman dan bunga pinjaman akan
mmpengaruhi likwiditas atau kelancaran pelayanan anggota dan pelaksanaan kegiatan
operasional CU Cinta Mulia, karena pelayanan anggota oleh manajemen bersumber dari
disiplin anggota memenuhi kewajibannya.
3. Kemampuan Membayar (KE)
Konsultasi kemampuan anggota untuk mengangsur dan membayar bunga
pinjaman memerlukan perhitungan yang mapan terutama jika dikitkan dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Keluarga (APBK). Konsultasi kemampuan membayar juga
sangat berhubungan dengan Tujuan Pinjaman. Jika pinjaman tersebut bertujuan produktif
maka konsultasi kemampuan membayar akan dikaitkan dengan kemampuan hasil usaha
pembayaran cicilan dan bunga utang setelah mengadakan perhitungan program kerja
usaha anggota dan anggaran usaha tersebut, yaitu berapa dari hasil usaha anggota yang
dapat disisihkan untuk pembayaran pinjaman dari CU Cinta Mulia.
4. Prestasi (P)
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Evaluasi terhadap prestasi menabung oleh anggota merupakan salah satu unsur
penentuan pinjaman anggota. Konsultasi tentang prestasi dilihat dari simpanan solidaritas
anggota yang bersangkutan,dihubungkan dengan ekonomi keluarganya. Prestasi angguta
juga dapat dilihat dari segi mengangsur pinjaman, apakah mempercepat waktu perjanjian
atau tidak yang juga dikaitkan dengan keadaan keuangan usaha anggota dan usaha
anggota itu sendiri.
5. Partisipasi (PAR)
CU Cinta Mulia adalah lembaga keuangan publik yang dimiliki oleh seluruh
anggota yang telah lebih dahulu mengikuti pendidikan sebagai pemilik sesuai dengan
struktur organisasi CU Cinta Mulia bahwa kekuatan tertinggi berada pada anggota.
Anggota CU Cinta Mulia sebaiknya sadar bahwa maju mundurnya CU Cinta Mulia besar
kaitannya dengan partisipasi anggota mendukung kegiatan, memberikan saran,
mengawasi, mengikuti kegiatan-kegiatan Credit Union seperti RAT, pendidikan,
pertemuan, konsultasi, dll.
Pencairan Pinjaman
Setiap anggota yang telah konsultasi berkas menerima secara tunai pada saat
pinjaman telah disetujui. Permohonan pinjaman yang telah diputuskan/ disetujui manajer
dan pengurus prinsipnya dapat dicairkan secara tunai/ kas melalui:
a. Penyelesaian Surat Perjanjian
- Jika pinjaman dalam skala Rp 10.000.000 ke atas melalui perjanjian notaris
- Jika pinjaman dibawah Rp 10.000.000, menggunakan perjanjian dengan CU Cinta
Mulia
b. Penyelesaian Bukti keuangan
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
- Slip uang keluar sebesar nominal pinjaman dikurangi provisi dan materai
- Jika ada sisa pinjaman lama,maka harus ada slip uang masuk untuk potongan
langsung dari pinjaman baru
c. Pencairan secara tunai/ kas oleh kasir atau manajer kepada anggota
- Jika kas memungkinkan pada hari itu juga dapat dicairkan
- Jika kas tidak memungkinkan anggota harus sabar menunggu hingga keadaan kas
diijinkan.
d. Pencairan Berkala
Jika anggota menginginkan pencairan berkala sesuai dengan tujuan pinjaman
dalam rangka menghindari uang diam di tangan anggota (adle money) yang
menimbulkan beban bunga anggota yang bersangkutan dapat dilayani manajemen dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Jumlah pinjaman yang cair pada bulan bersangkutan akan berbunga bulan tersebut
dan bulan berikutnya hanya membayar bunga.
- Anggota mengangsur setelah satu bulan pencairan pinjaman diberikan seluruhnya.
- Setiap pencairan pinjaman harus dipotong provisi pinjaman langsung dalam slip
pengeluaran.
Besar Pinjaman
Besar pinjaman yang diperoleh anggota Credit Union sesuai dengan:
a. Jika tujuan (TU) adalah kesejahteraan maka besar pinjaman adalah maksimal 5
kali saham.
b. Jika tujuan (TU) adalah produktif maka besar pinjaman sesuai dengan proposal
kebutuhan.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
c. Jika tujuan (TU) adalah darurat maka besar pinjaman disesuaikan dengan
kebutuhan.
Lama Pinjaman
a. Pinjaman kesejahteraan paling lama untuk 24 bulan disesuaikan dengan APBK.
b. Pinjaman produktif disesuaikan dengan profitabilitas atau keuntungan proposal yang
diajukan.
c. Pinjaman Khusus
- Perumahan paling lama 60 bulan
- Pinjam kontrak pertanian paling lama 5 bulan
- Pinjaman kontraktor paling lama 4 bulan
Angsuran Pinjaman
a) Angsuran pinjaman bulanan yaitu besarnya jumlah pinjaman dibagi lama bulan
pinjaman, dibayar setiap bulan pada tanggal jatuh tempo dan jika terlambat akan
didenda 5 % dari jumlah angsuran.
b) Jika kontrak maka angsuran pinjaman dibayar sekaligus pada tanggal jatuh tempo
kontrak, jika terlambat akan dikenakan denda 5 % dari nominal pinjaman.
Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman dikenakan 2,5 % dari saldo pinjaman atau dengan sistem IOB
(Interest Over Balance), yaitu sistem bunga menurun. Jika bunga tertunggak juga
dikenakan denda 5% dari tertunggak.
Sanksi Pinjaman/ Kredit Macet
Penagih pinjaman kepada anggota yang telah dilayani meminjam adalah sistem:
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
a. Jemput bola, yaitu untuk pinjaman yang dalam perjanjian membayar harus langsung
ditagih oleh staff lapangan ke tempat bekerja, ini biasa dilakukan kepada anggota
bekerja sebagai petugas.
b. Tunggu Bola, yaitu jika tidak datang pada jatuh tempo setelah dua kali akan dijemput
dengan sanksi denda 5 % dari angsuran.
Untuk pinjaman bermasalah diselesaikan melalui tim penegndalian pinjaman. Jika
pinjaman bermasalah timbul karena kegagalan usaha maka tim akan mengadakan analisa
prospek proposal usaha. Jika memberikan prospek dapat menanggulangi pinjaman
bermasalah maka akan ditindak lanjuti dengan baru. Jika pinjaman bermasalah timbul
karena kesengajaan dan kebandelan anggota maka akan diajukan melalui jalur hukum.
Jika anggota meninggal dunia dan yang bersangkutan masih mempunyai saldo utang,
saldo utang tersebut tetap akan lunas dibayar oleh Badan Daperma Puskopdit Indonesia.
Peranan Keberadaan Credit Union Cinta Mulia terhadap petani a. Sebagai lembaga penyimpanan uang
CU Cinta Mulia hanya bergerak dalam sistem simpan pinjam, yaitu memberikan
kesempatan kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan
dengan ongkos (bunga) yang ringan. Hal ini dilakukan dengan mewajibkan dan
menggiatkan anggota untuk menyimpan pada credit union secara teratur dalam rangka
membangun permodalan kuat dan sehat.
Simpanan di dalam Credit Union dibuat dalam bentuk saham dan pembayarannya
dapat dilakukan oleh anggota baik secara penuh sekaligus maupun angsuran. Uang saham
di dalam Credit Union dapat ditarik kembali baik seluruhnya ataupun sebagian oleh
anggota pemilik saham. Namun untuk itu ada persyaratan tertentu, dimana anggota harus
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
memberitahukan dahulu kepada bendahara CU. Bagi anggota yang berumur 75 tahun
atau lebih hanya diperkenankan untuk menyimpan dan tidak diperkenankan untuk
meminjam. Hal ini dikarenakan faktor usia dan pertanggungjawaban dalam
mengembalikan pinjaman.
CU sebagai praktek nyata dari ekonomi kerakyatan memegang prinsip-prinsip
keterbukaan, keadilan sosial dan belajar tidak membedakan pelayanan pada para
anggotanya. Setiap anggota berhak atas pelayanan yang disediakan. Ini yang
membedakan CU dengan lembaga keuangan lainnya. Sehingga dalam 1 keluarga petani
ada 1 atau 2 anggota keluarga yang menjadi anggota CU yaitu suami atau istri, atau
keduanya atau bahkan anak menjadi anggota CU. Keanggotaan ini sangat membantu
petani dalam menggunakan hak mereka untuk meminjam. Dari beberapa responden juga
didapati bahwa ada petani yang menjadi anggota dua CU atau lebih.
b. Sebagai lembaga peminjaman modal bagi anggota
Adapun peranan yang diberikan oleh Credit Union adalah dalam bentuk kredit atau
pinjaman yang dapat membantu mencukupi kebutuhan usaha tani mereka. Tersedianya
modal dalam menjalankan usaha tani memberikan potensi yang lebih besar dalam
mengembangkan usaha taninya. Dari 37 responden, sebanyak 35 orang (94,59%)
menyatakan bahwa Credit Union memiliki peranan dalam usaha tani mereka, sedangkan
2 orang (5,41) menyatakan Credit Union belum berperan sama sekali.
Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan
pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan
pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang-kadang dalam waktu
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
yang sangat mendesak sebelum panen tiba (Mubyarto, 1989: 35). Penciptaan modal
untuk petani dapat dilakukan dengan menyisihkan kekayaan (menabung), akan tetapi
pada umumnya petani jarang memiliki kapital tinggi. Hal ini mengakibatkan investasi
untuk usahatani selanjutnya sangatlah kecil karena akumulasi modal sangatlah sulit untuk
dilakukan.
Perputaran modal biasanya dilakukan dengan merotasikan tanaman. Tanaman yang
cepat panen seperti kol lebih dahulu ditanam. Setelah panen, pendapatannya digunakan
untuk usaha tani berikutnya dengan tanaman yang berbeda. Namun sekarang petani
dapat menanam 2 atau 3 jenis tanaman sekaligus pada waktu yang bersamaan dengan
menggunakan pinjaman dari CU Cinta Mulia. Pinjaman dari Credit Union sebagai salah
satu syarat pelancar dalam pembangunan pertanian berfungsi untuk mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan pertanian, karena tanpa adanya pinjaman,
pertumbuhan ekonomi dalam bidang pertanian akan berjalan lambat.
Perkembangan pelayanan Credit Union memberikan peluang bagi petani untuk
mengembangkan usahanya. Dilihat dari skala usaha petani pada lampiran 3, 56 % petani
yang memperoleh pinjaman mengembangkan usahanya. Sebanyak 92,86 % petani
responden menanam lebih dari 1 jenis tanaman. Petani yang memperoleh pinjaman lebih
banyak menanam dengan berbagai varietas tanaman hortikultura seperti tomat, cabe,
jipang, kentang, kol dan buncis. Mereka juga mengusahakan tanaman keras lainnya
seperti kopi dan palawija seperti jagung. Di samping itu, 14,28% petani mengembangkan
usaha lainnya yaitu pembuatan kilang padi berjalan dan usaha kios. Bila dibandingkan
dengan petani yang belum meminjam dan petani yang tidak menggunakan pinjaman
untuk usaha taninya, 30,43% petani masih mengusahakan 1 jenis tanaman dan tidak
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
berniat untuk mengembangkan usahanya dikarenakan faktor usia dan luas lahan yang
terbatas.
Konsep CU adalah masyarakat yang menjadi anggota membayar iuran wajib,
simpanan pokok, dan menabung. Tabungan itu akan menjadi jaminan untuk meminjam
dalam jumlah yang masih wajar. Harapan dari CU itu sendiri adalah bisa dimiliki oleh
masyarakat karena basis CU betul-betul masyarakat ke bawah. Keberadaan CU sebagai
koperasi kredit yang bergerak di bidang simpan pinjam juga memberikan pengaruh nyata
bagi kehidupan petani beserta keluarganya.
Dalam aktivitas petani, CU tidak hanya dipandang sebagai lembaga pembiayaan
bagi usaha taninya tetapi juga memenuhi kebutuhan keluarga, yaitu sesuai dengan tujuan
pinjaman dari CU yang terdiri dari pinjaman darurat,pinjaman produktif (kegiatan usaha
tani), pinjaman kesejahteraan dan pinjaman pendidikan anak. Petani yang benar-benar
menggunakannya untuk kegiatan usaha taninya adalah sebanyak 56%. Petani responden
yang menggunakan pinjaman tersebut untuk pendidikan anak adalah sebanyak 5 orang (2
%). Petani responden lain menggunakannya untuk modal usaha lain, dan untuk pinjaman
kesejahteraan yaitu membantu biaya konsumsi keluarga, pesta (sosial budaya) dan
membangun rumah yaitu sebanyak 42%.
c. Sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi anggota
Jika menjadi pengelola usaha tani pada saat sekarang ini, untuk bisa mendapatkan
bantuan kredit dituntut mau dan mampu mengenal betul dengan kemampuan potensi diri
yang meliputi kelebihan dan kelemahan dalam mengelola usaha tani. Seorang petani
dituntut mampu untuk melakukan introspeksi diri dengan potensi usaha taninya dan
menyadari betul dengan kelebihan dan kelemahan yang menjadi kendala
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
ketidakberhasilannya dalam pengelolaan usaha tani. Koreksi diri sangat diperlukan untuk
pengelolaan usaha tani sekaligus sebagai kekuatan untuk membangun kembali rintisan
usaha yang berfokus dari kelemahan dan kelebihan yang dimiliki petani.
Pada tahun 2007, CU Cinta Mulia ini memiliki wirakoperasi yang memberikan
konsultasi mengenai pengembangan usahatani atau usaha lain dan juga memberikan
nasehat dari segi finansial sehingga petani mengetahui bagaimana mengelola keuangan
dengan baik. Pada saat itu peranan credit union sangat dirasakan oleh petani. Bantuan
terhadap masyarakat lemah cukup berhasil. Namun dalam 1 tahun ini menurun karena
tidak terdapat wirakoperasi di CU Cinta Mulia.
Namun peran CU Cinta Mulia sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan
manusia masih kurang, yaitu hanya 40,54% responden yang menyatakan bahwa CU
berperan dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM),dimana petani menambah
pengetahuannya dan memiliki motivasi untuk efektif dalam menggunakan pinjaman.
Meningkatkan kualitas SDM anggota Credit Union dilakukan dengan cara memberikan
pendidikan bagi anggota.
Peranan Credit Union dapat dilihat dari pendidikan dan konsultasi yang diadakan
oleh Credit Union. Pendidikan yang diberikan CU Cinta Mulia terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a. Pendidikan Dasar, dilaksanakan dalam pendidikan kelas ditandai dengan sertifikat.
Pendidikan Dasar dalam pola 9 jam. Dalam pendidikan dasar ini diadakan latihan
simpan pinjam, diskusi kelompok, studi Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga
CU Cinta Mulia, dan Manajemen Keluarga (Pengenalan potensi-potensi kemampuan
keluarga dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga).
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
b. Pendidikan Lanjutan, dilaksanakan dalam tingkat kopdit/ BK3D secara kelas,
kelompok, dan perorangan di lapangan, mencakup Keterampilan Manajemen,
Keterampilan Pembukuan, Keterampilan Usaha dan Konsultasi Keluarga/ Usaha.
Pendidikan Credit Union adalah proses yang terus menerus, oleh sebab itu mereka
yang sudah menjadi anggota CU Cinta Mulia masih perlu mendapat didikan lebih
lanjut.
Dalam pelaksanaan pelayanan CU Cinta Mulia Di Kelurahan Saribudolok, dari 37
responden, sebanyak 25 orang (67, 57 %) telah mengikuti pendidikan yang dilakukan
oleh CU Cinta Mulia, sedangkan 12 orang (32,43%) belum mengikuti pendidikan. Dari
hasil di atas, sebagian besar anggota CU telah memahami pentingnya mendisiplinkan diri
dalam manajemen keuangan.
d. Sebagai penggerak perekonomian anggota
Credit Union (lazim disebut CU) merupakan salah satu tiang perekonomian dalam
rangka pengentasan kemiskinan, sebab dalam kegiatan yang terdapat dalam CU tersebut
adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga CU sangat cocok
dikembangkan di daerah pertanian. Salah satu pemberdayaan masyarakat dalam konteks
kekuatan ekonomi nasional adalah dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan.
Salah satu cara strategis untuk memberdayakan usaha kecil adalah melalui lembaga
keuangan.
Pemberdayaan petani dalam aspek ekonomi merupakan rangkaian kegiatan
penyadaran dan motivasi. Namun dengan sebuah kepercayaan dimana sebelumnya setiap
anggota telah diberikan pendidikan sehingga sadar bahwa mereka adalah pemilik, maka
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
resiko itu dirasakan tidak terlalu membahayakan. Ketersediaan modal menjadi satu
kekuatan yang sangat dibutuhkan. CU mampu menghimpun dana masyarakat yang
mengindikasikan besarnya kepercayaan terhadap lembaga CU, tidak seperti umumnya
yang dilakukan oleh bank komersial lainnya, yaitu dengan meminjam modal dari pihak
luar. CU juga memberikan suatu keuntungan bagi para anggota atas saham-saham yang
dimiliki para anggota. Pengembalian kredit pinjaman anggota juga terbukti tetap berjalan
lancar, hampir tak ada mengalami kemacetan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam memilih Credit Union sebagai Sumber Pembiayaan Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam tergantung dari
permasalahannya. Keputusan dapat diambil berdasarkan perasaan semata-mata, dapat
pula keputusan dibuat berdasarkan rasio. Dasar tersebut berguna bagi pemecahan
masalah yang berkaitan dengan sarana. Dalam prakteknya, pengambilan keputusan itu
sangat tergantung dari macam permasalahan yang dihadapinya, namun juga sangat
tergantung pada individu yang membuat keputusan.
Petani di kelurahan Saribudolok pada umumnya menanam lebih dari satu jenis
tanaman hortikultura (tumpang sari). Hal inilah yang membuat modal yang dibutuhkan
petani menjadi lebih besar dibandingkan dengan yang menanam hanya satu jenis tanaman
saja.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union
(CU) Cinta Mulia sebagai lembaga pembiayaan di Kelurahan Saribudolok dapat dilihat
pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union (CU) Cinta Mulia sebagai lembaga pembiayaan di Kelurahan Saribudolok
No. Faktor-faktor Jumlah Responden Persentase (%)
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
(Jiwa) 1 Saran Teman/ Keluarga 16 43,24 2 Kemudahan memperoleh pinjaman 10 27,03 3 Pelayanan yang memuaskan 8 21,62 4 Hubungan baik dengan pengelola - - 5 Kerahasiaan lebih terjamin 1 2,7 6 Bunga Rendah 1 2,7 7 Kemudahan dalam membayar cicilan 1 2,7 8 Lainnya - -
Jumlah 37 100,00 Sumber: Data diolah dari lampiran 4
Faktor yang paling banyak mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union
adalah saran teman/ keluarga yaitu sebanyak 43,24 %. Menurut Terry (Syamsi, 1989),
keputusan ini diambil berdasarkan pengalaman orang lain. Keputusan yang berdasarkan
pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Salah satu responden yang
memilih CU atas saran teman yaitu petani responden dengan nomor sampel 9.
Pada awalnya responden tidak mengetahui mengenai Credit Union dan
pelayanannya. Namun ada teman responden yang sudah menjadi anggota CU dan sudah
merasakan pelayanan dari CU dan menyarankan responden untuk menjadi anggota CU.
Saat ini responden hanya menggunakan keanggotaannya untuk menyimpan atau
menabung dan jika telah mengikuti pendidikan akan meminjam untuk keperluan
usahanya. Pengetahuan yang diperoleh petani dari saran teman atau keluarga dan
kebutuhan usaha tani yang meningkat memberikan dorongan bagi petani untuk memilih
Credit Union.
Faktor yang kedua yaitu kemudahan memperoleh pinjaman yaitu sebanyak
27,03%. Menurut Terry (Syamsi, 1989), keputusan diambil berdasarkan rasional.
Keputusan yang bersifat rasional banyak berkaitan dengan pertimbangan dari segi daya
guna, yaitu perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan pengorbanan yang harus
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
diberikan untuk memperoleh hasil itu. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan
yang rasional itu lebih bersifat objektif. Salah satu contoh responden yang memilih CU
karena mudah pengurusan untuk mendapatkannya yaitu petani responden dengan nomor
sampel 20.
Kemudahan memperoleh pinjaman dilihat dari penyelesaian administrasi, yaitu
Konsultasi dengan pihak Credit Union, mengisi Formulir peminjaman, membawa Kartu
Keluarga dan KTP Suami Istri, membawa buku anggota CU. Pinjaman di bawah Rp
10.000.000 tidak menggunakan jaminan, sedangkan pinjaman di atas Rp. 10.000.000
menggunakan jaminan. Lama pencairan pinjaman tergantung pada keuangan atau kas CU
sendiri. Rata-rata lama pencairan pinjaman adalah 1 minggu hingga 2 minggu. Hal ini
berbeda dengan lembaga keuangan lain seperti bank, dimana setiap pinjaman selalu
menggunakan jaminan dan prosedurnya sangat lama. Hal ini sangat menyulitkan petani
yang membutuhkan modal dalam waktu yang singkat.
Faktor ketiga yang paling banyak mempengaruhi petani dalam mengambil
keputusan yaitu pelayanan yang lebih memuaskan. Petani responden yang memilih faktor
ini adalah sebanyak 8 jiwa (21,62%). Salah satu contoh responden yang memilih CU
karena pelayanan yang memuaskan yaitu petani responden dengan nomor sampel 24.
Dari petani responden diperoleh pelayanan yang memuaskan mencakup pemberian
pinjaman yang cepat dimana satu atau dua hari dapat memperoleh pinjaman, tepat
jumlahnya dan tepat waktunya, mudah yaitu administrasi tidak berbelit-belit atau tidak
rumit dan tidak perlu membujuk pengurus untuk mendapatkan pinjaman, hal ini dapat
ditentukan dengan nilai kerajinan kita menabung.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Faktor lainnya yang mempengaruhi petani yaitu kerahasiaannya lebih terjamin,
yaitu sebanyak 1 responden (2,7 %). Petani responden yang memilih faktor ini adalah
petani responden dengan nomor sampel 28. Kerahasiaan petani selama menjadi anggota
tetap terjamin, meliputi simpanan dan tujuan pinjaman dan berapa kali pinjaman telah
dilakukan. CU ini berjalan bila ada kepercayaan dari anggota kepada CU akan simpanan
yang telah diberikan kepada CU.
Bunga rendah yang dirasakan oleh petani responden adalah faktor yang juga
paling sedikit mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk memilih CU
yaitu sebanyak 1 responden (2,7%). Hal ini dikarenakan bunga CU dan bunga bank itu
hampir sama besarnya. Petani responden yang memilih faktor ini adalah petani responden
dengan nomor sampel 12. Walaupun bunga pinjaman dari bank hampir sama dengan
yang dikenakan oleh Credit Union, namun petani lebih tertarik pada sistem bunga
menurun yang dikenakan oleh CU. Sistem Interest Over Balance ini memberikan
keringanan pada saat mencicil atau membayar pinjaman setiap bulannya.
Petani memilih CU juga dipengaruhi oleh kemudahan dalam membayar cicilan,
namun hanya 1 orang (2,7%) yang memilih faktor ini. Petani responden yang memilih
faktor ini adalah petani responden dengan nomor sampel 33. Pembayaran cicilan tetap
dilakukan per bulan beserta dengan bunganya. CU juga memiliki kebijaksanaan pinjaman
antara lain angsuran pinjaman untuk dagang dapat lebih cepat dikembalikan, pinjaman
untuk pertanian dapat diangsur waktu panen dan pinjaman untuk kesejahteraan diangsur
harus tepat waktu. Hal yang perlu diperhatikan adalah CU berusaha agar di kas selalu ada
uang kontan yang digunakan untuk pinjaman mendadak.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Efektivitas Penggunaan Kredit dari CU Cinta Mulia oleh petani dalam kegiatan usaha tani Peningkatan peranan sektor pertanian sebagai salah satu alternatif sumber
penghasilan bagi petani merupakan pilihan yang masih relevan dan sangat mendesak
untuk diperbaharui. Hal ini juga menunjukkan pentingnya lembaga pembiayaan bagi
petani yang ketika memulai usahanya membutuhkan modal yang cukup besar. Dari segi
ekonomis, keluarga dapat dikatakan sebagai suatu perusahaan, masalah-masalah material
dan finansial merupakan bagian yang paling penting dalam keluarga yang ada. Dengan
demikian, keluarga sebagai perusahaan adalah lembaga yang terdiri dari unsur-unsur
orang, uang dan pengembangan.
Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang
dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan. Efektivitas sistem pemberian kredit berarti
menciptakan suatu sistem pemberian kredit yang sehat dan teratur sehingga memperkecil
risiko yang dihadapi perusahaan atas kredit yang disalurkannya.
Rata-rata jumlah pinjaman dari petani responden adalah Rp. 5.260.000 dengan
rata-rata frekuensi peminjaman 1 (satu) kali. Namun sebanyak 13,35 % petani responden
belum pernah mengajukan pinjaman. Hal ini dikarenakan petani responden belum
mengikuti pendidikan. Tujuan pinjaman dari seluruh petani responden dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 5.4. Penggunaan Pinjaman dari CU Cinta Mulia oleh petani responden No Penggunaan Jumlah Responden
(orang) Persentase
(%) Besar Pinjaman
(Rp) 1 Kegiatan usaha tani 14 56 103.300.000 2 Pendidikan anak 5 20 14.000.000 3 Usaha lain 3 12 32.000.000 4 Keperluan keluarga 3 12 55.000.000
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Jumlah Responden 25 100 204.300.000 Sumber: Data diolah dari Lampiran 2, Tahun 2009 Dari seluruh petani responden yang sudah pernah meminjam, sebanyak 14 orang
(56 %) telah menggunakannya bagi usaha taninya. Hal ini sesuai dengan peran CU
sendiri yaitu memberdayakan pinjaman sebagai modal produktif untuk usaha taninya.
Petani responden yang menggunakan pinjaman tersebut untuk pendidikan anak adalah
sebanyak 5 orang (20 %). Petani responden lain menggunakannya untuk modal usaha
lain, dan untuk pinjaman kesejahteraan yaitu membantu biaya konsumsi keluarga, pesta
(sosial budaya) dan membangun rumah.
Penggunaan pinjaman dari CU Cinta Mulia yang digunakan untuk kebutuhan
usaha tani adalah efektif yaitu sebanyak 56%. Frekuensi peminjaman petani belum
disesuaikan dengan kebutuhan usaha tani secara keseluruhan. Petani meminjam hanya
pada saat tertentu dimana mereka tidak mampu untuk membiayai usaha taninya. Petani
responden tidak berniat untuk meminjam di atas Rp. 10.000.000 dikarenakan pinjaman di
atas Rp. 10.000.000 dikenakan jaminan, sehingga petani responden hanya meminjam di
bawah Rp. 10.000.000 (dapat dilihat pada Lampiran 2).
Petani belum dapat mengembangkan pinjaman untuk menghasilkan pendapatan.
Jika digunakan untuk kegiatan usaha tani akan lebih menguntungkan. Namun CU
memberikan kesempatan untuk meminjam dan tujuan pinjaman itu sendiri ditentukan
oleh petani dan yang terpenting adalah pengembalian pinjaman yang tepat waktu. Faktor
terpenting dari tujuan pinjaman tersebut adalah keputusan petani.
Pada saat – saat tertentu, misalnya memasuki awal tahun ajaran baru pada bulan
Juli, CU memberikan prioritas pelayanan pinjaman untuk kepentingan pendidikan anak.
Hal ini dilaksanakan menurut hasil pengamatan, banyak masyarakat khususnya anggota
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
CU Cinta mulia belum dapat memenuhi kebutuhan uang pendaftaran, uang kuliah atau
kebutuhan lain pada awal – awal periode sekolah anaknya dari hasil pendapatan
keluarganya. Pinjaman ini diprioritaskan untuk menghindarkan anggota dari himpitan
pinjaman yang berbunga besar dari pihak lain, serta bertujuan untuk pengembangan
sumber daya anak anggota melalui pendidikan.
Petani juga memenuhi kebutuhan lainnya melalui pinjaman dari CU. Ada
kebutuhan yang membutuhkan biaya dalam jumlah besar seperti kebutuhan pesta atau
pembangunan rumah. Hal ini memang tidak dapat langsung disediakan oleh petani karena
tidak adanya tabungan petani itu sendiri dan simpanan hanya ada pada CU. Hal inilah
yang dimanfaatkan oleh petani yaitu dengan adanya simpanan pada CU mereka dapat
meminjam uang. CU sebenarnya mengharapkan agar pinjaman seperti ini diminimalkan
atau tidak ada lagi. Seharusnya kebutuhan-kebutuhan seperti ni harus dipenuhi dari
produktivitas anggota melalui pemanfaatan potensi ekonomi anggota. Inilah letak peran
CU dalam rangka penyelesaian masalah ini, yaitu menjadi pengontrol pendapatan
keluarga (simpanan) dan pinjaman agar diberdayakan pada tujuan yang bisa memberikan
penghasilan dan melalui penghasilan ini petani dapat memenuhi kebutuhannya.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. CU Cinta Mulia merupakan salah satu Credit Union perintis bertumbuhnya Credit
Union di Sumatera Utara. Kelompok inilah merupakan cikal bakal pembentukan
Badan Kordinasi Koperasi Kredit Daerah Sumatera Utara yang sekarang.
Pertumbuhan anggota sangat meningkat mulai tahun 2001 seiring dengan sistem
manajemen yang semakin baik dan perluasan daerah pelayanan.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
2. CU ini berperan sebagai lembaga penyimpanan uang, lembaga peminjaman modal
bagi anggota, sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi anggota dan
penggerak perekonomian anggota. Sebanyak 92,86 % petani responden menanam
lebih dari 1 jenis tanaman. Petani merasakan peranan Credit Union benar-benar
sangat bermanfaat adalah setelah mengikuti setiap pendidikan dan konsultasi yang
diadakan oleh Credit Union yaitu pendidikan dasar dan lanjutan.
3. Faktor yang paling banyak mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union adalah
saran teman/ keluarga yaitu sebanyak 43,24 %.
4. Rata-rata jumlah pinjaman dari petani responden adalah Rp. 5.260.000 dengan rata-
rata frekuensi peminjaman 1 (satu) kali. Penggunaan pinjaman dari CU Cinta Mulia
sudah efektif digunakan untuk kebutuhan usaha tani dengan persentase 56% petani
menggunakan pinjaman untuk kegiatan usaha taninya.
Saran
Kepada Petani
1. Petani diharapkan lebih memanfaatkan pinjaman (modal) untuk kebutuhan usaha
taninya sehingga berdayaguna dan memberikan pendapatan bagi petani itu sendiri.
2. Diharapkan agar petani juga mengikuti pendidikan yang diberikan oleh Credit Union,
yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kualitas diri petani.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Kepada Credit Union
1. Pada Credit Union sebaiknya meningkatkan pelayanan dari segi konsultasi atau
wirakoperasi, sehingga Credit Union ini benar-benar menjadi lembaga pemberdayaan
manusia untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
2. Diharapkan agar memberikan motivasi dan mengarahkan petani untuk menggunakan
pinjaman pada kegiatan yang dapat memberikan penghasilan dan dapat meningkatkan
kesejahteraan petani.
Kepada Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti dan mmbandingkan kinerja
Credit Union dengan Koperasi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P, dan N. Widiyanti, 1993. Dinamina Koperasi Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Anwar, C, dkk. 1999. Refleksi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusantara.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Baswir, R, 1997. Koperasi Indonesia, Jogjakarta : BPFE. Ginting, Daud. 2006. Reorientasi Kebijakan Pertanian Serta Pengaruh Neoliberalisme.
www.hariansib.com.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Ginting, M, 1999. Disertasi
Siagian, N. 2003. Koperasi Kredit Terjepit Bank dan BPR.
, Dinamika Organisasi Koperasi. Bogor: Program Pasca Sarjana IPB.
Hanani, A.R., dkk. 2003. Strategi Pembangunan Pertanian. Yogyakarta: Lappera Pustaka
Utama. Harsoyo, Y., dkk. 2005. Ideologi Koperasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Hudiyanto, 2002. Koperasi, Ideologi dan Pengolahannya. Jakarta: Proyek Penulisan Buku
Teks Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Kartasapoetra, dkk, 2001. Praktek Pengolahan Koperasi, , Jakarta: Rineka Cipta. Mutis, T. 1992. Pengembangan Koperasi, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Noor, M. 1996. Padi Lahan Marginal. Jakarta: Penebar Swadaya. Prawirokusumo, S. 2001. Ekonomi Rakyat: Konsep Kebijakan dan Strategi. Yogyakarta:
UGM Press.
www.sinarharapan.co.id.
Sevilla, C.G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. Sitio, A dan H. Tamba, 2001. Koperasi Teori dan Praktek, Jakarta: Erlangga. Slamet, M., 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan.IPB Press. Bogor. Subejo., 2005. Pengembangan Agribisnis dan Permasalahan Petani. http:// Globalisasi
dan isu-isu strategis dalam pembangunan pertanian di Indonesia htm. Su’ud, H., 2005. Mewujudkan agribisnis Berkelanjutan Pasca Tsunami. http://Serambi
Online menuju pembangunan dan pembaruan htm. Syamsi, I. 1989. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta: Bina Aksara. Tambunan, J., 2004. Buku Pedoman CU Cinta Mulia.
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Lampiran 1. Karakteristik Petani Responden Di Kelurahan Saribudolok
No. Sampel Umur (Tahun)
Tingkat Pendidikan (Tahun)
Jumlah Tanggungan (Jiwa)
Pengalaman Bertani (Tahun)
Luas Lahan (Ha)
1 72 12 1 49 0,16 2 27 12 2 5 0,08 3 50 12 5 20 0,6 4 42 12 4 15 2,4 5 41 12 5 16 0,8 6 32 12 4 9 2 7 27 9 3 7 0,16
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
8 41 12 4 16 0,4 9 30 12 4 6 0,4
10 44 12 7 19 1,12 11 29 16 0 3 2,4 12 43 12 3 17 2 13 45 12 3 30 2 14 58 12 4 33 2 15 60 12 4 33 2 16 36 9 3 15 1 17 39 12 0 15 0,44 18 49 9 5 34 2 19 44 12 4 21 1,5 20 52 12 4 26 1,6 21 49 12 4 26 2 22 56 6 4 20 2 23 42 12 4 17 0,2 24 50 12 6 20 0,8 25 47 6 1 1 0,4 26 29 12 1 5 0,08 27 31 12 3 3 1 28 35 12 0 4 0,64 29 38 16 1 8 0,6 30 35 0 2 2 3 31 34 12 3 11 2 32 26 16 0 3 1,5 33 42 12 3 20 1,5 34 50 6 3 25 1,32 35 45 6 3 25 1,5 36 23 12 0 2 1,5 37 21 12 0 2 1,5
Total 1514 411 107 582 23 Rataan 40,92 11,11 3,00 15,73 0,62
Lampiran 2.Penggunaan Pinjaman oleh Petani dari CU Cinta Mulia
No.Sampel Frekuensi
Peminjaman Jumlah Pinjaman (Rp) Penggunaan 1 2 3
1 0 - - - - 2 0 - - - - 3 0 - - - -
4 1 5.000.000 - - Kegiatan Usaha Tani
5 0 - - - - 6 0 - - - -
7 1 1.000.000 - - Kegiatan Usaha Tani
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
8 1 45.000.000 - - Keperluan keluarga
9 0 - - - -
10 1 4.000.000 - - Kegiatan Usaha Tani
11 3 6.000.000 8.000.000 10.000.000 Kegiatan Usaha Tani
12 2 10.000.000 10.000.000 - Usaha lain
13 1 7.000.000 - - Kegiatan Usaha Tani
14 1 2.000.000 - - Pendidikan anak 15 2 1.000.000 2.000.000 - Pendidikan anak
16 1 4.000.000 - - Kegiatan Usaha Tani
17 2 4.000.000 9.500.000 - Kegiatan Usaha Tani
18 1 5.000.000 - - Kegiatan Usaha Tani
19 0 - - - - 20 1 2.000.000 - - Pendidikan anak 21 1 2.000.000 - - Pendidikan anak 22 1 5.000.000 - - Pendidikan anak 23 0 - - - -
24 1 4.500.000 - - Keperluan keluarga
25 1 2.000.000 - - Usaha lain 26 1 10.000.000 - - Usaha lain 27 2 3.500.000 2.000.000 - keperluan keluarga 28 0 - - - - 29 0 - - - -
30 2 4.500.000 4.500.000 - Kegiatan Usaha Tani
31 0 - - - -
32 1 9.900.000 - - Kegiatan Usaha Tani
33 1 3.000.000 - - Kegiatan Usaha Tani
34 1 9.900.000 - - Kegiatan Usaha Tani
No.Sampel Frekuensi
Peminjaman Jumlah Pinjaman (Rp) Penggunaan 1 2 3
35 1 4.000.000 - - Kegiatan Usaha Tani
36 0 - - - -
37 1 4.000.000 - Kegiatan Usaha Tani
Total 32 158.300.000 36.000.000 10.000.000
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Lampiran 3. Total Penerimaan Usaha Tani Petani di Kelurahan Saribudolok Kec. Silimakuta
No. Sampel
Luas Lahan (Ha)
Jenis Tanaman
Produksi (Kg)
Harga Jual (Rp)
Penerimaan (Rp)
1 0,08 Sawi 120 4000 480000 0,08 Padi 480 2100 1008000
2 0,08 Padi 485 2100 1018500 3 0,4 Cabe 4860 8000 38880000 0,2 Kol 6000 700 4200000
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
4 0,4 Tomat 21600 3000 64800000 1,6 Jagung 12800 1800 23040000 0,2 Cabe 4050 8000 32400000 0,2 Sawi 100 4000 400000
5 0,4 Kentang 5000 3000 15000000 0,2 Kol 7200 700 5040000 0,2 sawi 125 4000 500000
6 1 Tomat 45000 3000 135000000 1 Cabe 9000 8000 72000000
7 0,16 Tomat 7200 3000 21600000 8 0,4 Kopi 460 12800 5880000 9 0,4 Jagung 3000 1800 5400000
10 0,12 Tomat 6000 3000 18000000 1 kopi 1150 12800 14720000
11 1 Jagung 8000 1800 14400000 0,4 Cabe 6000 8000 48000000 1 Kopi 1500 12800 19200000
12 0,4 Cabe 5000 8000 40000000 0,2 Kol 7200 700 5040000 0,4 Tomat 20000 3000 60000000 1 kopi 1200 12800 15360000
13 0,4 Cabe 8000 8000 64000000 1 Kopi 1500 12800 19200000 0,6 Jagung 4800 1800 8640000
14 0,4 Jipang 355680 (biji) 150 53352000 0,4 Tomat 20000 3000 60000000 0,2 Cabe 4500 8000 36000000 1 Padi 6000 2100 12600000
15 0,4 Jipang 364600 (biji) 150 54660000 0,4 Tomat 24000 3000 72000000 0,2 Cabe 4800 8000 38400000 1 Padi 6000 2100 12600000
16 0,4 Cabe 3600 8000 28800000 0,32 Kol 7200 700 5040000 0,28 Kopi 322 12800 4121600
17 0,12 Cabe 1250 8000 10000000 0,6 Kol 15000 700 10500000
0,28 Buncis 8400 2500 21000000
No. Sampel
Luas Lahan Ha)
Jenis Tanaman
Produksi (Kg)
Harga Jual (Rp)
Penerimaan (Rp)
18 1 Kopi 1200 12800 15360000 0,6 Kol 15000 700 10500000 0,2 kentang 3000 3000 9000000
Lanjutan Lampiran 3. Total Penerimaan Usaha Tani Petani di Kelurahan Saribudolok Kec. Silimakuta
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
0,2 sawi 200 4000 800000 19 0,4 Cabe 20000 3000 60000000
0,4 Tomat 4000 8000 32000000 0,2 Kol 3750 700 2625000 0,6 kopi 720 12800 9216000
20 1 Cabe 9000 8000 72000000 1 Jagung 8000 1800 14400000
21 1 Cabe 8200 8000 65600000 1 Jagung 8000 1800 14400000
22 0,2 Kopi 250 12800 3200000 23 0,6 Cabe 5000 8000 40000000
0,2 Kentang 2800 3000 8400000 24 0,2 Cabe 2000 8000 16000000
0,2 Kentang 3000 3000 9000000 25 0,08 Kentang 1600 3000 4800000 26 0,4 Tomat 24000 3000 72000000
0,4 cabe 4500 8000 36000000 0,2 Kol 3750 700 2625000
27 0,64 Kopi 736 12800 9420800 28 0,6 Jagung 3200 1800 5760000 29 0,8 Tomat 40000 3000 120000000
0,6 Cabe 6000 8000 48000000 0,6 Kentang 6000 3000 18000000 1 Kopi 1150 12800 14720000
30 0,6 Tomat 30000 3000 90000000 0,4 Cabe 3500 8000 28000000 1 Jagung 7500 1800 13500000
31 1 Cabe 9000 8000 72000000 0,5 Kol 12400 700 8680000
32 0,8 Kol 25200 700 17640000 0,7 Jipang 655200(Biji) 150 98280000
33 0,44 Kol 12000 700 8400000 0,4 Cabe 4000 8000 32000000 0,48 Tomat 28000 3000 84000000
34 0,8 Kol 20400 700 14280000 0,7 tomat 36000 3000 108000000
35 0,8 Kol 20400 700 14280000 0,7 Jipang 507600(Biji) 150 76140000
36 0,8 Kol 17400 700 12180000 0,7 Jipang 507600 (Biji) 150 76140000
37 0,7 Kol 20880 700 14616000 0,8 Tomat 36000 3000 108000000
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
Lampiran 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Memilih Credit Union No.Sampel Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani
s 1 2 3 4 5 6 7 8 1 √ 2 √
Hanna M. Aritonang : Analisis Keberadaan Credit Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Saribudolok Kecamatan Silimakuta, Kab. Simalungun, 2009.
3 √ 4 √ 5 √ 6 √ 7 √ 8 √ 9 √
10 √ 11 √ 12 √ 13 √ 14 √ 15 √ 16 √ 17 √ 18 √ 19 √ 20 √ 21 √ 22 √ 23 √ 24 √ 25 √ 26 √ 27 √ 28 √ 29 √ 30 √ 31 √ 32 √ 33 √ 34 √ 35 √ 36 √ 37 √
Total 16 10 8 - 1 1 1 -