Case Glaukoma Absolut-Mentari

download Case Glaukoma Absolut-Mentari

of 21

description

Case Glaukoma Absolut-Mentari

Transcript of Case Glaukoma Absolut-Mentari

  • STATUS PASIEN

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama lengkap : Tn. R

    Umur : 57 tahun

    Jenis kelamin : Laki-Laki

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Tidak bekerja

    Alamat : Jepang Wetan 03/05 Mejobo

    No. RM : 565611

    Tanggal Pemeriksaan : 7 Juni 2014

    II. ANAMNESIS

    Anamnesis secara : Autoanamnesis pada tanggal 7 Juni 2014

    Keluhan Utama :

    Mata kiri tidak bisa melihat dan penglihatan mata kanan kabur

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Os mengeluh mata kiri tidak bisa melihat sejak 1 tahun SMRS. Awalnya os

    mengaku pandangan mata kiri kabur seperti ada yang menutupi, bersamaan

    dengan mata kanan sejak 3 tahun yang lalu. Mata kabur dirasakan terus menerus,

    semakin memberat hingga mata kiri tidak bisa melihat sama sekali.

    Riwayat trauma pada mata, mata merah, nyeri, mual, muntah dan rasa silau

    atau melihat pelangi di sekitar lampu disangkal.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Riwayat Hipertensi (-)

    Riwayat Diabetes melitus (-)

    Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya (-)

    Riwayat memakai kacamata (-)

    Riwayat operasi pada kedua mata (+) 1 tahun yang lalu tapi os mengaku tidak

    mengerti tentang operasi matanya

  • Riwayat Penyakit Keluarga :

    Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa.

    Riwayat sosial ekonomi :

    Pasien tidak bekerja. Berobat menggunakan BPJS. Kesan sosial ekonomi kurang.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    A. VITAL SIGN

    Keadaan Umum : Baik

    Kesadaran : Compos mentis

    Tensi (TD) : 120/90 mmHg

    Nadi (N) : 84 x/ menit

    Suhu (T) : 36,5 C

    Respiration Rate (RR) : 20 x/menit

    B. STATUS OFTALMOLOGI

    OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

    /60 Visus 0

    Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi

    Gerak bola mata normal,

    enoftalmus (-),

    eksoftalmus (-),

    strabismus (-)

    Bulbus okuli

    Gerak bola mata normal,

    enoftalmus (-),

    eksoftalmus (-),

    strabismus (-)

    Edema (-), hiperemis (-),

    nyeri tekan(-),

    blefarospasme (-),

    lagoftalmus (-),

    ektropion (-), entropion (-)

    Palpebra

    Edema (-), hiperemis(-),

    nyeri tekan (-),

    blefarospasme (-),

    lagoftalmus (-)

    ektropion (-), entropion (-)

    Edema (-),

    injeksi konjungtiva (-),

    injeksi siliar (-),

    infiltrat (-),

    hiperemis (-)

    Konjungtiva

    Edema (-),

    injeksi konjungtiva (-),

    injeksi siliar (-),

    infiltrat (-),

    hiperemis (-)

  • Putih Sklera Putih

    Jernih

    Bulat, edema (-),

    infiltrat (-), sikatriks (-)

    Kornea

    Sedikit keruh

    Bulat, edema (-),

    infiltrat (-), sikatriks (-)

    Kedalaman dangkal,

    hipopion (-),

    hifema (-)

    Camera Oculi Anterior

    (COA)

    Kedalaman dangkal,

    hipopion (-)

    hifema (-)

    Kripta(-),warna coklat,(-),

    edema(-), synekia (-)

    Iris

    Kripta(-),warna coklat,(-),

    edema(-), synekia (-),

    Bulat, diameter 3 mm, letak

    sentral,

    refleks pupil langsung (+),

    refleks pupil tak langsung (-)

    Pupil

    Bulat, diameter 3 mm, letak

    sentral,

    refleks pupil langsung (-),

    refleks pupil tak langsung (-)

    Jernih Lensa Jernih

    Bentuk bulat, warna pucat,

    batas tegas, CDR 0.9,

    excavasio (+)

    Retina Sulit dinilai

    17 TIO 35

    Epifora (-), lakrimasi(-) Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi(-)

    IV. RESUME

    Subjektif:

    Keluhan utama : Mata kiri tidak bisa melihat dan penglihatan mata kanan kabur

    Riwayat penyakit sekarang :

    o Mata kiri tidak bisa melihat sejak 1 tahun SMRS. Didahului dengan pandangan kabur dan semakin lama semakin memberat

    o Pandangan mata kanan kabur bersamaan dengan mata kiri sejak 3 tahun yang lalu.

    o Riwayat trauma (-), mata merah (-), nyeri (-), mual (-), muntah (-) dan rasa silau atau melihat pelangi di sekitar lampu (-).

    Riwayat sosial ekonomi : kesan ekonomi kurang

  • Objektif:

    OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

    /60 Visus 0

    Kedalaman dangkal,

    hipopion (-),

    hifema (-)

    Camera Oculi Anterior

    (COA)

    Kedalaman dangkal,

    hipopion (-)

    hifema (-)

    Bentuk bulat, warna pucat,

    batas tegas, CDR 0.9,

    excavasio (+)

    Retina

    Sulit dinilai

    17 TIO 35

    V. DIAGNOSA BANDING

    OS

    1. Glaukoma absolut

    2. Glaukoma primer sudut terbuka

    3. Glaukoma primer sudut tertutup

    4. Glaukoma sekunder sudut terbuka

    5. Glaukoma sekunder sudut tertutup

    OD

    1. Glaukoma primer sudut terbuka

    2. Glaukoma primer sudut tertutup

    3. Glaukoma sekunder sudut terbuka

    4. Glaukoma sekunder sudut tertutup

    VI. DIAGNOSA KERJA

    OS : Glaukoma absolut

    OD : Glaukoma primer sudut terbuka

    Dasar diagnosis:

    Mata kiri tidak bisa melihat sejak 1 tahun SMRS. Didahului dengan

    pandangan kabur dan semakin lama semakin memberat

    Pandangan mata kanan kabur bersamaan dengan mata kiri sejak 3 tahun

    yang lalu.

  • Riwayat trauma (-), mata merah (-), nyeri (-), mual (-), muntah (-) dan

    rasa silau atau melihat pelangi di sekitar lampu (-).

    Status oftalmologis :

    o Visus 0 (OS) dan /60 (OD) o Mata tenang o COA ODS dangkal o Reflex pupil langsung dan tidak langsung (-/-) pada OS dan (+/-)

    pada OD

    o TIO 35 (OS) dan 17 (OD) o CDR 0.9 dengan excavasio (+) pada OD

    VII. TERAPI

    Medikamentosa :

    o Timolol maleat 0,5% ED o Glaucon 2 x 250 mg

    VIII. PROGNOSIS

    OKULI DEKSTRA (OD) OKULI SINISTRA (OS)

    Quo Ad Vitam Dubia ad malam Ad malam

    Quo Ad Fungsionam Dubia ad malam Ad malam

    Quo Ad Sanationam Dubia ad malam Ad malam

    Quo Ad Kosmetikam Dubia ad malam Ad malam

    IX. USUL :

    Pemeriksaan perimetri untuk tes lapang pandang

    Pemeriksaan gonioskopi

    Dilakukan pemeriksaan retinometri untuk mengetahui fungsi retina.

    X. SARAN

    Gunakan obat secara teratur sesuai resep

    Kontrol rutin

    Lindungi mata dari debu ataupun benda asing

  • Tinjauan Pustaka

    Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang

    memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah

    penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh

    pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang.

    Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua

    mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit ini.

    Banyaknya Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan

    meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000

    kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-orang menderita kebutaan.

    Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang Kaukasia.

    Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan Vietnam

    di Asia Tenggara.. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali lebih

    menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih.

    Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ; glaukoma primer,

    glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan

    berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi

    dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.

    Anatomi Bilik Mata Depan (COA)

    Bilik mata depan merupakan struktur penting dalam hubungannya dengan pengaturan

    tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena pengaliran cairan aquos harus melalui

    bilik mata depan terlebih dahulu sebelum memasuki kanal Schlemm. Bilik mata depan

    dibentuk oleh persambungan antara kornea perifer dan iris.

    Bagian mata yang penting dalam glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi ini

    berada dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang

    menghubungkan akhir dari membran descement dan membran bowman, lalu ke

    posterior 0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi kanal schlem dan trabekula

    sampai ke COA. Limbus terdiri dari dua lapisan epitel dan stroma. Epitelnya dua kali

    setebal epitel kornea. Di dalam stroma terdapat serat serat saraf dan cabang akhir

    dari a. Siliaris anterior.

  • Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera dan kornea, di sini

    ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan

    batas belakang sudut filtrasi, serta tempat insersi otot siliar logitudinal. Pada sudut

    filtrasi terdapat garis schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran

    descement dan kanal schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.

    Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula, yang terdiri dari :

    1. Trabekula korneoskleral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea

    dan menuju ke belakang, mengelilingi kanal schlemm untuk berinsersi pada

    sklera.

    2. Scleral spur (insersi dari m. Ciliaris) dan sebagian ke m. Ciliaris meridional.

    3. Serabut berasal dari akhir membran descement (garis schwalbe) menuju ke

    jaringan pengikat m. Siliaris radialis dan sirkularis.

    4. Ligamentum pektinatum rudimenter,berasal dari dataran depan iris menuju ke

    depan trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen,

    elastis dan seluruhnya diliputi endotel.

    Kanal schlemn merupakan kapiler yang dimodifikasi yang mengelilingi kornea.

    Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel. Pada dinding sebelah dalam terdapat lubang

    lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanal

    shlemn. Dari kanal schlemn, keluar salura kolektor, 20 30 buah, yang menuju ke

    pleksus vena di dalam jaringan sklera dan episkelera dan vena siliaris anterior di

    badan siliar.

  • Fisiologi Aquoeus Humor

    Cairan aquos diproduksi epitel non pigmen dari korpus siliaris, tepatnya dari

    plasma darah di jaringan kapiler proccesus siliaris. Fungsi Cairan aquos adalah :

    Sebagai cairan yang mengisi bilik mata depan, cairan aquos berfungsi untuk menjaga

    tekanan intraokuler, memberi nutrisi ke kornea dan lensa dan juga memberi bentuk ke

    bola mata anterior.

    Volumenya sekitar 250 L dengan jumlah yang diproduksi dan dikeluarkan

    setiap harinya berjumlah 5 mL/hari. Cairan ini bersifat asam dengan tekanan osmotik

    yang lebih tinggi dibandingkan plasma.

    Tiga Proses Produksi Humor Aquous oleh proc. Ciliar (epitel ciliar) :

    1. Transpor aktif (sekresi) : Transpor aktif menggunakan energi untuk

    memindahkan substansi melawan gradien elektrokimia dan tidak bergantung

    pada tekanan. Ciri-ciri tepatnya ion atau ion-ion yang ditranspor tidak

    diketahui, akan tetapi sodium, klorida, potasium, asam askorbat, asam amino

    dan bikarbonat ikut terlibat. Transpor aktif diperhitungkan untuk sebagian

    besar produksi akueus dan melibatkan, setidaknya sebagian, aktivitas enzim

    carbonic anhydrase II dan Na+K+ pump diaktivasi ATPase.

    2. Ultrafiltrasi : Ultrafiltrasi berkenaan dengan pergerakan yang bergantung

    pada tekanan sepanjang gradien tekanan. Pada prosesus siliaris, tekanan

    hidrostatik dibedakan antara tekanan kapiler dan tekanan intraokular yang

    menyokong pergerakan cairan kedalam mata, sedangkan gradien onkotik

    diantara keduanya menghambat pergerakan cairan. Hubungan antara sekresi

    dan ultrafiltrasi tidak diketahui.

    3. Difusi : Difusi adalah pergerakan pasif ion-ion melewati membran yang

    berhubungan dengan pengisian. Sodium sangat bertanggungjawab untuk

    pergerakan cairan kedalam camera oculi posterior.

    Kecepatan produksi cairan aquos diukur dalam satuan mikroliter per menit

    (L/menit). Para peneliti di Amerika Serikat melakukan penelitian terhadap 300 orang

    dengan tekanan intraokuler normal yang berusia antara 3 sampai 38 tahun dengan

  • menggunakan teknik penyaringan (scan) fluorofotometri. Dalam penelitian tersebut

    didapat bahwa kecepatan rata-rata aliran cairan aquos pada jam 8.00 16.00 berkisar

    antara 2,75 0.63 L/menit sehingga didapat batas normal produksi cairan aquos

    sekitar 1,8 4,3 L/menit. Kecepatan ini dalam sehari dapat bervariasi yang disebut

    dengan variasi diurnal yaitu kecepatan selama tidur 1,5 kali lebih cepat dari pada

    pagi hari.

    Mekanisme Pengaliran Cairan Aquos

    Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik

    mata. Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi

    oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran Descemet dan membran

    Bowman. Akhir dari membran Descemet disebut garis Schwalbe.

    Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan stroma. Epitelnya 2 kali

    ketebalan epitel kornea. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang

    akhir dari arteri siliaris anterior.

    Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekular, yang terdiri dari :

    1. Trabekula korneoskleral Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan

    menuju ke belakang mengelilingi kanalis Schlemm untuk berinsersi pada

    sklera.

    2. Trabekula uveal Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju

    ke scleral spur (insersi dari m.siliaris) dan sebagian ke m.siliaris meridional.

    3. Serabut yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe) Serabut

    ini menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan sirkularis.

    4. Ligamentum pektinatum rudimenter Ligamentum ini berasal dari dataran

    depan iris menuju ke depan trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen,

    homogen, elastis dan seluruhnya diliputi oleh endotel. Keseluruhannya

    merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila ada darah di dalam

    kanalis Schlemm, dapat terlihat dari luar.

  • Kanalis Schlemm merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi

    kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5 mm. Pada

    dinding sebelah dalam, terdapat lubang-lubang sehingga terdapat hubungan

    langsung antara trabekula dan kanalis Schlemm. Dari kanalis Schlemm keluar

    saluran kolektor, 20-30 buah, yang menuju ke pleksus vena di dalam jaringan

    sklera dan episklera dan vena siliaris anterior di badan siliar.

    Glaukoma

    Definisi

    Glaukoma merupakan sekelompok penyakit neurooptic yang menyebabkan

    kerusakan serat optik (neuropati optik), yang ditandai dengan kelainan atau atrofi

    papil nervus opticus yang khas, adanya ekskavasi glaukomatosa, serta kerusakan

    lapang pandang dan biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan intraokular

    sebagai faktor resikonya.

    Faktor Resiko

    1. Tekanan intarokuler yang tinggi : Tekanan intraokulera/bola mata di atas 21

    mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu,

    tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.

    2. Umur : Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.

    3. Riwayat glaukoma dalam keluarga : Glaukoma jenis tertentu, anggota

    keluarga penderita glaukoma mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk

    terkena glaukoma. Risiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan

    orang tua dan anak-anak.

    4. Obat-obatan : Pemakaian steroid secara rutin, misalnya pemakaian tetes mata

    yang mengandung steroid yang tidak terkontrol dapat menginduksi terjdinya

    glaukoma.

    5. Riwayat trauma pada mata

    6. Riwayat penyakit lain Riwayat penyakit Diabetes, Hipertensi

  • Klasifikasi

    1. Glaukoma Primer

    a. Glaukoma sudut terbuka

    Glaukoma primer sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang tersering dijumpai.

    Sekitar 0,4-0,7 % orang berusia lebih dari 40 tahun dan 2- 3% orang berusia lebih dari

    70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma primer sudut terbuka. Diduga glaukoma

    primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada 50% penderita,

    secara genetik penderitanya adalah homozigot. Terdapat faktor resiko pada seseorang

    untuk mendapatkan glaukoma seperti diabetes melitus, hipertensi, kulit berwarna dan

    miopia.

    Gambaran patologik utama pada glaukoma primer sudut terbuka adalah proses

    degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam

    jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah penurunan

    aquoeus humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.

    Mulai timbulnya gejala glaukoma primer sudut terbuka agak lambat yang kadang-

    kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Pada

    glaukoma primer sudut terbuka tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau lebih dari 20

    mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan terdapat

    gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita. Gangguan saraf

    optik akan terlihat gangguan fungsinya berupa penciutan lapang pandang. Pada waktu

    pengukuran bila didapatkan tekanan bola mata normal sedang terlihat gejala

    gangguan fungsi saraf optik seperti glaukoma mungkin akibat adanya variasi diurnal.

    Dalam keadaan ini maka dilakukan uji provokasi minum air, pilokarpin, uji variasi

    diurnal, dan provokasi steroid.

    b. Glaukoma sudut tertutup

    Glaukoma sudut tertutup dibagi menjadi 4, yaitu ; glaukoma sudut tertutup akut

    primer, glaukoma sudut tertutup subakut, glaukoma sudut tertutup kronik dan iris

    plateau. Hanya glaukoma sudut tertutup akut primer yang akan dibahas karena

    merupakan suatu kedaruratan oftalmologik.

  • Glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris bomb yang

    menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat

    aliran aquoeus humor dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan

    nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan.

    Pada glaukoma sudut tertutup, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil.

    Hal ini biasanya terjadi pada malam hari, saat tingkat pencahayaan berkurang. Hal

    tersebut juga dapat terjadi pada dilatasi pupil untuk oftalmoskopi. Glaukoma sudut

    tertutup akut primer ditandai oleh munculnya kekaburan penglihatan mendadak yang

    disertai nyeri hebat, halo dan mual serta muntah. Temuan-temuan lain adalah

    peningkatan mencolok tekanan intraokular, kamera anterior dangkal, kornea berkabut,

    pupil terfiksasi berdilatasi sedang dan injeksi siliaris.

    2. Glaukoma kongenital

    Glaukoma kongenital (jarang) dapat dibagi menjadi :

    a. Glaukoma kongenital primer, yang menunjukkan kelainan perkembangan terbatas pada sudut kamera anterior

    b. Anomali perkembangan segmen anterior : sindrom Axenfeld, anomali Peter, dan sindrom Reiger. Disini perkembangan iris dan kornea juga abnormal

    c. Berbagai kelainan lain, termasuk aniridia, sindrom Sturge-weber, neurofibromatosis, sindrom Lowe dan rubela kongenital. Pada keadaan ini,

    anomali perkembangan pada sudut disertai dengan kelainan okular dan

    ekstraokular lain.

    Glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir pada 50% kasus, didiagnosis pada

    6 bulan pertama pada 70% kasus dan didiagnosis pada akhir tahun pertama pada 80%

    kasus. Gejala paling dini dan paling sering adalah epifora. Dapat dijumpai fotofobia

    dan pengurangan kilau kornea. Peningkatan tekanan intraokular adalah tanda kardinal.

    Pencekungan diskus optikus akibat glaukoma merupakan kelainan yang terjadi relatif

    dini dan terpenting. Temuan-temuan lanjut adalah peningkatan garis tengah, edema

    epitel, robekan membran Descemet, dan peningkatan kedalaman kamera anterior serta

    edema dan kekeruhan lensa.

  • 3. Glaukoma sekunder

    Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebabnya. Dapat

    disebabkan atau dihubungkan dengan keadaan-keadaan atau penyakit yang telah

    diderita sebelumnya atau pada saat itu. Penyakit-penyakit yang diderita tersebut dapat

    memberikan kelainan pada :

    Badan siliar : luksasi lensa ke belakang

    Pupil : seklusio pupil, glaukoma yang diinduksi miotik

    Sudut bilik mata depan : goniosinekia.

    Saluran keluar aqueous : myopia

    Penyebab yang paling sering ditemukan adalah uveitis. Penyebab lainnya adalah

    penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan perdarahan ke

    dalam mata. Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa menyebabkan

    peningkatan tekanan intraokuler.

    Pada uveitis, tekanan intraokular biasanya lebih rendah dari normal karena korpus

    siliar yang meradang kurang berfungsi baik. Namun juga dapat terjadi peningkatan

    tekanan intraokular melalui beberapa mekanisme yang berlainan. Jalinan trabekular

    dapat tersumbat oleh sel-sel radang dari kamera anterior, disertai edema sekunder,

    atau kadang-kadang terlibat dalam proses peradangan yang spesifik diarahkan ke sel-

    sel trabekula (trabekulitis). Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan

    permanen fungsi trabekula, sinekia anterior perifer, dan kadang-kadang

    neovaskularisasi sudut,yang semuanya meningkatkan glaukoma sekunder.

    4. Glaukoma absolut

    Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (terbuka/tertutup) dimana

    sudah terjadi kebutaan total, akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi

    lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi

    dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering

    dengan mata buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga

    menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan

  • rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.

    Patofisiologi Glaukoma

    Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sdt humor aquos yang menyuplai

    makanan dan oksigen untuk kornea dan lensa dan membawa produk sisa keluar dari

    mata melalui anyaman trabekulum ke Canalis Schlemm. Pada keadaan normal

    tekanan intraokular ditentukan oleh derajat produksi cairan mata oleh epitel badan

    siliar dan hambatan pengeluaran cairan mata dari bola mata. Pada glaukoma tekanan

    intraokular berperan penting oleh karena itu dinamika tekanannya diperlukan sekali.

    Dinamika ini saling berhubungan antara tekanan, tegangan dan regangan.

    1. Tekanan : Tekanan hidrostatik akan mengenai dinding struktur (pada mata berupa

    dinding korneosklera). Hal ini akan menyebabkan rusaknya neuron apabila penekan

    pada sklera tidak benar.

    2. Tegangan : Tegangan mempunyai hubungan antara tekanan dan kekebalan.

    Tegangan yang rendah dan ketebalan yang relatif besar dibandingkan faktor yang

    sama pada papil optik ketimbang sklera. Mata yang tekanan intraokularnya berangsur-

    angsur naik dapat mengalami robekan dibawah otot rektus lateral.

    3. Regangan : Regangan dapat mengakibatkan kerusakan dan mengakibatkan nyeri.

    Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus humor

    oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus humor

    melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata depan,

    keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan vena

    episklera.

    Tekanan intraokuler dianggap normal bila kurang daripada 20 mmHg pada

    pemeriksaan dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg

    yang juga disebut hipertensi oculi dapat dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan

    lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaukoma (tonometer Schiotz).

    Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel

    ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam

    retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi

  • atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.

    Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga

    disebabkan oleh gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi

    berkas serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang

    sirkulus Zinn- Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan

    intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf

    optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata.

    Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi

    cekungan pada papil saraf optik. Serabut atau sel syaraf ini sangat tipis dengan

    diameter kira-kira 1/20.000 inci. Bila tekanan bola mata naik serabut syaraf ini akan

    tertekan dan rusak serta mati. Kematian sel tersebut akan mengakibatkan hilangnya

    penglihatan yang permanen.

    Gejala Klinis

    Fase prodormal (fase nonkongestif) :

    Penglihatan kabur.

    Terdapat halo (gambaran pelangi) sekitar lampu

    Sakit kepala

    Sakit pada mata

    Akomodasi lemah

    Berlangsung - 2 jam

    Injeksi perikornea

    Kornea agak suram karena edem

    Bilik mata depan dangkal

    Pupil melebar

    Tekanan intraokuler meningkat

  • Fase kongestif :

    Sakit kepala yang hebat sampai muntah-muntah.

    Palpebra bengkak

    Konjungtiva bulbi : hiperemia kongesti, kemosis dengan injeksi silier, injeksi

    konjungtiva

    Kornea keruh

    Bilik mata depan dangkal

    Iris : corak bergaris tidak nyata

    Pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang midriasis total, warna

    kehijauan, refleksi cahaya menurun sekali atau tidak sama sekali.

    Diagnosis Banding

    Iritis akut dan konjungtivitis harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding

    pada glaukoma sudut tertutup bila ada radang mata akut, meskipun pada kedua hal

    tersebut di atas jarang disertai bilik mata depan yang dangkal atau tekanan yang

    meninggi.

    1. Pada iriditis akut terdapat lebih banyak fotofobia, tetapi rasa nyerinya kurang jika

    dibandingkan dengan glaukoma. Tekanan intraokular normal, pupil kecil dan kornea

    tidak sembab. Flare dan sel-sel terlihat didalam bilik mata depan, dan terdapat

    injeksi siliar dalam (deep ciliary injection).

    2. Pada konjungtivitis akut tidak begitu nyeri atau tidak nyeri sama sekali, dan tajam

    pengelihatan tidak menurun. Ada kotoran mata dan konjungtiva sangat meradang,

    tetapi tidak ada injeksi siliar. Reksi pupil normal, kornea jernih dan tekanan

    intraokular normal.

    3. Iridosiklitis dengan glaukoma sekunder kadang-kadang sukar dibedakan.

    Goniuskopi untuk menentukan jenis sudut sangatlah membantu. Jika pengamatan

    terganggu dengan adanya kekeruhan kornea atau kekeruhan didalam bilik mata depan,

    maka untuk memastikan diagnosis bisa dilakukan gonioskopi pada mata lainnya.

  • Pemeriksaan Penunjang

    Untuk mendiagnosis glaukoma dilakukan sejumlah pemeriksaan yang rutin

    dilakukan pada seseorang yang mengeluh rasa nyeri di mata, penglihatan dan gejala

    prodromal lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dan dengan lebih dari

    satu metode akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dilakukan 1 kali

    pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut meliputi:

    a. Tajam penglihatan : Pemeriksaan ketajaman penglihatan bukan merupakan cara

    yang khusus untuk glaukoma, namun tetap penting, karena ketajaman penglihatan

    yang baik, misalnya 6/6 belum berarti tidak glaukoma.

    b. Tonometri : Tonometri diperlukan untuk memeriksa tekanan intraokuler. Ada 4

    macam tonometri, yaitu:

    Palpasi, kurang tepat karena tergantung faktor subjektif.

    Identasi tonometri, dengan memberi beban pada permukaan kornea.

    Aplanasi tonometri, mendatarkan permukaan kecil kornea.

    Tonometri udara (air tonometri), kurang tepat karena dipergunakan di ruang

    terbuka.

    c. Gonioskopi : Gonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma.

    Gonioskopi dapat menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan ini

    sebaiknya dilakukan pada semua pasien yang menderita glaukoma, pada semua pasien

    suspek glaukoma, dan pada semua individu yang diduga memiliki sudut bilik mata

    depan yang sempit. Dengan gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan

    glaukoma sudut terbuka, juga dapat dilihat adanya perlekatan iris bagian perifer ke

    depan (peripheral anterior sinechiae).

    Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik yang dievaluasi di semua kuadran yang

    menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan:

    1. Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.

    2. Pita badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.

  • 3. Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di alas pita badan

    shier.

    4. Trabekulum meshwork

    5. Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork.

    Pembuluh darah umumnya terlihat pada sudut normal terutama pada biru.

    d. Lapang Pandang (perimetry) : Yang termasuk ke dalam pemeriksaan ini adalah lapangan pandang sentral dan lapangan pandang perifer. Pada stadium awal,

    penderita tidak akan menyadari adanya kerusakan lapangan pandang karena tidak

    mempengaruhi ketajaman penglihatan sentral. Pada tahap yang sudah lanjut,

    seluruh lapangan pandang rusak dengan tajam penglihatan sentral masih normal

    sehingga penderita seolah-olah melihat melalui suatu teropong (tunnel vision).

    e. Oftalmoskopi : Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang harus diperhatikan adalah keadaan papil. Perubahan yang terjadi pada papil dengan glaukoma adalah

    penggaungan (cupping) dan degenerasi saraf optik (atrofi). Jika terdapat

    penggaungan lebih dari 0,3 dari diameter papil dan tampak tidak simetris antara

    kedua mata, maka harus diwaspadai adanya ekskavasio glaukoma.

    f. Tonografi : Tonografi dilakukan untuk mengukur banyaknya cairan aquos yang dikeluarkan melalui trabekula dalam satu satuan waktu

    g. Tes Provokasi : Tes ini dilakukan pada keadaan dimana seseorang dicurigai menderita glaukoma. Untuk glaukoma sudut terbuka, dilakukan tes minum air,

    pressure congestion test, dan tes steroid. Sedangkan untuk glaukoma sudut

    tertutup, dapat dilakukan tes kamar gelap, tes membaca dan tes midriasis.

    Medikamentosa

    1. Supresi Pembentukan Aquoeus humor

    a. Penghambat adrenergik beta (beta blocker) : Timolol maleat 0,25% dan 0,5%,

    Betaksolol 0,25% dan 0,5%, Levobunolol 0,25% dan 0,5%, Metipranolol

    0,3%

    Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma,

  • payah jantung kongestif.

    Kontraindikasi utama pemakaian obat-obat ini adalah penyakit obstruksi jalan

    napas menahun, terutama asma dan defek hantaran jantung.

    b. Apraklonidin : Suatu agonis adrenergik 2 yang menurunkan pembentukan

    Aquoeus humor tanpa efek pada aliran keluar.

    c. Inhibitor karbonat anhydrase : Asetazolamid 125-250 mg sampai 3x sehari

    peroral atau 500 mg sekali atau 2x sehari atau secara IV (500 mg). Pemberian

    obat ini timbul poliuria.

    Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni,

    granulositopeni, kelainan ginjal.

    Untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan

    dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokular yang sangat tinggi perlu

    segera dikontrol.

    2. Fasilitasi Aliran Keluar Aquoeus humor

    a. Obat parasimpatomimetik : Pilokarpin 0,5-6%, Demekarium bromide 0,125%

    dan 0,25%, Ekotiopat iodide 0,03%-0,25%

    Meningkatkan aliran keluar Aquoeus humor dengan bekerja pada

    jalinan trabekular melalui kontraksi otot siliaris. Semua obat

    parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai meredupnya penglihatan,

    terutama pada pasien katarak.

    b. Epinefrin 0,25-2% diteteskan sekali atau 2x sehari, meningkatkan aliran keluar

    aquoeus humor dan sedikit banyak disertai penurunan pembentukan Aquoeus

    humor .

    c. Dipifevrin Suatu prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraokular

    menjadi bentuk aktifnya.

    3. Penurunan Volume Korpus Vitreum

    a. Obat-obat hiperosmotik : Darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar

  • dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum selain itu juga terjadi

    penurunan produksi Aquoeus humor . Penurunan volume korpus vitreum

    bermanfaat dalam pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma

    maligna yang menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan (disebabkan

    oleh perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan menyebabkan

    penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder)

    4. Miotik, Midriatik & Sikloplegik

    Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup

    akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam

    pengobatan penutupan sudut akibat iris bomb karena sinekia posterior. Apabila

    penutupan sudut disebabkan oleh penutupan lensa ke anterior, sikloplegik

    (siklopentolat dan atropine) dapat digunakan untuk melemaskan otot siliaris sehingga

    mengencangkan aparatus zonularis dalam usaha untuk menarik lensa ke belakang.

    PEMBEDAHAN

    Sebelum pembedahan, tiap glaukoma akut harus diturunkan dahulu sampai di

    bawah 25 mmHg. Apabila mata masih terlalu merah dapat ditunggu sampai mata

    lebih tenang.

    Iridektomi perifer

    Indikasi : Pembedahan ini dilakukan untuk glaukoma dalam fase prodomal, glaukoma

    akut yang baru terjadi atau untuk tindakan pencegahan pada mata sebelahnya yang

    masih sehat.

    Teknik: pada prinsipnya dibuat lubang di bagian perifer iris. Bertujuan untuk

    menghindari hambatan pupil. Iridektomi ini biasanya dibuat di sisi temporal atas.

    Pembedahan Filtrasi

    Indikasi : Pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut sudah berlangsung

    lama atau penderita sudah masuk stadium glaukoma kongestif kronik.

    o Trepanasi Elliot: sebuah lubang kecil berukuran 1,5 mm dibuat di daerah kornea- skleral, kemudian ditutup oleh konjungtiva dengan tujuan agar

  • aquoeus mengalir langsung dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.

    o Sklerektomi Scheie : kornea-skleral dikauterisasi agar luka tidak menutup kembali dengan sempurna, dengan tujuan agar aquoeus mengalir langsung

    dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.

    o Trabekulektomi yaitu dengan mengangkat trabekulum sehingga terbentuk celah untuk mengalirkan cairan mata masuk ke dalam kanal Schlemm.

    Prognosa

    Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Bila tidak

    mendapat pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi dalam waktu

    yang sangat cepat. Pengawasan dan pengamatan mata yang tidak mendapat serangan

    diperlukan karena dapat memberikan keadaan yang sama seperti mata yang dalam

    serangan.