807-1846-1-PB

download 807-1846-1-PB

of 9

description

asal

Transcript of 807-1846-1-PB

ARTIKEL

PERAN LABO RATORIUMDALAM MENUNJANG ERADIKASI POLIOGendro Wahyuhono", Maria Holly Herawati' AbstrakPada sidang tanggal 28 Mei 1988 telah diadopsi resolusi WHA (World Health Assembly) dan menugaskan WHO untuk melaksanakan pemberantasan virus polio dari dunia men}elang tahun 2000. Keberhasilon dari rencana tersebut di alas akan sangat bergantung pada banyak fakior dari Pengembangon Program Imunisasi (PP!) yang ada. Hal yang paling penting adalah peningkatan cakupan imunisasi dan peningkatan surveillans. Khusus penyakit polio, kegiatan surveillans sangat bergantung pada pelayanan laboratorium. Ketergantungan ini makin meningkat dengan makin berkurangnya kasu.s poliomyelitis. Di suatu daerah, di mana kasus polio sudah sangat }arang ditemukan maka setiap kasus lumpuh layuh poda anak balita harus diperiksa laboratorium secara lengkap dan sempurna. Tulisan mi memuat beberapa bahasan tentang virus polio. patogenesis, cara penularan, imunitas, don pencegahannya dengan imunisasi. Jaringan laboratorium mengenai tingkat eradikasi polio, peran clanfungsi laboratorium. Cara pengumpulan spesimen, cara penyimpanan don pengirimannya.

Kata kunci: polio, laboratorium, eradikasi

Pendahuluan

ada sidang tanggal 28 Mei I 988 telah diadopsi resolusi World Health Assembly (WHA). WHA menunjuk WHO untukPada tulisan int penulis membahas beberapa masalah tentang:1. Poliomilitis yang berisi: virus polio, pate- genesis. cara penularan, imunitas. clanimunisasi.

Pmelakukan kerja besar dalam pemberantasanpencegahandenganpenyakit polio di dunia menjelang tahun 2000.Keberhasilan rencana tersebut di atas akansangat terganrung kepada banyak faktor terutamadari Pengembangan Program Irnunisasi (PP[)yang ada, Hal yang paling penting adalah peningkatan cakupan imunisasi dan peningkatan surveillans. 1Khusus penyakit polio, kegiatan survei- llans sangat terganrung pada pelayanan laborato-rium. Ketergantungan ini makin meningkat dengan makin berkurangnya kasus poliomyelitis. Di negara atau daerah di mana polio hampir bebas atau telah bebas, setiap ada kasus poliomyelitis memerlukan penyelidikan laboratorium yang sempurna clan lengkap.2 Di samping itu diperlu- kan monitoring yang terns menerus terhadap "virus polio liar", yang dapat diisolasi dari rnasyarakat clan dari lingkungan, Hilangnya "polio virus liar" di masyarakat dan lingkungan merupakan kriteria cradikasi,

Peneliti Puslitbang Farmasi dan Biomedis2. Jaringan laboratorium: tingkat eradikasi polio,peran dan fungsi laboratorium3. Pengumpulan spesimen; cara pengumpulanspesirnen, cara penyimpanan clan pengiriman.

Poliomilitis

Poliomyelitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio, biasanya menyerang pada anak-anak balita dan dapat menyebabkan kelumpuhan yang bersifat akut dan layuh (lemas). Penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi pada anak Apabila vaksin diberikan dengan lengkap maka anak akan mendapatkan kekebalan seumur hidupnya. Ada dua jenis vaksin yang digunakan di dunia yaitu vaksin dari virus yang dilemahkan yang diberikan secara oral. Vaksin yang lain adalah vaksin dari virus yang dimatikan yang disebut dengan inaktif polio vaksin, diberikan pada anak secara suntikan,

Media Litbang Kesehatan XVII Nomor 1 Tahun 2007 4

Di Indonesia kasus poliomyelitis sejak tahun 1996 sudah tidak ada Jagi clan ini dibuktikan dengan pemeriksaan isolasi virus polio dari tinja anak yang menderita lumpuh layuh acut (AFP= Arnt flacid Paralysis). Akan tetapi pada tahun2005 terjadi wabah poliomyelitis pada an.ak balita di seluruh pulau Sumatera kecuali Sumatera Barat dan Bengkulu. dan di Pulau Jawa kecuali D I. Yogyakarta. Wabah tersebut disebabkan oleh adanya infeksi virus polio import dan Nigeria melalui Arab Saudi yang kemungkinan dibawa oleh para TKI atau Jemaah Haji.

l.Virus PolioVirus polio yang rermasuk dalam genusenterovirus dari Famili Picomavtridae terdiri daritiga serotipe yaitu tipe-I. tipe-2 dan tipe-J, sepertivirus eruero yang lain. virus polio bersifat stabil pada PH asam selama 1-3 jam. Arena virionnya tidak mempunyai envelope yang mengandung lipid sehingga ridak dipengaruhi oleh zat pelarut lemak seperti ether atau sodium dioxcholate.Virus polio menjadi tidak aktif jika virus tersebut dipanasi pada suhu 56C selama 30 menit. Adanya magnesium chlorida akan menyebabkan virus polio tetap akrif dan zat tersebut biasa dipakai untuk menstabilkan vaksin,Virus polio berkernbang biak dalam sci yang terinfeksi. Siklus infeksinya berjalan sempuma setelah sekitar 6 jam. Virus yang telah masak akan ke\uar dari se\ yang lisis. Di laboratorium, virus tersebut dapat dirurubuhkan pada biakan jaringan primer dan berkelanjutan dari berbagai jaringan manusia maupun kera. Ketiga tipe virus tersebut masing-rnasing dapat dibedakan secara intraripik. yaitu dengan menggunakan cara baru dari biologi molekuler. Agar nomenklarur dari virus tersebut seragam maka diberikan nama menurut ripe. negara asal acau rempat asal. norner strain dan tahun isolasinya, Conteh : PI /Houston/23/62.

2. PatogencsisPiruu rnasuk (port d entres dari virus polioini adalah rnulut. Perkembangbiakan virus mula- mula terjadi di oropharing atau intestinum, dandalam bebcrapa hari virus dapat muncul di darah.Virus dapat diisolasi dari usap tenggorokansebelum dan pada waktu geja\a pertama timbul.Masa inkubasi biasanya antara 7-14 hari tetapi dapat bervariasi antara 3-35 hari. Satu minggu setelah serangan penyakit hanya sedikitvirus didapatkan di tenggorokan. tetapi virus dalam j umlah besar terus dike] uarkan metal ui tinja sarnpai beberapa minggu rneskipun antibodi humoral telah terbentuk pada periode yang samaVirus dari darah dapat menycrang susunansaraf pusat, kecuali bila antibodi netralisasi sudah terbentuk dcngan titer yang cukup tingi untukmemblokir invasi virus tersebut. Di dalam saraf pusat virus menyebar sepanjang serabut saraf dan proses pcrkcmbangbiakan virus intraseluler akan dapat merusak sebagian atau sepenuhnya sel saraf yang diserang, sehingga menyebabkan paralisis. Pada UrnUmnya yang terlibat adalah sci anterior horn dan dapat juga terserang dorsal root Demikian pula, ganggUan di otak dapat terjadi pada pembentukan rctikular. vestibular nuclei dan cereberall nuclei bagian dalam.Virus polio tidak berkernbangbiak pada jaringan otot secara in vivo. Malfungsi yang terjadi pada saraf periferal dan otot tcrtentu mengikuti replikasi \irus pad.a sci saraf. Pcrubahan secara ccpat terjadi di sel saraf. dari kromatolisis yang ringan ke neurophagia dan kerusakan toral. Beberapa sel syaraf ~ang kehilangan fungsinya karena adanya odema Jokal dapat sembuh scmpuma. Pembcngkakan. ter- utama karena limphocytes, adalah mcrupakan akibat serangan sckunder pada sel saraf.J ika seseorang yang rcntan tcrhadap ' 1rus polio. terscrang virus yang "irulen. reaksi yang terjadi dapat berupa: (I) infeksi yang tidak tampak (tidak bergejala). (2) sakit ringan, (3) aseptik meningitis atau polio paralitik. Hanya sekiwr I% infeksi virus polio bermanifestasi kllnik. Pengeluaran virus dari tcnggorokan clan tinja dan penycbaran infeksi yang lain dapat terjadi tanpa adanya serangan sistem saraf pusatSakit ringan dapat berupa demam, malaise. drowsiness, sakit kepala. mual (nausea) dan muntah-muntah. konstipasi. dan saldt tengorokan dalam berbagai kombinasi. Penderita akan sembuh dalam bcberapa hari. Non paralytic poliomyelitis (aseptic meningilis) adalah tambah- an dari gejala di atas tennas\1k kaku dan sakiL pada punggung dan leher. Penya kit ini berakhir 2-10 hari secara ccpat dan kesembuhan pcnuhPenting diketahui bahwa virus polio hanyamerupakan salah satu dari banyak entcrovirus d.an\irus-virus lain yang dapat mcngakibatkan aseptik meningitis.Pada polio paralitik. serangan pcnyakit mcngikuti gejala ringan sepcrti disebutkan di atas

44 Media Lirbang /...'esehaton .I"J "fl .I/omor J Tahun J()(J7

atau dapat pula terjadi langsung tanpa melalui stadium perrnulaan. Keluhan utama adalah adanya flasid paralisis sebagai akibat dari rusaknya motor neuron bagian bawah. Kesembuhan maksirnal dicapai setelah 6 bulan, tetapi sisa paralisis biasanya berlangsung lebih lama lagi.

3. Cara PenularanManusia rnerupakan satu-satunya reservoirbagi virus polio, dan kontak sesama manusiamerupakan faktor utama bagi penyebaran virus ini.Virus dapat diisolasi dari orofaring untukbeberapa hari, tetapi dalam tmJa dapat dikeremukan sampai satu bulan atau lebih. Cara penularan yang umum adalah dari oropharing atau tinja menyebar melalui jan yang terkontam i nasi.Anak-anak merupakan reservoir utarna dariinfeksi yang akan menyebar ke anggota keluarga lain yang rentan. Pada wakru penyakit ini diketahui pada salah satu anggota keluarga, maka pada saat itu juga semua anggota keluarga yang rentan telah terinfeksi. Jika virus polio beredar dalam suatu masyarakat, virus dapat diketemukan dalam air buangan yang akan dapat berfungsi sebagai sumber penularan melalui air minum. airmandi. dan sebagai.Di negara beriklim dingin, inf eksi denganvirus entero. termasuk virus polio, terjaditerutama pada musirn panas dan musirn gugur. Di negara tropis, sirkulasi virus polio cenderung terjadi sepanjang tahun atau berhubungan dengan musirn hujan,Di dunia sudah terbukti adanya hubungan langsung antara kejadian penyak.it dengan beberapa faktor seperti; sanitasi yang jelek, ke- padatan penduduk, dan terbentuknya antibodi pada umur muda.

4. IrnunitasImunitas pasif diturunkan dari ibu kepadabayinya. Maternal antibodi secara perlahan-lahanmenghilang selama 6 bulan pertama darikehidupan bayi, Irnunitas pasif yang diberikan dengan sunrikan hanya bertahan 3-5 minggu. Imunisasi harus dilakukan sebeium timbul gejala pertama karena antibodi harus ada dalam darah unruk mencegah adanya disserninasi virus ke otak, dan imunisasi tidak efektif bila virus sudah sampai ke otak.Antibodi netralisasi terbentuk dalam beberapa hari sete\ah inf eksi dengan virus polio, kadang-kadang sebelum gejala timbul danantibodi ini bertahan sampai seumur hidup. Antibodi yang bersirkulasi di darah bukan satu- satunya sumber proteksi terhadap infeksi. lmunitas lokal atau seluler dapat memberikan proteksi lokal terhadap adanya inf eksi ulang pada usus (intestinal) setelah sembuh dari infeksi alam atau setelah imunisasi dengan vaksin polio oral. Antibodi lokal atau sekrer ini rnakin dikenal sebagai sesuatu yang mempunyai peranan penting dalam pertahanan terhadap infeksi virus polio atau virus entero yang lain.Umumnya infeksi virus sangat beresiko bagi orang-orang dengan berbagai defisiensi imunologis baik humeral maupun "cell mediated immunity", Pada kasus tersebut, infeksi virus polio, baik infeksi alam rnaupun karena vaksinasi, akan dapat rnenyebabkan penyakit dalam bentuk yang atipikal dengan masa inkubasi lebin lama dari 28 hari. Penyebab kematian tertinggi biasanya terjadi pada penderita penyakit yang lama dan menahun serta lesi yang tidak umum di saraf pusat.Ketahanan terhadap infeksi polio dapat menurun karena pengangkatan tonsil clan adenoid. Hal ini disebabkan adanya penurunan antibodi sekrerori pada nasopharing secara drastis, tanpa ad.anya perubahan pada anribodi di darah. Antibodi lokal akan tetap rendah atau hilang sarnpai selama 7 bulan. Pada anak-anak yang seronegatif, respon antibodi nasopharyngeal rerhadap vaksin polio terlambat timbulnya secara bermakna dan dalam titer yang rendah pada anak yang baru mengalami operasi tonsil.3 Faktor lain yang berpengaruh terhadap berat rin gannya infeksi virus polio adalah umur (terutama pada umur sangat muda), keharnilan. dan kekurangan gizi yang kronis.

5. Pencegahan dengan imunisasiMeskipun peningkatan sanitasi lingkunganmengurangi penyebaran virus polio, satu-satunya cara yang spesifik untuk pencegahan paral itik polio adalah imWlisasi dengan vaksin polio oral yang hidup (OPV=oral polio vaccine) dan atau vaksin polio yang dimatikan (IP V= inaclivedpolio vaccine). Kedua vaksin tersebut pada waktu ini sudah tersedia dan cukup bagus kualitasnya. Keduanya berisi ketiga serotipe virus polio.Vaksin polio yang diinaktifkan dengan formalin (IPV, yang juga d.ikenal sebagai vaksin polio Salk), dibuat dari virus yang ditumbuhkan pada biakan jaringan ginjal kera (dulu biakanjaringan kera primer sekarang biakan jaringan

Media Litbang Kesehatan XVII Nomor 1 Tahun 2007 45

continous cell vero). Booster berulang diperlukan unruk memelihara kekebalan dengan vaksin inakrif ini, Formulasi baru dari IPV dengan konsentrasi antigen yang lebih tinggi (enchanced stau e IPV) telah dikernbangkan akhir-akhir ini. Tujuan urama dari vaksin baru ini adalah menimbulkan kekebalan yang cukup tinggi dan lama pada proporsi yang besar dari orang-orang yang divaksin, cukup hanya diberikan dua dosis. Meskipun demikian sampai saat ini belum menunj ukkan hasil yang jelas tentang efikasi klinik dan efekjangka panjangnya.Vaksin polio oral yang dilemahkan (OPV),atau dikenal sebagai vaksin sabin berisi virus polio yang ditumbuhkan pada biakan jaringan ginjal kera primer atau pada cell diploid rnanusia. OPV dapat disrabilkan dengan magnesium chlorida atau sacharosa. Magnesium chlorida lebih sering dipakai. OPV yang telah distabilkan dapat disimpan pada suhu 0-8C selama 6- l 2 bulan tanpa kehilangan titer yang berarti, OPV dapat disimpan selama 2 tahun bila disimpan pada suhu -20C. pada kenaikan temperarur. OPV yang telah distabilkan akan tetap memiliki titer minimal/potensi minimum selama waktu yang singkat: 7-14 hari pada 26C dan dua hari pada3 l C. Pada temperatur 37C potensi vaksin turun0.15 log I 0 tiap harinya. Jadi total virus sebesar6,15 log 10 akan kehilangan potensinya sebesarseparo dalam dua nari pada suhu 37C.Kedua vaksin OPV dan JPV mcnimbulkan imunitas humeral yang akan bercdar di darah dan rnelindungi saraf pusat dari serangan virus polioalam atau liar. Imunitas yang ditimbulkan olehJPV hanya memberikan sedikit perlindungan padainf eksi usus, dan pembawa virus yang menerimaIPV akan tetap merupakan alat atau organ yangpotensial unruk penyebaran virus alam atau liarkepada orang yang rentan. Kebalikannya, OPV berkembang dan mengebalkan orang seperti pada infeksi aiam. OPV tidak hanya rnenimbulkan IgM dan lgG didalam darah yang tahan lama tetapi juga antibodi sekretoris IgA dalem pharing dan usus.yang menyebabkan resistensi terhadap infeksi virus har.Virus polio yang dilemahkan (erutama serotipe polio 3 mengalami mutasi dalarn baras tertentu, selama berkcmbang dalam tubuh anak yang divaksinasi, tetapi tidak sampai penuh bersifat neurovirulence, dan sangat jarang menyebabkan polio paralisis.Resiko terjadinya polio paralisis disebab- kan karena perubahan atau mutasi serotipe virusvaksin sangatlah kecil. Berdasarkan penelitian yang pemah dilakukan, diperkirakan bahwa satu kasus polio paralisis karena vaksinasi akan terjadi tiap 2 sampai 4 juta dosis OPV yang dipakai'Di negara-negara berkembang, imunisasiprimer harus dimulai sedini mungkin dan berakhir sedini mungkin juga. Jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh WHO dalam EPI adalah 3 dosis secara seri dengan OPV. lni harus dilakukan pada umur 6, I 0 dan 14 minggn atau secepatnya setelah itu, jarak interval yang lebih besar dari 4 minggu tidak diperlukan ulangan dari permulaan.Pada bayi yang lah.ir di rumah sakit atau bayi yang sejak dini telah berhubungan dengan pelayanan kesehatan, kesemparan ini harus digunakan untuk memberikan dosis ekstra OPV. Ini yang disebut OPV zero (bukan OPV l). Untuk menunjukkan bahwa ini bukan untuk meng- gantikan dosis dari seri OPV yang biasa. Meski-pun pemberian OPV pada bayi yang sangat rnuda (minggu pertarna dari kehidupan) tidak memberikan reaksi serologi sebaik pada bayi yang lebih tua cetapi pemberian vaksin pada umur muda tersebut akan memberikan 70% kekebalan lokal pada usus. Disamping icu 30% sampai 50% bayi- bayi tersebut membentuk antibodi terhadap salah satu atau lebih serotipe virus polio.Satu dosis OPV yang diberikan pada bayiyang baru lahir sangat penting terutama di kotaatau di daerah dengan penduduk yang pad.at, danjuga kasus poliomilitis terjadi pada tahun pertamadari kehidupan. Ini menunjukkan pentingnyaimunisasi polio dapat dise!esaikan sedini mungkin. Di beberapa negara berkembang. anak-anak menunjukkan reaksi serologi yang lebih rendah dari yang diharapkan setelah mendapat 3 dosis OPV atau lebih. Ini mungkin disebabkan rantai dingin yang kurang baik pada waktu pengirimanatau adanya gangguan dari virus entero yang lain atau dengan inhibitor non spesifik yang ada dalam usus.

Jaringan Laboratorium l.Tingkat Eradikasi PolioUntuk keperl uan perencanaan, tingkateradikasi polio dapat dibagi dalam 4 kelompok:a. Negara atau daerah dalam stage A: yaitunegara atau daerah yang dianggap bebaspolio. Melaporkan tidak ada kasus poliodalarn tiga tahwi terakhir secara berturut-turut dan cakupan imunisasi polio mencapai 80% pada bayi sebelum berumur

46 Media Litbang Kesehatan >.VJ/ Nomol l Tahtm 2007

I tahun.b. Negara atau daerah dalam stage B: yaitu negara/daerah dengan jumlah kasus polio kurang dari 10 riap tahunnya dan cakupanirnunisasi melebihi 50%.c. Negara atau daerah dalam stage C: yaitu negara/daerah yang melaporkan I 0 kasus polio atau lebih per tahunnya clan mempunyai cakupan imunisasi melebihi50%.d. Negara atau daerah dalam stage D: yairunegara/daerah dengan kasus polio sebanyakIO atau lebih pertahunnya atau jumlahnyatidak diketahui pasti dan cakupan imunisasinya 50% atau kurang atau tidakdiketahui.Pada akhir tahun 1989 kebanyakan (62%) penduduk dunia ringgal di daerah stage C, 26% tingal di daerah stage A atau B, dan 12% tinggal di daerah stage D. Indonesia sejak tahun 1996 sudah masuk dalam negara dalam stage A. 4Berdasarkan perbedaan tingkar eradikasi polio maka dibedakan juga cara pemeriksaan laboratorium dari tiap-tiap tingkatnya, lihat tabel 1.2.sDi daerah atau negara yang endemis atau epidernik polio (stage C clan stage D), kegiatan laboratorium diutamakan pada isolasi virus polio untuk menentukan serotipe polio yang bersirkulasi pada beberapa wakil penderita. Setiap virus yang dapat diisolasi hams diidentifikasi dengan anti sera virus polio tipe spesifik. Pada negara stage Adan stage B, isolasi virus polio hams dilakukan pada semua kasus. ldentifikasi tidak hanya mengunakan antisera polio tetapi juga antisera vims entero yang lain

2. Peran dan Fungsi LaboratoriumBerdasarkan kemarnpuan tenaga ahli danfasilitas peraiaran yang tersedia. rnaka pelayananlaboratorium dalarn melakukan perneriksaan virus polio dibedakan menjadi 3 tingkat yairu:a. Laboratorium Nasional.Tugas utarna dari laboratorium nasionaladalah memberikan konfirmasi laboratorium dari kasus-kasus polio parahsis yairu dengan cara mengisolasi virus polio dari spesimen tinjapenderita dan mengidentifikasi serotipe virus polio yang terisolasi. Selain bertangung jawab pada isolasi clan identifikasi virus polio, laboratorium ini juga melakukan pemeriksaan serologi untuk survei antibodi, yang berasal dari penyelidikan epidemiologi. Kemudian merujuk hasil isolasi virus polio ke laboratorium regionalPada laboratorium tingkat nasional dengan fasilitas yang mencukupi, diharapkan juga dapat mernbedakan apakah virus tersebut berasal dari vaksin arau virus liar (dengan EUSA dan DNA Probe). Laboratorium Nasional Indonesia berada di PT Biofarma di Bandung, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi di Jakarta, dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan di Surabaya.

Tabel 1. Tingkat Eradikasi Polio dan Pemeriksaan Laboratorium yangDirekomendasikan pada Dilakukan untuk Tiap Tingkatnya

No. Macam Pemeriksaan Tingkat Eradikasi Polio

I.Isolasi virus polioStage Asernua kasusStage Bsemua kasusStage CbeberapaStage Dbeberapa

2.lderuifikasi Virus polioyayayaya

3.Karakteristik virus polioyayatidaktidak

4.Isolasi virus entero yang lainyayatidaktidak

5.ldentifikasi virus entero yanglainyayatidaktidak

6.Sampling lingkungan:

- Air kotoran /buanganyatidaktidaktidak

- feses orang sehattambahantidakttdakudak

7.Survey serologitambahantambahanndaktidak

Media Litbang Kesehatan XVI! Nomor I Tahun 2007 41

b. Laboratorium Rujukan Regional.Sebagai rujukan dari Laborarorium Nasional, pemeriksaan yang dilakukan yaitu uji intratipik, melakukan training, melakukan pem-bagian material rujukan seperri sel garis yang sesuai dan antisera, mengkoordinasi kualitas kontrol clan validitas dari laboratorium nasional, merujuk basil isolasi virus ke laboratorium global atau rujukan khusus untuk analisa genorn, melaporkan hasilnya pada waktu manner, berkoordinasi dalam pelaksanaan .dan lain-lain. Laboratorium rujukan regional ada di Enterovirus Research Center (ERG) Mumbai di India dan National Institute of Health (NIH) di Thailand.

c. Laboratoriurn Khusus (laboratorium spesifik) Sebagai rujukan dari semua laboratoriumregional. Laboratorium ini bertugas melakukanpemeriksaan yang lebih spesifik yaitu ujisequencing virus polio untuk mengidentifikasi tempat asal dari virus tersebut, mengembangkan prosedur pemeriksaan standart dan membuat prosedur penelitian baru yang lebih spesifik, rnenyediakan training. reagent, panel monoclonal, dan spesimen lain untuk proficiency test Laboratorium Khusus ada di National Institute of Health and Environment (Belanda) dan Center for Disease Control (CDC) Atlanta.

Pengumpulan Spesimenl. Cara Pengumpulan SpesimenBeberapa cara pengumpulan spesirnen dibeda-kan menu rut:a.Untuk penderita yang tidak dirawat:- tinja.b Untuk penderita yang dirawat:- Flaccid paralisis: tinja, apus tenggorokan,- Meningo-enchepalitis: tinja, apus teng-gorokan dan cairan serebrospinal.- Kematian: spesimen nekrocopt; jaringan dari brain stem, spinal cord dan decending colon dan serum .2. Spesirnen Untuk Isolasi VirusSemua spesimen untuk isolasi virus harus dikumpulkan secepatnya setelah timbul gejalapenyakit. Kontaminasi spesimen untuk isolasi virus ini harus dicegah arau dihindari. Beberapa spesimen unruk isolasi virus:Tinja.Spesimen tinja merupakan saru-satunyaspesimen yang bermanfaat dan sebaiknyadalam 7 hari setelah timbul gejala. Pengeluaran virus dalam tinja dapat terjadi terus menerus. maka dilakukan pengumpulan tinja dua kali dengan jarak 24-48 jam. Tinja sebesar kuku ibu jari orang dewasa (4-8 gram) diambil, lalu dimasukkan dalam tempat tinja dari plastik, dan plastik tersebut harus kering bersih. tidak bocor dan tertutup rapat. Bila tinja tidak dapat diperoleh misalnya kesulitan pengambilan atau sedang di lapangan, tinja dapat diambi! dengan menggunakan straw (pipa sedotan). Straw ini khusus dibuat dari plastik dan dapat diperolehdi EPVWHO. Straw ini dimasukkan dalarnreelum secara perlahan-lahan dan dengansedikit gerakan, tinja dalam jumlah cukup dapat diperoleh. Straw yang berisi tinja dimasukkan dalam botol kering, bersih dan tertutup rapatApus TenggorokanApus tenggorokan steril diusapkan perlahan ke dinding tonsil bagian belakang pnaring, setelah kel uar lidi dipotong di bawah ujung kapas. Ujung kapas dirnasukkan dalam borol srew cap berisi Virus Transport Media (VTM). Apus tengorokan agak kurang bermanfaat mengingat virus polio hanya berada di oropharinx 7-10 hari setelah onset penyakit.Cairan SerebrospinalDua sarnpai 3 cc cairan cerebrospinaldimasukkan dalam vial screw cap tanpa VTM.NekroskopiJaringan NekroskopiDiambil pada janngan otak, servikal, lumbar kord, medulla dan pons pada penderita yang meninggal Spesimen dimasukkan dalarn vial screw cap dengan VTM yang cukup agar spesimen tetap basah. Besarnya jaringan yang diambil sekitar l cm".3. Specimen untuk test Serologi,Spesimen yang digunakan adalah serum darah, Diagnosis ini secara rutin tidak lagi direkomendasi kan karena kesulitan interpretasi pada testnya terutama apabila cakupan irnunisasi polio tel ah ti nggi. Untuk survei sero- lo gi cukup diambil satu spesirnen, yang memerlukan 5 cc darah.Pengambilan darah dapat menggunakan filter paper. Filler paper yang digunakan adalah filter khusus. Jumlah filter paper yang dibutuhkan sangat terganrung dari merk/ ukuran/ketentuan dari pembuatnya.

48 Media Litbang Kesehatan XVII Nomor 1 Tahun 2001

Cara Penyimpanan dan Pengiriman. SuhuJumlah virus atau antibodi yang ada dalamspesimen pada test laboratorium sangat ter-gantung pada suhu penyimpanan, baik waktu disimpan maupun waktu dalam pengirirnan.Spesirnen jangan berulang kali dibekukanatau dicairkan. Suhu beku (-20C) dan waktupengiriman suhu 0-8C. Alat atau bahan pengirirnanBahan untuk pengiriman spesimen dapatterkontaminsi dengan virus maka harus dimusnah- kan, atau dibuar alat yang dapat disterilkansehingga dapat dipakai ulang. Di dalam satu lemari es jangan d.itempatkan spesimen polio dengan vaksin polio.Pendinginan dapat dilakukan dengan dry ice, es batu/cold pock. Untuk dry ice harus dipastikan bahwa selanjutnya akan dapat dry ice t-. Di dalam box/ice box/thermos, botol spesimen hams dibungkus dengan pastik/kantong plastik yang rapat. Diluarnya ada kertas penyerap kalau bocor. Di Iuar box diberi tanda bahan menular.

KesimWabah poliomyelitis di Indonesia yang terjadi tahun 2005 dapat diketahui tentang type virus polio dan asal virus berkat peran jaringan laboratorioum yang dapat memeriksa secara lengkap dan sempurna.

Daftar PustakaI. Global Poliomylitis Eradication by the year2000. Expanded Programme on immunizationand Division of Communicable Diseases. WHO. Manual for the Virological Investigation of Poliomyelitis. 1990.2. Edward Brink. et al. Polio laboratorv networkin South East Asia region. A plan f Action.Regional Paper. WHO Regional Office for South East Asia. Expanded Program On Immunization 1991.3. WHO, Polio laboratory manual lh edition,Immunization. Vaccine and Biologicals.Geneva, 200\.4. WHO. Join/ National - International AFPSurveillance Review. Indonesia. 2006- Dataand Analysis. Wild Poliovirus CasesIndonesia 2005-2006.5. WHO, Issues of Polio Lab Notes. Quarterly

pulan.South-EastAsiaRegional TechnicalLaboratoriumsangat berperandalamConsultativeGroup(TCG) for VaccineNewsletter (1994-1996). Third meeting of

mendiagnosa keberadaan virus polio liar pada kasus Acute Flasid Paralisis (AFP). Penentuan ripe, strain dan genotipe virus polio dilakukan di tiap tingkat laborato- rium, baik nasional, regional dan global/khusus.Preventable Diseases, Nepal, 25-28September 1996

Media Litbang Kesehatan XVII Nomor 1 TahWI 2007 4I