8 bab vi lingkungan maritim

60
PERSPEKTF EI Linghungan Maritim EKOSISTEM DI LAUT EBAGAI suatu bangsa bahari yang memiliki wilayah laut yang luas dan dengan ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar didalamnya, maka derajat keberhasilan bangsa Indonesia juga ditentukan dalam memanfaatkan dan mengelola wilayah laut yang luas tersebut. Keunikan dan keindahan serta keanekaragaman kehidupan bawah laut dari kepulauan Indonesia yang membentang luas di cakrawala khatulistiwa masih banyak menyimpan misteri dan tantangan terhadap potensinya. Salah satu dari potensi tersebut atau sum- berdaya hayati yang tak ternilai harganya dari segi ekonomi atau ekologinya adalah sumberdaya terumbu karang dan jika kaitkan dengan pengembangan wisata bahari, maka keberadaan biota laut yang satu jelas mempunvai andil yang sangat besar. Karena, keberadaannya sangat penting dalam pengembangan berbagai sektor termasuk sektor pariwisata. Terumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat di daerah tropis yang terbentuk dari endapan-endapan masif ter- utama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang, alga berkapur dan organisrne-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat. ' d 9 Pe6pahtifMenuiu Masa Depen Maritim lndon6i. | 261

Transcript of 8 bab vi lingkungan maritim

Page 1: 8 bab vi lingkungan maritim

PERSPEKTF EI

Linghungan Maritim

EKOSISTEM DI LAUT

EBAGAI suatu bangsa bahari yang memiliki wilayah lautyang luas dan dengan ribuan pulau besar dan kecil yang

tersebar didalamnya, maka derajat keberhasilan bangsa

Indonesia juga ditentukan dalam memanfaatkan dan mengelola

wilayah laut yang luas tersebut.

Keunikan dan keindahan serta keanekaragaman kehidupan bawahlaut dari kepulauan Indonesia yang membentang luas di cakrawala

khatulistiwa masih banyak menyimpan misteri dan tantangan

terhadap potensinya. Salah satu dari potensi tersebut atau sum-

berdaya hayati yang tak ternilai harganya dari segi ekonomi atau

ekologinya adalah sumberdaya terumbu karang dan jika kaitkandengan pengembangan wisata bahari, maka keberadaan biotalaut yang satu jelas mempunvai andil yang sangat besar. Karena,

keberadaannya sangat penting dalam pengembangan berbagai

sektor termasuk sektor pariwisata.

Terumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat didaerah tropis yang terbentuk dari endapan-endapan masif ter-

utama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang,alga berkapur dan organisrne-organisme lain yang mengeluarkankalsium karbonat.

'

d

9 Pe6pahtifMenuiu Masa Depen Maritim lndon6i. | 261

Page 2: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSISTEM DI IAUT

Ekosistem terumbu karanl; memPunyai produktivitas organik

yang sangat tinggi dibandingkan ekosistem lainnya, demikian

pula dengan keanekaragaman hayatinya. Selain mempunyai

fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan,

, pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat asuhan bagi berbagai

biota, terumbu karang juga menghasilkan produk bernilai

ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang

karang, alga, teripang, dan kerang mutiara.

Terumbu karang merupakarL ekosistem yang amat peka dan sensitif

sekali.Janganlian dirusak, diambil sebuah saja, maka rusaklah

keutuhannya.Ini dikarenaka n kehidupan terumbu karang didasari

oleh hubungan saling tergrmtung antara ribuan makhluk.Rantai

makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut. Tidak

cuma itu proses terciptanya pun tidak mudah. Terumbu karang

membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara

utuh dan indah.Dan yang ada di perairan Indonesia saat ini paling

tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.

Namun, keadaan terumbu karang di Indonesia terus berada da-

lam keterpurukan.Berbagai ancaman menuju kehancuran tak

juga berakhir, bahkan zrnczunan-ancaman itu kini menjadi hal

yang menakutkan bagi pemulihan dan pertumbuhannya'Pada-

hal,Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi ferumbu karang un-

tuk seluruh Lrdo-Pasifik.Indonesia memiliki areal terumbu karang

seluas 60 ribu kilometer persegi.lebih. sejauh ini telah tercatat

kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga'

Ancaman yang hingga saat ini belum juga terselesaikan berasal

dari manusia sendiri. Yang tak hentinya melakukan penghEmcur6u:I,

peracunan hingga pengambilan karang-karang laut. Hasrat para

nelayan liar untuk mendapatkan keuntungan besar dengan cara

yang mudah, membuat mereka tak mempedulikan kelangsungan

262 | e oerpcmiruoulu Me Deprn Maridm Inddesi.

Page 3: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSISTEM DI IAUT

hidup karang. Sehingga, para nelayan melakukan pengeboman didaerah terumbu karang untuk mendapatkan ikan yang berlimpah.

Pengeboman terjadi, ikan-ikan yang berada di sekitar itu langsungmengalami kematian massal yang juga diikuti dengan kehancurankarang yang menjadi rumah mereka. Anehnya, nelayan banyakyang tak mau tahu, karena yang ada dalam pikirannya hanya

mendapatkan hasil banyak dan berpikir kalau terumbu karangmasih sangat luas.

Kasus pengeboman itu sendiri sudah mengalami penurunan 5 tahunterakhir.Itu setelah dilakukannya pendekatan kepada para nelayandanhukum telah ditegakkan. Begitu juga dengan kasus pengrusakankarang. Walau begitu, kegiatan tak bertanggungjawab itu sudah

terlanjur berdampak terhadap kerusakan sebagian besar karangyang ada karena proses pembiusan ikan dengan menggunakanbahan kimia berimplikasi terhadap karang yang sangat sensitifdenganbahan kimia untuk pembiusan ikan. Kegiatan penangkapanikan dengan pembiusan ada, karena banyaknya permintaan ikanhias. Sehingga, jalan untuk menangkapnya dilakukan dengan cara

pembiusan agar ikan-ikan itu tidak mati.

Kalau dua kasus ihr telah mengalami penurunan, satu hal yangmasih juga belum bisa dikendalikan lantaran tak memiliki dasar

hukum dan aturan yakni oaerfishing (penangkapan berlebih).Kegiatan ini sudah tentu mengancam karang, karena banyak terjadipengambilan karang dari laut untuk dibuat bahan bangunar; juga

pengambilan secara berlebih terhadap teripang laut dan juga kimayang merupakan bagian dari terumbu karang.

Selain ilu, overfishing juga dinilai menganciun sumber daya ikan dilautan. Di mana jika terus menerus dieksploitasi akan berdampakberkurangnya, bahkan punahnya ikan-ikan jenis tertentu. Kalau

gPe6pehdf Menuiu Ma6a oepan M.ndm lndonGia | 263

Page 4: 8 bab vi lingkungan maritim

sudah begitu, sudah pasti generasi mendatang takkan lagi bisa

menikmati sumber daYa ikan.

Kaitannya antara karang dan ikan sudah tentu sangat erat. sebab,

jika spesies ikanberkurang akibat penangkapanyang tak terkendali'

maka aktifitas di sekitar karang akan menurun pula yang tentunya

juga akan mengganggu Proses alami yang ada di laut'

oaerfishing inilah yang hingga saat ini belum bisa dikendalikan di

purrirr. Indonesiu dan tak bisa dilakukan pencegahan jika belum

udu.tyu sebuah regulasi yarlg mengatur' Sampai saat ini, kegiatan

itu masih terus berlangsung. Kerusakan yang diakibatkan oleh

manusia itulah yang coba <liminimalkan saat ini. Itu dengan akan

diusulkannya regulasi tentang overfishing dan juga akan diusulkan

satu daerah yang mana tidak dibolehkan nelayan menangkap ikan'

seperti yang diungkapkan sekretaris Eksekutif Coral Reef Reha-

bilitation and Management Program II (COREMAP II), ]amaluddin

Jompa.Dikatakannya, saat ini pihaknya tengah bekerfa keras guna

meminimalisir pengrusakan terumbu karang akibat ulah manusia'

Upaya ini dilakukan dengan harapan kekayaan laut ini bisa terjaga

dengan baik.

Tentunya hal itu dilakukan dengan pendekatan dan luga penegakan

hukum. Dan khusus untuk overfishing, ini akan kita perjuangkan

agar juga nantinya ada regulasi yatg bisa mengatur' ]amaluddin

rnenyebutkan bahwa kerusakan karang di Indonesia sangat jelas.

Menurut data Pusat Penelitian oseanografi (P2O) LIPI 2009 saia,

tercatat kalau luas terumbu karang Indonesia 70.000 kilo meter

persegi yang masih dalam kondisi sangat baik hanya 5,5 persennya

,r;u. Hui it" menunjukkan penurunan yang signifikan dari 2000 lalu

yang mana pada tahun itu terumbu karang yang kondisinya sangat

baik mencapai 6,2 Persen.

EKOSISTEM DI LAUT

264 | gPeEpehtf Menuiu Mas rPanMadh lndonaia

Page 5: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSISTEM DI LAUT

Data LIPI 2009 iuga menyebutkan kalau, terumbu karang yangkondisinya baik mencapai26persen, cukup baik 37 persen danyangsudah mengalami kehancuran sebanyak 31,5 persen. Kenyataan

itulah yang nampak saat ini dan diprediksikan bakal akan, terjadilagi kerusakan-kerusakan pada terumbu karang ke deparurya.

Di samping ulah jahil tangan ma4usia, , tuturr Jamaluddin, yang

menjadi ancaman terumbu karang ke depanny'a adalahlpemanasan

global yang berdampak pada pgrupahal iklim ala,rf yanf disebut

dengan climate change dan,;iuga alcamai\ lainnya sePerti

sedimentasi, pencemaran laut, serta samiiah. Pidahal, kerusakan

terumbu karang saat ini yang mencapai 31,,5 perseh san$zit sulituntuk dilakukan pemulihan. Apalagi pertumbuhan karang sangat

lambat dan areal yang hancur sangat luas.

Untuk itu, COREMAP tr telah mengupayakan untuk mempertahankan

terumbu karang yang kondisinya masih sangat baik. Sementara adanya

ide untuk pen:maman baru karang tak menjadi program merek4 dimana hal itu membutuhkan biaya yang cukup ti.ggr.

Kaiau ada yang menginginkan agar dilakukan saja penanaman

kembali terumbu karang, itu hal yang sangat sulit. Sehingga biar-kanlah karang yang rusak itu tumbuh kembali dengan sendirinyaoleh proses alam. Itu lebih baik ketimbang iika hendak dilakukanpenanaman karang.

Tindakan penyelamatan juga tengah dilakukan Komisi IV DPR.

Salah satunya, dengan menyusun Rancangan Undang-Undang(RUU) Kelautan yang nantinya diharapakan akan mengatursanksi hukum terkait pengrusakan ekosistem idut dan jugatingkah nelayan Indonesia yang sangat gemar melakukan pe-

nangkapan ikan secara berlebih, serta pengambilan karanguntuk bahan bangunan.

j.Ii1:

i

{fr

E"

9 k6pehuf Menuiu Mas mprn uattim lmmcia | 265

Page 6: 8 bab vi lingkungan maritim

Anggota Kornisi IV DPR RL Bahrum Daido mengungkapkan'

kalau pihaknya sangat prihatin dengan kondisi terumbu karang di

Indonesia. Untuk itulah nanti, semua aspek yang akan mengganggu

terumbu karang akan diahrr dalam RUU itu, agar suPaya terumbu

karang di Lrdonesia bisa pulih kembali'

Ekosistem Padang Lamun

Ekosistem padanglamum atau seagrass memPunyai peran penting

sebagaihubitutikandanberbagaibiotalautlainnya.Berbagaijenisikan"yang bernilai ekonomi penting meniadikan padang lamrrn

sebagai tempat mencari makan, berlindung, bertelur, memiiah dan

sebalai aa"rat asuhan- Dalam perkembangannya banyak padang

lamrn yang telah mengalami gangguan atau kerusakan karena

gangguan alam ataupun karena aktivitas manusia'

Gangguan atau tekanan oleh aktivitas manusia yang berlangsung

terus menerus menimbulkan dampak yang lebih besar' Akar

masalah perusakan padang lamun antara lain karena ketidaktahuan

masyarakat, kemiskinan, keserakahan, lemahnya undang-undang

dan penegakan hukum. I(arena itu, pengelolaan padang lamun

harus mengatasi masalah mendasar itu dalam uPaya rehabilitasi

padanglamun. Rehabilitasipadang lamun dapat di lakukan dengan

i* p"rra"tatan yakni rehabilitasi lunak dan rehabilitasi keras.

Rehabilitasi lunak lebih ditekankan pada pengendalian qe-rifatu.ma-

nusia yang menjadi perryebab kerusakan lingkungari misalnya melalui

tur"pur,ye penyadaran masyarakat (public awareness)' pendidikan'

pengembangan mata pencaharian altematif, perrgembangan Daerah

i'uioa"r,grt Padang Lamun, pmgembangan Peratuan dan

peru.dan[an, dan perregakan hukum secara konsisten' Rehabilitasi

i"ru, -o,"akup kegiatan rehabittasi langsung di lapangan seperti

EKOSISTEMDI LAUT

266 | en*gehrif ueillu Mae lhPan lHh ldoEs

Page 7: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSISTEM DI TAUT

transplantasi lamun.Dibandingkan dengan ekosistem terumbu karang

dan mangrove, ekosistem lamun belum banyak mendapat perhatian.

Padang larnun di tndonesia memiliki luas sekitar 30.000 kmpersegi

yang dihuni oleh 13 jenis lamun. Suatu padang lamun dapat

terdiri dari vegetasi tunggal yakni tersusun dari satu jenis lamunsaja ataupun vggetasi campuran yang terdiri dari berbagai ienislamun. Di setiap padaRg lamun hidup berbagai biota lainnya yang

berasnsiasi dengan lamun, yang keseluruhannya terkait dalam satu

rangkaian fungsi ekosistem.

Dilihat dari aspek pertahanan pantar, padang lamun dengan akar-

akamya yang mencengkeram dasar laut dapat meredam gerusan

gelombang laut hingga padang lamun dapat mengurangi dampak

erosi. I'adang lamun juga dapat menangkap sedimen hingga akan

membantu menjaga kualitas air.

Meskipun lamun kini diketahui mempunyai banyak manfaat, namundalam kenyataannya lamun menghadapi berbagai gangguan dan

.u:tcaman. Gangguan dan ancaman terhadap lamun pada dasamya

dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni gangguan alam dan

gangguan dari kegiatan rnanusia (antropogenik). Fenomena alam

seperti tsunami, letusan gunung api, siklory dapat menimbulkankerusakan pantai, termasuk juga terhadap padang lamun. Tsunami

yang dipicu oleh gempa bawah laut dapat menimbulkan gelombang

dahsyat yang menghantam dan memporak-porandakan lingkunganpantat seperti terjadi dalam tsunamiAceh pada tahun 2004. Gempa

bumi, seperti gempa bumi Nias tahun 2005, mengangkat sebagian

dasar laut hingga terpapar ke atas permukaan dan menenggelamkanbagian lainnya lebih dalam. Debu letusan gunung api seperti letusan

Gunung Tambora tahun 1815 dan letusan Gunung Krakatau tahun

1883 menyelimuti perairan pantai sekitamya dengan debu tebal,

hingga melenyapkan padang lamun di sekitamya.

9 Prcpcerif lhtiu Ma mpm XatOm tnOor*a | 267

Page 8: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSISTEM DI LAUT

Pencemaran laut juga dapat merusak padang lamun, sePerti limbahrumah tangg4 limbah industri, limbah pertanian, atau pengelolaan

lahan yang tak memperhatikan kelestarian lingkungarr seperti

pembalakan hutan yang menimbulkan erosi dan mengangkut

sedimen ke laut. Bahan pencemar asal darat dialirkan ke laut lewat

sungai-sungai atau limpasan (runoft)- Kegiatan penambangan

didarat, seperti tambang bauksit di Bintan, limbi{rnya terbawa ke

pantai dan merusak padang lamun,di depannya. ' 't ,

. i ., : . -.,,, :... :1 .

Pencemaran dari kegiatan di laut \ "

Pencemaran dari kegiatan di laut dapat terjqdi misalnya pada

tumpahan minyak di laut, baik dari kegiatan.perkapalan dan

pelabuhar; pemboran, dan debalasti4g ,miiEfan kapal, tanker.

Bencana yang amat besar terjadi saat, kecqlakaan tabrakan atau

kandasnya kapal tanker yang menumpahkan mualan minyaknya

ke perairan pantar, seperti kasus kandasnya suPertanker Showa

Maru yang merusak perairan Pantai Kepuluan Riau.

Penggunaan alat tangkap tak ramah lingkungan

Beberapa alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan dapat

menimbulkan kerusakan pada padang lamun seperti pukat harimau

yang mengeruk dasar laut. Penggunaanbom dan racun sianida juga

ditengarai menimbulkan kerusakan padang lamun. Di Lombok

Timur dilaporkan kegiatan perikanan dengan bom dan raflrn yang

menyebabkan berkurangnya kerapatan dan luas tutupan lamun.

Padanglaniun yang berada di dasar perairan memililii tempat yang

irnik, hijau dan indah.Sebab, lokasi ini sebagai tempat makan mamalia

laut langka seperti duyung yang hanya mengkonsumsi daun lamun

268 I 9 tuEpehtif Msuiu Ma$ DePan Maririm lndon6ia.:-: '

6:-- .,

Page 9: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSISTEM DI LAUT

sebagai makanan utarna mereka. Namun tidak semua lamun me-rupalian makanan favorit duyung. Hanya beberapa jenis lamun yangukurannya perrdek dan kecil seperti Halodule dan Syringodium.

I,

Populasi duprng di Lrdonesia tergolong langka dan terancam punah,seiring kondisi rusaknya padang lamun di perairan lrdonesia.Ketersediaan lamun di alam menjadi faktor penentu perkembanganke-hidupan duyung. Pengerukan perairan pantai mengancarn daerah ma-kaaduyung khususnya di Sumater4Jawa danBali dimana kepadatanpeaduduk tergolong tir,ggr. Pencemaran perairan juga merupakanpenyebab. periurunan populasi duyung.Logam berat terakumulasipada daun lamun yang menrpakan makanan bagi ikan duyung.Contoh kasus terdapat di Cilegon dan Teluk Jakarta lamtrn terdekatdaerah perkotaan memiliki konsentrasi berat logam tertinggi.

Di Papua Baraf., penebangan dan pertambangan merupakan an-caman yang signifikan'uiituk padang lamun dan habitat lautlainnya. Misalnya, di Teluk Cendrawasih Taman Nasional Laut,

'JiPapua B.arat, duyung jarang ditemukan karena sebagian besarhabitat merekd telah dihancurkan oleh deforestasi yang disebabkansedimentasi. Di Sulawesi utara, terdapat pembangunan hotel danpusat perbelanjaan pada wilayah pesisir kota Manado. Hal initentu saja.memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan padanglamun yang terdapat pada Taman Nasional Laut Pulau Bunaken.

Perburuan duyung penangkapan ikan menggunakan iarir,g pukatdan bahari peledak lerta bahan-bahan beractin, dan aktivitas nelayanyang tidak bertanggung jawab juga merupakan faktor penyebabpenurunan populasi duyung di Indonesia.

Kqpala Bidang Perikanan Budidaya, Dinas Perikanan dan KelautanKalimantan Tengah, Rosette Elbaar, mengatakan Diperkirakanpopulasi duyung di perairan tersebut sekitar 16 ekor. Duyung

9 PeEFhdf Mcnuiu M.a Dcpan trtaddm tndrcb | 259

Page 10: 8 bab vi lingkungan maritim

E(OSISTEM DI LAUT

termasuk hewan ditindunl;i karena di Indonesia hanya ada dibeberapa kawasan di Sumatera.

Dugong atau duyung bernapas dengan Paru-Paru/ Paniangtubuhnya bisa mencapai tiga meter dengan berat empat kuintal.tlkuran tubuh dewasa dicapai setelah usia sembilan tahun dan bisa

bertbhan hidup hingga umtr 20 tahun. Dugong menyukai perairan

dangkal berkedalaman $20 meter dan ditumbuhi lamun yang

merupakan makanan pokol< mamalia tersebut.

Rosette menuturkan, Penemuarn padang lamun yang menjadi

habjtat duyung di perairan Kotawaringin Barat tersebut diawalidarisp.tangkaian penelitian dan penyelaman oleh Tim. Konsorsium

Ir{fia Bahari sejak tahun 2003 hingga 2007.

Di perairan Kohwaringin Bara! lamun tersebar di pantai desa Kubu,

Ta4irmg Keluang, Tanfung Pandan, Sungai Bakatl Teluk Bogam, Tanjung

Peq,ghujar! Gosong Pinggix, Gosong Berendam, Gosong Sepagar, dan

Gosong Senggora. Apabila tidak diiaga duyung yang ada di kawasan

padang lamun tersebut bisa punatu fledator alami duyung di sana tidak

ada Thpi, kepunaftran duyungbisa terjadibila nelayan menangkapnya.

Kabid Pengelolaan Sumber Daya Dinas Kelautan dan Perikanan

(DKP) Kotawaringin Barat, Heppy, menambahkan padang lanrun inimenghilang karena sedimentasi dan polusi kimia yang disebabkan

perkebunan sawit.

Meski demikian, lanjut H.PPy, sebagai makanan utama duyung,

kondisikerusakanpadanglamun di Gosong Senggora dikategorikan

masih rendah.Padang lamun yang ada di sekitar Gosong Senggora

danSepagar menjadi daerah asuhanbagi larva ikan karang snaPPer

dan ikan kakap di perairan laut Kabupaten Kobar yang terhampar

di sepanjang pantai,diantaranya, pantai Desa Kubu, Desa Sungai

27O | 9ftr+.ilfl.6raufl.e D.pil lHfn hdo.r.d.

Page 11: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSISTEM DI LAUT

Bakau, Desa Teluk Bogam, Desa Keraya, Desa Sebuai Timur, Desa

Sungai Cagang Timur dan Desa Teluk pulai. ,,,,..

.,,,.,

MerrurutHeppy, ancaman terbesarpadang lamun di pesisir KotawaringinBarat adalah aktivitas penduduk dalam menambatkan kapal atau 1)

peiahn, sehingga lamun yang turnbuhbanyak tergerus lunas kapp)darrterinjak-injak. Upaya mengurangi kerusakan seharusnya untulqtepayperahu dibuatkan tempat tambat tersendiri. Ekosistem ini amat rentanterhadap ke.merosotan lingkungan yang diakibatkan kegiatan marlil$ia-

Di kawasan pantai, manusia melakulcan pengerukan dan pernge ' ,

rukan demi pembangunan pemukiman pantai, industri, dansaluran navigasi. Ini mengakibatkan rusak totalnya padang lamun.Perusakan habitat di lokasi pembuangan hasil pengerukan akhimy{S:terjadi. Di samping itu, terdapat dampak sekunder pada perairan lauttNyaitu meningkatnya kekeruhan air yang mengakibatkan terlapisnyainsang hewan air oleh lumpur dan tanah hingga menyebabkaqhewan-hewan air tersiksa dan akhimya mati.

Berdasarkan peneliti kehidupan liar satwa langka itu di TelukBalikpapan, Stanislav Lhota, di Teluk Balikpapan, Kalimantaq fi1rnur, kondisi duy.ung semakin terancam dengan rusakhya padaqlamun. Ancaman utama adalah hilangnya padang lamun yaryfri

merupakan pakan utama duyung. Lamun menghilang karen{

Pada 1996, telah diusulkanbahwa duyung telah punah di Kalimantan.Tap! empat tahun kemudian, pada tahun 2000 ditemukan kembalioleh Yayasan RASI (Rare Aquatic Species Indonesia) di TelukBalikpapan, di mana masih dapat dilihat sampai sekarang.

Ilmuwan dari Universitas Bohemia Republik Chechnya itu men-jelaskanbahwa sering orang salahpersepsi terhadap satwa langka itu

9kpcffiMmoi( MEDaa ual6m tlffi | 271

Page 12: 8 bab vi lingkungan maritim

.l

r: , rl 'l,I', ,l

.sehingga disebut ""UaST

"lkan';. Padahal duyung adalah'termasuk

rnamalia yakni benafai di udara dan'induk menyusui anaknya.,

iiixossreu or r-Aur

Ekosistem Mangrovet f r.- .t..,.

r..i:: ,

hrdonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memilikisekitar 17.5A4 pulau dengan panjang pantai 81.000 km persegi,

sehingga neg.ra kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir

272 | e rorsgenrif uenuiu Masa kFn Maddm IndoEeia

Page 13: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSISTEM DI LAUT

laut yangbesar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alamyang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupari komunitasdi dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mernpirnyai po-tensi sebagai sumber bahan pmgm, pertambangut dq1 mineral,energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini meriunjukkanbahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yafi! tak ternilaiharganya di masa yang akan datang.

Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove,

padang lamur; terumbu.karang, ekosistem pantai dan ekosistempulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang men)rusun ekosis-tem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dflestarikan karena

menyimpan sumber keanekaragaman hayati. Salah satu komponenekosistem pesisir da4.laut adalah hutan mangrove. '

Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh dan dipengaruhioleh pasang surut air laut, sehingga lantainya selalu'tergenang air.

Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungandari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di lairt.

Hutan mimgrove Indonesia merupakan hutan mangrove terluas didunia. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75 persen

dari total mangrove di Asia Tenggar4 atau sekitar 27 perse.n dari luas

rnahgrove di dunia. Kekhasan ekosistem mangrove {ndonesia adalah

memiliki keragaman je.nis yang tertinggi di dunia. Sebaran mangrovedi hrdonesia terutama di wilal,ahpesisir Sumatetai'tcalimantan danPapuar Namun demikiary kondisi mangrove IndonesiA baik secara

kualitatif dan kugntitatif terus menurun dari tahuri ke tahun.

Saat ini, tercatat Indonesia mempunyai hutan mangrove seluas 9,36

juta hektar yang tersebar di seluruh lndonesia. Sekitar 48 persenatau seltras 4,51, juta hektar rusak sedang dan 23 persen atau 2,L5juta hektare lainnya rusak berat.Kerusakan hutain mangrove di

9 Peeet tif M€nuiu Ma6 Dcpan M.ddm lndonda | 273

Page 14: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSISTEM DI LAUT

Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia. Baik

berupa konversi mangrove rnenjadi sarana pemanfaatan lain seperti

pemukiman, industri, rekreasi dan lain sebagainya.

Berdasarkan data Kemente:rian Kelautan dan Perikanan potensi

sumberdaya mangrove, 3,7 jrtta hektar dari total 9,36 iuta hektar

tersebut, berada di kawasan hutan. Sedangkan 5,56 juta hektar lainny+

berada di luar kawasan hutan. Untuk mengembalikan fungsi hutan

mangrovg Kementerian Kelautan dan Perikanan tems menggalakkan

penanaman kembali hutan mangrove yang telah rusak.

Padahal, keberadaan hutan nrangrove sangat Penting bagi kehidupan.

Selain sebagai penyeraPan polutan, juga melindungi pantai dari

abrasi, meredam ombak, serta menahan sedimen. Di samping itu,

mangrove juga dapat meredam air laut Pasang yang mengakibatkan

banjir rob serta tempat berkembang biaknya biota laut.

MantanMenteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menga-

takan keberadaan ekosistem mirngrove sangat pentinp selain ber-

fungsi sebagai tempat perniiahan biota laut juga mempunyai andil

dalam perubahan iklim nrelalui penyerapan emisi CO2. Fadel

menekankan keterlibatan masyarakat untuk merawat sangat pen-

ting bahkan pihak swasta juga didorong untuk terlibat dalam pe-

nyelamatan hutan mangrove.

Perusak Hutan Mangrove Dapat Diierat Hukum

Berdasarkan data LSM Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), hutan

mangrove di lrdonesiayanl; terus mengalami kerusakan sepepti di

Aceh 50.000 ha, Sumatera Utara 60.0p0 ha, Riau 95.000 ha Eumatera

Selatan 195.000 ha, Sulawesi Selatan 24.0A0 ha, Sulawesi Tenggara

29.000 ha, Kalimantan Timur 150.000 ha Kalirnentan Selatan 15.000

274 | e nerpt|df ucnuiu Ma3. hPah Midtlm lndon6ia

Page 15: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSISTEM DI LAUT

ha Kalimantan Tengah 10.000 ha, Kalimanta Barat 40.000 ha,JawaBarat 20.400 ha Jawa Tengah 14.041h4 Jawa Timur 6.000 ha, Nusa

Tenggara 3.678ha, Maluku 100.000 ha dan Irian Jaya 2.934.000 ha.

Total kerusakan hutan mangrove di Indonesia 3.806.119 ha.

Direktur Eksekutif Walhi Riau, HariansyahUsmanmengungkapkan,hampir sebagianbesar hutan mangrove (bakau) di Riau mengalami

kerusakan sangat parah. Kondisi iniluh y*g mengakibatkan sejum-

lah daerah di provinsi Riau mengalami abrasi.Kondisi paling parah

terjadi di Kepulauan Meranti, sekitar 60 persen hutan mangrove

di kawasan ini hancur akibat pembabatan yang dilakukan tanpa

memikirkan dampak lingkungan.

Bentang alam Kabupaten Kepulauan Meranti yang sebagian besar

terdiri dari daratan rendah, menjadi sangat rawan. Pada umumnya

struktur tanah di Kepulauan Meranti berupa tanah alluvial dan

grey humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah dan

berhutan mangrove. Lahan semacam ini sebenamya subur untukpengembangan di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.

Celakany+ sebagian besar kawasan hutan mzrngrove di Kabupatan

Kepulauan Meranti terancam Punah. Karena arang, semua hutan

bakau di kawasan ini ditebang. Abrasi mencapai sepanjang 5 kilo-meter. Ini terjadi di Pulau Rangsang. Di Pulau ini, sekurang-kurang-

nya enam desa mengalami abrasi cukup Parah, yakni Desa Bantar,

Tanjung Motong, Tanjung Kedabr+ Tanjung Samak, Tanjung Balak

Bugur, dan Desa Sungai Guyung Kiri.

Walhi Riau juga mencatat, ratusan hektar yang dulunya permukimanpendudrrk dan kebun sagu warga kini telah hilang berganti menjadi

lautan. Untuk mengantisipasi bencana yang lebih parah, warga sekitgberusaha bertahan dengan menanam tanaman penahan ombak api-

api. Tlmaman itu dilrarapkan dapat menahan laju abrasi. Selain

9 P6tsfrif Mmuiu M.$ hFn Maridh lndmd. I 275

Page 16: 8 bab vi lingkungan maritim

EKOSIsTEM DI LAUT

,ci :(. tJ,/ ...itl - !. : !

.rr .' masalah uPfa"+ tqr-r,rbah Kaka pergoa!{r yang turut memberatkanpendudu\. {i,pulqu tgrluar Indijnesia' adal-ah diberikannya izinperkebunan bagi perusihaa" fliidan Tanaman Industri (HTI).

'J ,^i : -

Hancuarya hutan -*gr"* di Kebupaten Kdpulauari,Meranti me-mang t4k.te.rJepas dari munorlnyla seiumlah pabrik arang dirkawasanitu. Secar;'histoiis hutan mangroie di Kepulauan Meranti telah lamadimanfaa&an penduduk desa pantai'unttrk kayu bakaf perkakasrumah, tiang dan lqntai pelataran, jbmuran pukat, jemuran ikan, udangdan kegunaan arang kayu bal,rau y:ihg diminatiunfrrk diekspor.

Padahal"pernbabatan hutan rnangrove dapat dikenai sanksi hukum.Karega $inilai telah melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor41,l199p,,jentarrg kehutanan, UU 31,12004 tentang Perikanaru UU2712007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

:

Sementara itu, kerusakan hutan mangrove di Kalimantan Selatansebagian besar disebabkan ad.anya kegiatan alih fungsi. Antaralain disebutkan kerusakan dikarenakan pembangunan pelabuhankhusus. Selain kerusakan hutan mangrove juga bisa disebabkanoleh ancaman eksploitasi lainnya. Seperti pembangurum pelabuh-an di wilayah pesisir menjadi salah satu indikator. Dampak danpenyebab ditimbulkan kerusakan hutan mangrove dapat mengan-cam .kelangsungan hidup ekosistem sekitarnya, yakni habitatudang dan ikan.Karena hutan mangrove salah satu tempat habitat

, ' ji Di Kalimantan Timur kerusakdn mangrove di Delta Mahakam yangberada di wilayah Kutali Kartanegaia telah mencapai 50 persen dariL00 ribu hektar luasdn di ka#asan'tdrsebut yang terjadi dalam 10

tahun terakhir. Sebagian besar diakibatkan perluisan tambak yangtidak terkontrol dengan baik, dan juga akibat kegiatan migas yangberoperasi di kawasan ini. l

276 | e nmpmif Uenuiu Masa Depen M.riilm lndon*la

Page 17: 8 bab vi lingkungan maritim

EXOSISTEM DI LAUT

Kerusakan tersebut akan terus terjadi jika pemerintah'daerah ti-dak rnelakukan langkah antisipatif secepat mungkin denganmemperketat aturan yang ada. Selain itu, melakukan rehabilitasikawasan yang sudah rusak parah sebagai penyangga intrusi air lautdan melakukan pengelolaan Delta Mahakam berbasis masyarakat.Sebab ada ribuan warga yang tinggal di kawasan tersebut. Harusjuga dilakukan pernetaan kawasan, mana yang boleh dieksploitasiuntuk,tambak maupun dimanfaatkan masyarakat dan kawasanmasuk dalam zona inti.

Pemanfaatan kawasan Delta Mahakam untuk aktivitas tambak te-lah mencapai 50 persen sementara lainnya diakibatkan aktivitasmigas. Jumlah ini terus mengalami kenaikan;tiap tahunnya seiringdengan tingginyi permintaan produksi tambak yang berasal darinegara importir.

Upaya pemulihan dan pendayagunaan potensi hutan m€mgrove me-rupakan ekosistem yang kaya dan menjadi salah satu sumberdayayang produktif. Namun sering pula dianggap sebagai,lahan yangterlantar dan tidak memiliki nilai sehingga pemanfaatan yang me-ngatasnamakan pembangunan menyebabkan terjadinya kerusakan.Pe-ngelolaan tambak memang menjanjikan hasil yang menggiurkantetapi sangat perlu dilihat kesinambungan dan kelestarian lingkunganyang sudah terbentuk sebelumnya. Kondisi ini memerlukan suatustrategi yang jelas dan nyata untuk dapat mempertahankan danmengelola secara baik dan utuh hutan mangrove.

Selain itu juga kondisi hutan mangrove yang te4aga dapat men-jadi objek wisata yang pada akhirnya mampu menumbuhkan per-ekonomian rnasyarakat di sekitamya.Hutan mangrove merupakanobjek wisata alam yang sangat menarik. Hutan mangrove yangtelah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di SinjaiSulawesi Selatary Muara Angke DKI Jakart, Suwung Denpasar,

9 PersFhtifMenuiu Masa epan Madfim lndoneda | 277

Page 18: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN LAI'T.-,

Blanakan dan Cikeong |arara Barat, dan Cilacap ]awa Tengah'

Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan

laut memiliki keunikan.

PENCEMARAN LAUT

Pencemaran laut merupakan zuatu peristiwa masul'rrya material

pencemar seperti partikel kimia limbah industri, limbah pertanian dan

perumaha+ ie datam laut, yang bisa merusak lingkungan laut'Material

Lerbahaya tersebut memiliki dampak yang bermacam-macam dalam

perairan. Ada yang berdampak langsunp maupun tidak langsung'

sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari darataru baik

tertiup angin, terhanyut mauPun melalui tumpahan' Salah satu

p"r,y"UuU Pencemaran laut adalah kapal yang dapat mencemari

r"o!"i a"t, tamudera dalam banyak cara' Misalnya melalui tumpahan

-i"yrf, air penyaring dan residu bahan bakar' Polusi dari kapal dapat

mencemari pelabuhan, sungai dan lautan' Kapal juga membuat polusi

suara yang mengganggu kehidupan organisme perairan' dan air dari

balast tank yang bisa mempengaruhi suhu air setringga menganggu

kenyamanair organisme yang hidup dalam air'

Bahan Pencemar laut lairrnya yang iuga memberikan dampak

yang negatif ke perairan adalah limbah plastik yang bahkan telah

menjadi masalah global-sampah plastik yang dibuang terapung

dan terendap di lautan- Seiak akhir Perang Dunia II, diperkirakan

80 persen sampah plastik terakumulasi di laut sebagai sampah

padat yang menSSanggu ekosistem laut' I\tlassa plastik di lautan

diperkirakan yang menurnpuk hingga seratus juta metrik ton'

Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh

bakteri. sumber sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring ikan

yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut'

27Al

Page 19: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN LAUT

PT. Tormlnal Petlkome3,Surrbtya, Jawa Tlmur,

P6lako: P?. HIS dan PT. ll

(1O kontalnGr) P/t TIS (17 kontalnor)

gPerspeh(fMenuru Masd Depan Ma,itim lndonesra | 279

Page 20: 8 bab vi lingkungan maritim

Limbah kimia yang bersif at toxic (racun) yang masuk ke perairanlaut akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompoklimbah kimia ini terbagi dua, pertama kelompok racun yang

sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida,

furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur

kimia metalik yang memitiki kepadatan yang relatif tinggi dan

bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh

logam berat yang sering mencemari adalah air raksa, timah;

nikel arsenik dan kadmium.

Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera

diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jaring makanan,

pestisida ini dapat menyeb;ibkan mutasi, serta penyakit, yarig dapat

berbahaya bagi hewan laut, seluruh Penyusun rantai makanan

terrnasuk manusia. Racun semacam ifu dapat terakumulasi dalam

jaringan berbagai jenis organisme laut yang dikenal dengan istilah

bioakumrrlasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi dalarn dasar

perairan yang berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan

mutasi keturunan dari organisme yang tercemar, serta penyakit dan

kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang terjadi

di Teluk Minarnata.

Bahan kimia anorganik lain yang bisa berbahaya bagi ekosistem

laut adalah nitrogen, dan fosfor. Sumber dari limbah iniumumnya berasal dari sisa pupuk pertanian yang terhanyut

kedalam perairan, juga dari limbah rumah tangga berupa

detergen yang banyak mengandung fosfor.Senyawa kimia inidapat menyebabkan eutrofikasi, karena senyawa ini merupakannutrien bagi tumbuhan air seperti alga dan phytoplankton.

Tingginya .konsentrasi bahan tersebut menyebabkan Per-tumbuhan tumbuhan air ini akan meningkat dan akan men-

dominasi perairan, sehingga menganggu organisme lain bahkan

bisa mematikan.

PENCEMARAN LAUT

28O I 9 PeEpehdfM.nulu Mt$ DG9.n Maridm lndon€i.

Page 21: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN LAUT

Muara merupakanwilayahyangpalingrentanmengalamieutrofikasikarena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi.Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke lingkunganlaut, dan cendrung menumpuk di muara.

The World Resources lnstitute telah mengidentifikasi 375 hipoksia(kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporanini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisirdi Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, danAsia Timur, terutama di |epang. Salah satu contohnya adalahmeningkatnya alga merah secara signifikan (red tide) yangmembunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan masalahpernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik.Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai.

Lautan biasanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer.Karena kadar karbon dioksida atmosfer meningkat, lautanmenjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapatmempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkanglainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. Kehidupanlaut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suaradari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasiminyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suaralebih cepat di laut daripada di udara.

Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatanlematu dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan olehinforrnasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan lautyang hidup lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwaantara tahun 1950 dan 1.975, anrbien kebisingan di laut naiksekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat).

I hrspeHf M6uiu Ma* Dqn Mamm mdocsl. | 281

Page 22: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN LAUT

Pencemaran Laut Indonesi a Memprihatinkan

Tingkat pencemar,m lingkungan laut Indonesia masih tinggi,

ditandai antar lain denganterjadinya eutrofikasi atau meningkatnya

jumlatr nutrisi diseb4bkan oleh polutan.

Nutrisi yang berlebihan tr:rsebut, umumnya berasal dari limbah

industri, limbah domestik seperti deterjen, maupun aktivitas budidaya

pertanian di daerah aliran sungai yang masuk ke laut.Pencemaran di

iaut bisa pula ditandai dengan meningkatrrya pertumbuhanl toplankton

yang berlebihan dan cenderung cepatmembusuk'

Kasus-kasus pencemaran di lingkungan lau! yang disebut red

tide itu, antara lain terjadi di muara-muara sungai, seperti di Teluk

|akarta tahun 1992, 1994, 1997, 2004, 2005, 2006' Di Ambon teriadi

pada tahun 1994 dan1gg7, di perairan Cirebon-Indramayu tahun

zooe au]l 2007, selatBali dan muara sungai di perairan pantai Bali

Timur tahun \g94, \998,2003,2007, dan di Nusa Tenggara Timur

tahun 1983,1985,1989.

Meski kerap terjadi, inventarisasi terjadinya red tide di Indonesia

sampai saat ini masih belum terdata dengan baik, termasuk

kerugiarr yang dialami. Mungkin kurangnya pendataan red tide

ini disebabkan oleh kejadiannya yang hanya dalam waktu singkat.

Karena itu untuk menanggulan gi red tide sebagai bencana, beberapa

lembaga Pemerintah dan institusi pendidikan telah melakukan

penelitian meskipun masih dilakukan secara sporadis'

secara umum, kerugian secara ekonomi akibat dari red tide ini,

adalah tangtapan nelayan yang menurun drastit gagal panen para

petambak udang dan bandeng serta berkurangnya wisatawan ka-

iena pantai .nurquai kotor:dan bau oleh bangkai ika1. Efek terja-

dinya red tide }uga dituniukkan Penurunan kadar oksigen serta

282 | 9 ]tEp€hdfMenuiu Ma$ De9an Mariilm lndonesL

Page 23: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN tAUT

meningkahya kadar toksin yang menyebabkan matinya biotalaut penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilanpopulasi organisme laut.

A,kibat lautan tertutup dengan alga pada saat berlimpah, maka mataharisulit untuk ke dasar laut dan pada akhimya menyebabkanberkurangnya kadar oksigen dalam laut. Selain itu, sebagian algae jugamengandung toksin atatr racun yang dapat menyebabkan matinya ikandan mengancam kesehatan manusia bahkan menyebabkan kematianapabila mengkonsumsi ikan yang mati tersebut.

Tanpa adanya limbah, sebagai fenomena 4lam sesungguhnya me-ningkatnya pertumbuhan algae ini sangat jarang terjadi. SlametDaryoni dari Walhi |akarta mengatakan, bahwa pencemaranberat terutama di kawasan laut dekat muara sungai dan kota-kota,besar.Selain,kare4a polusi yang berasal dari limbah industri yangberlebihan, pencefnaran laut juga disebabkan oleh ekploitasi minyakdan gas bumi di lautan. Namury yang paling penting adalah akibatkebijakan dan perhatian pemerintah yang sangat kurang terhadapkelautan di Indonesia.

Selanjutnya, Slametmenjelaskanbahwa di sisi lain, tingkatpencemarandi beberapa kota termasuk di Jakarta sudah sangat memprihatinkan,sebagai contotr, adalah karena ada kaitan dengan kebijakan yangtidak berpihak kepada lingkungan. Di perairan Teluk Jakarta saja,kondisi cemar berahrya sudah menc apai 62pesen. Padahal ini terjadidi Jakarta, pusat pemerintahan, pusat kebijakan. Terlebih lagi kefi'ka.pemerintah membuat kebijakan mengenai hal ini di tahun 2007.Lalurnengenai sungai. DKI Jakarta memiliki tiga sgngai. Pencemarandalam konteks cemar beratnya kini mencapai 94 persen.

Slamet menambahkarL mengenai kegiatan ekplorasi gas dAn mi-nyak yang berdekatan dengan laut. Sisa pembuangaru-rya dibuang

.. ir.

9 Pc6Ftilif Menulu Maa Depen Mertdm tndorch | 283

Page 24: 8 bab vi lingkungan maritim

di lautan. Misalnya kita lihat kembali kasus Minahasa yang meng-

akibatkanwargamengalamisakityangluarbiasaakibatarsen'mercuri dan zat kimia lainnYa.

Minyak di Laut Antara Energi dan Pencemaran

Minyak menjadi Pencemar laut nomor satu di dunia'Sebagian di-

akibatkan aktivitas pengeboran minyak dan industri' Separuh

lebih disebabkan pelayaran serta kecelakaan kapal tanker. wilayah

Indonesia sebagai jalur kapal internasional Pun rawan Pencemaran

limbah minyak'

Badan Dunia Group of Expert on Scientific Aspects of Marine

Pollution (GESAMP) mencatat sekitar 6,44 iula ton per tahun

kandungan hidrokarbon dari minyak telah mencemari perairan

laut dunia. Masing-masing berasal dari transportasi laut sebesar

4,63 juta toru instalasi pengeboran lepas pantai 0,18 juta torL dan

sumber lain (industri dan pemukiman) sebesar 1,38 juta ton'

Limbah minyak sangat berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem

laut, mulai dari terurnbu karang, mangrove sampai dengan biota air'

baik yang bersifat lethal (mematikan) rnaupun sablethal (menghambat

pertumbuhan, reproduksi dan proses fisiologis lainnya)' Hal ini

karena adanya senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak

bumi, yang memiliki komponen senyaw'a kompleks, sepertibenzen4

:.toluena "thilb"rrur,,

dan isomer xylena (BTEX)' Senyawa tersebut

beqpenga.ruh besar terhadap Pencemaran'

Direktur Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban

Maritim, Muhamad Karim mengatakan, dampak dari pencemaran

minyak laut paling dirasakan oleh nelayan'.'Akibat tumpahan

miriyak, terumbu karang, ikan dan biota laut mati'Para nelayan

PENCEMARAN LAUT

284 I 9 PeEpehtitMenuiu Ma* DePan Maddh lndon'5ia

Page 25: 8 bab vi lingkungan maritim

yang menggantungkan hidup dari mencari ikan di laut tidak bisa

meraih hasil tangkapan.

Karirn menjelaskan, minyak dan air laut tidak bisa menyatu.Karena berat rnasanya lebih ringan. Akibat ini pula minyak yangmengambang rnenutupi permukaan laut sehingga karang-karangsebagai tempat tinggal dan sumber makanan ikan mati.

Seperti yang terjadi di Balikpapan. Akibat tumpahan minyakselama enam bulan nelayan di sana tidak bisa mencari ikan.Menurut Karim, wilayah yang paling rentan dari pencemaranlingkungan akibat tumpahan minyak adalah di masyarakatpesisir. Sebab 70 persen pengeboran minyak ada di lepas pantai.Selain itu, jalur laut yang biasa dilalui kapal-kapal tanker yangmengangkut berjuta-juta ton barel minyak, seperti di wilayahSelat Malaka dan 'Ieluk |akarta. Pencemaran lingkungan yangharus bertanggung jawab adalah Kementerian Perhubungan,

,- ^

-.- t - tMG..: \i:'4 " : :! :r;,Xi*#- ! ;ff tf:Ya_E+ ;j*?e&*tEei

9 Pe.spehtifMenuiu Masa Depan Maritim lndonesia I 285

Page 26: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN LAUT

Kementerian Kelautan clan Kementerian Lingkuhan Hidup(KLH), Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, DKRTNI AL, Pertamina dan pemerintah daerah. Mereka menjadiujung tombak dalam pencegahan dan penanggulangan polusilaut.Banyak kasus-kasus seperti ini hanya menjadi catatanpemerintah tanpa penanggulangan tuntas.

Sebagai contoh adalah kasus pencemaran di Teluk Jakarta danKepulauan Seribu.Diketahui pencemaran ini sudah terjadi sejak

2003 dan dalam kurun waktu 2003-2004 tercatat berlangsung 6

kali kejadian. Namury sampai saat ini pemerintah belum mamPumengangkat kasus ini ke pengadilan untuk menghukum pelakuapalagi membayar ganti rugi kepada masyarakat sekitar. Inimenunjukkan lemahnyakoordinasi antarinstansi pemerintah dankepolisian dalam menuntaskan kasus. Harus diakui Indonesiatertinggal dari negara-negara lain dalam hal pencegahan danpenanggulangan bencana tumpahan minyak di laut.

Sebagai contoh tumpahan minyak di Teluk Meksiko. Pemerintah

Amerika Serikat dengan tegas meminta ganti rugi kepadaperusahaan yang bertanggung jawab.Yang terjadi di Lrdonesia

sebaliknya. Mereka tidak bisa menindak tegas bahkan menghitungkerugiare mulai dari jumlah ikan yang mati, kerugian nelayan

dan kerugian meteril lainnya. Kasus tumpahan minyak Cevron diBalikpapan misalnya, justru masyarakat yang pro aktif. Merekayang melakukan pengawasan lingkungan laut. Karena mereka

menggantungkan hidup di sana.

Karimmenegaskan, tumpahanminyakkianwaktumenjadikekhawatiranseluruh lapisan masyarakat atas ketersediaan lahan hidup bagi warga

pesisir. Karerra itu kegiatan monitoring dan kontrol menjadi sangat

penting untuk dan mmanggulangi bahaya pencemaran lautdari tumpahan minyak.

286 | 9 ll.Bp€hrif Msuiu Mesa oepah Marltlm lndon6ia

Page 27: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN LAUT

Awal Pencemaran Minyak di Laut

Sejak peluncuran kapal pengangkut minyak pertama Gluckauf pa-da 1885, dan penggunaan pertama mesin diesel kapal (tiga tahunkemudian), fenomena pencemaran laut oleh minyak muncul.Sebelum perang Dunia II sudatr ada usaha-usaha untuk membuatperafuran mengenai pencegahan dan penanggulanganpencemaranlaut.Namun, baru terpikirkan setelah terbentuk InternationalMaritime Organization (IMO) dari Badan Perserikatan BangsaBangsa (PBB) pada 1948.

Usaha membuat peraturan yang dapat dipatuhi semua pihakdalam organisasi tersebut masih ditentang banyak pihak. Barupada 1954 atas prakarsa dan pengorganisasian yang dilakukanpemerintah Irrggris (UK), lahirlah Oil Pollution Conoention yangmencari cara untuk mencegah pembuangan campuran minyak daripengoperasian kapal tanker dan dari kamar mesin. Selanjutnya,disusul amandemen tahun 7962 dal:l 1969 untuk menyempumakankedua peraturan tersebut. |adi, sebelum tahun 1970 masalah MaritimePollutionbaru pada tingkat prosedur operasi.

Pada 1.967 terjadi pencemararl terbesar, ketika tanker TorreyCanyon yang kandas di pantai selatan Inggris menumpahkan 35juta gallons crudel oil dan telah merubah pandangan masyarakatInternational di mana sejak saat itu mulai dipikirkan bersamapencegahan pencemaran secara serius. Sebagai hasilnya adalah"lnternational Conaention for the Preaention of Pollution from Ships"pada 1973 yang kemudian disempurnakan TSPP (Tanker Safetyand Pollution Prevention ) Protocol pada 1978 dan konvensi inidikenal denqan nama MARPOL 1.97311978.

Konvensi ini berlaku secara Intemational sejak 2 Oktober 1983.Isidan teks dari MARPOL73178 sangat komplek dan sulit dipahami

9 P€Ep.hrifMenulu Mas DGp.n Med.ih hdonGia I 287

Page 28: 8 bab vi lingkungan maritim

bila tanpa ada usaha mempelajari secara intensif.Implikasi lang-

sung terhadap kepentingan lingkungan Maritim dari hasil pe-

laksanaannya memerlukan evaluasi berkelanjutan baik oleh pe-

merintah maupun pihak industri suatu negara.

Sebagai contoh IePan& dalarn hal pmcegahan dan penanggulangan

bencana tumpahan minyak di laut, antara birokrasi LSIvI, institusi

penelitian dan masyarakat telah terintegrasi dengan baik. Kasus

kandasnya kapal tanker milik Rusia Nakhodka (13.157 ton bermuatan

19.000 kilo liter heavy oil) pada Januari 1997, sebagarbukti keberhasilan

negara tersebut dalam penanggulangan tumpahan minyak' Mereka

bekerja sama saling memb;rntu dalam perranggulangan bencana ini'

Hanya dalam waktu 50 hari seluruh tumpahan dapat diselesaikan.

Pencemaran Minj'ak di Laut Timor

Kasus terbesar di hrdonesia akibat Pencemaran minyak terjadi di

Laut Timor akibat meledeiknya sumur minyak Montara milik PT

TEP Australasia. Ironisnya, pemerintah tidak bisa memberikan

angka valid terhadap kenrgian yang dikibatkan oleh Pencemar;mminyak Montara tersebut. Klaim Freddy Numberi (kala itu) sebagai

ketua Tirnnas PKDTML pun dipertanyakan.

Lambannya pemerintah dalam menyikapi persoalan Pencemar€ulLaut Timor telah mencabik-cabik harkat, martabat dan jati diribangsa Indonesia. Pemerintah tidak pernah memPunyai perhatian

serius terhadap masalah Pencemartm di Laut Timor. Masalah

Laut Timor bukan hanya masalah sepele dari sisi ekologi, tapi

merupakan masalah berbahaya yang mengancam masa depan

anak cucu karena akan berdampak jangka Paniang. Seharusnya

pemerintah melakukan kajian ilmiah secara komprehensif dan

menyeluruh di Laut Timor agar Proses klaim ke pihak Penc€mar

PENCEMARAN LAUT

288 | 9 PeEpehtif Mnui! Masa Depan Ma.um ln&nesi.

Page 29: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN LAUT

disertai bukti-bukti ilmiah akurat. Tak heran, Yayasan Peduli TimorBarat (YPTB) dengan tegas menolak rencana PTIEP Australasia,perusahaan minyak Australia, untuk memberikan ganti rugi 5 jutadolar AS atau Rp 45 miliar bagi para nelayan dan petani rumputlaut di Timor Barat Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ketua YPTB, Ferdi Tianoni menjelaskan, iurntah ganti rugi tersebut

sangat tidak sebanding dengan penderitaan yang ditanggung paranelayan dan petani rumput laut sejak terjadinya pencemaran lautTimor, seluas 85.000 kilometer perseg akibat meledaknya ladangminyak Montan, pada2L Agushrs 2009 lalu. YPTB bahkan mengajukanpengaduan baru dengan melengkapi selun:h data tambahan berkaitan

dengan pencemaran akibat ledakan ladang minyak Montara. Iumlahnelayan yang mengalami kerugian, jauh lebih banyak dibandingkanyang diajukan Tim Nasional yang dipimpim Menhub Fredy Numberi.

Dari hasil laporan pemerintahAustralia PTTEP setuju untuk membayarganti rugi kepada masyarakat yang terkena dampak.KesediaanMenhub menerima ganti rugi 5 iuta AS, berarti pemerintah Lrdonesia

secara langsung mengakui data-data ilmiah yang diktaim ke PTTEP

Aushalasia sangat tidak valid. Jika pemerintahmenyepakati menerima

5 juta dolar AS, maka hal ini merupakan sebuah kemunduran besar.

Teluk ]akarta Merintih Tertindih Polutan

Ribuan jenis ikan rrrati terdampar di bibir pantai Taruma Jay4Kabupaten Bekasi. Ikan-ikan itu mati akibat zat kimia pabrik industriyang membuang limbah ke laut. Pencemaran di laut akibat adanyapembuangan limbah industri dari wilayahJakarta dan Bekasi. Tentu

saja pemandangan itu sangat mengerikan dan mengkhawatirkanbagi nelayan, karena sudah tiga bulan para nelayan pesisir ]akartaberkurang hasil tangkapannya.

9 fr.EFhdf Menuiu M.s D.pan M.rltlh lndo@h | 289

Page 30: 8 bab vi lingkungan maritim

Nelayan sendiri tahu kalau ad'a pencemaran, ya dari banyaknya

ikan yang mati. Kalau sudah begitu biasanya kita nggak melaut'

kita sibuk mungutin ikan karena baunya busuk menyengat' LSM

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) sudah mengecek kadar

pencemaran laut di Teluk lakarta, hasil penelitian air luat sudah

i"t."*u, limbah industri. Berdasarkan pemantauan sepanjang

Teluk Jakarta terdapat banyak kawasan industri yang berpotensi

melakukan pencemaran. \Vilayah-wilayah itu adalah Kawasan

Berikat Nusantara Cilincinp; |akarta lJtara, Kawasan Industri Pulo

Gadung Jakarta Timur, Pat'rik minyak goreng di Taruma Jaya dan

beberapa pabrik lain di wilaLyah utara Kabupaten Bekasi'

Nelayanberharap agar Peme'rintah Kabupaten Bekasi turun langsung

ke lapangan, dan melihat lokasi pencemaran secara langsung'Selain

PENCEMARAN LAUT

29O I e nerspentifUenuiu Masa Depan Madtim lndonesia

Page 31: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN LAUT

itu nelayan iuga berkeinginan agar mereka diberikan pelatihanketerampilan selain menjadi nelayan.

Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

Jakarta Utara Iswardi, menufurkan, buruknya pelaku industri da-ldm membuat Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana

Penataan Lingkungan (RPt.) ikut menambah pencemar;U:r di telukJakarta. Pencemaran tidak akan terjadi kalau pelaku industrimembuat RKL serta RPL dengan baik. Teluk ]akarta semakin parahsetelah menanggung beban sampah yang besar setiap hari.

Dari 13 muara sungai yang berhulu di Teluk |akarta, setiap harimenumpuk 161 ton sampah yang memenuhi area seluas 514

kilomter persegi. Tercatat ada 151 ton sampah yang berasal dari 13

muara sungai mengalir ke Teluk Jakarta perharinya. Berdasarkandata yang ada, saat ini teluk Jakarta dipenuhi sampah hingga 161 tonper hari yang memenuhi area seluas 514 kilometer persegi. KadarCOD (Cheraical Oxygen Demand) dan BOD (Biological OxygenDemand) juga masih tinggi Selain cara sembunyi ada industri yangmenggelontorkan limbahnya langsung ke laut.

Menuru Iswardi, sistem pengelolaan limbah yang dilakukan parapelaku industri belum baik dan belum dilakukan dengan benar.Ia mengatakan hal itu bisa dibuktikan melalui data terakhir hasilpengamatan dan pemantauan yang dilakukan BPLHD |akartaUtara bahwa kadar COD dan BOD yang mencemari Teltrk fakartamasih tinggi. Dalam mengawasi pelaku industri semua meniadiwewenang BPLHD DI(I Jakarta. Ketika pelaku industri menyusunRKL serta RPL mereka harus melaporkannya ke BPLHD DKIJakarta dan laporan itu disebut laporan implementasi. Laporantentang limbah cair pihak perusahaan harus melaporkannyasetiap tiga bulan sekali namun untuk limbah udara setiap enambulan sekali.

9lreGtsfrdf M6ui! Mas D.p.n Meddm ldffih | 291

Page 32: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN LAUT

Sementara ihr, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup(Walhi), Berry N Furqonmenilai, pemerintahDKlf akarta tidak serius

menangani masalah Pencenraran li,4bah di Teluk |akarta. Pasalnya,

hingga kini Pemprov tidak merniliki pola penanganan y.ang jelas,

cenderung parsial, sama seperti tahun'tahun sebelur4nya. Sehingga

sampah atau limbaliL inemrrnpukrdhn meiicemari Teluk Jakart4sehingga mengancam kehiclupan nelayan di pesisir jakarta.

Kegagalan' kerja sama ddam mengelola sampah tersebut akan

mengancarn sungai di Jakarta semakin lebih parah kondisinya. selain

itu.sampah yang mencemari sungai mauPun yang tak terangkat atau

terkelola dengan baik itu aka1 mengg€rnggu kesehatan warga di sekitar.

Menurutrya, pencemaran srrngai dan limbah di Teluk Jakarta, sudah

merusak Cagat Alam Muara Angke sampai Kepulauan Seribu dan

berbagai persoalan-lain, han-rs dilihat dan ditangani menyeluruh dari

bencana ekologis akutyang telah teriadi di pantai dan Teluk Jakarta.

Pemerintah provinsi seolah *"rr"r."p mata dan melindungi kebera-

daan sekitar 800 biiah pabrik dan industri di sepanjang pesisir

Pantai Tehrk Jakarta, dan ratiidan lainnya di bantaran 13 sungai'

Pabrik-pabrik ini diduga berindikasi kuat tidak mempunyai

Amdal (Analisis Mengpnai Dampak Lingkungan) dan atau tidak

taat Amdal. Kalaupun ada hanya sekadar formalitas dan tidak

diimplemerrtasikan secara baik.

Secara kasat mata pabrik dan industri itu dalam membuang limbah

tidak menggunakan sistern Instalasi pembuangan Air Limbah

(Ipal). Hal ini dapat dilihat dari buruknya kondisi air buangan

yang ada di sekitar pabrik-pabrik tersebut- Walhi jakarta melihat

persoalan limbah industri inilah yang perlu Penanganan segera.

Karena kualitas pencemarannya sangat ti.gtr, termasuk kategori

limbah balian beracun berbahaya (B3). Korban yang disebabkannya

sudah begitu banyak dan sering terjadi.

292 | e mpemif uenuiu M.* D€pen Marllim lndon6ia

Page 33: 8 bab vi lingkungan maritim

PENCEMARAN LAUT

Teluklakarta Paling Kotor di Dunia

Perairan Teluk Jakarta termasuk paling kotor di dunia. Penyebab ke-kotoran ini sebagian besar atau sekitar 80 persen berasal dari daratan,terutama akibat sampah dan limbah cair yang mengalir melalui 13

sungai ke teluk. Pencemaran yang berasal dari daratan atauland-basedpollution menytrrnbang 80 persen terhadap pencemaran perairan teluk,baik akibat bahanorganik, bahan berbahaya dan beracun (83), sepertilogam dan pestisida, pencemaran minyak dan sedimery pencemaranorganisme patogen dan eksoti( serta detergen.

Pencemaran di Teluk ]akarta terlal'r membuat kehidupan masyarakatdan nelayan yang tinggal dilokasi tersebut makin sulit.Akibatpencemaran dan reklamasi, frekuensi melaut berkurang drastis.Kondisi ini membikin kelangsungan hidup nelayan Teluk Jakartakian jauh dari sehat da1'r sejahtera. Bahkary pada tahun 2005,salah seorang nelayan Teluk Jakarta meninggal dunia setelahterkontaminasiatau terpapar oleh pencemaran air dari teluk.

Teluk Jakarta terletak di antara Tanjung Karawang di sebelah timurdan Tanjung Pasir di sebelah barat. Teluk seluas 285 krn2, dengangaris pantai sepanjang 33 km dan rata-rata kedalaman perairan g4 madalah ruang yang menjadi mata pencaharian masyarakat nelayan.

Dari Teluk Jakarta, kami dapat menyekolahkan anak dan memenuhikebutuhan hidup sehari-hari. Namun, sej ak reklamasi dan revitalisasiPantai Jakarta pada tahun 1995,Iambat laun banyak perubahanburuk dirasakan. Mulai jarangnya kami melaut, bangkrutnya usahabudidayakerang yang kami kembangkan, hingga berkurangnyajenis ikan di perairan Teluk Jakarta.

Tingginya dampak bawaan pencemarzrn dan reklamasi Pantai]akarta terhadap keberlaniutan ekosistem laut dan sumber daya

9 tuEtsftif Mouiu Mas Dcpan Maddm tntuda | 293

Page 34: 8 bab vi lingkungan maritim

yang d.ikandungnya serta keberlangsungan hidup nelayan Teluk

irt*tu mendesak langkah konkret dari Kementerian Lingkungan

Hidup (KLH) dan Dinas Petemakan, Perikanan, dan Kelautan

Provinsi DKI Jakarta.

Mengingat luasnya dampak Pencemaran dan reklamasi' sudah

saatriya-KlH melakukan uPaya-uPaya perbaikan atas kondisi

lingkunganhidupSecaralebihseriusdankonsistendiTeluk}akartadan sekitamya.

Tercata! sebanyak 13 sulgai besar yang bermuara ke Teluk

|akarta mulai dari Sungai lGmal hingga Cakung memiliki andil'

Mereka meniadi saluran timbah gratis bagi sekitar 20 juta warga

Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi' Ditambah pula sekitar 1'600

perusahaan yang juga menggelontorkan limbah caimya ke suilgai'

Menurut data resmi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(BPLHD)Iakart+disebutkanbahwaperairanTelukJakartasudahiak layak lagi untuk wisata bahari dan kehidupan biota laut'

Alasannya leluk Jakarta telcemar kandungan nitraf amoniak' dan

fosfat sudah melebihi ambang batas'Bahkan Pencemaran sldah

mencapai Kepulauan Seribtr.

Selain membahayakan biota lau! sampah-'sampah padat itu juga

dapat membahayakan arus lalu lintas kapal laut' Untuk mengatasi

masalah sampah ini, PT Pelindo EI telah menSoPerasikan 12 kapal

dan perahu untuk menjaring sampah di sepaniang Pantai yang ada

di Pelabuhan Taniung Priok, ]akarta Utara'

Begihr juga Sampah di Pelabuhan Muara hgke, Jakarta Utara' tak

sekedar berserakan tapi terorqggok-orrggok tidak karuan' Tidak

hanya di d.aratan, tapi juga sampai banyak yang berenang-renang

di dalam air. Limbah dari industri iuga membuat wama air laut

PENCEMARAN LAUT

294 | e reryuif ucnulu ile D.9an M.dh lndon6i'

Page 35: 8 bab vi lingkungan maritim

DES'i'RUCTIVE FIS}IING

menjadi hitarn. Dalam perjalanan dari Pelabuhan Muara Angkemenuju Pulau Pari, Kepulauan Seribu, bau sampah dan limbahsangat menyengat hidung. Semakin ke tengatr, air terlihat cokelat,

terus hijau, dan baru rnenemukan air yang iemih kebiruan ketikahampir mendekati Pulau Pari.

Menurut catatan, dalam kurun L0 tahun terakhir ini di keduakavsasan tersebut memikul beban polusi akibat banyaknya sampah

dan limbah yang 90 persennya berasal dari Iakarta, Bogor, Depok,Tangerang, dan Bekasi.Setiap hari tidak kurang dari 14 ribu meterkubik sampah masuk ke kedua wilayah perairan diserambi DKI|akarta itu. Akibatnya, Teluk |akarta dan Kepulauan Seribu kinimirip tempat pembuangan sampah raksasa.

Sumber pencemaran, selain berasal dari sampah urnurn, juga akibat

kegiatan pembuangan minyak dari perusahaan pengeboran lepas pantai

serta kapal-kapal tanker. Dari pantauan kawasan Teluk ]akarta dan Pulau

Seribu memerlukan penyelamatan segera jika tidak ingin masyarakat

dan lingkungan di sekitamya hancur. Pencemaran itu mengakibatkan

terancamnya potensi pe-ngembangan pariwisata di Kepulauan Seribu.

Dampaknya sudah mulai dirasakan oleh masyarakat.

DESTRUCTIVE FISHING

Kegiatan penangkapan yang dilakukan nelayan seperti

balran peledak, bahan beracun dan tnnal bertentangan kode etik pe-

nangkapan. Kegiatan ini umumnya bersifat merugikan bagi sum-berdaya perairan yang ada. Kegiatan ini semata-mata hanya akan mem-

berikan dampak yang kurang baikbaik ekosistem perairan akan tetapi

memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam kegiatan

panangkapan yang dilakukan nelayan dengan cara dan alat tangkapyang bersifat merusak oleh nelayan khususnya nelayan tradisional.

9 Pc#Lrif Menuiu Mas Dep.n M.dtin lndonGia | 295

Page 36: 8 bab vi lingkungan maritim

DESTRUCTIVE FISHING

Kegiatan yang umumnya dilakrrkan nelayan dalam melakukan

penangkapan dan termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah

penggunaan alat tangkaP yang dapat merusak ekosistem seperti

kegiatan penangkapan dengan pembomary penangkapan dengan

menggunakan rafltn serta penggunaan alat tangkap trawl pada' daerah yangkarang.

Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan peledak

merupakan cara yang sering; digunakan oleh nelayan tradisional di

dalam memanfaatkan sumber daya perikanan khususnya didalammelakukan penangkapan ikan-ikan karang. Penangkapan ikan-ikan

karang dengan menggunakan bahan peledak dapat memberikan

akibat yang kurang baik baik bagi ikan-ikan yang akan ditangkap

maupun untuk karang yang terdapat pada lokasi penangkapan.

Penggunaan bahan peledal< dalam penangkapan ikan di sekitar

daerah terumbu kaiang menimbulkan efek samping yang sangat

besar. Selain rusaknya terumbu karang yang ada di sekitar lokasi

peledakan, juga dapat menyebabkan kematian biota lain yang bukan

merupakan sasartu:t penangkapan. Sebab ihr, penggunaan bahan

peledak berpotensi menimbulkan kerusakan yang luas terhadap

ekosistem terumbu karang.

Kegiatan yang marak dilakukan oleh neiayan adalah dengan meng-

gunakan obat bius atau bahan beracun lainnya. Bahan beracun

yang umum dipergunakan dalam penangkapan ikan dengan pem-

biusan seperti sodium atau potassium sianida. Seiring dengan me-

ningkatnya permintaan konsumen terhadap ikan hias dan hidupmemicu nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan yang

merusak dengan menggunakan racun sianida. Kegiatan ini umumdilakukan oleh nelayan untuk memperoleh ikan hidup.

Hasil yang diperoleh dengan cara ini memang merupakan ikan yang

masih hidup tetapi penggun aannya pada daerah kareurg memberikan

296 | r respenif uenoiu Mae &pan Matrm lndon€si.

Page 37: 8 bab vi lingkungan maritim

9 PerspchtifManuirr Masa Dopan Maritim lndonesia | 297

Page 38: 8 bab vi lingkungan maritim

DESTRUCTIVE FISHING

dampak yang sangatbesar bagi terumbu karang. Selain itu penang-kapan dengan cara ini dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenisikan karang tertentu. Racun tersebut dapat menyebabkan ikan besardan kecil menjadi mabuk dan mati. Di samping mematikan ikan-ikan yang ada, sisa racun dapat menimbulkan dampak negatif bagikehidupan terumbu karang, yang ditandai dengan perubahan wamakarang yang berwarna warni menjadi putih yang lama kelamacmkarang menjadi mati.

Kegiatan lain yang termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalahpenggunaan alat tangkap trautl pada daerah karang. Kegiatan inimerupakan kegiatan penangkapan yang bersifat merusak dan tidakramah lingkungan. Penggrrnaan alat tangkap trawl pada daerahkarang dapat dilihat pada kasus yang terjadi di perairan Bagan Siapi-Api Provinsi Sumatera Utar:a dan di Selat Tiworo Provinsi SulawesiTenggara. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, penggunaanalat tangkap ini sudah dilarang penggunaannya di Indonesia karenaalat tangkap tersebut termasuk kedalam alat tangkap yang sangattidak ramah lingkungan karena memiliki selektifitas alat tangkapyang sangat buruk.

Nelayan di Sulawesi Utara cenderung tidak memperdulikan hukumyang ada. Mereka tetap melakukan proses penangkapan denganmenggunakan alat tangkap trawl. Alat yang umumnya digunakanolehnelayanberupa jaring denganukuran yang sangat besar, memilkilubang jaring yang sangat rapat sehingga berbagai jenis ikan mulaidari ikan berukuran kecil sampai dengan ikan yang berukuran besardapat tertangkap dengan menggunakan jaring tersebut.

Cara kerjany.a alat tangkap ditarik oleh kapal yang mana menyapuke dasar perairan. Akibat penggunaan pukat harimau secaraterus menerus menyebabkan kepunahan terhadap berbagai jenissumber daya perikanan. Hal ini dikarenakan ikan-ikan kecil yang

298 | f nerymf Uauiu Me D.Fn M.ritim lndooed.

Page 39: 8 bab vi lingkungan maritim

DESTRUCTIVE FISHING

belum memijah tertangkap oleh alat ini sehingga tidak memilikikesempatan untuk memijah dan rnemperbanyak spesiesnya. Selainhal tersebuf dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan alattangkap ini pada daerah karang adalah rusaknya terumbu karangakibat tersangkut ataupun terbawa jaring.

Direktur Desctructiae Fishing Watch (DWF), Zulhcar Mochtar,mengungkapkan kegiatan nelayan yang menangkap ikan dengancara-cara yang tidak ramah lingkungan tentu saja merugikannelayan itu sendiri. Meningkabrya kesadaran nelayan, makapemikiran mereka akan terbuka, dan nelayan akan mengerti betaparnerugikannya melakukan kegiatan illegal fishing dalam prosespenangkapan ikan khususnya pada daerahkarang sehingga kegiatanpenangkapan tersebut dapat beralih menjadi penangkapan yangramah lingkungan dan menjadikan ekosistem perairan khususnyaekosistem terumbu karang tempat dimana dilakukannya prosespenangkapan dapat lestari.

Peningkatan kesadaran ini dapat dilakukan dengan dilakukannyapenyuluhan ke wilayah nelayan, dan pendidikan dari kecil disekolah daerah pesisir. Agar betul-betul bisa langsung menyerangakar permasalahan dan menanamkan kesadaran sejak awal untukmenjaga terumbu karang sebagai rumah ikan. |ika tidak dicegah,cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan maka yangrugi nelayan itu sendiri.

Walau kesadaran sudah tercipta di nelayan, tapi tetap tidak akanbertahan lama jika masalah kesejahteraan nelayan tidak segera

ditangani. Sebab itu, lanjut Zrtlhcar, sangat membutuhkan campurtangan pemerintah karena memang sudah seharusnya begitu.Dengan adanya bantuan pemerintah yang tepat sasaran makapeningkatan kesejahteraan nelayan sudah tidak jadi sekadar impianlagi tapi dapat diwujudkan.

9 PffiFritif Mcnulu Ma* Dcpen Mendm lm | 299

Page 40: 8 bab vi lingkungan maritim

Sekarang tindakan nyata rrang dapa! dilakukan untuk mengatasi

permasalah anillegalfishirg pada ikan-ikan karang khususnya untukmemperbaiki daerah karang yang rusak adalah dengan melakukan

transpalasi karang ataupun pembuatan terumbu karang buatan.

Terumbu karang buatan adalah suatu struktur yang dibangun

untuk menyediakan lingkungan, habitat, sumber makanan, tempat

pemijahan dan asuhan, serta perlindungan pantai sebagaimana

halnya terumbu karang alam.

Sayang pemerintahbelum nrerrunjukkan perhatian yang optimal dalam

sistem alami dan kualitas lingkungan kawasan pesisir dan

lautan khususnya terumbu karang dan lemahnya penegakan hukum

(aw errforcement). Tapi kita tidak bisa terus menunggu hal ini berubah

kita semua harus turun tanP;an terutama yang peduli. Kita dapat turut

mengawasi penegakan hukum, mengawasi jika teriadi pengerusakan

terumbu karang dan terus rnenyuarakan danbertukar pikiran dengan

nelayan akan betapa penlingnya terumbu karang terhadap hasil

tangkapan ikan mereka nanti.

LUMPUR LAPINDO MERUSAK EKOSISTEM PESISIR

Semburan lumpur Lapindo di Kecamatan Poronp Sidoarjo, Jawa

Timur, yang sudah berlangsung hampir 5 tahun dengan volume

diperkirakan sebesar 80.000-100.000 meter kubik menyajikan

kekhawatiran di tengah-tengah masyarakat Porong. Lumpur PanasLapindo yang dibuang ke laut melalui sungai Porong, men88an88u

ekosistem laut dan merusak hutan mangrove.

Berdasarkan penelitian dari Koalisi Rayat Untuk Keadilan Perikanan

(KIARA) menemukanbahwa perairan sekitar Sidoarjo adalah 1 dari

4 kawasan perairan pesisir penting yang menoPang stok ikan di Laut

Jawa. Di sektorbudidaya, ratusanhektar tambakudang danbandeng

LUMPUR LAPINDO MERUSAK EKOSISTEM PESISIR

3OO I p rusraru.nulu Mae &Fn Maddm ldon6ia

Page 41: 8 bab vi lingkungan maritim

LUMPUS LAPINDO MERUSAK EKOsISTEM PESISIR

juga dipastikan tak bisa digunakan lagi. Terlebilu dari aspek fisik,lumpur Lapindo memiliki butiran yang sangat halus, yaitu sekitar0,0039 milimeter atau tergolong larutan koloid, yaitu larutan yangsangat sulit dipisahkan antara air dan material padatan, sehingga

lumpur Lapindo ini tidak bisa diendapkan dalam skala besar danm'embutuhkan persyaratan khusus untuk mengendapkarurya.

Alhasil, lumpur Lapindo tidak mungkin dibuang begitu saia ke

badan sungai atau laut"

Perikanan tambak merupakan unggulan Kabupaten Sidoario kawasan

dengan luasan tambak organik terbesar di Lrdonesia. Sekitar 30 persen

ekspor udang hrdonesia berasal dari tambak Sidoarjo dengan nilaiproduksi sekitar Rp 800 miliar per tahun. Dalam pada itt1 Sungai

Poronp; merupakan sumber pengairanlebih dari 4.000 hektar tambak diKecamatan Jabon, Sidoarjo. Buangan lumpur Lapindo ini akan masuk

dan merusak tambak, serta meracuni udang dan ikan di dalamnya.

Machfu{ 52 tahun adalah bagian dari pemilik tambak seluas 7,5

hektar'. Bapak tiga putra ini berharap bisa mencukupi kebutuhanhidupnya melalui budidaya tambak. Pasalnya warga RT 16lRW 5

Dusun Pandansad Desa Kedung Pandan, KecamatanJaborg Sidoarjoini rrremperoleh penghasilan berkisar Rp60-70 juta per panen.

Namun, sejak pemerintah membuanglumpuf Lapindo ke lautmelaluiSungai Porong pelan-pelan sumber nafkah lvlachfud menyusut.Puncaknya adalah ketika ombak besar pasang di muara lautmenghajar tanggul+anggul penghalang tambak dan menghancurkanpanenan ikannya serta merusak tambaknya. Semua bencana itu,tutur Madrfu{ adalah akibat pendangkalan muara karena lumpurLapindo yang digelontorkan melalui Sungai Porong.

Dulu arus pasang dari laut bisa mengalir lancar, bahkan sampaike wilayah Porong sana. Tapi karena sekarang di sini (area

9 tu sFfrof Mdulu Ma* Deprn Maffm ltue | 3Ol

Page 42: 8 bab vi lingkungan maritim

LUMPUR LAPINDO MERUSAK EKOSISTEM PESISIR

muara) jadi dangkaf air p;rsang tidak bisa mengalir lewat Sungai

Porong, dan masuk ke tambak. Dalam Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun Anggaran 2006

disebutkan bahwa, Produksi ikan di perairan tambak yang meliputijenis bandeng, udang winclu pada 2005 sebesar 22.624.400 Kg dan

pada 2006 sebanyak 22.253.500 kg, di mana mengalami penurunan

sebesar 1,64 persen. Penttrunan ini disebabkan karena adanya

serangan penyakit dalam usia 1-2 bulan masa Pemeliharaarypenurunan kualitas air tambak sebagai dampak dari lumpurlapindo, dan pengaruh pemasaran produk budidaya, khususnya

udang windu.

Dampak serupa juga akan dialami ribuan nelayan di pesisir Sidoarjo,

Madura, Surabaya, Pasuruan, dan Probolinggo yartg terancam

kehilangan sumber penghidupan akibat tercemamya wilayah

tangkap tradisional mereka. Padahal Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) melalui Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional

(IINCLOS 1.982) telah mewajibkan adanya perlindungan terhadap

hak perikanan tradisional <li Pasal5L Ayat 1.

Semburan lumpur panas akibat pengeboran gas milik perusdhan

Aburizal Bakrie ini membuat Para atrli berdatangan, seperti dari

Amerik+ Jerman, Belanda, IePan& dan berbagai negara termasuk

negara tetangga Australia. Masing-masing membuat sketsa,

hipotesis, penelitian-penelitian, dan Perencanazm-Perencanaiu:Imatang, hingga ada ygng membuat minuatur danau lunrpur lapindo.

Percobaan-percobaan tidatr< luput dilakukan di arena perlombaan.

Eksplorasi Lapindo Harus Distop

':.

Direktur Eksekutif )awa Timur, Bambang Catur Nusantara/ menga-

takan Kabupaten Sidoarjo zudah dikapling oleh BP Migas dan

3O2 | 9['€EpehtifMenuiu Masa oepan Maritih lndonesia

Page 43: 8 bab vi lingkungan maritim

LUMPUR LAPINDO MERUSAK EKOSIsTEM PESISIR

pengelolaan aktivitas ekplorasi dan ekspoitasi migas diserahkanpengelolaannyapada PT I-apindo Brantas. Sejauh ini ada 49 sumuryang dikelola PT Lapindo Brantas, sebanyak 14 diantaranya sudahberproduksi, 25 sumur berstatus masih pengembangan, tuiuhsumur berstatus eksplorasi, dan sisanya berstatus selineasi.

Menurut Catur, penutun aktivitas pertambangan migas ini tidakberlaku pada sumur-srlmur yang sudah berproduksi. Ada beberapa

alasan pokok yang disampaikan kenapa penutupan aktivitas

pertambanganmigas di Sidoarjoituharus dilakukan. Pertama adalah

tidak seimbangnya dana bagi hasil migas yang diterima KabupatenSidoarjo dari kegiatan lifting migas PT Lapindo Brantas. Sampai

tahun 2004 saia, dana bagi hasil yang diterima Kabupaten Sidoario

hanya Rp2 miliar saja. Catatan tahun 2004 bahkan Kabupaten

Sidr:arjo mendapat dana bagi hasil hanya Rp45 juta. Padahal saat

itu lifting migas dalam 4 tahun terakhir mencapai puncaknya" yakni29.9 M.360 IvIMBTU," ujarn ya.

Pendapatan bagi hasil yang diterima Kabupaten Sidoarjo tidakseimbang dengan kerusakan akibat semburan lumpur di Porong.

Greenomics mengestimasi kerugian finansial akibat semburanlumpur selama 30 tatrun mencapai Rp30 triliun lebih. Ini sama

dengan 15 tahun kekuatan APBD Sidoarjo.

Alasan kedua, Sidoarjo adalah kawasan padat hunian penauiukyang sangatberbahaya jika terj adi kecelakaan kegiatan pertambanganseperti kasus Lumpur Lapindo.Alasan ketig+ berdasarkan Jumal"Earth and Planetary Science Letters" tertanggal 15 Agustus 2008,

Sidoarjo khususnya kawasan Porong dilewati patahan Watukosek.

Patahan ini terbentuk pada masa Paleogene, sekitar 65 juta tahun

yang lalu. Karakternya berupa cekungan yang berisi lumpur laut,bertekanan tinggi. Patahan lapisan tanah inilah yang membuatkondisi bawah permukaan Sidoarjo sangat labil. Akibat bencana

9P6p.hfff Menuiu Mas oepan Malummaorch | 3O3

Page 44: 8 bab vi lingkungan maritim

LUMPUR LAPINDO MERUSAK EKOSISTEM PESISIR

lumpur lapindo ini, empat kecamatan di Sidoarjo mengalamidampak langsung dan tidak langsung. Tanah sawah yang menjadialat produksi masyarakat lokal hilang. Belum lagi sumber airsungai dan air tanah yang telah dicemari pembuangan lumpur. Iniberdampak juga pada pro<luksi perikanan darat yang jadi sumberpenghidupan warga.Belurn lagi industri.dan manufaktur yanghilang dan rusak, menciptakan pengangguran.

Hak warga untuk mendapatkan udara yang sehat juga terabaikan.Walhi Jatim sampai tahun ini menemukan 13 kasus kematian yangdiduga ada kaitannya dengan kasus keracunan hidrokarbon yangdisebabkan tercemamya ud.ara di sana. Alasan-alasan inilah yangmenurut Catur, sangat ku;rt sehingga seharusnya Pemkab Sidoarjomaupun Pemprop Jatim menolak aktivitas pertambangan migassaat ini sampai masa mendatang.

Sernentara itu, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo menurun-kan alokasi anggaran infrastruktur penanggulangan bencanalumpur lapindo sebanyak Rp267 miliar dari anggaran awal Rp565miliar pada2012. Kepala Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo((BPLS), Sunarso mengatakan penurunan anggaran tersebut me-nyusul pembebasan tanahuntuk relokasi infrastrukfur yang saat initelah mencapai 87,4 persen sehingga ditargetkan pad,a akhir 2011pembebasan lahan termasuk jalan tol dapat segera diselesaikan.,,

Selain itu, dia pun menargetkan pembangunan tanggul untukpengaliran lumpur ke kaliporong termasuk relokasi jalan ar-teri dapat difungsikan pada akhir 2011. Sunarso menuturkanmeski pengerjaan infrastruktur ditargetkan selesai pada Z011,,

ancaman gunung lumpur menurutnya masih sering terjadi tanpaterduga sehingga perlunya kewaspadaan dengan pengalokasiananggaran pada 2012 terutama untuk penanganan tanggul, kaliporong, dan muara.

3O4 | e ferspentif uenuiu Ma* &pan Maririm tndonesia

Page 45: 8 bab vi lingkungan maritim

SEDOT PASIR IAUT ANCAM EKOSISTEM LAUT

Luapan lumpur panas per 2009 hingga sekarang mengalami pe-

nurunan tapi gunung lumpur masih aktif dan sering tidak terdugasehingga dukungan dana infrastruktur untuk program BPLS 2012

masih sangat dibutuhkan. Upaya penyelesaian pembelian tanahyangm4suk dalam peta terdampak pada 2011 dari dana APBN ucaPnya,

baru terealisasi sebanyak Rp360 miliar dari target awal Rp520 miliarsehingga masih tersisa Rp160 miliar. Dana ini masih ada di BPLS dan

belum bisa terbayar karena rnasih menunggu dari Lapindo.

SEDOT PASIR LAUT ANCAM EKOSISTEM LAUT

Pulau kecil yang tenang dan indah tiba-tiba menjadi hiruk pikuksuara gemuruh kapal-kapal keruk. Kapal tersebut dengan se-

rakahnya menyedot pasir, benda mati dan seluruh mahkluk hidupyang ada di dalamnya. Semua diangkut ke kapal tongkang yangsudah menunggu "lapat" .

9 Pe6gehrifMenuiu Ma$ thpan M.iim lndoneia | 3O5

Page 46: 8 bab vi lingkungan maritim

SEDOT PASIR LAUT ANCAM EKOSISTEM LAUT

Ke mana kapal itu pergi? Yr, muatan kapal ditarik menuiu negara

tetangg4 Singapura. Isinya dimuntahkan di negeri itu. Inilahgambarannyata sebagiankecil warga negara Indonesia yang sedang

melakukan eksploitasi tanirh aimya demi kepentingan pribadi.Mereka tidak mempedulikan dampak kerusakan lingkungan yang

diakibatkannya. Biota laut beserta isinya hancur-lebur. Ekosistem

laut rusak menjadi bencana yang siap mengintai masyarakat sekitar

yang tak berdosa.

Dampak langsung dari kerusakan ini paling dirasakan oleh

masyarakat pesisir yang kebanyakan sebagai nelayan. Kegundahanmereka sudahterlihat sejakkedatangankapal-kapal keruk ke wilayahtangkapan ikan. Hasil ikan yang diperoleh menjadi berkurang. Halini disebabkan seluruh isi laut disedot tanpa pandang bulu. Tidakhanya pasir yang diangkaf tetapi telur-telur, anak ikan, terumbu

karang, serta biota lainnya juga ikut musnah.

Dampak jangka panjang yang ditimbulkan dari kegiatan Penam-bangan pasir adalah hilangnya pulau-pulau kecil. Hal tersebut bisa

mengubah sistem perairan laut di Indonesia. Salah satu pulau kecil

dari ribuan pulau yang hampir tenggelam adalah Pulau Nipah.

Pulau tak berpenghuni di Provinisi Kepulauan Riau itu sangat

penting perannya. Karena pulau tersebut merupakan tanda daribatas kontinen negara Indonesia dengan Singapura.

Bayangkan jika pulau itu benar-benar tenggelam atau hilang,yang diuntungkan adalah Singapura. Mereka dapat mengklaimbahwa luas wilayah negaranya bertambah. Direktur Pusat KajianPembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim, MuhamadKarim mengatakarl penambangan pasir laut di sekitar perairanKepulauan Riau telah berlangsung sejak 1970-an. Penambangantersebut sebagian besar untuk memenuhi permintaan negara

tetangga, Singapura.

"d

3O6 | e ncrcpenmUenuiuMGa DeFn M.dtlm lndmsia

Page 47: 8 bab vi lingkungan maritim

SEDOT PASIR LAUT ANCAM EKOSISTEM LAUT

Bagi Singapura, penambangan pasir dibutuhkan untuk memperluaswilayah daratan mereka. Sementara bagi bangsa Indonesia, khu-susnya masyarakat Kepulauan Riau, penambangan pasir tidakmendatangkan kesejahteraan. Yang ada justru kerusakan ekosistempesisir, dan tenggelamnya sejumlah pulau kecil.

Karim menjelaskan, aklivitas penambangan pasir laut memiliki ba-nyak dampak negatif. Kerusakan yang muncul salah satunya ada-lah perubahan morfologi dasar laut menjadi tidak beraturan. Peru-bahan itu secara langsung mengganggu kehidupan biota laut danlingkungan di dalamnya, seperti ekosistem dan abrasi. Sehingg+diperlukan pengaturan khusus agar lokasi penambangan tidakdilakukan pada satu titik.

Menyangkut problem penambangan ilegal atau pencurian pasir, me-nurut Karim, bagi negara kegiatan penambangan pasir ilegal akanmembawa kerugian yang cukup besar. Negara akan kehilangan pen-dapatan dari devisa, paj& dan cukai. Hukum tidak pemah marnpumenjangkau kegiatan ilegal/pencurian pasir. Beberapa kasus sepertipenangkapan kapal pengeruk Queen of Nederland dan Geopotek ber-bendera Belzurda tidak pemah sampai ke proses hukum.

Menurut Karim, volume eksploitasi yang tidak terkendali jugamenyebabkan suplai pasir di pasar menjadi besar. Posisi Singapurasebagai satu-satunya pembeli telah membentuk pasar pasir Riaumenjadi pasar monopsoni. Suplai pasir yang besar membuat hargapasir jatuh. Di sisi lain, Singapura marnpu menekan harga pasir.

Karim menilai, persoalan penambangan ilegal muncul karenatumpang tindihnya perizinan. Sebagian perusahaan penam-bangan menggunakan izin pemerintah daerah, seperti Gubernuratau Bupati. Ada pula yang menggunakan izin Kementerian Per,tambangan dan Energi.

9 P.BFttif Menuiu Mao Dcacn ffrfntnoneh | 3O7

Page 48: 8 bab vi lingkungan maritim

SEDOT PASIR LAUT ANCAM EKOSISTEM LATIT

Tumpang tindih perizinan telah menimbulkan kesemrautan pe-

ngambilan pasir di banyak perairan. Hal ini membuat kegiatan pe-

nambangan tidak terdata dengan baik. Sehingga jumlah pasir yangdieksploitasi dan diekspor sulit diketahui. Akibatnya kerusakan

ekosistem akibat eksploitasi berlebihan tidak dapat diantisipasi.

Kegiatan penambangan pasir laut, kata Karim, yang paling urgentmembawa masalah besar bagi masyarakat, khususnya nelayan dikepulauanRiau. Pengerukanpasir secarabesar-besaranberPengaruhlangsung atas ketersediaan sumber daya ikan, sehingga aktivitasekonomi di sektor perikanan semakin terancam.

Penyedotan pasir telah menghancurkan ekosistem pantai, terutamahilangnya fitoplankton dan zooplakton sebagai makanan ikan danjuvenil ikan. Hal ini akanberpengaruhburukbagi industri perikananyang selanjutnya akan memukul pendapatan masyarakat pesisir.

Secara geopolitik, papar Karim, penambangan pasir untukwilayah negara lain memunculkan kasus baru dikemudian hari.Yaitu, persoalan batas laut antara Indonesia dengan Singapura.Penambahan luas wilayah darat secara otomatis akan menambahklaim wilayah mereka. Penambahan wilayah tersebut terarah ke

selatan atau wilayah Indonesia. Maka wilayah laut Indonesia secara

otomatis akan berkurang. Dengan kata lain negara Singapuramelakukan ekspansi teritotial secara tidak langsung terhadapwilayah laut Indonesia. Perluasan wilayah Singapura tampak dariluas wilayah 633 kilometer persegi pada 1,991., pada 20C1 menjadi760 km persegi atau bertambah 20 persen.

Mengingat persoalan itu, unhrk meminimalkan problem yang timbuldiperlukan pelarangan tegas terhadap penambangan pasir laut.Terlebilu dari berbagai riset yang pernah dikerjakan. Di negara laintidak ada yang mendukung penambangan pasir berskala besar.

3O8 I 9Pe6pehilf Menuiu Masa oeFn Madfim lndon€:sia

Page 49: 8 bab vi lingkungan maritim

SEDOT PASIR LAUT ANCAM EKOSISTEM LAUI

Besamya dampak negatif penambangan pasir laut, disebabkantidak ada perencanaan yang baik dan terkendali. Keadaan inisemakin memperlihatkan kecenderungan destruktif menyusulpemberlakuan otonomi daerah yang tidak dibarengi penyiapankelembagaan d;ur pengaturan kewenangan yang jelas.

jika sebelum berlakunya UU No 2212004 tentang Pemerintah-an daerah hanya terdapat kurang dari L0 perusahaan yangmemperoleh izin menambang pasir laut di sekitar perairan Riau.Namun sekarang berkembang hingga mencapai 200 perusahaan.Sebagian besar izin pertambangan baru tersebut diberikan olehpemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten.

Laju perkembangan perizinan tersebuf bukan saja semakin menekankeseimbangan ekosistem laut, tetapi juga telah menyebabkanjatuhnya harga pasir lantaran melonjaknya volume produksi denganpembeli satu-satuny4 Singapura. Kasus serupa juga tidak tertutupkemungkinan terjadi di tempat lain di seluruh perairan Indonesia.

Hal yang sama juga disoroti Dilektur Eksekutif Walhi, Berry NahdianFurqon. Menurut Berry, dampak jangka pendek dari pengerukan pasirlaut adalah perubahan bentang alam. Hilangnya sejumtah pulau kecilmenyebabkan ekosistem laut yang sudah territa rapi menjadi rusak.

Dalam proses penambangan tingkat kekeruhan air sangat tingg.Ini tidak bisa ditoleransi. 'Ilerumbu karang tercemar, kematian biotalaut di dalamnya pun tak bisa dihindari. Hanya beberapa jenis biotayang bisa bertahan. Hal yang paling ditakutkan adalah kehancuranpermanen. Tidak mudahmengembalikaneksistem lautseperti semula.Butuh waktu lama untuk mengembalikan semua kerusakan.

Pengerukan pasir laut juga menyebabkan abrasi pantai. WilayahIndonesia terus berkurang menyusul masuknya air laut ke daratan.

gPffipehrlf Manuiu Mas Oepan Marftim lndoncsta I 3O9

Page 50: 8 bab vi lingkungan maritim

Untuk mengatasi masalah tersebut, sebaiknya para penegak hukum

danpemberi perizinananmernberantas, sertamenindak tegaspelaku

penambangan pasir. Jangan mudah memberi perizinan. Sebaiknya

kaji dulu dampak lingkungan yang akan terjadi ke depan.

Hentikan Keruk Pasir Laut!

Laksamana TNI (Purn) Bernard. Kent Sondakh dalam bukunya

berjudul "Mengibarkan Bendera Kewajiban" mengakui pasir laut

di Indonesia menjadi incaran Singapura. Mereka membutuhkan

sedikitnya 7,Zlmiliar meter lcubik untuk mereklamasi 180 kilometer

persegi pantainya. Namury dari hasil pengamatary 90 persen pasir

yang diekspor dari Kepuluan Riau 90 Persen ilegal. Yang tercatat

legal hanya 75 juta meter kubik atau senilai 34,16 juta dolar

SEDOT PASIR IAUT ANCAM EKOSISTEM LAUT

3lO I cPeEpennf venuiu Mas Depsh Maiitim lndohella

Page 51: 8 bab vi lingkungan maritim

SEDOT PASIR tAUT ANCAM EKOSISTEM LAUT

Singapura. Akibatnya, negara mengalami kerugian 11p1.,765 miliardolal Singapura atau senilai 9 triliun sejak 1978 hingga 2001.

Menurut Bemard, ekspolitasi pasir laut tidak hanya merugikankegangan negara, tetapi rrrengakibatkan kerusakan lingkungan.Akibatnya, aktivitaspara nelayan menangkap ikan terganggu, karenabanyak biota laut yang mati. Yang membuat miris, penambanganpasir ini juga menyebabkan sejurnlah pulau tenggelam di wilayahsekitarnya. Diakui Bernard, masalah penambangan pasir lautrnenjadi perhatian hingga ke tingkat legislatif di Senayan, sejakdirinya memimpin angkatan laut. Saat itu, dirinya dengan gencarpenertibkan aktivitas laut.

Sekitar ]uli 2001, Bernard memerintahkan jajarannya melaksanakankegiatan patroli untuk menangkap dan mengamankan tujuh kapalkeruk, yang rata-rata berbobot 7.000-36.000 ton, karena beroperasiilegal di wilayah Riau. Ketujuh kapal keruk itu adalah TB Olivia,TB ]asmine (Panama), MV Samsung Apollo Belize, MV ProffesorGorjunov (Rusia), MV Vasco da Gamma, MV Alexander VonI{umbold (Luxemburg), dan MV Lange Wapper (Belgia).

Pihaknya kemudian menangkap enam kapal keruk pasir lain,yaitu MV Hikarigo, TB Yamani-02, MV Bintang Baru, MV Banei,MV Bintang Harmoni, darr MV KLK II. Total kapal yang ditangkapBemard dan jajarannya 13 buah.Walaupun banyak pihak-pihakyang kebakaran jenggot dengan penangkapan tersebut, Bernardbersikukuh tidak melepas kapal keruk pasir itu, sebelum diprosessesuai dengan hukum yang berlaku.

Ini intnrksi kami untuk komandan dan jajN arnry a, agar tidak melepaskankapal keruk itu sebelum ada keputusan dari pusat. Saya katakan, sayatidak peduli dengansoal ekonomi, yang sayapahami adalah penegakanhukum. Mereka masuk ke wilayah Indonesia, Ialu mengambil pasir laut

9 PerspehtifMenuiu ME* Depan Marldm lndonesia | 3ll

Page 52: 8 bab vi lingkungan maritim

kita. Itu tidakbenar. selain itu, mereka mengeruk pasir di dekat pantai se-

hingga mengancam kelestarian lingkungan hidup. ]ika dibiarkan, pantai

bisa runtuh dan terjadi abrasi yang mmyebabkan pulau tenggelam'

Menanggapi permasalahan pmambangan pasir laut, Komisi I DPR RI

dalam rapat dengar pendapat dengan tim Pengendali I',engasawan Pasir

Laut (I?4L), pada 10 September 2002 meminta kepada pemerintah

untuk segera menghentikan penambangan dan ekspor pasir laut'

Gebrakan yang dilakukan Bemard dalam memberantas pelaku

pencurian pasir laut temyata membuahkan hasil' Pemerintah

ittli*yu memutuskan untuk menghentikan kegiatan ekspor pasir

laut karena ditinjau dari berbagai sisl banyak merugikan kepentingan

negara dan bangsa. Karena itu, pada 2007, pemerintah menerbitkan

Permendag No212007, tentnng larangan ekspor pasir laut'

PIPA & KABEL BAWAH LAUT PERLU DITATA

Pekerjaan rumah bagi pemerintah.Tidak adanya regulasi yang ielas

tentang tata kelola pipa dan kabel bawah lau! menjadikan Indonesia

negara paling semrawut. Ketidakharmonisan ini menyebabkan

gangguan terhadap sektor: lain, mulai dari alur transportasi, pe-

rikanan sampai dengan Pencemaran lingkungan'

Pengamat bidang kelautan, Dietriech G. Bengen mengemukakan,

lkataak ada penataan dalam penempatan pipa dan kabel bawah

laut akan terjadi tabrakan dengan alur lain. Kondisi ini terjadi karena

belum adanya aturan hukum tentang penataan ruang di pesisir'

Menurutrya seiak Undang-r:ndang No /712CfJ/7 muncul, dalam

perencanaan pembangunan terdapat hirarki yaitu rencana strategis,

rencana zonasi, rencana pengelolaan dan rencana aksi. Satu-satunya

PIPA & KABEL BA\A'AH LAUT PERLU DI TATA

312 | e fergkdf uenuiu Ma* De9an M.rtrh lndonesh

Page 53: 8 bab vi lingkungan maritim

PIPA & KABEL BAWAH LAUT PERLU DI TATA

yang berkaitan dengan penataan ruang di pesisil, adalah rencanazonasi.Meliputt, zctna kawasan pemanfaatan umum, zona kawasankonservasi, zona strategis kawasan tertenhl dan zona alur.Penempatanpipa dan sejenisnya seharusnya ditempatkan di zona alur.

Jika rencana zonasi dilakukan, maka penempatan pipa kabel danlainnya akan sesuai dengan aturan. Alur ini mencakup, alur pipabawah laut, kabel, transportasi, dan biota. Jika itu sudah ditetapkanmaka zonasi akan sesuai aturan.

Karena itu, Dietriech mendesak pemerintah agar segera menyusunrencana zonasi agar setiap penempatan bisa serasi dan sesuaidengan peruntukannya. Seperti zona penempatan umum harusdisesuaikan dengan kepentingan publik.]angan sampai penempatanpipa merusak sektor ekonomi, sosial masyarakat atau wilayah yangsudah ditetapkan. iika dibiarkan sangat berbahaya. Kalau salahdampak negatifnya sangat besar. Contohnya, jika pipa bawah laut

9 PeBpeh.irMenuiu Masi Depan Mailtim lndonesia | 313

Page 54: 8 bab vi lingkungan maritim

PIPA & KABEL BAWAH LAUT PERLU DI TATA

bocor pengaruhnya akan terasa langsung pada kehidupan ikan dan

ekosistem yang ada di sekitamya.

Dietriech menegaskan, agar Perlnasalahan ini segera mendapatkan

perhatian serius dari pemerintah. Sebab, PenemPatan kabel dan

pipa sangat penting untuk kelangsungan hidup masyarakat sekitar.

Jika tidak dikelola dengan baik, masyarakat akan tergangSu, yang

tenfu memberikan dampak ekonomi besar, karena harus melakukan

penataan ulang. Pertimbangan faktor anggaran menjadi penunjang

ketidaksesuaian pembangunan alur pipa dan kabel. Karena alasan

penempatan pipa dan kabel butuh anggaran yang sangat besar,

mereka mengambil jalan pintas. Padahal, jika pekerjaan itu tidak

optimal akan membawa kerugian lebih besar.

Biaya pipa dan kabel itu sangat mahal. Penempatan pipa yang

lebih jauh dengan zona lain bisa menambah biaya. Namun yang

perlu dipertimbangkarg apakah pipa itu akan berfungsi untuk

iangka panjang. Jadi, bukan mempertimbangkan besarnya biaya,

tapi optimal atau tidaknya penempatan itu. Sehingga perludibangun alur yang sesuai.

Sementara itu, Dekan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut

Pertanian Bogor (IPB), Indra faya mengatakan, kesemrawutan kabel

dan pipa bawah laut disebabkan karena Sumber Daya Manusia

(SDM) yang kurang paham mengenai tata ruang bawah laut. Dia

juga menyoroti masalah penataan kabel dan pipa terjadi karena

tidak ada pemetaan yang rinci dari batimetri (kondisi bawah air).

|ika pemetaan selesai, bam dilakukan pengaturan tata ruang.

Tampaknya, hal ini belum dilakukan secara komprehensip sehingga

menimbulkan ketidakteraturan dan terkesan semrawut.

Lrdra menegaskan selain pengaturan tata ruang laut, perlu juga

penetapan zonasi sehingga pengaturan penempatan kabel laut tidak

314 I 9 PeEpehtifM€nuiu Mae Depan Marilim Indmesia

Page 55: 8 bab vi lingkungan maritim

PIPA & KABEL EAWAH LAUT PERTU DI TATA

menganggu aktivitas lain. 'Artinya ada keharmonisan dengan sektorlain Jika ada penataan ruang terpadu. Saya yakin kesemrawutan

bisa dihindari. hri perlu kesungguhan bersama dari semua sektoryang terlibat untuk melakukan komunikasi dan koordinasi terhadap

apa yang dilakukan, baik kementerian yang berwenang maupunperusahaan-perusahaan yang memasang pipa atau kabel bawah laut"ujar Indra.

Diketahui, peletakan jalur pipa bawah laut (offshore) sangat dipe-ngaruhi kondisi perairan, baik di dasar maupun dipermukaan. Selainitu, perlu pengkajian secara geologi, geofisika, arus, gelombang,

lingkungan dan aspek lainny+ seperti hukum, perundangan-undangan, hubungan dengan pengguna laut lainnya.

Sebagai contoh kasus, studi pada jalur pipa offshore Banjarmasin-Semarang. Jalur ini bejarak sekitar 600 kilometer, dengan lokasilandfall di daerah Takisung, Banjarmasin dan landing poindi Semarang, Iawa Tengah. Daerah Takisung terpilih sebagaidaerah landfall karena lokasi tersebut bukan daerah militerseperti di Pelaihari. Sehingga, tidak ada konflik kepentingandan bukan merupakan daerah sedimentasi tinggi. Daerah itujuga berdekatan dengan landihg point dari pengguna lainnya,seperti kabel telekomunikasi.

Secara umum kondisi geologi jalur pipa Banjarmasin-Semarangmerupakan daerahyang cukup stabilbaik ditinjau dari segi tektonikmaupun litologi dasar laut. Namun beberapa struktur patahananantara Pulau |awa dan Kalimantan harus tetap mendapatkanperhatian khusus.Demikian pula dengan pusat gempa yang tidakmerata mungkin terlewati jalur pipa tersebut. Untuk batimetrilokasi jalur pipa pada umumnya mempunyai topografi landai. Pada

landing point semarang batimetri landai sampai jarak sekitar 2 kmke arah laut dan selanjutnya tr:pografi agak curam.

9 P.rs0.hdaM.nulu M.e orprn Mrndn hdadr | 315

Page 56: 8 bab vi lingkungan maritim

Topografi landfall Takisung misalnyh landai bergelombang'Pe-

nentuan jalur pipa di wilayah ini bisa melewati offshore secara

keseluruhan atau melewati Karimun |awa. Secara geologi daerah

ini mempunyai kondisi dengan bahaya geologi seragam.Di mana

Karimun Jawa merupakan daerah berkarang. Lokasi ini bisa ter-

identifikasi dari ekstraksi data Landsat TM. Banyak kasus yang ber-

hubungan dengan penata;rn pipa dan kabel bawah laut masuk

dalam rencana zonasi. Karena itu, penataan alur pipa dan kabel

bawah laut harus dibenal-ri secara serius. ]ika dibiarkan akan

mengganggu sektor ekotromi dan tranportasi, seperti yang

terjadi di pelabuhan Tanjuing Perak, Surabaya, Jawa Timur'

Contoh kasus, belum lama irri kabel bawah laut milik PT Perusahaan

Listirik Negara (PLN) Pers€rro dan pipa gas Kodeco Energy Co Ltd

Surabaya diprotes karena dianggap telah menghambat realisasi

pelebaran Alur Pelayaran Ilarat Surabaya (APBS). Di mana APBS

PIPA & KABEL BAWAH LAUT PERTU DI TATA

316 | enerspenUfU.nuiu Masa DePan Matilim lndonesia

Page 57: 8 bab vi lingkungan maritim

PIPA & KABEL BAWAH LAUT PERLU DI TATA

akan dilebarkan menjadi 200 meter dari kondisi yang ada saat

ini, yaitu 100 meter. ]elas ini sebuah persoalan yang harus segera

diselesaikan.Jika tidak, kabel dan pipa-pipa di daerah lainnya bisaseperti yang terjadi cli Surabaya.

Kepala Humas PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero), EdiPriyanto mengatakary pelebaran alur dilakukan untuk melancarkanpergerakan kapal generasi enam dan tujuh yang memiliki ukuransangat besar dibandingkan kapal-kapal yang selama ini sandar diPelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. "Di sisi lairu Surabaya adalah

pintu gerbang pergerakan ekonomi ]awa Timur dan Kawasan

Timur Indonesia," ujamya.

Edi memprediksi, jika pernrasalahan kabel bawah Iaut PLN dan pipagas Kodeco tidak segera ditangani serius Pemerintah Provinsi |atim,hal ini bisa berdampak negatif bagi perekonomian di wilayah tersebut.

Bahkan bisa menghambat pencapaian pertumbuhan ekonomi Jatim201.1.yang diharapkan gubemur bisa tumbuh di atas tujuh persen.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur juga mempersoalkanposisi kabel di atas dasar laut (sea belt) PLN yang ditanam tidaklebih dari L2 meter dari permukaan laut dan pipa gas Kodeco. Dalamafurannya, kabel tersebut harus ditanam lima meter di bawah dasarlaut. Ketua Kadin Jatim La Nyalla Matalitti menyatakan, aturanpenanaman kabel bawah laut sebetulnya sudah ada.Kabel listrikmaupun pipa gas yang melintang alur pelayaran selain harusditanam didasar laut juga harus diasuransikan oleh pengelola.Untuk itu, pihaknya meminta pemerintah agar menerbitkan regulasiyang memberikan jaminan terhadap keamanan alur pelayaran.

Iika tidak ada jaminan dari pemerintah, akan menurunkan citra pela-buhan Indonesia. Efeknya berdampak pada kapal-kapal intemasional.Mereka menolak berlabuh sehingga mempe{panjang mata rantai trans-

9 P$Fhlif M6uiu Ma* Dcpan Marltim lndocCa | 317

Page 58: 8 bab vi lingkungan maritim

PIPA & KABEL BAWAH LAUT PERLU DI TATA

portasi pengirimanbarangmelalui laut. Mengenai kasus tersangkutnyajangkar kapal milik PT Dharma Lautan Utama (DLU) ke kabel bawah

laut milik PLN di APB$ Direktur Utama DLU, Bambang Harjomengungkapkan, permasalahan itu tidak bisa menyalahkan kapal

yang dianggap tidak melihat rambu-rambu di alur tersebut.

Keberadaan kabel PLN selama ini telah mengganggu kelancaranAPBS, menyusul survei r\dministrator Pelabuhan Gresik dan

Surabaya yang menjalin kerjasama dengan INSA Surabaya(tanggal 25 - 26 Maret 2011) di alur tersebut. Berdasarkan

hasil survei INSA, Adrninistrator Pelabuhan Gresik serta

Administrator Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kabel PLNtidak ditanam sesuai prosedur.Apalagi, posisi kabel sirkuit2 PLN hanya berada di kedalaman air 21.-24 meler dan bisa

terlihat sepanjang 345 meter. Padahalpenanaman kabel bawahlaut harus dilakukan sesuai izin prinsip yang dikeluarkan DirlenPerhubungan Laut Kementerian Perhubungan, pada 24 AprilL996, yaifi.kabel harus ditanam 4,5 meter dari "seabed".

Pihaknya berharap, pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi

Jatim segera mengambil langkah tegas mengatasi keberadaan kabel

PLN yang menghambat kelancaran APBS. Hal yang terpenting

adalah APBS aman dari kabel berbahaya tersebut. Kami juga mintamasyarakat Madura mendesak Pemerintah dan PLN menuntaskan

permasalahan itu. Mengingat jaminan ketersediaan aliran listrikmerupakan hak warga negara dan kewajiban negara yang diwakiliPLN untuk melaksanakannya. Menanggapi itu, Dirjen Kelautan,

Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K), Kementerian Kelautandan Perikanan (KKP), Subandono Diposaptono mengatakary Per-masalahan tersebut sebenarnya telah diatur dalam UU 27 tahun2007.Di mana, setiap provinsi, kabupaten atau kota diwajibkanmenyusun hirarki perencanaan, meliputi rencana isu, visi, misistrategis dalam pengelolaan pesisir dan laut.

318 | 9 PeEp€krif M6uiu Ma$ Depan Madtim lnd@si.

Page 59: 8 bab vi lingkungan maritim

PIPA & KABEL BAWAH LAUT PERLU DI TATA

Setelah ada rencana strategis, visi dan misi, alokasi ruang rencanazonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil selama 20 tahun harusdikerjakan dan dibangun.Pertama, kawasan pemanfaatan umum,misalnya untuk pemukiman, pertaniary perikanan, pariwisata.Selanjutnya, kawasan konservasi, kawasan nasional strategis, serta

alur yang berkaitan dengan kabel dan pipa bawah laut. Pengaturanalur tidak hanya untuk alur pelayaran, tapi termasuk alur migrasiikan dan kabel laut. Semua dituangkan di sana.

Mengenai masalah harmonisasi penanaman pipa kabel denganjalur pelayaran, Subandono mengklaim hal itu sudah selesai.

Untuk pipa gas merupakan wewenang pusat, berada di bawahtanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup. Sementara itu,terkait pipa gas Kodeco, perwakilan BP Migas ]atim, Hamdi Zaenalmenjelaskan dari pertemuan dengan Menko Perekonomian danDirjen Perhubungan Laut, beberapa waktu lalu, pihaknya telahmemerintahkan Kodeco untuk memperdalam letak pipa. Proses

pendalaman pipa ini, memakan waktu tiga bulan.

9 PeEpehuf Menuiu Masa D€pan Madtim lndoMa | 319

Page 60: 8 bab vi lingkungan maritim