makalah maritim
-
Author
dayatpettasiri -
Category
Documents
-
view
674 -
download
123
Embed Size (px)
description
Transcript of makalah maritim

Tugas Makalah :
WAWASAN KEMARITIMAN
( POTENSI DAN MITIGASI BENCANA DI LAUT )
OLEH :
KELOMPOK 10 :
Ferianto Hamid (I1A3 11 048)
Andi Nusul Sukti (I1A3 12 012)
Jefri (I1A3 11 020)
Hendra (I1A3 11 014 )
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN KONSENTRASI ABALON
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut Indonesia memiliki arti yang sangat penting bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yaitu, laut sebagai media pemersatu bangsa, laut sebagai media perhubungan,
laut sebagai media sumber daya, laut sebagai media pertahanan dan keamanan, serta laut
sebagai media diplomasi.
Istilah maritim dapat berkaitan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan di laut2. Secara primer pengertiannya adalah sifat yang menggambarkan obyek atau
aktifitas berkenaan dengan laut. Dalam kontek Negara kepulauan negara maritim adalah negara
yang mempunyai sifat memanfaatkan laut untuk kejayaan negaranya, sedangkan negara kelautan
lebih menunjukkan kondisi fisiknya, yaitu negara yang berhubungan, dekat dengan atau terdiri
dari laut3. Indonesia adalah Negara Kepulauan dengan jumlah penduduk yang besar dengan
berbagai corak ragam kondisi sosial budaya secara historis memiliki karakter bahari yang kuat.
Saat ini telah terjadi perubahan yang sangat signifikan terhadap perubahan lingkungan strategis
maritim, baik kawasan regional maupun internasional hal ini sangat mempengaruhi pola berpikir,
cara bertindak dalam penentuan kebijakan politik suatu negara. Perubahan tersebut secara
otomatis pula mempengaruhi penentuan strategi maritim masing-masing negara, yang
merupakan aplikasi dari doktrin maritim yang dilaksanakan oleh setiap negara. Indonesia
membutuhkan doktrin maritim sebagai pengoprasionalan pilihan strategi dan prioritas
pembangunan ke depan.
Potensi sumberdaya pesisir mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif karena
Indonesia mempunyai kekayaan sumberdaya pesisir dan lautan tropis yang terkaya di dunia
dengan biaya eksploitasi yang relatif murah sehingga mampu memperkuat kapasitas penawaran

(supply capacity). Namun demikian, karena kondisi geografis dan geologisnya, pesisir pantai dan
pulau-pulau kecil di Indonesia berpotensi besar mengalami bencana alam yang merupakan salah
satu atau kombinasi dari gempa bumi, tsunami, angin topan/badai, banjir. Seperti diketahui
bahwa Indonesia dikepung oleh tiga lempeng benua yaitu Pasifik, Eurasia, serta Indo-australia.
Penanganan bencana menjadi penting dan mendesak untuk dilaksanakan secara efektif
dan efisien akhir-akhir ini setelah bencana gempa dan disusul dengan tsunami yang terjadi di
Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Sedangkan kegiatan mitigasi merupakan salah satu
bagian dari kegiatan penanganan bencana yang difokuskan untuk mengurangi potensi dampak
yang mungkin ditimbulkan oleh bencana yang diprediksikan akan terjadi di masa dating.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut:
Apa potensi dan mitigasi bencana di laut maritim di Indonesia?
Bagaimana potensi dan mitigasi di laut maritim di Indonesia?
Apa itu Ring of fire?
Apa hubungan lempengan dengan Ring Of fire?
Berapa lempengan yang ada di Indonesia?
Daerah mana yang rawan dan aman dari potensi bencana terbesar di Indonesia?
Apa yang di lakukan jika terjadi bencana di pulau luar?
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
Untuk mengetahui Potensi dan mitigasi bencana di laut maritim di Indonesia
Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya mitigasi bencana di laut

Untuk mengetahui apa itu Ring of fire
Untuk mengetahui apa hubungan lempengan dengan Ring Of fire
Untuk mengetahui berapa lempengan yang ada di Indonesia
Untuk mengetahui daerah mana yang rawan dan aman dari potensi bencana terbesar di
Indonesia
Untuk mengetahui apa yang di lakukan jika terjadi bencana di pulau luar
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu dapat menambah pengetahuan dan
wawasan, serta memberikan informasi lebih mengenai potensi dan mitigasi bencana di laut
maritime di Indonesia.

II. PEMBAHASAN
A. Peta Rawan Terjadinya Bencana
Gambar 1.. Peta rawan gempa menunjukkan dua pertiga wilayah Indonesia merupakan area sumber gempa dan rawan dampak gempa..
B. Mitigasi Tsunami
Tsunami merupakan gelombang pasang yang dibangkitkan oleh terjadinya gempa
tektonik, letusan gunung api di lautan, ataupun tanah longsor. Gelombang pasang (tidal waves)
juga bisa dibangkitkan oleh adanya badai, terutama pada negara yang memiliki pantai dangkal
yang cukup panjang dan lautan cukup luas (misal: Bangladesh). Sekitar 85 persen tsunami yang
ada adalah dibangkitkan oleh gempa tektonik. Beberapa kejadian gempa bumi yang diikuti oleh
tsunami di Indonesia antara lain yang terjadi di Pantai Barat Sulawesi (23 Februari 1969), Sumba
(19 Agustus 1977), Pulau Flores dengan kekuatan 7,5 skala Richter (12 Desember 1992),
Banyuwangi, Jawa Timur dengan kekuatan 7,2 skala Richter (2 Juni 1994), Pulau Biak, Irian

Jaya dengan kekuatan 8,2 skala Richter (17 Februari 1996), serta yang terbaru adalah di Nangroe
Aceh Darussalam dengan kekuatan sekitar 8,9 skala Richter (26 desember 2004, Pukul 07.59).
Gambar 2. Terjadinya Proses Tsunami
Poin-poin strategis yang terdiri atas komponen-komponen SWOT (Strengths, Weakness,
Opportunity, Threats), digunakan untuk merumuskan berbagai hal yang berkaitan dengan visi,
misi, kebijakan, program, strategi dan kegiatan. Pada artikel ini uraian ditekankan pada
komponen-komponen SWOT dan kebijakan-kebijakan yang bisa diadopsi. Komponen pertama
adalah kekuatan, yang mencakup sumberdaya, potensi ataupun keunggulan lain terhadap
kompetitor dan kebutuhan yang ingin dilayani oleh suatu sistem. Beberapa kekuatan dalam
kaitannya dengan mitigasi tsunami ini antara lain:
Terdapat Departemen maupun Dinas khusus yang menangani persoalan pesisir,
Kawasan pesisir mempunyai keanekaragaman yang bernilai tinggi, seperti terumbu
karang, ekosistem hutan bakau, estuaria, padang lamun, mineral, minyak bumi,
Sebagian besar kota-kota di Indonesia terletak di wilayah pesisir
Wilayah pesisir mempunyai fungsi penting dalam kegiatan transportasi, industri serta
distribusi barang dan jasa, serta kegiatan manuisa yang lain.
Beberapa kelemahan yang ada antara lain:

Wilayah pesisir sebagai pertemuan antara lingkungan darat, laut serta udara sangat rentan
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi
Belum optimalnya pengaturan tata ruang serta pemanfaatan wilayah pesisir
Pemahaman mengenai bencana serta dampak yang ditimbulkan, yang dimiliki oleh stake
holders masih amat beragam
Wilayah pesisir rentan terhadap kejadian bencana alam
Terbatasnya akses terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, informasi serta pasar, serta
Kondisi sebagian wilayah pesisir yang mengalami degradasi lingkungan, mengalami
kerusakan biofisik yang mengkhawatirkan.
Sedangkan komponen peluang adalah merupakan sesuatu ataupun keadaan yang
menguntungkan pada suatu sistem. Beberapa peluang yang ada antara lain:
Wilayah pesisir mempunyai potensi ekonomi yang besar
Memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan yang indah dan nyaman untuk
rekreasi, pariwisata maupun kawasan hunian
Berpeluang untuk berperan penting dalam kegiatan transportasi, distribusi barang dan
jasa, pelabuhan, pangkalan militer dan sebagainya. Poin yang ke empat yaitu komponen
ancaman, yang merupakan sesuatu atau keadaan yang tidak menguntungkan yang
menjadi pengganggu utama terhadap sistem pada waktu sekarang maupun di masa
mendatang. Beberapa ancaman tersebut antara lain:
Ancaman bencana alam seperti tsunami, banjir, kelangkaan air tawar, gelombang pasang
akibat badai, erosi serta abrasi
Ancaman perubahan dan degradasi lingkungan darat, laut maupun udara
Potensi konflik dalam pemanfaatan ruang pesisir.

Dengan memperhatikan beberapa komponen-komponen strategis tersebut di atas,
beberapa faktor yang merupakan kunci keberhasilan dalam kegiatan mitigasi lingkungan pesisir
bisa disebutkan antara lain:
Pemahaman terhadap karakteristik bencana alam dan kerusakan yang ada di wilayah
pesisir
Pemahaman terhadap tingkat resiko dan kerentanan wilayah pesisir terhadap bencana
Pemahaman kondisi lingkungan, sosial budaya, dan kearifan lokal,
Pemahaman terhadap upaya-upaya mitigasi baik yang bersifat struktural maupun non
structural
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan law enforcement, serta
Faktor yang menjamin kontinyuitas.
Sebelum tsunami menerjang memang air laut biasanya surut drastis, seperti yang
dituturkan oleh Riesnayanti, warga Kaju, Banda Aceh yang selamat. Air surut secara drastis ini
pula yang terjadi sewaktu tsunami akibat letusan Krakatau. Ribuan orang berlarian ke pantai
Anyer untuk menangkap ikan, yang selanjutnya mendadak sontak gelombang tsunami dengan
magnitudo ketinggian lebih dari 10 meter menggulung mereka. Surutnya air laut tidak reliable
juga sebagai tanda akan datangnya tsunami karena memang setiap hari air laut mengalami
pasang-surut dengan amplitudo yang bervariasi sesuai dengan posisi bumi terhadap benda-benda
di ruang angkasa terutama bulan dan matahari. Namun demikian, tanda-tanda alam dan perilaku
binatang dalam merespon akan datangnya bencana tersebut dapat digunakan untuk melengkapi
kesempurnaan teknologi sistem peringatan dini yang hendak dibangun. Artinya dalam sistem
peringatan dini, semua indikator dijadikan sebagai komponen yang saling sinergi untuk
membangun kehandalan sistem.

Sedangkan perlunya pembangunan bangunan pelindung juga sangat mendesak
disosialisasikan. Seperti halnya dalam menangkal terjadinya erosi dan abrasi pantai, sebenarnya
minimal terdapat empat cara yang bisa dilakukan, antara lain pembuatan tanggul ataupun
pemecah gelombang yang terkadang dilengkapi dengan armouring, cara vegetasi dengan
mangrove, mundur dari garis pantai, ataupun dibiarkan saja jika bencana tersebut tidak ada efek
negatifnya terhadap manusia secara langsung. Pembuatan struktur tanggul ataupun pemecah
gelombang banyak diimplementasikan di Belanda, Jepang, Amerika Serikat maupun negara lain
yang berpotensi mendapat ancaman bencana. Pembuatan tanggul (dam) di Belanda misalnya,
dirancang dengan banjir laut rancangan dengan kala ulang sebesar 10 ribu tahun. Sehingga
banyak kota di Belanda yang mempunyai akhiran dam semisal Amsterdam, Rotterdam,
Volendam dan sebagainya. Bandingkan dengan banjir rancangan yang digunakan untuk
membuat konstruksi-konstruksi di Indonesia, tak jarang kita mendapatkan suatu tanggul yang
dibuat
Kebijakan dalam mitigasi bencana tsunami yang ke dua adalah dengan meningkatkan
pemahaman dan peranserta masyarakat pesisir terhadap kegiatan mitigasi bencana gelombang
pasang. Kebijakan ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain mensosialisasikan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bencana alam dan kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan, mengembangkan informasi bencana dan kerusakan yang ditimbulkan termasuk
pengembangan basis data dan peta resiko bencana, menggali berbagai kearifan lokal dalam
mitigasi bencana. Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku dan entitas, sangat banyak
memiliki kearifan lokal dalam usaha untuk mempertahankan hidup dan bersahabat dengan alam.
Kebijakan ke tiga adalah meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana. Kebijakan
ini bisa diimplementasikan dalam hal-hal sebagai berikut: pengembangan sistem yang

menunjang komunikasi untuk peringatan dini dan keadaan darurat, menyelenggarakan latihan
dan simulasi tanggapan terhadap bencana dan kerusakan yang ditimbulkan, serta penyebarluasan
informasi tahapan bencana dan tanda-tanda yang mengiringi terjadinya bencana. Implementasi
kebijakan ke tiga ini dalam kondisi sekarang memang sudah sangat ditunjang oleh kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi.
Kebijakan ke empat adalah meningkatkan koordinasi dan kapasitas kelembagaan mitigasi
bencana. Implementasi dari kebijakan ke empat ini antara lain peningkatan peran serta kerjasama
yang sinergis dari berbagai pihak, pengembangan forum koordinasi dan integrasi program antar
sektor, antar level birokrasi. Pada tataran aksi terbukti bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penanganganan bencana maka peran serta seluruh stake holder amatlah besar, oleh
karenanya perlu diberdayakan. Walaupun dalam setiap manajemen bencana selalu saja ada
“kabar miring” mengenai pengelolaan sumbangan, namun partisipasi masyarakat tetap sangat
tinggi untuk menyatakan solidaritas dan simpati, bahkan bersifat lintas negara. Dengan kata lain
manajemen bencana terutama bencana yang besar memang membutuhkan manajer-manajer yang
cakap dan berkompeten.
Kebijakan ke lima adalah menyusun payung hukum yang efektif dalam upaya
mewujudkan upaya-upaya mitigasi bencana yaitu dengan jalan penyusunan produk hukum yang
mengatur pelaksanaan upaya mitigasi, pengembangan peraturan dan pedoman perencanaan dan
pelaksanaan bangunan penahan bencana, serta pelaksanaan peraturan dan penegakan hukum
terkait mitigasi. Kebijakan ini relevan dengan kenyataan yang ada sekarang.
Sedangkan kebijakan yang ke enam adalah mendorong keberlanjutan aktivitas ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui melakukan kegiatan mitigasi yang

mampu meningkatkan nilai ekonomi kawasan, meningkatkan keamanan dan kenyamanan
kawasan pesisir untuk kegiatan perekonomian.
C. Ring Of Fire
Secara geografis Indonesia terletak di daerah katulistiwa dengan morfologi yang beragam
dari daratan sampai pegunungan tinggi. Keragaman morfologi ini banyak dipengaruhi oleh faktor
geologi terutama dengan adanya aktivitas pergerakan lempeng tektonik aktif di sekitar perairan
Indonesia di antaranya adalah lempeng Eurasia, Australia dan lempeng Dasar Samudera Pasifik.
Lokasi Indonesia yang terletak di lempeng tektonik atau juga masuk dalam wilayah
cincin api (ring of fire), yang berarti Indonesia rawan terkena gempa bumi dan dapat
menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya hubungan dari aktifitas gunung
api yang menjajar dari Indonesia sampai Jepang, menyambung dari Alaska melalui bagian barat
AS sampai Amerika Selatan. Ring of fire ini juga disebut sebagai lingkaran magma yang besar
dan hebatnya Indonesia adalah puncak dari lingkaran api tersebut.
Pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur gempa
bumi, rangkaian gunung api aktif serta patahan- patahan geologi yang merupakan zona rawan
bencana gempa bumi dan tsunami. Wilayah Kota Padang sebagai daerah hunian merupakan
kawasan yang sangat rawan bencana, oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah strategis
untuk melindungi setiap warga negara dengan langkah-langkah penanggulangan bencana yang
dimulai dari sebelum, pada saat dan setelah bencana terjadi.

Gambar 3. Ring of fire
Dari jalur gempa diatas terlihat bahwa kepulauan Indonesia menjadi tempat pertemuan 2
jalur gempa, yaitu : Circum Pacific Earthquake Belt atau Great Earthquake Belt dan Alpide
Earthquake Belt atau Trans-Asiatic Earthquake Belt. Dengan demikian kepulauan Indonesia
merupakan daerah yang memiliki faktor kegempaan yang penting.
D. Lempengan yang terdapat di Indonesia
Bumi kita ini berlapis-lapis. Keberadaan lapisan-lapisan ini berkaitan erat dengan
perubahan temperature dan tekanan yang semakin tinggi kearah pusat bumi. Lapisan bumi dapat
dikelompokan menjadi tiga bagian utama. Pertama, lapisan paling luar disebut lapisan batuan
(litosfer) atau kulit bumi yang padat, tebalnya sampai 100 km-an. Lapisan luar ini biasa disebut
sebagai lempeng bumi yang selalu bergerak-gerak.
Salah satu palung laut dalam yang menjadi tempat penunjaman lempeng Samudra ke
dalam bumi adalah disepanjang tepian benua di barat Sumatra yang menerus sampai ke Selatan
Jawa, Bali, dan Lombok. Gempabumi 26 Desember 2004 di Aceh-Andaman adalah termasuk
gempabumi pada jalur penunjaman lempeng.

Gambar 4. Dinamika umum tektonik Indonesia diperlihatkan oleh respon Kep. Indonesiaterhadap pergerakan relatif tiga lempeng bumi dari data GPS (Global Positioning System)Panah besar merah adalah kecepatan gerak dari lempeng. Panah-panah hitam menunjukan
kecepatan gerak dari lokasi tempat pengukuran monumen GPS antara tahun 1989 dan 2002(Bock, 2003).
Indonesia letaknya diantara pertemuan 4 lempeng bumi besar, yaitu:
Lempeng Hindia dan Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pacific
(Gambar. 4). Lempeng Hindia-Australia bergerak ke Utara menumbuk
Lempeng Eurasia dengan kecepatan 50 – 70 mm/tahun. Zona tumbukan
dua lempeng ini adalah di sepanjang Palung laut Sumatra – Jawa – Bali –
Lombok. Lempeng (benua) Australia menabrak busur kepulauan di
sepanjang tepi kontinen dari tepian selatan Timor Timur terus ke timur dan
melingkar berlawanan arah jarum jam di Lautan Banda. Lempeng Pasific
bergerak dengan kecepatan ~120 mm/tahun kearah barat-barat daya
menabrak tepian utara dari Pulau Papua New Guinea - Irian Jaya, dan terus
ke arah barat sampai ke daerah tepian timur Sulawesi. Gerakan dari

tabrakan dan pergeseran lempenglempeng besar ini tentunya direspon
secara mekanis oleh Kepulauan Indonesia. Pergerakan yang terlihat sebagai
panah-panah vektor dalam Gambar 4 Pergerakan lempeng-lempeng inilah
yang membuat banyak gempa bumi.
E. Upaya Mitigasi Bencana Dan Penanggulangannya
Sumber peringatan dini yang dianggap efektif oleh informan adalah tokoh masyarakat,
baik yang bersifat formal maupun non formal. Bila kepala korong dan wali nagari dimasukkan
ke dalam tokoh masyarakat secara formal maka kepercayaan untuk memberikan peringatan dini
dianggap paling efektif dibandingkan dengan tokoh agama, guru, pemerintah daerah, tetangga,
pemerintah pusat. Ini menunjukkan memberikan kepercayaan dalam mengkooordinir masyarakat
apabila terjadi nya bencana.
Sebagian besar informan menyatakan siap berpartisipasi dalam mengatasi terjadinya
bencana. Hal ini menunjukkan toleransi dan keterampilan sosial yang masih tinggi, walaupun
jenis partisipasinya berbeda sesuai dengan kemampuan masing-masing.Sumbangan tenaga
merupakan jenis bantuan yang paling umum yang dapat mereka berikan kalau terjadi bencana
dan kemusian sumbangan dalam bentuk makanan, minuman, pakaian, pengetahuan dan swadaya
masyarakat dalam mengatasi bencana yang dapat dimobilisir kapan saja kalau terjadi bencana.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah Mitigasi
bencana adalah salah satu cara atau tindakan untuk mengurangi supaya kerugian dapat
diperkecil. Dalam hal ini, mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh bencana yang meliputi kesiapsiagaan dan kewaspadaan. Namun
demikian, mitigasi bencana tersebut belum dijadikan sebagai budaya lokal di dalam masyarakat
secara luas. Terlebih lagi kemudian disimpulkan bahwa penyebab tidak optimalnya mitigasi
bencana adalah rendahnya pemahaman/pengetahuan masyarakat tersebu.
Selanjutnya, dari ke enam kebijakan tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam
bentuk strategi dan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan. Maka dalam memperbaiki keadaan
di masa depan dapat dilakukan dengan mengurangi potensi dampak bencana.

DAFTAR PUSTAKA
Coastal Engineering Manual Volume I & II, 2002, Waterways Experiment Station, Corps Of Engineers, Departement of The American Army, USA.
Jokowinarno, D., Identifikasi Garis Pantai yang Rawan oleh Tsunami akibat Letusan Gunung Krakatau, Jurnal Rekayasa Vol.13 Nomor 2 Tahun 2009
Trihatmodjo, B., Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta, 1999. Pemerintah Daerah Propinsi Lampung, 1999, Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung Pemerintah Daerah Propinsi Lampung, BAPPEDA. 2000. Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi Lampung. Bandar Lampung.