Modul Hukum Maritim
-
Author
devi-ratna-pratiwi -
Category
Documents
-
view
336 -
download
9
Embed Size (px)
Transcript of Modul Hukum Maritim
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
1/115
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
Atas petunjuknya sehingga Buku / materi Perkuliahan ini dapat tersusun
menjadi bahan bacaan / Referensi untuk Taruna / Taruni Politeknik Ilmu
Pelayaran Makassar.
Buku ini disusun untuk memenuhi sebahagian Materi Perkuliahan
Semester III yang mana isinya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kepada rekan-rekan Dosen PIP Makassar kiranya dapat memberikan
masukan-masukan agar bacaan/buku ini bisa lebih sempurna, dan mudah-
mudahan bacaan/buku ini dapat memenuhi sebahagian kebutuhan para
Taruna - taruni Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar.
Makassar, September 2011
Penyusun,
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
2/115
DAFTAR ISIHal.
A. Pengertian Hukum, Sumber Hukum dan Pembidangan Hukum ..... 1
B. Masalah Laut Wilayah, Laut Bebas dan Zona Tambahan .............. 8
C. Landas Kontinen dan Zona Ekonomi Eksklusif ............................... 9
D. Hak Lintas Damai, Hak Lintas Transit dan Hak Lintas Alur
Kepulauan ...................................................................................... 10
E. Perusahaan Pelayaran ................................................................... 14
F. Definisi-definisi Awak Kapal............................................................ 19
G. Hak dan Kewajiban Awak Kapal dan Perjanjian Kerja Laut ............ 20
H. Tugas Nakhoda secara Umum ....................................................... 23
I. Sijil Awak Kapal .............................................................................. 26
J. Pengawasan Keselamatan Kapal ................................................... 28
K. Buku Harian Kapal .......................................................................... 30
L. Pendaftaran Kapal .......................................................................... 36
M. Perjanjian Pengangkutan Melalui Laut ........................................... 41
N. Dokumen-Dokumen Kapal.............................................................. 51
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
3/115
SILABUS MATA KULIAH
1. PROGRAM STUDI : NAUTIKA
2. PROGRAM DIKLAT : TEKNIS PROFESI KEPELAUTAN
TINGKAT III
3. SERTIFIKAT KEPELAUTAN : AHLI NAUTIKA TINGKAT III
4. KELOMPOK MATA KULIAH : PROFESI
5. MATA KULIAH : HUKUM MARITIM
6. BOBOT : 32 JAM ( T = 32 JAM )
I. TUJUAN MATA KULIAH
Setelah menyelesaikan perkuliahan, menyelesaikan tugas-tugas, tes serta ujian
para Peserta Diklat mampu menerapkan hukum Maritim dalam permasalahan
yang menyangkut kelaik lautan kapal dan tugas sesuai jabatan kapal.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah selesai mengikuti Perkuliahan ini, Peserta Diklat diharapkan dapat:
a. Memahami pembidangan hukum laut menurut azas dan tujuannya
b. Memahami perkembangan hukum laut publik nasional maupunInternasional menyangkut laut wilayah, zona tambahan, zona ekonomi
eksklusif dan landasan kontinen
c. Memahami aturan percobaan pencemaran laut dari kapal dan tanggung
jawab baik pidana maupun perdata, sehingga dapat melaksanakan tugas
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d. Memahami kontrak-kontrak pengangkutan melalui laut dan pertanggungan
laut.
III. MATERI PEMBAHASAN
PERTE
MUAN
MATERI
Jumlah
Jam
Paraf
Dosen
T P T P
I Introduction to maritime law
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
4/115
II-IV Law of the Sea
V-XVIII Safetya. LL1966
b. SOLAS I
c. Solas Chapter II a
d. Solas Chapter II b
e. Solas Chapter III
f. Solas Chapter IV
g. Solas chapter V ;
h. Solas Chapter Vi
i. Solas Chapter IX
j. STCW1935
k. Radio regulation
I. STP1971
m. PAL 1974
XIXUjian akhir semester
IV. TAGIHANSelain mengikuti Perkuliahan Peserta wajib membuat tugas-tugas mandiri dan
kelompok untuk dibahas.
V. PENILAIANPenilaian dapat diambil dan hasil Mid Test dan Final Test serta tugas yang
diberikan. Adapun .bobot penilaian adalah sebagai berikut:
a. Ujian Akhir semester : 30%b. Ujian Tengah Semester : 40%c. Tugas Mandiri : 10%d. Nilai Makalah : 20%e. Jumlah : 100%
VI. S U M B E R1. IMO Model Course 7.03
VII. CATATANRincian materi secara lebih terperinci untuk dapat mencapai kemampuan yang
dipersyaratkan (required performance) lihat dan menyesuaikan pada IMO
Model Course 7.01 halaman 210 s/d 240
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
5/115
PENGERTIAN HUKUMSUMBER HUKUMPEMBIDANGAN HUKUM
A. PENGERTIAN HUKUM
Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang
mengurus tata tertib suatu lingkungan masyarakat. Dalam suatu lingkungan
masyarakat semua orang menjadi pendukung dari kepentingan-kepentingan yang
akan mereka amankan sebaik mungkin. Pengamanan kepentingan ini akan terpenuhi
dengan pembuatan peraturan-peraturan yang dapat menjamin keseimbangan dalam
hubungan antara anggota masyarakat.
Hukum hanyalah berlaku dalam suatu pergaulan masyarakat. Hanya dilingkungan
inilah kepentingan-kepentingan dapat bertubrukan satu sama lainnya. Peraturan-
peraturan hukum memiliki ciri memaksa, yaitu : adanya perintah atau larangan dan
ditegakkannya dengan cara paksa, apabila tidak ditaati maka hakim dapat
mengenakan cara-cara paksa tertentu (sanksi), kadang-kadang hukum atau (dalam
hukum perdata) ganti kerugian.
B. SUMBER HUKUM
Adapun yang dimaksud dengan sumber hukum ialah : segala sesuatu dimana
orang dapat mengenal bermacam-macam peraturan yang berlaku didalam masyarakat
dan oleh umum dianggap sebagai hukum, yang pada hakekatnya merupakan
peraturan-peraturan yang mempenyai kekuatan hukum.
Sumber hukum dapat terdiri dari segala tulisan-tulisan, dokumen-dokumen,
naskah-naskah dimana dapat diketahui hukum yang berlaku dikalangan suatu bangsa
dalam masa yang tertentu, sumber hukum yang paling utama adalah undang-undang.
Pengertian Undang-undang disini adalah dalam arti yang luas meliputi setiap
keputusan pemerintah yang menentukan peraturan-peraturan yang mengikat.
C. PEMBIDANGAN HUKUM
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
6/115
Hukum itu luas sehingga sulit untuk membuat definisi singkat yang meliputi
segala-galanya, namun dapat dibagi dalam beberapa golongan hukum menurut
beberapa azaz pembagian.
1. Menurut Ketentuan Bekerjanya
Undang-undang dasar
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Undang-undang
Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden
Keputusan Menteri
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Hukum Privat (sipil)
Hukum yang mengatur Hubungan-hubungan antara orang yang satu serta
dengan orang lain, dengan menitikberatkan kepentingan perseorangan.
Hukum Sipil terdiri dari :
Hukum sipil dalam arti luas yang meliputi : Hukum Perdata dan Hukum,
Dagang,
Hukum sipil dalam arti sempit: Hukum Perdata saja
Pada hakekatnya antara hukum Dagang dan Hukum Perdata tidak terdapat
suatu perbedaan yang pokok, keduanya mengandung prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian yang sama. Terkaitnya kedua hukum tersebut terbukti dari isi Pasal 1
KUHD yang menyatakan bahwa untuk msegala peristiwa dan perbuiatan dalam
lapangan perniagaan itu diliputi oleh peraturan-peraturan yang termuat baik KUHD.
Dengan demikian kekurangan pada KUHD (peraturan khusus) akan dilengkapi oleh
peraturan umum dari KUHPER.
Hukum Publik (Negara)
Hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat-alat
kelengkapannya, Negara dengan perseorangan dan Negara dengan Negara.
Hukum publik terdiri dari :
Hukum Tata Negara
Hukum Administrasi Negara
Hukum Pidana (hukuman), hukum yang mengatur perbuatan-
perbuatan apa yang dilarang dan hukumannya serta mengatur cara-
cara mengajukan perkara-perkara.
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
7/115
Hukum Internasional baik hukum perdata Internasional maupun
hukum publik Internasional (yang terakhir yang hamper selalu
dimaksudkan)
3. Menurut cara mempertahankannya
Hukum Materil, hukum yang memuat peraturan-peraturan yang
mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan yang berwujud
perintah-perintah dan larangan-larangan.
Contohnya : Hukum Materiil, Hukum Pidana, hukum Perdata dan
Hukum Dagang
Hukum Formil, hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur
bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum materiil.
Contoh : Hukum Acara Pidana, Hukum Acara Perdata.
4. Menurut Sifatnya
Hukum yang memaksa, hukum yang dalam bagaimana juga keadaannya
harus ditaati dan mempunyai paksaan mutlak.
Hukum yang mengatur (pelengkap), hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri dalam suatu perjanjian
5. KodifikasiPembakuan peraturan-peraturan dalam kitab undang-undang disebut
Kodifikasi, Bagian terbesar dari hukum Privat Materiil diatur dalam kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHPER), dan kitab undang-undang
hukum Dagang (KUHD), kitab undang-undang hukum perdata terdiri dari
empat buku, antara lain buku kedua mengenai hukum pemilikan dan hukum
pewarisan. Dan buku ketiga mengatur mengatur hukum perikatan.
Kitab undang-undang hukum dagang menghatur kukum pemiagaan yaitu
kedudukan dan hubungan-hubungan yang lahir dalam dunia usaha pemiagaan.
Kitab undang-undang hukum dagang terbagi dalam dua buku, dimana bukupertama membahas tata niaga secara umum (perseroan, bursa pemiagaan dan
ketentuan-ketentuan umum mengenai asuransi).
Adapun buku kedumengatur Hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berasal
dari dunia pelayaranyang dikenal sebagai Hukum laut Keperdataan
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
8/115
Buku ini terbagi dalam 13 BAB :
1. Kapal laut dan muatannya
2. Pengusaha kapal3. Nakhoda, awak kapal
4. Perjanjian kapal laut
5. Pencarteran
6. Penubrukan kapal
7. Karamnya kapal
8. Dihapus
9. 9 & 10 Pertanggungan
10.Kerugian laut
11.Pengakhiran perikatan
12.Kapal pedalaman
D. Hukum Laut dan Perundang-undangan Maritim
Hukum Laut adalah rangkaian peraturan dan kebiasaan hukum mengenai laut
yang bersifat:
Keperdataan, menyangkut kepentingan perorangan
Publik menyangkut kepentingan umum
Hukum Laut keperdataan mengatur hubungan-hubungan perdata yang
ditimbulkan karena perjanjian-perjanjian perdata Perjanjian-perjanjian pengangkutan
menyeberang laut dengan kapal laut niaga. Hukum ini merupakan matra dari hukumpengangkutan adalah bagian dari hukum Dagang termasuk Hukum Privat.
Hukum Laut Publik (kenegaraan), obyek dari peraturan-peraturan dan
kebiasaan-kebiasaan baik nasional maupun Internasional adalah laut dan berisikan
hak-hak dan kewajiban bagi Negara yang berbatasan pada laut tersebut.
Hukum Laut Nasional telah berkembang dengan pesat sebagai akibat
perkembangan Internasional yang memerlukan adanya ketentuan-ketentuan hukum
laut yang dapat menjawab kebutuhan keadaan yang mendesak.
Untuk menjamin terselenggaranya sejumlah kepentingan nasional, Hukum
publik Internasional dapat menjadi sarana, terdapat beberapa peraturan hukum yang
menyangkut dunia pelayaran dan kelautan antara lain : Kitab Undang-undang Dagang (1 Mei 1848, diperbaharui 1933 dan
berlaku mulai 1938) tentang pengangkutan laut di Indonesia Undang-
undang pelayaran Indonesia 1936 tentang keterbukaan
perdagangan luar negeri telah diterbitkan kebijaksanaan mengenai Inpres
Nomor : 4 /1985 dan pak Nov 21 / 1988
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
9/115
Ordonansi kapal-kapal 1935 tentang persyaratan kapal untuk alat-alat
perlengkapan dan pengawakan, sebagian besar dari peraturan -peraturan
disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan SOLAS 1974 Praturan perijazahan pelaut 1939 disesuaikan dengan struktur Departemen
Perhubungan serta silabi STCW 1978, OK 1935 PPP 1939 adalah
produk hukum keselamatan pelayaran, yang tidak termasuk Hukum
Laut Publik maupun hukum laut Perdata (lahir dari Perjanjian
Internasional).
Undang-undang Nomor 4 tahun 1960 tentang wilayah laut mengganti
Ordonansi Laut Teritorial dan lingkungan maritime 1939, diamendir
dengan Undang-undang No. 17 tahun 1985 tentang konvensi Hukum Laut
Internasional.
DEFINISI HUKUM
Prof. VAN APEL DOORN, dalam bukunya yang berjudul INLEIDING TAT de
STUDIE VAN MET NEDERLANDS REGHT Mengatakan bahwa adalah tidak
mungkin memberikan satu definisi tentang hukum, karena sangat sulit untuk
didefinisikan karena tidak mungkin sesuai dengan kenyataan.
Prof. E. UTRECHT, SH
Hukum itu adalah peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang
mengurus tata tertib suatu masyarakat dank arena itu hams ditaati.
Prof. Mr. E. MEYERS
Hukum itu adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan-pertimbangan
kesusilaan dan ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan menjadi
pedoman bagi penguasa-penguasa Negara dalam melakukan tugasnya
LEONDUGULT
Hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakatsebagai jaminan
dari suatu kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersamaterhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
J.C.T. S1MORANGKIR, SH
Hukum itu adalah : Peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
10/115
resmi yang berwajib, bila dilanggar mengakibatkan diambilnya tindakan hukum
tertentu.
TUJUAN HUKUM
1. Untuk menjamin keseimbangan agar dalam hubungan-hubungan
yang ditimbulkan oleh kepentingan-kepentingan masyarakat tidak terjadi
kekacauan
2. Untuk menjamin adanya kepastian hukum
3. Menyeimbangkan antara tuntutan keadilan dengan tuntutan kepastian hukum /
ketertiban
4. Untuk mengatur tat tertib masyarakat secara damai dan adil
SUMBER-SUMBER HUKUM
Yang dimaksud dengan sumber-sumber hukum ialah segala apa saja yang
menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa dan
apabila ada pihak yang melanggar, mengakibatkan sanksi yang nyata.
HUKUM LAUT
1. Laut beserta kandungan/potensi yang ada didalamnya sebagai milik bersama
(Common heritage of Mankind)
2. Hukum Laut sebagaimana yang tercantum dalam The United National
Convention on The Law of The Sea1982 adalah hukum yang mengatur lautsebagai obyek dengan mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan dan
kepentingan seluruh Negara termasuk yang tidak berbatasan dengan Laut
(Land -Lock Countries) guna pemanfaatan laut dengan seluruh potensi yang
terkandung didalamnya bagi ummat manusia sebagaimana yang tercantum
dalam UNCLOS 1982 beserta Konvensi Internasional yang terkait dengannya
HUKUM MARITIM
Adalah hukum yang mengatur Pelayaran dalam arti pengangkutan barang dan atau
orang melalui laut, kegiatan kenavigasian dan perkapalan sebagai sarana/modaltransportasi laut termasuk aspek keselamatan maupun kegiatan-kegiatan yang terkait
langsung dengan perdagangan melalui laut yang diatur dalam hukum Perdata/Dagang
maupun Publik.
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
11/115
I. MASALAH LAUT WILAYAH, LAUT BEBAS DAN ZONATAMBAHAN
Konvensi 1982 disetujui bahwa setiap Negara mempunyai hak untuk
menentukan laut wilayahnya sampai batas paling jauh 12 mil laut diukur dari
garis pangkal sesuai dengan konvensi ini :
Yaitu Negara mempunyai kedaulatan penuh atas kolam air dan isinya, udara
diatasnya, dasar laut dan tanah di bawahnya, namun untuk kepentingan lalu
lintas pelayaran Internasional, kapal-kapal Negara asing mempunyai hak
lintas damai.
Zona Tambahan, adalah selebar 12 mil laut yang mengelilingi laut wilayah
selebar 12 mil laut, dimana Indonesia dapat melaksanakan pengawasan atas
masalah-masalah Bea Cukai, Fiskal, Imigrasi dan Kesehatan. Zona tambahan
diukur 24 mil laut dari garis pangkal darimana lebar laut wilayah diukur.
HIGH SEAS (LAUT BEBAS)
Laut diluar yurisdiksi Nasional Negara-negara disebut laut bebas atau High Seas
Pemanfaatan Laut Bebas dilaksanakan berdasarkan prinsip Warisan bersama umat
manusiayang berarti: bahwa manfaat laut bebas baik aspek Navigasi maupun aspek
sumber daya alam yang dikandungnya, harus dapat dinikmati oleh seluruh umat
manusia dan tidak boleh dimonopoli oleh satu atau beberapa Negara kuat saja.Dari prinsip tersebut dilahirkan hak dan kewajiban umum tiap Negara
terhadap laut bebas serta hak dan kewajiban khusus di laut bebas tertentu tersebut
seperti menyediakan sarana pencarian dan penyelamatan (SAR).
Kebebasan Negara Pantai maupun Negara tak Berpantai
a. Kebebasan berlayar
b. Kebebasan terbang
c. Kebebasan meletakkan pipa dibawah laut
d. Kebebasan membangun pulau buatan dan instalasi-instalasi lainnya yang
diizinkan Negara lain
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
12/115
LANDAS KONTINEN DAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
1. LANDAS KONTINEN
Menurut Undang-undang dagang No.l tahun 1973 tentang landas kontinen
Indonesia adalah dasar laut dan tanah di bawahnya di luar wilayah R.I sampai
kedalaman 200 meter atau lebih dimana masih mungkin diadakan Eksplorasi dan
Eksplaitasi kekayaan alam berupa Mineral dan sumber alam lainnya di dasar laut
atau di dalam lapisan tanah di bawahnya.
2. ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur diluar dan berbatasan dengan laut wilayah
Indonesia yang meliputi dasar laut tanah dibawahnya dan air diatasnya dengan
batas terluar 200 mil laut diluar dari garis pangkal laut wilayah Indonesia.
HAK LINTAS DAMAI (INNOCENT PASSAGE)
Pengertian lintas adalah pelayaran melalui laut Teritorial tanpa memasuki perairan
pedalaman atau singgah di suatu tempat atau berlabuh atau jelasnya lintas adalah
pelayaran melalui laut Teritorial tanpa atau melalui perairan pedalaman, secara terus
menerus (kontinyu), secepat mungkin (Force majeure)
PENGERTIAN DAMAI
Suatu lintas dianggap damai bila tidak membahayakan ketertiban dan keamanan
Negara pantai dan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan konvensi dan aturan
intemasional lainnya. Aadapun tindakan yang dianggap membahayakan kedamaian,
ketertiban dan keamanan kesemuanya berjumlah 12 hal yaitu :
1. Setiap ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan
wilayah atau kemerdekaan politik Negara pantai
2. Latihan perang-perangan
3. Tindakan pertahanan yang bermaksud mengumpulkan informasi yang
merugikan pertahanan dan keamanan Negara pantai4. Perbuatan propaganda yang bertujuan mempengaruhi pertahanan atau
keamanan Negara pantai
5. Peluncuran atau penerimaan pesawat udara diatas kapal
6. Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap peralatan kelengkapan Militer
7. Bongkar atau muat setiap komuditi atau uang atau orang
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
13/115
8. Perbuatan Pencemaran
9. Penangkapan Ikan
10.Kegiatan Penelitian11.Perbuatan yang bertujuan mengganggu sistim komunikasi atau fasilitas atau
instalasi lainnya
12.Setiap kegiatan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan lintas itu sendiri.
HAK LINTAS TRANSIT
Menurut artikel 38 pasal grup (2) UNCLOS 1982 lintas transit adalah pelaksanaan
kebebasan pelayaran dan penerbangan untuk tujuan transit yang terus menerus
langsung dan secepat mungkin antara satu bagian laut lepas atau Zona Ekonomi
Eksklusif (2 EE) dengan bagian laut Zona Ekonomi Eksklusif wilayah pelayaran atau
penerbangan demikian dilakukan dalam suatu selat Internasional yang
menghubungkan satu laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif lainnya.
HAK LINTAS ALUR KEPULAUAN
1. Bahwa hak lintas alur kepulauan adalah hak pelayaran dan penerangan
pada/lintas alur secara terus menerus, langsung, secepat mungkin tanpa boleh
dihalangi dari satu bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif dengan
bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif lainnya melalui alur
kepulauan.
2. Bahwa alur kepulauan itu ditetapkan dengan suatu rangkaian garis sumbudimana kapal boleh menyimpang 25 mil ke sisi kanan atau kiri dengan garis
sumbu tetapi tidak boleh berlayar dekat pantai kurang dari 10% dari jarak
antara titik yang terdekat di pantai dengan alur kepulauan itu.
3. Bahwa untuk menentukan atau mengganti alur kepulauan Negara pantai harus
mendapat persetujuan dari Organisasi Internasional yang berwenang untuk itu.
Materi baru dalam UNCLOS 1982 yaitu tentang hak perikanan Tradisional
tetapi Undang-undang No. 9/1985 masih relevan yaitu :
II. BEBERAPA KETENTUAN YANG HARUS DIPATUHI OLEH KAPAL-KAPAL ASING SESUAI KONVENSI 1982 SEBAGAI BERIKUT
1. Tidak memasuki perairan pedalaman atau singgah di pelabuhan-pelabuhan
Negara yang dilalui.
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
14/115
2. Melaksanakan pelayaran tidak terputus dan cepat tanpa berhenti ataupun
buang jangkar, kecuali jika keadaan terpaksa karena kecelakaan,
kerusakan, ataupun karena harus memberi pertolongan terhadap orang,kapal atau pesawat udara yang mendapat kecelakaan.
3. Suatu lintas laut dianggap damai selama tidak membahayakan
perdamaian, ketertiban ataupun keamanan Negara yang dilalui
Lalu lintas kapal-kapal asing dianggap membahayakan
perdamaian, ketertiban ataupun keamanan suatu Negara bila melakukan
kegiatan sebagai berikut:
a. Ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap kedaulatan, keutuhan
wilayah ataupun politik yang melanggar azas-azas hukum
Internasional
b. Setiap penggunaan segala jenis senjata
c. Mengumpulkan informasi yang dapat membahayakan pertahanan dan
keamanan negara lain
d. Kegiatan propaganda yang bertujuan untuk mempengaruhi pertahanan
dan keamanan Negara lain
e. Meluncurkan mendaratkan ataupun menaikkan segala jenis peralatan
militer
f. Menurunkan atau menaikkan segala jenis barang, alat pembayaran
(uang) atau orang bertentangan dengan peraturan Pabean, Keuangan,
Imigrasi dan kesehatan Negarag. Setiap tindakan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan laut
h. Setiap kegiatan penangkapan ikan
i. Melakukan kegiatan penelitian dan survey
j. Perbuatan yang bertujuan mengganggu sistim komunikasi, fasilitas
ataupun instalasi-instalasi negara lain
k. Setiap kegiatan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan
lalu lintas
4. Kapal selam dan kendaraan bawah air lainnya, diharuskan berlayar
dipermukaan air dan menunjukkan bendera (Pasal, 22 -konvensi 1982)
Kerugian yang ditimbulkan kapal atau pesawat udara sesuai artikel 27 ( 1 )terbatas dalam hal :
1. Apabila akibat kejahatan itu dirasakan di Negara pantai
2. Apabila kejahatan itu termasuk jenis yang mengganggu kedamaian atau
ketertiban laut wilayah
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
15/115
3. Apabila telah diminta bantuan pengusaha setempat oleh Nakhoda kapal atau
oleh wakil Diplomatik atau pejabat Konsuler Negara Bendera
4. Apabila tindakan demikian diperlakukan untuk menumpas perdagangan gelapNarkotika atau bahan Peychdtropis.
MASALAH LINGKUNGAN HIDUP DI LAUT
Sumber daya alam di laut dijamin kelestariannya dengan tetap mempertahankan
lingkungan laut sistimpengelolaan dalam mengupayakan sumber yang ada
Penangkapan ikan dengan pukat harimau sangat membahayakan karena
dapat memusnahkan bibit-bibit maupun jenis ikan tertentu.
Sesuai kesepakatan bahwa pengontrolan dapat dilakukan dengan melalui
penyerahan tanggung jawab yaitu :
Untuk wilayah Territorial dan Zona Ekonomi Eksklusif diserahkan
sepenuhnya pada Negara yang menguasainya
Untuk wilayah laut lepas dibagi 2 (dua)
1. Wilayah Laut lepas yang berbatasan dengan laut territorial suatu
Negara pengontrolannya diserahkan kepada Negara yang berbatasan
tersebut
2. Wilayah Laut lepas yang tidak berbatasan dengan laut territorial
pengontrolannya diserahkan pada kelompok Negara-negara tertentu
MASALAH DASAR LAUT DAN KEKAYAAN LAUT
Kawasan dasar laut ada 3 (tiga)
1. Permukaan Laut
2. Dalam Laut
3. Dasar Laut
Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan yang berada pada satu
pengawasan, berdasarkan kedaulatan suatu negara atau hukum Internasional.
PERUSAHAAN PELAYARAN
1. Perusahaan Pelayaran atau Perusahaan Perkapalan adalah suatu badan usaha
yang didirikan oleh satu atau beberapa orang dengan memiliki satu atau
beberapa kapal secara bersama-sama dan mengelola kapal-kapal tersebut
untuk pelayaran di laut dalam bidang jasa angkutan (KUHD 323)
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
16/115
2. Pengusaha kapal adalah seseorang yang memakai sebuah kapal untuk
pelayaran di laut baik dikemudikan sendiri atau oleh seorang Nakhoda yang
bekerja padanya. (KUHD ps.320)3. Perusahaan Angkutan Laut Nasional adalah perusahaan angkutan laut
berbadan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan angkutan di dalam
wilayah perairan Indonesia dan atau dari dan ke pelabuhan luar negeri (PP.82
1999 tentang angkutan di perairan)
4. Perusahaan angkutan laut asing adalah perusahaan angkutan laut berbadan
hukum asing ( Foreign shipping company) yang kapal-kapalnya melakukan
kegiatan angkutan laut ke dan dari pelabuhan Indonesia.
5. Perusahaan pelayaran rakyat adalah perusahaan angkutan laut berbadan
hukum Indonesia yang dalam melakukan kegiatan usahanya dengan
menggunakan kapal layar, layar motor tradisional dan atau kapal motor
dengan ukuran tertentu.
Penyelenggaraan angkutan laut dalam negeri dilakukan :
a. Oleh perusahaan angkutan laut nasional
b. Dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia
c. Untuk menghubungkan pelabuhan laut antara pulau atau angkutan laut lepas
pantai di wilayah perairan Indonesia.
Persyaratan mendirikan Perusahaan Pelayarana. Memiliki akte pendirian perusahaan
b. Memiliki kapal berbendera Indonesia dengan ukuran GT 175 atau lebih atau
kapal tunda 150 PK dan tongkang ukuran GT 175 atau lebih
c. Kapal berbendera Indonesia yang berstatus leasing, disewa oleh perusahaan
leasing, dan adanya pernyataan dari pemilik kapal bahwa tidak berkeberatan
kapalnya digunakan sebagai persyarataan izin usaha
d. Memiliki tenaga ahli setingkat Diploma III di bidang Ketatalaksanaan
Pelayaran Niaga, dan atau ijazah Nautika dan/atau Tehnika pelayaraan Niaga.
e. Memiliki penanggung jawab perusahaan
f. Memiliki NPWP
1. INSA( INDONESIAN NATIONAL SHIP-OWNERS ASSOCIATION )
Adalah organisasi pengusaha-pengusaha pelayaran (INSA), dalam organisasi
ini menangani tentang trayek-trayek distribusi muatan dan lain-lain untuk
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
17/115
menjadi bahan pertimbangan pemerintah sebelum mengeluarkan surat-surat
keputusan atau peraturan-peraturan mengenai hal tersebut.
2. ORGANISASI PERUSAHAAN PELAYARAN
Bentuk organisasi perusahaan pelayaran disesuaikan dengan misi organisasi.
Perusahaan pelayaran terbagi atas dua komponen yaitu Dewan pemegang
saham dan eksekutif.
Dewan pemegang saham lazim disebut Dewan Komisaris yang
beranggotakan orang-orang punya andil, Modal di dalam perusahaan
diketahui oleh seorang yang disebut Presiden Komisaris.
Dewan ini yang menentukan arah dan kegiatan perusahaan dan batas-
batas ruang gerak eksekutif perusahaan.
Dewan bersidang secara periodir dalam waktu tertentu
Dewan Eksekutif adalah inti organisasi yang bertugas untuk mencapai
sasaran perusahaan yang digariskan oleh Dewan Komisaris.
3. JENIS PERUSAHAAN PELAYARAN
Perusahaan Pelayaran dibagi menurut ruang geraknya dan jenis muatannya
(Peraturan Pem. No. 2 tahun 1969) sbb:
1. Pelayaran Nusantara
Yaitu untuk melakukan usaha pengangkutan antara pelabuhan atau antarapulau nusantara yang dibagi daerah pelayaran dalam RLS-RLS (Reguler
Liner Services)
Untuk membawa trayek-trayek yang dianggap minus mengoprasikan
kapal-kapal niaga dengan nama PERINTIS
2. Pelayaran Lokal
Yaitu Pelayaran untuk melaksanakan usaha angkutan antara pelabuhan
diseluruh Indonesia dengan tujuan menunjang kegiatan pelayaran
nusantara dan samudera dengan memakai kapal ukuran kecil (500 M3isi
kotor) atau lebih kecil atau sama dengan 175 Register Ton
3. Pelayaran Rakyat
Yaitu Pelayaran Nusantara dengan mempergunakan perahu-perahu layar
4. Pelayaran Pedalaman
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
18/115
Terusan dan Sungai, yaitu melakukan usaha angkutan di alur pelayaran ini
di tangani oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat namun mengenai
kapal dan personilnya diatur oleh Dirjen Perhubungan Laut
5. Pelayaran Penundaan Laut
Yaitu perusahaan nusantara dengan menggunakan tongkang-tongkang
yang ditarik oleh kapal-kapal tunda
6. Pelayaran Samudra Dekat
Yaitu pelayaran yang dilakukan ke Pelabuhan negara tetangga yang
jaraknya tidak lebih dari 3000 mil laut dari pelabuhan terluar Indonesia ke
Jurusan manapun misalnya : Ke India, Jepang, Australia.
7. Pelayaran Samudera
Yaitu pelayaran ke, dan, dari Luar negeri yang bukan merupakan
pelayaran samudera dekat.
8. Pelayaran Khusus
Yaitu pelayaran dalam, pengangkutan muatan-muatan khusus yang pada
umumnya hasil dari industri/tambang dan biasanya dimuat curah (BULK)
tanpa pembatasan daerah pelayaran misalnya : Minyak Bumi, Biji-biji
Best, Kayu Gelondongan, Timah dll
4. PER-VEEM-AN
Veem Yaitu penampungan atau pemupukan barang-barang (Ware Housing)
Dalam usahanya meliputi:
Penumpukan
Penyimpanan
Persiapan muatan
Penyerahan
Pengukuran
Pemerkahan Expedisi dll
Dalam usaha ini dibutuhkan sarana :
Gudang
Lapangan bongkar muat (General Assembly Area) Peralatan
pengepakan dll
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
19/115
5. Ekspedisi Muatan Kapal Laut
Ialah usaha jasa untuk mengurus dokumen-dokumen muatan, baik untuk
pemuatan maupun pembongkaran, dan semua pekerjaan yang berhubungandengan pemuatan dan pembongkaran, penerimaan atau penyerahan muatan.
EMKL bisa usaha terpisah/tergabung dalam perusahaan pelayaran/Veem
Tujuan EMKL
Memperlancar arus dokumen
Menghindari tertumpuknya muatan
Menghindari macetnya bongkar muat Memperlancar keluar
masuknya kapal
6. Stuwadoring ( Stewedoring )
Ialah usaha di bidang jasa dalam bongkar muat kapal, Usaha ini dibina oleh
Badan Pengusaha Pelabuhan dan Perusahaan Pelayaran, dan diselenggarakan
oleh Yayasan yaitu yayasan Usaha Karya (YUKA)
7. TallyAssociation
Adalah perhitungan, bentuk usaha ini di Indonesia merupakan unit / bagian
dari perusahaan pelayaran atau Veem atau EMKL/Stwadoring tapi di luar
negeri kadang-kadang di lakukan juga antara pengirim dan pengangkut.
AWAK KAPALDefinisi-definisi
1. Awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal oleh
pemilik, atau operator kapal untuk melakukan tugas diatas kapal sesuai dengan
jabatannya yang tercantum dalam buku sijil (UU No. 2 / 1992)
2. Nakhoda adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan umum diatas
kapal serta mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku ( UU No. 21 /1992)
3. Nakhoda adalah orang yang memimpin kapal (KUHD ps 341)
4. Pemimpin kapal adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan umum
diatas kapal untuk jenis dan ukuran tertentu serta mempunyai wewenang dantanggung jawab tertentu berbeda dengan yang dimiliki Nakhoda (UU No.21)
5. Anak kapal adalah mereka yang namanya tercantum dalam daftar anak kapal
(KUHD)
6. Anak buah kapal adalah anak kapal selain Nakhoda ataupun pemimpin
a. Pelayar : Semua orang yang ada di kapal (UUNo.21)
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
20/115
Semua orang yang ada di kapal selain Nakhoda (KUHD)
b. Perwira adalah mereka yang dalam daftar anak kapal diberikan pangkat
sebagai Perwira (KUHD)c. Pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi keahlian
atau keterampilan sebagai awak kapal (PP 7/2000)
Persyaratan untuk bekerja di kapal
a. Berumur sekurang-kurangnya 18 tahun
b. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan dari rumah sakit
yang ditunjuk pemerintah
c. Memiliki sertifikat keahlian pelaut dan / atau Sertifikat Kepelautan Pelaut
d. Disijil
Hak dan Kewajiban Awak kapal dan Perjanjian Kerja Laut (PKL)
a. Hakatasupah
b. Hak atas permakanan dan tempat tinggal di kapal
c. Hak atas cuti
d. Hak atas perawatan kalau sakit di kapal
e. Hak atas angkutan bebas
f. Hak atas ganti rugi bilamana kapalnya musnah/tenggelam
Kewajiban Awak Kapala. Mentaati perintah perusahaan
b. Bekerja sesuai dengan jangka waktu perjanjian
c. Melaksanakan tugas sesuai jam kerja yang ditetapkan
d. Bekerja sekuat tenaga dan wajib mengerjakan segala sesuatu yang
diperintahkan oleh Nakhoda
Pekerjaan anak kapal dijelaskan di dalam :
a. Perjanjian kerja laut
b. Sijil awak kapal
c. Peraturan dinas di kapal yang dibuat oleh Nakhoda
d. Taat kepada atasan, teristimewa menjalankan perintah-perintah Nakhodae. Tidak boleh membawa atau memiliki minuman keras, tidak membawa
barang-barang yang terlarang, senjata dan sebagainya di kapal tanpa izin
Nakhoda
f. Keluar dari kapal selalu dengan izin Nakhoda dan pulang kembali tidak
terlambat
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
21/115
g. Wajib membantu memberikan pertolongan dalam penyelamatan kapal dan
muatan dengan menerima upah tambahan
h. Menyediakan diri untuk Nakhoda selama 3 hari setelah habis kontraknyauntuk kepentingan membuat kisah kapal
Hak Perusahaan adalah mempekerjakan pelaut sesuai perjanjian.
Kewajiban Perusahaan : Memenuhi semua hak pelaut sesuai perjanjian
Keuntungan dari KKB adalah :
a. Persyaratan kerja sudah ditentukan
b. Berlaku secara luas dan dalam waktu tertentu
c. Pelaut tidak harus bernegosiasi setiap pembuatan PKL karena PKL tidak
boleh bertentangan dengan KKB
Perjanjian Kerja Laut ( PKL)
Definis :
1. Perjanjian Kerja Laut (PKL) adalah perjanjian yang dibuat antara seorang
pengusaha kapal disatu pihak dengan seorang buruh dipihak lain, dengan
mana pihak tersebut menyanggupi untuk dibawah perintah pengusaha itu
melakukan pekerjaan dengan mendapat upah baik sebagai Nakhoda atau anak
buah kapal (KUHD ps 395)
2. Perjanjian Kerja Laut (PKL) adalah perjanjian kerja perorangan yang ditanda
tangani oleh Pelaut Indonesia dengan pengusaha angkutan di perairan (PP.7thn.2000)
3. Menurut KUHD PKL antara pengusaha kapal harus dibuat tertulis tapi tidak
harus dihadapan pejabat pemerintah, tetapi PKL untuk anak kapal harus
tertulis dan dibuat dihadapan pejabat pemerintah.
4. Tetapi sesuai peraturan pemerintah No. 7 tahun 2000 semua PKL harus
diketahui pejabat pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri
5. Selain dari PKL kita mengenal perjanjian kerja kolektif (PKK) atau disebut
juga kesepakatan kerja bersama (KKB) yaitu perjanjian antara satu atau
beberapa pengusaha kapal dengan satu atau beberapa organisasi perburuhan.
Jenis-jenis PKL
a. Untuk waktu tertentu
b. Untuk satu perjalanan atau lebih
c. Untuk waktu tak tertentu
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
22/115
Isi 1PKL Sekurang-kurangnya:1. Nama dari Pengusaha dan pelaut
2. Tanggal Pembuatan
3. Jenis PKL
4. Hak-hak Pelaut termasuk upah
5. Kewajiban Pelaut
6. Hak Pengusaha
7. Kewajiban Pengusaha
8. Jabatan di kapal
Mengakhiri Hubungan kerja
1. Mengakhiri hubungan kerja dapat dilakukan dengan secara sah dan tidak sah
2. Mengakhiri secara sah
a. Kedua belah pihak menyetujui
b. PKL sudah berakhir
c. Salah satu pihak membayar konpensasi
d. Pelaut meninggal dunia
e. Alasan mendesak
f. Alasan penting
Alasan mendesak bagi majikan ialah tindakan, sifat atau perilaku buruh yang
mengakibatkan bahwa dari pihak majikan secara wajar tidak dapat
dibenarkan (tolerir) untuk selanjutnya hubungan kerja misalnya :
a. Pelaut menipu waktu pembutan PKL
b. Tidak cakap untuk melakukan tugasnya
c. Sukamabuk, madat dan perbutan buruk lainnya
d. Mencuri atau melakukan penggelapan
e. Menganiaya, menghina majikan atau teman sekerja
f. Menolak perintah majikan / atasan
g. Membawa barang selundupan
Alasan mendesak dari pihak buruh adalah :
a. Majikan menganiaya, mengancam atau menghina secara kasar
b. Membujuk untuk membuat hal-hal yang bertentangan dengan undang-undang
c. Tidak membayar upah pada waktunya
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
23/115
d. Melalaikan kewajiban yang dibebankan dalam PKL
e. Bila kapal dioperasikan untuk penyelundupan
f. Bila makanan tidak layakg. Bila tempat tinggal tidak memenuhi syarat sehingga mempengaruhi kesehatan
Bila PKL ingin diputuskan dengan alasan mendesak maka harus disampaikan
secepat mungkin kepada pihak lain. Apabila tidak disampaikan secepat mungkin
maka alasan mendesak berubah menjadi alasan penting. Untuk pemutusan dengan
alasan penting harus diajukan melalui Pengadilan Negeri atau kalau di luar negeri
melalui perwakilan RI.
Tugas Nakhoda Secara Umum
1. Pemimpin kapal
2. Pemegang kewibawaan umum diatas kapal
3. Pegawai kepolisian
4. Pegawai Pencatatan Sipil
5. Notaris
1. Sebagai Pemimpin Kapal:
a. Mampu membawa kapal dengan selamat ke pelabuhan tujuan
b. Mampu mengurus kapal, penumpang dan muatan
c. Mampu memelihara kapal agar tetap laik laut
d. Mampu mengelola tertib Administrasi kapal
2. Sebagai pemegang kewibawaan umum berarti:
a. Berwibawa terhadap semua orang diatas kapal demi keselamatan kapal
b. Berwibawa menegakkan disiplin diatas kapal.
3. Sebagai Pegawai Kepolisian di atas Kapal
a. Mengumpulkan bahan-bahan untuk proses verbal
b. Menyita barang-barang bukti
c. Mendengar dari tertuduh dan saksi serta dicatat dalam berita acarad. Mengamankan tertuduh
e. Menyerahkan berkas, barang bukti dan tertuduh kepada polisi setibanya kapal
di Pelabuhan
4. Selaku Pejabat Pencatatan Sipil di atas kapal:
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
24/115
a. Membuat akte kelahiran dan mencatat dalam buku harian kapal dalam waktu
24 jam dengan 2 orang saksi
b. Membuat akte kematian dalam jangka 24 jam bila ada yang meninggal dikapal
c. Selaku Notaris Kapal
d. Membuat akte wasiat seseorang diatas kapal dengan disaksikan 2 orang saksi.
Surat wasiat tersebut hanya berlaku selama 6 bulan
e. Membuat akte perjanjian antara pelajar yang berada di kapal juga dengan 2
orang saksi
Kewajiban-kewajiban Nakhoda
1. Kewajiban sebelum berlayaar Nakhoda haras meyakinkan bahwa kapal berada
dalam keadaan laik laut
2. Kewajiban umum Nakhoda wajib mentaati peraturan-peraturan
3. Kewajiban selama pelayaran, Nakhoda harus selalu berada diatas kapal
selama pelayaran
4. Kewajiban memberi bantuan terhadap orang-orang yang dalam bahaya di laut
5. Kewajiban mengikuti haluan
6. Kewajiban menyimpan surat-surat kapal
7. Kewajiban menyelenggarakan buku harian kapal
8. Kewajiban memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang berhak atas kapal
9. Kewajiban mentaati perintah penguasa10.Kewajiban melaksanakan rergister hukum
Kewenangan lain dari Nakhoda
1. Dalam keadaan darurat berhak memakai bahan makanan milik pelayar
2. Ditempat tidak ada perwakilan dapat mengadakan perlengkapan kapal
3. Dalam keadaan mendesak diluar wilayah Indonesia berwenang menjual kapal
4. Mempekerjakan atau menurunkan penumpang gelap
5. Apabila dalam musyawarah dengan Perwira diminta sumbangan
pikiran Nakhoda bebas untuk menerima atau mengabaikan saran tersebut
6. Ditempat yang tidak ada perwakilan perusahaan Nakhoda berhakmenandatangani konosemen
7. Menjatuhkan hukuman disipliner terhadap ABK berupa peringatan sampai
pemotongan upah maximum 10 hari kerja
8. Sebagai wakil dari pengusaha kapal
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
25/115
SIJIL AWAK KAPALA. Sijil Awak Kapal adalah daftar dari semua orang yang akan melakukan dinas
anak buah kapal (bekerja di suatu kapal ) dan dibuat dihadapan Syahbandar
dan dibuat dalam rangkap 2 (dua)
1 (satu) lembar untuk Nakhoda dan 1 (satu) lembar lainnya untuk Syahbandar
Sijil; Awak Kapal ditandatangani oleh Nakhoda dan Syahbandar/Pegawai
pendaftaran anak kapal
B. Isi Sijil dari Awak Kapal :
a. Nama Kapal dan awak kapal
b. Nama pengusaha kapal dan Nakhoda
c. Nama dan sebagai apa terhadap awak kapal itu dipekerjakan
d. Kepada awak kapal mana diberikan pangkat Perwira
e. Nama-nama dari dua Perwira yang harus hadir pada waktu menjatuhkan
hukuman
f. Nama-nama dua Perwira kapal dengan siapa Nakhoda berunding sebelum
mengasingkan (masuk tujuan) seorang penumpang yang menjadi gila atau
yang telah melakukan kejahatan
C. Yang tercantum dalam sijil awak kapala. Semua orang yang membuat perjanjian kerja laut dengan pengusaha kapal,
serta yang diwajibkan melakukan "Dinas Awak Kapal" (Mualirn, Masinis,
Serang dst)
b. Semua orang yang diizinkan pengusaha kapal, untuk berniaga atas
tanggungan sendiri (tukang cuci, tukang potret, tukang cukur)
c. Semua orang (pembantu) yang bekerja pada majikan lain
Syarat-syarat untuk menandatangani Sijil Awak Kapal :
a. Pengusaha membuat PKL dengan awak kapal
b. Usia paling sedikit 18 tahunc. Memenuhi syarat-syarat yang diperluka
1. Buku Pelaut
2. Surat Bukti Kesehatan
3. Surat Ujian Mata dan Telinga
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
26/115
4. Surat kuasa dari ayah/walinya apabila awak kapal tersebut masih dibawah
umur
Akibat apabila kapal tidak membuat sijil awak kapal adalah:
a. Nakhoda tidak boleh berlayar
b. Tidak boleh melakukan tugas bila namaanya tidak tercantum dalam sijil awak
kapal
Sijil awak kapal diadakan perubahan apabila :
a. Nama kapal diganti
b. Berganti Pengusaha
c. Pergantian Nakhoda
d. Perubahan dalam susunan awak kapal
Dokumen-dokumen dan Sertifikat-sertifikat yang harus ada di Kapal :
1. Surat tanda kebangsaan (Surat laut/Pas Tahunan / Pas kecil)
2. Surat Ukur
3. Buku Sijil
4. Sertifikat-sertifikat
a. Sertifikat keselamatan konstruksi kapal barang
b. Sertifikat keselamatan perlengkapan kapal barang
c. Sertifikat keselamatan Radio kapal barang
d. Sertifikat keselamatan kapal penumpange. DOC dan SMC (berdasarkan ISM Code)
f. Sertifikat pencegahan pencemaran oleh Minyak (IOPP)
g. Buku catatan minyak dan SOPEP
h. Minimum safe Manning Certificate
i. Sertifikat dari Perwira dan ABK
j. Load Line Certificate
k. Surat izin berlayar dari pelabuhan terakhir
l. Crew List
m. Cargo Manifest
n. Buku Kesehatan
Pengawasan Keselamatan Kapal
Pengawasan terhadap keselamatan kapal dilaksanakan oleh :
1. Pemerintah Negara Bendera (Flag state) yang dibebani tanggung jawab atas
keselamatan kapal-kapal yang menggunakan bendera Negara
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
27/115
2. Pemerintah Negara Pelabuhan (Port state) yang diberi kewenangan
untuk mengawasi kapal-kapal asing yang memasuki pelabuhan Negara
mereka. Pengawasan dilakukan terhadap kelengkapan sertifikat serta kondisikapal dan perlengkapannya. PSCO dapat menahan kapal yang sertifikatnya
tidak ada / expire atau yang kondisi kapalnya tidak aman untuk berlayar
Biro Klasifikasi
Tujuan dari Biro Klasifikasi adalah untuk mensurvey dan mengklaskan kapal
berdasarkan suatu pembukuan persyaratan pembangunan maupun permesinan kapal
tugas mana dijadikan jaminan bagi pihak-pihak tertentu yang mempunyai
kepentingan (pemilik muatan, asuransi). Pemerintah dapat memanfaatkan Biro
Klasifikasi untuk memeriksa dan menertibkan Sertifikat serta nama Pemerintah yang
memberikan kewenangan Sertifikat-sertifikat yang dikeluarkan Biro Klasifikasi
(Class Certificate) tidak mengikat pemerintah.
Biro-biro Klasifikasi yang terkenal
1. Lloyd Register of Shipping (LR) London
2. Bureau Veritas (BV) Paris
3. Det Norske Veritas (NV) Oslo
4. Germanische Lloyd (GL) Berlin
5. Registro Italiano Navale (RI)Roma
6. The American Bureau of Shipping (AB) New York7. Nippon Keiji Kyokai (NK) Tokyo
8. Biro Klasifikasi Indonesia (BKJ) Jakarta
Pengukuran Kapal
Setiap kapal yang digunakan untuk berlayar wajib diukur. Pengukuran dapat
dilakukan menurut tiga metode :
a. Pengukuran dalam Negeri yang digunakan untuk pengukuran dan penentuan
tonase kapal yang panjangnya kurang dari 24 meter
b. Pengukuran Internasional yang digunakan untuk pengukuran dan penentuan
tonase kapal yang panjangnya 24 meter atau lebihc. Pengukuran khusus digunakan untuk pengukuran dan penentuan tonase kapal
yang akan melewati terusan tertentu
Atas permintaan pemilik kapal yang panjangnya kurang dari 24 meter dapat
dilakukan pengukuran menggunakan metode Internasional. Kapal yang telah diukur
dengan menggunakan metode pengukuran dalam negeri.
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
28/115
Hal Pengukuran kapal disusun dalam daftar ukur untuk menetapkan ukuran
dan tonase kapal. Terhadap kapal yang berdasarkan perhitungan diperoleh isi kotor
20 meter kubik yang setara dengan GT 7 atau lebih diterbitkan Surat Ukur.1. Surat ukur berlaku jangka waktu tidak terbatas
2. Surat ukur tidak berlaku apabila kapal tidak digunakan lagi antara lain karena :
a. Kapal discrap
b. Kapal Tenggelam
c. Kapal Musnah
d. Kapal Terbakar
e. Kapal dinyatakan Hilang
Surat Ukur dinyatakan batal apabila :
1. Pengukuran dilakukan tidak sesuai ketentuan
2. Diperoleh secara tidak syah atau digunakan tidak sesuai untuk peruntukannya.
Surat ukur baru sebagai pengganti surat ukur lama dapat diterbitkan apabila :
a. Nama kapal dirubah
b. Surat ukur rusak, hilang atau musnah
c. Kapal diukur ulang karena surat ukur dinyatakan batal
d. Kapal diukur ulang karena adanya perubahan bangunan yang menyebabkan
berubahnya rincian yang dicantumkan dalam surat ukur
e. Apabila kapal diberikan surat ukur sementara dan masa berlakunya telah
habis.
3. Kapal yang telah diukur dipasang tanda selar yang biasanya dipasang padadinding depan anjungan. Pemilik atau operator kapal wajib melaporkan kepada
pemerintah apabila terjadi perombakan terhadap bangunan kapal yang
menyebabkan berubahnya ukuran kapal.
4. Isi dari Surat ukur
a. Panjang Kapal
b. Lebar Kapal
c. Dalam (depth)
d. Isi Kotor
e. Isi Bersih
Baku Harian Kapal
1. Menurut KUHD pasal 348 Nakhoda harus menyelenggarakan Buku Harian kapal.
Nakhoda boleh mengerjakan sendiri atau menugaskan salah seorang Perwira
(biasanya Mualim. I). Tertapi Naakhoda harus mengawasi agar Buku harian diisi
dengan benar. Nakhoda yang tidak menyelenggarakan Buku Harian secara benar
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
29/115
atau tidak memperlihatkan Buku Harian pada waktunya dianggap melakukan
pelanggaran sesuai KUHD ps 562. Sedangkan perbuatan tidak menyelenggarakan
Buku Harian kapal menurut peraturan dengan maksud menguntungkan dirisendiri atau orang lain atau menutupi perbuatan tersebut dianggap melakukan
kejahatan dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara (KHUD ps 466)
2. Fungsi Buku Harian :
a. Bahan Pembuktian
b. Sumber data bagi hakim jika terjadi sengketa
c. Sebagai bahan pengawasan oleh pemerintah
d. Kapal-kapal yang diwajibkan menyelenggarakan Buku Harian adalah kapal
yang berukuran 500 meter kubik atau lebih (KUHD) sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2002 kapal dengan isi kotor GT 100 atau
lebih harus menyelenggarakan Buku Harian sedangkan kapal dengan tenaga
penggerak utama 200 TK atau lebih harus menyelenggarakan Buku Harian
Mesin kapal-kapal yang mempunyai perangkat radio harus menyelenggarakan
Buku Harian Radio
e. Buku Harian hams terbuat dari bahan yang baik dijilid dan dengan baik,
kolom-kolom yang tersedia untuk mencatat kejadian-kejadian di kapal. Tiap
halaman harus diberi nomor halaman. Dibagian muka Buku Harian Kapal
harus Terdapat Petunjuk halaman yang menyebutkan keterangan
mengenai :1. Kelahiran dan Kematian Kapal
2. Mutasi diantara awak kapal
3. Kecelakaan / kerusakan yang dialami
4. Pengedokan, Perbaikan
5. Penutupan / pembukaan pintu-pintu kedap air
6. Latihan-latihan Berkala
7. Perangkap Telegrap Radio
8. Pemuatan barang-barang berbahaya
Hal-hal yang dilarang dalam penyelenggaraan Buku Harian karena akanmengurangi kekuatan pembuktiannya adalah :
1. Menghilangkan halaman
2. Penambahan halaman
3. Pengosongan Halaman
4. Perubahan, penambahan
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
30/115
5. Penghapusan (kalau ada kesalahan tidak boleh dihapus / tip ex tapi dicoret dan
diparaf)
Sebelum digunakan Buku Harian harus dilegalisir oleh pejabat pemerintahyang ditunjuk dimana setiap halaman diparaf dan sebulan sekali Buku Harian
diekshibitum (diperlihatkan kepada pejabat pemerintah yang ditunjuk)
Kisah Kapal
Kisah kapal adalah suatu akte otentik yang dibuat dihadapan Syahbandar atau
Notaris mengenai kejadian-kejadian selama pelayaran yang digunakan sebagai bahan
pembuktian pada kejadian-kejadian penting yang mungkin menimbulkan kerusakan
kapal kadang -kadang kisah kapal disebut juga Marine Note of Protest kekuatan
pembuktiannya sama dengan Buku Harian Kapal. Kisah kapal memuat keterangan
lebih rinci yang tidak dapat ditulis dalam Buku Harian karena keterbatasan tempat.
1. Kisah kapal harus dibuat dalam waktu 3 kali 24 jam setibanya kapal di
Pelabuhan, setidak-tidaknya kisdah kapal sementara yang harus disusul
dengan yang lengkap dalam waktu 30 hari. Pembuatan kisah kapal sementara
biasanya kalau ada kerusakan dibawah air yang belum kelihtan sebelum kapal
naik dok. Selain Nakhoda awak kapal yang mengetahui kejadian itu juga ikut
menandatangani Kisah Kapal. Isi dari kisah kapal antara lain kapal mengalami
cuaca buruk sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan terhadap
kapal atau muatan, kecelakan-kecalakaan yang terjadi, serta tindakan yang
diambil oleh Nakhoda untuk mencegah atau mengurangi kerusakan kisahkapal merupakan suatu perikatan sepihak dan karenanya siapa yang membuat
kisah kapal hanya mengikat dirinya sendiri.
2. Kejahatan dan pelanggaran pelayaran
3. Didalam undang-undang hukum pidana (KUHP). Kitab Undang-undang
Hukum Dagang (KUHD) serta Undang-undang No.21 tahun 1992 ttg
pelayaran diatur tindakan-tindakan yang dikategorikan sebagai kejahatan atau
pelanggaran pelayaran untuk perbuatan yang dianggap kejahatan ancaman
hukumannya adalah. Hukuman kurungan (penjara) sedangkan untuk
pelanggaran ancaman hukuman penjara atau boleh diganti denga denda.
4. Contoh Kejahatan Pelayaran Menurut KUHP :a. Pembajakan di Laut
Nakhoda yang kapalnya digunakan untuk pembajakan diancam penjara
paling lama 15 tahun
Awak kapal lainnya diancam
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
31/115
b. Pelayar yang merampas kapal diancam hukuman 7 tahun penjara.
Nakhoda yang merampas kapal dari pemilik diancam hukuman 8 tahun
penjarac. Nakhoda yang menyuruh membuat kisah kapal yang tidak benar diancam
hukuman 5 tahun sedangkan anak buah yang membantu diancam
hukuman 2 tahun 8 bulan
d. Nakhoda yang melarikan diri dari tugasnya diancam hukuman 2 tahun 8
bulan
e. Awak kapal yang melarikan diri dan dapat membahayakan kapal diancam
hukuman 1 tahun 4 bulan
f. Awak kapal yang menyerang orang lain yang lebih tinggi jabatannya
dihukum 2 tahun 8 bulan. Kalau berakibat luka diancam hukuman 4 tahun
jika meninggal diancam hukuman 12 tahun
g. Insubordinansi yang dilakukan bersama-sama diancam hukuman 7 tahun,
bila ada yang terluka 8 tahun 6 bulan dan bila mati 15 tahun
h. Barang siapa yang menghasut dikapal supaya memberontak diancam
hukuman tahun
i. Barang siapa yang dengan sengaja menenggelamkan kapal dan
mendatangkan bahaya kepada orang lain dihukum maximum 15 tahun
Sedangkan dalam Undang-undang No.21 tahun 1992 tentang pelayaran :
Barang siapa dengan sengaja merusak sarana bantu Navigasi sehingga tidak berfungsi
lagi diancam hukuman 12 tahun penjara kalau menimbulkan bahaya terhadap kapallain 15 tahun dan kalau ada orang yang meninggal karena itu diancam hukuman 20
tahun penjara
Sanksi-sanksi lain yang diatur dalam Undang-undang No.21 tahun 1992
1. Nakhoda yang tidak berada diatas kapal atau meninggalkan kapalnya tanpa
alasan yang sangat memaksa, selama kapal berlayar dipidana dengan pidana
penjara lama 5 tahun 6 bulan
2. Nakhoda atau pemimpin kapal yang melayarkan kapalnya sedangkan ia
mengetahui kapalnya tidak laik laut dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 3 bulan atau dengan denda 6 juta rupiah3. Pemilik atau operator kapal yang menghalang-halangi keleluasaan Nakhoda
untuk melaksanakan kewajibannya sesuai perundang-undangan yang berlaku
dipidana setinggi-tingginya 9 bulan atau denda setinggi-tingginya 18 juta
rupiah
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
32/115
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
33/115
PENDAFTARAN KAPAL
Prosedur Pendaftaran Kapal
Pemilik harus mengajukan permohonan kepada pejabat pendaftaran dengan dilampiri
a. Bukti Pemilikan
b. Identitas Pemilik
c. Surat Ukur
d. Bagi kapal yang dibeli dari Luar Negeri harus dilampirkan surat pernyataan
bahwa telah dicoret dari pendaftaran negara terdahulu (Deletion Certificate)
e. Bukti kepemilikan dapat berupa surat kontrak dan Bukti penyerahan dari
Galangan pembuatan atau untuk kapal yang dibuat secara tradisional surat
tukang yang diketahui Camat, bagi kapal yang dibeli dari luar negeri berupa
Bill of Sale Protocol of Deliverydari pemilik lama
f. Kapal yang sudah didaftar harus memasang tanda pendaftaran berupa
rangkaian dari angka dan huruf yang menunjukkan tahun pendaftaran, kode
pengukuran dari tempat kapal didaftar dan nomor akte pendaftaran ini
biasanya dipasang di dinding depan anjungan
Kapal yang sudah didaftar diberi surat tanda Kebangsaan yang di Indonesiadapat berupa Surat Laut untuk kapal GT 175 atau lebih b), Pas tahunan untuk kapal
antara GT 7 dan GT 175, dan c) Pas kecil untuk kapal kurang dari IGT 7.
Sebagai bukti hak milik bagi kapal yang sudah didaftar diberikan Groose
Akte, Sedangkan akte disimpan oleh Pegawai Pendaftar Kapal
Isi dari Akte pendaftaran memuat hal-hal sebagai berikut;
a. Nomor dan tanggal akte
b. Nama dan tempat kedudukan pejabat pendaftaran kapal
c. Nama dan domisili kapal
d. Data kapale. Uraian singkat pemilik kapal
Tujuan Pendaftaran Kapal
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
34/115
1. Untuk membuat daftar kapal-kapal yang mengibarkan bendera sesuatu Negara
dalam mana berada dibawah kewenangan hukum Negara tersebut dan untuk
negara tersebut bertanggung jawab2. Untuk menjamin atau menentukan kebangsaan sebuah kapal
3. Untuk menghilangkan hak kebendaan, biaya pendaftaran kapal
4. Bagi kapal yang sudah didaftar dapat dikenakan hypotek
Menurut Konvensi Internasional tentang Pendaftaran 1986 data-data yang
harus ada antara lain:
1. Nama kapal dan nama serta pendaftaran sebelumnya bila ada
2. Tempat atau pelabuhan pendaftaran, Official Number, dari kapal
3. Call Sign
4. Nama Bulders, tempat pembangunan serta tahun pembangunan
5. Keterangan mengenai ciri-ciri utama kapal
6. Nama, Alamat kebangsaan dari pemilik
7. Tanggal pencoretan dari pendaftaran sebelumnya
8. Nama, Alamat dari bareboat charterer bila undang-undang suatu negara
mengijinkan pendaftaran kapal dibawah bereboar charter
9. Data dari penghypotikan atau penanganan beban sejenis terhadap kapal sesuai
undang-undang Negaranya
10.Bila lebih dari 1 orang pemilik besarnya share masing-masing pemilik
11.Nama serta alamat dari operator bila operator bukan pemilik atau bereboat
charter12.Dalam pendaftaran kapal dianut stelsel negatif, artinya pejabat pendaftar dan
pejabat balik nama kapal tidak bertanggung jawab atas kebenaran materil
dokumen yang disampaikan oleh pemilik kapal.
13.Kapal yang sedang dibangun didalam atau diluar negeri dapat didaftar untuk
sementara dengan dibuatkan akte pendaftaran untuk mendapatkan akte
Sementara pemilik harus mengajukan permohonan dengan dilampirkan :
a. Bukti kepemilikan yang berupa surat perjanjian pembangunan kapal
b. Identitas pemilik
c. Spesifikasi tahapan pembangunan kapal yang sudah dilaksanakan
d. Persetujuan galangan untuk mendaftarkan kapal atas nama pemesane. Dokumen yang berisi tentang ukuran dan tonase kapal
f. Akte sementara tidak berlaku lagi saat kapal diserah terimakan atau pada
saat dinyatakan tidak dilanjutkan
Balik Nama Kapal
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
35/115
Kalau terjadi perubahan pemilik atas kapal yang sudah didaftar pemilik yang baru
harus mengajukan permohonan pembuatan akte dan pencatatan balik nama kapal
kepada pejabat pendaftar tempat dimana kapal didaftar paling lama 3 tahun semenjakperalihan pemilik Permohonan harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen :
a. Bukti pemilikan
b. Identitas pemilik
c. Groose akte pendaftaran atau balik nama
d. Surat ukur baru, dalam hal terjadi perubahan dari surat ukur yang lalu
Pendaftaran kapal dicatat dalam buku daftar kapal Indonesia yang terdiri dari:
1. Daftar harian
2. Daftar Induk, yang keduanya diselenggarakan disetiap tempat pendaftaran
3. Daftar pusat yang diselenggarakan dikantor pusat Dit Jen Perla
Pencoretan dari daftar Pendaftaran
Kapal dicoret dari daftar kapal apabila :
a. Ada permintaan tertulis dari pemilik dengan alasan sebagai berikut:
1. Kapal tenggelam
2. Kapal dirampas oleh Bajak Laut, hak miliknya kepada Asuransi
3. Dalam hal pemilik melepaskan hak miliknya kepada asuransi jika kapal
dianggap hilang
4. Kapal discrap5. Kapal beralih kepemilikan kepada warga negara asing
b. Berdasarkan putusan pengadilan atas kepemilikan kapal yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap
Pencoretan dilakukan oleh pejabat Pendaftar dan pencatat Balik nama kapal ditempat
kapal didaftar. Pencoretan kapal dari daftar kapal tidak menghilangkan hak
kepemilikan atas kapal
Maritime Lines
Klaim-klaim berikut dapat diamankan dengan maritime lines.
1. Gaji dan pendapatan lain dari Nakhoda, Perwira dan Abk sehubungan denganpenugasan mereka dikapal
2. Biaya pelabuhan, kanal, alur, pelayaran dan pandu
3. Klaim terhadap pemilik kapal sehubungan dengan meninggalnya atau lukanya
seseorang yang ada hubungannya secara langsung dengan pengoperasian
kapal
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
36/115
4. Klaim terhadap pemilik kapal berdasarkan perbuatan tidak jujur dan tidak bisa
memenuhi perjanjian sehubungan dengan hilangnya atau rusaknya harta
benda baik di darat atau dikapal yang berhubungan langsung denganpengoprasian kapal
5. Klaim terhadap salvage, pemindahan kerangka dan kontribusi general
Average
6. Urutan kepentingannya sesuai dengan urutan diatas
Ketentuan-ketentuan menurut KTJHD
1. Kapal yang didaftarkan dianggap benda tak bergerak dan dapat diletakkan
hipotik
2. Hipotik tetap hidup walaupun kapalnya dijual atau dibagi (ps.315e)
3. Kalau kapal dilelang maka urutan yang di istimewakan untuk dibayar adalah:
a. Biaya lelang (sita)
b. Piutang yang terbit dari persetujuan perburuhan dari Nakhoda dan anak
buah kapal selama waktumana mereka berada di kapal
c. Upah penolongan, upah pandu laut uang petunjuk dan uang biaya
pelabuhan
d. Utang karena penubrukan
e. Beban hipotik
Konvensi yang berhubungan dengan bidang publik1. Aspek keselamatan
a. International Convention for Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974
b. International Convention on Load Line 1966
c. International Convention on Tonnage
d. Measurement of ship 1969
e. Convention on the International Regulations
f. For Preventing Collision at sea 1972
g. International Convention on standards of training Certification and
Watchkeping for Seafers 1978
h. International Maritime Dangerous Goods Codes
2. Aspek Kesejahteraan awak kapal
a. ILO Maritime Convention Number 147
b. Concerning Minimum Standards in Merchant
c. Ships 1976
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
37/115
d. Protocol of 1996 to the Merchant Shipping (Geneva, 22 October 1996)
e. Pencegahan dan penanggulangan Pencemaran Lingkungan Laut
3. United Nations Convention on teh Law of the sea 1982 (Bab XII)4. International Convention for the prevention of Pollution from ships 1973/78
(Marpol 73/78)
5. International Convention Relating to Intervention on the Height Seas in cases
of oil Pollution Causalities 1987
6. International Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping
of Wastes and other Matter 1972
7. International Convention on oil Pollution Preparedness 1996
8. International Convention on Civil Liability for oil Pollution Damage 1969 and
1976 Protocol
9. International Convention on Liability and Compensation for Damage in
connection with carriage of hazardous and Noxious Substances by Sea 1990
10.International Convention on the Establishment of and International fund for
Conpensation for oil Pollution damage 1971
PERJANJIAN PENGANGKUTAN MELALUI LAUT
Penyewaan Kapal (Charter Party)
Pengangkutan melalui laut bersifat kontraktual yang dapat dilihat dalam hubunganhukum antara pemilik kapal atau pengangkut yang mengoperasikan kapal sebagai
penyedia jasa angkutan laut dan pemilik barang dari penumpang sebagai pemakai jasa
angkutan laut. :
1. Perjanjian penyewaan kapal berdasarkan perjalanan tertentu (voyage charter
party)
a. Pemilik kapal / pengangkut memberikan layanan pengangkutan barang
dengan kapal dalam satu atau beberapa pelayaran yang sudah tertentu
b. Penyewa berkewajiban untuk menyampaikan barang dan membayar uang
sewa
c. Pada setiap perjalanan, sesuai jumlah barang yang telah diserahkan, jikadikendaki oleh penyewa, pengangkut harus mengeluarkan konosemen
(B/L)
2. Perjanjian penyewaan kapal berdasarkan waktu (time charter party)
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
38/115
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
39/115
2. Penetapan pelabuhan muat pada perjalanan permulaan
3. Pemilik kapal memastikan bahwa kapalnya dalam keadaan lengkap dan laik
laut4. Penyewa menyetujui tersedianya barang secara penuh dan membayar uang
tambang
5. Adanya daftar resiko bahaya di laut yang dikecualikan
6. Ketentuan yang mengatur Cara bongkar muat
7. Memberi hak kepada penyewa untuk membatalkan perjanjian bila kapal tidak
sampai pada waktu dan pelabuhan tertentu yang telah disepakati
8. Ketentuan umum yang memungkinkan memasukkan Hugue-Visby Rules
9. Penyelesaian perselisihan melalui Arbitrase dan prosudur berita acara
10.Memasukkan York-Antwerp Rules 1974/19990
11.Komisi broker
12.Berkaitan bila terjadi resiko perang
Demurrage dan Dispatch Money
1. Demurrage : Keterlambatan pembebasan kapal penyewa (Charterer) ada
sejumlah uang untuk dibayarkan kepada pemilik kapal sebagai konpensasi
karena keterlambatan
2. Dispatch : Sejumlah uang yang akan dibayarkan kepada pemilik barang
sebagai bonus jika B/M dapat dilaksanakan kurang dari waktu yang
disediakan
Kerugian Laut
Semua kerugian yang timbul akibat pengorbanan luar biasa yang dilakukan dan
biaya yang dikeluarkan oleh kapal maupun oleh pemilik barang, demi untuk
penyelamatan kapal beserta barang muatan dalam menghindari bahaya di laut,
dinyatakan sebagai kerugian laut dan harus ditanggung bersama secara profesional
oleh semua pihak yang berkepentingan
Unsur agar diakui sebagai kerugian laut:
1. Sifat pengorbanan/pengeluaran : luar biasa2. Pengorbanan tersebut disengaja dan beralasan
3. Demi untuk keselamatan bersama
4. Untuk menghindari kecelakaan di laut
Pengangkutan Muatan
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
40/115
Referensi:
1. KUHD Buku kedua Bab kelima A
2. The Hague / Visby Rules 1924/19683. York Antwerp Rule 1924
4. United Nation Convention on the Carriage of Goods by Sea
5. Convention on Limitation Liability for Maritime Claims 1976 / Protocol 1079
6. United Nation Convention on the Liability of Operator of Transport Terminal
in International Trade 1991
Definisi:
Carrier adalah termasuk Owner atau Charterer yang melakukan kontrak
pengangkutan dengan Shipper (Hague Rules)
Pengangkut adalah barang siapa yang baik dengan persetujuan charter menurut waktu
charter menurut perjalanan, baik dengan suatu persetujuan lain, mengikutkan diri
untuk menyelenggarakan pengangkutan barang, yang seluruhnya atau sebagian
melalui laut (KUHD ps. 466)
Goods (barang) termasuk barang-barang, barang dagangan dan barang-barang
apapun kecuali binatang hidup dan muatan menurut kontrak pengangkutan
dinyatakan sebagai muatan geladak dan diangkut demikian.
Kontrak pengangkutan berlaku hanya untuk kontrak-kontrak pengangkutan
yang dilindungi oleh konosemen atau dokumen yang sama untuk pengangkutan di
laut termasuk setiap konosemen yang dikeluarkan dibawah charter party.
Kewajiban Pengangkut
Sebelum pelayaran pengangkut harus melaksanakan due dil igence
1. Membuat kapal laik laut
2. Melengkapi kapal dengan awak kapal, perlengkapan dan perbekalan yang
cukup
3. Mempersiapkan ruang muatan, kamar pendingin dan ruang buku dan semua
ruangan yang digunakan untuk muatan dan keadaan siap untuk menerima dan
mengangkut muatan
4. Pengangkut akan melaksanakan pemuatan-pemuatan, penanganan,penyusunan, menyimpan dan memelihara dan membongkar muatan dengan
baik dan hati-hati
5. Pengangkut diwajibkan menjaga keselamatan barang yang diangkutnya mulai
dari saat diterimanya sampai saat diserahkan (Tapi dalam Hague Rule
tanggung jawab pengangkut ditentukan From shackle to shackle
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
41/115
6. Pengangkut diwajibkan membayar segala kerugian yang disebabkan karena
barang tersebut seluruhnya atau sebahagian tidak dapat diserahkannya atau
karena terjadi kerusakan terhadap barang itu kecuali apabila dibuktikannyabahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan tadi disebabkan oleh :
a. Tindakan atau kelalaian atau kesalahan dari Nakhoda, pelaut atau pandu
dalam bernavigasi atau dalam mengurus kapal
b. Kebakaran kecuali disebabkan oleh kesalahan nyata dari atau
sepengetahuan pengangkut
c. Perils, danger and accident of sea and navigable waters
d. Act of Go Act war
e. Act of publik enemies
f. Penahanan oleh penguasa
g. Disita melalui proses yang legal
h. Pembatasan oleh karantina
i. Tindakan atau penghilangan oleh Shipper atau pemilik barang, agent atau
perwakilannya
j. Pemogokan buruh
k. Huruhara
l. Penyelamatan jiwa atau harta benda di laut
m. Kebocoran pada muatan curah atau berkurangnya berat akibat muatan itu
sendirin. Packing yang tidak mencukupi, Mark, kerusakan yang tersembunyi.
7. Setelah menerima barang pengangkut Nakhoda atau ageng atas permintaan
Shipper akan menerbitkan Bill of Lading (konosemen) yang menunjukkan
data-data sesuai yang disampaikan oleh shipper antara lain :
Merk untuk pengenalan dari barang
Jumlah koli atau berat sesuai yang disampaikan oleh Shipper secara
tertulis
Apparent order and condition of Goods (kondisi yang terlihat)
a. Tidak boleh, pengangkut atau Nakhoda atau Agen memasukkan Merk,
berat walaupun mereka punya alasan yang masuk akal untukmencurigai bahwa, merk, berat dan jumlahnya tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya
b. Bill of Lading itu merupakan prima facie evidence (bukti) penerimaan
muatan kapal, bagaimanapun bukti untuk hal yang berlawanan tidak
diijinkan bila Bill of Lading telah ditransfer ke pihak ketiga
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
42/115
c. Shipper memberi jaminan kepada pengangkut bahwa informasi yang
mereka berikan sehubungan dengan merek jumlah, berat dan kondisi
muatan adalah benar dan shipper akan mengganti kerugian terhadappengangkut akibat dari ketidakcocokan informasi yang diberikan
d. Aturan-aturan dari Hague Rules tidak berlaku terhadap pengangkutan
berdasarkan kontrak, tapi apabila Bill of Lading diterbitkan maka
harus sesuai dengan aturan ini
e. Persyaratan mengenai General Average dapat dimasukkan dalam Bill
of Lading
f. Perjanjian pengangkutan dapat juga dibuat antara shipper dan
pengangkut dalam suatu kondisi yang tidak bertentangan dengan
kebijakan yang umum tapi dengan persyaratan tidak ada bill of lading
yang diterbitkan
g. Aturan dari Konvensi hanya berlaku untuk bill of lading mengenai
pengangkutan
h. Bill of Lading yang diterbitkan di suatu negara anggota atau
i. Pengangkutan dari suatu Pelabuhan Negara anggota atau
j. Kontrak berisi atau aturan penerbitan bill of lading sesuai dengan
konvensi ini
Syarat-syarat charter party
Sejumlah persyaratan (clauses) ditetapkan untuk perjanjian charter :1. Nama dari pihak-pihak yang mengikatkan diri (pencharter dan pemilik kapal)
2. Nama kapal dan Warranty seaworthiness (janji kelaik lautan) dapat
berbentuk Good ship classed 100 A1 at BKIyang penting adalah kapal tak
laik laut selama charter
3. Ukuran kapal yang dijabarkan dalam tonase kapal (bersih/kotor)
4. Pelabuhan bongkar muat untuk voyage charter untuk time charter
mencantumkan tanggal penyerahan kembali (delivery and redelivery date)
5. Muatan yang diangkut untuk voyage charter sedangkan untuk time charter
dimasukkan jarak pelayaran (radius of trading) misalnya word radius, ice
bond ports excepted6. Posisi kapal untuk voyage charter, sedangkan untuk time charter diganti
dengan tanggal dan tempat penyerahan
7. Pembayaran untuk coyage charter dengan uang tambang berdasarkan jumlah
yang diangkut dan untuk time charter dengan sewa untuk jangka waktu
perjanjian
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
43/115
8. Hari labuh dan cara perhitungannya (hanya untuk voyage charter)
9. Besaran demurrage dan dispatch
10.Lien Clause, memberikan kepada pemilik kapal hak menahan muatan jikafreight atau hire belum dibayar
11.Act of God identik dengan clause yang tercantum dalam the Hague Rules
12.Brokerage clause, menentukan tarip untuk perantara V
13.Exemption from liability clause, mencakup sejumlah peristiwa dimana
pemilik kapal dapat meminta pembebasan seperti:
a. Barranty, tindakan kelalain Nakhoda dan awak kapal
b. Capture and seizure, pengambil alihan secara paksa dari kapal
c. Restraint of prinves, terganggunya pelayaran karena adanya tindakan
penguasa seperti embargo, pembatasan muatan dll
d. Perlis of the Sea
e. Average clause, yang menentukan bahwa jika terjadi general average,
maka pembayaran dilakukan menurut York Antwerp Rules
14.Arbitration clause, menentukan ketentuan melaksanakan arbitrase jika terjadi
sengketa
15.Penalty for non-fulfillment clause, menyebabkan jumlah harus dibayar untuk
penyimpangan dalam pelaksanaan perjanjian charter subletting clause, jika
terjadi sub charter clause dalam charter party
16.Kalusul dalam Voyage charter
Istilah-istilah dalam charter lainnya
1. Always safety afloat, untuk mencegah kapal dikirim ke pelabuhan yang
dangkal
2. Arrived ship, jika kapal telah tiba ditempat bongkar muat, siap dan para
pengirim/penerima barang telah diberitahu serta laydays untuk C/P mulai
berlaku
3. Berth charter, kapal di charter untuk pemuatan "On the bearth" (tempat sandar
kapal)
4. Certificate of Delivery / Redelivery, dokumen yang ditanda tangani oleh
Nakhoda/pemilik kapal yang mencantumkan tanggal penyerahan dan sisabahan bakar
5. Clean charter, dimaksudkan untuk C/P yang tidak mencantumkan hal-hal
yang luar biasa (unusual terns)
6. Consignment clause, penunjukan agen pemilik atau agen pencharter yang
mengurus Inward and outward business
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
44/115
7. Convenient speed, dalam voyage charter untuk menghilangkan kontroversi
mengenai kecepatan kapal selama pelayaran
8. Custom of the Port, Nakhoda memperlihatkan kebiasaan setempat9. Dead freight, uang tambang yang dibayar untuk muatan yang tidak dikapalkan
10.Notice of readiness, pemberitahuan yang disampaikan Nakhoda kepada
pencharter bahwa kapal siap untuk mulai pembuatan / pembongkaran
11.On the Survey-off hire safety, dalam time charter sebagai syarat untuk
penyerahan kapal dalam keadaan yang baik (good order and condition)
12.Open charter, suatu C/P yang tidak mencantumkan jenis muatan maupun
pelabuhan tujuan
13.Pront ship kapal yang siap untuk memuat dalam jangka waktu yang relatif
singkat
14.Safe berth - safe port, tempat yang dapat didatangi dengan aman dari segi
Nautis
15.Subletting, pihak pencharter diberikan hak untuk melakukan re-charter,
namun tetap bertanggung jawab kepada pemilik.
DOKUMEN - DOKUMEN KAPAL
Konosemen (Bill of Lading)
1. Konosemen adalah suatu surat yang bertanggal, dalam mana si pengangkutmenerangkari, bahwa ia telah menerima barang-baarang tersebut untuk
diangkutnya ke suatu tempat tujuan tertentu dan menyerahkannya disitu
kepada seseorang tertentu begitupula menerangkan dengan syarat-syarat
apakah barang-barang itu akan diserahkannya (KUHD psl. 506)
2. Fungsi Konosemen
3. Tanda bukti penerimaan
4. Persyaratan pengangkutan
5. Bukti hak milik
6. Sarana Negosiasi
Jenis-jenis Konosemen
a. Menurut cara pengangkutan
1. Shipped/ on Bord B/L konosemen yang dikeluarkan atas permintaan shipper
setelah barang-barang dimuat
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
45/115
2. Received B/L merupakan konosemen yang diterbitkan sebelum dimuat
dikapal tetapi sudah diterima di gudang pengangkut
b. Menurut pihak yang menerima barang1. Konosemen atas nama/Rekta/Staraight B/L nama penerima disebut
didalamnya untuk perdagangan jenis ini jarang digunakan karena untuk
memindah namakan harus menggunakan sistim cesie yaitu pemindahan
kepemilik didepan Notaris
2. Konosemen kepada pengganti (To the order of) Konosemen ini terbagi dua :
a. Pihak yang berhak ditentukan dengan pencantuman namanya disusul "atau
pengganti
b. Pihak yang berhak hanya disebutkan "Kepada pengganti"
3. Konsumen kepada pembawa (To bearer). Pemegang konosemen yang berhak
atas barang walaupun tidak diperlakukan endosemen pada konosemen harus
ada pelaporan dan pihak yang diberitahu kedatangan barang misalnya
perbankan
Menurut Pelabuhan tujuan:
1. Konosemen langsung (Direct B/L)
2. Konoseman lanjutan (Through B/L) digunakan untuk barang yang diangkut
beberapa kapal (1st carrier 2nd carrier)
3. Konosemen optie (Optional B/L) Konosemen yang digunakan untuk
pengangkutan muatan yang pada waktu bertolak belum diketahui pelabuhaantujuannya
4. House Bill of Lading (Konosemen Intern) di Pelabuhan tujuan pihak agen
akan membongkar muatan dan menyampaikan kepada masing-masing
penerima. Biasanya digunakan untuk angkutan LCL Container
Menurut Kebutuhan barang
1. Konosemen bersih (clean B/L) biasanya Shipper menerima untuk dikeluarkan
konosemen jenis ini supaya cepat penyelesaian dengan Bank. Kalau
pengangkut mau mengeluarkan konosemen jenis ini dia harus memanggung
resiko kena claim kalau ternyata ada kekurangan atau kerusakan. Biasanyapihak Shipper akan mengeluarkan Letter of Indemnity yang merupakan
jaminan bahwa pihak shipper akan menanggung bila ada claim di pelabuhan
tujuan
2. Konosemen kotor (Claused/ Foul B/L) Konosemen yang ada catatannya.
Mengenai keadaan barang yang dimuat
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
46/115
Penyerahan Barang
1. Pemegang konosemen (Consignee) berhak atas barang sebagaimana tercatatdalam konosemen untuk dapat menerima barang tersebut Consignee harus
menyerahkan konosemen asli dalam hal barang yang diangkut telah tiba di
pelabuhan tetapi konoseman asli belum diterima oleh comnsignee maka
pengangkut bersedia menyerahkan barang jika dari pihak consignee
memberikan jaminan berupa :
a. Garansi Bank (Bank guarantee) sebagai pengganti order B/L atau
b. Garansi Pribadi (personal guarantee) untuk straight B/L terserah
pihak pengangkut mau menerima atau tidak jaminan tersebut tetapi untuk
memperkuat pihak Bank mau ikut menanda tangani sehingga kalau terjadi
sesuatu Bank dapat dituntut. Delivery Order (DO) diberikan kepada
Consignee untuk mengambil barang dari gudang apabila segala biaya
telah diselesaikan
2. Keterikataan pemilik barang
3. Walaupun ada tiga pihak yang terkait, konosemen tergolong dalam
peerjanjian Unilateral karena hanya pengangkutan yang menentukan syarat
pengangkutan tetapi mengikat pihak lain. Didalam konosemen tercantum :
Clause Cassatoria yang berbunyi sebagai berikut : dengan menerima
konosemen ini pihak pengirim dan pihak penerima barang menyatakan tunduk
kepada syarat pengecualian, dan ketentuan yang ditulis dicetak aatau dicapdihalaman muka atau halaman belakang konosemen
4. Menurut kepentingan :
a. Konosemen yang diperdagangkan (Negotable B/L) konosemen
dikeluarkan dalam 2 lembar yang dapat diperdagangkan. Tapi berlaku
rinsip "Satu untuk semua dan semua untuk satu" yang artinya apabila satu
sudah digunakan maka yang lain tidak berlaku lagi (KUHD pasal.507)
b. Konosemen yang tidak diperdagangkan (Non Negotiable B/L) jenis
konosemen ini hanya untuk Administratif saja dan ditandai misalnya
Captain's Copy Not Negotiable)
c. DO forma B/L dikeluarkan untuk barang-barang yang sebelumnya sudahmemiliki lembaran yang dapat diperdagangkan atau untuk barang yang
tidak untuk diperdagangkan. Contoh pengiriman barang yang tertinggal
dengan kapal lain atau barang yang dibongkar dipelabuhan yang lain
dikembalikan ke Pelabuhan tujuan semula
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
47/115
Menurut moda Transport yang berlainan (Combined transport B/L), misalnya
menggunakan kereta api dan kapal Dokumen sebagai syarat pembukaan L/C
1. Faktur penjualan (commercial invoice) dibuat oleh pihak penjual denganrincian barang, harga ukuran dll
2. Lisensi Export (Export License)
3. Daftar kemasan (Packing List)
4. Sertifikat asal (Certificate of Origin) diterbitkan oleh Kadin
5. Sertifikat asal (Certificate of Loading) jaminan untuk pembeli barang bahwa
barang telah dimuat
6. Polis asuransi
7. Sertifikat pemeriksaan (Certificate of Inspection) dibuat oleh Independent
Surveyor sebagai jaminan atas kualitas, keadaan jumlah pengemasan dan
ukuran jaminan mana tidak diberikan oleh pihak pengangkut.
Istilah-istilah dalam Freight
1. Ad valorem fraight yaitu fraight yang diperhitungkan jumlah prosentase
tertentu dari harga barang (biasanya untuk barang-barang mahal)
2. Advance freight, penyerahan dimuka sebelum penyerahan barang berlangsung
3. Back freight, dibayarkan kepada pengangkut untuk muatan yang terpaksa
diangkut kembali karena dipelabuhan tujuan tidak jadi dibongkar
4. Collect freight, dibayarkan di pelabuhan bongkar sebelum diperhitungkan
biaya-biaya lain5. Distance freight, kenaikan freight karena pengalihan pelabuhan bongkar
akibat tertutup oleh es
6. Earned freight, (guaranteed freight) jaminan untuk pengangkut bahwa
sekalipun barang hilang atau tidak sampai di pelabuhan tujuan, freight tetap
dibayar oleh pemilik barang (freight to be paid cargo lost or not lost)
a. Freight at risk, jika freight tidak diterima dipelabuhan tujuan, misalkan
karena yang punya barang tidak datang atau tidak membayar freight maka
pengangkut dapat menggadaikan barang tersebut
b. Gross freight, merupakan jumlah freight tanpa potongan asuransi, bunga,
komisi serta biaya navigasi (navigation chargers and rules)c. Lumpsum feright, adalah jumlah yang disepakati untuk mengangkut
barang yang tidak didasarkan pada kuantitasnya melainkan menurut
kubikase kapal yang ditawarkan. Jika terjadi penyerahan barang dibawah
jumlah yang diangkut maka pihak penerima barang hanya dapat dituntut
harga barang dan tidak dapat menuntut freight yang tidak diperhitungkan
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
48/115
d. Prepaid freight, freight yang dibayar di pelabuhan pemuatan pada waktu
barang diterima atau pada waktu konosemen ditanda tangani oleh
pengangkut (freight payable at departure port) Pro-rata feright, muncul kalau kapal dalam perjalanan mengalami
keadaan yang tidak memungkinkan melanjutkan perjalanan
Kepelabuhan tujuan
1. Sebelum Kemerdekaan berlaku TZMKO (Territorial Zee en Maritime
Keroningen Ordonansi) dimana lebar laut territorial adalah 3 mil dari garis
pantai
2. Tanggal 13 Desember 1957 Pemerintah RI mengumumkan Deklarasi
Djuanda yang menetapkan perubahan cara pengakuan laut wilayah selebar 12
mil dari garis yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau
termasuk daratan Negara RI dengan tidak memandang luas dan lebarnya
adalah bagian yang wajar dari pada wilayah RI.
3. Undang-undang No.4/ Prp tahun 1960 tentang perairan Indonesia yang
diundangkan pada 18 Pebruari 1960 mengukuhkan Deklarasi Djuanda
menjadi Undang-undang
4. Perjanjian-perjanjian dengan Negara tetangga:
a. UU No. 2 1971 tentang perjanjian antara RI dan Malaysia tentang
penetapan garis batas di Selat Malaka
b. UU No, 7 tahun 1973 tentang perjanjian antara RI dan Singapura
mengenai penetapan garis batas laut di selat Singapurac. UU No. 1 1963 tentang pengesahan perjanjian antara RI dan Malaysia
tentang Rejim Hukum Nusantara dan hak-hak Malaysia di laut Territorial
dan perairan Nusantara dan Wilayah Republik Indonesia yang terletak
diantara Malaysia Barat dan Malaysia Timur
5. PP No. 8 tahun 1962 tentang lalu lintas damai kendaraan air asing dalam
wilayah perairan Indonesia
6. UU No. 1 tahun 1973 mengukuhkan pengumuman perintah tentang Landas
Kontinen Indonesia yang diumumkan tanggal 17 Pebruari 1969
7. Perjanjian dengan Negara-negara tentang Landas Kontinen :
a. Keppres No. 89 tahun 1969 tentang pengesahan Persetujuan pemerintahRI dengan Malaysia tentang garis batas kontinen antara kedua Negara di
Selat Malaka
b. Keppres No. 21 tahun 1972 tentang pengesahan persetujuan antara
Pemerintah RI dengan Thailand tentang penetapan garis batas Landas
Kontinen di bagian utara Selat Malaka dan di Laut Andaman
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
49/115
c. Keppres No.42 tahun 1971 tentang pengesahan perjanjian antara RI
dan Australia tentang landas kontinen
d. Keppres No.51 tahun 1974 tentang pengesahan perjanjian antara RI danIndia mengenai batas kontinen antara kedua Negara
e. Tanggal 21 Maret 1980 Pemerintah RI mengeluarkan pengumuman
Pemerintah tentang ZEE yang kemudian dikukuhkan dengan UU tahun
1983 tentang ZEE Indonesia
f. PP No. 15 tahun 1984 tentang pengelolaan sumber daya hayati di ZEE
g. UU No. 9 tahun 1985 tentang perikanan h UU No. 17 tahun 1985 tentang
pengesahan UNCLOS 1982
h. UU No.6 tahun 1996 tantang perairan Indonesia sebagai pengganti UU
No.4/ Prp tahun 1960
-
8/10/2019 Modul Hukum Maritim
50/115
ORGANISASI - ORGANISASI MARITIME
IMO (INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION)
Setelah pertama kali diadakan konferensi Internasional kemaritiman, yang
dilaksanakan di Washington pada tahun 1889, maka peserta konferensi memandang
bahwa standar mengenai keselamatan jiwa di laut harus ditingkatkan dari waktu ke
waktu.
Untuk mengelola aturan-aturan yang berkaitan dengan kemaritiman banyak
Negara menyetujui dibentuknya suatu badan Internasional yang bertugas khusus
menangani hal-hal kemaritiman, maka pada tahun 1948 disetujui bersama
membentuk suatu Badan Internasional yang disebut Internasional Governmental
maritime consultative organization (IMCO).
IMCO pertama pertama kali didirikan membutuhkan persetujuan formal dari
21 Negara termasuk 7 perusahaan pelayaran yang memiliki lebih kurang 1 juta ton
gross tonnage. Dan sebelum tahun 1959 IMCO mengadakan pertemuan di London.
Indonesia bergabung di IMCO pada tahun 1960, badan Internasional ini pada tahun
1982 ditingkatkan menjadi salah satu badan persatuan bangsa-bangsa dengan nama
INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) sejajar dengan badan PBBlainnya seperti ILO. Dan semua instrumen produk IMO yang berupa peraturan
tentang kemaritiman wajib dipatuhi oleh negaraanggota IMO.
Kantor pusat IMO berkedudukan di London. Pada Agustus 2004 sidang IMO
terdiri dari 164 Negara dan 3 anggota asosiasi dan badan pemerintah, sidang itu
memutuskan pro