77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu pertama ) dan Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke enam )..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan pasca persalinan atau HPP. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dasar, Kematian perempuan usia subur disebabkan masalah terkait kehamilan, persalinan, dan nifas akibat perdarahan. Data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan 100.000 kematian maternal tiap tahun (WHO, 2008). Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan kasus perdarahan post partum di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai pada tahun 2009 berdasarkan umur, paritas, dan riwayat obstetrik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kasus perdarahan post partum masih banyak ditemukan. Berdasarkan jenis persalinan mayoritas pervaginam 36 kasus (83.72%), berdasarkan umur mayoritas >30 tahun sebanyak 20 orang (46.5%), berdasarkan paritas mayoritas multiparitas sebanyak 24 orang (55.8%), dan berdasarkan riwayat Obstetrik mayoritas tanpa riwayat obstetrik sebanyak 27 orang (62.79%) . Setelah dilakukan penelitian ditemukan kasus perdarahan post partum masih sering terjadi yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur, paritas, dan riwayat obstetrik (Penelitian di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tahun 2009). Menurut Willams & Wilkins (1988 ) perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir dapat disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, inversio uteri, laserasi jalan lahir, dan gangguan pembekuan darah . 1

Transcript of 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

Page 1: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama

kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap :

Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu

pertama ) dan Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke

enam )..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post partum

period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post partum

period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan pasca persalinan atau

HPP.

Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dasar,

Kematian perempuan usia subur disebabkan masalah terkait kehamilan, persalinan, dan

nifas akibat perdarahan. Data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal

disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan 100.000 kematian maternal tiap

tahun (WHO, 2008).

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan kasus perdarahan

post partum di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai pada tahun 2009 berdasarkan umur,

paritas, dan riwayat obstetrik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kasus

perdarahan post partum masih banyak ditemukan. Berdasarkan jenis persalinan mayoritas

pervaginam 36 kasus (83.72%), berdasarkan umur mayoritas >30 tahun sebanyak 20 orang

(46.5%), berdasarkan paritas mayoritas multiparitas sebanyak 24 orang (55.8%), dan

berdasarkan riwayat Obstetrik mayoritas tanpa riwayat obstetrik sebanyak 27 orang

(62.79%) . Setelah dilakukan penelitian ditemukan kasus perdarahan post partum masih

sering terjadi yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur, paritas, dan riwayat

obstetrik (Penelitian di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tahun 2009).

Menurut Willams & Wilkins (1988 ) perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan

yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir dapat

disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, inversio uteri, laserasi jalan

lahir, dan gangguan pembekuan darah .1

Page 2: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

Mengingat masih tingginya angka kematian pada ibu dengan haemoragic post partum

di Indonesia, maka penyusun tertarik untuk menyusun makalah ini dan dengan adanya

asuhan keperawatan diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan keterampilan dan

pengetahuan dalam bidang persalinan sehingga dapat mencegah dan menangani dengan

tepat dan benar untuk setiap kejadian perdarahan post partum.

B. Tujuan

1. Umum

Mempelajari pengaruh perdarahan pada masa nifas pada ibu dan asuhan

keperawatannya pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas atau haemorragic post

partum.

2. Khusus

Mahasiswa mampu :

a. Menjelaskan pengertian perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)

b. Menyebutkan klasifikasi perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)

c. Menyebutkan penyebab dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)

d. Menyebutkan factor predisposisi dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)

e. Menjelaskan patofisiologi dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)

f. Menyebutkan gejala – gejala pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)

g. Menyebutkan komplikasi pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)

h. Menguraikan penatalaksanaan pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)

i. Menguraikan asuhan keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum) yang meliputi :

2

Page 3: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

1) Menguraikan pengkajian pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas

(haemorragic post partum)

2) Menyebutkan diagnosa keperawatan pada asuhan keprawatan tersebut

3) Menyusun rencana keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas

(haemorragic post partum)

4) Menguraikan intervensi keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada masa

nifas (hemoragic post partum)

5) Melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan pada asuhan

keperawatan tersebut

3

Page 4: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

1. Pengertian

Menurut Willams & Wilkins (1988 ) perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan

yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir.

Tetapi menentukan jumlah perdarahan pada saat persalinan sulit karena bercampurnya

darah dengan air ketuban serta rembesan dikain pada alas tidur. POGI, tahun 2000

mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa

post partum yang menyebabkan perubahan tanda vital seperti klien mengeluh lemah,

limbung, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg,

nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %. Perdarahan postpartum adalah perdarahan

lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena

retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari

500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar,

MPH, 1998). Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml

dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998). HPP biasanya kehilangan

darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).

2. Klasifikasi perdarahan

Perdarahan paska persalinan dini/ early HPP/ primary HPP adalah perdarahan

berlebihan ( 600 ml atau lebih ) dari saluran genitalia yang terjadi dalam 12 - 24 jam

pertama setelah melahirkan. Sedangkan perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/

secondary HPP adalah perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu

paska persalinan.

3. Etiologi

Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :

a. Penyebab perdarahan paska persalinan dini :

1) Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan

perineum, luka episiotomi.

4

Page 5: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

2) Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri,

retensi plasenta, inversio uteri.

3) Gangguan mekanisme pembekuan darah.

b. Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh

sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam

uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.

4. Faktor predisposisi

Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor predisposisi

terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi dengan tidak

maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh karena itu faktor-

faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada waktu persalinan :

a.Trauma persalinan

Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti dengan

pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan lahir dan segera

dilakukan penjahitan dengan benar.

b. Atonia Uterus

Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus diantisipasi

dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat uterotonika serta

pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.

c. Jumlah darah sedikit

Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi saat

hamil, pre eklampsia dan eklamsi.

d. Kelainan pembekuan darah

Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu diantisipasi

dengan hati-hati dan seksama.

5. Patofisiologi

5

Page 6: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih

terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum

sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada waktu uterus

berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh

darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan

retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan

menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama

penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan

seperti robekan servix, vagina dan perinium.

6. Gambaran klinik

Gejala Klinis berdasarkan penyebab:

a. Atonia Uteri:

Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera

setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat

dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)

b. Robekan jalan lahir

Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi

lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik.

Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.

c. Retensio plasenta

Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,

kontraksi uterus baik

Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi

uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan

d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

6

Page 7: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh

darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera

Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus

tidak berkurang.

e. Inversio uterus

Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali

pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.

7. Komplikasi

a. Memudahkan terjadinya:

1) Anemia yang berkelanjutan

2) Infeksi puerperium.

b. Terjadi rehrosis hipofisis anterior dan sindrom sheehan

1) Kelemahan umum (Asthenia)

2) Menurunnya berat badan sampai cachexia

3) Penurunan fungsi sexsual

4) Memudarnya tanda-tanda seks sekunder

5) Turunnya metabolisme – hipotensi

6) Amenorea sekunder

c. Kematian perdarahan post partum

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan umum

1) Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal

2) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman

3) Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat

4) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan

dengan masalah dan komplikasi

7

Page 8: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

5) Atasi syok jika terjadi syok

6) Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan

uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL

dengan tetesan 40 tetes/menit ).

7) Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan

jalan lahir

8) Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.

9) Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk

10) Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan

pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.

b. Penatalaksanaan khusus

1) Atonia uteri

a) Kenali dan tegakan kerja atonia uteri

b) Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika,

lakukan pengurutan uterus

c) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir

d) Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :

(1) Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding

abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak

tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi

diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi

atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan.

(2) Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara telapak

tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk

menjempit pembuluh darah didalam miometrium.

(3) Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung

jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan

8

Page 9: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu

badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat

akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis.

2) Retensio plasenta dengan separasi parsial

a) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan

yang akan diambil.

b) Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi

tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.

c) Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan

40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal.

d) Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual

plasenta secara hati-hati dan halus.

e) Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.

f) Lakukan transfusi darah bila diperlukan.

g) Berikan antibiotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole

1 g supp/oral )

3) Plasenta inkaserata

a) Tentukan diagnosis kerja

b) Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks

yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan

kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS

atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin

timbul.

c) Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk

melahirkan plasenta.

d) Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak

jelas.

9

Page 10: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

e) Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan

speculum

f) Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak

jelas.

g) Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi

berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten untuk

memegang klem tersebut.

h) Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral

i) Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum

jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.

4) Ruptur uteri

a) Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan

siapkan laparatomi

b) Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas

pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan

c) Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan

memungkinkan, lakukan operasi uterus

d) Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien

mengkwatirkan lakukan histerektomi

e) Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen

f) Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi

5) Sisa plasenta

a) Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah

dilahirkan

b) Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis

10

Page 11: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

c) Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan

bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh

instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret.

d) Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari

selama 10 hari.

6) Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina

a) Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber

perdarahan

b) Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic

c) Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan

benang yang dapat diserap

d) Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal

e) Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi

lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut :

f) Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung

robekan

g) Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub

mukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0 ( deton/vierge ) hingga

ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit dengan benang

no 2/0.

h) Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan

benang yang sama ( atau kromik 2/0 ) secara jelujur.

i) Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan sub

kutikuler

j) Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk

terapi.

7) Robekan serviks

11

Page 12: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

a) Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan

mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi.

b) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi

perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan

porsio

c) Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga

perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan

tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari ujung

atas robekan kemudian kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit

d) Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus

uteri dan perdarahan paska tindakan

e) Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda

infeksi

f) Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah

8 gr% berikan transfusi darah

12

Page 13: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnesa

1) Identitas

Sering terjadi pada ibu dengan riwayat multiparitas pada usia dibawah 20

tahun dan diatas 35 tahun.

2) Keluhan utama

Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat dingin, kesulitan

bernafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.

3) Riwayat – riwayat

a) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,

riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh

darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah

banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,

gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,

penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan

penyakit menular.

4) Pola fungsi kesehatan

a) Pola nutrisi dan metabolisme13

Page 14: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

(1) nafsu makan menurun

b) Pola eliminasi

(1) penurunan BAK

(2) konstipasi

c) Pola kebutuhan cairan dan elektrolit

(1) dehidrasi

d) Pola aktivitas

(1) kelemahan, malaise umum

(2) kehilangan prouktifitas

(3) kebutuhan istirahat dan tidur lebih banyak

e) Pola integritas ego

(1) cemas dan ketakutan

f) Pola seksualitas

(1) terjadi perdarahan per vagina

(2) tinggi fundus uteri menurun dengan lambat

b. Pemeriksaan Fisik

1) Status kesehatan umum

Keadaan umum lemah, nyeri kepala dan abdomen, gelisah dan cemas.

Sementara kesadaran menurun sampai apatis. Tanda-tanda vital, terjadi

penurunan tekanan darah (hipotensi), takikardi, peningkatan suhu dan

takipnea.

2) Kepala

14

Page 15: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

Nyeri kepala, muka pucat, mukosa bibir kering, gangguan penglihatan atau

mata berkunang-kunang, berkeringat dingin.

3) Dada

Takipnea dan takikardi, kesulitan bernafas.

4) Abdomen

Fundus uteri lembek, tidak ada kontraksi uterus.

5) Genitalia

Keluar darah dari vagina, lochea dalam jumlah lebih dari 500cc, dan terdapat

robekan serviks.

6) Ekstermitas

Keluar keringat dingin, lemah, malaise, CRT > 3 detik.

b. Pemeriksaan Penunjang

1) Pada pemeriksaan jumlah darah lengkap ditemukan penurunan Hb

(<10 mg%), penurunan kadar Ht (normal 37% - 41% ) dan peningkatan jumlah

sel darah putuih (SDP).

2) Pada urinalisis ditemukan kerusakan kandung kemih

3) Pada sonografi ditemukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul antara lain :

a. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan suplai

oksigen ke jaringan akibat perdarahan post partum

b. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan output berlebih atau

perdarahan post partum

c. Potensial komplikasi : risiko shock hipovolemik

d. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan ruptur peritonium dan robekan

dinding vagina

15

Page 16: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

e. Cemas yang berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

3. Rencana dan Inteversi Keperawatan

a. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan suplai

oksigen ke jaringan akibat perdarahan post partum

Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal

Rencana keperawatan :

1) Monitor tanda vital tiap 5-10 menit

R : Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital

2) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah,

suhu kulit

R : Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di

jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit

yang dingin

3) Kaji ada / tidak adanya produksi ASI

R : Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana

diperlukan dalam produksi ASI

4) Tindakan kolaborasi :

a) Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH

merupakan tanda hipoksia jaringan )

b) Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan

transportasi sirkulasi jaringan)

b. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan output berlebih atau

perdarahan post partum

Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan

16

Page 17: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

Rencana tindakan :

1) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya

tetap terlentang

R : Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan

memungkinkan darah keotak dan organ lain.

2) Monitor tanda vital

R ; Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat

3) Monitor intake dan output setiap 5-10 menit

R : Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal

4) Evaluasi kandung kencing

R : Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus

5) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya

diletakan diatas simpisis.

R : Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu

pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya

inversio uteri

6) Batasi pemeriksaan vagina dan rektum

R : Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan

terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada

serviks / perineum atau terdapat hematom

Catatan :

Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan

cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera

kolaborasi.

7) Berikan infus atau cairan intravena

R : Cairan intravena mencegah terjadinya shock

17

Page 18: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

8) Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )

R : Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan

9) Berikan antibiotik

R : Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan

pada subinvolusio

10) Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )

R : Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh

c. Potensial komplikasi : Risiko syok hipovolemik

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Rencana tindakan :

a) Kaji tanda-tanda perubahan fungsi otak

R : Oedema selebral dan vasokontriksi dapat dievaluasi dari tanda

subyektif, tingkah laku dan gangguan retina

b) Kaji tingkat kesadaran klien

R : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan sirkulasi otak

c) Kaji adanya tanda eklamsi (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan

nadi dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguri)

R : Oedema keseluruhan dan vasokontriksi merupakan manivestasi dan

perubahan pada SSP /otak, ginjal, jantung dan paru-paru yang

mendahului status kejang

d) Pertahankan perhatian terhadap timbulnya kejang

R :Mempersiapkan pertolongan jika timbul gangguan/masalah pada klien

etrutama keselamatan/keamanan

e) Tutup kamar/ruangan, Batasi pengunjunh/perawat tingkatkan waktu

istirahat

18

Page 19: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

R :mengurangi rangsangan lingkungan yang dapat menstimulasi otak dan

dapat menimbulkan kejang

f) Lakukan palpasi rahim untuk mengetahui danya ketegangan, cek

perdarahan pervaginam dan catat adanya riwayat medis

R : Mengetahui adanya solusio plasenta terlebih jika dikaitkan dengan

adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit ginjal, jantung yang

disebabkan oleh hipertensi

g) Monitor tanda-tanda adanya persalinan atau adanya kontraksi uterus

R : Kejang dapat meningkatkan kepekaan uterus yang akan

memungkinkan terjadinya persalinan

h) Lakukan pemeriksaan funduskopi

R : Untuk mengetahuia danya perdarahan yang dapat dilihat dari retina

d. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan rupture peritoneum dan

robekan dinding vagina

Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )

Rencana tindakan :

1) Catat perubahan tanda vital

R : Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi

2) Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang

lembek, dan nyeri panggul

R : Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock

yang tidak terdeteksi

3) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea

R : Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea

yang berkepanjangan

19

Page 20: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

4) Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran

nafas, mastitis dan saluran kencing

R : Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan

5) Tindakan kolaborasi

a) Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )

b) Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk

keadaan infeksi )

e. Cemas yang berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan

mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.

Rencana tindakan :

1) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

R : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

2) Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )

R : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis

3) Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung

R : Memberikan dukungan emosi

4) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

R : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak

diketahui

5) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

R : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

6) Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

20

Page 21: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

R : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping

yang tepat

4. Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan,dan menilai data yang baru.

Implementasi pada ibu dengan haemorragic post partum dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan asuhan keperawatan pada sub bab sebelumnya.

21

Page 22: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada

tahan perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk:

1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan.

2) Memodifikasi rencana tidakan keperawatan.

3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan.

Dari data sebelumnya maka didapat data evaluasi sebagai berikut:

a) Kebutuhan volume cairan terpenuhi dengan tidak adanya perdarahan

berlebih pada vagina dan kadar Hb normal (>10 gr%).

b) Tanda vital normal dan tidak ada perubahan warna kuku, mukosa bibir,

gusi dan lidah, suhu kulit, jumlah gas darah normal.

c) Ibu tidak cemas dan tidak ada takikardia, takipnea dan gemetar. Klien dan

keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan

perasaan psikologis dan emosinya

d) Tidak ada tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang

lembek, dan nyeri panggul.

e) Kesadaran baik dan tidak ada tanda-tanda eklamsi (hiperaktif, reflek

patella dalam, penurunan nadi dan respirasi, nyeri epigastrium dan

oliguri)

f) Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang

komplikasi dan pengobatan yang dilakukan.

22

Page 23: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

C. WOC

23

Page 24: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum

yang lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir.

2. Perdarahan paska persalinan dini/ early HPP/ primary HPP adalah perdarahan

berlebihan ( 600 ml atau lebih ) dari saluran genitalia yang terjadi dalam 12 - 24 jam

pertama setelah melahirkan. Sedangkan perdarahan paska persalinan lambat / late

HPP/ secondary HPP adalah perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam

minggu paska persalinan.

3. Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu penyebab

perdarahan paska persalinan dini meliputi perlukaan jalan lahir, perdarahan pada

tempat menempelnya plasenta, Gangguan mekanisme pembekuan darah dan

penyebab perdarahan paska persalinan terlambat

4. Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor predisposisi

terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi dengan tidak

maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh karena itu

faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada waktu persalinan

seperti : atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, tertinggalnya plasenta (sisa

plasenta) dan inversio uterus

5. Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih

terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum

sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada waktu

uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian

pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.

Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan

pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian

menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas

akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.

24

Page 25: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

6. Gejala klinis haemorragic post partum yang selalu ada seperti uterus tidak

berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan

postpartum primer) ,perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir,

kontraksi uterus baik, plasenta baik, plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan

segera, kontraksi uterus baik, uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak

tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.

7. Komplikasi yang sering ditemukan pada hpp yaitu memudahkan terjadinya anemia

yang berkelanjutan, infeksi peurpenium, terjadi rehrosis anterior dan sindrom Sheehan

seperti kelemahan umum,menurunnya berat badan sampai cachexia, penrunan fungsi

seksual, memudarkan tanda-tanda sekunder, turunnya metabolisme-hipotensi,

amenorea sekunder. komplikasi hpp dapat menyebabkan kematian jika telat

penanganannya.

8. Penatalaksanaan ibu masa nifas dengan HPP secara umum yaitu Ketahui secara pasti

kondisi ibu bersalin sejak awal, pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan

bersih dan aman, selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat, segera lakukan

penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan

komplikasi, atasi syok jika terjadi syok, pastikan kontraksi berlangsung baik

( keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan

infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ), pastikan plasenta

telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir, bila perdarahan

tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah, pasang kateter tetap dan pantau cairan

keluar masuk, lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan

lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.

9. Asuhan keperawatan pada ibu dengan haemorragic post partum sesuai dengan yang

telah diuraikan diatas.

25

Page 26: 77117673 Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum

DAFTAR PUSTAKA

Yasmin Asih, (1995) Dasar-Dasar Keperawatan maternitas, Penerbit EGC , Jakarta.

JNPKKR – POGI (2000), Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal, Yayasan Bina

Pustaka, Jakarta.

Taber Ben-Zion, MD (1994) Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Penerbit

EGC, Jakarta.

Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.

Anneke. 2009. Perdarahan Post Partum, http://medlinux.blogspot.com., diakses tanggal 8

Desember 2011

Julianto Pobi.2011. Asuhan Keperawatan Ibu Nifas dengan Perdarahan Post Partum,

http://julianto10.blogspot.com, diakses tanggal 8 Desember 2011

Lolipopmaniez.2010. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Pendarahan Post Partum,

http://pastakyu.wordpress.com, diakses tgl 21 December 2011

Winkjosastro H, Hanada . 2005. Perdarahan Pasca Persalinan, http://www.geocities.com,

diakses tanggal 21 Desenber 2011

Setiawan Y. 2008. Perawatan perdarahan post partum, http://www.Siaksoft.net, diakses

tanggal 21 Desember 2011

Alhamsyah. 2008. Retensio Plasenta. www.alhamsyah.com, diakses tanggal 22 Desember

2011

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008. Perdarahan Pasca Persalinan,

http://.www.Fkunsri.wordpress.com, diakses tanggal 22 Desember 2011

Yayan A. Israr, S.Ked. Tengku Anita, S.Ked. Lestari, S.Ked. Apriani Dewi, S.Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2008. Perdarahan Post Partum, http://belibis-a17.com, diakses tanggal 22 Desember 2011

26