72474613 Laporan Praktikum Analisis Volumetri

16
ANALISIS VOLUMETRI I. TUJUAN Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan. II. DASAR TEORI Secara garis besar jenis analisis dikelompokan menjadi : analisis secara fisik, kimia, fisikokimia, mikrobiologis, organoleptik. Analisis berasal dari bahasa latin yaitu analusys yang berarti melepaskan. Secara umum analisis dapat diartikan usaha pemisahan satu-kesatuan materi bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya sehingga dapat diketahui lebih lanjut. Analisis juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisa yang menyangkut identifikasi zat, yaitu unsur atau senyawa apa yang ada di dalam suatu contoh, sedangkan analisis kuantitatif adalah analisa mengenai penentuan berapa zat tertentu ada di dalam suatu contoh, zat yang ditentukan sering disebut sebagai zat yang diinginkan atau analit ( dapat terdiri dari sebagian kecil atau besar dari contoh yang dianalisa). Analisis Volumetri merupakan bagian dari analisis secara kuantitatif. Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume dalam pelaksanaan analisanya. Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri karena proses analisanya berupa titrasi, dimana larutan 1 Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II. (Jurusan Kimia FMIPA, Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

description

important thing

Transcript of 72474613 Laporan Praktikum Analisis Volumetri

ANALISIS VOLUMETRI

I. TUJUAN

Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan.

II. DASAR TEORI

Secara garis besar jenis analisis dikelompokan menjadi : analisis secara fisik,

kimia, fisikokimia, mikrobiologis, organoleptik. Analisis berasal dari bahasa latin yaitu

analusys yang berarti melepaskan. Secara umum analisis dapat diartikan usaha

pemisahan satu-kesatuan materi bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya

sehingga dapat diketahui lebih lanjut. Analisis juga dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif adalah analisa yang menyangkut identifikasi zat, yaitu unsur

atau senyawa apa yang ada di dalam suatu contoh, sedangkan analisis kuantitatif

adalah analisa mengenai penentuan berapa zat tertentu ada di dalam suatu contoh, zat

yang ditentukan sering disebut sebagai zat yang diinginkan atau analit ( dapat terdiri

dari sebagian kecil atau besar dari contoh yang dianalisa).

Analisis Volumetri merupakan bagian dari analisis secara kuantitatif.  Volumetri

adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume dalam pelaksanaan analisanya.

Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri karena proses analisanya berupa titrasi,

dimana larutan standar (pereaksi) sebagai titran yang ditempatkan di dalam buret yang

digunakan untuk mentitrasi larutan yang akan ditentukan jumlah analitnya. Titran

adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya. Analisis

titrimetri di dasarkan pada reaksi kimia antara kompnen analit dengan titran,

dinyatakan dengan persamaan umum :

aA + tT → hasil reaksi

Keterangan :

a = Jumlah mol analit (A)

t = Jumlah mol titran (T)

A = Analit yang dititrasi, zat (larutan ) pada wadah yang dititrasi

T = Titran (zat penitrasi), cairan yang dialirkan dari buret yang telah dikatahui

dengan tepat konsentrasinya.

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

Pada analisis ini mula-mula titran ditambahkan kedlm larutan analit

menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai volume tertentu

atau dengan kata lain sejumlah titran telah ekivalen dgn jumlah analit, maka dikatakan

bahwa titik ekivalen telah tercapai. Untuk mengetahui penambahan titran dihentikan dpt

digunakan zat kimia yg disebut indikator yg tanggap terhadap adanya titran berlebih yg

ditunjukkan dgn adanya perubahan warna. Perubahan warna ini dpt atau tidak dpt

terjadi tepat pada titik ekivalen. Titik akhir merupakan Titik titrasi pada saat indikator

berubah warna. Sedangkan Titik akhir titrasi adalah keadaan waktu menghentikan

titrasi, yaitu pada saat indikator warnanya berubah. Yang ideal seharusnya titik

ekivalensi dan titik akhir harus sama. Salah satu aspek penting dalam analisis volumetri

adalah Memilih indikator untuk membuat kedua titik tersebut .

Larutan baku (larutan standar) adalah larutan yang kadarnya telah diketahui

dengan teliti dan dipakai sebagai larutan pembanding utnuk menghitung kadar larutan

lain. Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan

dinamakan standarisasi. Larutan standar dibuat dari sejumlah zat yang diinginkan yang

secara teliti ditimbang, dengan melarutkannya kedalam volume larutan yang secara teliti

diukur volumnya. Konsentrasi larutan baku dalam titrasi dapat dinyatakan sebagai

larutan molar (M) atau larutan normal (N). Larutan baku terdiri atas 2 jenis :

1. Larutan baku primer : zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang dengan

tepat dan dilarutkan sejumlah tertentu pelarut yang sesuai.

Contoh zat standar primer adalah asam oksalat, natrium oksalat, kalium bromat,

kalium iodat, natrium klorida, boraks, dan natrium karbonat.

2. Larutan baku sekunder adalah larutan standar lain yang ditetapkan

konsentrasinya melalui titrasi dengan mengunakan larutan standar primer.

Contoh zat standar sekunder adalah NaOH, KOH, KMnO4, Na2S2O3. I2, HCl dan

H2SO4.

Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan untuk larutan standar primer harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti.

b. Harus stabil dan mudah ditimbang

c. Berat ekivalennya harus besar

d. Reaksinya harus sempurna

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

e. Harganya relatif murah.

Reaksi-Reaksi Kimia Yang Digunakan Untuk Volumetri

1. Asam basa, titrasi yang didasarkan pada reaksi ini disebut titrasi penetralan atau

titrasi asidimetri- alkalimetri.

H3O+ + OH- → 2H2O

H3O+ + A- → HA + H2O

B+ + OH- → BOH

Asam dan garam dari basa lemah asam kuat dapat dititrasi dengan larutan baku

basa proses ini disebut alkalimetri. Basa dan garam dari asam lemah basa kuat

dapat dititrasi dengan larutan baku asam prosesnya dinamakan asidimetri.

2. Oksidasi-reduksi.

Titrasi berdasarkan reaksi redoks banyak digunakan misalnya :

Permanganometri, Bikromatometri, Bromatometri, Iodometri, dan Iodimetri.

Contoh : Besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan suatu larutan

standar serium (IV) sulfat.

Fe2+ + Ce2+ → Fe3+ + Ce3+

3. Pengendapan.

Titrasi yang didasarkan pada reaksi pengendapan mis: kation perak dengan

anion hidrogen yang disebut dengan titrasi argentometri atau Zn2+ dengan

K4Fe(CN)6.

Ag+ + Cl- → AgCl

2 Zn2+ + K4Fe(CN)6 → Zn2Fe(CN)6 + 4K+

4. Pembentukan kompleks.

Titrasi ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks stabil antara ion perak

dan sianida, disamping itu pereaksi organik asam etilen diamin tetra asetat

(EDTA) membentuk ion kompleks stabil dengan dengan sejumlah ion logam.

Ag+ + 2CN- → Ag(CN)2-

EDTA + Ca2+ → Fe(EDTA) + 2H+

Persyaratan reaksi Kimia Yang Digunakan Untuk Titrasi

1. Reaksi harus berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi-reaksi samping, yaitu

zat-zat lain dalam larutan tidak boleh bereaksi atau mengganggu reaksi utama.

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

2. Reaksi harus berlangsung dengan cepat dan benar-benar lengkap pada titik

ekivalen. Sehingga titran dapat berlangsung lengkap dalam beberapa menit.

3. Pada saat terjadinya kesetaraan antara zat yang dititrasi dan penitrasi harus ada

perubahan yang nyata sehingga dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan

dari indikator yang digunakan.

4. Harus ada zat atau alat yang dapat digunakan untuk menentukkan titik akhir

titrasi yaitu indikator.

III. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT

Buret Pipet volume Erlenmeyer Becker Glass Gelas ukur Corong

B. BAHAN

Larutan asam oksalat Larutan NaOH Indikator phenolphthalein Larutan cuka perdagangan

IV. LANGKAH KERJA a. Percobaan I (Membuat larutan baku primer asam oksalat)

1. Asam Oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) dikeringkan dalam oven pada

suhu 105-100oC selama 1-2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator.

2. 6,4327 gram asam oksalat ditimbang dengan teliti, kemudian dimasukkan

dalam labu 1000mL, selanjutnya air suling ditambahkan sampai tenda

tera.

3. Normalitas larutan asam oksalat tersebut dihitung sampai empat angka dibelakang koma.

b. Percobaan II (Pembakuan Larutan Baku sekunder NaOH)

1. Pipet 25,0 ml larutan asam oksalat dan dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer, lalu ditambahkan 2 – 3 tetes indicator phenolphthalein.

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah

muda.

3. Volume NaOH yang digunakan dicatat dan percobaan ini diulangi

sebanyak dua kali.

4. Normalitas rata – rata dari larutan NaOH dihitung.

c. Percobaan III ( Penentuan kadar asam asetat )

1. Pipet 25 ml larutan cuka perdagangan (25%), kemudian masukkan ke

dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 2 – 3 tetes indicator

phenolphthalein.

2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah

muda.

3. Volume NaOH yang digunakan dicatat dan percobaan tersebut diulangi dua kali lagi.

4. Kadar asam asetat dalam setiap percobaan dihitung dan kadar asam

asetat rata – rata dalam larutan cuka perdagangan tersebut juga dihitung.

V. HASIL PENGAMATAN

Percobaan 1 : Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat

Berat asam oksalat : 6,4327 gram

Volume asam oksalat : 10 mL

Percobaan 2 : Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH

Indikator : 3 tetes Phenolphthalein

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

Perubahan warna yang terjadi : merah muda

Percobaan Volume H2C2O4.2H2O Volume NaOHI 10 mL 5,8 mLII 10 mL 6,7 mL

Percobaan 3 : Menentukan kadar asam asetat

Indikator : 3 tetes Phenolphthalein

Perubahan warna yang terjadi : Merah muda

Percobaan Volume asam asetat Volume NaOHI 10 mL 2,1 mLII 10 mL 2,0 mL

VI. PERHITUNGAN

Percobaan 1 : Penentuan normalitas larutan baku primer asam oksalat

Percobaan 1

Jadi normalitas H2C2O4 yang digunakan untuk titrasi adalah = 0,2505 N

Percobaan 2: Penentuan normalitas larutan baku sekunder NaOH

Diketahui : Vol. asam oksalat = 10,0 mL

Normalitas asam oksalat = 0,2505 N

Vol. NaOH = I. 5,8 ml

II. 6,7 ml

Ditanya : a) N. NaOH tiap percobaan…?

b) N. NaOH rata – rata….?

Jawab :

Pengulangan 1

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

Pengulangan 2

Normalitas rata – rata

Percobaan 3 : Penentuan kadar asam asetat

Diketahui : Volume asam asetat (Va) = 10,0 ml

Mr CH3COOH = 60 gr/mol

V NaOH (Vb) = 2,1 ml

= 2,0 ml

Ditanya : Kadar asam asetat setiap percobaan…?

Jawab :

Pengulangan Pertama

Maka normalitas CH3COOH sebelum pengenceran adalah

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

Pengulangan Kedua

Maka normalitas CH3COOH sebelum pengenceran adalah

VII. PEMBAHASAN

Analisi volumetri merupakan analisa yang didasarkan pada pengukuran volume

dalam pelaksanaan analisanya. Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri karena proses

analisanya berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai titran yang

ditempatkan di dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan yang akan

ditentukan jumlah analitnya. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

tepat konsentrasinya (larutan penitrasi), sedangkan titrat merupakan larutan yang

dititrasi. Percobaan Analisis Volumetri kali ini bertujuan untuk menentukan kadar asam

asetat pada cuka perdagangan. Pada praktikum Analisis Volumetri ini dilakukan titrasi

asam basa, dimana yang dititrasi adalah asam lemah dengan basa kuat serta indikator

phenolphthalein. Dalam hal ini asam lemah sebagai titrat (larutan yang dititrasi),

sedangkan basa kuat sebagai titrannya (larutan penitrasi). Selain hal tersebut,

Normalitas atau jumlah gram ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan juga

ditentukan. Praktikum analisis volumetri ini dibagi menjadi tiga, percobaan 1 yaitu

membuat larutan baku primer asam oksalat, percobaan 2 adalah Pembakuan larutan

baku sekunder NaOH, sedangkan percobaan 3 adalah Penentuan kadar asam asetat.

Percobaan 1 yaitu membuat larutan baku primer asam oksalat ( H2C2O4). Dalam

percobaan ini asam oksalat dihidrat dikeringkan didalam oven, kemudian didinginkan

dalam desikator. Asam oksalat ditimbang sebesar 6,4327 gram, lalu dimasukkan ke

dalam labu, selanjutnya ditambahkan air suling. Dalam percobaan membuat larutan

baku primer asam oksalat ini, normalitas dari asam oksalat ditentukan. Dengan

mengetahui berat asam oksalat ( H2C2O4) yaitu 6,4327 gram, dan volume dari asam

oksalat yaitu 1 liter, Normalitas asam oksalat dapat ditentukan dengan cara mengalikan

massa asam oksalat tersebut dengan koefisien ion asamnya yaitu H+, yang dapat dilihat

dalam reaksi berikut : . Berdasarkan perhitungan yang ada,

Normalitas dari asam oksalat yang diperoleh sebesar 0,2505 N.

Percobaan selanjutnya adalah Pembakuan larutan sekunder NaOH. Dalam

percobaan ini normalitas larutan sekunder NaOH ditentukan. Percobaan ini dilakukan

titrasi asam basa. Dalam titrasi asam basa ini, asam lemah yaitu asam oksalat bertindak

sebagai titrat (larutan yang dititrasi), sedangkan basa kuat yaitu NaOH sebagai titran

(larutan penitrasi). Larutan asam oksalat 10,0 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer,

kemudian ditambahkan dengan indikator phenolphthalein sebanyak 2-3 tetes, lalu

larutan tersebut dititrasi dengan NaOH. Reaksi yang terjadi saat asam oksalat

direaksikan dengan NaOH adalah : H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + H2O.

Percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali. Untuk pengamatan pertama, volume NaOH

yang diperlukan agar timbul warna merah muda yaitu 5,8 mL. Sedangkan untuk

pengamatan kedua volume NaOH yang diperlukan agar timbul warana merah muda

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

yaitu 6,7 mL. Seperti pada percobaan 1, percobaan ke-2 ini juga menentukan normalitas

dari NaOH. Berdasarkan hasil perhitungan, normalitas NaOH pada pengamatan 1

diperoleh sebesar 0,432 N, sedangkan untuk pengamatan 2 normalitas yang diperoleh

sebesar 0,374 N. Sehingga normalitas rata-rata yang diperoleh sebesar 0,4029 N.

Percobaan yang terakhir adalah Penentuan kadar asam asetat. Seperti halnya

dengan percobaan ke-2 Normalitas dari NaOH ditentukan, tidak hanya Normalitas dari

NaOH yang ditentukan namun kadar asam asetat serta kadar asam asetat rata-rata dalam

sebuah sampel cuka perdagangan juga ditentukan. Percobaan ini dilakukan titrasi asam

basa. Dalam titrasi asam basa ini, asam lemah yaitu asam asetat bertindak sebagai titrat

(larutan yang dititrasi), sedangkan basa kuat yaitu NaOH sebagai titran (larutan

penitrasi). Larutan asam asetat (CH3COOH) 10,0 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer,

kemudian ditambahkan dengan indikator phenolphthalein sebanyak 2-3 tetes, lalu

larutan tersebut dititrasi dengan NaOH. Reaksi yang terjadi saat asam asetat direaksikan

dengan NaOH adalah : CH3COONa + H2O CH3COONa + H2O. Percobaan ini

dilakukan sebanyak dua kali. Untuk pengamatan pertama, timbulnya warna merah muda

pada volume NaOH yaitu 2,1 mL. Sedangkan untuk pengamatan kedua volume NaOH

yang diperlukan agar muncul warna merah muda sebesar 2,0 mL. Berdasarkan hasil

perhitungan, normalitas CH3COOH sebelum pengenceran adalah 8,461 N, sehingga

kadar asam asetat pada cuka perdagangan yang diperoleh pada pengamatan pertama

yaitu 50,76%. Untuk pengamatan 2 Normalitas CH3COOH sebelum pengenceran

adalah 8,058 N, sehingga kadar asam asetat diperoleh sebesar 48,384%.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :

1. Untuk mengukur kadar konsentrasi yang terdapat dalam sampel (CH3COOH)

digunakan suatu metode titrasi asam – basa.

2. Asam oksalat dan asam asetat mengalami perubahan warna dari tak berwarna

(bening) menjadi merah muda pada titik ekuivalen dengan penambahan

indikator phenolphthalein.

3. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah

phenolphthalein.

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26

4. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat

yang bersifat asam ataupun basa dalam sampel.

5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam kuat

ataupun basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.

6. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring

dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat, dimana jika suatu larutan

asam ditetesi dengan larutan basa, ph larutan yang ditetesi tersebut akan menjadi

besar dan sebaliknya.

7. Normalitas H2C2O4 yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah 0,2505 N.

8. Normalitas laruan baku sekunder NaOH pada pengamatan pertama adalah 0,432

N sedangkan pada pengamatan kedua adalah 0,374 N, sehingga normalitas rata-

ratanya adalah 0,4029 N.

9. Kadar larutan Cuka (asam asetat / CH3COOH) adalah 50,76 %dan 48,384%,

sehingga kadar rata-ratanya adalah 49,57%.

1Team Kimia Dasar. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II.(Jurusan Kimia FMIPA,

Udayana:Bukit Jimbaran),hal 26