Titrasi Asam Basa Volumetri
-
Upload
anis-al-afifah -
Category
Documents
-
view
1.442 -
download
40
Transcript of Titrasi Asam Basa Volumetri
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA DASAR I
NAMA KELOMPOK : MELVIA PERMATASARI (08121006013)
MELANY AMDIRA (08121006027)
ANIS ALAFIFAH (08121006029)
PUTRI WULANDARI (08121006071)
MUTIARA BELLA (08121006073)
JURUSAN : FARMASI
JUDUL PERCOBAAN : TITRASI ASAM BASA : VOLUMETRI
LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012 / 2013
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
I. NOMOR PERCOBAAN : IV
II. NAMA PERCOBAAN : Titrasi Asam Basa : Volumetri
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisa contoh yang
mengandung asam
2. Menstandarisasi larutan penitrasi
IV. DASAR TEORI
Analisa volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar komponen dari
kadar uji ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (konsentrasi diketahui). Yang
ditambahkan kedalam larutan zat uji, hingga komponen yang akan ditetapkan
bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses yang dikenal dengan
“titrasi”, oleh karena itu analisis volumetri dikenal dengan “anlisa titrimetri”. Suatu
pereaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri, apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia tertentu, harus tidak ada
reaksi samping.
2. Reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada titik ekivalen, suatu
indikator harus ada untuk menunjukkan titik ekivalen.
3. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama.
Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan
titer atau larutan baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat baku
yang ditimbang secara seksama atau dengan penetapan yang dikenal dengan
standarisasi (pembakuan) terhadap larutan basa, yang selanjutnya digunakan untuk
menganalisi contoh yang mengandung asam. Bila sebagai titran adalah larutan baku
asam, maka penetapan tersebut asidimetri dan bila larutan baku basa sebagai titran
maka disebut alkalimetri. Secara ringkas reaksi asam atau basa atau netralisasi
disebabkan oleh proton (H+) dari asam yang bereaksi dengan OH- dari basa. Reaksi
yang terjadi adalah :
H+ (aq) + OH- (aq) → H2O(aq)
Sumber ion H+ dapat berasal dari asam kuat atau basa lemah, dan ion OH-
berasal dari basa kuat dan lemah. Bila H+ dan OH- berasal dari asam kuat maka reaksi
tersebut dinamakan reaksi asam kuat - basa kuat. Pada kebanyakan titrasi asam basa,
perubahan larutan pada titik ekivalen tidak jelas. Untuk mengatasi hal ini maka
digunakan indikator yaitu senyawa organik atau basa lemah yang mempunyai warna
molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa), dimana indikator
ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Secara umum untuk titrasi
asam basa, indikator yang digunakan indikator fenolftalein yang mempunyai trayek
pH 8,3 – 10,5 dimana senyawa ini tidak berwarna pada larutan asam dan berwarna
merah jambu dalam larutan basa. (Tim Kimia Dasar. Penuntun Praktikum Kimia
dasar I. Hal : 12-13)
Larutan salah satu reaktan dimasukkan ke gelas piala kecil atau labu kecil.
Reaktan lain, juga dalam bentuk larutan dan biasanya disebut sebagai titran,
ditempatkan dalam buret, suatu tabung panjang bertera yang dilengkapi klep sumbat.
Titrasi adalah reaksi yang dilakukan dengan cara menambahkan satu larutan ke
larutan lain dengan sangat terkendali. Tujuannya adalah untuk menghentikan titrasi
pada titik ketika kedua reaktan telah berhasil sempurna, suatu kondisi yang disebut
titik ekuivalensi titrasi. Kunci pada titrasi adalah pada titik ekuivalensi kedua reaktan
telah bergabung dalam proporsi stoikiometri keduanya terpakai tanpa ada yang
berlebih.
Indikator adalah jumlah zat yang sedikit ditambahkan pada camputan
reaksi akan berubah warna pada atau didekat titik ekuivalensi. (Petrucci, dkk. Kimia
Dasar Prinsip - Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid I. Hal : 160)
Titrasi asam-basa adalah adalah suatu proses titrasi yang dilakukan dengan
penambahan asam atau basa. Titrasi asam basa dilakukan dengan cara mereaksikan
titran dengan larutan standar asam atau basa yang sudah diketahui konsentrasinya.
Biasanya jika titrannya bersifat asam larutan standarnya di gunakan yang bersifat
basa. Begitu pula sebaliknya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes)
hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara.
Dalam titrasi asam-basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna
sehingga kita tidak tahu kapan titik stoikiometri tercapai. Untuk mengetahuinya maka
di perlukan suatu indikator yang dapat dan bisa menunjukkan bila saat kestabilan
reaksi tercapai. Indikator yang digunakan dalam titrasi asam basa adalah indikator
yang dapat berubah warna jika suatu kondisi pH tertentu tercapai.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun
titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen
( artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian kita mencatat volume titrat yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titrat
maka kita bisa menghitung kadar titran.
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan
pasti. Larutan baku biasanya ditempatkan pada alat yang namanya buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan
pipet seukuran/ gondok (pipet volumetri) dan ditempatkan di Erlenmeyer. Larutan
baku ini ada 2 jenis yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder..
(http://mira-rahayu.blogspot.com/2012/06/titrasi-asam-basa.html)
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan
biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik
titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Dalam titrasi asam-basa sederhana,
indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana
fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH
sekitar 8.2 atau melewatinya.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen
( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer
maka kita bisa menghitung kadar titrant. Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator
pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan
berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8,2 atau
melewatinya.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator
yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
(http://mdesyra.wordpress.com/2012/03/23/titrasi-asam-basa/)
Dengan banyak alasan titrasi asam basa adalah metoda titrasi yang paling
populer. Salah satu alasan tentunya adalah titrasi asam basa selalu diperkenalkan di
hampir setiap laboratorium pendidikan yang menyelenggarakan praktikum.
Titrasi asam-basa tergolong pada dua metoda yaitu asidimetri dan
alkalimetri. Asidimetri yang secara kata berarti asam (acid) dan pengukuran (metri),
diartikan “pengukuran menggunakan asam” yaitu pengukuran terhadap larutan basa
bebas atau larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan larutan asam yang
telah diketahui konsentrasinya. Alkalimetri yang secara kata berarti basa (alkali) dan
pengukuran (metri), diartikan “pengukuran menggunakan basa” yaitu pengukuran
terhadap larutan asam bebas atau larutan garam yang berasal dari basa
lemah dengan larutan basa yang telah diketahui konsentrasinya.
Karena asam terbagi menjadi asam kuat dan asam lemah, sebagaimana
basa juga menjadi basa kuat dan basa lemah, sehingga titrasi asam basa dapat
dilakukan terhadap:
1. Asam kuat – basa kuat
2. Asam kuat – basa lemah
3. Asam lemah – basa kuat
4. Asam kuat – garam dari asam lemah
5. Basa kuat – garam dari basa lemah
Perbedaan dari jenis titrasi di atas terletak pada titik akhir titrasi, dimana Jika titrasi
dilakukan dengan asam maupun basa kuat yang juga merupakan elektrolit kuat maka
larutan yang dihasikan akan netral dan mempunyai pH 7, kondisi ini terjadi pada titik
ekuivalen.
Jika asam atau basanya adalah elektrolit lemah, garam itu akan terhidrolisis
sampai derajat tertentu dan larutan pada titik ekivalen akan sedikit basa atau sedikit
asam. pH akhir dari larutan adalah saat titik ekivalen yang dapat dihitung dari tetapan
ionisasi dari asam lemah atau basa lemah itu dan konsentrasi larutan.
Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan
pH. Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula
rendah dan selama titrasi terus-menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH
(pH meter) pada awal titrasi ( yakni sebelum ditambah basa) pada waktu-waktu
tertentu setelah titrasi dimulai, maka jika pH larutan dibuat grafik dengan volume
titrant akan diperoleh grafik yang disebut kurva titrasi.
(http://catatankimia.com/catatan/titrasi-asam-basa.html)
Reaksi penetralan atau asidi-alkalimetri melibatkan titrasi basa bebas (basa
yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu
asam standar atau yang sering disebut asidimetri) dan reaksi asam bebas (asam yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa
standar atau alkalimetri) yang reaksinya melibatkan bersenyawanya ion hidrogen dan
ion hidroksida untuk membentuk air.
Titrasi asam basa mengacu pada reaksi protolisis (perpindahan proton antar
senyawa yang mempunyai sifat-sifat asam atau basa). Umumnya digunakan larutan
baku asam kuat (HCl, H2SO4, dan HClO4) untuk titrasi basa. Sedangkan asam
dititrasi dengan larutan baku basa kuat (NaOH dan KOH) yang titik akhir titrasi dapat
ditetapkan dengan bantuan indikator asam basa yang sesuai atau secara potensiometri.
Reaksi asidi alkalimetri pada dasarnya melibatkan indikator asam basa yang akan
berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu interval pH
tertentu.
Pengujian dan penetapan kadar tidak terlepas dari peran pentingnya suatu
indikator untuk menunjukkan kesempurnaan reaksi kimia dalam analisis volumetri
atau menunjukkan konsentrasi ion hidrogen (pH) larutan Larutan
Perubahan warna yang terjadi pada penambahan indikator tertentu disebabkan oleh
resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang
berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda
pula.
Rancangan alat volumetrik merupakan faktor penting dalam menjamin
keseksamaan untuk memperoleh derajat ketelitian yang diinginkan dalam penetapan
kadar, termasuk diantaranya pengukuran secara volumetri. (http://ian-smk-
analis.blogspot.com/2009/12/analisa-volumetri.html)
V. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
Buret
Erlenmeyer
Gelas Ukur
Pipet tetes
Gelas Beker
Corong
2. BAHAN
Air Suling’
Asam asetat
Larutan NaOH
Indikator Fenolftalein
Larutan HCl
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
Cuci dengan baik biuret 50 ml,selanjutnya bilas dengan air suling,tutu ceratnya dan
masukkan kira-kira 5 ml larutan NaOH yang akan distandarisasi.Miringkan dan putar
nuret untuk membasahi permukaan buret.
Keluarkan larutan buret dan ulangi proses pembilasan sekali atau dua kali dengan
larutan NaOH. Isi buret dengan larutan hiingga skala 0,alirkan larutan dan isi buret
kembali.
Cuci 3 erlenmeyer 259 ml dan kemudian bilas dengan air suling.Pipet 25 ml larutan
HCl standar 0,1 M kedalam setiap Erlenmeyer.Tambahkan ke dalam Erlenmeyer
masing-masing 25 ml air suling dan 3 tetes indicator fenolftalein.
Catat kedudukan awal larutan NaOH pada Erlenmeyer pada buret kemudian alirkan
sedikit demi sedikit larutan NaOH pada Erlenmeyer pertama.Titik akhir tercapai bila
warna merah jambu bertahan selama 30 detik setelah pencampuran.
VII. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan :
a. Asam, b. basa, c. titik ekivalen, d. indicator
Jawab :
a. Asam adalah zat yang larut dalam air dan menghasilkan ion Hidrogen.
b. Basa adalah zat yang larut dalam air dan menghasilkan ion Hidroksida.
c. Titik ekivalen adalah titik dimana titer dan titran tepat bereaksi, ditandai dengan
adanya perubahan warna yang belum konstan.
d. Indikator adalah senyawa organic asam atau basa lemah yang memiliki warna
molekul yang berbeda dengan warna ionnya, dimana indicator akan memperlihatkan
perubahan warna pada pH tertentu.
2. Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dan titik ekivalen!
Jawab :
a. Titik akhir titrasi merupakan titik dalam rekasi titrasi yang mana ditandai dengan
adanya perubahan indicator.
b. Titik ekivalen merupakan titik dimana titer dan titran tepat bereaksi, ditandai dengan
adanya perubahan warna yang belum konstan.
3. Sebanyak 0,7742 gram Kalium Hidrogen Sitrat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
dilarutkan dengan air suling, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH, berapa
molaritas larutan NaOH tersebut ?
Jawab :
Dik : massa Kalium Hidrogen Sitrat = 0,7742 gram
Volume NaoH = 33,6 ml
Dit : molaritas NaOH ?
Penyelesaian :
Molaritas NaOH = M = gram/ Mr x 1000/ vol
= 0,7742 gr/40 x 1000/33,6 ml
= 0,576 M
VIII. DATA HASIL PENGAMATAN
NoSubjek Yang
diamati
Hasil Pengamatan
25 ml HCl + 25 ml
aquades + 3 tetes PP
dititrasi dengan NaOH
10 ml asam cuka + 3
tetes PP dititrasi
dengan NaOH
1 Warna sebelum
titrasi
Bening bening
2 Warna sesudah
titrasi
Merah mudah transparan Merah muda
transparan
3 Volume NaOH
awal (ml)
50 ml 27,7 ml
4 Volume NaOH
akhir (ml)
27,7 25,2 ml
5 Volume NaOH
yang digunakan
22, 3 ml 2, 5 ml
IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN
a. Reaksi
NaOH + HCl NaCl + H2O
NaOH + CH3COOH CH3COOHNa+H2O
b. Perhitungan
1. M HCl x V HCl = M NaOH x V NaOH
0,1 x 25 = M NaOH x 22,3
2,5 = M NaOH x 22,3
M NaOH = 0,112 M
2. M CH3COOH x V CH3COOH = M NaOH x V NaOH
M CH3COOH x 10 = 0,112 x 2,5
M CH3COOH x 10 = 0, 28
M CH3COOH = 0,028 M
X. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini mengenai titrasi asam basa. Titrasi asam basa ini
melibatkan asam maupun basa baik itu sebagai titer ataupun sebagai titrant. Asam
basa itu sendiri dibagai berdasarkan atas beberapa teori asam basa, yaitu teori asam
basa Arrhenius, teori asam basa Bronsted-Lowry, dan teori asam basa G.N.Lewis.
Menurut teori asam basa Arrhenius, asam merupakan suatu zat yang apabila
terlarut dalam air dapat menghasilkan ion H+ (atau H3O+), dan basa merupakan suatu
zat yang apabila terlarut dalam air akan menghasilkan ion OH-. Menurut teori asam
basa Bronsted-Lowry, asam adalah suatu spesies kimia (molekul atau ion) yang dapat
mendonorkan suatu proton kepada spesies kimia yang lain atau dengan kata lain
sebagai proton donor, sedangkan basa merupakan suatu spesies kimia (molekul atau
ion) yang dapat menerima suatu proton dari spesies kimia yang lain atau dengan kata
lain sebagai proton akseptor. Menurut teori asam basa G.N.Lewis, asam merupakan
suatu spesies yang dapat menerima pasangan elektron bebas, sedangkan basa adalah
suatu spesies yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas.
Pada percobaan kali ini, pada titrasi larutan dibagi menjadi dua, yaitu larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan satndar primer merupakan
larutan dimana konsentrasi larutan tersebut telah diketahui sehingga tidak perlu
distandarisasi. Ciri – ciri dari larutan standar primer yaitu : mempunyai massa
molekul yang tinggi, konsentrasinya diketahui dan mudah di dapat. Sedangkan
larutan standar sekunder merupakan larutan yang mana konsentrasi larutannya belum
diketahui sehingga perlu distandarisasi. Ciri – ciri dari larutan standar sekunder ini
yaitu : memiliki massa molekul yang rendah dan higroskopis.
Pada proses pencampuran antara titer dan titrant ( dimana pada percobaan ini
titer yang digunakan adalah NaOH sedangkan titrant yang digunakan adalah HCl dan
CH3OOH), didapat titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekivalen adalah titik
dimana asam dan basa tepat habis bereaksi, namun perubahan warna yang terjadi
belum konstan. Sedangkan titik akhir titrasi merupakan titik yang ditandai dengan
perubahan warna indikator yang telah konstan, ketika asam dan basa tepat habis
bereaksi.
Indikator adalah suatu senyawa organik kompleks merupakan pasangan asam
dan basa konjugasi dalam konsentrasi yang kecil, indikator tidak mempengaruhi pH
larutan. Indikator memiliki dua warna yang berbeda ketika dalam bentuk asam dan
dalam bentuk basanya. Indikator ini dapat disimpulkan berfungsi untuk menunjukkan
bahwa telah terjadi reaksi yang sempurna antara analit dan pereaksi dengan adanya
perubahan warna dari indikator. Perubahan warna ini sangat bermanfaat sehingga
dapat dipergunakan sebagai indikator pH dalam titrasi.
Pada percobaan kali ini, indikator yang kami gunakan yaitu fenolftalein (PP)
yang mengubah warna larutan dari larutan yang tidak berwarna menjadi larutan yang
berwarna merah muda. pH trayek dari fenolftalein itu sendiri yaitu 8,3 sampai 10,5.
Sehingga pada titrasi HCl dengan NaOH maka ketika titik setara tercapai ( pH = 7)
indikator fenolftalein belum berubah warna dan akan berubah warna ketika pH
mencapai 8.
Analisa yang digunakan pada percobaan mengenai titrasi asam basa ini adalah
analisa volumetri. Analisa volumetri merupakan kuantitatif dimana kadar komponen
dari uji ditetapkan berdasarkan volume pereaksi ( konsentrasi diketahui) yang
ditambahkan ke dalam larutan zat uji hingga komponen yang akan ditetapkan
bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Atau dengan kata lain analisa
volumetri merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui perhitungan volume.
Sehingga dalam teknik ini alat pengukur volume menjadi bagian terpenting. Dalam
hal ini buret adalah alat pengukur volume yang digunakan dalam analisa volumetri.
Penetapan sampel dengan analisa volumetri ini didasari pada hubungan soikiometri
sedrehana dari reaksi – reaksi kimia yang terjadi.
XI. KESIMPULAN
1. Indikator berfungsi untuk menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi yang sempurna
antar analit dan pereaksi dengan adanya perubahan warna dari indicator
2. Indikator yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu fenolftalein (PP )
3. Pada titrasi larutan dibagi menjadi dua, yaitu larutan standar primer dan larutan
standar sekunder
4. Titik ekivalen adalah titik dimana asam dan basa tepat habis bereaksi, namun
perubahan warna yang terjadi belum konstan.
5. Analisa yang digunakan adalah analisa volumetri
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, dkk. 2011. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid
I. Jakarta : Erlangga.
Tim Kimia Dasar. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Indralaya : Universitas
Sriwijaya.
Desyirma. 2012. titrasi asam basa. http://mdesyra.wordpress.com/2012/03/23/titrasi-asam-
basa/. Diakses pada tanggal 5 Desember 2012 pukul 17.01 WIB
Fazriansyah. 2009. Analisa Volumetri. http://ian-smk analis.blogspot.com/2009/12/analisa-
volumetri.html. Diakses pada tanggal 13 Desember 2012 pukul 19.16 WIB.
Hamdani, S. Titrasi Asam Basa. http://catatankimia.com/catatan/titrasi-asam-basa.html.
Diakses pada tanggal 5 Desember 2012 pukul 16.58 WIB.
Rahayu, Mira. 2012. Titrasi Asam-Basa. http://mira - rahayu.blogspot.com/2012/06/titrasi-
asam-basa.html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2012 pukul 17.02 WIB
GAMBAR ALAT