71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

40
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU JALAN RAYA PERKOTAAN PERBANDINGAN ANTARA STANDARD PERENCANAAN JALAN ANTAR KOTA DENGAN PERENCANAAN JALAN PERKOTAAN DISUSUN OLEH: ADITYA WIGUNA (070404129)

description

jalan raya

Transcript of 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

Page 1: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK USU

JALAN RAYA

PERKOTAAN PERBANDINGAN ANTARA

STANDARD PERENCANAAN

JALAN ANTAR KOTA

DENGAN PERENCANAAN

JALAN PERKOTAAN

DISUSUN OLEH: ADITYA WIGUNA (070404129)

Page 2: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. DEFINISI JALAN RAYA

Jalan raya merupakan suatu landasan yang bertujuan untuk melewatkan lalulintas

dari suatu tempat ke tempat yang lain. Untuk itu jalan raya harus dibuat dengan aman,

cepat, tepat, nyaman,efisien dan ekonomis.

Agar transportasi jalan dapat berjalan secara aman dan efisien maka perlu

dipersiapkan suatu jaringan transportasi yang handal yang terdiri dari ruas dan simpul.

Secara makro jaringan jalan harus dapat melayani transportasi yang cepat dan langsung

(sehingga efisien) namun juga dapat memisahkan sekaligus melayani lalulintas dengan

berbagai tujuan. Untuk itulah dalam menata jaringan jalan perlu dikembangkan sistem

hirarki jalan yang jelas dan didukung oleh penataan ruangan dan penggunaan jalan

.

1.2. JALAN RAYA ANTAR KOTA (SUMBER: TATA CARA

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA ‘97)

1.2.1. Maksud Dan Tujuan

Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota ini dimaksudkan sebagai acuan

dan pegangan bagi perencana dalam merencanakan geometrik jalan antar kota.

Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam merencanakan

geometrik jalan antar kota, guna menghasilkan geometrik jalan yang memberikan

kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pemakai jalan.

1.2.2. Ruang Lingkup

Tata cara ini meliputi deskripsi, ketentuan-ketentuan, dan cara pengerjaan

perencanaan geometrik bagi pembangunan atau peningkatan jalan antar kota.

Page 3: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

1.3. JALAN RAYA PERKOTAAN (SUMBER: RSNI-GEOMETRIK

JALAN PERKOTAAN 2004)

Standard Geometri Jalan Perkotaan ini bertujuan untuk mendapatkan keseragaman

dalam merencanakan geometri jalan khususnya di kawasan perkotaan, sehingga dihasilkan

geometri jalan yang dapat memberikan keselamatan, kelancaran, dan kenyamanan bagi

pengguna jalan.

1.3.1. Ruang Lingkup

Standard ini memuat ketentuan umum dan ketentuan teknis geometri ruas jalan

perkotaan untuk berbagai klasifikasi fungsi jalan. Geometri yang dimaksud dalam standard

ini meliputi alinyemen vertikal, alinyemen horizontal sertadimensi dan bentuk melintang

jalan termasuk fasilitas dalan yang diperlukan. Standard ini tidak mengatur geometri

persimpangan dan jalan bebas hambatan.

Jalan perkotaan : jalan di daerah perkotaan yang mempunyai perkembangan secara

permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu

sisi jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan; jalan di atau dekat pusat

perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000 jiwa selalu digolongkan dalam kelompok

ini; jalan didaerah perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 jiwa juga digolongkan

dalam kelompok ini jika mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan

menerus. (MKJI‟97)

1.4. LATAR BELAKANG PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Beberapa alasan mengapa perlu perencanaan geometrik jalan adalah sbb :

Disain jalan membutuhkan elemen-elemen perancangan yang spesifik seperti jumlah

lajur, lebar lajur, type dan lebar median, panjang lajur pendakian untuk truk dalam

menerima perubahan kelandaian (superelevasi), dan jari-jari tikungan.

Kesemuanya dipengaruhi oleh karakteristik kendaraan yang lewat. Sehingga dipikirkan

suatu kendaraan rencana yang mewakili performance dan dimensi fisik kendaraan

untuk mengatasi kompleksnya prosedur perencanaan dan sebagai kompromi.

Page 4: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Selanjutnya disain standart harus berubah dari waktu ke waktu untuk merespons

perubahan-perubahan dimensi dan performance kendaraan serta bukti-bukti yang nyata

dalam perencanaan

Standart perencanaan ditentukan secara detail dalam “ A policy on geometric Design

of highway and streets 1984 (AASHTO „84)

Elemen perencanaan geometrik terdiri atas Alinyemen horisontal, Alinyemen vertikal, dan

Penampang Melintang jalan.

DIAGRAM 1: PENTAHAPAN PEMBANGUNAN JALAN

ANALISIS JARINGAN FUNGSI JALAN

ANALISIS LALU

LINTAS

STANDARD

PERENCANAAN

SURVEY TOPOGRAFI

PROSES DESAIN

ALINYEMEN

VERTIKAL&HORISONTAL

PEMERIKSAAN

KONSISTENSI &

JARAK PANDANG

PEMERIKSAAN VOLUME

GALIAN/TIMBUNAN

ALINYEMEN

MEMUASKAN ?

MENGGAMBAR

DESAIN JALAN

YATIDAK

Page 5: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

BAB II

LITERATUR

2.1. PERNCANAAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA

Dalam hal ini diambil standar “Tata cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota

1997”

2.1.1. Klasifikasi Jalan

Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:

1) Jalan Arteri

2) Jalan Kolektor

3) Jalan Lokal

Jalan Arteri: Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,

kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien,

Jalan Kolektor: Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri

perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi,

Jalan Lokal: Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak

dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Klasifikasi menurut kelas jalan

1) Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk

menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam

satuan ton.

2) Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi

menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel (Pasal 11, PP. No.43/1993).

Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat

MST (Ton)

Arteri

I

II

IIIA

>10

10

8

Kolektor IIIA

IIIB

8

Page 6: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Klasifikasi menurut medan jalan

1) Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan

medan yang diukur tegak lurus garis kontur.

2) Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam

Tabel

No. Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan

(%)

1.

2.

3.

Datar

Perbukitan

Pegunungan

D

B

G

<3

3-25

>25

3) Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan

keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan

perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.

2.1.2. Kriteria Perencanaan

Dimensi dasar untuk masing-masing kategori Kendaraan Rencana ditunjukkan

dalam Tabel di bawah ini.

Page 7: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

2.1.3. Satuan Mobil Penumpang (SMP)

SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, di mana mobil

penumpang ditetapkan memiliki satu SMP.

Tabel 2.1 : Ekivalen Mobil Penumpang

2.1.4. Volume Lalu Lintas Rencana

Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu lintas

harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari.

Tabel2.2: Penentuan faktor K dan F berdasarkan VLHR

Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk

tahun rencana lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam, dihitung dengan rumus:

2.1.5. Kecepatan Rencana

Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai

dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak

dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan

pengaruh samping jalan yang tidak berarti.

Page 8: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Tabel2.3: Kecepatan Rencana sesuai klasifikasi fungsi dan medan jalan

2.1.6. Bagian – Bagian Jalan

Bagian – bagian jalan terdiri dari :

1. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) : lebar antara batas ambang pengaman

konstruksi jalan di kedua sisi jalan, tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan

pada sumbu jalan, dan kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan.

2. Daerah Milik Jalan (DAMIJA) : Ruang Daerah Milik Jalan dibatasi oleh lebar yang

sama dengan Damaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5

meter dan kedalaman 1.5 meter.

3. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) : Ruang Daerah Pengawasan Jalan

(Dawasja) adalah ruang sepanjang jalan di luar Damaja yang dibatasi oleh tinggi

dan lebar tertentu. Jalan Arteri minimum 20 meter, Kolektor 15 meter dan lokal 10

meter.

2.1.7. Penampang Melintang

Komposisi penampang melintang adalah sebagai berikut :

1. Jalur Lalu Lintas

2. Median dan Jalur tepian (kalau ada)

3. Bahu jalan

4. Jalur Pejalan Kaki

5. Selokan

6. Lereng

Page 9: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Gambar 2.1 : Penampang Melintang Jalan Tipikal

Gambar 2.2 : Penampang melintang Jalan Tipikal yang dilengkapi Trotoar

2.1.8. Jalur Lalu Lintas

Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalulintas kendaraan

yang secara fisik berupa perkerasan jalan.

Batas jalur lalu lintas dapat berupa:

1. Median

2. Bahu

3. Trotoar

4. Pulau Jalan

5. Separator

Jalur lalulintas dapat terdiri atas beberapa tipe :

1. 1 jalur-2 lajur- 2 arah (2/2 TB)

2. 1 jalur-2 lajur- 1 arah (2/1TB)

3. 2 jalur-4 lajur- 2 arah (4/2 B)

4. 2 jalur –n lajur- 2 arah (n12 B), dimana n = jumlah jalur.

Page 10: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur peruntukannya. Lebar

jalur minimum adalah 4,5 meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan.

Tabel 2.4 : Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan menurut VLHR dan klasifikasi fungsi

jalan

Tabel 2.5. Lebar lajur jalan ideal

Gambar 2.3. Kemiringan Melintang Jalan Normal

Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas lalu diperkeras.

Kemiringan bahu jalan normal antara 3-5%. Fungsinya sebagai berikut :

Page 11: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

1. lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan atau tempat parkir

darurat.

2. ruang bebas samping bagi lalu lintas; dan

3. penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.

Gambar 2.4. Bahu jalan

Tabel 2.6. Lebar Minimum Median

Gambar 2.5. Median Direndahkan dan Ditinggikan

Page 12: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

2.1.9. Jarak Pandang

Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada

saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang

membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghidari bahaya tersebut

dengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak

Pandang Mendahului (Jd).

1. Jarak Pandang Henti (Jh): jarak minimum yang diperlukan oleh setiap

pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat

adanya halangan di depan. Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata

pengemudi 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jh

terdiri dari dua elemen jarak yaitu : jarak tanggap dan jarak pengereman. Jh

dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus :

Tabel 2.7. Jarak Pandang Henti Minimum

2. Jarak Pandang Mendahului (Jd) : jarak yang memungkinkan suatu kendaraan

mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan

tersebut kembali ke lajur semula. Jd ditentukan dalam rumus dalam satuan

meter sebagai berikut :

Jd = d1+d2+d3+d4

Tabel 2.8. Panjang jarak pandang mendahului

Page 13: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

2.1.10. Alinemen Horizontal

Terdiri dari bagian lurus dan bagian lengkung (disebut juga tikungan). Perencanaan

geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang

diterima oleh kendaraan yang berjalan pada kecepatan VR.

Tabel 2.9. Panjang bagian lurus maksimum

Tikungan dapat berupa Spiral-Circle-Spiral (SCS), Full Circle (FC) dan Spiral-

Spiral (SS). Ditikungan terdapat direncanakan superelevasi yaitu suatu kemiringan

melintang ditikungan yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima

kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR.

Tabel 2.10. Panjang jari-jari minimum (dibulatkan)

2.1.11. Alinemen Vertikal

Terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian lengkung vertikal. Ditinjau dari titik

awal perencanaan, bagian landai vertikal terdapat berupa landai positif (tanjakan), atau

landai negatif (turunan), atau landai nol (datar).

Tabel 2.11. Kelandaian maksimum yang diizinkan

Page 14: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Tabel 2.12. Panjang kritis pada kelandaian

Tabel 2.13. Pentuan Faktor Penampilan Kenyamanan

Tabel 2.14. Panjang minimum lengkung vertikal

Gambar 2.6. Lengkung vertikal cembung Gambar 2.7. Lengkung vertikal cekung

Page 15: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

2.2. PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PERKOTAAN

Dalam hal ini di ambil “Rencana Standar Nasional Indonesia(RSNI)-14-2004”

2.2.1. Klasifikasi Jalan

Tabel 2.15.Klasifikasi jalan menurut kelas, fungsi, dimensi kendaraan maksimum dan

MST.

2.2.2. Penentuan Jumlah lajur

Ditentukan berdasarkan prakiraan volume lalu lintas harian (VLR) yang dinyatakan

dalam smp/hari dan menyatakan volume lalulintas untuk kedua arah.

Tabel 2.16. Ekivalensi Mobil Penumpang untuk jalan perkotaan tak terbagi (UD)

Tabel 2.17. Ekivalensi Mobil Penumpang untuk jalan perkotaan satu arah dan terbagi

Page 16: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Pada Jalan arteri, jika proporsi kendaraan tidak bermotor lebih besar dari 10% dan

atau perbedaan kecepatan rata-rata kendaraan bermotor dengan kendaraan tidak bermotor

lebih besar dari 30 km/jam, maka dibuat jalur lambat.

Volume jam sibuk rencana (VJR) merupakan prakiraan volume lalu lintas pada jam

sibuk tahun rencana. Pada jalan 2 lajur-2arah-tak terbagi, VJR dinyatakan dalam smp/jam

untuk dua arah. Pada jalan berjalur banyak, misal jalan 4-lajur-2 arah terbagi, maka VJR

dihitung dalam smp/jam untuk arah tersibuk (Fsp). VJR dihitung dengan rumus :

2.2.3. Kecepatan Rencana

Tabel 2.18. Kecepatan rencana (VR) sesuai klasifikasi jalan di kawasan perkotaan

2.2.4. Kendaraan Rencana

Dimensi kendaraan rencana bermotor untuk keperluan perencanaan geometri jalan

perkotaan, ditetapkan pada tabel dibawah.

Page 17: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Tabel 2.19. Dimensi Kendaraan Rencana (m)

2.2.5. Bagian – Bagian Jalan

1. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA): Batas ambang pengaman konstruksi jalan

dikedua sisi jalan, tinggi minimum 5 meter di atas permukaan perkerasan pada

sumbu jalan dan kedalaman minimum 1,5 meter dibawah permukaan

perkerasan.

2. Daerah Milik Jalan (DAMIJA) : Ruang Daerah Milik Jalan dibatasi oleh lebar

yang sama dengan Damaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan

dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter.

3. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) : Ruang Daerah Pengawasan Jalan

(Dawasja) adalah ruang sepanjang jalan di luar Damaja yang dibatasi oleh

tinggi dan lebar tertentu. Jalan Arteri minimum 20 meter, Kolektor 7 meter dan

lokal 4 meter.

4. Penempatan Utilitas : Bangunan utilitas dapat ditempatkan di dalam DAMAJA

dengan ketentuan sebagai berikut (pasal 21 ayat 3 peraturan RI No.26/1985

tentang jalan) :

1) Untuk utilitas yang berada di atas muka tanah ditempatkan paling tidak 0,60

m dari tepi paling luar bahu jalan atau perkerasan jalan.

Page 18: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

2) Untuk utilitas yang berada dibawah muka tanah harus ditempatkan paling

tidak 1,5 m dari tepi paling luar bahu jalan atau perkerasan.

Gambar 2.8. Tipikal DAMAJA, DAMIJA dan DAWASJA

2.2.6. Potongan Melintang

Komposisi potongan melintang jalan perkotaan :

1. Jalur lalu lintas

2. Bahu jalan

3. Saluran samping

4. Median, termasuk jalur tepian

5. Trotoar/jalur pejalan kaki

6. Jalur sepeda

7. Separator/jalur hijau

8. Jalur lambat

9. Lereng/talud

Gambar 2.9. Tipikal penampang melintang jalan perkotaan 2jalur 2arah tak terbagi yang

dilengkapi jalur pejalan kaki

Page 19: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Gambar 2.10. Tipikal potongan melintang jalan 2-lajur-2arah tak terbagi yang

dilengkapai jalur hijau, jalur sepeda, trotoar dan saluran samping yang

ditempatkan dibawah trotoar

Gambar 2.11. Tipikal potongan melintang jalan yang dilengkapi median (termasuk

jalur tepian), pemisah jalur, jalur lambat dan trotoar

Tabel 2.20. Tipe-tipe jalan

Tabel 2.21. Lebar jalur jalan dan bahu jalan

Page 20: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Gambar 2.12. Tipikal kemiringan melintang bahu jalan

Jalur lambat berfungsi untuk melayani kendaraan yang bergerak lebih lambat dan

searah dengan jalur utamanya. Jalur ini dapat berfungsi sebagai jalur peralihan dari hirarki

jalan yang aad ke hirarki jalan yang lebih rendah atau sebalikanya. Ketentuannya yaitu :

untuk jalan arteri 2 arah terbagi dengan 4 lajur atau lebih, dilengkapi dengan jalur lambat.

Jalur lambat direncanakan mengikuti alinemen jalur cepat dengan lebar jalur dapat

mengikuti ketentuan sebelumnya.

Separator jalan dibuat untuk memisahkan jalur lambat dengan jalur cepat.

Separator terdiri atas bangunan fisik yang ditinggikan dengan kereb dan jalur tepian. Lebar

minimum separator adalah 1,00 meter.

Lebar minimum median terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur,

ditetapkan sesuai tabel dibawah. Dalam hal penggunaan median untuk pemasangan

fasilitas jalan , agar dipertimbangkan keperluan ruang bebas kendaraan untuk setiap arah.

Tabel 2.22. Lebar median dan lebar jalur tepian

Page 21: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Gambar 2.13. Tipikal median jalan yang diturunkan

Gambar 2.14. Tipikal median jalan yang ditinggikan

Lebar trotoar harus disesuaikan dengan jumlah pejalan kaki yang

menggunakannya. Penentuan lebar trotoar yang diperlukan, agar mengacu kepada

spesifikasi trotoar (SNI No.03-2447-1991).

Tabel 2.23. Lebar Trotoar Minimum (m)

2.2.7. Jarak Pandang

Terdiri dari jarak pandang henti (Ss) dan Daerah bebas samping di tikungan.

2.2.7.1. Jarak Pandang Henti (Ss)

Terdiri dari dua elemen jarak yaitu :

(1) Jarak Awal reaksi (Sr) adalah pergerakan kendaraan sejak pengemudi

melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat

pengemudi menginjak rem

Page 22: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

(2) Jarak awal pengeraman (Sb) adalah jarak pergerakan kendaraan sejak

pengemudi menginjak rem sampai kendaraan tersebut berhenti.

Rumus Jarak Pandang Henti (Ss) :

Tabel 2.24. Jarak pandang henti minimum terhadap kecepatan rencana

2.2.7.2. Daerah Bebas Samping di Tikungan

Hal ini untuk memudahkan pandangan di tikungan dengan membebaskan obyek –

objek penghalang sejauh M (m), diukur dari garis tengah lajur dalam sampai objek

penghalang pandangan, sehingga persyaratan Ss dipenuhi

Gambar 2.15. Diagram ilustrasi komponen untuk

menentukan jarak pandanghorizontal (daerah bebas samping)

Page 23: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Daerah bebas samping di tikungan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut

(AASHTO,2001) :

2.2.8. Alinemen Horizontal

Tikungan dapat berupa Spiral-Circle-Spiral (SCS), Full Circle (FC) dan Spiral-

Spiral (SS). Ditikungan terdapat direncanakan superelevasi yaitu suatu kemiringan

melintang ditikungan yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima

kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR.

Panjang tikungan (Lt) terdiri dari panjang busur lingkaran (Lc) dan panjang 2

lengkung spiral (Ls) yang diukur sepanjang sumbu jalan. Untuk menjamin kelancaran dan

kemudahan mengemudikan kendaraan pada saat menikung pada jalan arteri perkotaan,

maka panjang suatu tikungan sebaiknya tidak kurang dari 6 detik perjalanan. Panjang ini

dapat diperhitungkan berdasarkan VR atau ditetapkan sesuai tabel dibawah.

Pada tikungan Full Circle, Nilai Ls=0,sehingga Lt=Lc

Pada tikungan spiral-spiral, nilai Lc=0, sehingga Lt=2Ls

Tabel 2.25. Panjang bagian lengkung minimum

Page 24: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Superelevasi harus dibuat pada semua tikungan kecuali tikungan yang memiliki

radius yang lebih besar dari Rmin tanpa superelevasi. Besarnya superelevasi harus

direncanakan sesuai VR. Superelevasi berlaku pada jalur lalu lintas dan bahu jalan. Nilai

superelevasi maksimum ditetapkan 6%, menunjukan hubungan parameter perencanaan

lengkung horizontal dengan kecepatan rencana. Harus diperhatikan masalah drainase paad

pencapaian kemiringan. Pada jalan perkotaan untuk kecepatan rendah bila keadaan tidak

memungkinkan, misalnya(akses lahan, persimpangan, tanggung jawab, perbedaan elevasi).

Superelevasi ditikungan boleh ditiadakan sehingga kemiringan melintang tetap normal.

Jika kondisi tidak memungkinkan, superelevasi dapat ditiadakan.

Jari-jari tikungan minimum (Rmin) ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 2.27. Panjang minimum lengkung peraliahan

Tabel 2.28. Tingkat perubahan kelandaian melintang maksimum

Page 25: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Gambar 2.16. Metoda pencapaian superelevasi pada tikungan tipe SCS dengan

bentuk tiga dimensi

2.2.9. Pelebaran Jalur Lalu Lintas Di Tikungan

Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi pelayanan

operasional lalu lintas di bagian tikungan, sehingga sama dengan pelayanan operasional di

bagian jalan yang lurus.

Pelebaran yang nilainya lebih kecil dari 0,60 m dapat diabaikan. Untuk jalan 2-

jalur-6-lajur-terbagi, nilai Wc harus dikali 1,5. Untuk jalan 2-jalur-8-lajur-terbagi, nilai Wc

harus dikali 2.

Page 26: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Tabel 2.29. Kelandaian maksimum yang diizinkan untuk jalan arteri perkotaan

Tabel 2.30. Kontrol perencanaan untuk lengkung vertikal cembung berdasarkan jarak

pandang henti

Tabel 2.31. Kontrol perencanaan untuk lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak

pandang henti

Gambar 2.7. Lengkung vertikal cembung Gambar 2.18. Jarak pandang pada lintasan

Page 27: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

2.3. MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA (MKJI’97)

BAGIAN JALAN PERKOTAAN

JALAN PERKOTAAN

Segmen jalan perkotaan/semi perkotaan: Mempunyai perkembangan secara

permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu

sisi jalan, -apakah berupa perkembangan lahan atau bukan. Jalan di atau dekat pusat

perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000 selalu digolongkan dalam kelompok ini.

Jalan di daerah perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 juga digolongkan dalam

kelompok ini jika mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus.

Dalam bagian ini dibahas tentang perhitungan untuk tipe segmen jalan perkotaan

yang berbeda :

Kecepatan arus bebas

Kapasitas

Derajat kejenuhan

Kecepatan pada kondisi arus sesungguhnya

2.3.1. Kecepatan Arus Bebas

Kecepatan arus bebas (FV) didefnisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol,

yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa

dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan.

Persamaan untuk menentukan kecepatan arus bebas mempunyai bentuk umum sebagai

berikut :

Page 28: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

2.3.2. Kapasitas

Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang

dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu.

Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut :

2.3.3. Derajat Kejenuhan (Density)

Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas,

digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen

jalan. Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas

atau tidak.

DS = Q/C dimana : Q = arus lalu lintas

C = Kapasitas

2.3.4. Kecepatan

Manual menggunakan kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen

jalan, karena mudah dimengerti dan diukur, dan merupakan masukan yang penting untuk

biaya pemakai jalan dalam analisa ekonomi. Kecepatan tempuh didefinisikan dalam

manual ini sebagai kecepatan rata-rata ruang dari kendaraan ringan (LV) sepanjang

segmen jalan :

V = L/TT Dimana: V = kecepatan rata – rata ruang LV(km/jm)

L = Panjang segmen (km)

TT= Waktu tempuh rata –rata per segmen

(jam)

Page 29: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1. KECAMATAN MEDAN BARU

Kecamatan Medan Baru adalah salah satu dari 21 kecamatan di

kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Baru berbatasan dengan

Medan Sunggal dan Medan Selayang di sebelah barat, Medan Polonia di timur, Medan

Johor di selatan, dan Medan Petisah di utara. Pada tahun 2001, kecamatan ini mempunyai

penduduk sebesar 43.415 jiwa. Luasnya adalah 5,84 km² dan kepadatan penduduknya

adalah 7.434,08 jiwa/km².

1. Data Umum

2. Pelayanan Umum

Page 30: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

3. Pendidikan

4. Perdagangan

Gambar 3.1. Peta wilayah Medan Sumatera Utara

Page 31: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

3.2. JARINGAN JALAN KECAMATAN

Jaringan jalan kecamatan Medan baru adalah seperti yang tampak pada map

sebagai berikut :

3.3. JARINGAN JALAN YANG DITINJAU

Jaringan jalan yang kami tinjau pada kecamatan Medan baru adalah :

Jalan Iskandar Muda

Jalan Sei Asahan

Jalan Sei Batang Hari

Jalan Kyai Wahid Hasyim

Jalan Batu Gingging

Page 32: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Untuk itu kami melampirkan peta jaringan jalan yang kami tinjau pada Kecamatan

Medan Baru, Medan, Sumatera Utara dibawah ini :

Gambar 3.3. Tanda lingkaran merah merupakan jalan yang kami tinjau untuk wilayah studi

jalan raya perkotaan.

Page 33: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

BAB IV

ANALISIS JALAN YANG DITINJAU

4.1. GEOMETRIK JALAN, JALAN ISKANDAR MUDA

Data – data yang didapat adalah sebagai berikut:

Panjang Jalan : 3.500 m

Lebar jalan : 13,6 m

Bahu Jalan : 0,45 m

Median Jalan : 0.3 m

Tipe Daerah : Komersial

VLHR : 2198,258 smp (Mobil penumpang = 800, Bus = 10,

Truck ringan = 3, Truck sedang = 2) diasumsikan umur rencana 20 tahun

dan pertumbuhan lalu lintas 5%. Sehingga α = 2,6533.

Tipe alinemen : Datar

Keceptan rata-rata ruang : Panjang segmen jalan/waktu tempuh rataLV

sepanjang segmen = 3,5 / 0,1 = 35 km/jam (waktu tempuh 6 menit)

Pada diagram hubungan kecepatan LV dengan arus maka didapat Arus lalu

lintasnya = 1645 smp/jam/lajur (MKJI ‟97)

Page 34: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

Menentukan kapasitas ruas jalan (C) = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

C = 1650 x 1 x 1 x 0,89 x 0,89 = 1306,965 smp/jam

Menentukan Density (DS) = Q/C = 1645/1306,965= 1,27

VJR ( Volume Jam Sibuk Rencana) = VLR x

x

= 2198,26 x

x

= 247,304 smp/jam

Gambar dokumentasi

4.2. GEOMETRIK JALAN, JALAN SEI ASAHAN Data yang diperoleh :

Panjang Jalan : 1.400 m

Tipe Jalan : 2/2

Lebar jalan : 4,3 m

Bahu Jalan : 1.6 m

Median Jalan : -

Tipe Daerah : Pemukiman

Kecepatan rata-rata ruang : 1,4/0,075=18, 67 Km/jam (4,5 menit)

Maka Arus lalu lintas yang didapat (Q) = 1390 smp/jam/lajur

Kapasitas Ruas Jalan (C) = 2900 x 0,56 x 1 x 0,92 x 0,89 = 1329,73

smp/jam

Density (DS) = Q/C = 1390 / 1329,73 = 1,05

Page 35: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

4.3. GEOMETRIK JALAN, JALAN SEI BATANG HARI

DATA JALAN :

Tipe Jalan : 4/2

Panjang jalan : 3.959 m

Lebar Jalan : 810 m

Bahu Jalan : 1.5 m

Median Jalan : -

Tipe Daerah : komersil

Kecepatan rata-rata ruang = 3,959 / 0,133 = 29,77 km/jam ( 8 menit)

Arus Lalu Lintas yang Didapat = 1649 smp/jam/jalur

Kapasitas (C) = 1500 x 1,09 x 1 x 0,94 x 0,89 = 1367,84 smp/jam

Density (DS)= Q/C = 1649 / 1367,84 = 1,21

4.4. GEOMETRIK JALAN, JALAN K.H. WAHID HASYM

DATA JALAN :

Tipe Jalan : 2/2

Panjang jalan : 821 m

Lebar jalan : 8 m

Bahu Jalan : 1.8 m

Median Jalan : -

Tipe Daerah : Pemukiman

4.5. GEOMETRIK JALAN, JALAN SEI BATU GINGGING

DATA JALAN :

Tipe Jalan : 2/2

Lebar jalan : 3.5 m

Bahu Jalan : 1 m

Median Jalan : -

Tipe Daerah : Pemukiman

Page 36: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

BAB V

KESIMPULAN

5.1. PERBANDINGAN RSNI GEOMETRIK PERKOTAAN 2004

DENGAN TCPG ANTAR KOTA 1997

1. Dalam hal kecepatan rencana :

RSNI PERKOTAAN

Tata Cara Perencnaan Geometrik antar Kota

2. Dimensi kendaraan Rencana

(i) RSNI perkotaan

Page 37: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

(ii) TCPG Antar Kota

3. Lebar Jalur dan Bahu Jalan

(i) RSNI Perkotaan

(ii) TCPG Antar Kota

Page 38: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

4. Lebar Median

(i) RSNI perkotaan

(ii) TCPG Antar Kota

5. Jarak Pandang Henti

(i) RSNI Perkotaan

(ii) TCPG Antar Kota

6. Panjang Jari – Jari Tikungan

(i) RSNI Perkotaan

Page 39: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

(ii) TCPG Antar Kota

5.2. HASIL STUDI

Untuk Jalan Iskandar Muda memiliki density = 1,27

Untuk Jalan Sei Asahan memiliki density = 1,05

Untuk Jalan Sei Batang Hari memiliki density =1,21

Page 40: 71174129 Tugas Jalan Raya Perkotaan

JALAN RAYA PERKOTAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL USU

DAFTAR PUSTAKA

Rencana Standard Nasional Indonesia jalan Perkotaan.2004.Badan Standar

Nasional

Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota.1997. Departemen

Pekerjaan Umum

MKJI .1997. Departemen Pekerjaan Umum