Jalan Perkotaan dan Jalan Luar Kota
description
Transcript of Jalan Perkotaan dan Jalan Luar Kota
-GUNADARMA
-KELAPA DUA
-KOS - KOSAN
Agung Sugiyatno (10308061)Agus Ridwan (10308062)Gatot Hardiyanto (10308070)Nuh Akbar (10308075)Susanti (10308080)
JALAN PERKOTAANDANJALAN LUAR KOTA
Gunadarma
Title in here
A
E B
RUANG LINGKUP
METODOLOGICONTOH PERHITUNGAN
JALAN PERKOTAAN
PROSEDUR PERHITUNGAN UNTUK ANALISA PERANCANGAN
PROSEDUR PERHITUNGAN JALAN
Gunadarma
RUANG LINGKUP
GunadarmaRuang lingkup
Mempunyai perkembangan secara
permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, -apakah berupa perkembangan lahan atau bukan. Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000 selalu digolongkan dalam kelompok ini. Jalan di daerah perkotaan dengan penduduk kurang dari 100.000 juga digolongkan dalam kelompok ini jika mempunyai perkembangan samping jalan yang
permanen dan menerus.
Tidak ada perkembangan yang menerus pada setiap sisi jalan, walaupun mungkin terdapat beberapa perkembangan permanen seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan. (Catatan: Kios kecil dan kedai di sisi jalan bukan merupakan perkembangan
permanen).
Segmen Jalan Perkotaan Segmen Jalan Luar Kota
Gunadarma
Tipe Jalan
Jalan dua-lajur dua-arah tak terbagi (2/2UD) Jalan empat-lajur dua-arah
tak terbagi (yaitu tanpa median) (4/2UD) terbagi (yaitu dengan median) (4/2 D)
Jalan enam-lajur dua-arah terhagi (6/2 D)
Jalan dua-lajur dua-arah (2/2 UD) Jalan empat-lajur dua-arah
tak-terbagi (yaitu tanpa median) (4/2 UD) terbagi (yaitu dengan median) (4/2 D)
Jalan enam-lajur dua-arah terbagi (6/2 D) Jalan satu-arah (1-3/1)
Jalan Perkotaan
Jalan Luar Kota
Gunadarma
Kondisi Jalan
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Alinyemen datar atau hampir datar.
Alinyemen horisontal lurus atau hampir lurus.
Pada segmen jalan yang tidak dipengaruhi antrian akibat persimpangan, atau arus iringan kendaraan yang tinggi dari simpang bersinyal.
Analisa operasional, perencanaan dan perancangan jalan pada alinyemen datar, bukit atau gunung.
Analisa operasional perencanaan dan perancangan pada suatu kelandaian tertentu (misalnya lajur pendakian).
Cara Perhitungan
GunadarmaSegmen Jalan
Di antara dan tidak dipengaruhi oleh simpang bersinyal atau simpang tak bersinyal utama, dan
Mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan.
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Di antara dan tidak terpengaruh oleh simpang utama, dan
Mempunyai rencana
geometrik dan arus serta
komposisi lalu-lintas yang serupa di seluruh panjangnya.
Segmen jalan luar kota secara umum diharapkan jauh lebih
panjang dari segmen jalan perkotaan atau semi perkotaan karena pada umumnya karakteristik geometrik dan karakteristik lainnya tidak sering berubah dan simpang utamanya tidak terlalu berdekatan.
Gunadarma
Hitung waktu tempuh, dengan menggunakan prosedur segmen jalan, seolah-olah tidak ada gangguan dari persimpangan atau daerah jalinan yaitu analisa seolah-olah tidak ada persimpangan atau daerah jalinan ("waktu tempuh tak terganggu").
Untuk setiap simpang atau daerah jalinan utama pada jaringan jalan, hitung tundaan, dengan menggunakan prosedur yang sesuai pada bagian lain dari manual ini.
Tambahkan tundaan simpang/jalinan dengan waktu tempuh tak terganggu, untuk memperoleh waktu tempuh keseluruhan.
Analisa Segmen Jalan
Gunadarma
KARAKTERISTIK JALAN
GunadarmaGeometrik
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Lebar jalur lalu-lintas :
Kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat dengan pertambahan lebar jalur lalu-lintas
Gunadarma
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Geometrik : Cont
Tipe jalan:
Berbagai tipe jalan akan menunjukkan kinerja berbeda pada pembebanan lalu-lintas tertentu; misalnya jalan terbagi dan tak-terbagi; jalan satu-arah.
Gunadarma
Geometrik : Cont
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Ada atau tidaknya median (terbagi atau tak terbagi): median yang direncanakan dengan baik meningkatkan kapasitas. Tetapi mungkin ada alasan lain mengapa median tidak diinginkan, misalnya kekurangan tempat, biaya, jalan masuk ke prasarana samping jalan dsb.
Median:
GunadarmaGeometrik : Cont
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Kereb:
Kereb sebagai batas antara jalur lalu-lintas dan trotoar berpengaruh terhadap dampak hambatan samping pada kapasitas dan kecepatan. Kapasitas jalan dengan kereb lebih kecil dari jalan dengan bahu. Selanjutnya kapasitas berkurang jika terdapat penghalang tetap dekat tepi jalur lalu-lintas, tergantung apakah jalan mempunyai kereb atau bahu.
GunadarmaGeometrik : Cont
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Bahu:
Jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya mempunyai bahu pada kedua sisi jalur lalulintasnya. Lebar dan kondisi permukaannya mempengaruhi penggunaan bahu, berupa penambahan kapasitas, dan kecepatan pada arus tertentu, akibat pertambahan lebar bahu, terutama karena pengurangan hambatan samping yang disebabkan kejadian di sisi jalan seperti kendaraan angkutan umum berhenti, pejalan kaki dan sebagainya.
Karakteristik bahu: kapasitas, dan kecepatan pada arus tertentu, bertambah sedikit dengan bertambahnya lebar bahu. Kapasitas berkurang jika terdapat penghalang tetap dekat pada tepi jalur lalu-lintas.
Gunadarma
Geometrik : Cont
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota Alinyemen jalan:
Lengkung horisontal dengan jari jari kecil mengurangi kecepatan arus bebas. Tanjakan yang curam juga mengurangi kecepatan arus bebas. Karena secara umum kecepatan arus bebas di daerah perkotaan adalah rendah maka pengaruh ini diabaikan.
Lengkung vertikal: ini mempunyai dua pengaruh, makin berbukit jalannya, makin lambat kendaraan bergerak di tanjakan (ini biasanya tidak diimbangi di turunan) dan juga pundak bukit mengurangi jarak pandang. Kedua pengaruh ini mengurangi kapasitas dan kinerja pada arus tertentu.
Lengkung Horisontal: Jalan dengan banyak tikungan tajam memaksa kendaraan untuk bergerak lebih lambat dari pada di jalan lurus, agar yakin bahwa ban mempertahankan gesekan yang aman dengan permukaan jalan. Lengkung horisontal dan vertikal dapat dinyatakan sebagai tipe alinyemen umum (datar, bukit atau gunung). Mereka sering juga dihubungkan dengan kelas jarak pandang
Gunadarma
Contoh Alinyemen
Gunadarma
Geometrik : Cont
Jalan Luar Kota
Jarak pandang:
Apabila jarak pandangnya panjang, menyalip akan lebih mudah dan kecepatan serta kapasitas lebih tinggi. Meskipun sebagian tergantung pada lengkung vertikal dan horisontal, jarak pandang juga tergantung pada ada atau tidaknya penghalang pandangan dari tumbuhan, pagar, bangunan dan lain-lain.
GunadarmaKomposisi Arus dan Pemisahan Arah
Pemisahan arah lalu-lintas: kapasitas jalan dua arah paling tinggi pada pemisahan arah 50 - 50, yaitu jika arus pada kedua arah adalah sama pada periode waktu yang dianalisa (umumnya satu jam).
Komposisi lalu-lintas mempengaruhi hubungan kecepatan-arus jika arus dan kapasitas dinyatakan dalam kend/jam, yaitu tergantung pada rasio sepeda motor atau kendaraan berat dalam arus lalu-lintas. Jika arus dan kepasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp), maka kecepatan kendaraan ringan dan kapasitas (smp/jam) tidak dipengaruhi oleh komposisi lalu-lintas.
GunadarmaPengaturan Lalu-lintas
Pengendalian kecepatan, pergerakan kendaraan berat, parkir, dsb akan mempengaruhi kapasitas jalan.
Batas kecepatan jarang diberlakukan di daerah perkotaan di Indonesia, dan karenanya hanya sedikit berpengaruh pada kecepatan arus bebas. Aturan lalu-lintas lainnya yang berpengaruh pada kinerja lalu-lintas adalah: pembatasan parkir dan berhenti sepanjang sisi jalan; pembatasan akses tipe kendaraan tertentu; pembatasan akses dari lahan samping jalan dan sebagainya.
Gunadarma
Aktivitas Samping Jalan ("Hambatan Samping")
Hambatan samping yang terutama berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan perkotaan adalah :
Pejalan kaki; Angkutan umum dan kendaraan lain berhenti; Kendaraan lambat (misalnya becak, kereta kuda); Kendaraan masuk dan keluar dari lahan di samping jalan
Gunadarma
Perilaku Pengemudi dan Populasi Kendaraan
Ukuran Indonesia serta keanekaragaman dan tingkat perkembangan daerah perkotaan menunjukkan bahwa perilaku pengemudi dan populasi kendaraan (umur, tenaga dan kondisi kendaraan, komposisi kendaraan) adalah beraneka ragam. Karakteristik ini dimasukkan dalam prosedur perhitungan secara tidak langsung, melalui ukuran kota. Kota yang lebih kecil menunjukkan perilaku pengemudi yang kurang gesit dan kendaraan yang kurang modern, menyebabkan kapasitas dan kecepatan lebih rendah pada arus tertentu, jika dibandingkan dengan kota yang lebih besar.
GunadarmaFungsi Jalan dan Guna Lahan
Kelas fungsional jalan (arteri, kolektor, lokal) dapat mempengaruhi kecepatan arus bebas, karena kelas fungsional cenderung mencerminkan jenis perjalanan yang terjadi di jalan. Ada hubungan yang kuat antara kelas fungsional dan kelas administratif jalan (nasional, propinsi, kabupaten). Jika terdapat keraguan tentang kelas fungsional dari suatu jalan, maka kelas administratif dapat digunakan sebagai indikator.
Gunadarma
METODOLOGI
GunadarmaPendekatan Umum
Metode U.S. Highway Capacity Manual 1985 (US-HCM, revisi1994)
Tipe Perhitungan
Tingkat Analisa
Periode Analisa
Jalan Terbagi dan Tak-terbagi
GunadarmaTipe Perhitungan
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Kecepatan arus bebas; kapasitas; derajat kejenuhan
(arus/kapasitas); kecepatan pada kondisi arus
sesungguhnya; aruslalu-lintas yang dapat
dilewatkan oleh segmen jalan tertentu dengan mempertahankan tingkat kecepatan atau derajat kejenuhan tertentu.
Kecepatan arus bebas; kapasitas; Derajat kejenuhan
(arus/kapasitas); Kecepatan pada kondisi arus
lapangan; Derajat iringan (hanya pada
jalan 2/2UD) pada kondisi arus lapangan;
Arus lalu-lintas yang dapat ditampung oleh segmen jalan sambil mempertahankan kualitas lalu-lintas tertentu (yaitu kecepatan atau derajat iringan yang ditentukan).
GunadarmaTingkat Analisa
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Analisa Operasional :Penentuan kinerja segmen jalan
akibat arus lalu-lintas yang ada atau yang diramalkan.
Kapasitas dapat juga dihitung, yaitu arus maksimum yang dapat dilewatkan dengan mempertahankan tingkat kinerja tertentu.
Analisa Perencanaan:Memperhitungkan lebar jalan atau
jumlah lajur yang diperlukan untuk melewatkan arus lalu-lintas tertentu, dengan mempertahankan tingkat kinerja tertentu.
Analisa Operasional :Penentuan kinerja segmen jalan akibat
kebutuhan lalu-lintas yang ada atau yang diramalkan.
Kapasitas dihitung, dan juga arus maksimum.
Lebar jalan atau jumlah lajur yang diperlukan untuk menyalurkan arus lalu-lintas tertentu, sambil mempertahankan tingkat kinerja (jalan) yang dapat diterima.
Analisa Perencanaan :Pemasangan median atau modifikasi
lehar bahu.
GunadarmaTingkat Analisa : Cont
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Analisa perancangan:Tujuannya adalah untuk
memperkirakan jumlah lajur yang diperlukan untuk jalan rencana, tetapi nilai arus diberikan hanya berupa perkiraan LHRT.
Rincian geometri serta masukan lainnya dapat diperkirakan atau didasarkan pada nilai normal yang direkomendasikan.
Analisa Perancangan :Memperkirakan jumlah lajur yang
diperlukan untuk jalan yang direncanakan.Segmen Alinyemen Umum:
segmen digolongkan dalam tipe alinyemen yang menggambarkan kondisi umum lengkung horisontal dan vertikal dari segmen: datar, bukit atau gunung.
Kelandaian Khusus : Suatu bagian jalan yang curam menerus
dapat mempemerkecil kapasitas dalam kedua arah mendaki dan menurun dan dapat mempunyai pengaruh kinerja yang tidak diperhitungkan secara penuh apabila menggolongkan bagian curam dalam tipe alinyemen umum.
GunadarmaPeriode Analisa
Analisa kapasitas jalan dilakukan untuk periode satu jam puncak. Arus dan kecepatan rata-rata ditentukan untuk periode tersebut
pada manual ini.
GunadarmaJalan Terbagi dan Tak-Terbagi
Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu-lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah.
Untuk jalan tak-terbagi, termasuk jalan bebas hambatan tak terbagi, seluruh analisa (selain analisa untuk kelandaian khusus) dikerjakan untuk gabungan kedua arah gerakan, dengan menggunakan satu set formulir analisa.
GunadarmaVariabel
Arus dan Komposisi Lalu-lintas
Kecepatan Arus Bebas
Kapasitas
Derajat Kejenuhan
Kecepatan
Darajat Iringan (pada Jalan Luar Kota)
Perilaku Lalu-lintas
GunadarmaArus dan Komposisi Lalu Lintas
Nilai arus lalu-lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu-lintas, dengan menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp).
Semua nilai arus lalu-lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (smp) yang diturunkan secara empiris untuk dan sesuai dengan tipe kendaraannya.
Pengaruh kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian terpisah dalam faktor penyesuaian hambatan samping.
EMP untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu-lintas total yang dinyatakan dalam kend/jam. Semua nilai emp untuk kendaraan yang berheda ditunjukkanpada Bagian 3, LangkahA-3.
Q = Komposisi lalu-lintas (smp)
GunadarmaKecepatan Arus Bebas
Jalan Perkotaan
Jalan Luar Kota
FV = (FV0 + FVW) x FFVSF x FFVRC
FV = (FV0 + FVW) x FFVSF x FFVCSKecepatan arus bebas (FV) didefnisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitukecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor laindi jalan (lihat Bagian 1.3).
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondis lapangan (km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang diamati (lihat Bagian 2.4di bawah)
FVw = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam)FFVSF = Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu atau jarak
kereb penghalangFFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kotaFFVRC = Faktor penyesuaian akibat kelas fungsi jalan dan guna lahan
dimana:
GunadarmaKapasitas
Jalan Perkotaan
Jalan Luar Kota
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu.
dimana:
C = Kapasitas(smp/jam)CO = Kapasitas dasar (smp/jam)FCW = Faktor penyesuaian lebar jalanFCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk
jalan tak terbagi)FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu
jalan/kerebFCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
GunadarmaDerajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan.
Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak.
DS digunakan untuk analisa perilaku lalu-lintas berupa kecepatan
DS = Q / C
GunadarmaKecepatan
Kecepatan tempuh didefinisikan dalam manual ini sebagai kecepatan rata-rata ruang dari kendaraan ringan (LV) sepanjang segmen jalan :
V =Kecepatan rata-rata ruang LV (km/jam)
L = Panjang segmen (km)TT =Waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen (jam)
dimana:V = L / TT
GunadarmaDerajat Iringan ( Jalan Luar Kota )
Derajat iringan adalah fungsi dari Derajat kejenuhan. Indikator derajat iringan yang terjadi yaitu rasio arus
kendaraan di dalam peleton terhadap arus total. Dalam manual ini suatu peleton didefinisikan sebagai
gerakan dari kendaraan yang beriringan dengan waktu antara (gandar depan ke gandar depan dari kendaraan yangdi depan) dari setiap kendaraan, kecuali kendaraan pertama pada peleton, sebesar < 5 detik.
Kendaraan tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian peleton.
GunadarmaPerilaku Lalu Lintas
DalamUS HCM 1994 perilaku lalu-lintas diwakili oleh tingkat pelayanan : yaituukuran kualitatif yang mencerminkan persepsi pengemudi tentang kualitas mengendarai kendaraan.
Kecepatan dan derajat kejenuhan digunakan sebagai indikator perilaku lalu-lintas dan parameter yang sama telah digunakandalam pengembangan"panduan rekayasa lalu-lintas" berdasarkan analisa ekonomi yang diberikan dalam Bagian 2.5 di bawah.
GunadarmaHubungan Dasar
HubunganKecepatan – Arus – Kerapatan
Hubungan antara Derajat Kejenuhan dan Derajat Iringan
(pada Jalan Luar Kota)
Gunadarma
Hubungan Kecepatan – Arus – Kerapatan
Jalan Perkotaan
Penentuan kecepatan arus bebas dan kapasitas untuk kondisi dasar yang ditentukan sebelumnya pada setiap tipe jalan.
Perhitungan kecepatan arus bebas dan kapasitas untuk kondisi jalan sesungguhnya dengan menggunakan tabel berisi faktor penyesuaian yang ditentukan secara empiris menurut perbedaan antara karakteristik dasar dan sesungguhnya dan geometrik, lalu-lintas dan lingkungan jalan yang diamati.
Penentuan kecepatan dari kurva umum kecepatan-arus untuk kecepatan arus bebas yang berbeda pada sumbu-y, dimana arus dinyatakan dengan derajat kejenuhan pada sumbu-x.
Gunadarma
Hubungan Kecepatan – Arus – Kerapatan : Cont
Gunadarma
Hubungan Kecepatan – Arus – Kerapatan : Cont
FV = Kecepatan arus bebas (km/jam)D = Kerapatan(smp/km) (dihitung
sebagaiQ/V)Dj = Kerapatan pada saat jalan
mengalami kemacetan total (smp/km)DO = Kerapatan pada kapasitas (smp/km)l , m = Konstanta
dimana:
Gunadarma
Gunadarma
Gunadarma
Hubungan Kecepatan – Arus – Kerapatan
Jalan Luar Kota
FV = Kecepatan arus bebas (km/jam)D = Kerapatan(smp/km) (dihitung
sebagaiQ/V)Dj = Kerapatan pada saat jalan
mengalami kemacetan total (smp/km)DO = Kerapatan pada kapasitas (smp/km)l , m = Konstanta
dimana:
Gunadarma
Hubungan Antara Derajat Kejenuhan dan Derajat Iringan (Jalan Luar Kota)
Gunadarma
Gunadarma
Gunadarma
Gunadarma
GunadarmaKarakteristik Geometri
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Jalan Dua Lajur – Dua Arah
Jalan Empat Lajur – Dua Arah
Jalan Enam Lajur – Dua Arah Terbagi
Jalan Satu – Arah
Tipe Alinymen
Tipe Jalan
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Tujuan
Untuk membantu pengguna manual dalam memilih penyelesaian yang tepat dari masalah umum perancangan, perencanaan dan operasi dengan menyediakan saran-saran tentang rentang arus lalu-lintas yang layak untuk tipe dan denah standar jalan perkotaan dan penerapannya pada berbagai kondisi arus.
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
ContStandar Tipe Jalan dan Penampang Melintang Jalan Perkotaan
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
ContStandar Tipe Jalan dan Penampang Melintang Jalan Luar Kota
Gunadarma
Pemilihan Tipe dan Penampang Melintang Jalan
Panduan Rekayasa Lalu LintasCont
UmumDokumen standar jalan Indonesia menunjuk padati pejalan dan penampang melintang yang ditetapkan diatas untuk jalan baru tergantung dari faktor sebagai berikut: Fungsi jalan (arteri, kolektor) Kelas jalan Tipe Medan : datar, perbukitan, pegunungan
Tipe jalan dan penampang melintang tertentu dapat dipilih untuk analisa dengan alasan sebagai berikut:1. Untuk memenuhi dokumen standar jalan yang ada dan/atau praktek
rekayasa setempat2. Untuk memperoleh penyelesaian yang paling ekonomis3. Untuk memperoleh perilaku lalu-lintas yang ditentukan4. Untuk memperoleh angka kecelakaan yang rendah.
Jalan Luar Kota
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
ContPertimbangan ekonomi
Jalan Perkotaan Jalan Luar Kota
Konstruksi baru :Asumsi umur rencana 23 tahun
Pelebaran jalan yang ada (peningkatan jalan)
Asumsi : Jalan akan diperlebar dalam
beberapa tahap segera setelah layak secara ekonomis
Umur rencana 10 tahun
Tipe alinyemen dan kelas hambatan samping untuk dua hal yang berbeda:
Pembuatan jalan baru, dengan umur rencana 23 tahun
Pelebaran jalan yang ada, dengan umur rencana 10 tahun
Gunadarma
Jalan Perkotaan
Gunadarma
Jalan Luar Kota
Gunadarma
Jalan Luar Kota
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
ContPerilaku Lalu Lintas
Jalan Perkotaan
Gunadarma
Jalan Luar Kota
Gunadarma
Jalan Luar Kota
Gunadarma
Jalan Luar Kota
Gunadarma
Jalan Luar Kota
Gunadarma
Jalan Luar Kota
Gunadarma
Jalan Luar Kota
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
ContPertimbangan Keselamatan Lalu Lintas
Jalan Perkotaan
Pelebaran lajur mengurangi tingkat kecelakaan antara 2-15% permeter pelebaran (angka yang tinggi menunjuk pada jalan yang sempit).
Pelebaran dan perbaikan kondisi permukaan bahu meningkatkan keselamatan lalu-lintas, walaupun dengan derajat yang lebih kecil dibandingkan pelebaran jalan.
Median mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 30%.
Median penghalang (digunakan jika tidak ada tempat yang cukup untuk membuat median yangnormal) mengurangi kecelakaan fatal dan luka berat sebesar 10-30%, tetapi menaikkan kecelakaan kerugian material.
Batas kecepatan, jika secara tepat dilaksanakan, dapat mengurangi tingkat kecelakaan sesuai dengan faktor (Vsesudah/Vsebelum)2
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
ContPertimbangan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Luar Kota
Pengaruh umum dari rencana geometrik terhadap tingkat kecelakaan dijelaskan sebagai berikut : Pelebaran lajur akan mengurangi tingkat kecelakaan antara 2 - 15% permeter pelebaran
(nilai yang besar mengacu ke jalan kecil/sempit). Pelebaran atau peningkatan kondisi permukaan bahu meningkatan keselamatan lalu-
lintas, meskipun mempunyai tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan pelebaran lajur lalu-lintas.
Lajur pendakian pada kelandaian curam mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 25 - 30%.
Lajur menyalip (lajur tambahan untuk menyalip pada daerah datar) mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 15 - 20 %.
Meluruskan tikungan tajam setempat mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 25 - 60 %. Pemisah tengah mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 30 %. Median penghalang (digunakan jika terdapat keterbatasan ruang untuk membuat
pemisah tengah yang lebar) mengurangi kecelakaan fatal dan luka berat sebesar 10-30%, tetapi menambah kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan material.
Batas kecepatan, jika dilaksanakan dengan baik, dapat mengurangitingkat kecelakaan sebesar faktor (Vsesudah/Vsebelum)
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
ContPertimbangan Lingkungan
Pada arus lalu-lintas yang konstan emisi ini berkurang dengan pengurangan kecepatan selama jalan tidak mengalami kemacetan.
Jika arus lalu-lintas mendekati kapasitas (derajat kejenuhan > 0,8), kondisi turbulen "berhenti dan berjalan" yang disebabkan kemacetan terjadi dan menyebabkan kenaikan emisi gas buang dan kebisingan jika dibandingkan dengan kondisi lalu-lintas yang stabil.
Alinyemen jalan yang tidak diinginkan seperti tikungan tajam dan kelandaian curam menaikkan kebisingan dan emisi gas buang.
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
ContPerencanaan Rinci
Standar jalan sebaiknya sejauh mungkin tetap sepanjang rute.
Dipusat kota selokan sepanjang jalan sebaiknya ditutup, dan trotoar dan kereb disediakan.
Bahu jalan sebaiknya rata dan sama tinggi dengan jalur lalu-lintas untuk dapat digunakan oleh kendaraan berhenti.
Penghalang seperti tiang listrik, pohon dan sebagainya sebaiknya tidak mengganggu bahu jalan, jarak antara bahu dan penghalang diharapkan sejauh mungkin karena pertimbangan keselamatan lalu-lintas.
Simpang jalan minor dan jalan keluar/masuk lahan di samping jalan sebaiknya dibuat tegak lurus terhadap jalan utama, dan lokasinya menghindari jarak pandang yang pendek.
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
ContKelandaian Khusus Jalan Luar Kota
Standar Tipe Jalan dan Penampang Melintang
GunadarmaPanduan Rekayasa Lalu Lintas
ContKelandaian Khusus Jalan Luar Kota
Pemilihan Tipe Jalan dan Penampang Melintang
Gunadarma
PROSEDUR PERHITUNGAN JALAN
Gunadarma
PROSEDUR PERHITUNGAN UNTUK ANALIA DAN OPERASIONAL JALAN PERKOTAAN DAN LUAR KOTA
Gunadarma
Tujuan analisa operasional untuk segmen jalan tertentu dengan kondisi geometrik, lalu-lintas dan ingkungan yang ada atau
diramalkan, dapat berupa salah satu atau semua kondisi berikut :
Tujuan
Untuk menentukan derajat kejenuhan
sehubungan dengan arus lalu-lintas sekarang atau
yang akan datang;
Untuk menentukan kapasitas;
Untuk menentukan derajat iringan pada jalan tersebut (untuk
jalan luar kota).
Untuk menentukan kecepatan pada jalan
tersebut
Gunadarma
LANGKAH-A : DATA MASUKAN
A – 1 : Data Umum
A – 2 : Kondisi Geometrik
A – 3 : Kondisi Lalu lintas
A – 4 : Hambatan Samping
Gunadarma
LANGKAH A-1: DATA UMUM
a) Penentuan segmen
Segmen jalan didefinisikan sebagai panjang jalan yang mempunyai karakteristik yang hampir sama. Titik dimana karakteristik jalan berubah secara berartimenjadi batas segmen. Setiap segmen dianalisa secara terpisah.
Dicatat dalam formulir data masukan yang terpisah.
Untuk jalan perkotaan : UR-1 dan UR-2 Formulir analisa terpisah (UR-3)
Untuk jalan luar kota : IR-1 dan IR-2 Formulir analisa terpisah (IR-3, jika perlu IR-3 SPEC)
Gunadarma
b) Data identifikasi segmen (Perkotaan)
Isi data umum berikut pada bagian atas Formulir UR-1: Tanggal (hari,bulan,tahun) dan 'ditangani oleh' (masukkan nama anda). Propinsi dimana segmen tersebut berada. Nama kota. Ukuran kota (jumlah penduduk). Nomor ruas (Bina Marga) dan/atau nama jalan. Segmen antara ...dan ... (mis. JI Kopo dan JI Pasir Koja; atau km 4,240 - 4,765). Kode segmen. Tipe daerah: (mis. Komersial, Permukiman, Akses terbatas/Jalan samping). Panjang segmen (mis. 0,525 km). Tipe jalan : contoh:
Empat-lajur dua-arah terbagi: 4/2 D
Empat-lajur dua-arah tak-terbagi: 4/2 UD
Dua-lajur dua-arah tak-terbagi: 2/2
UD Dua-lajur satu-arah: 2/1
Periode waktu analisa (mis. Tahun 2000, jam puncak pagi). Nomor soal (mis. A2000:1).
Gunadarma
c) Kelandaian khusus (luar kota)
Pada tahap ini harus ditentukan apakah ada bagian jalan yang merupakan kelandaian khusus yang memerlukan analisa operasional terpisah.
Masing-masing kelandaian dapat dijadikan segmen terpisah dan masing-masing dianalisa sendiri dengan prosedur untuk 'analisa kelandaian khusus', yang diberikan di bawah.
Umumnya, kelandaian khusus tidak kurang dari 400m tetapi tidak mempunyai batasan panjangnya.
biasanya hanya akan dianalisa terpisah jika sangat curam, sedangkan kelandaian yang lebih panjang mungkin memerlukan analisa
terpisah sekalipun kurang curam, karena efek yang pengurangan kecepatan terus menerus, khususnya
pada kendaraan berat.
Gunadarma
d) Data pengenalan segmen
Isikan data umum berikut pada bagian atas dari Formulir IR-1: Tanggal (hari, bulan, tahun) dan 'dikerjakan oleh' (masukkan nama anda). Propinsi di mana segmen tersebut terletak. Nomer ruas (Bina Marga) Kode segmen (mis. Km 3.250-4.750) Segmen antara... (mis. Lembang dan Ciater) Kelas administratif jalan (Nasional, Propinsi atau Kabupaten) Tipe jalan: misalnya:
Empat-lajur dua-arah terbagi: 4/2 D
Empat-lajur dua-arah tak terbagi: 4/2 UD
Dua-lajur dua-arah tak terbagi: 2/2 UD
Dua-lajur satu-arah: 2/1 (dianalisa scolah-olah merupakan satu arah dari suatu jalan terbagi) Panjang segmen (mis. 1,5 km) Kelas fungsional jalan (Arteri, Kolektor atau lokal) Periode waktu yang dianalisa (mis. Tahun 2000, jam sibuk pagi) Nomor soal (mis. A2000:1)
Gunadarma
LANGKAH A-2: KONDISI GEOMETRIK
a) Rencana situasi
Buat sketsa segmen jalan yang diamati dengan menggunakan ruang yang tersedia pada Formulir UR-1 (perkotaan) dan IR 1 (luar kota) Pastikan untuk mencakup informasi berikut : Arah panah yang menunjukkan Utara. Patok kilometer atau obyek lain yang digunakan untuk mengenal lokasi
segmen jalan. Sketsa alinyemen horisontal segmen jala Arah panah yang menunjukkan Arah I (biasanya ke Utara atau Timur) dan
arah 2 (biasanya ke Selatan atau Barat). Nama tempat yang dilalui/dihubungkan oleh segmen jalan. Bangunan utama atau bangunan samping jalan yang lain dan tata guna
lahan. Persimpangan dan tempat masuk/keluar lahan di samping jalan. Marka jalan seperti garis sumbu, garis dilarang mendahului, marka lajur,
garis tepi dan sebagainya.
Gunadarma
Masukkan informasi berikut ke dalam kotak di bawah gambar: Lengkung horisontal dari segmen yang dipelajari (radian/km) (jika tersedia) Persentase segmen jalan pada masing-masing sisi (A dan B) dengan suatu
macam pengembangansamping jalan (pertanian, perumahan, pertokoan dsb),dan persentase rata-rata lahan yang sudah berkembang pada kedua sisi segmen jalan yang dipelajari
(untuk jalan luar kota)
Gunadarma
b) Penampang melintang jalan
Buat sketsa penampang melintang segmen jalan rata-rata dan tunjukkan lebar jalur lalu-lintas, lebar median, kereb, lebar bahu dalam dan luar tak terganggu (jika jalan terbagi), jarak dari kereb ke penghalang samping jalan seperti pohon, selokan, dan sebagainya seperti terlihat pada Gambar A-2:1.
Gunadarma
Untuk jalan perkotaan :
Isi data geometrik yang sesuai untuk segmen yang diamati ke dalam ruang yang tersedia pada tabel di bawah sketsa penampang melintang.
Lebar jalur lalu-lintas pada kedua sisi/arah. Jika terdapat kereb atau bahu pada masing-masing sisi. Jarak rata-rata dari kereb ke penghalang pada trotoar seperti pepohonan, tiang
lampu dan lain-lain. Lebar bahu efektif. Jika jalan hanya mempunyai bahu pada satu sisi, lebar bahu
rata-rata adalah sama dengan setengah lebar bahu tersebut. Untuk jalan terbagi lebar bahu rata-rata dihitung per arah sebagai jumlah lebar bahu luar dan dalam.
Gunadarma
Gunadarma
Jalan tak terbagi : WS = (WSA + WSB)/2
Jalan terbagi : Arah 1 = WS1
= WSAO + WSA1
Arah 2 = WSBO + WSB1
Jalan satu arah : WS = WSA + WSB
Jika jalan mempunyai median, catat kesinambungan median sebagai berikut:
1) Tanpa bukaan
2) Sedikit bukaan (ada bukaan, tetapi kurang dari satu per 500 m)
3) Banyak bukaan (satu atau lebih bukaan per 500 m)
Gunadarma
Untuk jalan luar kota :
Gunadarma
Isikan lebar efektif rata-rata lajur lalu-lintas untuk sisi A dan sisi B pada tempat yang tersedia dalam Tabel dibawah sketsa.
Isikan juga,
WS lebar bahu efektif = lebar rata-rata bahu untuk jalan dua lajur tak terbagi,
WS = jumlah bahu luar dan dalam per arah untuk jalan terbagi dan
WS = jumlah lebar dan bahu kedua sisi untuk jalan satu arah seperti di bawah:
Jalan tak terbagi : = WS
= WSA + WSB/2
Jalan terbagi : Arah 1 = WS1
= WSAO + WSA1;
Arah 2 = WSBO +WSBI
Jalan satu arah : = WS
= WSA + WSB
Gunadarma
c) Kondisi pengaturan lalu-lintas
Isi informasi tentang pengaturan lalu-lintas yang diterapkan pada segmen jalan yang diamati seperti: Batas kecepatan (km/jam); Pembatasan masuk dihubungkan dengan tipe kendaraan tertentu; Pembatasan parkir (termasuk periode waktu jika tidak sepanjang hari); Pembatasan berhenti (termasuk periode waktu jika tidak sepanjang hari); Alat/peraturan pengaturan lalu-lintas lainnya.
Gunadarma
d) Kondisi permukaan jalan (luar kota) isikan keterangan berikut :
1. Jalur-jalur lalu-lintas
Jenis permukaan (lingkari jawaban yang sesuai). Kondisi permukaan (lingkari jawaban yang sesuai, dan catat nilai IRI jika tersedia.)
2. Bahu jalan: (Bagian dalam (median) dan luar (sisi jalan) jika jalan terbagi.
Jenis perkerasan Beda tinggi rata-rata (perbedaan antara permukaan) antara jalur lalu-lintas dan bahu. Penggunaan bahu digolongkan dalam: dapat digunakan lalu-lintas, parkir, atau untuk berhenti darurat saja.
Gunadarma
Petunjuk berikut digunakan untuk penggolongan dibawah:
Lalu-lintas
Parkir:
Darurat :
Lebar bahu > 2 m dan mempunyai mutu perkerasan yang sama seperti jalur alu-lintasnya dan tanpa beda tinggi permukaan
Bahu dengan permukaan buruk, dan/atau dengan beda tinggi yang besar terhadap jalur lalu-lintas sehingga tidak nyaman untuk masuk. (> 10 cm)
Bahu dengan mutu perkerasan lebih rendah atau perkerasan kerikil dengan lebar > 1,5 m dan sedikit beda tinggi permukaan
lebar bahu yang diperkeras harus ditambahkan pada lebar jalur lalu-lintas jika menghitung lebar efektif jalur lalu-lintas dalam tabel penampang melintang dalam Formulir IR-1. Secara konsekuen lebar yang sama juga harus dikurangkan dari lebar bahu jika perhitungan lebar bahu efektif dilakukan dalam tabel yang sama
Gunadarma
E). Kelas jarak pandang (Luar kota)
masukkan persentase panjang segmen yang berjarak pandang minimum 300 m (jika tersedia). Dari informasi ini Kelas Jarak Pandang (KJP) dapat ditentukan sebagaimana ditunjukan dalam Tabel A2:1 di bawah, atau dapat diperkirakan dengan taksiran teknis (jika ragu gunakan nilai normal (patokan) = B). Masukkan hasil KJP ke dalam kotak di bawah sketsa alinyemen horisontal pada Formulir IR-1.
Gunadarma
Gunadarma
f) Alinyemen vertikal (Luar kota)
Buatlah sketsa penampang vertikal jalan dengan skala memanjang yang sama dengan alinyemen horisontal diatasnya. Tunjukkan kelandaian dalam % jika tersedia. Masukkan informasi tentang naik + turun total dari segmen (m/km) jika tersedia. Jika segmen merupakan kelandaian khusus, isikan keterangan tentang kelandaian rata-rata dan panjang kelandaian.
Gunadarma
g). Tipe alinyemen
Jika lengkung horisontal dan nilai naik + turun dari ruas yang diteliti tidak sesuai dengan penggolongan alinyemen umum pada Tabel A-2:2, maka tidak ada tipe alinyemen umum yang dipilih (Tabel B-1:2 akan dipergunakan untuk menentukan kecepatan arus bebas).
Gunadarma
LANGKAH A-3: KONDISI LALU-LINTAS
Gunakan Formulir UR-2 (perkotaan) IR-2 (luar kota).
ARUS DAN KOMPOSISI LALU-LINTAS Menentukan arus jam rencana dalam kendaraan/jam :
Ada 2 alternatif yang biberikan, tergantung pada banyaknya rincian masukan yang tersedia.
Alternatif ke 1 Data tersedia hanya LHRT, pemisahan arah dan komposisi lalu-lintas.
Masukkan data masukan herikut pada kotak yang sesuai dalam Formulir UR-2/IR-2: LHRT (kend/hari) untuk tahun/soal yang diamati. Faktor-k (rasio antara arus jam rencana dan LHRT;
nilai normal k = 0,09) Pemisahan arah SP (Arah 1/Arah 2, Nilai normal
50/50 %)
1
Hitung arus jam rencana (QDH = k × LHRT × SP/100) untuk masing-masing arah dan total (1+2). Masukkan hasilnya ke dalam tabel untuk data arus kendaraan/jam pada Kolom 9 (K) atau 13 (LK) Baris 3, 4 dan 5.
2
Gunadarma
Masukan hasilnya pada kolom 2,4,6,8 dan 10 dalam baris 3,4,5.
Masukkan komposisi lalu-lintas dalam kotak (Nilai normal LV:57 %, MHV 23 %, LB 7 %, LT 4%, MC 9 % berdasar pada kend/jam) dan hitung jumlah kendaraan untuk masing-masing tipe dan arah dengan mengalikan dengan arus rencana pada Kolom 13. Masukkan hasilnya padaKolom 2, 4, 6, 8 dan 10 dalam Baris 3, 4 dan 5. (Luar kota) Sedangkan untuk jalan perkotaan :
3
Gunadarma
Alternatif ke 2 : Data arus lalu-lintas menurut jenis dan jurusan tersedia :
Masukkan nilai arus lalu-lintas jam rencana (QDH) dalam kend/jam untuk masing-masing tipe kendaraan dan arah ke dalam Kolom 2, 4 dan 6; Baris 3, 4 dan 5. Jika arus yang diberikan adalah dua arah (1+2) masukkan nilai arus pada Baris 5, dan masukkan pemisahan arah yang diberikan (%) pada Kolom 8, Baris 3 dan 4. Kemudian hitung arus masing-masing tipe kendaraan pada masing-masing arah dengan mengalikan nilai arus pada Baris 5 dengan pemisahan arah pada Kolom 8, dan masukkan hasilnya pada Baris 3 dan 4.
Gunadarma
Menentukan ekivalensi mobil penumpang (emp).
Jalan perkotaan :
Gunadarma
Masukkan hasilnya ke dalam Formulir UR-2 pada tabel untuk data arus kendaraan/jam, Baris 1.1 dan 1.2 (untuk jalan tak-terbagi emp selalu sama untuk kedua arah, untuk jalan terbagi yang arusnya tidak sama emp mungkin berbeda).
Gunadarma
Untuk jalan luar kota :
Untuk jalan 2/2 UD, emp sepeda motor tergantung juga kepada lebar jalur lalu-lintas. Untuk Kendaraan Ringan (LV) emp selalu
1.0. Arus kendaraan tak bermotor (UM) dicatat pada Formulir IR-2 sebagai komponen hambatan (kendaraan lambat). Tentukan emp masing-masing tipe kendaraan dari tabel yaitu dengan interpolasi arus lalu-lintasnya, atau menggunakan diagram pada Gambar A
3:1-2. Masukkan hasilnya ke dalam Formulir IR-2, Tabel data penggolongan arus lalu-lintas perjam, Baris 1.1 dan 1.2 (untuk jalan tak-terbagi emp sama pada kedua jurusan, untuk jalan
terbagi dengan arus yang tidak seimbang emp mungkin berbeda)
Gunadarma
Gunadarma
Gunadarma
Gunadarma
Gunadarma
Gunadarma
Gunadarma
www.themegallery.com
1. Hitung nilai arus lalu-lintas perjam rencana QDH dalam smp/jam.
2. Hitung pemisahan arah (SP) sehagai arus total (kend./jam) pada Jurusan 1 pada Kolom 13 dibagi dengan arus total pada Jurusan 1+2 (kend./jam)pada Kolom yang sama. Masukkan hasilnya kedalam Kolom 13 Baris 6. SP = QDH,1/QDH,1+2
3. Hitung faktor satuan mobil penumpang Fsmp = Qsmp/Qkend
Hitung parameter arus lalu-lintas yang diperlukan untuk analisa.
Gunadarma
Arus dan Komposisi lalu-lintas untuk kelandaian khusus pada jalan 2/2 U/D (jalan luar kota)
Tentukan emp untuk arah mendaki (arah.1) dan masukkan hasilnya pada Baris 1.1
Emp Kendaraan ringan (LV) selalu 1,0 Emp Bus Besar (LB) adalah 2,5 untuk arus lebih kecil dari 1.000
kend/jam dan 2,0 untuk keadaan lainnya. Gunakan Tabel A-3:4 atau Gambar A-3:3 dibawah untuk menentukan
emp Kendaraan Berat Menengah (MHV) dan Truk Besar (LT). Jika arus lalu-lintas dua arah lebih besar dari 1.000 kend/jam nilai tersebut dikalikan 0,7.
Emp untuk Sepeda Motor (MC) adalah 0,7 untuk arus lebih kecil dari 1.000 kend/jam dan 0,4 untuk keadaan lainnya.
Gunadarma
Gunadarma
www.themegallery.com
Diagram
1
Tentukan emp untuk arah menurun (arah2)
2
Masukkan data arus lalu lintas yang telah digolongkan
3
Hitung parameter arus lalu-lintas yang diperlukan untuk analisa. dengan cara yang sama seperti untuk alinyemen umum langkah a-3
Gunadarma
LANGKAH A-4: HAMBATAN SAMPING
Tentukan Kelas Hambatan Samping, Jika tersedia data rinci tentang hambatan samping, ikuti langkah 1-4 di bawah:
1. Masukkan pengamatan (atau perkiraan jika analisa adalah untuk tahun yang akan datang) mengenai frekwensi kejadian hambatan samping perjam per 200 m pada kedua sisi segmen yang dipelajari, ke dalam Kolom (23) Formulir IR-2
Jumlah pejalan kaki berjalan sepanjang atau menyeberang jalan. Jumlah penghentian kendaraan dan gerakan parkir. Jumlah kendaraan bermotor yang masuk ke/keluar dari lahan samping jalan
dan jalan samping. Arus kendaraan lambat, yi. arus total (kend/jam) sepeda, becak, delman, pedati
dsb.
2. Kalikan frekwensi kejadian pada Kolom 23 dengan bohot relatif dari jenis kejadian tersebut pada Kolom 22 dan masukkan frekwensi berbobot dari kejadian pada Kolom 24.
3. Hitung jumlah kejadian berbobot, termasuk semua jenis kejadian dan masukkan hasilnya pada baris terbawah Kolom (24).
Gunadarma
Jalan perkotaan :
Gunadarma
Jalan luar kota :
Gunadarma
Jika data rinci kejadian hambatan samping tidak tersedia, kelas hambatan samping dapat ditentukan sebagai berikut: 1. Periksa uraian tentang 'kondisi khas' dari tabel A-4:1 dan pilih salah satu yang terbaik 2. Pelajari foto pada Gambar A-4:1-5 yang mewakili kekhasan, kesan pandangan rata-rata dari masing-masing kelas hambatan samping, 3. Pilih kelas hambatan samping berdasarkan gabungan pertimbangan pada langkah 1) dan 2) di atas.
GunadarmaGambar situasi daerah perkotaan
GunadarmaSituasi daerah luar kota
Gunadarma
www.themegallery.com
Langkah B : Kecepatan Arus Bebas
Langkah B
B-2 : Penyesuaian untuk lebar lalu lintas jalan
B-1 : kcepatan Arus Bebas Dasar
B-3 : Faktor penyesuaianUntuk Kondisi hambatansamping
B-4 Faktor penyesuaian akibatFungsi jalan
B-6 Kecepatan arus bebasKelandaian khusus
(hanya 2/2 UD)
B-5 Kecepatan arus bebaspada kondisi lapangan
Gunadarma
LANGKAH B: ANALISA KECEPATAN ARUS BEBAS
Untuk jalan tak-terbagi, analisa (kecuali kelandaian khusus) dilakukan pada kedua arah. Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu-lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah.
Untuk jalan luar kota jika segmen adalah kelandaian khusus lanjutkan ke langkah B6.
Dimana :
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam) (penjumlahan)
FFVSF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping (perkalian)
FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota (perkalian)
FFVRC = Faktor penyesuaian untuk kelas fungsi jalan, perkalian
FV = (FVO + FVW) × FFVS×FFVCS (jalan perkotaan )1
FV= (FV0 + FVw) × FFVSF × FFVRC (jalan luar kota )2
Gunadarma
LANGKAH B-l: KECEPATAN ARUS BEBAS DASAR
Jalan perkotaan :
Tentukan kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan dengan menggunakan Tabel B-1:1, dan masukkan hasilnya pada Kolom 2 Formulir UR-3.
Gunadarma
Jalan luar kota :
Perhatikan bahwa untuk jalan dua-lajur dua-arah, kecepatan arus bebas dasar juga adalah fungsi dari kelas jarak pandang (dari Formulir IR-1). Jika kelas jarak pandang tidak tersedia, anggaplah pada jalan tersebut SDC = B.
Gunadarma
Jika tersedia data rinci tentang naik+turun (m/km) dan lengkung horisontal (rad/km) untuk segmen jalan yang dipelajari, Tabel B-1:2 dapat digunakan sebagai alternatif dari Tabel B-1:1 untuk mendapatkan kecepatan arus bebas dasar yang lebih tepat pada kondisi datar (gunakan naik+turun = 5 m/km) dan pada kondisi lapangan
Gunadarma
LANGKAH B-2: PENYESUAIAN KECEPATAN ARUSBEBAS UNTUK LEBAR JALUR LALU-LINTAS
Hitung jumlah kecepatan arus bebas dasar dan penyesuaian (FVO + FVW) dan masukkan hasilnya pada Kolom 4
Jalan perkotaan :
Gunadarma
Jalan luar kota :
Gunadarma
LANGKAH B-3: FAKTOR PENYESUAIAN KECEPATANARUS BEBAS UNTUK HAMBATAN SAMPING
Jalan dengan bahu
Gunadarma
Jalan dengan kereb
Gunadarma
Faktor penyesuaian FFVSF untuk jalan enam-lajur
Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan dengan enam lajur dapat ditentukan dengan menggunakan nilai FFVSF untuk jalan empat-lajur yang diberikan dalam Tabel B-3:1, dengan modifikasi seperti dijelaskan dibawah:
di mana:
FFV6,SF = faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan enam-lajur (km/jam)
FFV4,SF = faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan empat-lajur (km/jam)
FFV6,sf = 1- 0,8 x (1-FFV4,sf)
Gunadarma
LANGKAHB-4: FAKTOR PENYESUAIAN KECEPATAN ARUS BEBAS UNTUK UKURAN KOTA (FFVCS ) dan AKIBAT KELAS FUNGSIONAL JALAN (FFVRC )
Tentukan faktor penyesuaian untukUkuran kota (Juta penduduks ebagaimana dicatat padaFormulir UR-1) dan masukkanhasilnya kedalam Formulir UR-3, Kolom 6.
Gunadarma
Tentukan faktor penyesuaianakibatkelasfungsional jalan(dan guna lahan = pengembangan sampingjalan) dan masukkanhasilnyake dalam Formulir IR-3 Kolom 6.
Gunadarma
LANGKAH B-5: PENENTUAN KECEPATAN ARUS BEBAS
a). Kecepatan arus bebas kendaraan ringan
Hitung kecepatan arus bebas kendaraan ringan (LV) dengan mengalikan faktorpada Kolom (4), (5) dan (6) dari Formulir UR-3/IR-3 dan masukkan hasilnya ke dalamKolom 7:
dimana:
FV=Kecepatan arus bebas kend. ringan (km/jam)
FVo =Kecepatan arus bebas dasar kend.ringan (km/jam)
FVW =Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas (km/jam)
FFVSF =Faktor penyesuaian hambatan samping
FFVCS=Faktor penyesuaian ukurank ota
Untuk jalan luar kota FFVCS diganti dengan FFVRC
Gunadarma
b). Kecepatan arus bebas tipe kendaraan lain
kecepatan arus bebas tipe kendaraanlain dapat juga ditentukan mengikuti prosedur yang dijelaskan dibawah :
Hitung penyesuaian total (km/jam) kecepatan arus bebas kendaraan ringan berupa perbedaan antaraKolom2 dan Kolom 7:
Hitungkecepatan arus bebas Kendaraan Berat (HV) dibawah :
dimana:
FFV=Penyesuaian kecepatanarus bebas LV (km/jam)
FVO =Kecepatanarus bebas dasar LV(km/jam)
FV=Kecepatan arus bebas LV(km/jam)
FVMHV,O =Kecepatan arus bebas dasar HV (km/jam) (dari Tabel B-1:1)
Gunadarma
LANGKAH B -6:KECEPATAN ARUS BEBAS PADA KELANDAIAN KHUSUS, 2/2UD (jalan luar kota)
dihitung secara terpisah untuk masing-masing arah (mendaki dan menurun),dan dibandingkan dengan kecepatanuntuk keadaan alinyemen datar.
Gunakan Formulir IR-3 SPEC untukmenentukankecepatan arus bebas untuk kelandaian khusus.
Kondisi datar= arah 0; Mendaki=arah 1; menurun=arah 2.
1. Masukkan nilai kelandaian rata-rata dan panjang kelandaian (formulir IR-1)
2.Tentukan kecepatan arus bebas dasar FVO kendaraan ringan untuk kondisi datar sbb: Masukkan dalam Kolom 2 kecepatan untuk alinyemen horisontal pada baris terpisah untuk arah 0:
a)dariTabelB-1:2 jika data lengkung horisontal(rad/km) tersedia, dengan menggunakan naik +turun=5m/km;
b)dari Tabel B-1:1jikadatalengkung horisontal(rad/km) tidak teesedia, Jikadatakelas jarak pandang juga tidak tersedia, anggaplah SDC=B.
Gunadarma
3.Tentukanfaktorpenyesuaian yangdiuraikan pada langkah B-2 sampai B-4 diatas, danmmasukkanhasilnyake dalam Formulir IR-3SPEC Kolom 3 sampai 6. Hitungkecepatanarus bebas untuk kondisi datar sesuai Langkah B-5danmasukkan hasilnya (FVDATAR) pada Kolom 7, Baris 0.
4.Tentukan kecepatanarus bebas dasar mendaki dan menurun FVUH,O dan FVDH,O secara terpisah dari Tabel B-6:1 di bawah. Kecepatan FVUH,O dan FVDH,O adalah fungsi dari kelandaian dan panjang kelandaian dan berdasarkan pada kecepatan pendekat 68 km/jam untuk kelandaian tersebut. Masukkan hasilnya ke dalam Kolom2 pada harus untuk arah 1 (mendaki) danarah 2 (menurun).
Gunadarma
Gunadarma
5. Bandingkan kecepatan arus bebas untuk kondisi datar pada Kolom 7dengan kecepatan mendaki dasar padaKolom 2.Tentukan kecepatanmendaki(FVUH) sebagai berikut:
a). JikaFVDATAR < FVUH,O maka FVUH = FVDATAR
Masukkan FVUH padaKolom7 Baris 1.
b). JikaFVDATAR > FVUH,O maka hitungkecepatan arus bebas mendaki untuk kelandaian khusus
sebagai berikut dan masukkanhasilnya pada Kolom 7:
dimana:
FVUH adalah kecepatan mendaki yang disesuaikan km/jam
FVDATAR adalah kecepatanarus bebas untukkondisi datarseperti
dihitung diatas.
Kemiringan adalah kelandaian rata-rata (%)dari kelandaian khusus.
L adalah panjang kelandaian khusus dalam km.
Gunadarma
6. Bandingkankecepatan arus bebas sesungguhnya untuk kondisi datarpada Kolom dengankecepatanmenurundasar pada Kolom 2. Tentukan kecepatan menurun (FVDH) sebagaiberikut:
a).
MasukkanFVDATAR padaKolom 7 Baris2.
.
b).
Masukkan FVDH,O pada Kolom 7 Baris 2.
Untuk menghitungkecepatan gabungan perhatikan arus kendaraan ringan dalam kedua arah:
QLV1 adalah arus kendaraan ringan dalam arah 1 (menanjak)
QLV2 adalah arus kendaraan ringan dalam arah 2 (menurun)
QLV=QLV1+QLV2 adalah arus kendaraan ringan dalamkedua arah,
Kecepatanarus bebas rata-rata untuk kedua arah FV dihitung sebagai berikut:
Jika FVDATAR = FVDH,0 maka FVDH - FVDATAR
JikaFVDATAR > FVDH,O makaFVDH = FVDH,O
Gunadarma
Kecepatan arus bebas truk besar pada jalan dua-lajurtak terbagi (2/2 UD) dengan kelandaian khususnharus dihitung dengan prosedur yang sama untuk kendaraan ringan seperti diuraikan diatas. Tentukan mula-mulakecepatanarus bebas dasar pada kondisi datar FVLT,O bagi TrukBesar dari tabelB-1:1dan masukkan hasilnya dalam kolom 2 baris0.
Hitung kecepatanarus bebas datar bagitruk(FLTLT,FLAT)seperti pada langkah B-5b. Masukkan hasilnya dalam kolom 7 baris0.
Untuk menentukan kecepatan arus bebas dasar mendaki (FLTUH,O)gunakan tabel B-6:2dibawah, bukan tabelB-6:1,dan untuk hal 5bgunakan rumusberikut untuk menentukan kecepatan arus bebas mendaki yang disesuaikan, dan masukkan hasilnya dalam kolom 7:
FLTUH,O adalah kecepatandasar arusbebas mendakitruk besar km/jam
Gunadarma
Gunadarma
Langkah C “Analisa Kapasitas”
Kapasitas Dasar
Faktor Penyesuaian Kapasitas u/ lebar jalur lalu lintas
Faktor Penyesuaian Kapasitas u/ pemisahan arah
Faktor Penyesuaian Kapasitas u/Hambatan samping
Faktor Penyesuaian Kapasitas u/Ukuran Kota
Penentuan Kapasitas pada kondisi lapangan
Kapasitas pada kelandaian khusus
Gunadarma
C – 1 Kapasitas Dasar
Tentukan Co
Masukkan nilainya ke formulir UR-3 Kolom 11
DALAM KOTA
GunadarmaSTEP C-1: Base Capacity
Road Type/Alignment Type
Base Capacity pcu/h/lane
Four-Lane DividedFlat 1.900
Rolling 1.850Hilly 1.800
Four-Lane UndividedFlat 1.700
Rolling 1.650Hilly 1.600
LUAR KOTA
Table C-1:1
GunadarmaSTEP C-1: Base Capacity
Road Type/Alignment Type
Base Capacity Total Both Direction pcu/h
Two-Lane Undivided
Flat 3.100
Rolling 3.000
Hilly 2.900
TABEL C-1:2
Gunadarma
STEP C-2: Capacity Adjustment Factor FCW for Carriageway Width [Table C-2:1]
• Four-lane divided (4/2 D) or One-way road
0.92
0.93
0.94
0.95
0.96
0.97
0.98
0.99
1.00
1.01
1.02
1.03
1.04
1.05
1.06
1.07
1.08
3.00 3.25 3.50 3.75 4.00
Effective Carriageway Width (We) [m]
FC
w
DALAM KOTA
Gunadarma
STEP C-2: Capacity Adjustment Factor FCW for Carriageway Width [Table C-2:1]
• Four-lane undivided (4/2 UD)
0.91
0.92
0.93
0.94
0.95
0.96
0.97
0.98
0.99
1.00
1.01
1.02
1.03
1.04
1.05
1.06
1.07
1.08
1.09
3.00 3.25 3.50 3.75 4.00
Effective Carriageway Width (We) [m]
FC
w
Gunadarma
STEP C-2: Capacity Adjustment Factor FCW for Carriageway Width [Table C-2:1]
• Two-lane undivided (2/2 UD)
0.56
0.61
0.66
0.71
0.76
0.81
0.86
0.91
0.96
1.01
1.06
1.11
1.16
1.21
1.26
1.31
5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 8.00 8.50 9.00 9.50 10.00 10.50 11.00
Effective Carriageway Width (We) [m]
FC
w
Gunadarma
LUAR KOTA
Gunadarma
STEP C-3: Capacity Adjustment Factor FCSP for Directional Split
Directional split SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
FCSP
Two-lane 2/2
1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Four-lane 4/2
1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
DALAM KOTA
Gunadarma
STEP C-3: Capacity Adjustment Factor FCSP for Directional Split
Directional split SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
FCSP
Two-lane 2/2
1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Four-lane 4/2
1,00 0,975 0,95 0,925 0,90LUAR KOTA
Gunadarma
C – 4 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Hambatan Samping (FCSF)
Berdasar :
Ws dari UR-1 &
SFC dari UR-2 Masukkan hasilnya ke
formulir UR-3 Kolom 14
Jalan dg Bahu1
DALAM KOTA
Gunadarma
Jalan dg Kereb2
Berdasar :
WK UR – 1 &
SFC UR – 2
Masukkan nilainya ke UR – 3 Kolom 14
Gunadarma
Jalan dengan BahuLUAR KOTA
Gunadarma
Untuk jalan 6 Lajur
Where :FC6,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan enam-lajur
FC4,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan empat-lajur
FC6,SF = 1 - 0,8 (1 - FC4,SF)
Gunadarma
STEP C-5: Capacity Adjustment Factor FCCS for City Size
City Size Inhab. (M) FFVCS
Very Small 0,1 0,86
Small 0,1 - 0,5 0,90
Medium 0,5 - 1,0 0,94
Large 1,0 - 3,0 1,00
Very Large > 3,0 1,04
DALAM KOTA
Gunadarma
STEP C-5: Determination of Capacity for Actual Condition
SFSPW FCFCFCCC 0
C Capacity (pcu/h)
C0 Base capacity (pcu/h)
FCW Adjustment factor for carriageway width
FCSP Adjustment factor for directional split
FCSF Adjustment factor for side friction
LUAR KOTA
Gunadarma
C – 6 Penentuan Kapasitas
dimana: C = Kapasitas CO =Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW =Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas
FCSP =Faktor penyesuaian pemisahan arah
FCSF =Faktor penyesuaian hambatansamping
FCCS =Faktor penyesuaian ukuran kota
C = C0 x FCWx FCSP x FCSF x FCCS (smp/jam)
Masukkan hasilnya ke
UR – 3 Kolom 16
DALAM KOTA
Gunadarma
C – 6 Kapasitas pada Kelandaian Khusus
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF (smp/jam)
LUAR KOTA
Length of Grade/Slope of Grade
Base Capacity pcu/h
Length 0,5 km/ all slopes
3.000
Length 0,8 km / slope 4,5%
2.900
All other cases 2.800
Gunadarma
STEP C-6: Determination of Capacity for Specific Condition
% Traffic Uphill (direction 1) FCSP
70 0,7865 0,8360 0,8855 0,9450 1,0045 1.0340 1.0635 1.0930 1.12
Gunadarma
Langkah D ::Perilaku LaLin
Derajat kejenuhan
Kecepatan & waktu tempuh
Penilaian perilaku LaLin
Derajat kejenuhan
Kecepatan & waktu tempuh
Hanya untuk 2/2 UD : Derajat Iringan
Kecepatan dan Waktu Tempuh pada Kelandaian Khusus
Penilaian Perilaku LaLin
LUAR KOTA
DALAM KOTA
Gunadarma
D – 1 Derajat Kejenuhan
Input Q(Arus total)
Output C DSUD D
Dalam Kota
UR-2 Kolom 10 Baris 5
UR-2 Kolom 10 baris 3 & 4
UR-3 Kolom 21
UR-3 Kolom 16
UR-3 Kolom 22
Luar Kota
IR-2 Kolom 14 baris 5
IR-2 Kolom 14 Baris 3 & 4
IR-3 Kolom 21 IR-3 Kolom 15 IR-3 Kolom 22
DS = Q/C
LUAR KOTA
DALAM KOTA
Gunadarma
STEP D-2: Speed and Travel Time
LVTT=L/V
Determine the speed at actual traffic Figure D-2:1 (two-lane undivided roads) Figure D-2:2 (multi-lane and one-way roads)
Masukkan panjang segmen L (km) ke kolom 24 UR-3
Hitung waktu tempuh TT (hour) dengan :
DALAM KOTA
Gunadarma
STEP D-2: Speed and Travel Time
LUAR KOTA
Determine the speed at actual traffic Figure D-2:1 (two-lane undivided roads) Figure D-2:2 (four-lane undivided roads)
Masukkan panjang segmen L (km) ke kolom24 IR-3
Hitung waktu tempuh TT (hour) dengan :
LVTT=L/V
Gunadarma
DALAM KOTA
Gunadarma
LUAR KOTA
Gunadarma
DALAM KOTA
GunadarmaLUAR KOTA
Gunadarma
D – 3 Penilaian perilaku Lalu Lintas
Cara yang paling cepat untuk menilai hasilnya adalah dengan melihat derajat kejenuhan dari kondisi yang diamati, dan membandingkannya dengan pertumbuhan lalu-lintas tahunan dan "umur"fungsional yang diinginkan dari segmen jalan tersebut. Jika derajat kejenuhan yang diperoleh terlalu tinggi (DS> 0,75), pengguna manual mungkin ingin merubah asumsi yang berkaitan dengan penampang melintang jalan dan sebagainya, dan membuat perhitungan baru.
Dalam Kota
Untuk memperkirakan kapasitas & perilaku lalin pada kondisi tertentu yang berkaitan dengan rencana geometrik, lalu-lintas dan lingkungan. Karena hasilnya biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya, mungkin diperlukan perbaikan kondisi yang sesuai dengan pengetahuan para ahli, terutama kondisi geometrik, untuk memperoleh perilaku lalu lintas yang diinginkan berkaitan dengan kapasitas, kecepatan dan sebagainya.
Gunadarma
D -3 hanya untuk 2/2 UD : Derajat Iringan
LUAR KOTA
Derajat kejenuhan dari kolom 22Masukkan nilainya ke kolom 31 IR-3
Gunadarma
D – 4 Kecepatan dan Waktu tempuh pada kelandaian khusus
Dengan lajur pendakian
Tanpa lajur pendakian
Gunadarma
Tanpa lajur pendakian
1. hitung derajat kejenuhan (DS) (langkah D-1)
Gunakan kolom 21 dan 22 IR-3 SPEC
2. Kecepatan mendaki pada kapasitas (VUHC km/jam)ditentukan berdasarkan kecepatan mendaki arus bebas dari langkah B-6 dengan bantuan gambar D-2:1
3. Hitung perbedaan kecepatan antara arus bebas mendaki FVUH(kolom 7) dan kecepatan mendaki pada kapasitas VUHC(kolom 23). Masukkan kedalam kolom 24 IR-3 SPEC.
Gunadarma
4. Hitung kecepatan mendaki kendaraan ringan
masukkan kolom 25 IR-3 SPEC
5. Waktu tempuh rata-rata dihitung seperti D-2 .
gunakan kolom 26 dan 27 IR-3 SPEC
6. Tentukan kecepatan truk besar pada kondisi lapangan
masukkan kolom 25 IR-3 SPEC
7. Jika kecepatan keseluruhan untuk kedua arah dikehendaki, maka gbr.D-2:1 bisa digunakan dengan memakai kombinasi kecepatan arus bebas mendaki+menurun (langkah B-6 bagian 7)
masukkan IR-3 Kolom 20-25
VUH = FVUH - DS × (FVUH - VUHC)
VLT,UH = FVLT,UH - DS × ( FVLT,UH - VUHC)
Tanpa lajur pendakian : Cont
Gunadarma
Dengan Lajur Pendakian
1. Mulai menghitung seperti pada keadaan tanpa lajur pendakian
2. Anggap : arus lalu-lintas (Qsmp/jam) =seperti keadaan tanpa lajur pendakian.
3. Tentukan kapasitas dasar sebesar 3/4 kapasitas dasar pada jalan 4 lajur tak-terbagi pada alinyemen gunung (TabelC-1:1).
4. Tentukan penyesuaian untuk kapasitas akibat lebar jalur lalu-lintas (FCW) dan hambatan samping (FCSF) dengan menganggap bahwa jalan adalah 4 lajur tak-terbagi dengan lebar lajur = lebar jalur lalu-lintas dibagi 3 (CW/3).
5. Tentukan faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisahan arah (FCSP) dengan anggapan bahwa jalan adalah 2-lajur tak-terbagi biasa (Tabel C-3:1).
Gunadarma
6. Hitung kapasitas (smp/jam)dan derajat kejenuhan.
7. Gunakan Gambar D-2:1untuk menentukan kecepatan pada arah mendaki dengan anggapan bahwa kecepatan arus-bebas mendaki = kecepatan mendaki arus bebas dasar (FVUH,O)pada keadaan tanpa lajur pendakian (Kolom 2 Baris 1).
8. Tentukan kecepatan mendaki Truk Besar sama seperti pada penentuan nilai kecepatan bebas dasar mendaki Truk Besar (FVLT,UH,O) untuk situasi tanpa lajur pendakian (Kolom 2 Baris 1).
Jika FVLT,UH > VUH, FVLT,UH = VUH (VUH dari Langkah7 diatas).
Dengan Lajur Pendakian : Cont
Gunadarma
9. Jika "kecepatan rata-rata" kedua arah diminta, maka kombinasi GambarD-2:1 dan D-2:2 dapat digunakan. Dalam hal ini gunakan kombinasi kecepatan arus bebas dasar mendaki + menurun yang dihitung dengan cara yang sama pada langkah B-6 hal7. Gunakan nilai mendaki dan menurun dari kolom 2 baris 1 dan 2. Lakukan perhitungan "kecepatan rata-rata" sebagai berikut:
a)Hitung kecepatan maksimum VMAX dari GambarD-2:2 dg nilai DS dari Kolom 22.
b)Hitung kecepatan minimum VMIN dari Gambar D-2:1, tetapi dengan nilai DS sesuai untuk situasi tanpa lajur pendakian. Tentukan kapasitas sebagai kapasitas dasar dari Tabel C6:1.
Jika DS > 1, DS = 1,0.
c)Hitung "kecepatan rata-rata" kedua arah (V) sebagai
1/V = ( 1/ VMAX + 1/ VMIN )/2
Masukkan dalamIR-3, Kolom 20-25.
Dengan Lajur Pendakian : Cont
Gunadarma
PROSEDUR PERHITUNGAN UNTUK ANALISA PERANCANGAN
Gunadarma
Untuk perancangan, rencana jalan dan data lalu-lintas dan lingkungan sebaiknya diketahui secara umum, tetapi tidak rinci, dan peramalan arus lalu-lintas biasanya diberikan dalam LHRT, bukan arus jam puncak. Karena itu asumsi tertentu mengenai perancangan geometrik, lalu-lintas dan lingkungan harus dibuat. Hubungan antara arus jam puncak atau arus rencana (QDH) dan LHRT juga harus diasumsikan. Hubungan ini biasanya dinyatakan sebagai faktor LHRT, sebagai berikut:
Analisa perancangan biasanya dikerjakan untuk kombinasi dua arah, meskipun diperkirakan jalan tersebut akan mempunyai median. (Tidak ada masalah dengan ini karena anggapan pemisahan arah 50:50 dapat digunakan untuk perancangan).
Prosedur Perhitungan Untuk Analisa Perancangan
k = QDH / LHRT
Gunadarma
Anggapan Dasar Untuk Berbagai Tipe Jalan
Jalan dua-lajur dua-arah (2/2 UD)
Jalan empat-lajur dua-arah (4/2)
Jalan empat-lajur terbagi
Jalan empat-lajur tak-terbagi
Jalan enam-lajur dua-arah (6/2 D)
GunadarmaAnalisa Perilaku Lalu Lintas
Yang menghubungkan LHRT atau QDT, dengan perilaku lalu-lintas berupa:
Kecepatan arus bebas (kecepatan pada arus = 0) Derajat kejenuhan Kecepatan pada berbagai macam arus dan derajat kejenuhan.
Untuk memperkirakan perilaku lalu-lintas pada berbagai tipe jalan dengan LHRT atau arus jam rencana (QDH) tertentu. Interpolasi linier dapat dilakukan untuk nilai arus yang terletak diantara nilai yang diberikan pada bagian atas tabel.
Untuk memperkirakan arus lalu-lintas yang dapat ditampung oleh berbagai tipe jalan dalam batas derajat kejenuhan dan kecepatan yang diijinkan .
Gunadarma
Jika anggapan dasar mengenai faktor-k dan komposisi lalu-lintas tidak sesuai dengan kondisi yang diamati, Tabel 4-2:1 dapat digunakan dengan memakai arus jam rencana (QDH) sebagai berikut:
Hitung parameter berikut:
Hitung QDH = LHRT x k (kend/jam)
Hitung faktor-P untuk mengubah kend/jam menjadi smp/jam dengan menggunakan komposisi lalu-lintas dan emp (lihat Formulir IR-2) sebagai berikut:
Kondisi lapangan:
Pact = (LVact % × empW + HVact% × empHV + MCact % × empMC)/100
Pact = (LVact % × empLV +MHVact% × empMHV +LBact % × empLB + LTact % × empLT MCact % × empMC)/100
Gunadarma
Anggapan kondisi standar (lihat Bagian 4.1)
Pass = (LVass % × empW + HVass % × empHV + MCass % × empMC)/100
Hitung arus jam rencana yang disesuaikan (QDHadj) dalam kend/jam:
QDhadj = k × LHRT × Pact/Pass (kend/jam)
Gunakan nilai QDhadj yang dihitung dan bukan QDH pada waktu menggunakan Tabel 4.2:1.
Pass = (LVass % × empLV +MHVass% × empMHV +LBass % × empLB + LTass % × empLT MCass % × empMC)/100
Gunadarma
CONTOH PERHITUNGAN JALAN PERKOTAAN
Gunadarma
Contoh Perhitungan Jalan Perkotaan
ANALISA OPERASIONAL JALAN DUA-LAJUR DUA-ARAH
Geometri :Lebar jalur lalu-lintasefektif 6,0 m
Lebar bahu efektif pada kedua sisi 1,0 m (rata dengan jalan)
Lalu-lintas :Pemisahan arah 70-30
Lingkungan :Ukuran kota700.000penduduk
Banyak angkutan kota Banyakpejalankaki
Beberapa kendaraan menggunakan akses sisi jalan.
Pertanyaan :1.Berapa kapasitas segmen jalan (smp/jam)?
2.Berapa arus maksimum lalu-lintas (smp/jam) yang dapat dilalui pada kecepatan30 km/jam ?
Gunadarma
Formulir UR - 1
Gunadarma
Gunadarma
Formulir UR - 2
Gunadarma
Gunadarma
Formulir UR - 3
Gunadarma
Gunadarma
Penyelesaian :Dengan menggunakan Formulir UR-1, UR-2 &UR-3, jawabannya adalah:
1.Kapasitas segmen 1.795smp/jam
2.Arus maksimum pada kecepatan 30km/jam adalah 553 smp/jam.
Gunadarma
Contoh Perhitungan Jalan Luar Kota
ANALISA OPERASIONAL JALAN DUA-LAJUR DUA-ARAH (2/2 UD)
SOAL A: 1994
Geometrik: Lebar jalur lalu-lintas efektif 6,0 m, Perkerasan lentur kondisi baik,Bahu efektif pada kedua sisi 1,0m (kerikil, rata dengan jalur lalu-lintas) 50% segmen dengan jarak pandang 2300m(SDC=B)
Alinyemen: datar
Lalu-lintas: Perhitungan arus per jenis pada bulan Maret 1994 pada kedua
arah:
Jenis kendaraan kend/jam rencana
- Kendaraanringan: 1.168
- Kendaraan berat menengah: 455
- Bus besar: 139
- Truk besar + Truk Kombinasi 59
- Sepedamotor: 159
Pemisahan arah 55 – 45
Gunadarma
Guna lahan: Daerah pertanian pedalaman dengan pengembangan guna lahan di samping jalan 25%
Hambatan samping: Tidak tersedia pencatatan hambatan samping, tetapi tidak ada kegiatan yang dapat menimbulkan hambatan samping yang terlihat.
PERTANYAAN:
Hitung nilai-nilai berikut pada kondisi lapangan bulan Maret 1994 untuk Soal A: 1994:
- Kecepatan arus bebas
- Kapasitas
- Derajat kejenuhan
- Kecepatan
- Derajat iringan
Gunadarma
Formulir IR - 1
Gunadarma
Gunadarma
Formulir IR - 2
Gunadarma
Gunadarma
Formulir IR - 3
Gunadarma
Gunadarma
PENYELESAIAN:
Soal A:1994:
- Kecepatan arus bebas = 58km/jam
- Kapasitas = 2.709 smp/jam
- Derajat kejenuhan = 0,81
- Kecepatan = 34 km/jam
- Derajat iringan = 0,86
-GUNADARMA
-KELAPA DUA
-KOS - KOSAN
TERIMA KASIH