66001952-MAKALAH-leptospirosis

29
MAKALAH SEMINAR I MODUL TROPIK INFEKSI “LEPTOSPIROSIS” KELOMPOK 7 030.06.068 Dian puteri pratami 030.06.070 Diana yulianti 030.06.077 Dwi putri arlina 030.07.129 Justicia Andhika 030.08.087 Diyana 030.08.088 Donna Novita A 030.08.089 Edward Wijaya 030.08.102 Ferdy 030.08.103 Fifi Tandion 030.08.104 Fitri Anugrah 030.08.105 Fitrisia Rahma 030.08.106 Friska Monita 030.08.303 Siti Nasirah

description

UMUM

Transcript of 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Page 1: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

MAKALAH SEMINAR I

MODUL TROPIK INFEKSI

“LEPTOSPIROSIS”

KELOMPOK 7

030.06.068 Dian puteri pratami

030.06.070 Diana yulianti

030.06.077 Dwi putri arlina

030.07.129 Justicia Andhika

030.08.087 Diyana

030.08.088 Donna Novita A

030.08.089 Edward Wijaya

030.08.102 Ferdy

030.08.103 Fifi Tandion

030.08.104 Fitri Anugrah

030.08.105 Fitrisia Rahma

030.08.106 Friska Monita

030.08.303 Siti Nasirah

JAKARTA, 04 DESEMBER 2009

FAKULTAS KEDOKTERAN

Page 2: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

BAB I

PENDAHULUAN

Leptospirosis adalah penyakit infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh leptospira

patogenik dan memiliki manifestasi klinis yang luas, bervariasi mulai dari infeksi

yang tiak jelas sampai fulminan dan fatal. Pada jenis yang ringan, leptospirosis dapat

muncul seperti influenza dengan sakit kepala dan myalgia. Leptospirosis yang berat,

ditandai oleh jaundice, disfungsi renal dan diatesis hemoragik, dikenal dengan Weil’s

syndrome.

BAB II

Page 3: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

LAPORAN KASUS

Kasus

Seorang pasien datang dengan keluhan kuning seluruh tubuh. Datang dibawa oleh

keluarganya ke Unit Gawat Darurat. Pada anamnesis tambahan dikatakan bahwa Pak

Sadikin adalah sorang penderita tekanan darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu namun

minum obatnya tidak teratur. Penyakit kencing manis disangkal. Kurang lebih 4 bulan

yang lalu Pak Sadikin mengalami hepatitis A dan pernah dibawa ke rumah sakit juga

karena seluruh tubuhnya kuning, namun setelahnya sembuh dan tidak ada keluhan

lagi. Pak Sadikin adalah seorang petani, dengan riwayat alkoholisme sejak umur 20

tahun, namun sudah berhenti minum alcohol sejak 5 tahun yang lalu. Temuan baru

pada pemeriksaan Pak Sadikin adalah kesadaran somnolen, TD 80/60mmHg, nadi

110x/menit, suhu 38,5C, RR 24x/menit. THT terlihat epistaksis dengan jumlah

perdarahan kurang lebih 50-100cc.

Anamnesis

1. Identitas

Nama : Pak Sadikin

Usia : 40 tahun

JK : Laki-Laki

Alamat : -

Pekerjaan : Petani

Keluhan Utama : Kuning seluruh badan

Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang

9 hari yang lalu menderita demam

2 hari yang lalu : kuning, mual, muntah, lemas, nafsu makan

menurun, buang air kecil 1x sehari dengan warna yang pekat

Sekarang : kuning seluruh tubuh

Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, dan tidak teratur minum

obat

Hepatitis A 4 bulan yang lalu

Page 4: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Riwayat Kebiasaan

Peminum alkohol sejak umur 20 tahun, tetapi berhenti sejak

5 tahun yang lalu

Pemeriksaan fisik

Kesadaran : somnolen penurunan kesadaran

Tekanan Darah : 80/60 mmHg, hipotensi

Nadi : 110x/menit takikardi

Suhu : 38,5C febris

RR : 24x/menit takipnoe

Inspeksi

■ Kesadaran Somnolen

■ Kuning seluruh tubuh

■ Sklera Ikterik

2. Palpasi

■ Akral dingin

■ Nyeri tekan epigastrium

■ Hepatomegali teraba 2 jari dibawah arcus costae

3. Pekusi

4. Auskultasi Normal

THT : epistaksis dengan jumlah perdarahan kurang lebih 50-100cc

trombositopeni

Pemeriksaan Laboratorium

Hb 17,5 g/dl (normal)

Page 5: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Leukosit 13.000/mm3 (leukositosis) N=5000-10.000

Trombosit 90.000/mm3 (trombositopeni) N=150.000-400.000

Hematokrit 54% (normal)

SGOT 98 u/l N=37 u/l

SGPT 121 u/l N=42 u/l

BT 3,2 mg/dl N=0,3-1 mg/dl

B1 0,8 mg/dl (normal) N=0,1-1 mg/dl

B2 2,4 mg/dl N=0,2 mg/dl

Ureum dan Kreatinin : 110mg/dL dan 2,1 mg/dL penurunan fungsi ginjal dan

penyusutan otot rangka

Anti HAV IgG (+) : infeksi hepatitis A terdahulu dan sudah sembuh

Anti HAV IgM (-) : saat ini tidak terinfeksi virus hepatitis A

GDS : 110mg/dL dalam batas normal

Masalah dan Prioritas

Dilihat dari hasil pemeriksaan fisik, pasien ini mengalami penurunan kesadaran dan

terjadi perdarahan yang merupakan kumpulan gejala dari systemic inflammatory

response syndrome (SIRS), yang harus segera diatasi.

Diagnosis kerja

Leptospirosis karena gejala yang diderita oleh pasien(demam, mual, muntah, ikterus,

hepatomegali), hasil lab, dan faktor resiko yang didapat oleh pasien mengarah kepada

leptospirosis.

Dari hasil pemeriksaan fisik ,laboratorium dan faktor resiko pekerjaan pasien

kami menyimpulkan bahwa pasien ini mengalami leptospirosis berat atau yang

dikenal dengan nama penyakit weil. Penyakit, disfungsi paru, dan diatesis perdarahan.

Kerusakan vaskular dan disfungsi ginjal dikaitkan dengan timbulnya ikterus setelah

4-9 hari setelah gejala awal penyakit. Penderita dengan ikterus berat lebih mudah

terjadi gagal ginjal, perdarahan dan kolap kardiovaskular. Hepatomegali didapatkan

pada kuadran kanan atas. Oliguri atau anuri pada nekrosis tubular akut sering terjadi

pada minggu ke dua sehingga terjadi hipovolemi dan menurunya perfusi ginjal.

Leptospirosis sering diderita oleh petugas kebersihan, petani, pekerja hewan.

Page 6: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Diagnosis banding

Penyakit Gejala

Leptospirosis Demam, anoreksia, mual, muntah, ikterus, hepatomegali

Malaria Demam(37,5ºC-40ºC), hepatomegali, splenomegali, hipotensi, nadi

cepat dan lemah, RR meningkat, ikterus, kesadaran menurun

*Anamnesis : pernah pergi kedaerah endemik malaria ?

Hepatitis Kuning, malaise, nyeri tekan, hepatomegali

Obstruksi saluran empedu Ikterik

Hemolitik

Ikterus dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Hemolitik : terjadi karena banyak sel darah merah yang dipecah sehingga

Bilirubin 1 meningkat dalam darah. Bisa terjadi pada Malaria, defisiensi

G6PD, HbS

2. Hepatoselluler : terjadi karena sel hati yang rusak, sehingga Bilirubin 1 banyak

yang tidak bisa diubah menjadi Bilirubin 2. Sedangkan Bilirubin 2 mengalami

gangguan transpor sehingga Bilirubin 1 dan 2 meningkat di dalam darah. Bisa

terjadi pada Hepatitis

3. Obstruksi : terjadi karena saluran keluar tersumbat, sehingga terjadi regurgitasi

dan Bilirubin yang akan dikeluarkan mengalami aliran balik sehingga kadar

Bilirubin 2 dalam darah meningkat.

Demam bisa terjadi karena adanya infeksi yang terus akan menyebabkan peradangan

dan akan menimbulkan demam.

Oligouri bisa disebabkan oleh :

1. Demam : karena pada saat demam akan banyak cairan yang dibuang melalui

kulit sehingga tubuh menahan pengeluaran cairan melalui urin dengan

menggunakan hormon Aldosteron di ginjal yang akan menahan Na dan Na

akan menahan air.

2. Hipotensi yang akan menyebabkan laju filtrasi menurun dan akan

menyebabkan oligouri

Page 7: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Hipotensi terjadi karena cairan yang menurun dan cardiac output yang menurun.

Akral dingin terjadi karena perfusi O2 ke jaringan menurun karena hipotensi

Respiration rate menurun karena perfusi jaringan menurun

Patofisiologi

Bakteri masuk melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.

Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi masuk aliran darah

menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan multi organ, seperti :

- Ginjal migrasi ke interstitium, tubulus renal, dan tubular lumen nefritis

interstitial dan nekrosis tubular hipovolemia karena dehidrasi dan

peningkatan permeabilitas kapiler gagal ginjal akut.

- Hati nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel Kupffer disfunsi

hepatocellular hepatomegali dan ikterus.

- Otot skletal edema vacuolisasi myofibril nekrosis fokal.

- Vaskular kerusakan endotelium kapiler perdarahan

- Susunan saraf pusat penurunan kesadaran

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Lab yang Dilakukan

1. Darah tepi

2. Darah rutin

3. Darah lengkap (kadar B1 dan B2)

4. Urinalisa (Harrison test)

Tindakan yang Dilakukan

1. Perbaiki keadaan umum dan tanda vital

2. Mencari etiologi setelah menerima hasil lab

Page 8: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Penatalaksanaan

Terapi :

1. Simtomatik : antipiretik dan antiemetik

2. Supportif : nutrisi dan cairan yang adekuat

3. Kausatif : terapi yang diberikan setelah etiologi ditemukan

Penatalaksana penderita yang paling penting adalah memonitor dengan cermat

perubahan klinis karena berpotensi terjadi gangguan kolap kardiovaskular dan syok

dapat terjadi secara cepat dan mendadak. Fungsi ginjal harus dievaluasi secara cermat

dan diperlukan dialisis pada kasus gagal ginjal. Pada umumnya kerusakan ginjal

adalah reversibel jika penderita dapat bertahan dalam fase akut. Penyediaan ventilasi

mekanik dan proteksi jalan napas harus tersedia bila terjadi gangguan pernapasan

berat. Continuous cardiac monitoring untuk memantau keadaan yang dapat timbul

seperti ventricular tachycardia, kontaksi ventrikel prematur premature ventricular

contractions, fibrilasi atrial, flutter, dan takikardia.

P rognosis

Dubia Ad Malam karena pada kasus ini pasien mengalami leptospirosis tipe

berat atu disebut dengan weil disease yang sudah ditandai dengan ikterus.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 9: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Definisi 4

Leptospirosis adalah penyakit infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh leptospira

patogenik dan memiliki manifestasi klinis yang luas, bervariasi mulai dari infeksi

yang tiak jelas sampai fulminan dan fatal. Pada jenis yang ringan, leptospirosis dapat

muncul seperti influenza dengan sakit kepala dan myalgia. Leptospirosis yang

berat, ditandai oleh jaundice, disfungsi renal dan diatesis hemoragik, dikenal

dengan Weil’s syndrome.

Epidemiologi 6

Leptospirosis adalah zoonosis penting dengan penyebaran luas yang

mempengaruhi sedikitnya 160 spesies mamalia. Tikus, adalah reservoir yang paling

penting, walaupun mamalia liar yang lain yang sama dengan hewan peliharaan dan

domestic dapat juga membawa mikroorganisme ini. Leptospira meningkatkan

hubungan simbiosis dengan hostnya dan dapat menetap pada tubulus renal selama

beberapa tahun.

Transmisi leptospira dapat terjadi melalui kontak langsung dengan urin, darah,

atau jaringan dari hewan yang terinfeksi atau paparan pada lingkungan;

transmisi antar manusia jarang terjadi. Karena leptospira diekresikan melalui

urin dan dapat bertahan dalam air selama beberapa bulan, air adalah sarana

penting dalam transmisinya. Epidemik leptospirosis dapat terjadi melalui paparan

air tergenang yang terkontaminasi

Etiologi 4, 7

Leptospira adalah spirochaeta yang berasal dari famili Leptospiraceae.

Genus Leptospira terdiri atas 2 spesies: L.interrogans yang patogenik dan

L.biflexa yang hidup bebas. Organisme ini panjangnya 6 sampai 20 um dan

lebarnya 0,1 um; kurang berwarna tetapi dapat dilihat dengan mikroskop dengan

pemeriksaan lapangan gelap dan setelah pewarnaan silver. Leptospirosis

membutuhkan media dan kondisi khusus untuk tumbuh; membutuhkan waktu

beberapa bulan agar kultur menjadi positif.

Page 10: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

.

Patogenesis 4, 8

Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lender,

memasuki aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh.

Kemudian terjadi respon imunologi baik secara seluler maupun humoral sehingga

infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibodi spesifik. Walaupun demikian

beberapa organisme ini masih bertahan pada daerah yang terisolasi secara

imunologi seperti dalam ginjal dimana sebagian mikroorganisme akan mencapai

convoluted tubules, bertahan disana dan dilepaskan melalui urin. Leptospira

dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8 hari sampai beberapa minggu setelah

infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Leptospira

dapat dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme humoral. Kuman ini dengan

cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya agglutinin. Setelah fase

leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya dapat ditemukan dalam jaringan

ginjal dan okuler. Leptospiruria berlangsung 1-4 minggu. Tiga mekanisme yang

terlibat pada patogenese leptospirosis : invasi bakteri langsung, factor inflamasi

non spesifik, dan reaksi imunologi.

Page 11: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Patologi

Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin

yang bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi pada beberapa organ.

Lesi yang muncul terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada

leptospirosis terdapat perbedaan antara derajat gangguan fungsi organ dengan

kerusakan secara histiologik. Pada leptospirosis lesi histologis yang ringan

ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang nyata dari

organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada struktur

organ. Lesi inflamasi menunjukkan edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit

dan sel plasma. Pada kasus yang berat terjadi kerusakan kapiler dengan perdarahan

yang luas dan disfungsi hepatoseluler dengan retensi bile. Selain di ginjal leptospira

juga dapat bertahan pada otak dan mata. Leptospira dapat masuk kedalam cairan

serebrospinalis pada fase leptospiremia. Hal ini akan menyebabkan meningitis

yang merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi sebagai komplikasi

leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal, hati, otot

dan pembuluh darah. Kelainan spesifik pada organ :

1. Ginjal

Interstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuclear merupakan bentuk

lesi pada leptospirosis yang dapat terjadi tanpa gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal

terjadi akibat tubular nekrosis akut. Adanya peranan nefrotoksin, reaksi

imunologis, iskemia ginjal, hemolisis dan invasi langsung mikroorganisme juga

berperan menimbulkan kerusakan ginjal.

2. Hati

Hati menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit

fokal dan proliferasi sel kupfer dengan kolestasis. Pada kasus-kasus yang diotopsi,

sebagian ditemukan leptospira dalam hepar. Biasanya organisme ini terdapat

diantara sel-sel parenkim.

3. Jantung

Epikardium, endokardium dan miokardium dapat terlibat. Kelainan

miokardium dapat fokal atau difus berupa interstitial edema dengan infiltrasi sel

mononuclear dan plasma. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat

terjadi perdarahan fokal pada miokardium dan endokarditis.

4. Otot rangka

Page 12: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Pada otot rangka, terjadi perubahan-perubahan berupa local nekrotis,

vakuolisasi dan kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira disebabkan

invasi langsung leptospira. Dapat juga ditemukan antigen leptospira pada otot.

5. Mata

Leptospira dapat masuk ruang anterior dari mata selama fase leptospiremia

dan bertahan beberapa bulan walaupun antibody yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini

akan menyebabkan uveitis.

6. Pembuluh darah

Terjadi perubahan pada pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang akan

menimbulkan perdarahan. Sering ditemukan perdarahan/pteki pada mukosa,

permukaan serosa dan alat-alat viscera dan perdarahan bawah kulit

7. Susunan saraf pusat

Leptospira mudah masuk kedalam cairan cerebrospinal (CSS) dan dikaitkan

dengan terjadinya meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya respon

antibody, tidak pada saat memasuki CSS. Diduga bahwa terjadinya meningitis

diperantarai oleh mekanisme imunologis. Terjadi penebalan meninges dengan sedikit

peningkatan sel mononuclear arakhnoid. Meningitis yang terjadi adalah meningitis

aseptic, biasanya paling sering disebabkan oleh L. canicola.

8. Weil Disease

Weil disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya

disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam tipe kontinua.

Penyakit weil ini biasanya terdapat pada 1-6% kasus dengan leptospirosis. Penyebab

weil disease adalah serotype icterohaemorragica pernah juga dilaporkan oleh serotype

copanhageni dan bataviae. Gambaran klinis bervariasi berupa gangguan renal,

hepatic, atau disfungsi vascular.

Page 13: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Gejala klinis 4,8

Masa inkubasi biasanya 1-2 minggu tetapi antara 2-20 hari. Gambaran klinis dapat

dilihat pada table 2.

Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas yaitu fase leptospiremia akut

yang diikuti fase imun. Perbedaan kedua fase ini tidak selalu jelas, dan pada kasus-

kasus ringan tidak selalu diikuti fase kedua.

Tabel 2. Gambaran klinis pada Leptospirosis

Sering : demam, menggigil, sakit kepala, meningismus, anoreksia, mialgia,

conjuctival suffusion, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam

kulit, fotophobi

Jarang : pneumonitis, hemoptoe, delirium, perdarahan, diare, edema, splenomegali,

atralgia, gagal ginjal, peroferal neuritis, pancreatitis, parotitis, epididimytis,

hematemesis, asites, miokarditis

Fase Leptospiremia

Page 14: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Fase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan

serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya

di frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis, dan pinggang

disertai nyeri tekan. Mialgia dapat diikuti dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang

disertai mengigil, juga didapati, mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret,

bahkan pada sekitar 25% kasus disertai penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan

keadaaan sakit berat, bradikardi relative, dan ikterus (50%). Pada hari ke 3-4 dapat

dijumpai adanya konjungtiva suffusion dan fotofobia. Pada kulit dapat dijumpai rash

yang berbentuk macular, makulopapular atau urtikaria. Kadang-kadang dijumpai

splenomegali, hepatomegali, serta limfadenopati. Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika

cepat ditangani pasien akan membaik, suhu akan kembali normal, penyembuhan

organ-organ yang terlibat dan fungsinya kembali normal 3-6 minggu setelah onset.

Pada keadaaan sakit yang lebih berat, demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas

demam selam 1-3 hari, setelah itu terjadi demam kembali. Keadaan ini disebut fase

kedua atau fase imun.

Fase imun

Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibody, dapat timbul demam yang

mencapai suhu 400C disertai mengigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang

menyeluruh pada leher, perut dan otot-otot kaki terutama betis. Terdapat perdarahan

berupa epistaksis, gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremia, ikterik. Perdarahan

paling jelas terlihat pada fase ikterik, purpura, petechiae, epistaksis, perdarahan gusi

merupakan manifestasi perdarahan yang paling sering. Conjungtiva injection dan

conjungtival suffusion dengan ikterus merupakan tanda patognomosis untuk

leptospirosis.

Terjadinya meningitis merupakan tanda fase ini, walaupun hanya 50% gejala

dan tanda meningitis, tetapi pleositosis pada CSS dijumpai pada 50-90% pasien.

Tanda-tanda meningeal dapat menetap dalam beberapa minggu, tetapi biasanya

menghilang setelah 1-2 hari. Pada fase ini leptospira dapat dijumpai dalam urin.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI

Ditemukannya sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau granular) dan

proteinuria ringan pada leptospirosis anikterik menjadi gagal ginjal dan azotemia pada

kasus yang berat. Jumlah sedimen eritrosit biasanya meningkat. Pada leptospirosis

anikterik, jumlah leukosit antara 3000-26000/μL, dengan pergeseran ke kiri ; pada

Page 15: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Weil’s sindrom, sering ditandai oleh leukositosis. Trombositopenia yang ringan

terjadi pada 50 % pasien dan dihubungkan dengan gagal ginjal. Pada

perbandingannya dengan hepatitis virus akut, leptospirosis memiliki bilirubin dan

alkalin phospatase serum yang meningkat sama dengan peningkatan ringan dari

aminotransferase serum (sampai 200/ul). Pada Weil’s sindrom, protrombin time dapat

memanjang tetapi dapat dikoreksi dengan vitamin K. Kreatin phospokinase yang

meningkat pada 50 % pasien dengan leptospirosis selama minggu pertama perjalanan

penyakit, dapat membantu membedakannya dengan infeksi hepatitis virus.

Bila terjadi reaksi meningeal, awalnya terjadi predominasi leukosit

polimorfonuklear dan diikuti oleh peningkatan sel mononuklear. Konsentrasi protein

pada LCS dapat meningkat dan glukosa pada LCS normal.

Pada leptopirosis berat, lebih sering ditemukan abnormalitas gambaran

radiologis paru daripada berdasarkan pemeriksaan fisik berupa gambarab hemoragik

alveolar yang menyebar. Abnormalitas ini terjadi 3-9 hari setelah onset. Abnormalitas

radiografi ini paling sering terlihat pada lobus bawah paru.

Diagnosis

Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit, karena pasien biasanya

datang dengan meningitis, hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, syndrome syok

toksik, demam yang tidak diketahui asalnya dan diathesis hemoragik, bahkan

beberapa kasus datang sebagai pancreatitis. Pada anamnesis, penting diketahui

tentang riwayat pekerjaan pasien, apakah termasuk kelompok resiko tinggi.

Gejala/keluhan didapati demam yang muncul mendadak, sakit kepala terutama di

bagian frontal, nyeri otot, mata merah/fotofobia, mual atau muntah. Pada pemeriksaan

fisik dijumpai demam, bradikardi, nyeri tekan otot, hepatomegali dan lain- lain. Pada

pemeriksaan laboratorium darah rutin bisa dijumpai lekositosis, normal atau sedikit

menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang meninggi. Pada urin

dijumpai proteinuria, leukosituria dan torak (cast). Bila organ hati terlibat, bilirubin

direk meningkat tanpa peningkatan transaminase. BUN, ureum, dan kreatinin juga

bisa meninggi bila terjadi komplikasi pada ginjal. Trombositopeni terdapat pada 50%

kasus. Diagnosis pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi.

Kultur

Page 16: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

Dengan mengambil specimen dari darah atau CSS selama 10 hari pertama

perjalanan penyakit. Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan mengambil

specimen pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotic. Kultur urine diambil

setelah 2-4 minggu onset penyakit. Kadng-kadang kultur urin masih positif selama

memerapa bulan atau tahun setelah sakit. Untuk isolasi leptospira dari cairan atau

jaringan tubuh, digunakan medium Ellinghausen-McCullough-Johnson-Harris; atau

medium Fletcher dan medium Korthof. Spesimen dapat dikirim ke laboratorium

untuk dikultur , karena leptospirosis dapat hidup dalam heparin, EDTA atau sitrat

sampai 11 hari. Pada specimen yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat

digunakan.

Serologi

Jenis uji serologi dapat dilihat pada table 3 pemeriksaan untuk mendeteksi

adanya leptospira dengan cepat adalah dengan pemeriksaan Polymerase Chain

Reaktion (PCR), silver stain, atau fluroscent antibody stain, dan mikroskop lapangan

gelap.

Table 3. Jenis uji serologi pada Leptospirosis

Microscopic Agglutination Test (MAT) Macroscopic Slide AgglutinationTest

(MSAT)

Uji carik celup : Enzyme linked immunosorbant

assay

- Lepto Dipstick (ELISA)

- LeptoTek Lateral Flow Microcapsule agglutination test

Aglutinasi lateks kering Patoc-slide agglutination test

(PSAT)

(LeptoTek Dry-Dot) Sensitized erythrocyte lysis test

(SEL)

Indirect Fluorescent antibody test Counter immune

electrophoresis (CIE)

(IFAT)

Indirect haemagglutination test (IHA)

Uji aglutinasi lateks

Complement fixation test

Page 17: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

(CFT)

Diagnosis banding

Leptospirosis harus dibedakan dengan demam yang lain dihubungkan dengan

sakit kepala dan nyeri otot,seperti dengue, malaria, demam enterik, hepatitis virus,

dan penyakit rickettsia.

Pengobatan

Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi

keadaan dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada

leptospirosis. Gangguan fungsi ginjal umumnya dengan spontan akan membaik

dengan membaiknya kondisi pasien. Namun pada beberapa pasien membutuhkan

tindakan hemodialisa temporer.

Pemberian antibiotic harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian

dalam 4 hari setelah onset cukup efektif. Berbagai jenis antibiotic pilihan dapat dilihat

pada table 4. Untuk kasus leptospirosis berat, pemberian intra vena penicillin G,

amoxicillin, ampicillin atau eritromisin dapat diberikan. Sedangkan untuk kasus-kasus

ringan dapat diberikan antibiotika oral tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin atau

amoksisilin maupun sepalosporin.

Sampai saat ini penisilin masih merupakan antibiotika pilihan utama, namun

perlu diingat bahwa antibiotika bermanfaat jika leptospira masih di darah (fase

Page 18: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

leptospiremia). Pada pemberian penisilin dapat muncul reaksi Jarisch – Herxherimer 4

sampai 6 jam setelah pemberian intra vena, yang menunjukkan adanaya aktifitas anti

leptospira. Tindakan suportif diberikan sesuai dengan keparahan penyakit dan

komplikasi yang timbul. Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diatur

sebagaimana pada penanggulangan gagal ginjal secara umum. Kalau terjadi

azotemia/uremia berat sebaiknya dilakukan dialysis.

Prognosis

Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan ikterus, angka

kematian 5% pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-40%.

Leptospirosis selama kehamilan dapat meningkatkan mortality fetus.

Pencegahan

Pencegahan leptospirosis khususnya di daerah tropis sangat sulit. Banyaknya

hospes perantara dan jenis serotype sulit untuk dihapuskan. Bagi mereka yang

mempunyai resiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus diberikan perlindungan

berupa pakaian khusus yang dapat melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan

yang telah terkontaminasi dengan kemih binatang reservoir. Pemberian doksisiklin

200 mg perminggu dikatakan bermanfaat untuk mengurangi serangan leptospirosis

bagi mereka yang mempunyai resiko tinggi dan terpapar dalam waktu singkat.

Penelitian terhadap tentara amerika di hutan panama selama 3 minggu, ternyata dapat

mengurangi serangan leptospirosis dari 4-2 % menjadi 0,2%, dan efikasi pencegahan

95%.

Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoir sudah lama

direkomendasikan tetapi vaksinasi terhadap manusia belum berhasil dilakukan, masih

memrlukan penelitian lebih lanjut.

Page 19: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

BAB IV

KESIMPULAN

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan leptospira. Manusia

dapat terinfeksi melalui kontak dengan leptospira secara incidental. Gejala klinis yang

timbul mulai dari yang ringan sampai yang berat bahkan kematian, bila terlambat

mendapat pengobatan. Diagnosis dini yang tepat dan penatalaksanaan yang cepat

akan mencegah perjalanan penyakit menjadi berat. Pencegahan dini terhadap mereka

yang terekspos diharapkan dapat melindungi mereka dari serangan leptospirosis.

Page 20: 66001952-MAKALAH-leptospirosis

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Geo F: Mikrobiologi kedokteran ed 23, Jakarta, 2008, EGC.

Fauci, Anthony S: Harrison's principles of internal medicine ed 17, United States of

America, 2008, Mc Graw Hill.

Ganon WF: Buku ajar fisiology kedokteran ed 20, Jakarta, 2003, EGC.

Price, Sylvia A: Patofisiologi, Jakarta, 2006, EGC.

Sherwood, Lauralee: Fisiologi manusia dari sel ke sistem ed 2, Jakarta, 2001, EGC.

Sudoyo, Aru W: Buku ajar ilmu penyakit dalam ed 4, Jakarta, 2006, Pusat Penerbitan

Departmen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Sutanto, Inge: Parasitologi kedokteran ed 4, Jakarta, 2008, Balai Penerbit FKUI.

.