6. Refka Sindrom Nefrotik
-
Upload
erik-yunus-ammarie -
Category
Documents
-
view
18 -
download
12
description
Transcript of 6. Refka Sindrom Nefrotik
1
REFLEKSI KASUS
SINDROM NEFROTIK
RELAPS
OLEH:
NAMA : Yunus Ammarie
STAMBUK : 09 777 022
PEMBIMBING : dr. Amsyar Praja, Sp.A
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
RSUD UNDATA PALU
2014
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) merupakan penyakit ginjal dengan gejala edema
anasarca, proteinuria massif (> 50 mg/kgBB), hipoalbuminemia (< 2,5 gr/dl),
hiperkolesterolemia (> 250 mg/dl). (1,2,3)
Angka kejadian SN terbanyak pada anak umur antara 3-4 tahun dengan
perbandingan pria : wanita = 2 : 1. (1,3)
Penyebab pasti SN belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu
penyakit autoimun. Jadi, merupakan suatu reaksi antigen antibodi. Berdasarkan
etiologinya SN dapat dibagi menjadi 1) SN bawaan (kongenital), hal ini jarang
dijumpai dan bersifat autosomal, 2) SN primer/idiopatik yang berhubungan
dengan kelainan primer glomerulus dengan sebab tidak diketahui, 3) SN sekunder
yang disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti; DM, amiloidosis, hepatitis B,
malaria, schistosoma, lepra, sifilis dan lain-lain. (1,2,3)
Pada SN terjadi hipoalbuminemia, hal ini disebabkan oleh meningkatnya
ekskresi albumin dalam urin dan meningkatnya degradasi dalam tubulus renal
yang melebihi daya sintesis hati. (3,4)
Pengobatan SN menurut ISKDC (International Study of Kidney Disease in
Children) yaitu; pengobatan dengan kortikosteroid (prednison) dimulai dengan
dosis 60 mg/hari dibagi menjadi tiga atau empat dosis. Pada tahap ini prednison
diberikan setiap hari selama 28 hari (continuous day). Setelah itu, kita lakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memantau proteinuria, jika proteinuria +2 maka
hal ini berarti pasien berespon terhadap steroid, sehingga kortikosteroid
(prednison) diberikan selang sehari (alternating day) dengan dosis 2/3 dari dosis
awal selama 28 hari. Waktu yang dibutuhkan untuk berespon dengan prednison
sekitar 2 minggu, responnya ditetapkan pada saat urin bebas protein 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu. Jika anak berlanjut menderita proteinuria (+2 atau
lebih) setelah 1 bulan pemberian prednison dosis terbagi secara terus menerus
setiap hari, maka disebut resisten steroid dan terindikasi melakukan biopsi ginjal
untuk menentukan penyebab penyakit yang tepat.
2
Sedangkan pengobatan suportif pada SN yaitu; 1). Terapi dietetik dimana
pemberian garam dibatasi 1 gram/hari dan berikan makanan yang mengandung
protein sebanyak 1 gram/hari, 2). Pengobatan terhadap edema; dapat diberikan
diuretik (furosemid) dengan dosis 25-1000 mg/hari, 3). Hiperlipidemia; dapat
diberikan obat penghambat HMG-CoA reduktase seperti simvastatin, lovastatin
dan pravastatin. (1,3)
Komplikasi dari SN dapat terjadi infeksi sekunder, dan paling sering adalah
selulitis dan peritonitis, hipokalsemia, hipovolemia, dan bisa timbul penyulit lain
yang dapat terjadi diantaranya hipertensi, syok hipovolemik, gagal ginjal akut,
gagal ginjal kronik (setelah 5-15 tahun). (1,3)
Prognosis sindrom nefrotik bervariasi tergantung pada tipe kelainan
histopatologi. Prognosis untuk SN kongenital adalah buruk, pada banyak kasus
dalam 2-18 bulan akan terjadi kematian karena gagal ginjal. Sedangkan prognosis
untuk anak SN dengan kelainan minimal glomerulus sangat baik. Karena pada
kebanyakan anak berespon terhadap steroid; sekitar 50% mengalami 1-2 kali
relaps dalam 5 tahun dan 20% dapat relaps dalam kurun waktu 10 tahun setelah
didiagnosis. Hanya 30% anak yang tidak pernah relaps. Setidaknya sekitar 3%
anak yang respon terhadap steroid menjadi steroid resisten. Kematian pada
kelainan minimal glomerulus biasanya disebabkan oleh infeksi dan komplikasi
ekstra renal. (1,3)
3
LAPORAN KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 16 tahun 9 bulan, berat badan 38 kg, BB
koreksi 10% = 35 kg, tinggi badan 154 cm, kebangsaan Indonesia, suku Kaili,
tinggal di Desa Binangga, masuk rumah sakit tanggal 31 mei 2014 jam.
ANAMNESIS
Keluhan utama adalah bengkak seluruh badan
Keluahan ini berawal sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit, anak ini
awalnya mengeluh bengkak pada pada wajah, yang muncul setelah meminum obat
metilprednisolon, Bengkak pada wajah dan kelopak mata ini lebih sering muncul
pada pagi hari, 1 tahun lalu sudah di diagnosis sebagai Sindroma Nefrotik, dan
sudah diterapi, tetapi sekarang muncul kembali, dalam 1 tahun terakhir ini adalah
serangan kembali, riwayat demam -, riwayat kejang tidak ada, sakit kepala tidak
ada, sakit perut tidak ada, batuk tidak ada, sesak tidak ada, nafsu makan baik,
BAB lancar BAK lancar.
Riwayat penyakit terdahulu
Anak ini sebelumnya pernah mengalami hal yang sama dan pernah dirawat
dirumah sakit sebelumnya. 1 tahun lalu pasien sudah di diagnosis dengan sindrom
nefrotik.
Riwayat penyakit dalam keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat ANC lengkap
Riwayat sakit waktu hamil (-)
Riwayat hipertensi selama kehamilan (-)
Riwayat natal : Anak ini lahir spontan di rumah ditolong oleh bidan dengan berat
badan lahir 3000 gram sedangkan panjang badan dan lingkar kepala ibunya sudah
lupa. Saat lahir anak ini langsung menangis, tidak ada sianosis dan gerak aktif.
4
Riwayat perkembangan
Tiarap : 3 bulan
Merangkak : 8 bulan
Duduk : 7 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 1 tahun 2 bulan
Anamnesis makanan terperinci
Usia Riwayat makanan
0-6 bulan ASI
6 bulan – 8 bulan Bubur Susu & pisang + ASI / Susu
formula
8 bulan sampai – 11 bulan Bubur saring dicampur dengan wortel,
tomat, hati ayam + susu formula
11 bulan – sekarang Anak sudah bisa makan nasi + sayur +
lauk pauknya dan sudah makan sendiri
+ Susu formula
Selama perawatan Diet rendah garam dan diet protein
Riwayat imunisasi
Lengkap yaitu:
BCG: 1 kali (saat usia 2 bulan)
Hepatitis B: 3 kali (usia 0,1,6 bulan)
Polio: 4 kali (saat usia 0,2,4,6 bulan)
DTP: 3 kali (saat usia 2,4,6 bulan)
Campak: 1 kali (saat usia 9 bulan)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 130/80, Nadi = 94 kali/menit, frek.
napas= 24 kali/menit, S = 36,8 0 C
Kulit : sawo matang, turgor kulit < 2 detik
5
Kepala : bentuk bulat, rambut berwarna hitam, sukar dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik mata tidak
cekung, edema ( - )
Telinga : tidak ada sekret
Hidung : tidak ada sekret
Mulut : bibir lembab dan tidak pecah-pecah
Pharynx : tidak hiperemis
Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis
Leher : simetris, kaku kuduk (-), pembesaran KGB (-)
Paru-paru : bentuk datar, simetris, perkusi sonor, Rh -/-, Wh -/-
Jantung : ictus cordis terlihat dan teraba pada ICS V linea mid
clavicularis sinistra, batas jantung normal, BJ I & II murni
regular, tidak dijumpai adanya bising dan gallop.
Abdomen : bentuk kesan cembung, peristaltik (+) kesan normal,
perkusi redup, kembung (-), nyeri tekan pada keempat
kuadran abdomen (-), hati dan lien tidak teraba, asites (-)
Genitalia : edema pada scrotum (-)
Anggota gerak :
- Atas : bengkak pada lengan dan tangan, akral hangat
- Bawah : bengkak pada pretibial dan dorsum pedis, akral hangat
Resume
Pasien laki-laki 16 tahun 9 bulan, berat badan 38 kg, tinggi badan 154 cm,
masuk dengan keluhan bengkak pada wajah dan hipertensi sedang, bengkak pada
wajah sudah terjadi sejak 1 tahun lalu semenjak mengkonsumsi obat
metilprednisolon, tahun lalu sudah di diagnosis dengan sindrom nefrotik, pada
pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 130/80, pemeriksaan fisis lain dalam
batas normal.
Anjuran pemeriksaan : Pemeriksaan Kolestrol
Pemeriksaan Albumin
USG Abdomen
6
Biopsi Ginjal
Laboratorium
1. Darah lengkap :
WBC : 8,03 x 103/mm3
HGB : 13,0 g/dl
HCT : 40,5 %
PLT : 365 103/mm3
2. Urinalisis
Protein (++++)
Leukosit Penuh/Lp
Eritrosit ( + )
Silinder (-)
Epitel (+)
Kristal (-)
Diagnosis Kerja: Sindrom Nefrotik
Diagnosis Banding: Glomerulonefritis Akut
Terapi:
• Furosemid 2 x 40 mg
• Metilprednisolon 2-2-1/2
• Bed rest
• Diet rendah garam dan tinggi protein
FOLLOW UP
Tanggal Vital Sign Follow Up
7
& Jam
1-6-2014 TD : 120/90
N : 92x/mnt
P : 24 x/mnt
S : 36,5o C
S : Bengkak pada wajah dan palpebra (+), panas
(-), sakit kepala (-), batuk (-), sesak (-), sakit perut
(-), muntah (-),, BAB biasa.
O : KU sakit sedang, Compos Mentis
Wajah : bengkak pada palpebra (+)
Thorax : Simetris,retraksi -, rh -/-, wh -/-
Jantung : IC tampak dan teraba pada ICS V, BJ
I/II murni reguler
Abdomen : kesan Datar,peristaltik kesan normal
Genital : edema scrotum (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
A : Sindrom Nefrotik
P : Metilprednisolon 16 mg 2-2-1/2
Furosemid 2 x 1 tab
Bed Rest
Diet rendah garam tinggi protein
Tanggal
& Jam
Vital Sign Follow Up
2-6-2014 TD : 110/80
N : 92x/mnt
P : 24 x/mnt
S : 36,5o C
S : Bengkak pada wajah dan palpebra (+), panas
(-), sakit kepala (-), batuk (-), sesak (-), sakit perut
(-), muntah (-),, BAB biasa.
O : KU sakit sedang, Compos Mentis
Wajah : bengkak pada palpebra (+), bengkak pada
wajah ( + )
Thorax : Simetris,retraksi -, rh -/-, wh -/-
Jantung : IC tampak dan teraba pada ICS V, BJ
I/II murni reguler
Abdomen : kesan Datar,peristaltik kesan normal
Asites ( - )
Genital : edema scrotum (-)
8
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
A : Sindrom Nefrotik
P : Metilprednisolon 16 mg 2-2-1/2
Furosemid 2 x 1 tab
Bed Rest
Diet rendah garam tinggi protein
Tanggal &
Jam
Vital Sign Follow Up
3-6-2014 TD : 110/90
N : 90x/mnt
P : 24 x/mnt
S : 36,50 C
S : Bengkak pada wajah dan palpebra (+), panas
(-), sakit kepala (-), batuk (-), sesak (-), sakit perut
(-), muntah (-),, BAB biasa.
O : KU sakit sedang, Compos Mentis
Wajah : bengkak pada palpebra (+), bengkak pada
wajah ( + )
Thorax : Simetris,retraksi -, rh -/-, wh -/-
Jantung : IC tampak dan teraba pada ICS V, BJ
I/II murni reguler
Abdomen : kesan Datar,peristaltik kesan normal
Asites ( - )
Genital : edema scrotum (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
A : Sindrom Nefrotik
P : Metilprednisolon 16 mg 2-2-1/2
Furosemid 2 x 1 tab
Bed Rest
Diet rendah garam tinggi protein
DISKUSI
Seorang anak laki-laki berusia 16 tahun 9 bulan masuk rumah sakit RSUD
Undata Palu, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis didapatkan :
9
Keluhan utama berupa bengkak pada wajah dan tekanan darah tinggi
Adanya hipertensi ringan
Adanya oligouria
Ada Proteinuria
Berdasarkan hal diatas diagnosis sementara yang dapat ditegakkan pada
kasus ini adalah sindrom nefrotik (SN). Untuk lebih memastikannya maka
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan diperoleh hasil :
Terdapat protein dalam urin (poteinuria +4)
Terdapat leukosit dalam urin Penuh/lpb
Hasil pemeriksaan laboratorium ini mendukung ditegakkannya diagnosis
sindrom nefrotik. Dan hal ini sesuai dengan definisi dari SN yaitu keadaan klinis
yang terdiri dari edema dan proteinuria.
Penyebab utama terjadinya SN pada anak ini tidak dapat diketahui secara
pasti, karena sebenarnya untuk lebih memastikan tipe (penyebab) dari SN ini
dengan melakukan biopsi ginjal. Namun pada anak ini tidak dilakukan
pemeriksaan biopsi ginjal.
Ada 2 teori mengenai patofisiologi terjadinya edema pada SN; teori
underfille dan teori overfille. Pada teori underfille dijelaskan pembentukan edema
terjadi karena hipoalbuminemia, akibat kehilangan protein melalui urin.
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma, yang
merupakan transudasi cairan dari ruang inravaskular ke interstitiel. Penurunan
volume intravaskular menyebabkan penurunan tekanan perfusi ginjal, sehingga
terjadi pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron, yang merangsang
reabsorpsi natrium di tubulus distal. Penurunan volume intravascular juga
merangsang pelepasan ADH yang mempertinggi penyerapan air dalam ductus
colectivus. Karena tekanan onkotik kurang maka cairan dan natrium yang telah
direabsorpsi masuk kembali ke ruang interstitiel sehingga memperberat edema. (3,4)
Sedangkan pada teori overfille dijelaskan retensi natrium dan air diakibatkan
karena mekanisme intra renal primer dan tidak bergantung pada stimulasi sistemik
perifer. Serta adanya agen dalam sirkulasi yang meningkatkan permeabilitas
kapiler di seluruh tubuh serta ginjal. Retensi natrium primer akibat defek
10
intrarenal ini menyebabkan ekspansi cairan plasma dan cairan ekstraselular.
Edema yang terjadi diakibatkan overfilling cairan ke dalam ruang interstitiel.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar di bawah ini: (3,4)
Gejala klinis SN adalah edema. Dimana edema merupakan gejala klinis
yang paling menonjol, kadang-kadang mencapai 40% daripada berat badan dan
didapatkan anasarka. Edema biasanya diawali pada wajah dan palpebra, kemudian
pada perut (asites) karena adanya akumulasi cairan di intraperitoneal dan kaki
serta edema scrotum. Selain itu, dapat pula terjadi sesak napas karena adanya
cairan pada rongga pleura (efusi pleura) ataupun akibat tekanan abdominal yang
meningkat akibat asites. Pada asites yang berat dapat terjadi hernia umbilikalis
dan prolaps ani. (1,5,6)
Seringkali cairan yang menyebabkan edema dipengaruhi oleh gaya gravitasi
sehingga bengkak dapat berpindah-pindah. Saat malam cairan terakumulasi di
tubuh bagian atas seperti kelopak mata. Disaat siang hari cairan terakumulasi di
bagian bawah tubuh yaitu tungkai bawah. Selama edema masih banyak, biasanya
produksi urin berkurang. Penderita sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Selain
edema juga dapat dijumpai proteinuria massif (> 50 mg/kgBB), hipoalbuminemia
< 2,5 gr/dl, hiperkolesterolemia (> 250 mg/dl). Selain gejala-gejala tersebut di atas
11
gejala lain yang dapat dijumpai pada penderita SN adalah anoreksia, fatique, nyeri
abdomen dan berat badan meningkat dari sebelumnya. (1,5,6)
SN pada kasus ini didiagnosis banding dengan GNA karena gejala klinis
kedua penyakit ini sama yakni berupa edema. Pada anak ini ditemukan adanya
hipertensi. Sesuai dengan teori dikatakan bahwa hipertensi lebih sering terjadi
pada anak dengan GNA. Namun, pada literatur atau teori lain dikatakan bahwa
hipertensi ringan-sedang sering ditemukan pada SN dan menjadi normotensi
bersamaan dengan peningkatan diuresis. Hal ini berbeda dengan hipertensi pada
GNA, dimana sering terjadi hipertensi berat sehingga memerlukan terapi anti
hipertensi selama perawatan.
Penatalaksanaan pada kasus ini yakni secara non-medikamentosa dengan
bedrest total, diet rendah garam dan diet protein 1 gr/kgBB/hari. Sedangkan
medikamentosa dengan pemberian diuretik berupa furosemid dengan dosis
2x40 mg sebagai diuretik untuk mengurangi edema, dan Metilprednisolon 2
mg/kgBB/hari 2-2-1/2.
Pada pasien ini tidak terdapat komplikasi, walaupun sebenarnya pasien ini
belum dibolehkan untuk pulang. Berdasarkan teori, komplikasi dari SN dapat
terjadi: (1,3)
1. Infeksi sekunder, dan paling sering adalah selulitis dan peritonitis
2. Hipokalsemia, terjadi karena penggunaan steroid jangka panjang yang
menimbulkan osteoporosis dan karena kebocoran metabolit vitamin D
3. Hipovolemia, akibat pemberian diuretik yang berlebihan dengan gejala
hipotensi, takikardia, ekstremitas dingin dan sering disertai sakit perut
4. Penyulit lain yang dapat terjadi diantaranya hipertensi, syok hipovolemik,
gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik (setelah 5-15 tahun).
Prognosis sindrom nefrotik bervariasi tergantung pada tipe kelainan
histopatologi. Prognosis untuk SN kongenital adalah buruk, pada banyak kasus
dalam 2-18 bulan akan terjadi kematian karena gagal ginjal. Sedangkan prognosis
untuk anak SN dengan kelainan minimal glomerulus sangat baik. Karena pada
kebanyakan anak berespon terhadap steroid. Kematian pada kelainan minimal
12
glomerulus biasanya disebabkan oleh infeksi dan komplikasi ekstra renal. Seperti
pada pasien ini prognosisnya dubia, karena pasien berespon terhadap steroid
karena kemungkinan besar anak ini SN dengan kelainan minimal glomerulus.
Pada saat rawat jalan orang tua anak ini tetap dianjurkan untuk tidak
memberikan makanan yang banyak mengandung garam serta makanan yang
berlemak kepada anaknya, melainkan harus lebih banyak memberikan makanan
yang mengandung protein seperti putih telur, tahu tempe, serta sayur dan buah-
buahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hassan R, Alatas H. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Cetakan ke-11. Jakarta:
FKUI; 2007.
2. Mirzanie H, Leksana. Buku saku anak pediatricia. 2nd ed. Jogjakarta: 2006.
13
3. Wahab AS dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume III. 15th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.
4. Silbernagl S. Color atlas of pathophysiology [ebook]. Stuttgart; New
York: 2000.
5. Zitelli BJ, Davis HW. Atlas of pediatric physical diagnosis [ebook]. 5 th ed.
University of colorado school of medicine; Colorado: 2007.
6. https://www.medscape.com-syndrome nephrotic.html
14