SINDROM NEFROTIK baru
-
Upload
faridha-ulfa -
Category
Documents
-
view
48 -
download
1
Transcript of SINDROM NEFROTIK baru
SINDROM NEFROTIK
I. PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis (GN) ditandai dengan edema anasarka, proteinuria massif ≥
3,5g/hari, hipoalbuminemia < 3,5g/dl, hiperkolesterolemia, dan lipiduria. Pada proses
awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala tersebut harus
ditemukan. Proteinuria massif merupakan tanda khas SN, tetapi pada SN berat yang
disertai kadar albumin serum rendah ekskresi protein dalam urin juga berkurang.
Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada SN.
Hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan lipiduria, gangguan keseimbangan nitrogen,
hiperkoagulabilitas, gangguan metabolism kalsium dan tulang, serta hormone tiroid
sering dijumpai pada SN. Umumnya pada SN fungsi ginjal normal kecuali sebagian
kasus yang berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Pada beberapa
episode SN dapat sembuh sendiri dan menunjukkan respons yang baik terhadap terapi
steroid, tetapi sebagian lain dapat berkembang menjadi kronik. (1)
Sindroma nefrotik disertai beberapa penyakit glomerulus (idiopatik)
primer, atau mungkin berkaitan dengan berbagai gangguan sistemik dengan ginjal
yang terserang secara sekunder. Contoh penyakit ginjal primer yang disebabkan oleh
sindrom nefrotik adalah GN perubahan minimal, GN membranosa, glomerosklerosis
fokal, GN proliferative mesangial, dan GN membrano proliferatif (pembahasan
selanjutnya). Contoh penyakit sistemik dan zat-zat yang berhubungan dengan
sindrom nefrotik adalah diabetes glomerulo-sklerosis, SLE, amiloidosis, purpura
Henoch Schonlein, obat-obatan (missal, Au, captopril, heroin jalanan), penyakit
kompleks-imun lain yang disebabkan oleh infeksi kronik (misalnya, hepatitis B,
endokarditis, infeksi pirau), neoplasma, dan sindrom imunodefisiensi didapat (AIDS).
Anak-anak dan dewasa berbeda dalam prevalensi etiologi sindrom nefrotik. Sindrom
nefrotik pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh penyakit pada anak-anak lebih
sering disebabkan oleh penyakit glomerulus primer, sedangkan pada orang dewasa
paling sering disebabkan oleh gangguan sistemik.(2)
Kelainan histopatologi pada SN primer meliputi nefropati lesi minimal,
nefropati membranosa, glomerulo-sklerosis fokal segmental, glomerulo-sklerosis
fokal segmental, glomerulonefritis membrano-proliferatif. Penyebab SN sekunder
sangat banyak, diantaranya penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan, penyakit
multisystem dan jaringan ikat, reaksi alergi, penyakit metabolik, penyakit herediter-
familial, toksin, transplantasi ginjal, thrombosis vena renalis, stenosis arteri renalis,
obesitas massif.(3)
II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Sindrom ini dapat mengenai semua umur, tetap sebagian besar (74%) dijumpai
pada usia 2-7 tahun. Kasus sindrom nefrotik pada anak paling sering ditemukan pada
usia 18 bulan – 4 tahun. Kejadian sindrom nefrotik pada anak sekitar 1-2/100.000
anak. Rasio laki-laki : perempuan = 2:1, sedangkan pada masa remaja dan dewasa
rasio ini berkisar 1:1.(4)
Di klinik (75%-80%) kasus SN merupakan SN primer (idiopatik). Pada anak-
anak (< 16 tahun) paling sering di temukan Nefropati lesi minimal (75%-85%)
dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% < 6 tahun saat diagnosis dibuat dan laki-laki
dua kali lebih banyak dari pada wanita. Pada orang dewasa paling banyak nefropati
membranosa (30%-50%), umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-laki
dengan wanita 2 : 1. Kejadian SN idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun sedangkan
pada dewasa 3/1.000.000/tahun. Sindrom nefrotik sekunder pada orang dewasa
terbanyak disebabkan oleh Diabetes mellitus.(3)
III. ANATOMI, HISTOLOGI, DAN FISIOLOGI
a. Anatomi.
Pemahaman mengenai anatomi normal dan varian anatomi normal ginjal dan
sistem kolektivus penting untuk menginterprestasi pencitraan. Ginjal terletak di
retroperitoneum dengan hilum terletak setinggi vertebra L1. Pada orang dewasa,
kedua ginjal memiliki panjang 10-12 cm diukur dari satu kutub ke kutub yang lain.
Panjang ginjal kurang lebih 5,5 cm pada neonatus, dan bertambah besar mencapai
ukuran dewasa pada usia 8 tahun. Parenkim ginjal orang dewasa memiliki ketebalan
setidaknya 2 cm.(5)
Setiap hilum ginjal terdiri dari vena renalis, arteri renalis, pelvis renalis, dan
ureter proksimal. Di dalam ginjal, pelvis yang berhubungan dengan ureter terbagi
menjadi dua atau tiga kaliks mayor, dimana setiap kaliks mayor terbagi menjadi
beberapa kaliks minor. Setiap kaliks minor berhubungan langsung dengan papilla
ginjal dan di bagian ini tubulus kolektivus akan mengeluarkan urin ke dalam ureter.
Ureter turun sepanjang garis yang menghubungkan ujung prosessus transversus
vertebra lumbal, dan masuk ke kandung kemih melalui persambungan uretrovesikal.
Kandung kemih adalah organ pelvis ekstraperitoneal yang terletak di anterior uterus
pada perempuan dan di anterior rektum pada laki-laki. Uretra laki-laki dari proksimal
ke distal terbagi menjadi parsprostatika, pars membranosa, dan pars spongiosa. Uretra
perempuan memiliki struktur yang lebih pendek.(5,6)
b. Histologi
Unit kerja fungsional ginjal disebut nefron. Dalam setiap ginjal terdapat sekita
1 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap
nefron terdiri dari kapsula bowman, yang mengintari kapiler glomerulus, tubulus
kontortus proksimal, lengkung henle, dan tubulus kontortus distal, yang
menggosongkan diri ke duktus kolektivus.5
Kapsula bowman merupakan suatu invaginasi dari tubulus proksimal.
Terdapat ruang yang mengandung urin antara rumbai kapiler dan kapsula bowman,
dan ruang yang mengandung urin ini kenal dengan nama ruang bowman atau ruang
kapsular. Kapsula bowman dilapisi oleh sel-sel epitel, antara lain sel epitel parietalis
yang membentuk bagian terluar dari kapsula dan sel viseralis yang membentuk
Gambar1: Anatomi Traktus Urinarius (kepustakaan no. 11)
Gambar2: Anatomi struktur ginjal (kepustakaan no. 9)
bagian dalam kapsula. Sel viseralis membentuk tonjolan-tonjolan atau kaki-kaki yang
disebut podosit, yang bersinggungan dengan membrana basalis.5
Membrana basalis membentuk lapisan tengah dinding kapiler, terjepit diantara
sel-sel epitel pada satu sisi dan sel-sel endotel pada sisi yang lain. Sel-sel endotel
membentuk bagian dalam dari rumbai kapiler. Tidak seperti sel-sel epitel, sel endotel
langsung berkontak dengan membrana basalis.5
Aparatus jukstaglomerulus terdiri dari tiga macam sel, yaitu jukstaglomerulus
atau sel granular pada dinding arteriol aferen, makula densa tubulus distal, dan
mesangial ekstraglomerular atau sel lacis.5
c. Fisiologi.
Gambar 3 : unit fungsional nefron (kepustakaan no.9)
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi volume
cairan ekstraseluler dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel
ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorpsi, dan sekresi tubulus.5
Pembentukan urin dimulai dengan proses filtrasi glomerulus plasma. Sekitar
seperlima plasma atau 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula
bowman. Ini dikenal dengan istilah laju filtras glomerulus (GFR). Sel-sel darah dan
molekul-molekul protein yang besar atau protein yang bermuatan negatif (seperti
albumin) secara efektif akan tertahan oleh seleksi ukuran dan seleksi muatan yang
merupakan cirri khas sawar membran filtrasi glomerular, sedang molekul yang
berukuran lebih kecil atau dengan beban yang netral atau positif sudah langsung
tersaring.5
Langkah kedua setelah pembentukan urin secara filtrasi adalah reabsorpsi
selektif zat-zat yang sudah difiltrasi. Sebagian besar zat yang difiltrasi direabsorpsi
melalui “pori-pori” kecil yang terdapat dalam tubulus sehingga akhirnya zat-zat
tersebut kembali kedalam kapiler peritubulus yang mengelilingi tubulus. Disamping
itu, beberapa zat disekresi pula dari pembuluh darah peritubulus sekitar ke dalam
tubulus.5
IV. ETIOLOGI
Sindrom nefrotik disebabkan oleh banyak varian penyakit, seperti kerusakan
ginjal, terutama pada MBG. Secara langsung, dapat menyebabkan ekskresi protein
abnormal dalam urin. Penyebab paling sering pada anak-anak adalah minimal lesi,
dan glomerulonefritis membrane pada orang dewasa. (7)
Sebab yang pasti dari SN belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai
suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen antibody.(7)
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi :
A. Sindrom nefrotik bawaan/ kongenital
Disebut sebagai sindrom nefrotik kongenital, karena terjadi sebelum bayi berusia
tiga bulan.1 Diturunkan secara resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.
Resisten terhadap semua pengobatan, gejalanya adalah edema pada masa
neonatus. Prognosisnya buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-
bulan pertama kehidupannya.(7)
B. Sindrom nefrotik primer/ idiopatik
Berdasarkan kelainan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan
mikroskop biasa dan mikroskop elektron. Churg membagi dalam 4 golongan
yaitu:
1. Kelainan minimal/ Minimal Change Disease (MCD)
Gambar di atas merupakan gambar 2 glomerulus yang dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron. Empat panah pada gambar sebelah kiri
menunjukkan penampakan sel glomerulus normal yang merupakan bagian
paling penting dalam proses filtrasi yang berfungsi untuk mengatur apa saja
yang dapat lolos dan apa saja yang tetap tinggal di sirkulasi. Sedangkan pada
gambar sebelah kanan, yang diambil dari gambaran glomerulus pasien dengan
Minimal Change Disesase (MCD), tampak gambaran selnya “meleleh” menjadi
satu lapisan sehingga tidak mampu menfiltrasi protein dan akhirnya akan keluar
melalui urin.(8)
2. Nefropati membranosa/ Membranous Nephropathy (MN)
MN jarang menjadi penyebab sindrom nefrotik pada anak tetapi sering
pada orang dewasa.1 MN disebabkan oleh akumulasi kompleks imun pada
membrana basalis di gromerulus yang terjadi akibat adanya antobodi yang
menyerang sesuatu yang dianggap antigen. Kompleks imun akan mengaktifkan
sistem imun yang yang akan menyebabkan inflamasi dan kerusakan pada
membrana basalis glomerulus itu sendiri. (8)
Gambar 1 : Normal glomerulus. (8)
Gambar 2 : Glomerulus dengan Minimal Change Disease
(MCD). (8)
Gambar 3: Proses terjadinya Membranous Nephropathy (MN) yang disebabkan oleh kompleks imun.8
3. Glumerulonefritis membranoproliferatif/ Membranoproliverative
Glomerulonephritis (MPGN)
Biasa ditemukan pada anak besar dan dewasa muda sekitar 8 – 30 tahun.
(1,8)
Gambar 4: Kiri: normal glomerulus, Kanan: terjadi penebalan pada membrana basalis glomerulus pada Membranous Nephropathy (MN).8
Gambar 5:Terdapat deposit kompleks imun pada subendotel glomerulus yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan membrana basalis.8
4. Glumerulosklerosis fokal segmental/ Focal Segmental
Glomerulosclerosis (FSGS).
FSGS adalah sebutan untuk sindrom nefrotik dimana terdapat jaringan
parut pada glomerulus. Kata “focal”, ditambahkan karena pada FSGS,
hanya beberapa glomerulus yang mengalami kerusakan. “Segmental” juga
dipakai karena hanya beberapa bagian dari glomerulus yang menjadi
jaringan parut. Sehingga FSGS memiliki pengertian, hanya sebagian dari
glomerulus yang rusak (menjadi jaringan parut). (8)
Sindrom nefrotik primer/ idiopatik merupakan penyebab paling sering.
Perlu diingat bahwa penyakit-penyakit yang termasuk golongan nefrosis, yaitu
Gambar 6: Gambaran ilustrasi pada glomerulus normal.8
Gambar 7: Gambaran ilustrasi FSGS.8
penyakit yang terutama mengenai tubulus, tidak ada yang menyebabkan SN.
(1)
Menurut tinjauan Robson pada lebih dari 1400 kasus, beberapa jenis
glomerulonefritis primer merupakan penyebab dari 78% sindrom nefrotik
pada orang dewasa dan 93% pada anak-anak. Pada 22% orang dewasa
keadaan ini disebabkan oleh gangguan sistemik (terutama diabetes melitus,
amiloidosis, dan thrombosis vena renalis), dimana ginjal terlibat secara
sekunder atau karena mengalami respon abnormal terhadap obat atau alergen
lain. (1)
Cause Microscopic Characteristics
Minimal change
disease (MCD)
Mostly idiopathic Effacement of foot processes
on electron microscopy
Focal segmental Primary: idiopathic, genetic Sclerosis and hyalinosis of
Tabel : Penyebab Sindrom Nefrotik Primer. (9)
glomerulosclerosis
(FSGS)Secondary: sickle cell
disease, reflux ne-
phropathy, heroine use,
HIV, cyclosporine toxicity
segments of less than 50% of all
glomeruli with electron
microscopy
Membranous
glomerulopathy
(MN)
Hepatitis B, SLE,
malignancies,
penicillamine, gold
Thickening of the glomerular
basement membrane with
electron mi- croscopy; IgG and
C3 deposits with
immunofluorescent staining
Membrano-
proliferative-
glomerulonephritis
(MPGN)
HIV, hepatitis B, hepatitis
C, cryoglobuline- mia, SLE,
malignancies
Type I: subendothelial and
mesangial immune deposits with
electron microscopy; decreased
plasma levels of C1q, C4, C3
Type II: intramembranous dense
deposits with electron
microscopy;decreased plasma
levels of C3
C. Sindroma nefrotik sekunder (1,3)
1. Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom
Alport,miksedema.
2. Infeksi : hepatitis B dan C, malaria, schistosomiasis mansoni, tuberkulosis,
subacute bacterial endocarditis, cytomegalic inclusion disease, lepra, sifilis,
streptokokus, HIV AIDS.
3. Efek obat, Toksin dan Alergen: Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS),
logam berat (Hg), preparat emas, Trimethadion, paramethadion, probenecid,
penisillamin, vaksin polio, kaptopril, herion, tepung sari, racun serangga,
bisa ular.
4. Penyakit sistemik bermediasi imunologik: Lupus Eritematosus Sistemik,
purpura Henoch-Schonlein, sarkoidosis.
5. Neoplasma : tumor paru, limfoma Hodgkin, leukemia, tumor
gastrointestinal.
6. Penyakit perdarahan : Hemolytic Uremic Syndrome.
V. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Pemahaman patogenesis dan patofisiologi sangat penting dan merupakan
pedoman pengobatan rasional untuk sebagian besar pasien SN.1
Proteinuria
Proteinuria merupakan kelainan dasar SN. Proteinuria sebagian besar berasal
dari kebocoran glomerulus (proteinuria glomerular) dan hanya sebagian kecil berasal;
dari sekresi tubulus (proteinuria tubular). Perubahan integritas membrane basalis
glomerulus terhadap protein plasma dan protein utama yang diekskresikan dalam urin
adalah albumin.
Derajat proteinuria tidak berhubungan langsung dengan keparahan kerusakan
glomerulus. Pasase protein plasma yang lebih besar dari 70 kD melalui membrane
basalis glomerulus normalnya dibatasi oleh charge selective barrier ( suatu
polyanionic glycosaminoglycan) dan size selective barrier. Pada nefropati lesi
minimal, proteinuri disebabkan terutama oleh hilangnya change selectivity sedangkan
pada nefropati membranosa disebabkan terutama oleh hilangnya size selectivity.
Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urin dan
peningkatan katabolisme albumin di ginjal. Sintesis protein di hati biasanya
meningkat (namun tidak memadai untuk mengganti kehilangan albumin dalam urin),
tetapi mungkin normal atau menurun.(1)
Hiperlipidemi
Kolesterol serum, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein
(LDL), trigliserida meningkat sedangkan high density lipoprotein (HDL) dapat
meningkat, normal atau menurun. Hal ini disebabkan peningkatan sintesis lipid di
hepar dan penurunan katabolisme di perifer (penurunan pengeluaran lipoprotein,
VLDL, kilomikron dan intermediate density lipoprotein dari darah). Peningkatan
sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan albumin serum dan penurunan
tekanan onkotik. (1)
Lipiduri
Lemak bebas ( oval fat bodies) sering ditemukan pada sedimen urin. Sumber
lemak ini berasal dari filtrate lipoprotein melalui membrane basalis glomrulus yang
permeable. (1)
Edema
Dahulu diduga edema disebabkan penurunan tekanan onkotik plasma akibat
hipoalbuminemi dan retensi natrium (teori underfill). Hipovolemi menyebabkan
peningkatan rennin, aldosteron, hormone antidiuretik dan katekolamin plasma serta
penurunan atrial natriuretic peptide (ANP). Pemberian infuse albumin akan
meningkatkan volume plasma, meningkatkan laju infiltrasi glomerulus dan ekskresi
fraksional natrium klorida dan air yang menyebabkan edema berkurang. Penelitian
lain mengemukakan teori overfill. Bukti adanya ekspansi volume adalah hipertensi
dan aktivitas rennin plasma yang rendah serta peningkatan ANP. (1)
Beberapa penjelasan berusaha menggabungkan kedua teori ini, misalnya
disebutkan bahwa pembentukan edema merupakan proses dinamis. Didapatkan
bahwa volume plasma menurun secara bermakna pada saat pembentukan edema dan
meningkat selama fase dieresis. (1)
Hiperkoagulabilitas
Keadaan ini disebabkan oleh hilangnya antitrombin (AT) III, protein S, C dan
plasminogen activating factor dalam urin dan meningkatnya factor V, VII, X,
trombosit, fibrinogen, peningkatan agregasi trombosit, perubahan fungsi sel endotel
serta menurunnya factor zimogen (factor IX,XI). (1)
Kerentanan terhadap infeksi
Penurunan kadar immunoglobulin Ig G dan Ig A karena kehilangan lewat
ginjal, penurunan sintesis dan peningkatan katabolisme menyebabkan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi bakteri berkapsul seperti Streptococcus pneumonia,
Klebsiella, Haemophilus. Pada SN juga terjadi gangguan imunitas yang diperantarai
sel T. sering terjadi bronkopneumoni dan peritonitis. (1)
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. 6
a. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di ke dua kelopak mata, perut,
tungkai, atau seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang berkurang. Keluhan
lain juga dapat ditemukan seperti urin berwarna kemerahan. 6
b. Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan fisik sindrom nefrotik dapat ditemukan edema di kedua
kelopak mata, tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum/labia. Kadang-kadang
ditemukan hipertensi. 6
c. Pemeriksaan penunjang
Pada urinalisis ditemukan proteinuria masif (3+ sampai 4+), dapat disertai
hematuria. Pada pemeriksaan darah didapatkan hipoalbuminemia (< 2,5 g/dl),
hiperkolesterolemia, dan laju endap darah yang meningkat, rasio albumin/globulin
terbalik. Kadar ureum dan kreatinin umumnya normal kecuali ada penurunan fungsi
ginjal.
d. Radiologi
1. X-Ray
Pada pemeriksaan foto toraks, tidak jarang ditemukan adanya efusi
pleura dan hal tersebut berkorelasi secara langsung dengan derajat sembab dan
secara tidak langsung dengan kadar albumin serum. Sering pula terlihat
gambaran asites.15,16
Gambar 4: Efusi pleura, tampak perselubungan homogen dan meniscus sign pada hemithoraks kanan (kepustakaan no. 16)
Gambar 5: Asites pada pemeriksaan foto abdomen left lateral (kepustakaan no. 7)
Ginjal kecil halus bilateral biasanya disebabkan oleh atrofi pasca-
obstruksi, glomerulonefrits kronik, nekrosis papiler kronik, dan arteriosklerosis
kronik karena penuaan. Ginjal ireguler kecil bilateral disebabkan oleh nefropati
refluks bilateral atau infeksi ginjal kronik.7
2. USG Abdomen
Glomerulonefritis adalah kondisi peradangan pada glomerulus ginjal.
Pasien mungkin mengeluh dengan gagal ginjal akut disertai oliguria atau anuria,
atau dengan gejala klinik dari sindrom nefrotik seperti edema, proteinuria, dan
hipoalbuminemia. Sama halnya pada nekrosis tubular akut, pada pemeriksaan
USG gambarannya tidak spesifik. Pada tahap yang akut ginjal mungkin akan
sedikit membesar dan akan menjadi echogenic setelah 10 hari. Pada tahap yang
kronik, ginjal akan mengecil dengan gambaran USG yang hyperechoic akibat dari
hilangnya ketebalan dari kortikal dan terjadi perubahan pada kortikomedular.11,12,15
Gambar 6: Ginjal kecil bilateral pada seorang pasien dengan glomerulonefritis kronik. (Kepustakaan no.7)
Pada sindrom nefrotik yang disebabkan oleh thrombosis vena renalis,
akan tampak trombus dengan gambaran echo yang lemah di dalam vena renalis
yang melebar, yang berjalan di samping arteri renalis di bagian aksila melalui
hilus ginjal. Warna Doppler menggambarkan tidak adanya aliran darah pada
vena.1
Gambar 9: Trombosis vena renalis. Tampak ginjal mengecil (6 cm) yang menunjukkan adanya gangguan perfusi dari ginjal. (kepustakaan 11)
Gambar 7: Ginjal tampak membesar pada tahap akut. (Kepustakaan no. 11)
Gambar 8: Ginjal tampak mengecil pada tahap kronik. (Kepustakaan no. 11)
3. CT-Scan Abdomen
Ginjal akan tampak membesar dan juga sering terjadi penipisan pada
ginjal. Vena-vena ginjal akan melebar dan akan tampak filling defect setelah
kontas dimasukkan melalui intravena. 11,14
Gambar 10: CT- Scan Abdomen pada sindrom nefrotik yang disebabkan oleh trombosis vena renalis kiri. Tampak trombus pada vena renalis kiri yang mengalami pembesaran (tanda panah) dengan ekstravasasi kontras pada parenkim ginjal. (Kepustakaan 14)
Gambar 11: Pembesaran pada vena renalis kiri (panah) dan pembesaran pada ginjal kiri dengan hematoma di subcapsular, perirenal, dan posterior daerah pararenal. (Kepustakaan no. 14)
4. Venografi
Pemeriksaan inferior vena cavagram jarang dilakukan. Pada pemeriksaan
ini, kateter harus diposisikan tepat di bawah pembuluh darah ginjal dan
menggunakan kontras yang dimasukkan secara bolus. Tidak tampaknya pola aliran
darah yang normal atau tampak filling defect menggambarkan adanya trombus
pada vena cava inferior, ini merupakan diagnosis yang pasti. 11,14
DAFTAR PUSTAKA
1. Prodjosudjadi W. Sindrom Nefrotik. Dalam: Sudoyo A.W, dkk (editor). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. 4th edition. 2006. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hal 546-549.
2.