Anak - Sindrom Nefrotik
-
Upload
faysha-dhini -
Category
Documents
-
view
116 -
download
5
description
Transcript of Anak - Sindrom Nefrotik
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN
SINDROM NEFROTIK
OLEH :Aji Maulana Agung W
Rusto Sigit JatmikoSuyono
Farid Azhari
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKERTO2013
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dua dari 10.000 orang mengalami sindroma nefrotik. Sindom Nerfrotik sulit
ditentukan pada usia dewasa, karena biasanya kondisinya menyerupai penyakit
lain. Pada anak-anak, biasanya lebih banyak dialami oleh anak laki dibandingkan
perempuan, usia antara 2 -3 tahun. Oleh karena itu SN harus benar-benar
diketahui sedini mungkin tentang proses dan perjalanan penyakitnya supaya
nantinya kita tahu, cepat dan dapat menentukan diagnosa keperawatan serta
intervensi yang tepat dalam menangani pasien dengan SN, maka dengan latar
belakang tersebut penulis penyusun laporan ini.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
a. Memberikan asuhan keperawatan pd pasien dengan SN
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami pengertian dan maksud penyakit sindrom
nefrotik
b. Mengetahui dan memhami tentang proses penykit sindrom nefrotik
c. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan, factor penyebab, resiko,
komplikasi, manifestasi dari sindrom nefrotik
d. Mengetahui dan memahami tentang pengobatan sindrom nefrotik
BAB 2
A. PENGERTIAN
1. Merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular
yang terjadi pada anak dengan karkteristik, proteinuria, hypoproteinuria,
hypoalbuminemia, hyperlipidemia, dan edema.
2. Merupakan proses akut masif yang ditandai oleh :
a. Peningkatan protein dalam urin
b. Hypoalbuminemia
c. Edema
d. Serum kolesterol yang tinggi dan Lipoprotein densitas rendah
(Hipolipidemia)
Kerusakan membran kapiler glomerulus
Peningkatan permeabilitas glomerulus
3. Sindrom Nefrotik ditandai oleh Proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema
dan hiperlipidemia. Insiden tertinggi pada usia 3-4 tahun, rasio lelaki dan
perempuan 2:1 (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
4. Keadaan dimana terjadi ganggun pada system filtrasi ginjal, yaitu terutama
pada glomerulusnya. Dalam keadaan normal glomeruli ginjal berfungsi
melakukan filtrasi terhadap protein yang akan dikeluarkn oleh air seni.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Nefrotik Syndrom)
B. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya Sindrom Nefrotik dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Primer / Idiopatik
a. Yang berhubungan dengan kelainan primer glomerulus dengn sebab tidak
diketahui.
b. Banyak terjadi pada usia sekolah (74% pada usia 2 – 7 tahun)
c. Pria dan wanita 2 : 1
d. Diawali dengan infeksi virus pada saluran nafas atas.
2. Sekunder
a. Disebabkan oleh kerusakan glomerulus (akut/kronik) karena penyakit
tertentu.
b. Karena infeksi, keganasan, obat-obtan, penyakit multisistem dan jaringan
ikat, reaksi alergi, bahan kimia, penyakit metabolik, penyakit kolagen,
toksin, transplantasi ginjal, trombosis vena renalis, stenosis arteri renalis,
obesitas masif, glomerulonefritis akut/kronis.
c. Banyak terjadi pada anak dengan penurunan daya tahan tubuh/ gangguan
imunitas, respon alergi, glomerulonefritis. Dikaitkan dengan respon imun
(abnormal immunoglobulin)
d. Pada orang dewasa SN skunder terbanyak disebabkan oleh dibetes melitus
3. Kongenital
a. Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
b. Herediter Resisten gen
c. Tidak resisten terhadap terapi malalui Transplantasi Ginjal
Beberapa penyakit yang dapat secara spesifik menyebabkan rusaknya
glomeruli ginjal dan sering mengakibatkan timbulnya proteinuria tentunya
mempercepat timbulnya Nefrotik sindrome.
a. Amiloidosis
b. Congenital nephrosis
c. Focal segmental glomerular sclerosis (FSGS) Terjadi kerusakan pada jaringan
glomeruli, sehingga merusak membran pelindung protein
d. Glomerulonephritis (GN)
Terjadinya Sindroma Nefrotik juga tergantung usia kejadiannya:
a. Usia kurang dari 1 tahun
Congenital nephrosis
b. Usia kurang dari 15 tahun
Minimal change disease
c. Usia 15 sampai 40 tahun
Minimal change disease, FSGS atau yang lainnya.
C. PATOFISIOLOGI
1. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular (kebocoran
glomerulus) akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan
terjadi Proteinuria.
2. Perubahan integritas membrana basalis glomerulus menyebabkan peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma dan protein utama yang
diekskresikan dalam urin adalah albumin, sehingga menyebabkan
Hypoalbuminemia
3. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga
cairan intravascular perpindah kedalam interstisial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi. Menurunnya
aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang
produksi renin-angiotensin dan peningkatan sekresi antidiuretik hormone
(ADH) dan sekresi aldesteron yang kemudian terjadi retensi natrium dan air.
Dengan retensi natrium dan air, serta menyebabkan mudahnya cairan tubuh
keluar dari jaringan akan menyebabkan Edema.
4. Terjadi peningkatan kolesterol dan triglicerida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein Karena penurunan plasma albumin atau
penurunan onkotik plasma, sehingga menyebabkan Hyperlipidemia.
5. Adanya Hyperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein
dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak
akan banyak dalam urin, Lemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan
pada sedimen urin (Lipiduria). Sumber lemak ini berasal dari filtrat
lipoprotein melalui membrana basalis glomerulus yang permeable
6 Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinn disebabkan
oleh karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atua defisiensi seng. Hal ini
menyebabkan kerentanan terhadap infeksi
D. PATHWAY KEPERAWATAN
Etiologi
Kerusakan glomerulo ginjal
Proteinuria masif
Hipoalbuminemia/Hipoproteinemia Meningkatkan sintesa protein dan lemak di hepar
Hipovolemia menurunkan tekanan onkotik Hiperlipidemia
Menurunkan aliran darah Meningkatkan sekresi peningkatan metabolisme lipid ADH&aldesteron
Pelepasan rennin Retensi Na&air Edema Peningkatan benda keton
Vasokontriksi Meningkatkan tekanan kegawatan
hidrostatik
Hospitalisasi
Knowledge def. Cemas
Saluran pencernaan Pernafasan Kardiovaskuler Integumen
Mual, absorbsi sesak nafas
Perubahan nutrisi Intoleransi aktivitas Kelebihan dan
Kurang Kekurangan cairan
Risiko kerusakan Risiko
Integritas kulit infeksi
E. MANIFESTASI KLINIS
Normalnya, protein akan dibuang melalui urine sebanyak 150mg dalam waktu
24 jam. Sedangkan pada keadaan nefrotik, mengalami proteinuria, yaitu protein
yang dikeluarkan melalui urine jauh melebihi normal yaitu diatas 3,5 gram selama
periode waktu 24 jam, atau 25 kali dari batas normal. Ini adalah indikator utama
Sindroma Nefrotik.
Terdapat 3 gejala dari sindrom nefrotik yang berhubungan dengan banyaknya
protein yang keluar melalui urine:
1. Hypoalbuminemia (rendahnya kadar albumin dalam darah)
2. Edema
3. Hiperkolesterolemia (tingginya kadar kolesterol dalam darah)
Hipoalbuminemia
Adalah rendahnya kadar albumin (protein) didalam darah akibat dari
proteinuria. Rendahnya albumin didalam darah menyebabkan mudahnya cairan
tubuh keluar dari jaringan dan mengakibatkan edema. Dengan perpindahan
volume plasma ke rongga ketiga dapat terjadi syok, bila edema berat dapat timbul
dispnoe akibat efusi pleura. Episode pertama penyakit sering mengikuti sindrom
seperti influenza, bengkak periorbotal dan oliguria. Dalam beberapa hari edema
semakin jelas dan menjadi anarsaka.
Edema akibat nefrotik membuat jaringan bengkak, dan bila dilakukan penekanan
tidak cepat kembali ke keadaan semula. Edema umumnya terjadi pada kaki dan
pergelangan kaki.terlebih bila berdiri dalam waktu yang lama. Hal ini
menyebabkan perasaan berat serta dingin pada extremitas dan mempengaruhi
gerakan.
Hiperkolesterolemia
Tingginya kadar kolesterol dalam darah, hal ini disebabkan karena terdapat
enzim penting yang mengatur kadar kolesterol yang dipengaruhi oleh glomeruli
ginjal, sehingga akibatnya terjadi peningkatan kadar kolesterol.
F. KOMPLIKASI
Berikut beberpa komplikasi yang dapat terjadi :
1. Hypovolemia berat
2. Infeksi skunder ( Pnemococcus, Bronkopnemonia, Peritonitis)
3. Dehidrasi
4. Proteinuria berat
5. Ganggun koagulasi (Venous Trhombosis, Emboli pulmoner, syok)
6. Malnutrisi (Hypoalbunemia berat dan berlangsung lama )
7. Gagal ginjal akut ( penurunan fungsi ginjal yang irreversible )
8. Peningkatan terjadinya aterosklerosis, peningkatan serum kolesterol total yang
berlangsung lama dan tidak terkontrol.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain proteinuria massif, sediment urin bisanya normal. Bila terjadi
hematuria mikroskopik (>20 eritrosit/LPB) dicurigai adanya lesi glomerular
(missal sclerosis glomerulus fokal). Albumin plasma darah dan lipid meningkat.
IgM dapat meningkat, sedangkan IgG turun,. Komplemen serum normal dan tidak
ada krioglobulin. Serta adanya tanda klinis pada anak, riwayat infeksi saluran
nafas atas. Analis urin (meningkatnya protein dalam urine ), menurunnya serum
protein serta Biopsi ginjal.
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yaitu dengan cara menghentikan kehilangan protein didalam
urine, dan meningkatkan jumlah urine. Umumnya dokter akan memberikan obat
prednison. Banyak anak-anak yang keadaannya membaik dengan pemberian obat
ini. Prednison digunakan untuk menghentikan kehilangan protein dalam darah
yang keluar melalui urine. Setelah 4 minggu terapi, umumnya anak sudah mulai
lancar miksi. Bila urin lancar edemanya pun hilang. Bila sudah tidak ada protein
dalam urine, dokter akan mulai menurunkan dosis prednison untuk beberapa
minggu. Namun tidak pernah menghentikan pemakaian prednison. Jika obat ini
dihentikan atau diberikan terlalu banyak atau terlalu sedikit, anak akan menderita
sakit.
Suatu saat anak akan merasa sehat, namun suatu saat akan menderita lagi,
setelah beberapa waktu ia merasa sehat. Sakit akan terjadi lagi saat pasien
mengalami nifeksi virus, seperti saat flu atau demam.
Prednison adalah obat yang baik, tetapi memiliki banyak efek samping.
Misalnya:
1. terasa lapar
2. badan menjadi gemuk
3. jerawat
4. perubahan mood (kadang sedih, kadang gembira)
5. overactive
6. mudah mengalami infeksi
7. terjadi pertumbuhan yang lambat
Efek samping akan tampak bila dosis prednison besar dan digunakan terus
menerus, bila penggunaan dihentikan, semua efek samping akan hilang.
Jika prednison tidak dapat bekerja atau jika anak mengalami efek samping
yang serius, dokter dapat mengganti dengan obat lain, yang disebut obat
immunosuppresive. Obat ini menurunkan sistem immune tubuh. Banyak yang
efektif dengan obat ini, namun tidak untuk semua anak. Dokter akan menjelaskan
tentang baik buruknya penggunaan obat ini. Karena efek sampingnya adalah
peningkatan kejadian infeksi, rambut rontok dan peningkatan produksi sel darah.
Pasien juga biasanya diberikan diuretik. Obat ini membantu ginjal dalam
mengatur fungsi pengeluaran garam dan air. Obat yang biasa digunakan adalah
furosemid. Bila pasien mulai mengalami masalah mual atau diare, harus segera
dilaporkan karena dikhawatirkan kehilangan cairan terlalu banyak. Bila protein
sudah tidak ada didalam urine, diuretik harus dihentikan.
Pasien juga harus menjalani diit rendah natrium dan tinggi protein, serta
menjalani tirah baring untuk meningkatkan diuresis. Cegah infeksi, antibiotic
hanya diberikan bila ada infeksi. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila
ada indikasi vital
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM NEFROTIK
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang lalu : Apakah mempunyai riwayat penyakit sistemik,
DM, penyakit ginjal, dll
2. Pemeriksaan Fisik
Riwayat Sekarang
a. Pemeriksaan fisik fokus khususnya pada edema : Periorbital wajah dan
anasarka
b. Monitor tanda-tanda vital dan deteksi infeksi dini atau hypovolemi
c. Status hidrasi : Diare, monitor adanya retensi cairan, intake dan output,
urinalisis, output urin menurun.
d. Anoreksia, lemah
e. Peningkatan berat badan dan lingkar abdomen
f. Sesak nafas
g. Suhu meningkat
h. Albumin, monitor hasil laboratorium, dan pantau urin setiap hari, adanya
protein
i. Pengkajian pengetahuan kelurga tentang kondisi dan pengobatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Kerusakan integritas kulit b.d Perubahan sirkulasi (edema) dan
Menurunnya tingkat aktivitas.
2. Risiko infeksi b.d Imunosupresive dan hilangnya gamaglobulin
3. Risiko kekurangan volume cairan (intravaskular) b.d Medikasi diuretik,
proteinuria, edema.
4. Kelebihan volume cairan b.d Kelebihan intake sodium dan retensi
air,eningkatan permeabilitas dinding glomerulus dan perubahan mekanisme
regulasi
5. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan secara menyeluruh
Intervensi
Dx Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Setelah dilakukan tindakan keperwtan dihrapkan
edem pasien berkurang / hilang dengan Kriteria
Hasil sebagai berikut :
Indikator T
Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperature, hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka atau lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik, edema
berkurang.
Menunjukkan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Keterangan :1= ekstrem2= berat3= sedang4= ringan5= tidak ada gangguan
Pressure Management
a. Anjurkan pasien
untuk menggunakan pakain
longgar
b. Hindari kerutan pada
tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan kering
d. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
e. Oleskan lotion atau
baby oil pada daerah yang
tertekan
f. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
g. Monitor status nutrisi
pasien
2 Setelah dilakukan tindakan perawatan
diharapkan infeksi dapat dicegah dengan Kriteria
Hasil sebagai berikut :
Indikator T
Pasien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
5
Jumlah leukosit dalam batas normal 5
Menunjukkan kemampuan untuk 5
Infection Protection
a. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
local
b. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
c. Batasi pengunjung
d. Saring pengunjung
mencegah terjadinya infeksi
Keterangan :1= ekstrem2= berat3= sedang4= ringan5= tidak ada gangguan
terhadap penyakit menular
e. Monitor hitung
granulasi WBC
f. Pertahankan teknik
asepsis pada pasien yang
berisiko
g. Berikan perawatan
kulit pada adaerah epidemic
h. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
i. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
j. Dorong istirahat
k. Instruksikan kepada
pasien (keluarga) untuk
meminum antibiotik sesuai
resep
l. Anjurkan pada
keluarga tanda dan gejala
infeksi
m. Laporkan kecurigaan
infeksi
n. Laporkan kultur
positif.
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kebutuhan cairan pasien dapat
terpenuhi dengan criteria hasil sebagai berikut :
Indikator T
Mempertahankan urin output sesuai
dengan usia dan berat badan, BJ urin
Fluid Management
a. Timbang popok
atau pembalut jika
diperlukan
b. Pertahankan
catatan intake dan output
normal, HT normal
Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas turgor baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus
ang berlebihan
Keterangan :1= ekstrem2= berat3= sedang4= ringan5= tidak ada gangguan
yang akurat
c. Monitor status
hidrasi (kelembaban
membrane mukosa, nadi
adekut, tekanan darah
ortostatik) jika diperlukan
d. Monitor vital
sign
e. Monitor
masukan makanan/cairan dan
hitung intake kalori harian
f. Kolaborasi
pemberian cairan IV
g. Monitor status
nutrisi
h. Dorong
masukan oral
i. Dorong
keluarga untuk membantu
pasien makan
j. Tawarkan
snack (jus buah, buah segar)
k. Kolaborasi
medis/dokter jika cairan
berlebihan muncul
memburuk
l. Atur
kemungkinan transfuse
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan edema berkurang atau hilang
Fluid Management
a. Pertahankan
dengan criteria hasil sebagai berikut :
Indikator T
Terbebas dari edema dan efusi
anasarka
Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnu
atau ortopnue
Memelihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output jantung
dan vital sign dalam batas normal
Terbebas dari kecemasan, kelelahan
dan kebingungan.
Keterangan :1= ekstrem2= berat3= sedang4= ringan5= tidak ada gangguan
catatan intake dan output
yang akurat
b. Pasang urin
kateter jika diperlukan
c. Monitor hasil
laboratorium yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN,
HMT )
d. Monitor status
hemodinamika
e. Monitor vital
sign
f. Monitor
indikasi retensi atau
kelebihan cairan (edema,
asites, distensi vena leher )
g. Kaji kalori dan
luas edema
h. Monitor
masukan makanan/cairan dan
hitung intake kalori harian
i. Monitor status
nutrisi
j. Berikan
diuretic sesuai instruksi
k. Batasi masukan
cairan pada keadaan
hiponatremia dilusi dengan
serum natrium < 130 mEq/l
l. Kolaborasi
medis/dokter jika cairan
berlebihan muncul
memburuk
5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pasien dapat melakukan aktifitas
seperti biasa dan pasien dapat pulih dari
kelemahan dengan criteria hasil sebagai berikut:
Indikator T
Istirahat dan aktivitas seimbang
Mengetahui keterbatasan energinya
Mengubah gaya hidup sesuai dengan
tingkat energy
Menggunakan teknik konservasi
energy
Keterangan :1= ekstrem2= berat3= sedang4= ringan5= tidak ada gangguan
Terapi aktivitas
a. Menentukan
penyebab intoleransi aktivitas
(fisik, psikologis, emosional)
b. Berikan
periode aktivitas selama
beraktivitas
c. Pantau respon
kardiopulmonal setelah
melakukan aktivitas dan
sebelum melakukan aktivitas
d. Minimalkan
kerja kardiovaskular dengan
memberi posisi dari tidur
keposisi setengah duduk
e. Kolaborsikan
dengan tenaga rehabilitasi
medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
f. Bantu pasien
untuk mengidentifikasikan
aktivitas yang mampu
dilakukan
g. Bantu untuk
memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologis
dan social.
h. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan unutk aktivitas
yang diinginkan
i. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
j. Bantu pasien
untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
k. Bantu pasien
atau keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
l. Monitor
respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Habel, Alex. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Anak. Jakarta:Bina Rupa Aksara.
Jhonson, Marion, dkk. 1997. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC)
Edisi 2. St Louis, Missouri : Mosby.
Mc Closkey, Joanner. 1996. Iowa Intervention Project Nursing Intervention
Classification (NIC) Edisi 2. Westline Industrial Drive, St. Louis : Mosby.
Mansjoer A, Suprohaita, Wahyu IW, Wiwiek S, editor.2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit 2. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA Definisi dan
klasifikasi 2005-2006. Jakarta : Prima Medika.
Short Jhon R, Gray O, Jadodge.1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi Ke Enam.
Jakarta: Bina Rupa Aksara
___.1985. Buku Kulih 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak,Bagin Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Buku Panduan Handout Mata Kuliah Keperawatan Anak P. Wahyudi
www.google.com, blog dokter, Carta A. Gunawan
http://id.wikipedia.org/wiki/Nefrotik Syndrom