6. Laporan
Transcript of 6. Laporan
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 1
BAB I
LATAR BELAKANG
Bendungan Cirata merupakan tipe bendungan Concrete Face Rockfill Dam
tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Bendungan Cirata dibangun mulai tahun
1984 dan dioperasikan pada tahun 1988. Bendungan ini dilengkapi dengan
instrumen-instrumen khusus yang dipasang pada pondasi, tubuh dan di area
sekitar bendungan yang digunakan untuk memantau perilaku bendungan terhadap
parameter-parameter desainnya.
Bendungan PLTA Cirata dibangun sesuai dengan kriteria – kriteria angka
kemanan (Factor Of Safety) yang memadai, dengan mempertimbangkan faktor –
faktor tekanan hidrostatik, gaya angkat – geser, tekanan angin, hidrodinamik,
gempa bumi, perubahan temperatur, dan lain sebagainya. Dengan prisip dasar
bagaimana meminimalkan deformasi yang terjadi sehingga penurunan, pergeseran
(settlement – defleksi) atau perubahan / penyimpangan pada struktur lapisan beton
muka (concrete faced slab) maupun material timbunan selalu dapat terkontrol
dengan memasang beberapa instrumen di dalam tubuh bendungan maupun di luar
bendungan seperti piezzometer, strain meter, perimetric joint meter, seepage,
GWL, survey stakes dan lain sebagainya.
Seiring dengan berjalannya waktu maka instrumen-instrumen terpasang
tersebut mulai mengalami penurunan kinerja, bahkan ada yang mengalami
kerusakan. Tercatat berdasarkan hasil pemantauan / pemeriksaan dari 11
instrumen yang terpasang terdapat 7 instrumen yang mengalami kerusakan atau
tidak berfungsi dan hanya 4 instrumen yang masih dapat beroperasi seperti
seepage, GWL, survey stakes, dan reservoir water level.
Dari ke-4 instrumen yang masih dapat beroperasi tersebut, salah satu
instrumen yang sangat diandalkan saat ini adalah instrumen seepage collection
dengan alat terpasang V-Notch Thompson yang mempunyai fungsi sebagai
parameter indikator rembesan dari tubuh Dam, pondasi, maupun dari sekitar Dam
yang dapat memberikan warning atau peringatan dari suatu kejadian hasil
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 2
pengukuran data instrumen dimaksud. Mengingat pentingnya parameter seepage
tersebut, maka harus dijaga eksistensinya sebagai jaminan keamanan bendungan.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 3
BAB II
PERMASALAHAN
Instrumen seepage collection didesain sebagaimana mestinya untuk
mengukur rembesan sesuai dengan kriteria desain bendungan PLTA Cirata yang
berguna untuk mendukung data terjadinya piping atau erosi buluh yang menjadi
salah satu faktor kegagalan terhadap bendungan.
Setelah beroperasi lebih dari 20 tahun, saat ini instrumen seepage
mengalami gangguan dalam melakukan pegambilan / pengukuran data terhadap
yang kerap sekali terjadi anomali data yang disebabkan oleh banjir ketika musim-
musim hujan tiba sehingga operasi dan pemantauan keamanan bendungan
terganggu.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 4
BAB III
PRA ANGGAPAN
Melihat dari beberapa permasalahan diatas, penulis dapat mengambil
beberapa hipotesa sebagai berikut :
1. Sumber sedimen merupakan hasil dari erosi lereng yang terjadi ketika terjadi
hujan.
2. Elevasi kontur hilir lebih tinggi atau sama dengan elevasi hulu sehingga
menyebabkan terjadinya backwater atau air balik yang terjadi pada saat banjir
ketika musim hujan tiba.
3. Kiriman air dari sungai Cileleuy akibat dari konstruksi kanal banjir runtuh.
4. Pengaruh tidak berfungsinya instrumen seepage mengakibatkan jaminan
keamanan bendungan tidak terjaga.
5. Metode perbaikan dengan modifikasi saluran seepage dapat menjadi solusi
alternatif penanggulangan dari permasalahan tersebut.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 5
BAB IV
FAKTA YANG MEMPENGARUHI
4.1 Longsoran
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah,
atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses
terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke
dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai
tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin
dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
4.1.1 Jenis-jenis Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis
longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan
longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan
rombakan.
1) Longsoran translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Gambar 1. Longsoran Translasi
2) Longsoran rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk cekung.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 6
Gambar 2. Longsoran Rotasi
3) Pergerakan blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi
blok batu.
Gambar 3. Pergerakan Blok
4) Runtuhan batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada
lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai.
Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
Gambar 4. Runtuhan batu
5) Rayapan tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 7
tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis
rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah
miring ke bawah.
Gambar 5. Rayapan tanah
6) Aliran bahan rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong
oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume
dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang
lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa
tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di
sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup
banyak.
Gambar 6. Longsoran aliran bahan rombakan
4.1.2 Gejala umum tanah longsor
Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya bencana
tanah longsor adalah :
Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
Biasanya terjadi setelah hujan.
Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 8
4.1.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih
besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan
batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh
besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Berikut
merupakan beberapa faktor penyebab tanah longsor.
Hujan
Lereng terjal
Tanah yang kurang padat dan tebal
Batuan yang kurang kuat
Jenis tata lahan
Getaran
Susut muka air danau atau bendungan
Adanya beban tambahan
Pengikisan / erosi
Akibat terjadinya longsoran lereng yang terjadi sehingga menimbulkan
sedimentasi dan menutupi saluran seepage akibat dari material longsoran tersebut.
Selain adanya sedimentasi fakta lain yang mempengaruhi keberadaan instrumen
saluran seepage yaitu adanya backwater atau air balik yang disebabkan oleh
derasnya arus sungai Cileleuy yang masuk melalui saluran. Berikut ilustrasi
terjadinya sedimen dan back water yang terjadi serta fakta-fakta dokumentasi
lapangan.
Gambar 7. Ilustrasi gambar kondisi saluran seepage
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 9
Gambar 8. Kondisi eksisting saluran buang seepage
4.2 Curah Hujan
Hal yang tidak bisa di hindari yang menyangkut pengaruh terhadap data
seepage adalah curah hujan. Curah hujan merupakan titik air yang jatuh ke
permukaan tanah, kemudian terinfiltrasi kedalam tanah melalui pori-pori tanah.
Air yang terinfiltrasi tersebut yang ditangkap oleh seepage collection melalui pipa
sub-drain yang terpasang di bendungan. Dari hasil pengukuran curah hujan dari
tahun 2008 hingga 2012 yang didapat dari station klimatologi curah hujan yang
terpasang menunjukan fluktuasi yang cukup signifikan yakni tergolong kriteria
distribusi curah hujan bulanan rendah (0 - 100 mm) dan menengah (101 – 300
mm). Berikut merupakan data curah hujan bulanan tahun 2008 – 2012 yang
dituankan dalam tabel dibawah.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 10
Tabel 1. Data curah hujan bulanan
Bulan Curah Hujan (mm)
2008 2009 2010 2011 2012
Jan 164.4 335 230.7 113.1 DIPINDAH
Feb 87.4 175.6 422.7 69.3 142.5
Mar 366 146.7 607.3 195 80.6
Apr 176 160.1 70.9 311.5 296.9
Mei 142.5 147.6 465.1 93 83
Jun 33.5 128.9 324.9 2.5 77
Jul 0.5 23.1 186.3 20.3
Aug 139.5 0 120.8 0
Sep 11.5 36.8 410.2 13
Okt 162.5 277.5 312.3 172.1
Nop 352 228 263.7 360.8
Des 228.5 87.5 56 89.3
Gambar 9. Grafik fluktuasi curah hujan bulanan
0
100
200
300
400
500
600
700
Cu
rah
Hu
jan
(m
m)
Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 11
4.3 Muka air waduk
Bendungan PLTA Cirata memiliki Reservoir Water Level pada eleveasi
normal yaitu +220,00 m, elevasi maksimum +225,00 m dan freeboard atau tinggi
jagaan pada elevasi +226,00m. Reservoir Water Level atau disebut juga muka air
waduk sering kali dikaitkan dengan masalah rembesan yang terjadi di instrumen
seepage, namun hal itu pada dasarnya sangat tidak diharapkan, artinya fluktuasi
data rembesan debit tidak mengikuti fluktuasi muka air waduk yang terjadi.
Apabila hingga terjadi demikian, maka sudah terjadi rembesan dalam tubuh
maupun pondasi bendungan ayng menyebabkan faktor kegagalan bendungan
sehingga bendungan tersebut dalam kondisi waspada. Hal itu dapat dilihat dari
besaran debit yang keluar melalui seepage serta indikasi-indikasi lain seperti
warna, material yang dibawa dan kandungan air yang keluar dari seepage
collection berbeda dengan air yang terdapat waduk. Dan berikut merupakan data
hasil pengukuran fluktuasi muka air waduk selama periode 2008 s/d 2012.
Tabel 2. Data muka air waduk (Resorvoir Water Level) bulanan
Bulan Reservoir Water Level (m)
2008 2009 2010 2011 2012
Jan 212.82 210.37 209.62 211.33 209.89
Feb 212.81 213.49 213.16 208.19 211.36
Mar 213.98 216.71 216.91 208.54 214.83
Apr 217.39 218.51 219.86 209.83 214.79
Mei 218.66 219.28 219.84 215.25 215.7
Jun 217.38 219.21 219.83 217.44 217.24
Jul 217.17 218.55 218.99 214.66
Aug 214.37 215.67 216.96 212.37
Sep 212.43 213.37 215.78 210.97
Okt 209.6 211.35 217.01 209.53
Nop 209.53 210.57 213.11 208.51
Des 213.02 209.14 211.72 209.85
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 12
Gambar 10. Grafik fluktuasi muka air waduk
4.4 Rembesan
Embankment dam atau tubuh bendungan biasanya terbuat dari gundukan
tanah/batuan yang semi plastis yang dipadatkan dengan komposisi yang
kompleks. Umumnya embankment dam memiliki lapisan inti yang terbuat dari
tanah yang terstandar yang kedap air atau lapisan beton yang berfungsi untuk
menahan erosi permukaan dan rembesan terhadap bendungan tersebut, akan tetapi
tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu rembesan melalui tubuh bendungan
atau pondasi yang disebut piping.
Piping merupakan erosi internal yang diakibatkan oleh rembesan melalui
tubuh bendungan atau pondasi yang umumnya terjadi pada hulu bendungan /
reservoir melalui tubuh bendungan atau pondasi hingga menuju kaki bendungan.
Ketahanan tubuh bendungan maupun pondasi bendungan terhadap piping
tergantung pada plastisitas karakteristik tanah, gradasi urugan, serta derajat
kepadatan.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 13
Gambar 11. Pola aliran rembesan bendungan
Peristiwa piping ini juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
kegagalan atau keruntuhan bendungan yang mana keruntuhan bendungan menjadi
momok yang menakutkan bagi lapisan masyarakat yang tentunya akan
menimbulkan banyak kerugian baik materi maupun keselamatan jiwa manusia.
Tercatat berdasarkan dari sumber (internet) di United State 20% kegagalan
bendungan diakibatkan oleh erosi internal / piping yang telah menelan korban
jiwa lebih dari ratusan ribu dan kerugian material yang cukup banyak. Berikut
merupakan data penyebab kegagalan bendungan di U.S
Gambar 12. Prosentase penyebab kegagalan bendungan di U.S
Muka air tanah
Rembesan tubuh bendungan
Rembesan pondasi Pneumatic
piezometer
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 14
Debit air rembesan bendungan dipantau melalui seepage yang kemudian
komparasikan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai rembesan
bendungan seperti muka air waduk dan curah hujan. Curah hujan yang digunakan
adalah curah hujan yang didapat dari stasiun klimatologi Cirata. Hal ini
dikarenakan curah hujan daerah Cirata dianggap paling berpengaruh pada nilai
rembesan yang terjadi di Seepage.
4.4.1 Alat Pemantau Rembesan
Untuk memantau rembesan yang terjadi pada bendungan, pondasi, maupun
sekitar bendungan digunakan seepage collection dengan parameter alat terpasang.
Fungsi utama dari instrumen tersebut adalah untuk mengukur debit rembesan
yang terjadi yang dikomparasikan dengan data curah hujan dan elevasi muka air
waduk.
Terdapat dua type sekat yang terpasang pada seepage collection untuk
memantau debit rembesan sebagai berikut :
1) Sekat Cipoletti
Sekat Cipoletti merupakan sekat dengan bentuk trapesiodal yang bagian
sisi-sisi dalam dari sekat tersebut meruncing yang terbuat dari pelat logam
(baja, alumunium, dan lain-lain) atau dari kayu lapis. Sekat ini tetap
dipasang pada lokasi pengukuran atau hanya sementara saja. Berikut
merupakan gambar dari sekat Cipoletti.
Gambar 13. Sekat Cipoletti
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 15
Keadaan untuk pengukuran sekat Cipoletti :
Aliran di hulu dan di hilir sekat harus tenang;
Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian atas atau
samping sekat;
Air harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada sekat
2) Sekat V-Notch
Sekat V-Notch mempunyai bentuk V berbeda dengan sekat Cipoletti
akan tetapi untuk material mempunyai bahan yang sama dari pelat logam.
Cara pengukuran untuk alat ini cukup sederhana yaitu hanya dengan
menggunakan penggaris, tongkat ukur, atau pita ukur dengan mengukur
ketinggiannya. Akan tetapi tidak boleh ada kebocoran pada sekat dan aliran
hulu dan hilir sekat harus tenang serta aliran harus mengalir bebas dari
sekat, tidak menempel pada sekat. Berikut merupakan gambar dari sekat V-
Notch Thompson.
Gambar 14. Sekat V-Notch Thompson
Di lokasi bendungan PLTA Cirata terpasang instrumen seepage
collection dengan type sekat V-Notch Thompson yang terletak di kaki
bendungan. Pemantauan/pengukuran dilakukan dari mulai pekerjaan
kosntruksi hingga konstruksi berlangsung saat ini, dengan frekuensi
pengukuran normal 1 kali seminggu.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 16
Gambar 15. Peta situasi lokasi Seepage Collection
4.4.2 Prinsip Pengukuran Seepage Collection
Seepage collection dilengkapi dengan peralatan-peralatan sebagai berikut :
1. AWLR (Automatic Water Level Recorder)
AWLR terdiri dari perangkat jam, drum cylinder, tinta, pena dan kertas
chart.
2. Papan Duga
3. Tabel konversi ketinggian (H) terhadap debit (Q)
Instruksi kerja seepage collection meliputi lingkup sebagai berikut :
1. Periksa instrumen house seepage collection dan lingkungannya.
2. Periksa setiap hari peralatan otomatik (AWLR), dan pastikan komponen
lain berfungsi (jam, drum cylinder, tinta & pena) jam harus sesuai
dengan waktu aktual
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 17
(a) (b) (c)
Gambar 16. (a) Perangkat jam dan drum cylinder; (b) Pena dan Chart; (c) pelampung
3. Buka tutup AWLR, angkat drum cylinder, dan lepas kertas chart dari
drum cyilinder.
Gambar 17. AWLR
4. Setelah chart di lepas kemudian diganti dengan kertas chart yang baru
per 7 hari. Dan hasil chart sebelumnya di olah dikantor sebagai data
hasil dari pengukuran.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 18
Gambar 18. Tabel konversi V-Noth (Triangulair Weir – Thomson)
4.4.3 Kriteria parameter desain
Evaluasi dan kajian pola perilaku rembesan, dilakukan dengan
membandingkan perilaku saat ini dengan kriteria batasan parameter desain yang
telah ditetapkan pada masa awal pembangunan bendungan. Berikut ini adalah
kriteria batasan parameter desain rembesan bendungan Cirata:
Tabel 3. Kriteria parameter desain rembesan
No Parameter Desain Keterangan
1.
2.
Rembesan tubuh dam
Rembesan pondasi
720 l/det
28 l/det
Asumsi CF gagal
Jernih, tak ada material
4.4.4 Data Pengukuran
Data-data hasil pengukuran instrumen seepage collection berupa debit air
rembesan bendungan menunjukan anomali data pada periode 2010 bulan
September dan Oktober yang disebabkan terjadinya backwater (air balik) sehingga
sehingga fungsi dari instrumen dimaksud tidak dapat bekerja secara optimal.
Berikut anomali data dimaksud yang disajikan dalam tabel dibawah:
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 19
Tabel 4. Data rembesan harian
Seepage (Lt/det)
Tanggal September Oktober Tanggal September Oktober
1 2.5 > 70.2 16 5 3.9
2 2.5 11.1 17 > 70.2 3.9
3 2.5 11.1 18 > 70.2 5
4 2.5 6.9 19 > 70.2 5
5 2.5 6.9 20 > 70.2 5
6 1.5 5.6 21 > 70.2 6.9
7 1.5 5.6 22 > 70.2 6.9
8 5 5 23 > 70.2 6.9
9 20.3 5 24 > 70.2 24.6
10 31.2 5 25 > 70.2 24.6
11 14.1 3.9 26 > 70.2 24.6
12 11.1 3.9 27 > 70.2 > 70.2
13 5.6 3.9 28 > 70.2 34.9
14 5.6 3.9 29 > 70.2 23.1
15 5.6 3.9 30 > 70.2 27.8
31 26.2
Selama periode pemantauan dari awal pembangunan hingga 2012
menunjukkan fluktuasi bervariasi dengan besaran kenaikan dan penurunan debit
berkisar antara 0,07 s/d 19,31 L/det. Besaran maksimum fluktuasi terjadi pada
bulan November tahun 2010 mencapai 19,98 L/det. Berikut merupakan data raw
data hasil pengukuran bulanan selama periode awal, 2008 s/d 2012.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 20
Tabel 5. Data debit rembesan bulanan
Bulan Seepage (Lt/det)
1988 (awal) 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 8.4 4.1 6.6 3.0 2.5 1.7
Feb 5.5 2.6 9.0 10.8 3.4 0.1
Mar 11.9 9.4 5.5 19.0 2.9 0.1
Apr 10.5 4.0 5.8 7.2 4.7 0.1
Mei 12.9 8.2 4.6 8.6 5.6 2.0
Jun 11.0 1.2 3.2 8.2 1.4 1.8
Jul 10.9 0.2 1.5 4.7 2.3
Aug 8.9 1.7 0.3 4.7 0.3
Sep 6.8 0.6 0.0 7.4 0.1
Okt 8.2 0.2 1.8 10.7 0.7
Nop 9.6 7.7 2.5 19.3 11.0
Des 8.3 5.1 3.5 4.3 9.0
Gambar 19. Grafik fluktuasi debit rembesan
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul AugSep Okt NopDes
Deb
it S
eep
ag
e lt
r/d
et
Bulan
Grafik Rembesan/Seepage
1988 (Awal)
2008
2009
2010
2011
2012
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 21
BAB V
PEMBAHASAN
Perilaku struktur bendungan, perubahan-perubahan dan perkembangannya
dapat diketahui melalui pengukuran dan pengamatan sejumlah instrumen yang
telah terpasang pada permukaan, didalam material timbunan dan pada bagian
pondasi tubuh bendungan.
Monitoring instrumentasi bendungan (Dam Instrumentations) telah
dilaksanakan sejak pra konstruksi (Survey-Investigations), selama konstruksi
(During Construction), Paska konstruksi – Operasional (Post Cnstruction-
Operational) dan masih harus tetap dilaksanakan selama bendungan dan waduk
dioperasikan.
Salah satu tujuan monitoring instrumentasi bendungan adalah untuk mengetahui
secara dini gejala kerusakan, pergerakan dan perubahan-perubahan struktur
bendungan yang dapat membahayakan, untuk dapat ditindak lanjuti sehingga
kerusakan dan atau kerugian yang lebih besar dapat dihindari.
Berikut merupakan metodologi bagan alir untuk mengetahui proses pelaksanaan
yang meliputi identifikasi serta alternatif penanggulangan sebagian dari proses
pembahasan telaah.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 22
Gambar 20. Bagan alir pembahasan
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 23
5.2 Analisa masalah
Instrumen seepage collection sangat mempengaruhi dalam pemantauan
keamanan bendungan sehingga perlu di jaga eksistensinya sebagai salah satu
instrumen yang masih berfungsi saat ini.
Monitoring rembesan atau seepage collection bendungan PLTA Cirata saat
ini masih dapat dilaksanakan, akan tetapi sering terjadi beberapa data yang
didapatkan kurang akurat atau validitasnya diragukan. Hal ini disebabkan
terjadinya beberapa faktor yang telah diuraikan sebelumnya, sehingga perlu
dilakukan penanggulan terhadap permasalahan tersebut. Berikut data / grafik
hubungan antara rembesan dan curah hujan serta muka air waduk kondisi tahun
2010 yang menunjukan anomali data.
Tabel 6. Data hasil pengukuran tahun 2008 s/d 2012
Parameter
Instrument Desain
Hasil 2012 2011
Rata2
2010
Rata2
2009
Rata2
2008
Rata2 Max. Min. Rata2
Seepage/Leakage 748 L/Det 2.03
lt/det
0,06
lt/det
0,95
lt/det
3,65
lt/det
8,99
lt/det
3,70
lt/det
3,75
lt/det
Reservoir WL El.Normal
+220,00 m
217,24
m
209,89
m
213,97
m
211.373
m
216.066
m
214.70
m
214.10
m
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 24
Gambar 21. Grafik Rembesan vs Water Level
Gambar 22. Grafik Rembesan vs Curah hujan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des
Seepage 2.98 10.8 19.0 7.20 8.55 8.24 4.69 4.73 7.44 10.7 19.3 4.27
DMA 209. 213. 216. 219. 219. 219. 219 217 215. 217 213. 211.
204
206
208
210
212
214
216
218
220
222
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
WL
(met
er)
Seep
age
(Lit
er/d
et)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des
Rainfall 231 423 607 70. 465 325 186 121 410 312 264 56
Seepage 2.9 10. 19. 7.2 8.5 8.2 4.6 4.7 7.4 10. 19. 4.2
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
0
100
200
300
400
500
600
700
Seep
age
(Lit
er/d
tk)
Rain
fall
(mm
)
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 25
Dampak lebih lanjut terhadap gangguan dari instrumen seepage collection
adalah tidak cukup informasi untuk kajian dan evaluasi atas kejadian rembesan /
leakage serta tidak dapat mengetahui trend yang terjadi terhadap parameter desain
rembesan sehingga jaminan keamanan bendungan tidak terjaga.
5.3 Tindak lanjut
5.3.1 Alternatif Penanggulangan
Dari permasalahan tersebut diatas, maka dapat direncanakan dan dipilih
beberapa alternatif solusi penanganan atau improvement sebagai berikut :
1. Pembuatan konstruksi dinding penahan tanah
Sesuai dengan permasalahan dimaksud diatas, maka alternatif
penanganan yang pertama adalah dengan melakukan perencanaan
pembuatan konstruksi penahan lereng / tebing untuk menghindari dan atau
menahan longsoran yang terjadi dari tebing akibat adanya erosi air. Berikut
merupakan ilustrasi gambar salah satu jenis konstruksi dinding penahan
tanah.
Gambar 23. Konstruksi dinding penahan tanah
Pelaksanaan pekerjaan pembuatan konstruksi dinding penahan tanah
dan pengerukan sedimen meliputi lingkup pekerjaan sebagai berikut :
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 26
a) Survey rekonesan
Meliputi pengamatan visual (ciri, jenis, dan penyebab keruntuhan
lereng) dilakukan untuk memperoleh pemerian umum. Berdasarkan
perian umum tersebut diharapkan dapat diambil keputusan untuk tahap
pekerjaan berikutnya
b) Pekerjaan survey investigasi atau penyelidikan tanah
Usaha penanggulangan akan baik apabila perencanaannya didukung
oleh data hasil penyelidikan dan pengujian yang baik. Data yang
dihasilkan akan baik jika dilakukan dengan tahap-tahap yang benar.
Penyelidikan lapangan dan laboratorium untuk analisis kemantapan
lereng. Dari hasil penyelidikan diharapkan akan diperoleh perian yang
mendetail secara kuantitatif mengenai data lapangan dan data
laboratorium sebagai parameter desain perencanaan konstruksi dinding
penahan tanah.
c) DED / Perencanaan desain konstruksi
Tahap ini berisikan mengenai metode perencanaan, analisa kestabilan
lereng serta jenis konstruksi dinding penahan tanah yang efektif dan
efisien yang berdasarkan dari input parameter uji penyelidikan lapangan
dan laboratorium.
d) Pekerjaan konstruksi dinding penahan tanah
Setelah melalui tahap perencanaan yang luarannya berupa jenis
konstruksi yang akan digunakan, maka tahap berikutnya merupakan
aplikasai dari tahap perencanaan sebelumnya. Tahap pelaksanaan
konstruksi ini mungkin dapat diuraikan menjadi beberapa tahap
pekerjaan sesuai dengan jenis dan karakter dari konstruksi yang akan
dipakai.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 27
Gambar 24. Alur pekerjaan konstruksi dinding penahan tanah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pekerjaan
ini adalah sebagai berikut :
Dari segi pelaksanaan pekerjaan membutuhkan waktu yang cukup lama,
karena pekerjaan tersebut menyangkut perencanaan konstruksi yang
berdasarkan hasil analisa hasil investigasi tanah.
Membutuhkan perencanaan yang matang agar kontruksi yang akan
digunakan efektif dan efisien.
Perkiraan biaya yang dibutuhkan sangat mahal, hal itu dilihat dari
lingkup pekerjaan utama yaitu investigasi tanah, pembuatan konstruksi,
serta pengerukan sedimen. Estimasi volume dan RAB lebih lanjut
membutuhkan kajian oleh expert yang ahli di bidangnya.
Karena diperkirakan biaya yang sangat mahal, jadi pelaksanaan
konstruksi harus diproses melalui lelang sehingga membutuhkan waktu
yang cukup lama.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 28
2. Dredging / Pengerukan Endapan Sedimen
Sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan material yang
ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser. Dalam hal ini sedimen
yang terjadi di saluran seepage disebabkan oleh longsoran lereng berupa
longsoran debrease yaitu longsoran yang terjadi akibat adanya aliran air
yang tidak diarahkan. Untuk itu permasalahan tersebut akan ditanggulangi
dengan cara pengerukan sedimen sepanjang saluran buang seepage hingga
area bebas banjir. Berikut merupakan gambar ilustrasi pekerjaan dredging /
pengerukan sedimen.
Gambar 25. Dredging / pengerukan
Pelaksanaan pekerjaan pembuatan konstruksi dinding penahan tanah
dan pengerukan sedimen meliputi lingkup pekerjaan sebagai berikut :
a) Survey Pendahuluan dan Orientasi Lapangan
Survey pendahuluan dan orientasi lapangan merupakan tahap pekerjaan
awal yang dilakukan yang bertujuan untuk melakukan pengamatan
kondisi visual, pengumpulan data-data terkait dengan pekerjaan
dimaksud, pengumpulan data jalur pengukuran berikut deskripsi
koordinat patok-patok jalur yang ada.
b) Pemeruman awal atau predredge sounding
Merupakan kegiatan pemeruman awal saluran yang dilaksanakan
sebelum diadakan pengerukan, akan tetapi untuk area kering dilakukan
pemetaan kontur biasa. Data yang dihasilkan digunakan sebagai dasar
penentuan perhitungan volume dan desain yang dikeruk.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 29
c) Pengerukan / dredging
Pada prinsipnya pelaksanaan pengerukan terdiri dari rangkaian kerja
seperti memecah struktur tanah kemudian mengangkut material tersebut
dan membuang hasil kerukan ke lokasi yang telah ditentukan yang
disebut disposal area. Proses pelaksanaan pengerukan ini dilakukan
dengan menggunakan alat berat excavator / backhoe untuk mengambil
material sedimen.
d) Dumping / Pembuangan Ex.Material Sedimen
Dumping atau dapat disebut juga pembuangan ex.material hasil kerukan
sedimen dibuang ke lokasi disposal area yang telah ditentukan atau
dapat juga digunakan untuk kebutuhan pengurugan sebagai leveling
atau penataan pelataran halaman.
e) Pemeruman akhir (final sounding)
Merupakan pemeruman untuk mengevaluasi hasil pekerjaan
pengerukan apakah volume yang telah dikeruk sesuai dengan volume
pada proses pemeruman awal.
Gambar 26. Alur pekerjaan dredging / pengerukan sedimen
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 30
Gambar 27. Lokasi pekerjaan pengerukan sedimen
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pekerjaan
ini adalah sebagai berikut :
Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pengerukan, harus
memperhatikan serta menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
Perkiraan biaya yang dibutuhkan cukup mahal, hal itu dilihat dari
perkiraan volume pengerukan serta dari lingkup pekerjaan utama.
Lokasi disposal area harus diperhatikan, mengingat volume material
cukup besar tanpa harus merusak vegetasi serta kelestarian lingkungan
sekitar.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 31
3. Modifikasi saluran seepage
Pekerjaan modifikasi ini bertujuan untuk melakukan perubahan pada
saluran buang seepage sedemikian rupa agar pengambilan data seepage
tidak terganggun akibat dari permasalahan-permasalan yang telah diuraikan
diatas.
Adapun modifikasi saluran seepage adalah dengan mengalihkan aliran
seepage menuju bak penampung yang dibuat sedemikian rupa untuk
menampung air dari seepage, kemudian dari bak penampung dengan
menggunakan mesin pompa (jet pump) di salurakan menuju tanki air
dengan kapasitas yang besar sekitar 1500 liter. Setelah itu air disalurkan
kembali menuju water treatment plant untuk dikonsumsi. Disamping itu air
tersebut dapat digunakan untuk penyiraman tanaman untuk area sekitar yang
akan dijadikan area pelataran dan penghijauan dengan memasang springkler
disekitarnya. Tata letak dan pola springkler disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan zona pelataran / penghijauan yang akan dibuat.
Pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage meliputi lingkup
pekerjaan sebagai berikut :
a) Survey pendahuluan
Pekerjaan ini bertujuan untuk melihat situasi dan kondisi lokasi
lapangan serta menetapkan lokasi yang akan dibangun dengan
pertimbangan-pertimbangan yang ada.
b) Pekerjaan tanah
Pekerjaan tanah ini hanya untuk membuat bak penampungan air dari
saluran seepage collection yang dilengkapi dengan saringan / filter
sebagai penyaringan air seepage. Ex.galian tanah dibuang dilokasi
disposal area yang telah ditentukan.
c) Modifikasi saluran
Setelah pekerjaan tanah, maka selanjutnya dapat dilaksanakan
pekerjaan konstruksi modifikasi saluran seepage sebagai berikut :
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 32
Gambar 28. Denah modfikasi saluran seepage
Membuat bak penampung untuk aliran debit dari seepage collection
dengan dimensi yang dirancang untuk menampung debit maksimum
harian. Bak penampung dilengkapi dengan saringan / filter untuk
sebagai penyaring air yang keluar dari seepage collection serta pintu air
pelimpah untuk menghindari over floating.
Gambar 29. Detail C-C Bak Penampung
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 33
Pembuatan 2 buah menara tanki air dengan ketinggian sekitar 10 m dan
pemasangan tangki air dengan kapasitas 1000 Liter yang berfungsi
untuk menampung air setelah dari bak penampungan yang disalurkan
dengan menggunakan mesin pompa kapasitas daya dorong sekitar 30
m. Lingkungan menara tanki air dilengkapi dengan pagar pengaman
untuk melindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Gambar 29. Detail A-A Menara tanki air
Water treatment plant dibuat untuk memanfaatkan air dari saluran
seepage untuk kebutuhan para pegawai cleaning service atau untuk
dikonsumsi kebutuhan sehari-hari. Water treatment untuk konsumsi air
minum dilengkapi dengan instalasi pipa dari tangki penampung, tabung
filter stainlees, unit ultraviolet, housing filter, CTO (karbon blok),
cetride, pompa air kapasitas kecil, serta kapasitas produksi 30
galon/hari. Water treatment juga dilengkapi dengan rumah pelindung
untuk melindungi kondisi kemanan lingkungan.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 34
Gambar 30. Detail B-B Bangunan water treatment
Gambar 31. Detail D-D Bangunan water treatment
Instalasi pipa spingkler yang difungsikan untuk keperluan penyiraman
tanaman pada area pelataran / penataan lingkungan yang rencana
selanjutnya akan dibuat disekitar area dam downstream. Akan tetapi
pekerjaan ini merupakan pekerjaan sekunder.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 35
Gambar 32. Skema alur water treatment
Berdasarkan uraian pekerjaan untuk modifikasi saluran seepage, berikut
alur pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage :
Gambar 33. Alur pekerjaan modifikasi saluran seepage
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 36
Dari uraian pekerjaan modifikasi saluran diatas, dapat dilakukan
estimasi anggaran biaya yang dibutuhkan yaitu:
Tabel 7. Estimasi (RAB) Pekerjaan Modifikasi Saluran Seepage
No Uraian Kebutuhan Harga
Vol Sat Satuan(Rp) Jumlah(Rp)
1 Survey Pendahuluan 1 Ls 3,000,000 3,000,000
2 Pekerjaan tanah 96 M3 110,000 10,560,000
3 Modifikasi Saluran
- Bak Penampung Beton 25.6 M3 2,400,000 67,840,000
- Menara Tanki + Toren 2 Bh 4,500,000 9,000,000
- Water Treatment Plant 1 Ls 15,000,000 15,000,000
- Rumah WTP 1 Bh 5,000,000 5,000,000
Jumlah 104,000,000
Gambar 34. Lokasi pekerjaan modifikasi saluran seepage
Lokasi Pekerjaan
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 37
5.3.2 Pemilihan Alternatif
Berdasarkan uraian alternatif penanggulangan diatas, maka dapat dilakukan
matriks komparasi dengan 3 parameter sebagai berikut :
Tabel 8. Matriks Perbandingan Alternatif Penanggulangan
Parameter Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Metode
Pelaksanaan
- Tingkat pengerjaan
relatif sedang
- Tingkat pengerjaan
mudah
- Tingkat pengerjaan
mudah dan sederhana
Waktu
Pelaksanaan - Estimasi 60 Hari - Estimasi 45 Hari - Estimasi 30 Hari
Biaya Awal - Asumsi
> Rp. 300,000,000
- Asumsi
> Rp. 250,000,000 Rp104,000,000
Risiko
- Kegagalan konstruksi
sewaktu-waktu dapat
terjadi, sehingga tidak
menjamin
kelangsungan
instrumen seepage
- Pelaksanaan dredging
dapat menjadi pekerjaan
rutin sehingga tidak
efektif
- Memberi jaminan
terhadap kelangsungan
instrumen seepage
Aspek Sosial - -
Memberikan manfaat
bagi pegawai cleaning
service sekitar
Hasil Penilaian Tidak Layak Tidak Layak Layak
Dari tabel matriks perbandingan diatas berdasarkan parameter metode
pelaksanaan, anggaran biaya, risiko, dan aspek sosial, maka alternatif
penanggulangan “Modifikasi Saluran Seepage” layak digunakan sebagai
alternatif penanggulangan instrumen seepage collection untuk mengatasi
permasalahan sebagaimana dimaksud.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 38
5.3 Analisa Manfaat
Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya bahwa eksistensi
instrumen seepage collection sangat diandalkan sebagai monitoring rembesan /
piping dari bendungan maupun sekitarnya yang menjadi penyebab kegagalan /
keruntuhan bendungan, maka dari itu diperlukannya penanggulangan untuk
mengatasi masalah tersebut dan menjamin faktor kemanan bendungan sehingga
dapat menjamin keberlangsungan operasional unit pembangkitan produksi listrik.
Walaupun alternatif penanggaulangn “Modifikasi saluran seepage” layak untuk
dilaksanakan, akan tetapi perlu di analisa mengenasi manfaat secara finansial
maupun non-finansial untuk meninjau seberapa besar keuntungan / kerugian yang
dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.
1) Manfaat Finansial
Manfaat secara finansial dari pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran
seepage ini tidak diperoleh secara langsung, akan tetapi manfaat ekonomis akan
diperoleh dalam jangka panjang berupa warning atau peringatan dini untuk
mengurangi jumlah korban jiwa maupun materi apabila terjadi kegagalan /
keruntuhan bendungan. Selain itu juga terdapat kerugian fungsional atau kerugian
yang merupakan besarnya biaya yang timbul dan dihitung atau ditaksir per satuan
waktu berdasarkan hilang atau berkurangnya fungsi yang diemban oleh objek fisik
apabila terjadi kegagalan / keruntuhan bendungan.
Kerugian fungsional pada telaah staff ini hanya dibatasi pada kerugian
terkait dengan tujuan / manfaat dibangunnya bendungan yakni sebagai penghasil
listrik dan perikanan, dan tidak termasuk kerugian pada bendungan dan
fasilitasnya.
Kerugian fungsional
No. Komponen Rata-rata produksi
per hari
Harga Satuan (Rp.)
Jumlah Kerugian (Rp.)
1 Produksi listrik 15,534,247 kWh 475.00 7,378,767,325
2 Perikanan insitu 112,697 kg/hari 8,000 901,576,000
TOTAL 8,280,343,325 Sumber : Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan 2009
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 39
Kerugian Material
1. Kecamatan Cikalong Kulon, Kab. Cianjur
= Rp. 13,237,902,500,-
2. Kecamatan Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat
= Rp. 1,410,000,000,-
3. Kecamatan Maniis, Kab. Purwakarta
= Rp. 1,089,835,000,-
4. Kecamatan Sukasari, Kab. Purwakarta
= Rp. 2,635,800,000,000,-
5. Kecamatan Tegal Waru, Kab. Purwakarta
= Rp. 1,620,375,000,-
Total kerugian material = Rp. 19,993,912,500,- (Sumber : Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan 2009)
Sehingga total kerugian (material maupun fungsional) akibat keruntuhan
bendungan Cirata adalah sebagai berikut :
Kerugian Material Rp. 19,993,912,500,-
Kerugian Fungsional RP. 8,280,343,325,-
Total Kerugian Rp. 28,274,255,825,-
Kerugian Korban Jiwa
a. Kecamatan Cikalong Kulon, Kab. Cianjur
= 2,155 jiwa
b. Kecamatan Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat
= 237 jiwa
c. Kecamatan Maniis, Kab. Purwakarta
= 128 jiwa
d. Kecamatan Sukasari, Kab. Purwakarta
= 169 jiwa
e. Kecamatan Tegal Waru, Kab. Purwakarta
= 2,098 jiwa
Total korban jiwa = 4,787 jiwa (Sumber : Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan 2009)
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 40
Total kerugian diatas merupakan total kerugian dengan kondisi
permasalahan seepage yang belum ditanggulangi, artinya monitoring indikasi
kegagalan bendungan tidak terkontrol sehingga warning atau peringatan dini dan
atau sosialisasi terhadap warga yang terkena dampak tidak dapat dilaksanakan.
Kerugian Material Rp. 19,993,912,500,- x 20 %
= Rp. 3,998,782,500,-
= Rp. 19,993,912,500 - Rp. 3,998,782,500
= Rp. 15,995,130,000,-
Kerugian Fungsional RP. 8,280,343,325,-
Total Kerugian Rp. 24,275,473,325
Selisih Rp. 28,274,255,825 - Rp. 24,275,473,325
= Rp. 3,998,782,500,-
Biaya awal pekerjaan Rp. 104,000,000,-
Keuntungan Rp. 3,998,782,500 - Rp. 104,000,000
= Rp. 3,894,782,500-,
Untuk itu apabila permasalahan seepage dimaksud segera diatasi dengan
alternatif penanggulangan sebagaimana dimaksud, maka dapat mengurangi
kerugian dari sisi material asumsi sekitar Rp. 3,894,782,500-, dan korban jiwa
sebanyak 0-2%.
2) Manfaat Non-Finansial
Selain memberikan manfaat finansial secara tidak langsung, pekerjaan
modifikasi saluran seepage juga memberikan manfaat non-finansial yaitu dari
nilai strategis yang meliputi sebagai berikut :
Meningkatkan operasi dan pemantauan instrumen seepage collection
Menjaga ketersediaan data yang valid mengenai debit rembesan yang
keluar melalui bendungan maupun sekitar bendungan.
Memberikan manfaat berupa ketersediaan air minum bagi pekerja
cleaning service di sekitar dam downstream area.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 41
Sebagai salah satu indikator penyebab kegagalan bendungan dalam
upaya memberikan peringatan dini terhadap masyarakat sekitar apabila
terjadi keruntuhan bendungan sehingga dapat mereduksi kerugian
material dan korban jiwa.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai permasalahan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage dapat
digunakan sebagai alternatif penanggulangan atas permasalahan sebagaimana
yang telah diuraikan sebelumnya dalam rangka menjaga operasi dan pemantauan
instrumen seepage collection sebagai parameter ukur debit rembesan yang keluar
melalui tubuh bendungan, pondasi maupun dari sekitar bendungan.
6.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari uraian diatas adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pengajuan pengadaan jasa pelaksanaan pekerjaan
modifikasi saluran seepage supaya terlaksana secepatnya.
2. Perlu dilakukan koordinasi dengan bagian enjiniring dan monitoring
sipil untuk pengkajian secara lebih mendalam.
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA
Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 43
REFRENSI
PT. Indra Karya. (Maret 2009). “Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan”.
Jihan, Miftahul. (2010). “Pemasangan Observation Well pada Kaki Hilir Bendungan Cirata Sebagai Alternatif Pemantauan Tekanan Air Pori”.
Lane, Byron. “Seepage Through Earth Dams”. Department of Environmental Quality Water Resources Division. 2001. Lansing, Michigan. <http://www.michigan.gov/deq/0,4561,7-135-3313_3684_3723-9536--,00>
National Performance of Dams Program. “Dam Failures and Incidents”. 2001. <http://www.damsafety.org/news/?p=412f29c8-3fd8-4529-b5c9-8d47364c1f3e>