6. Laporan

43
PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 1 BAB I LATAR BELAKANG Bendungan Cirata merupakan tipe bendungan Concrete Face Rockfill Dam tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Bendungan Cirata dibangun mulai tahun 1984 dan dioperasikan pada tahun 1988. Bendungan ini dilengkapi dengan instrumen-instrumen khusus yang dipasang pada pondasi, tubuh dan di area sekitar bendungan yang digunakan untuk memantau perilaku bendungan terhadap parameter-parameter desainnya. Bendungan PLTA Cirata dibangun sesuai dengan kriteria – kriteria angka kemanan (Factor Of Safety) yang memadai, dengan mempertimbangkan faktor – faktor tekanan hidrostatik, gaya angkat – geser, tekanan angin, hidrodinamik, gempa bumi, perubahan temperatur, dan lain sebagainya. Dengan prisip dasar bagaimana meminimalkan deformasi yang terjadi sehingga penurunan, pergeseran (settlement – defleksi) atau perubahan / penyimpangan pada struktur lapisan beton muka (concrete faced slab) maupun material timbunan selalu dapat terkontrol dengan memasang beberapa instrumen di dalam tubuh bendungan maupun di luar bendungan seperti piezzometer, strain meter, perimetric joint meter, seepage, GWL, survey stakes dan lain sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu maka instrumen-instrumen terpasang tersebut mulai mengalami penurunan kinerja, bahkan ada yang mengalami kerusakan. Tercatat berdasarkan hasil pemantauan / pemeriksaan dari 11 instrumen yang terpasang terdapat 7 instrumen yang mengalami kerusakan atau tidak berfungsi dan hanya 4 instrumen yang masih dapat beroperasi seperti seepage, GWL, survey stakes, dan reservoir water level. Dari ke-4 instrumen yang masih dapat beroperasi tersebut, salah satu instrumen yang sangat diandalkan saat ini adalah instrumen seepage collection dengan alat terpasang V-Notch Thompson yang mempunyai fungsi sebagai parameter indikator rembesan dari tubuh Dam, pondasi, maupun dari sekitar Dam yang dapat memberikan warning atau peringatan dari suatu kejadian hasil

Transcript of 6. Laporan

Page 1: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 1

BAB I

LATAR BELAKANG

Bendungan Cirata merupakan tipe bendungan Concrete Face Rockfill Dam

tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Bendungan Cirata dibangun mulai tahun

1984 dan dioperasikan pada tahun 1988. Bendungan ini dilengkapi dengan

instrumen-instrumen khusus yang dipasang pada pondasi, tubuh dan di area

sekitar bendungan yang digunakan untuk memantau perilaku bendungan terhadap

parameter-parameter desainnya.

Bendungan PLTA Cirata dibangun sesuai dengan kriteria – kriteria angka

kemanan (Factor Of Safety) yang memadai, dengan mempertimbangkan faktor –

faktor tekanan hidrostatik, gaya angkat – geser, tekanan angin, hidrodinamik,

gempa bumi, perubahan temperatur, dan lain sebagainya. Dengan prisip dasar

bagaimana meminimalkan deformasi yang terjadi sehingga penurunan, pergeseran

(settlement – defleksi) atau perubahan / penyimpangan pada struktur lapisan beton

muka (concrete faced slab) maupun material timbunan selalu dapat terkontrol

dengan memasang beberapa instrumen di dalam tubuh bendungan maupun di luar

bendungan seperti piezzometer, strain meter, perimetric joint meter, seepage,

GWL, survey stakes dan lain sebagainya.

Seiring dengan berjalannya waktu maka instrumen-instrumen terpasang

tersebut mulai mengalami penurunan kinerja, bahkan ada yang mengalami

kerusakan. Tercatat berdasarkan hasil pemantauan / pemeriksaan dari 11

instrumen yang terpasang terdapat 7 instrumen yang mengalami kerusakan atau

tidak berfungsi dan hanya 4 instrumen yang masih dapat beroperasi seperti

seepage, GWL, survey stakes, dan reservoir water level.

Dari ke-4 instrumen yang masih dapat beroperasi tersebut, salah satu

instrumen yang sangat diandalkan saat ini adalah instrumen seepage collection

dengan alat terpasang V-Notch Thompson yang mempunyai fungsi sebagai

parameter indikator rembesan dari tubuh Dam, pondasi, maupun dari sekitar Dam

yang dapat memberikan warning atau peringatan dari suatu kejadian hasil

Page 2: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 2

pengukuran data instrumen dimaksud. Mengingat pentingnya parameter seepage

tersebut, maka harus dijaga eksistensinya sebagai jaminan keamanan bendungan.

Page 3: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 3

BAB II

PERMASALAHAN

Instrumen seepage collection didesain sebagaimana mestinya untuk

mengukur rembesan sesuai dengan kriteria desain bendungan PLTA Cirata yang

berguna untuk mendukung data terjadinya piping atau erosi buluh yang menjadi

salah satu faktor kegagalan terhadap bendungan.

Setelah beroperasi lebih dari 20 tahun, saat ini instrumen seepage

mengalami gangguan dalam melakukan pegambilan / pengukuran data terhadap

yang kerap sekali terjadi anomali data yang disebabkan oleh banjir ketika musim-

musim hujan tiba sehingga operasi dan pemantauan keamanan bendungan

terganggu.

Page 4: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 4

BAB III

PRA ANGGAPAN

Melihat dari beberapa permasalahan diatas, penulis dapat mengambil

beberapa hipotesa sebagai berikut :

1. Sumber sedimen merupakan hasil dari erosi lereng yang terjadi ketika terjadi

hujan.

2. Elevasi kontur hilir lebih tinggi atau sama dengan elevasi hulu sehingga

menyebabkan terjadinya backwater atau air balik yang terjadi pada saat banjir

ketika musim hujan tiba.

3. Kiriman air dari sungai Cileleuy akibat dari konstruksi kanal banjir runtuh.

4. Pengaruh tidak berfungsinya instrumen seepage mengakibatkan jaminan

keamanan bendungan tidak terjaga.

5. Metode perbaikan dengan modifikasi saluran seepage dapat menjadi solusi

alternatif penanggulangan dari permasalahan tersebut.

Page 5: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 5

BAB IV

FAKTA YANG MEMPENGARUHI

4.1 Longsoran

Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah

perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah,

atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses

terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke

dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai

tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin

dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

4.1.1 Jenis-jenis Tanah Longsor

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,

pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis

longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan

longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan

rombakan.

1) Longsoran translasi

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada

bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Gambar 1. Longsoran Translasi

2) Longsoran rotasi

Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada

bidang gelincir berbentuk cekung.

Page 6: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 6

Gambar 2. Longsoran Rotasi

3) Pergerakan blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang

gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi

blok batu.

Gambar 3. Pergerakan Blok

4) Runtuhan batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain

bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada

lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai.

Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

Gambar 4. Runtuhan batu

5) Rayapan tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis

tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir

Page 7: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 7

tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis

rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah

miring ke bawah.

Gambar 5. Rayapan tanah

6) Aliran bahan rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong

oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume

dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang

lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa

tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di

sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup

banyak.

Gambar 6. Longsoran aliran bahan rombakan

4.1.2 Gejala umum tanah longsor

Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya bencana

tanah longsor adalah :

Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.

Biasanya terjadi setelah hujan.

Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.

Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

Page 8: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 8

4.1.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya longsor

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih

besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan

batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh

besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Berikut

merupakan beberapa faktor penyebab tanah longsor.

Hujan

Lereng terjal

Tanah yang kurang padat dan tebal

Batuan yang kurang kuat

Jenis tata lahan

Getaran

Susut muka air danau atau bendungan

Adanya beban tambahan

Pengikisan / erosi

Akibat terjadinya longsoran lereng yang terjadi sehingga menimbulkan

sedimentasi dan menutupi saluran seepage akibat dari material longsoran tersebut.

Selain adanya sedimentasi fakta lain yang mempengaruhi keberadaan instrumen

saluran seepage yaitu adanya backwater atau air balik yang disebabkan oleh

derasnya arus sungai Cileleuy yang masuk melalui saluran. Berikut ilustrasi

terjadinya sedimen dan back water yang terjadi serta fakta-fakta dokumentasi

lapangan.

Gambar 7. Ilustrasi gambar kondisi saluran seepage

Page 9: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 9

Gambar 8. Kondisi eksisting saluran buang seepage

4.2 Curah Hujan

Hal yang tidak bisa di hindari yang menyangkut pengaruh terhadap data

seepage adalah curah hujan. Curah hujan merupakan titik air yang jatuh ke

permukaan tanah, kemudian terinfiltrasi kedalam tanah melalui pori-pori tanah.

Air yang terinfiltrasi tersebut yang ditangkap oleh seepage collection melalui pipa

sub-drain yang terpasang di bendungan. Dari hasil pengukuran curah hujan dari

tahun 2008 hingga 2012 yang didapat dari station klimatologi curah hujan yang

terpasang menunjukan fluktuasi yang cukup signifikan yakni tergolong kriteria

distribusi curah hujan bulanan rendah (0 - 100 mm) dan menengah (101 – 300

mm). Berikut merupakan data curah hujan bulanan tahun 2008 – 2012 yang

dituankan dalam tabel dibawah.

Page 10: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 10

Tabel 1. Data curah hujan bulanan

Bulan Curah Hujan (mm)

2008 2009 2010 2011 2012

Jan 164.4 335 230.7 113.1 DIPINDAH

Feb 87.4 175.6 422.7 69.3 142.5

Mar 366 146.7 607.3 195 80.6

Apr 176 160.1 70.9 311.5 296.9

Mei 142.5 147.6 465.1 93 83

Jun 33.5 128.9 324.9 2.5 77

Jul 0.5 23.1 186.3 20.3

Aug 139.5 0 120.8 0

Sep 11.5 36.8 410.2 13

Okt 162.5 277.5 312.3 172.1

Nop 352 228 263.7 360.8

Des 228.5 87.5 56 89.3

Gambar 9. Grafik fluktuasi curah hujan bulanan

0

100

200

300

400

500

600

700

Cu

rah

Hu

jan

(m

m)

Bulan

2008

2009

2010

2011

2012

Page 11: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 11

4.3 Muka air waduk

Bendungan PLTA Cirata memiliki Reservoir Water Level pada eleveasi

normal yaitu +220,00 m, elevasi maksimum +225,00 m dan freeboard atau tinggi

jagaan pada elevasi +226,00m. Reservoir Water Level atau disebut juga muka air

waduk sering kali dikaitkan dengan masalah rembesan yang terjadi di instrumen

seepage, namun hal itu pada dasarnya sangat tidak diharapkan, artinya fluktuasi

data rembesan debit tidak mengikuti fluktuasi muka air waduk yang terjadi.

Apabila hingga terjadi demikian, maka sudah terjadi rembesan dalam tubuh

maupun pondasi bendungan ayng menyebabkan faktor kegagalan bendungan

sehingga bendungan tersebut dalam kondisi waspada. Hal itu dapat dilihat dari

besaran debit yang keluar melalui seepage serta indikasi-indikasi lain seperti

warna, material yang dibawa dan kandungan air yang keluar dari seepage

collection berbeda dengan air yang terdapat waduk. Dan berikut merupakan data

hasil pengukuran fluktuasi muka air waduk selama periode 2008 s/d 2012.

Tabel 2. Data muka air waduk (Resorvoir Water Level) bulanan

Bulan Reservoir Water Level (m)

2008 2009 2010 2011 2012

Jan 212.82 210.37 209.62 211.33 209.89

Feb 212.81 213.49 213.16 208.19 211.36

Mar 213.98 216.71 216.91 208.54 214.83

Apr 217.39 218.51 219.86 209.83 214.79

Mei 218.66 219.28 219.84 215.25 215.7

Jun 217.38 219.21 219.83 217.44 217.24

Jul 217.17 218.55 218.99 214.66

Aug 214.37 215.67 216.96 212.37

Sep 212.43 213.37 215.78 210.97

Okt 209.6 211.35 217.01 209.53

Nop 209.53 210.57 213.11 208.51

Des 213.02 209.14 211.72 209.85

Page 12: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 12

Gambar 10. Grafik fluktuasi muka air waduk

4.4 Rembesan

Embankment dam atau tubuh bendungan biasanya terbuat dari gundukan

tanah/batuan yang semi plastis yang dipadatkan dengan komposisi yang

kompleks. Umumnya embankment dam memiliki lapisan inti yang terbuat dari

tanah yang terstandar yang kedap air atau lapisan beton yang berfungsi untuk

menahan erosi permukaan dan rembesan terhadap bendungan tersebut, akan tetapi

tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu rembesan melalui tubuh bendungan

atau pondasi yang disebut piping.

Piping merupakan erosi internal yang diakibatkan oleh rembesan melalui

tubuh bendungan atau pondasi yang umumnya terjadi pada hulu bendungan /

reservoir melalui tubuh bendungan atau pondasi hingga menuju kaki bendungan.

Ketahanan tubuh bendungan maupun pondasi bendungan terhadap piping

tergantung pada plastisitas karakteristik tanah, gradasi urugan, serta derajat

kepadatan.

Page 13: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 13

Gambar 11. Pola aliran rembesan bendungan

Peristiwa piping ini juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

kegagalan atau keruntuhan bendungan yang mana keruntuhan bendungan menjadi

momok yang menakutkan bagi lapisan masyarakat yang tentunya akan

menimbulkan banyak kerugian baik materi maupun keselamatan jiwa manusia.

Tercatat berdasarkan dari sumber (internet) di United State 20% kegagalan

bendungan diakibatkan oleh erosi internal / piping yang telah menelan korban

jiwa lebih dari ratusan ribu dan kerugian material yang cukup banyak. Berikut

merupakan data penyebab kegagalan bendungan di U.S

Gambar 12. Prosentase penyebab kegagalan bendungan di U.S

Muka air tanah

Rembesan tubuh bendungan

Rembesan pondasi Pneumatic

piezometer

Page 14: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 14

Debit air rembesan bendungan dipantau melalui seepage yang kemudian

komparasikan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai rembesan

bendungan seperti muka air waduk dan curah hujan. Curah hujan yang digunakan

adalah curah hujan yang didapat dari stasiun klimatologi Cirata. Hal ini

dikarenakan curah hujan daerah Cirata dianggap paling berpengaruh pada nilai

rembesan yang terjadi di Seepage.

4.4.1 Alat Pemantau Rembesan

Untuk memantau rembesan yang terjadi pada bendungan, pondasi, maupun

sekitar bendungan digunakan seepage collection dengan parameter alat terpasang.

Fungsi utama dari instrumen tersebut adalah untuk mengukur debit rembesan

yang terjadi yang dikomparasikan dengan data curah hujan dan elevasi muka air

waduk.

Terdapat dua type sekat yang terpasang pada seepage collection untuk

memantau debit rembesan sebagai berikut :

1) Sekat Cipoletti

Sekat Cipoletti merupakan sekat dengan bentuk trapesiodal yang bagian

sisi-sisi dalam dari sekat tersebut meruncing yang terbuat dari pelat logam

(baja, alumunium, dan lain-lain) atau dari kayu lapis. Sekat ini tetap

dipasang pada lokasi pengukuran atau hanya sementara saja. Berikut

merupakan gambar dari sekat Cipoletti.

Gambar 13. Sekat Cipoletti

Page 15: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 15

Keadaan untuk pengukuran sekat Cipoletti :

Aliran di hulu dan di hilir sekat harus tenang;

Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian atas atau

samping sekat;

Air harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada sekat

2) Sekat V-Notch

Sekat V-Notch mempunyai bentuk V berbeda dengan sekat Cipoletti

akan tetapi untuk material mempunyai bahan yang sama dari pelat logam.

Cara pengukuran untuk alat ini cukup sederhana yaitu hanya dengan

menggunakan penggaris, tongkat ukur, atau pita ukur dengan mengukur

ketinggiannya. Akan tetapi tidak boleh ada kebocoran pada sekat dan aliran

hulu dan hilir sekat harus tenang serta aliran harus mengalir bebas dari

sekat, tidak menempel pada sekat. Berikut merupakan gambar dari sekat V-

Notch Thompson.

Gambar 14. Sekat V-Notch Thompson

Di lokasi bendungan PLTA Cirata terpasang instrumen seepage

collection dengan type sekat V-Notch Thompson yang terletak di kaki

bendungan. Pemantauan/pengukuran dilakukan dari mulai pekerjaan

kosntruksi hingga konstruksi berlangsung saat ini, dengan frekuensi

pengukuran normal 1 kali seminggu.

Page 16: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 16

Gambar 15. Peta situasi lokasi Seepage Collection

4.4.2 Prinsip Pengukuran Seepage Collection

Seepage collection dilengkapi dengan peralatan-peralatan sebagai berikut :

1. AWLR (Automatic Water Level Recorder)

AWLR terdiri dari perangkat jam, drum cylinder, tinta, pena dan kertas

chart.

2. Papan Duga

3. Tabel konversi ketinggian (H) terhadap debit (Q)

Instruksi kerja seepage collection meliputi lingkup sebagai berikut :

1. Periksa instrumen house seepage collection dan lingkungannya.

2. Periksa setiap hari peralatan otomatik (AWLR), dan pastikan komponen

lain berfungsi (jam, drum cylinder, tinta & pena) jam harus sesuai

dengan waktu aktual

Page 17: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 17

(a) (b) (c)

Gambar 16. (a) Perangkat jam dan drum cylinder; (b) Pena dan Chart; (c) pelampung

3. Buka tutup AWLR, angkat drum cylinder, dan lepas kertas chart dari

drum cyilinder.

Gambar 17. AWLR

4. Setelah chart di lepas kemudian diganti dengan kertas chart yang baru

per 7 hari. Dan hasil chart sebelumnya di olah dikantor sebagai data

hasil dari pengukuran.

Page 18: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 18

Gambar 18. Tabel konversi V-Noth (Triangulair Weir – Thomson)

4.4.3 Kriteria parameter desain

Evaluasi dan kajian pola perilaku rembesan, dilakukan dengan

membandingkan perilaku saat ini dengan kriteria batasan parameter desain yang

telah ditetapkan pada masa awal pembangunan bendungan. Berikut ini adalah

kriteria batasan parameter desain rembesan bendungan Cirata:

Tabel 3. Kriteria parameter desain rembesan

No Parameter Desain Keterangan

1.

2.

Rembesan tubuh dam

Rembesan pondasi

720 l/det

28 l/det

Asumsi CF gagal

Jernih, tak ada material

4.4.4 Data Pengukuran

Data-data hasil pengukuran instrumen seepage collection berupa debit air

rembesan bendungan menunjukan anomali data pada periode 2010 bulan

September dan Oktober yang disebabkan terjadinya backwater (air balik) sehingga

sehingga fungsi dari instrumen dimaksud tidak dapat bekerja secara optimal.

Berikut anomali data dimaksud yang disajikan dalam tabel dibawah:

Page 19: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 19

Tabel 4. Data rembesan harian

Seepage (Lt/det)

Tanggal September Oktober Tanggal September Oktober

1 2.5 > 70.2 16 5 3.9

2 2.5 11.1 17 > 70.2 3.9

3 2.5 11.1 18 > 70.2 5

4 2.5 6.9 19 > 70.2 5

5 2.5 6.9 20 > 70.2 5

6 1.5 5.6 21 > 70.2 6.9

7 1.5 5.6 22 > 70.2 6.9

8 5 5 23 > 70.2 6.9

9 20.3 5 24 > 70.2 24.6

10 31.2 5 25 > 70.2 24.6

11 14.1 3.9 26 > 70.2 24.6

12 11.1 3.9 27 > 70.2 > 70.2

13 5.6 3.9 28 > 70.2 34.9

14 5.6 3.9 29 > 70.2 23.1

15 5.6 3.9 30 > 70.2 27.8

31 26.2

Selama periode pemantauan dari awal pembangunan hingga 2012

menunjukkan fluktuasi bervariasi dengan besaran kenaikan dan penurunan debit

berkisar antara 0,07 s/d 19,31 L/det. Besaran maksimum fluktuasi terjadi pada

bulan November tahun 2010 mencapai 19,98 L/det. Berikut merupakan data raw

data hasil pengukuran bulanan selama periode awal, 2008 s/d 2012.

Page 20: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 20

Tabel 5. Data debit rembesan bulanan

Bulan Seepage (Lt/det)

1988 (awal) 2008 2009 2010 2011 2012

Jan 8.4 4.1 6.6 3.0 2.5 1.7

Feb 5.5 2.6 9.0 10.8 3.4 0.1

Mar 11.9 9.4 5.5 19.0 2.9 0.1

Apr 10.5 4.0 5.8 7.2 4.7 0.1

Mei 12.9 8.2 4.6 8.6 5.6 2.0

Jun 11.0 1.2 3.2 8.2 1.4 1.8

Jul 10.9 0.2 1.5 4.7 2.3

Aug 8.9 1.7 0.3 4.7 0.3

Sep 6.8 0.6 0.0 7.4 0.1

Okt 8.2 0.2 1.8 10.7 0.7

Nop 9.6 7.7 2.5 19.3 11.0

Des 8.3 5.1 3.5 4.3 9.0

Gambar 19. Grafik fluktuasi debit rembesan

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul AugSep Okt NopDes

Deb

it S

eep

ag

e lt

r/d

et

Bulan

Grafik Rembesan/Seepage

1988 (Awal)

2008

2009

2010

2011

2012

Page 21: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 21

BAB V

PEMBAHASAN

Perilaku struktur bendungan, perubahan-perubahan dan perkembangannya

dapat diketahui melalui pengukuran dan pengamatan sejumlah instrumen yang

telah terpasang pada permukaan, didalam material timbunan dan pada bagian

pondasi tubuh bendungan.

Monitoring instrumentasi bendungan (Dam Instrumentations) telah

dilaksanakan sejak pra konstruksi (Survey-Investigations), selama konstruksi

(During Construction), Paska konstruksi – Operasional (Post Cnstruction-

Operational) dan masih harus tetap dilaksanakan selama bendungan dan waduk

dioperasikan.

Salah satu tujuan monitoring instrumentasi bendungan adalah untuk mengetahui

secara dini gejala kerusakan, pergerakan dan perubahan-perubahan struktur

bendungan yang dapat membahayakan, untuk dapat ditindak lanjuti sehingga

kerusakan dan atau kerugian yang lebih besar dapat dihindari.

Berikut merupakan metodologi bagan alir untuk mengetahui proses pelaksanaan

yang meliputi identifikasi serta alternatif penanggulangan sebagian dari proses

pembahasan telaah.

Page 22: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 22

Gambar 20. Bagan alir pembahasan

Page 23: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 23

5.2 Analisa masalah

Instrumen seepage collection sangat mempengaruhi dalam pemantauan

keamanan bendungan sehingga perlu di jaga eksistensinya sebagai salah satu

instrumen yang masih berfungsi saat ini.

Monitoring rembesan atau seepage collection bendungan PLTA Cirata saat

ini masih dapat dilaksanakan, akan tetapi sering terjadi beberapa data yang

didapatkan kurang akurat atau validitasnya diragukan. Hal ini disebabkan

terjadinya beberapa faktor yang telah diuraikan sebelumnya, sehingga perlu

dilakukan penanggulan terhadap permasalahan tersebut. Berikut data / grafik

hubungan antara rembesan dan curah hujan serta muka air waduk kondisi tahun

2010 yang menunjukan anomali data.

Tabel 6. Data hasil pengukuran tahun 2008 s/d 2012

Parameter

Instrument Desain

Hasil 2012 2011

Rata2

2010

Rata2

2009

Rata2

2008

Rata2 Max. Min. Rata2

Seepage/Leakage 748 L/Det 2.03

lt/det

0,06

lt/det

0,95

lt/det

3,65

lt/det

8,99

lt/det

3,70

lt/det

3,75

lt/det

Reservoir WL El.Normal

+220,00 m

217,24

m

209,89

m

213,97

m

211.373

m

216.066

m

214.70

m

214.10

m

Page 24: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 24

Gambar 21. Grafik Rembesan vs Water Level

Gambar 22. Grafik Rembesan vs Curah hujan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des

Seepage 2.98 10.8 19.0 7.20 8.55 8.24 4.69 4.73 7.44 10.7 19.3 4.27

DMA 209. 213. 216. 219. 219. 219. 219 217 215. 217 213. 211.

204

206

208

210

212

214

216

218

220

222

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

WL

(met

er)

Seep

age

(Lit

er/d

et)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des

Rainfall 231 423 607 70. 465 325 186 121 410 312 264 56

Seepage 2.9 10. 19. 7.2 8.5 8.2 4.6 4.7 7.4 10. 19. 4.2

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

0

100

200

300

400

500

600

700

Seep

age

(Lit

er/d

tk)

Rain

fall

(mm

)

Page 25: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 25

Dampak lebih lanjut terhadap gangguan dari instrumen seepage collection

adalah tidak cukup informasi untuk kajian dan evaluasi atas kejadian rembesan /

leakage serta tidak dapat mengetahui trend yang terjadi terhadap parameter desain

rembesan sehingga jaminan keamanan bendungan tidak terjaga.

5.3 Tindak lanjut

5.3.1 Alternatif Penanggulangan

Dari permasalahan tersebut diatas, maka dapat direncanakan dan dipilih

beberapa alternatif solusi penanganan atau improvement sebagai berikut :

1. Pembuatan konstruksi dinding penahan tanah

Sesuai dengan permasalahan dimaksud diatas, maka alternatif

penanganan yang pertama adalah dengan melakukan perencanaan

pembuatan konstruksi penahan lereng / tebing untuk menghindari dan atau

menahan longsoran yang terjadi dari tebing akibat adanya erosi air. Berikut

merupakan ilustrasi gambar salah satu jenis konstruksi dinding penahan

tanah.

Gambar 23. Konstruksi dinding penahan tanah

Pelaksanaan pekerjaan pembuatan konstruksi dinding penahan tanah

dan pengerukan sedimen meliputi lingkup pekerjaan sebagai berikut :

Page 26: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 26

a) Survey rekonesan

Meliputi pengamatan visual (ciri, jenis, dan penyebab keruntuhan

lereng) dilakukan untuk memperoleh pemerian umum. Berdasarkan

perian umum tersebut diharapkan dapat diambil keputusan untuk tahap

pekerjaan berikutnya

b) Pekerjaan survey investigasi atau penyelidikan tanah

Usaha penanggulangan akan baik apabila perencanaannya didukung

oleh data hasil penyelidikan dan pengujian yang baik. Data yang

dihasilkan akan baik jika dilakukan dengan tahap-tahap yang benar.

Penyelidikan lapangan dan laboratorium untuk analisis kemantapan

lereng. Dari hasil penyelidikan diharapkan akan diperoleh perian yang

mendetail secara kuantitatif mengenai data lapangan dan data

laboratorium sebagai parameter desain perencanaan konstruksi dinding

penahan tanah.

c) DED / Perencanaan desain konstruksi

Tahap ini berisikan mengenai metode perencanaan, analisa kestabilan

lereng serta jenis konstruksi dinding penahan tanah yang efektif dan

efisien yang berdasarkan dari input parameter uji penyelidikan lapangan

dan laboratorium.

d) Pekerjaan konstruksi dinding penahan tanah

Setelah melalui tahap perencanaan yang luarannya berupa jenis

konstruksi yang akan digunakan, maka tahap berikutnya merupakan

aplikasai dari tahap perencanaan sebelumnya. Tahap pelaksanaan

konstruksi ini mungkin dapat diuraikan menjadi beberapa tahap

pekerjaan sesuai dengan jenis dan karakter dari konstruksi yang akan

dipakai.

Page 27: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 27

Gambar 24. Alur pekerjaan konstruksi dinding penahan tanah

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pekerjaan

ini adalah sebagai berikut :

Dari segi pelaksanaan pekerjaan membutuhkan waktu yang cukup lama,

karena pekerjaan tersebut menyangkut perencanaan konstruksi yang

berdasarkan hasil analisa hasil investigasi tanah.

Membutuhkan perencanaan yang matang agar kontruksi yang akan

digunakan efektif dan efisien.

Perkiraan biaya yang dibutuhkan sangat mahal, hal itu dilihat dari

lingkup pekerjaan utama yaitu investigasi tanah, pembuatan konstruksi,

serta pengerukan sedimen. Estimasi volume dan RAB lebih lanjut

membutuhkan kajian oleh expert yang ahli di bidangnya.

Karena diperkirakan biaya yang sangat mahal, jadi pelaksanaan

konstruksi harus diproses melalui lelang sehingga membutuhkan waktu

yang cukup lama.

Page 28: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 28

2. Dredging / Pengerukan Endapan Sedimen

Sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan material yang

ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser. Dalam hal ini sedimen

yang terjadi di saluran seepage disebabkan oleh longsoran lereng berupa

longsoran debrease yaitu longsoran yang terjadi akibat adanya aliran air

yang tidak diarahkan. Untuk itu permasalahan tersebut akan ditanggulangi

dengan cara pengerukan sedimen sepanjang saluran buang seepage hingga

area bebas banjir. Berikut merupakan gambar ilustrasi pekerjaan dredging /

pengerukan sedimen.

Gambar 25. Dredging / pengerukan

Pelaksanaan pekerjaan pembuatan konstruksi dinding penahan tanah

dan pengerukan sedimen meliputi lingkup pekerjaan sebagai berikut :

a) Survey Pendahuluan dan Orientasi Lapangan

Survey pendahuluan dan orientasi lapangan merupakan tahap pekerjaan

awal yang dilakukan yang bertujuan untuk melakukan pengamatan

kondisi visual, pengumpulan data-data terkait dengan pekerjaan

dimaksud, pengumpulan data jalur pengukuran berikut deskripsi

koordinat patok-patok jalur yang ada.

b) Pemeruman awal atau predredge sounding

Merupakan kegiatan pemeruman awal saluran yang dilaksanakan

sebelum diadakan pengerukan, akan tetapi untuk area kering dilakukan

pemetaan kontur biasa. Data yang dihasilkan digunakan sebagai dasar

penentuan perhitungan volume dan desain yang dikeruk.

Page 29: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 29

c) Pengerukan / dredging

Pada prinsipnya pelaksanaan pengerukan terdiri dari rangkaian kerja

seperti memecah struktur tanah kemudian mengangkut material tersebut

dan membuang hasil kerukan ke lokasi yang telah ditentukan yang

disebut disposal area. Proses pelaksanaan pengerukan ini dilakukan

dengan menggunakan alat berat excavator / backhoe untuk mengambil

material sedimen.

d) Dumping / Pembuangan Ex.Material Sedimen

Dumping atau dapat disebut juga pembuangan ex.material hasil kerukan

sedimen dibuang ke lokasi disposal area yang telah ditentukan atau

dapat juga digunakan untuk kebutuhan pengurugan sebagai leveling

atau penataan pelataran halaman.

e) Pemeruman akhir (final sounding)

Merupakan pemeruman untuk mengevaluasi hasil pekerjaan

pengerukan apakah volume yang telah dikeruk sesuai dengan volume

pada proses pemeruman awal.

Gambar 26. Alur pekerjaan dredging / pengerukan sedimen

Page 30: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 30

Gambar 27. Lokasi pekerjaan pengerukan sedimen

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pekerjaan

ini adalah sebagai berikut :

Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pengerukan, harus

memperhatikan serta menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Perkiraan biaya yang dibutuhkan cukup mahal, hal itu dilihat dari

perkiraan volume pengerukan serta dari lingkup pekerjaan utama.

Lokasi disposal area harus diperhatikan, mengingat volume material

cukup besar tanpa harus merusak vegetasi serta kelestarian lingkungan

sekitar.

Page 31: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 31

3. Modifikasi saluran seepage

Pekerjaan modifikasi ini bertujuan untuk melakukan perubahan pada

saluran buang seepage sedemikian rupa agar pengambilan data seepage

tidak terganggun akibat dari permasalahan-permasalan yang telah diuraikan

diatas.

Adapun modifikasi saluran seepage adalah dengan mengalihkan aliran

seepage menuju bak penampung yang dibuat sedemikian rupa untuk

menampung air dari seepage, kemudian dari bak penampung dengan

menggunakan mesin pompa (jet pump) di salurakan menuju tanki air

dengan kapasitas yang besar sekitar 1500 liter. Setelah itu air disalurkan

kembali menuju water treatment plant untuk dikonsumsi. Disamping itu air

tersebut dapat digunakan untuk penyiraman tanaman untuk area sekitar yang

akan dijadikan area pelataran dan penghijauan dengan memasang springkler

disekitarnya. Tata letak dan pola springkler disesuaikan dengan kondisi

lapangan dan zona pelataran / penghijauan yang akan dibuat.

Pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage meliputi lingkup

pekerjaan sebagai berikut :

a) Survey pendahuluan

Pekerjaan ini bertujuan untuk melihat situasi dan kondisi lokasi

lapangan serta menetapkan lokasi yang akan dibangun dengan

pertimbangan-pertimbangan yang ada.

b) Pekerjaan tanah

Pekerjaan tanah ini hanya untuk membuat bak penampungan air dari

saluran seepage collection yang dilengkapi dengan saringan / filter

sebagai penyaringan air seepage. Ex.galian tanah dibuang dilokasi

disposal area yang telah ditentukan.

c) Modifikasi saluran

Setelah pekerjaan tanah, maka selanjutnya dapat dilaksanakan

pekerjaan konstruksi modifikasi saluran seepage sebagai berikut :

Page 32: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 32

Gambar 28. Denah modfikasi saluran seepage

Membuat bak penampung untuk aliran debit dari seepage collection

dengan dimensi yang dirancang untuk menampung debit maksimum

harian. Bak penampung dilengkapi dengan saringan / filter untuk

sebagai penyaring air yang keluar dari seepage collection serta pintu air

pelimpah untuk menghindari over floating.

Gambar 29. Detail C-C Bak Penampung

Page 33: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 33

Pembuatan 2 buah menara tanki air dengan ketinggian sekitar 10 m dan

pemasangan tangki air dengan kapasitas 1000 Liter yang berfungsi

untuk menampung air setelah dari bak penampungan yang disalurkan

dengan menggunakan mesin pompa kapasitas daya dorong sekitar 30

m. Lingkungan menara tanki air dilengkapi dengan pagar pengaman

untuk melindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Gambar 29. Detail A-A Menara tanki air

Water treatment plant dibuat untuk memanfaatkan air dari saluran

seepage untuk kebutuhan para pegawai cleaning service atau untuk

dikonsumsi kebutuhan sehari-hari. Water treatment untuk konsumsi air

minum dilengkapi dengan instalasi pipa dari tangki penampung, tabung

filter stainlees, unit ultraviolet, housing filter, CTO (karbon blok),

cetride, pompa air kapasitas kecil, serta kapasitas produksi 30

galon/hari. Water treatment juga dilengkapi dengan rumah pelindung

untuk melindungi kondisi kemanan lingkungan.

Page 34: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 34

Gambar 30. Detail B-B Bangunan water treatment

Gambar 31. Detail D-D Bangunan water treatment

Instalasi pipa spingkler yang difungsikan untuk keperluan penyiraman

tanaman pada area pelataran / penataan lingkungan yang rencana

selanjutnya akan dibuat disekitar area dam downstream. Akan tetapi

pekerjaan ini merupakan pekerjaan sekunder.

Page 35: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 35

Gambar 32. Skema alur water treatment

Berdasarkan uraian pekerjaan untuk modifikasi saluran seepage, berikut

alur pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage :

Gambar 33. Alur pekerjaan modifikasi saluran seepage

Page 36: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 36

Dari uraian pekerjaan modifikasi saluran diatas, dapat dilakukan

estimasi anggaran biaya yang dibutuhkan yaitu:

Tabel 7. Estimasi (RAB) Pekerjaan Modifikasi Saluran Seepage

No Uraian Kebutuhan Harga

Vol Sat Satuan(Rp) Jumlah(Rp)

1 Survey Pendahuluan 1 Ls 3,000,000 3,000,000

2 Pekerjaan tanah 96 M3 110,000 10,560,000

3 Modifikasi Saluran

- Bak Penampung Beton 25.6 M3 2,400,000 67,840,000

- Menara Tanki + Toren 2 Bh 4,500,000 9,000,000

- Water Treatment Plant 1 Ls 15,000,000 15,000,000

- Rumah WTP 1 Bh 5,000,000 5,000,000

Jumlah 104,000,000

Gambar 34. Lokasi pekerjaan modifikasi saluran seepage

Lokasi Pekerjaan

Page 37: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 37

5.3.2 Pemilihan Alternatif

Berdasarkan uraian alternatif penanggulangan diatas, maka dapat dilakukan

matriks komparasi dengan 3 parameter sebagai berikut :

Tabel 8. Matriks Perbandingan Alternatif Penanggulangan

Parameter Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Metode

Pelaksanaan

- Tingkat pengerjaan

relatif sedang

- Tingkat pengerjaan

mudah

- Tingkat pengerjaan

mudah dan sederhana

Waktu

Pelaksanaan - Estimasi 60 Hari - Estimasi 45 Hari - Estimasi 30 Hari

Biaya Awal - Asumsi

> Rp. 300,000,000

- Asumsi

> Rp. 250,000,000 Rp104,000,000

Risiko

- Kegagalan konstruksi

sewaktu-waktu dapat

terjadi, sehingga tidak

menjamin

kelangsungan

instrumen seepage

- Pelaksanaan dredging

dapat menjadi pekerjaan

rutin sehingga tidak

efektif

- Memberi jaminan

terhadap kelangsungan

instrumen seepage

Aspek Sosial - -

Memberikan manfaat

bagi pegawai cleaning

service sekitar

Hasil Penilaian Tidak Layak Tidak Layak Layak

Dari tabel matriks perbandingan diatas berdasarkan parameter metode

pelaksanaan, anggaran biaya, risiko, dan aspek sosial, maka alternatif

penanggulangan “Modifikasi Saluran Seepage” layak digunakan sebagai

alternatif penanggulangan instrumen seepage collection untuk mengatasi

permasalahan sebagaimana dimaksud.

Page 38: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 38

5.3 Analisa Manfaat

Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya bahwa eksistensi

instrumen seepage collection sangat diandalkan sebagai monitoring rembesan /

piping dari bendungan maupun sekitarnya yang menjadi penyebab kegagalan /

keruntuhan bendungan, maka dari itu diperlukannya penanggulangan untuk

mengatasi masalah tersebut dan menjamin faktor kemanan bendungan sehingga

dapat menjamin keberlangsungan operasional unit pembangkitan produksi listrik.

Walaupun alternatif penanggaulangn “Modifikasi saluran seepage” layak untuk

dilaksanakan, akan tetapi perlu di analisa mengenasi manfaat secara finansial

maupun non-finansial untuk meninjau seberapa besar keuntungan / kerugian yang

dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.

1) Manfaat Finansial

Manfaat secara finansial dari pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran

seepage ini tidak diperoleh secara langsung, akan tetapi manfaat ekonomis akan

diperoleh dalam jangka panjang berupa warning atau peringatan dini untuk

mengurangi jumlah korban jiwa maupun materi apabila terjadi kegagalan /

keruntuhan bendungan. Selain itu juga terdapat kerugian fungsional atau kerugian

yang merupakan besarnya biaya yang timbul dan dihitung atau ditaksir per satuan

waktu berdasarkan hilang atau berkurangnya fungsi yang diemban oleh objek fisik

apabila terjadi kegagalan / keruntuhan bendungan.

Kerugian fungsional pada telaah staff ini hanya dibatasi pada kerugian

terkait dengan tujuan / manfaat dibangunnya bendungan yakni sebagai penghasil

listrik dan perikanan, dan tidak termasuk kerugian pada bendungan dan

fasilitasnya.

Kerugian fungsional

No. Komponen Rata-rata produksi

per hari

Harga Satuan (Rp.)

Jumlah Kerugian (Rp.)

1 Produksi listrik 15,534,247 kWh 475.00 7,378,767,325

2 Perikanan insitu 112,697 kg/hari 8,000 901,576,000

TOTAL 8,280,343,325 Sumber : Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan 2009

Page 39: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 39

Kerugian Material

1. Kecamatan Cikalong Kulon, Kab. Cianjur

= Rp. 13,237,902,500,-

2. Kecamatan Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat

= Rp. 1,410,000,000,-

3. Kecamatan Maniis, Kab. Purwakarta

= Rp. 1,089,835,000,-

4. Kecamatan Sukasari, Kab. Purwakarta

= Rp. 2,635,800,000,000,-

5. Kecamatan Tegal Waru, Kab. Purwakarta

= Rp. 1,620,375,000,-

Total kerugian material = Rp. 19,993,912,500,- (Sumber : Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan 2009)

Sehingga total kerugian (material maupun fungsional) akibat keruntuhan

bendungan Cirata adalah sebagai berikut :

Kerugian Material Rp. 19,993,912,500,-

Kerugian Fungsional RP. 8,280,343,325,-

Total Kerugian Rp. 28,274,255,825,-

Kerugian Korban Jiwa

a. Kecamatan Cikalong Kulon, Kab. Cianjur

= 2,155 jiwa

b. Kecamatan Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat

= 237 jiwa

c. Kecamatan Maniis, Kab. Purwakarta

= 128 jiwa

d. Kecamatan Sukasari, Kab. Purwakarta

= 169 jiwa

e. Kecamatan Tegal Waru, Kab. Purwakarta

= 2,098 jiwa

Total korban jiwa = 4,787 jiwa (Sumber : Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan 2009)

Page 40: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 40

Total kerugian diatas merupakan total kerugian dengan kondisi

permasalahan seepage yang belum ditanggulangi, artinya monitoring indikasi

kegagalan bendungan tidak terkontrol sehingga warning atau peringatan dini dan

atau sosialisasi terhadap warga yang terkena dampak tidak dapat dilaksanakan.

Kerugian Material Rp. 19,993,912,500,- x 20 %

= Rp. 3,998,782,500,-

= Rp. 19,993,912,500 - Rp. 3,998,782,500

= Rp. 15,995,130,000,-

Kerugian Fungsional RP. 8,280,343,325,-

Total Kerugian Rp. 24,275,473,325

Selisih Rp. 28,274,255,825 - Rp. 24,275,473,325

= Rp. 3,998,782,500,-

Biaya awal pekerjaan Rp. 104,000,000,-

Keuntungan Rp. 3,998,782,500 - Rp. 104,000,000

= Rp. 3,894,782,500-,

Untuk itu apabila permasalahan seepage dimaksud segera diatasi dengan

alternatif penanggulangan sebagaimana dimaksud, maka dapat mengurangi

kerugian dari sisi material asumsi sekitar Rp. 3,894,782,500-, dan korban jiwa

sebanyak 0-2%.

2) Manfaat Non-Finansial

Selain memberikan manfaat finansial secara tidak langsung, pekerjaan

modifikasi saluran seepage juga memberikan manfaat non-finansial yaitu dari

nilai strategis yang meliputi sebagai berikut :

Meningkatkan operasi dan pemantauan instrumen seepage collection

Menjaga ketersediaan data yang valid mengenai debit rembesan yang

keluar melalui bendungan maupun sekitar bendungan.

Memberikan manfaat berupa ketersediaan air minum bagi pekerja

cleaning service di sekitar dam downstream area.

Page 41: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 41

Sebagai salah satu indikator penyebab kegagalan bendungan dalam

upaya memberikan peringatan dini terhadap masyarakat sekitar apabila

terjadi keruntuhan bendungan sehingga dapat mereduksi kerugian

material dan korban jiwa.

Page 42: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 42

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan mengenai permasalahan diatas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa pelaksanaan pekerjaan modifikasi saluran seepage dapat

digunakan sebagai alternatif penanggulangan atas permasalahan sebagaimana

yang telah diuraikan sebelumnya dalam rangka menjaga operasi dan pemantauan

instrumen seepage collection sebagai parameter ukur debit rembesan yang keluar

melalui tubuh bendungan, pondasi maupun dari sekitar bendungan.

6.2 Saran

Saran yang dapat diambil dari uraian diatas adalah sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan pengajuan pengadaan jasa pelaksanaan pekerjaan

modifikasi saluran seepage supaya terlaksana secepatnya.

2. Perlu dilakukan koordinasi dengan bagian enjiniring dan monitoring

sipil untuk pengkajian secara lebih mendalam.

Page 43: 6. Laporan

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI - UP CIRATA

Sopian Hadi R 8711458 OJT Hal 43

REFRENSI

PT. Indra Karya. (Maret 2009). “Laporan Analisa Keruntuhan Bendungan”.

Jihan, Miftahul. (2010). “Pemasangan Observation Well pada Kaki Hilir Bendungan Cirata Sebagai Alternatif Pemantauan Tekanan Air Pori”.

Lane, Byron. “Seepage Through Earth Dams”. Department of Environmental Quality Water Resources Division. 2001. Lansing, Michigan. <http://www.michigan.gov/deq/0,4561,7-135-3313_3684_3723-9536--,00>

National Performance of Dams Program. “Dam Failures and Incidents”. 2001. <http://www.damsafety.org/news/?p=412f29c8-3fd8-4529-b5c9-8d47364c1f3e>