53921330-PID-Kelompok-4
-
Upload
teus-fatamorgana -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of 53921330-PID-Kelompok-4
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
1/28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian
atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam
rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan
rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari
Penyakit Menular Seksual (PMS). PID mempengaruhi satu dari 10 wanita
dan jika dibiarkan akan menyebabkan ketidaksuburan (Moore,2000).
Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul
yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih
buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan
mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal. Terdapat peningkatan jumlah penyakit
ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk
diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi
seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti
biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85%
kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif
(Moore,2000).
Gejala yang mungkin timbul pinggul sakit, pendarahan yang tidak
teratur atau perubahan bau pada vagina. Penyakit radang panggul yang
memerlukan pengobatan radikal dengan biaya yang cukup mahal dan
pengobatan yang lama. Penyakit radang panggul merupakan penyakit alat
genitalia tingkat akhir yang memerlukan perhatian sehingga kerusakan
jaringan dapat dihindari. Upaya pencegahan PID adalah lakukan seks yang
aman dan memeriksakan secara teratur. Namun kadang-kadang gejala tidak
begitu jelas sampai semua terlambat. Maka dari itu, penulis mencoba untuk
membahas tentang PID dengan harapan dapat meningkatkan
1
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
2/28
pemahaman pembaca tentang PID dan bagaimana cara penangannya
sehingga dapat mengurangi angka kesakitan akibat PID.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian PID?
2. Bagaimana epidemiologi PID?
3. Apakah etiologi PID?
4. Apakah faktor resiko PID?
5. Apakah manifestasi klinik dari PID?
6. Bagaimanakah patofisiologi terjadinya PID?
7. Apa komplikasi PID?
8. Bagaimana pencegahan PID?
9. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada PID?
10. Bagaimana penatalaksanaan PID?
11. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan PID?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian PID
2. Mengetahui epidemiologi PID
3. Mengetahui etiologi PID
4. Mengetahui faktor resiko PID
5. Mengetahui manifestasi klinik dari PID
6. Mengetahui patofisiologi terjadinya PID
7. Mengetahui komplikasi PID
8. Mengetahui pencegahan PID
9. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada PID
10. Mengetahui penatalaksanaan PID
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan PID
2
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
3/28
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan pembuatan makalah ini kami berharap dapat bermanfaat bagi
semua komponen kesehatan khususnya perawat agar lebih mengetahui dan
memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan PID yang prevalensinya cukup
tinggi, sehingga pada akhirnya dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun klien
dan keluarganya.
3
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
4/28
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pelvic Inflammatory Disease (Salpingitis, PID, Penyakit Radang
Panggul) adalah suatu proses peradangan infeksius organ kelamin wanita
yang terdapat di rongga panggul termasuk uterus, tuba fallopii (salpingitis),
atau ovarium (ooforitis) maupun sekitarnya termasuk peritonium. PID
disebut juga dengan salpingitis atau endometritis (emedicine,2009).
Pelvic inflammatory disease (PID) merupakan salah satu komplikasi
penyakit menular seksual yang serius. PID adalah infeksi pada traktus
genitalis wanita bagian atas yang mencakup endometritis, salpingitis,
salpingo-oophoritis, tubo-ovarian abscess (TOA), dan pelvic peritonitis.
Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat dan cepat sangat diperlukan dalam
kasus ini karena komplikasi PID dapat mengancam kehidupan dan
kesuburan seorang wanita (Mudgil,2009).
4
Gbr 1. Uterus normal Gbr 2. Jalan Masuk Bakteri
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
5/28
2.2 Epidemiologi
PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun dan
rata-rata menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir
250.000 wanita masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orang
mengalami prosedur bedah, sisanya menjalani rawat jalan. Penyakit ini
merupakan penyebab ginekologis tersering bagi pasien untuk masuk
departemen emrgensi (350.000/tahun). Meskipun PID dapat terjadi dalam
rentang usia berapapun, namun wanita dewasa yang aktif secara seksual dan
wanita kurang dari 25 tahun mempunyai resiko lebih besar
(Livengood,2010).
2.3 Etiologi
Menurut Moore (2000), penyebab paling sering dari penyakit ini adalahinfeksi chlamydia trachomatis (60%) atauNeisseria gonorrhoeae (30-80%)
pada serviks atau vagina yang menyebar ke dalam endometrium, tuba
fallopi, ovarium, dan struktur yang berdekatan. Tetapi selain itu ada
beberapa penyebab lain diantaranya :
InfeksiGardnerella vaginalis
Infeksi Bacteroides
Bacterial vaginosis
5
Gbr 2. Jalan Masuk Bakteri
Gbr 3. Tuba fallopi normal dan tuba
fallopi yang mengalami inflamasiGbr 4. Pelvic Inflammatory Disease
http://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.wrongdiagnosis.com/b/bacterial_vaginosis/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/b/bacterial_vaginosis/intro.htmhttp://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalis -
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
6/28
Streptococcus Group B
Escherichia coli
Actinomycosis
Enterococcus
Meskipun sangat jarang, dapat pula diisolasi golongan virus seperti
Coxsackie B5
ECHO 6
Herpes type 2
Haemophilus influenzae.
2.4 Faktor Resiko
wanita kurang dari 25 tahun yang aktif secara seksual
adanya riwayat chlamydia atau penyakit menular seksual lain
episode pelvic inflammatory disease sebelumnya
banyaknya jumlah seksual partner
pemakaian kondom yang tidak teratur
hubungan seksual pada usia yang sangat muda
wanita pekerja seks (Mudgil,2009).
pemakaian IUD (Lancet,1992)
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis PID bervariasi dan tidak spesifik. Moore (2000) melaporkan
hanya 3% yang mempunyai gejala akut abdomen sehingga membutuhkan operasiemergensi. Secara klinik dapat ditemukan duh tubuh vaginal yang abnormal
(sering berupa pus), nyeri perut bawah, demam lebih dari 38o C, perdarahan
bercak (spotting) diantara siklus haid atau siklus yang tidak teratur, nyeri
berkemih, dispareni, mual dan muntah terutama pada kasus yang berat. Beberapa
kasus mengeluhkan proktitis bahkan nyeri perut kuadran kanan atas. Marks dkk.,
(2000) mengevaluasi 773 wanita terdiagnosis PID (1991-1997) dan mendapatkan
keluhan terbanyak adalah fluor albus (68%), nyeri perut bawah (65%), dispareni
6
http://www.wrongdiagnosis.com/g/group_b_streptococcal_infections/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/e/e_coli_food_poisoning/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/a/actinomycosis/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/medical/enterococcus.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/g/group_b_streptococcal_infections/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/e/e_coli_food_poisoning/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/a/actinomycosis/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/medical/enterococcus.htm -
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
7/28
(57%); sedangkan temuan klinis yang paling sering adalah nyeri adneksa (83%),
nyeri goyang serviks (75%) dan servisitis (56%).
7
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
8/28
Hipertermi
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
Intoleransi aktivitas
N gonorheae & C.trachomatis
Nyeri perut bagian
bawah
Demam
Tuba fallopi bengkak dan terisi cairanReaksi radangMenginfeksi tuba fallopi
Menginfeksi rahim
Abses ovarium
dan panggul
Syok
PID
Mual dan muntah
Nafsu makan berkurang
Ke pembuluh darah
Sepsis
Menyebar ke struktur
sekitarnya
Jaringan parut dan
perlengketan fibrosa abnormal
Nyeri menahun,
Tumpul, terus
menerus
- PMS
- Riwayat PID sebelumnya
- Penggunaan IUD
- Infeksi bakteri lain
Sel telur yg sudah
dibuahi tidak dapat
masuk rahim
Kelemahan
Infertilitas
Tuba fallopi rusak Pendarahan
atau bercak
pada vagina
2.6 Patofisiologi
Nyeri berkemih
Nyeri Akut
8
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
9/28
Harga diri rendah
situasional
Kehamilan ektopik
Perdarahan
internal
Ansietas
Nyeri Kronik
9
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
10/28
2.7 Komplikasi
Infertilitas
Satu dari sepuluh wanita dengan PID mengalami infertilitas. PID dapat
menyebabkan perlukaan pada tuba fallopii. Luka yang kemudian menjadi scar
yang menghalangi tuba dan mencegah terjadinya fertilisasi sel telur.
Ektopik pregnancy
Scar yang terbentuk oleh PID juga dapat menghalangi telur yang sudah
difertilisasi berpindah ke uterus. Sehingga, telur tersebut justru tumbuh dalam
tuba fallopii. Tuba dapat mengalami rupture dan menyebabkan perdarahan
yang mengancam nyawa. Operasi darurat dapat dilakukan bila kehamilan
ektopik ini tidak terdiagnosa sebelumnya.
Rasio kehamilan ektopik 12-15% lebih tinggi pada wanita yang
mempunyai episode PID.
Nyeri pelvis kronis
Scar juga dapat terbentuk di tempat lain dalam abdomen dan menyebabkan
nyeri pelvis yang berlangsung berbulan-bulan atau hingga bertahun-tahun
(emedicine,2009)
PID berulang
Kondisi ini terjadi jika penyebab infeksi tidak seluruhnya teratasi atau
karena pasangan seksualnya belum mendapat perawatan yang sesuai.
Jika pada episode PID sebelumnya terjadi kerusakan servik, maka bakteri
akan lebih mudah untuk masuk ke dalam organ reproduksi lain dan membuat
wanita tersebut rentan terkena PID berulang. Episode PID berulang ini
seringkali dihubungkan dengan resiko infertilitas.
Abses
Terkadang PID menyebabkan abses pada bibir vagina, juga pada tuba
fallopii dan ovarium. Abses ini adalah kumpulan dari cairan yang terinfeksi.
Penggunaan antibiotik dibutuhkan untuk menangani abses ini, jika tidak
berhasil maka operasi biasanya merupakan pilihan yang disarankan oleh
dokter. Penanganan abses tersebut sangat penting karena abses yang pecah
dapat membahayakan (NHS,2010).
10
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
11/28
2.8 Pencegahan
Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks untuk mencegah PMS.
Gunakan kondom meskipun Anda menggunakan alat kontrasepsi lain.
Berhubungan seks hanya dengan pasangan yang tidak menderita Penyakit
Menular Seksual dan pasangan yang hanya berhubungan sex dengan Anda.
Batasi jumlah pasangan seksual. Jika pasangan Anda sebelumnya
mempunyai pasangan lain, resiko terkena PMS semakin meningkat
(Swierzewski, 2001).
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
USG (ultrasonografi)
Merupakan pemeriksaan diagnostic pertama yang dilakukan pada ksus-
kasus yang dicurigai sebagai PID, dimana tidak ditemukan petunjuk klinis.
TVS (transvaginal sonografi)
Menunjukkan visualisasi detail dari uterus dan adnexa, termasuk
ovarium. Pada pemeriksaan fisik, tuba fallopi biasanya terlihat hanya pada
keadaan abnormal dan distensi karena obstruksi postinflamasi.
TAS (transabdominal sonografi)
Melengkapi pemeriksaan endovaginal karena TAS menyediakan
gambaran isi pelvis yang lebih menyeluruh. Apakah TAS (memerlukan
pengisian blader) atau TVS (tidak memerlukan pengisian blader) dilakukan
lebih dulu, merupakan keputusan dari pelaksananya.
MRI (magnetic resonance imaging)
11
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
12/28
Menghasilkan gambaran yang lebih baik dari USG. Dalam penelitian
Tukeva, menyebutkan bahwa hasil MRI lebih akurat untuk menegakkan
diagnosa PID daripada USG. Meski begitu, penelitian ini hanya terbatas
pada beberapa kelompok pasien tertentu.
CT (computed tomography)
Biasa digunakan dalam initial diagnostic untuk menyelidiki nyeri
nonspesifik pelvis pada wanita, dan PID dapat ditemukan secara tidak
sengaja. (Mudgil,2009)
2.10 Penatalaksanaan
Menurut Swierzewski (2001), penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien
PID antara lain :
Sediakan analgesik
Bila pasien menggunakan IUD maka stop penggunaan in situ, dengan
catatan pasien dapat mencegah kehamilan meski tanpa alat kontrasepsi
minimal 7 hari
Segera rujuk ke bagian genitourinaria (obgyn), untuk pasien dengan
riwayat STD agar menjalani skrining, dan terapi bagi pasangan
seksual pasien
Penatalaksanaan antibiotik :
Pasien PID sebaiknya segera diberikan antibiotik paling tidak untuk 1
minggu. Kadang PID disebabkan oleh lebih dari satu jenis bakteri
sehingga kombinasi antibiotik atau antibiotik spektrum luas sering
diberikan.
Yang harus dilakukan pasien, antara lain:
12
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
13/28
Tetap mengkonsumsi semua obat yang diresepkan, meskipun gejala
PID sudah tidak dirasakan.
Kembali lagi untuk kontrol dalam 2 atau 3 hari setelah
penatalaksanaan pertama, untuk memastikan antibiotiknya bekerja.
Kembali dalam 7 hari setelah antibiotik habis untuk memastikan
bahwa infeksi sudah sembuh.
Jika tidak ada perubahan setelah penatalaksanaan antibiotic yang
pertama, maka antibiotic jenis lain harus diberikan.
Pada beberapa kasus berat, pasien harus menjalani opname dan
menerima antibiotic dengan intravena. Pasien-pasien tersebut biasanya
mengalami :
Sakit parah dengan demam, menggigil dan berkeringat.
Tidak mampu melakukan terapi oral dan membutuhkan antibiotic
intravena
Tidak berespon terhadap antibiotic oral
Terdapat abses
Diagnosa penyakitnya tidak pasti dan pasien mungkin mengalami
keadaan darurat medis lain (e.g., appendicitis).
Hamil
Immunodeficiency (misalnyaHIV , terapi imunosupresi).
Terapi untuk pasangan seksual pasien
Biasanya asimptomatik pada pria
Cegah koitus selama terapi dan follow up selesai.
Skrining bila ternyata pasangan mempunyai riwayat STD bila
terbukti pasien pernah koitus dengan pasangan
Beri terapi terhadap infeksi Klamidia pada pasangan meski tidak
menderita Klamidia berdasarkan hasil uji pemeriksaan tambahan
Bila terdapat Gonorhea, beri terapi Gonorhea.
13
http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp?WordId=IMMUNODEFICIENCY&MaxResults=50http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp?WordId=HIV%20INFECTION&MaxResults=50http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp?WordId=HIV%20INFECTION&MaxResults=50http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp?WordId=IMMUNODEFICIENCY&MaxResults=50http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp?WordId=HIV%20INFECTION&MaxResults=50 -
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
14/28
Terapi empiris untuk pasangan yang menderita Klamidia dan
Gonorea yang tidak mau di-skrining
14
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
15/28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Pengumpulan Data
Identitas pasien
Keluhan utama
Biasanya klien mengalami nyeri pada perut dan panggul yang bersifat
tumpul dan terus menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasiterakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien diawali dengan adanya tanda-tanda seperti nyeri yang terjadi
beberapa hari setelah menstruasi terakhir dan biasanya kurang dari 7
hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami
gejala sama sekali. Keluhan lain yang menyertai adalah mual, nyeri
berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri saat
senggama, dan menggigil.
Riwayat kesehatan dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien memiliki riwayat penyakit radang
panggul ataukah pernah terinfeksi oleh kuman penyebab PMS
sebelumnya. Kemudian apakah klien menggunakan douche (cairan
pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan. Selain itu, perlu
ditanyakan pula apakah klien pernah atau sedang menggunakan IUD
(spiral), karena resiko tertinggi terjadinya PID adalah saat
pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran
reproduksi sebelumnya.
Riwayat psikososial
15
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
16/28
Meliputi perasaan pasien klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang
juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan
kesehatan. Adanya riwayat perilaku seksual yang berganti
pasangan.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien karena salah satu tanda dari PID adalah mual
muntah dan nafsu makan berkurang.
c. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan eliminasi urin sebelum dan sesudah MRS mengalami
gangguan seperti sering berkemih dan mengalami nyeri saat
berkemih.
d. Pola aktivitas dan latihan
Akibat PID aktivitas klien terganggu karena mengalami kelelahan
yang sangat akibat dari kurangnya nafsu makan dan perdarahan
hebat saat menstruasi serta pasca melakukan hubungan seksual.
e. Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri menyebabkan pola tidur klien terganggu.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat tiba-tiba mengalami sakit. Sebagai seorang awam,
16
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
17/28
klien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah
penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien
mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya
karena akibat penyakit ini klien bisa mengalami infertilitas,
kehamilan ektopik dan bahkan anak yang dilahirkan cacat atau
meninggal.
g. Pola perilaku seksual
Perlu ditanyakan apakah klien selama ini suka berganti-ganti
pasangan seksual, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari.
Selain itu, apakah aktivitas seksual yang dilakukan pada usia yang
terlalu muda, yaitu di bawah 16 tahun karena dapat meningkatkan
resiko PID.
h. Pola penanggulangan stress
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan
mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada
perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin
dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Adanya pembengkakan di daerah sekitar panggul karena terjadi
infeksi yang menyebabkan penyumbatan pada tuba falopii.
b. Palpasi
Daerah panggul dan perut untuk mengetahui letak nyeri.
C. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah lengkap : peningkatan laju endap darah dan C-
protein menunjukkan adanya infeksi
17
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
18/28
Pemeriksaan cairan dari serviks/ swabs serviks untuk mengetahui
penyebab (+) untuk Klamidia dan Gonorea, hasil (-) masih bisa
menunjukkan PID akibat penyebab lain.
Laparoskopi : untuk melihat langsung gambaran tuba fallopi.
Pemeriksaan ini invasive sehingga bukan merupakan pemeriksaan
rutin. Untuk mendiagnosis penyakit infeksi pelvis, bila antibiotik yang
diberikan selama 48 jam tak memberi respon, maka dapat digunakan
sebagai tindakan operatif.
USG panggul.
Tes kehamilan : untuk menyingkirkan kelahiran ektopik terganggu.
Biopsi endometrium
- Pemeriksaan USG per vaginam dan per pelvis : untuk
menyingkirkan kehamilan ektopik terganggu usia lebih 6 minggu.
- Kuldosintesis : untuk mengetahui bahwa peradarahan yang
terjadi diakibatkan oleh hemoperitoneum (berasal dari kehamilan
ektopik terganggu yang rupture atau kista hemoragik) yang dapat
menyebabkan sepsis pelvis (salpingitis, abses pelvis rupture, atau
apendiks yang rupture).
Urinalisis dan kultur urin untuk meng-ekslusi infeksi saluran.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
2. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit
3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi radang
4. Ketidakseimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
18
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
19/28
6. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian.
7. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kerusakan fungsi.
3.3 Intervensi
Diagnosa 1 :Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam nyeri
klien berkurang.
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan tingkat nyeri menurun (skala 3-5)
Klien tampak tenang, ekspresi wajah rileks.
Klien menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
untuk mencapai kesejahteraan.
No Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan
intensitas (skala 0-10), lama dan
lokasi.
Memberikan informasi sebagai
dasar pengawasan keefektifan
intervensi.
2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri
pada klien dan keluarga.
Dengan sebab dan akibat nyeri
diharapkan klien berpartisipasi
dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri.
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan
distraksi.
Klien mengetahui teknik
relaksasi dan destraksi sehingga
dapat mengaplikasikan jika
mengalami nyeri.
4. Bantu klien mengatur posisi
senyaman mungkin.
Posisi yang nyaman dapat
mengurangi nyeri.
5. Ciptakan suasana lingkungan
tenang dan nyaman.
Meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kemampuan
koping.
6. Observasi tanda-tanda vital dan
keluhan klien.
Mengetahui keadaan umum dan
perkembangan kondisi klien.
7. Catat indikator non verbal dan Alat menentukan adanya nyeri,
19
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
20/28
respon automatik terhadap nyeri,
evaluasi efek analgesik
kebutuhan terhadap keefektifan
obat
8. Berikan analgetik bila perlu. Pemberian analgasik dapat
mengurangi nyeri
Diagnosa 2 :Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam nyeri
klien berkurang.
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan tingkat nyeri menurun (skala 3-5)
Klien tampak tenang, ekspresi wajah rileks.
Klien menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
untuk mencapai kesejahteraan.
No Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikanintensitas (skala 0-10), lama dan
lokasi.
Memberikan informasi sebagaidasar pengawasan keefektifan
intervensi.
2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri
pada klien dan keluarga.
Dengan sebab dan akibat nyeri
diharapkan klien berpartisipasi
dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri.
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan
distraksi.
Klien mengetahui teknik
relaksasi dan destraksi sehingga
dapat mengaplikasikan jika
mengalami nyeri.
4. Bantu klien mengatur posisi
senyaman mungkin.
Posisi yang nyaman dapat
mengurangi nyeri.
5. Ciptakan suasana lingkungan
tenang dan nyaman.
Meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kemampuan
koping.
6. Observasi tanda-tanda vital dan Mengetahui keadaan umum dan
20
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
21/28
keluhan klien. perkembangan kondisi klien.
7. Catat indikator non verbal dan
respon automatik terhadap nyeri,
evaluasi efek analgesik
Alat menentukan adanya nyeri,
kebutuhan terhadap keefektifan
obat8. Berikan analgetik bila perlu. Pemberian analgasik dapat
mengurangi nyeri
Diagnosa 3 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi radang.
Tujuan :
Suhu tubuh turun sampai dalam batas normal setelah dilakukan
perawatan 1x24 jam.
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal 36 37 0 C
Klien bebas demam
No Intervensi Rasional
1. Bina hubungan baik dengan klien
dan keluarga
Dengan hubungan yang baik
dapat meningkatkan kerjasama
dengan klien sehingga
pengobatan dan perawatan
mudah dilaksanakan.
2. Berikan kompres dingin dan
ajarkan cara untuk memakai es atau
handuk pada tubuh, khususnya
pada aksila atau lipatan paha..
Pemberian kompres dingin
merangsang penurunan suhu
tubuh
3. Peningkatan kalori dan beri banyak
minuman (cairan
Air merupakan pangatur suhu
tubuh. Setiap ada kenaikan
suhu melebihi normal,
kebutuhan metabolisme air
juga meningkat dari kebutuhan
setiap ada kenaikan suhu
tubuh.
4. Anjurkan memakai baju tipis yang
menyerap keringat.
Baju yang tipis akan mudah
untuk menyerap keringat yang
keluar.
21
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
22/28
5. Observasi tanda-tanda vital
terutama suhu dan denyut nadi
Observasi tanda-tanda vital
merupakan deteksi dini untuk
mengetahui komplikasi yang
terjadi sehingga cepat
mengambil tindakan
6. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat-obatan
terutama anti piretik.
Pemberian obat-obatan
terutama antipiretik untuk
menurunkan suhu tubuh
Diagnosa 4 : Ketidakseimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nutrisi klien
terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan asupan makanan, cairan dan zat gizi adekuat.
Klien mempertahankan berat badan dan massa tubuh dalam batas
normal.
Klien melaporkan keadekuatan tingkat nutrisi.
No Intervensi Rasional
1. Kaji pemenuhan nutrisi klien. Mengetahui kekurangan nutrisi
pada klien.
2. Menjelaskan pentingnya makan
untuk proses penyembuhan.
Dengan pengetahuan yang baik
tentang nutrisi akan memotivasi
peningkatan pemenuhan nutrisi.
3. Mencatat intake dan ouput
makanan klien.
Mengetahui perkembangan
pemenuhan nutrisi klien.
4. Menganjurkan klien makan
sedikit tapi sering.
Dengan sedikit tapi sering
mengurangi penekanan berlebihan
pada lambung.
5. Menyajikan makanan secara Meningkatkan selera makan klien.
22
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
23/28
menarik.
6. Menyajikan makanan dalam
kondisi dingin.
Mengurangi aroma makanan yang
menyebabkan klien mual.
7. Menimbang berat badan klien
setiap hari.
Berat badan merupakan indikator
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
nutrisi.
Diagnosa 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien dapat
melakukan perawatan diri secara mandiri.
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan aktivitas secara optimal.
Klien kelihatan segar dan bersemangat, personel hygiene pasien
cukup.
No Intervensi Rasional
1. Evaluasi respon pasien saat
beraktivitas, catat keluhan dan
tingkat aktivitas serta adanya
perubahan tanda-tanda vital.
Mengetahui sejauh mana
kemampuan pasien dalam
melakukan aktivitas.
2. Bantu klien memenuhi
kebutuhannya.
Memacu pasien untuk berlatih
secara aktif dan mandiri.
3. Awasi klien saat melakukan
aktivitas.
Memberi pendidikan pada klien
dan keluarga dalam perawatan
selanjutnya.
4. Libatkan keluarga dalam perawatan
pasien
Kelemahan suatu tanda klien
belum mampu beraktivitas secara
penuh.
5. Jelaskan pada pasien tentang
perlunya keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat
Istirahat perlu untuk menurunkan
kebutuhan metabolism
23
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
24/28
6. Motivasi dan awasi pasien untuk
melakukan aktivitas secara
bertahap.
Aktivitas yang teratur dan
bertahap akan membantu
mengembalikan pasien pada
kondisi normal.
Diagnosa 6 : Cemas berhubungan dengan ancaman kematian.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien mampu
mengontrol atau menurunkan kecemasan yang dialaminya.
Kriteria hasil :
Klien mampu mengidentifikasi kecemasan,
Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang sesuai untuk
mengontrol atau menurunkan kecemasannya.
No Intervensi Rasional
1. Kaji dan dokumentasikan
tingkat kecemasan yang dialami
klien
Mengetahui tingkat kecemasan
klien sangat perlu untuk
menentukan intervensi yang akan
dilakukan selanjutnya.
2. Kaji kemampuan klien untuk
mengatasi kecemasan
sebelumnya.
Setiap individu memiliki
kemampuan tersendiri dalam
mengontrol kecemasannya.Diperlukan mekanisme koping
yang sesuai dalam mengatasi
kecemasan.
3. Dorong menyatakan perasaan,
beri umpan balik.
Membuat hubungan terapeutik,
membantu klien mengidentifikasi
penyebab stress.
4. Ajarkan terapi yang dapat
membantu klien mengontrol
Pemilihan terapi sesuai dengan
respon klien terhadap kecemasan
24
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
25/28
kecemasan (misalya: relaksasi,
meningkatkan konsentrasi,
membuka diri)
5. Berikan lingkungan yang tenang
untuk istirahat.
Meningkatkan relaksasi, dan
membantu menurunkan ansietas.
6. Kolaborasi dengan dokter
mengenai pemberian obat untuk
mengurangi kecemasan, jika
dibutuhkan.
Kecemasan yang tidak terkendali,
dapat dikontrol dengan terapi
medis.
Diagnosa 7 : Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kerusakan
fungsi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien
menunjukkan konsep diri yang baik/meningkat.
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan peningkatan konsep diri, menerima dirinya.
No Intervensi Rasional1. Dorong individu untuk
mengekspresikan perasaannya,
khususnya mengenai
pandangan, pemikiran, dan
perasaan orang lain.
Klien butuh untuk didengarkan
dan dipahami.
2. Memperjelas berbagai
kesalahan konsep individu
mengenai diri, perawatan atau
pemberi perawatan.
Mencegah terjadinya harga diri
rendah.
3. Hindari kritik negative. Klien sangat sensitive.
Diperlukan kritik positif untuk
menghindari terjadinya harga
diri rendah.
4. Memberikan privasi dan
keamanan lingkungan.
Memberikan kenyamanan klien
dalam masa penyembuhan.
5. Dukung keluarga dalam Partisipasi pada perawatan
25
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
26/28
berpartisipasi pada perawatan. membantu mereka merasa
berguna dan meningkatkan
kepercayaan antara perawat,
klien, dan orang terdekat.
26
-
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
27/28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelvic Inflammatory Disease (Salpingitis, PID, Penyakit Radang
Panggul) adalah suatu proses peradangan infeksius traktus genitalis wanita
bagian atas yang meliputi endometritis, salpingitis, salpingo-oophoritis,
tubo-ovarian abscess (TOA), dan pelvic peritonitis yang disebabkan
chlamydia trachomatis (60%) atauNeisseria gonorrhoeae (30-80%), selain
itu juga terdapat beberapa organisme lain seperti Gardnerella vaginalis,
Bacteroides, Bacterial vaginosis.
PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun
dan rata-rata menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir
250.000 wanita masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orang
mengalami prosedur bedah, sisanya menjalani rawat jalan.
Sehingga PID memerlukan penanganan cepat dan tepat antara lain
analgesik, antibiotik serta pengobatan bagi pasangan seksual pasien agar
PID tidak berulang kembali.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan bagi pasien Pelvis
Inflammatory Disease dengan tepat sehingga dapat meminimalkan
komplikasi. Selain itu, mahasiswa keperawatan juga diharapkan dapat
memberikan edukasi baik kepada pasien maupun keluarganya.
27
http://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.wrongdiagnosis.com/b/bacterial_vaginosis/intro.htmhttp://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.wrongdiagnosis.com/b/bacterial_vaginosis/intro.htm -
7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4
28/28
Daftar Pustaka
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC
Doenges, Marilynn.E.2001.Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC
Emedicine. 2009.Pelvic Inflammatory Disease. http://www.emedicinehealth.com/
script/main/art.asp?articlekey=59333&page=1#Pelvic Inflammatory Dise
ase Overview. Diakses 26 Agustus 2010
Lancet. The IUD And Pelvic Inflammatory Disease. Journal Watch General
Medicine April 17, 1992.
Livengood, Charles. 2010. Pathogenesis of and risk factors for pelvic
inflammatory disease. http://www.uptodate.com/patients/topic/toc.html.
Diakses tanggal 26 Agustus 2010
Marks C,Tideman RL,Estcourt CS,Smart S, Page J, Wagner K,Mindel A.
Diagnosing PIDgetting the balance right. Int J STD AIDS 2000 Aug;
11 (8):545-7
Moore J, Kennedy S. Causes of chronic pelvic pain. Baillieres Best Pract Res Clin
Obstet Gynecol 2000 Jun;14(3):389-402
Mudgil, Shikha. 2009. Pelvic Inflammatory Disease/Tubo-ovarian Abscess.
http://emedicine.medscape.com/article/404537-overview. Diakses
tanggal 29 Agustus 2010
NHS. 2010. Pelvic Inflammatory Disease. http://www.nhs.uk/Conditions/Pelvic-
inflammatory-disease/Pages/Complications.aspx. Diakses tanggal 1
September 2010Swierzewski, Stanley. 2001. Pelvic Inflammatory Disease (PID).
http://www.womenshealthchannel.com/pid/treatment.shtml. Diakses tang
gal 1 September 2010
http://www.emedicinehealth.com/http://www.uptodate.com/patients/topic/toc.htmlhttp://www.nhs.uk/Conditions/Pelvic-inflammatory-disease/Pages/Complications.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Pelvic-inflammatory-disease/Pages/Complications.aspxhttp://www.emedicinehealth.com/http://www.uptodate.com/patients/topic/toc.htmlhttp://www.nhs.uk/Conditions/Pelvic-inflammatory-disease/Pages/Complications.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Pelvic-inflammatory-disease/Pages/Complications.aspx