51107981 Batuan Beku Non Fragmental

39
BAB III HASIL DESKRIPSI 3.1 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-45-A No. urut : 1 No. peraga : B1-45-A Jenis batuan: batuan beku non fragmental Deskripsi Megaskopis Warna batuan : hijau kehitaman Sifat kimia: basa Struktur : massif Tekstur : a. Derajat Kristalisasi : holokristalin b. Hubungan antar Kristal: porfiroafanitik c. Ukuran Butir : kasar d. Fabrik / Bentuk Butir : euhedral Deskripsi komposisi 1. Plagioklas (35%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. 2. Olivine (30%), warn hijau, kekerasan 6,5, belahan tidak teratur, cerat putih, kilap kaca 3. Piroksen (35), warna hitam, kekerasan 6, kilap logam, cerat putih 1

description

yoii

Transcript of 51107981 Batuan Beku Non Fragmental

BAB III

HASIL DESKRIPSI

3.1 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-45-A

No. urut : 1

No. peraga : B1-45-A

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : hijau kehitaman

Sifat kimia : basa

Struktur : massif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : porfiroafanitik

c. Ukuran Butir : kasar

d. Fabrik / Bentuk Butir : euhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (35%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

2. Olivine (30%), warn hijau, kekerasan 6,5, belahan tidak teratur, cerat

putih, kilap kaca

3. Piroksen (35), warna hitam, kekerasan 6, kilap logam, cerat putih

Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar

Petrogenesa

Berdasarkan hasil deskripsi secara megaskopis batu

Foto batuan:

1

Plagioklas >35%

Hornblende 5% <10%

Piroksen >50%

Nama batuan : Basalt (Travis, 1969)

3.2 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-02-A

No. urut : 2

No. peraga : B1-02-A

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : coklat

Sifat kimia : intermediet

Struktur : massf

2

Kuarsa 5%

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : equigranular, fanerit

c. Ukuran Butir : sedang

d. Fabrik / Bentuk Butir : euhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (70%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

2. Kuarsa (30%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna cenderung abu-abu

keputihan, bersifat intermediet, berstruktur massif, tekstur holokristalin,

porfiroafanit, dan subhedral, dengan komposisi fenokris: plagioklas 70%,

kuarsa 30%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar, dan massa dasar

berupa afanit material yang bersifat intermediet, maka batuan ini termasuk

batuan beku intermediet yang terbentuk di dalam kerak bumi di zona

hipabisal dengan sifat yang intermediet.

Foto batuan:

3

Plagioklas >35%

Ortoklas <10%

Kuarsa >25%

Massa dasar

Nama batuan : Porfiri Dasit (Travis, 1969)

3.3 Deskripsi Batuan No. Peraga 50

No. urut : 3

No. peraga : 50

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : kecoklatan

Sifat kimia : intermediet

4

Struktur : massif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, porfiroafanitik

c. Ukuran Butir : -

d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral

Deskripsi komposisi

1. Homblande (5%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk

menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

2. Piroksen (5%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk

tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

3. Kuarsa (5%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal

4. Biotit (5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

5. Massa dasar berupa afanitik (plagioklas)

Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna cenderung kecoklatan,

bersifat intermediet, berstruktur massif, tekstur holokristalin, porfiroafanitik,

dan subhedralhedral, dengan komposisi fenokris: kuarsa >5%, biotit >5%,

hornblende >5%, piroksen >5%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar,

dan massa dasar berupa material yang bersifat intermediet yang berupa

plagioklas, maka batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk di

dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma

yang bersifat intermediet.

Foto batuan:

5

Plagioklas >50%

Nama batuan : Porfiri Andesit (Travis, 1969)

3.4 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-09-A

No. urut : 4

No. peraga : B1-09-A

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : Coklat keabu abuan

Sifat kimia : asam

Struktur : masif

6

Piroksen >5%

Kuarsa >5%

Hornblende >5%

Biotit >5%

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : equigranular, faneroporfiitik

c. Ukuran Butir : sedang

d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (>30%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

2. Kuarsa (>10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

3. Mineral logam

4. Biotit (<5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

5. Hornblende (<5%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk

menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

6. Piroksen (5%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk

tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna hitam, bersifat asam,

berstruktur massif, tekstur holokristalin, faneroporfiritik, dan subhedral

dengan komposisi fenokris: plagioklas >30%, kuarsa <10%, biotit 5%,

piroksen 5% dan homblande <10%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh

feldspar, maka batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk di

dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma

yang bersifat asam.

Foto batuan:

7

Plagioklas >30%

Biotit <10%

Massa dasar

Homblandet <10%

Nama batuan : Porfiro Diorit Kuarsa (Travis, 1969)

3.5 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-43-A

No. urut : 5

No. peraga : B1-02-A

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : Hijau tua

Sifat kimia : basa

8

Kuarsa >25%

Struktur : masif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : equigranular, faneritik

c. Ukuran Butir : kasar

d. Fabrik / Bentuk Butir : euhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (10%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

2. Kuarsa (10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

3. Olivine (80%), warn hijau, kekerasan 6,5, belahan tidak teratur, cerat

putih, kilap kaca

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna hitam, bersifat basa,

berstruktur massif, tekstur holokristalin, fenerit, dan subhedral dengan

komposisi plagioklas 10%, kuarsa 10% serta olovine 80%. feldspar

plagioklas >2/3 seluruh feldspar, dan massa dasar berupa afanit yaitu

material yang bersifat basa, maka batuan ini termasuk batuan beku basa

yang terbentuk di dalam kerak bumi di zona plutonik. Dan batu ini terbentuk

oleh magma yang bersifat basa.

Foto batuan:

9

Plagioklas >30%

Kuarsa <10%

Nama batuan : Gabro (Travis, 1969)

3.6 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-09-A

No. urut : 5

No. peraga : B1-09-A

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : coklat keabu abuan

Sifat kimia : asam

Struktur : masif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, faneroporfiritik10

c. Ukuran Butir : sedang

d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (20%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

2. Kuarsa (30%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

3. Biotit (20%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

4. Homblande (30%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk

menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

K-feldspar > 2/3 semua feldspar

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna coklat, bersifat asam,

berstruktur massif, tekstur holokristalin, faneroporfiritik, dan subhedral

dengan komposisi plagioklas 20%, kuarsa 30%, biotit 20%, homblande

30%, k-feldspar >2/3 seluruh feldspar, batuan ini termasuk batuan beku

asam yang terbentuk di dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini

terbentuk oleh magma yang bersifat asam.

Foto batuan:

11

Plagioklas >20%

Kuarsa >10%

Piroksen, homblande, biotit >15%

Ortoklas >50%

Nama batuan : Porfir Sianit (Travis, 1969)

3.7 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-18-A

No. urut : 6

No. peraga : B1-18-A

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : putih kecoklatan cerah

Sifat kimia : asam

Struktur : masif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, faneroporfiritik

c. Ukuran Butir : sedang

12

d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (35%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

2. Kuarsa (10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

3. Biotit (5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

4. Homblande (15%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk

menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

5. Orthoklas (35%).

Feldspar Plagioklas > 2/3 semua feldspar.

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna putih keabu-abuan,

bersifat asam, berstruktur massif, tekstur holokristalin, faneroporfiritik, dan

subhedral dengan komposisi plagioklas 35%, kuarsa 10%, biotit 5%,

homblande 15%, orthoklas 35%. feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar,

dan massa dasar berupa porfir yaitu mineral plafioklas yaitu material yang

bersifat asam, maka batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk

di dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma

yang bersifat asam.

Foto batuan:

13

Plagioklas >30%

Kuarsa >15%

Biotit >10%

Homblande >10% >50%

Nama batuan : Porfir Diorit Kuarsa (Travis, 1969)

Deskripsi Batuan No. Peraga B1-02-A

No. urut :

No. peraga : B1-02-A

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : Hijau tua

Sifat kimia : basa

Struktur : masif

Tekstur :

e. Derajat Kristalisasi : holokristalin

f. Hubungan antar Kristal : equigranular, faneritik

g. Ukuran Butir : kasar

h. Fabrik / Bentuk Butir : euhedral

14

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (65%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

2. Kuarsa (35%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna coklat cerah, bersifat

asam, berstruktur mssif, tekstur holokristalin, fenerit, dan subhedral dengan

komposisi plagioklas 65%, kuarsa 35%. feldspar plagioklas >2/3 batuan ini

termasuk batuan beku asam yang terbentuk di dalam kerak bumi di zona

hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma yang bersifat asam.

Foto batuan:

Nama batuan : Gabro (Travis, 1969)

15

Plagioklas >30%

Kuarsa <10%

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum petrologi acara batuan beku kali ini, pengamatan yang

dilakukan adalah pengamatan secara megaskopis dengan tujuan untuk

menganalisis kemudian melakukan pemerian nama batuan. Peraga batuan yang

diamati ada lima macam, antara lain:

4.1 Batuan No Peraga B1-45-A

Secara megaskopis, batuan beku batuan beku dengan nomor peraga

B1-45-A ini berwarnahijau kehitaman. Dilihat dari warnanya, batuan ini

bersifat basa karena warnanya gela. Struktur batuan ini adalah massif, karena

batuan ini batuan tersebut batuan tersebut bersifat keras dan tidak terlihat

adanya lubang-lubang maupun retakan pada permukaan batuan tesebut.

16

Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun

seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat

terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini

sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan

antar kristal pada batu peraga ini adalah equigranular, yaitu besar mineral yang

sama, yang berjenis fanerik. Ukuran kristalnya berukuran halus dan susah

terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa euhedral yaitu bentuk kristal

yang tidak sempurna karena batas-batas antar mineral yang begitu jelas.

Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas 20% warna

putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat

putih, pecahan tidak ada. Olivine (80%), warn hijau, kekerasan 6,5, belahan

tidak teratur, cerat putih, kilap kaca

Berdasarkan hasil pendeskripsian secara megaskopis terhadap batuan

peraga BI-45-S dapat diinterpretasikan bahwa proses pembentukan batu ini

adalah melalui proses pembekuan magma yang agak cepat dimana ada

kemungkinan bahwa batuan ini terbentuk pada daerah hipabisal yang dekat

dengan daerah permukaan bumi dikarenakan ukuran mineral yang terbentuk

berukuran kecil dan bertekstur inequigranular-porfiroafanitik memungkinkan

hal itu dapat terjadi. Proses pembekuannya yang terjadi di hipabisal

membentuk fenikris terlebih dahulu dengan ukuran yang kecil sampai sedang

dan kemudian tereselimuti atau diikat oleh massa dasar dengan waktu yang

agak cepat. Selain itu pengaruh dari tekanan dan suhu yang tidak terlalu

berpengaruh atau kecil pengaruhnya membentuk strutur dan tekstur yang

demikian akibat dari tempat proses terbentuknya. Batuan ini diinterpretasikan

berasal dari magma yang bersifat intermediet yang disimpulkan dari mineral

asosiasinya yaitu mineral hornblende, biotit, dan kuarsa yang dimana magma

ini hasil pengubahan dari magma utama yaitu basa.

Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa, hornblende dan biotit. Pada batuan ini kelimpahan

mineral kuarsa kurang dari 20%, hornblende 50%, dan biotit 30%.

17

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. B1-45-A

merupakan batu Porfir Dasit (Travis, 1969).

4.2 Batuan No Peraga B1-02-A

Secara megaskopis, batuan beku dengan nomor peraga BI-02-A ini

berwarna coklat. Batuan ini memiliki struktur masif yang ditandai dengan

bentuknya yang bersifat keras tidak mengalami pengubahan atau tidak adanya

lubang maupun retakan pada permukaan batuan tersebut.

Pendeskripsian terhadap tekstur batuan ini dapat dilihat dari

kristalisasinya yaitu holokristalin yang ditandai dengan penampakan batuan

yang tersusun seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur lainnya ialah

granularitasnya yang berupa equigranular yang ditandai dengan ukuran mineral

yang dominan memiliki besar yang hampir sama dimana mineral tersebut

berupa fanerik yang dapat terlihat secara kasat mata. Mineral yang terdapat

pada batuan tersebut memiliki ukuran kristal yang sedang. Bentuk kristal yang

terdapat ialah euhedral yaitu bentuk kristalnya yang memiliki batas-batas yagn

jelas antara kristal lainnya.

Komposisi mineral yang diinterpretaikan pada batu peraga ini adalah

plagioklas (70%) dengan sifat fisiknya berwarna putih, kekerasan 6, belahan 2

arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

Selain itu ada mineral kuarsa (30%) dengan sifat fisiknya berwarna putih

kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat

putih, pecahan tidak ada.

Berdasarkan hasil pendeskripsian terhadap struktur dan tekstur yang

ada dapat diinterpretasikan bahwa proses pembentukan batu ini adalah melalui

proses pembekuan magma yang lambat yang dipengaruhi oleh tekanan dan

suhu yang stabil sehingga membentuk struktur yang masif dan tekstur yang

holokristalin dengan granularitasnnya equigranular dengan ukuran yang hampir

sama. Berdasarkan hal tersebut dapat dimungkinkan bahwa batuan ini ialah

batuan beku plitonik yang terbentuk pada daerah protolith atau berada di dalam

18

bumi. Batuan ini terbentuk dari magma yang bersifat asam yang diketahui dari

mineral asosiasinya yaitu plagioklas dan kuarsa.

Untuk melakukan pemerian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral

kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari jumlah

semua mineral feldspar. Dan karena mineral aksesori komposisinya dalam

jumlah yang besar maka nama batu peraga tersebut diberi tambahan dari

mineral aksesori tersebut.

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga BI-02-A

merupakan batu Granit (Russell B.Travis, 1955).

4.3 Batuan No Peraga BI-14-A

Berdasarkan pengamatan secara megaskopis, batuan beku dengan no

peraga BI-14-A ini memiliki sifat fisik yaitu berwarna hitam keabu-abuan.

Batuan ini memiliki struktur yaitu massif, karena batuan ini bersifat keras serta

tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada permukaan batuan

tesebut.

Pendeskripsian tekstur batuan yang terdapat pada batuan ini adalah

kristalisasinya yang berupa holokristalin yang ditandai dengan penyusunnya

berupa massa kristal. Selain itu granularitas yang terdapat ialah inequigranular-

porfiroafanitik yang ditandai dengan ukuran dari mineral-mineral yang ada

tidaklah sama. Material-material yang menyusun batuan tersebut yang terdiri

dari fenokris dan masa dasar yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata

sehingga sulit untuk dideskripsikan. Ukuran kristal yang terdapat ialah

berukuran kecil dengan bentuk kristalnya berupa subhedral yaitu bentuk kristal

yang sebagian dari batas-batas antara antar mineralnya tidaklah begitu jelas.

Batuan ini disusun oleh beberapa mineral, diantaranya hornblende

(50%) dengan sifat fisiknya yaitu berwarna hitam, kekerasan 5-6,5 Mohs, cerat

putih, kilap kaca; kuarsa (30%) dengan sifat fisik berwarna putih kebeningan,

kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan

19

concoidal; biotit (20%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

Berdasarkan hasil pendeskripsian secara megaskopis terhadap batuan

peraga BI-14-A dapat diinterpretasikan bahwa proses pembentukan batu ini

adalah melalui proses pembekuan magma yang agak cepat dimana ada

kemungkinan bahwa batuan ini terbentuk pada daerah hipabisal yang dekat

dengan daerah permukaan bumi dikarenakan ukuran mineral yang terbentuk

berukuran kecil dan bertekstur inequigranular-porfiroafanitik memungkinkan

hal itu dapat terjadi. Proses pembekuannya yang terjadi di hipabisal

membentuk fenikris terlebih dahulu dengan ukuran yang kecil sampai sedang

dan kemudian tereselimuti atau diikat oleh massa dasar dengan waktu yang

agak cepat. Selain itu pengaruh dari tekanan dan suhu yang tidak terlalu

berpengaruh atau kecil pengaruhnya membentuk strutur dan tekstur yang

demikian akibat dari tempat proses terbentuknya. Batuan ini diinterpretasikan

berasal dari magma yang bersifat intermediet yang disimpulkan dari mineral

asosiasinya yaitu mineral hornblende, biotit, dan kuarsa yang dimana magma

ini hasil pengubahan dari magma utama yaitu basa.

Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa, hornblende dan biotit. Pada batuan ini kelimpahan

mineral kuarsa kurang dari 20%, hornblende 50%, dan biotit 30%.

Jadi berdasarkan hasil pengamatan dan ciri-ciri yang telah tertera di

atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Thorpe and Brown batu

peraga BI-14-A merupakan batu Rhyolit Porfir (Thorpe and Brown).

4.4 Batuan No Peraga B1-43-A

Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna hijau tua. Jika dilihat

dari warnanya, batuan ini bersifat basa karena warnanya yang gelap.batuan ini

memiliki struktur batuan masif, karena batuan ini batuan tersebut batuan

tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan

pada permukaan batuan tesebut.

20

Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun

seluruhnya oleh massa kristal. Disebut holokristalin pada batuan ini karena

terbentuk dari proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini sehingga

pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan antar

kristal pada batu peraga ini adalah equigranular, yaitu mineralnya mempunyai

besar yang sama. Batu peraga ini strukturnya feneritik ,diman feneritik adalah

mineralnya dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran kristalnya berukuran

sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa euhedral yaitu

bentuk kristal yang sempurna karena batas-batas antar mineral yang begitu

jelas.

Pada batuan ini ditemukan beberapa mineral yang menjadi Komposisi

mineral pada batu peraga ini. Diantaranya plagioklas (10%) warna putih,

kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih,

pecahan concoidal. Kuarsa (10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa

belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Dan

Olivine (80%), warn hijau, kekerasan 6,5, belahan tidak teratur, cerat putih,

kilap kaca

Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan

magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang

biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona

plutonik. Dimana dalam pembentukan batuan secara plutonik berlangsung di

tempat yang dalam dan jauh dari permukaan bumi dan berlangsung dengan

waktu yang lama, sehingga terbentuk krital-kristal yang sempurna. Dan sifat

kimia batu ini adalah basa dimana magma yang membentuk juga bersifat basa,

dan kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara

lempeng samudera yang bersifat basa dan lempeng samudera yang bersifat

basa, sehingga terbentuk sifat basa. Hal ini dikarenakan empeng samudera

yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa bercampur dengan

lempeng samudera yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa

juga, sehingga menjadikan magma bersifat basa.

21

Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral

kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari

jumlah semua mineral feldspar.

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 181

merupakan batu Gabro (Travis, 1969).

4.5 Batuan No Peraga B1-09-A

Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna coklat keabu-abuan.

Struktur batuan ini adalah masif, karena batuan ini batuan tersebut batuan

tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan

pada permukaan batuan tesebut.

Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun

seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat

terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini

sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan

antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral

yang tak sama, yang berjenis faneroporfiritik, karena batu ini memiliki struktur

porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini

massa dasarnya dapat diketahui jenis mineralnya (fenerit). Ukuran kristalnya

berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa

subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-batas

antar mineral yang tidak begitu jelas.

Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (20%)

warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap

kaca, cerat putih, pecahan concoidal. Kuarsa (30%) warna putih kebeningan,

kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan

tidak ada. Biotit (20%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

22

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Homblande (30%) warna

hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk menyudut, kilap kaca, cerat hitam,

pecahan tidak ada.

Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan

magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang

biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona

hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Dimana dalam

pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris

tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya

dapat diketahui jenis mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang

letaknya dalam dari permukaan bumi dan waktunya pun lama. Sifat kimia batu

ini adalah asam dimana magma yang membentuk juga bersifat asam, dan

kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara lempeng

benua yang bersifat asam dan lempeng benua yang bersifat asam, sehingga

terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng benua mengandung minera

silika dan alumuniumyang sifatnya asam.

Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral

kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah K-feldspar > 2/3 dari jumlah semua

mineral feldspar.

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 33

merupakan batu Porfir Sianit (Travis, 1969).

4.6 Batuan No Peraga B1-18-A

Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna putih kecoklatan cerah.

Dilihat dari warnanya, batuan ini bersifat asam karena warnanya cenderung

cerah. Struktur batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan tersebut

batuan tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun

retakan pada permukaan batuan tesebut.

23

Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun

seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat

terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini

sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan

antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral

yang tak sama, yang berjenis faneroporfiritik, karena batu ini memiliki struktur

porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini

massa dasarnya dapat diketahui jenis mineralnya (fenerit). Ukuran kristalnya

berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa

subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-batas

antar mineral yang tidak begitu jelas.

Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (35%)

warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap

kaca, cerat putih, pecahan concoidal. Kuarsa (10%) warna putih kebeningan,

kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan

tidak ada. Biotit (5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Homblande (15%) warna

hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk menyudut, kilap kaca, cerat hitam,

pecahan tidak ada, Orthoklas 35%

Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan

magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang

biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona

hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Dimana dalam

pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris

tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya

dapat diketahui jenis mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang

letaknya dalam dari permukaan bumi dan waktunya pun lama. Sifat kimia batu

ini adalah asam dimana magma yang membentuk juga bersifat asam, dan

kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara lempeng

benua yang bersifat asam dan lempeng benua yang bersifat asam, sehingga

24

terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng benua mengandung minera

silika dan alumuniumyang sifatnya asam.

Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral

kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari jumlah

semua mineral feldspar.

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 195

merupakan batu Porfiri Diorit Kuarsa (Travis, 1969).

\

BAB V

PENUTUP

25

5.1 Kesimpulan

1. Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dai pembekuan larutan silica

cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma

2. Deskripsi batuan beku secara megaskopis, meliputi: warna batuan, tekstur

batuan, struktur batuan, ukuran kristal, tingkat kristalisasi, komposisi

mineral, penamaan batuan menurut Russel B. Travis (1969).

3. Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma yang

membeku, dan magma sendiri berasal dari pelelehen lempeng, baik

lempeng benua maupunlempeng samudera.

4. Dalam klasifikasi menurut Russel B. Travis (1969), yang diutamakan

adalah komposisi berdasarkan jumlah dari mineral kuarsa dan feldspar.

5. Nama batuan dengan nomor peraga 21 adalah porfiri dasit (Travis,1969).

6. Nama batuan dengan nomor peraga 197 adalah porfiri diorite kuarsa biotit

(Travis,1969).

7. Nama batuan dengan nomor peraga 195 adalah porfiri basalt

(Travis,1969).

8. Nama batuan dengan nomor peraga 181 adalah gabro (Travis,1969).

9. Nama batuan dengan nomor peraga 33 adalah porfiri sianit (Travis,1969).

10. Nama batuan dengan nomor peraga190 adalah porfiri diorite kuarsa

(Travis,1969).

5.2 Saran

1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum.

2. Tanyakan kepada asisten hal-hal yang kurang jelas dalam prakttikum.

3. Lengkapi peraga batuan di laboratorium untuk memperluas wawasan

praktikan.

4. Lakukan pendiskripsian batuan dengan seteliti mungkin dan setepat

mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

26

Danisworo, C ; Firdaus M Suprapto. 2000. Buku Petunjuk Kristalografi dan

Mineralogi. Yogyakarta:Fakultas Teknologi Mineral Jurusan Teknik

Geologi UPN “ Veteran” :

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: Penerbit LPP dan

Percetakan UNS

Setia Graha, Doddy , 1987, Batuan dan Mineral , Bandung: Penerbit Nova.

Tim Asisten Petologi.2007.Pengantar Praktikum Petrologi. Semarang: Undip.

27

LAMPIRAN

28