5. Bab II APD Radiografer Kesmas
-
Upload
elkhachank142 -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
1/15
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Radiologi
Radiologi merupakan ilmu kedokteran yang menggunakan sinar pengion
dalam memberikan pelayanan keperluan diagnostik dan terapi. Pada saat ini
Radiologi berkembang menjadi Radiologi dan Imajing (Radiology and Imaging).
Terdapat 3 bidang utama termasuk lingkup Radiologi, yaitu: Diagnostik,
Radioterapi dan Kedokteran Nuklir. Masing-masing bidang utama di atas
kemudian berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.1,5
Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi
menembus ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel.
Partikel radiasi terdiri dari atom atau sub atom dimana mempunyai massa dan
bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik.
Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha, proton &
neutron. Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber
radiasi alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia
yang terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat
terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi
buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar alfa, radiasi sinar beta, radiasi sinar
gamma.1,2,5
2.2
Ruang RadiologiRuang radiologi adalah salah satu sarana penunjang medis yang
memberikan layanan pemeriksaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa
foto/gambar/imejing yang dapat membantu dokter dalam merawat pasien.
Radiologi merupakan pelayanan penunjang bagi pasien rawat inap, rawat jalan
dan pasien luar. Radiodiagnostik adalah pelayanan penunjang dan atau terapi yang
menggunakan radiasi pengion dan atau radiasi non pengion yang terdiri dari
pelayanan radiodiagnostik, imaging dignostik dan radiologi intervensional untuk
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
2/15
4
menegakkan diagnostik suatu penyakit. Pelayanan radiologi diagnostik
merupakan bagian integral dari pelayanan medik. Pelayanan imaging diagnostik
adalah pelayanan untuk melakukan diagnostik dengan menggunakan radiasi non
pengion. Agar seluruh sarana pelayanan kesehatan mempunyai mutu yang sama
dalam menyelengarakan pelayanan radiodiagnostik, maka diperlukan standar
pelayanan yang dipakai sebagai acuan dan dipenuhi sarana pelayanan kesehatan
yang menyelengarakan pelayanan radiodiagnostik.2 Pelayanan radiologi adalah
pelayanan medik yang menggunakan semua modalitas energi radiasi untuk
diagnosis dan terapi, termasuk teknik pencitraan dan penggunaan emisi radiasi
dengan sinar-X, radioaktif, ultrasonografi dan radiasi radio frekuensi
elektromagnetik. Jadi yang dimaksud dengan penataan ruang radiologi adalah cara
mengatur ruang dan pola pemanfaatan ruang yang disusun berdasarkan fungsi
ruang/jenis kegiatan, proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien,
lingkungan, serta efisiensi kerja yang berorientasi kepada pelayanan pasien.2,3
2.3Fungsi dan Manfaat Ruang Radiologi2,3
Instalasi radiologi di rumah sakit memberikan pelayanan radiologi
imejing (pencitraan) yang sebaik-baiknya kepada penderita yang membutuhkan
dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab. Menurut Keputusan Mentri
Kesehatan RI Nomor 10114/Menkes/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan, kriteria instalasi radiologi
adalah:2,3
a. Pelayanan radiologi imejing (pencitraan) disesuaikan dengan
pengembangan dan tujuan dari rumah sakit secara keseluruhan.
b.
Pelayanan radiologi dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yangditetapkan Departemen Kesehatan RI dan standar profesi disesuaikan
dengan perkembangan teknologi kedokteran.
c. Instalasi radiologi memberikan pelayanan rutin rumah sakit dan pelayanan
gawat darurat untuk 24 jam.
d. Jika pimpinan rumah sakit akan mengambil keputusan yang berkaitan
dengan fungsi dan peralatan radiologi harus diminta terlebih dahulu
pendapat dan saran dari staf radiologi.
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
3/15
5
2.4Syarat Ruangan Radiologi2,3
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan ruang radiologi
adalah sebagai berikut:
a. Lokasi bagian radiologi, yaitu di tempat sentral, sehingga mudah dicapai
dari poliklinik, kamar bedah, bangsal, unit perawatan intensif, dan
sebagainya.
b.
Kekuatan dan besarnya peralatan radiologi harus sesuai dengan tipe rumah
sakit.
c. Proteksi radiasi perawatan rontgen dan dinding ruangan harus dapat
dipertanggungjawabkan untuk menjamin keamanan pasien, karyawan dan
penduduk pada umumnya.
d.
Aksesoris yang dipakai untuk pemeriksaan (karet, tabur penugat, film)
harus baik keadaannya untuk mencegah timbulnya artefak-artefak.
e.
Kamar gelap yang dipakai minimal 3 x 2 x 2,8 m dan dibuat juga bak-bak
pencucian film dengan dinding porselin putih bagi yang menggunakan
pencucian cara manual.
f.
Tipe alat rontgen untuk rumah sakit kelas C sebaiknya Basic X-ray Unit
(BXU), dan untuk rumah sakit tipe A dan B, perencanaan perlengkapan
diserahkan pada ahli radiologi yang akan bekerja disana dengan kerjasama
ahli-ahli departemen kesehatan.
Perencanaan dan fasilitas bangunan radiologi adalah sebagai berikut2,3:
a. Lokasi bagian radiologi ditempatkan disentral yang mudah dicapai dari
poliklinik.
b.
Besarnya ruangan harus sesuai dengan peralatan yang akan ditempatkan,seperti rumah sakit tipe A,B,C dan D.
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
4/15
6
c. Proteksi radiasi peralatan Roentgen dan dinding ruangan harus dapat
dipertanggungjawabkan untuk menjamin keamanan pasien, radiografer,
pegawai, dokter dan masyarakat umum. Alat-alat proteksi yang dipakai
ahli radiologi, radiografer serta karyawan adalah sarung tangan berlapis
timah hitam dan jubah/apron yang berlapis timah hitam setebal 0,5 mm
Pb. Dinding proteksi berlapis Pb dengan ketebalan ekivalen 2 mm Pb.
d. untuk alat-alat kedokteran gigi lebih kecil dari ukuran yang diatas dengan
catatan ukuran ruangan memudahkan pasien keluar dan masuk untuk
melakukan foto rontgen. Dinding ruangan terbuat dari bata yang dipasang
melintang (artinya 1 bata ; jika dipasang memanjang dipakai 2 bata). Bata
yang dipakai harus berkualitas baik ukuran 10x20 cm. Plesteran dengan
campuran semen dan pasir tertentu, tebal minimal dengan bata adalah 25
cm. Bila memakai beton, tebal dinding beton minimal adalah 15 cm.
dinding yang dibuat harus ekivalen dengan 2 mm Pb. Bila ada jendela
boleh ditempatkan 2 m diatas dinding atau kaca yang berlapis Pb.
e. Kamar gelap yang dipakai minimal 3x2x2,8 m dan juga dibuat bak-bak
pencucian film dengan porselen putih bagi yang menggunakan pencucian
dengan cara manual. Harus ada air yang bersih dan mengalir, kipas
angin/exhauster atau air-conditioner agar udara dalam kamar gelap selalu
bersih dan cukup nyaman bagi petugas yang bekerja di dalamnya selama
berjam-jam. Untuk masuk ke kamar gelap dapat dipakai sistem lorong
yang melingkar tanpa pintu atau sistem dua pintu untuk menjamin supaya
cahaya tidak masuk. Warna dinding kamar gelap tidak perlu hitam,
sebaiknya dipakai warna cerah, kecuali lorong lingkar ke kamar gelap
dicat hitam untuk mengabsorpsi cahaya sebanyak mungkin.f. Ruang operator dan tempat pesawat sinar x sebaiknya dibuat terpisah atau
bila berada dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb
dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb.
g.
Pintu ruang pesawat sinar x harus diberi penahan radiasi yang cukup
sehingga terproteksi dengan baik. Pintu tersebut biasanya terbuat dari
tripleks dengan tebal tertentu yang ditambah lempengan Pb setebal 1 1,5
mm.
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
5/15
7
h. Luas ruangan menurut Departemen Kesehatan harus 4x3x2,8m sehingga
memudahkan memasukkan tempat tidur pasien.
i. Tanda radiasi berupa lampu merah harus dipasang di atas pintu yang dapat
menyala pada saat pesawat digunakan. Tanda peringatan radiasi
hendaknya dibuat dengan ukuran yang sesuai.
2.5Kegiatan di Ruangan Radiologi3
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 10114/Menkes/
SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan, dijelaskan bahwa pendekatan yang dipakai dalam penentuan standar
jenis pemeriksaan/kegiatan di ruang radiologi adalah :
a. Jenis sarana pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan radiologi
diagnostik.
b. Kebutuhan pemeriksaan oleh masyarakat.
c.
Kemampuan dan jenis peralatan yang tersedia.
d. Jenis sumber daya manusia yang ada.
Berdasarkan jenis sarana pelayanan kesehatan, jenis pemeriksaan radiologi
diagnostik dapat menyelenggarakan sebagai berikut:
a. Rumah Sakit kelas A dan B atau sederajat : 1) Sistem gastro intestinalis
dan hepatobiliaris, 2) Sistem urogenital, 3) Sistem respiratorius, 4) Sistem
reproduksi, 5) Organ superfisial (Mammae, thyroid, parotis dll), 6) Sistem
muskuloskeletal, 7) Sistem limfatik, 8) Sistem saraf, 9) Sistem
kardiovaskuler.
b.
Rumah Sakit kelas C dan D atau sederajat : 1) Sistem gastro intestinalis
dan hepatobiliaris, 2) Sistem urogenital, 3) Sistem respiratorius, 4) Sistemreproduksi, 5) Organ superfisial (Mammae, thyroid, parotis dll), 6) Sistem
muskuloskeletal
c. Sarana kesehatan lain selain rumah sakit : 1) Sistem gastro intestinalis dan
hepatobiliaris, 2) Sistem urogenital, 3) Sistem respiratorius, 4) Sistem
reproduksi, 5) Sistem muskuloskeletal.
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
6/15
8
2.6Keselamatan Kerja3
Menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor
10114/Menkes/SK/XI/2008, keselamatan kerja ruang radiologi adalah sebagai
berikut :
a. Keselamatan Radiasi
Setiap sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
radiodiagnostik dan radiologi intervensional memenuhi keselamatan
radiasi sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Kepala BAPETEN
tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X
Radiodiagnostik dan Radiologi Intervensional.
b.
Keselamatan Imejing diagnostic (MRI, USG)
Setiap sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
imejing diagnostik memperhatikan keselamatan penggunaan MRI dan
USG.
2.7Efek Radiasi di Bagian Radiologi
1) Efek Somatik
Efek somatik adalah Efek yang radiasi yang dapat langsung dirasakan oleh
orang yang menerima radiasi tersebut.4,6
a.
Efek Stokastik
Efek stokastik adalah efek yang peluang timbulnya merupakan
fungsi dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis
ambang.
b.
Efek Non Stokastik
Efek Non Stokastik adalah efek yang kualitas keparahannyabervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang
dilampaui.
2) Efek Genetik
Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut
efek genetik ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau
ovarium akibat radiasi.4,6
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
7/15
9
Penyakit akibat radiasi yaitu:5
1) Radiodermatitis
Radiodermatitis adalah peradangan pada kulit yang terjadi akibat
penyinaran lokal dengan dosis tinggi.
2) Katarak
Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis di atas 1,5 Gy, dengan
masa tenang antara 510 tahun.
3)
Sterilitas
Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin dan
efeknya berupa pengurangan kesuburan sampai kemandulan.
2.8Alat Pelindung Diri4,5,6
Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja serta Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. per. 01/ MEN/
1981 tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja, dimana setiap
pengurus memberitahukan syarat-syarat memberikan APD, kewajiban dan hak
tenaga kerja untuk memakai APD, kewajiban pengurus menyediakan APD dan
wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk mencegah penyakit akibat
kerja.4Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya. Alat Pelindung Diri atau Perlengkapan proteksi
yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi atau bagian radiologi adalah:5,6
1. Apron Proteksi Tubuh
2.
Penahan Radiasi Gonad
3.
Sarung Tangan Proteksi4. Penahan Radiasi
5. Masker
6. Sarung tangan (gloves)
7.
Alat ukur radiasi
8. Tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapi kaca Pb
9.
Kacamata Pb
10.Pelindung tiroid Pb
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
8/15
10
Penggunaan alat pelindung diri (APD) atau peralatan proteksi radiasi dan
personal monitor radiasi dapat mengurangi dan melindungi radiografer sebagai
pekerja radiasi di rumah sakit dari bahaya kesehatan baik efek stokastik,
nonstokastik maupun infeksi nasokimia dalam menjalankan tugasnya. Bahaya
potensial di rumah sakit dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat
kerja yang berasal dari radiasi. Penggunaan APD merupakaan salah satu
pelindung radiografer untuk melindungi dari bahaya potensial dari radiasi maupun
penyakit lainnya. Radiografer dalam bekerja sering kurang maksimal dalam
penggunaan APD bahkan kurang tersedianya APD di instalasi radiologi rumah
sakit.5,6
2.9Batas Dosis Radiasi5
Menurut peraturan kepala badan pengawas tenaga nuklir nomor 8 tahun
2011 tentang keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-x radiologi
diagnostik dan intervensional. nilai batas dosis untuk pekerja radiasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) huruf a, tidak boleh melampaui:5
a. Dosis efektif sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun rata-rata
selama 5 (lima) tahun berturut-turut;
b. Dosis efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun
tertentu;
c. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv (seratus lima puluh
milisievert) dalam 1 (satu) tahun; dan
d. Dosis ekuivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500 mSv (lima
ratus milisievert) dalam 1 (satu) tahun.
Pada pasal 32, nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) huruf b, tidak boleh melampaui:5
a. Dosis efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) dalam 1 (satu) tahun;
b. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (lima belas milisievert)
dalam 1 (satu) tahun; dan
c. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (lima puluh milisievert) dalam
1 (satu) tahun.
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
9/15
11
Pada pasal 33, pemegang izin untuk memastikan agar nilai batas dosis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) tidak terlampaui, harus:5
a. Menyelenggarakan pemantauan Paparan Radiasi dengan surveymeter;
b.
Melakukan pemantauan Dosis yang diterima personil dengan film badge
atau TLD badge, dan dosimeter perorangan pembacaan langsung yang
sudah dikalibrasi; dan
c. Menyediakan perlengkapan Proteksi Radiasi.
2.10 Alat Ukur Proteksi Radiasi
Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari
detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat
ukur ini dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam
roentgen, dosis serap dalam rad atau gray dan dosis ekivalen dalam rem atau
sievert. Besaran radiasi yang diukur oleh peralatan ini sebenarnya adalah
intensitas radiasi.6,7 Untuk keperluan proteksi radiasi nilai intensitas tersebut
dikonversikan dan ditampilkan menjadi besaran dosis radiasi. Alat proteksi radiasi
ini dibedakan menjadi tiga yaitu kelompok dosimeter personal, surveimeter dan
monitor kontaminasi. Dosimeter personal berfungsi untuk mencatat dosis
radiasi yang telah mengenai seorang pekerja radiasi secara akumulasi. Oleh
karena itu, setiap orang yang bekerja di suatu daerah radiasi harus selalu
mengenakan dosimeter personal. Surveimeter digunakan untuk melakukan
pengukuran tingkat radiasi di suatu lokasi secara langsung sedang monitor
kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada pekerja, alat
maupun lingkungan.6,7
a.
SurveimeterSurveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada
suatu area secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat memperkirakan
jumlah radiasi yang akan diterimanya bila akan bekerja di suatu lokasi selama
waktu tertentu. Dengan informasi yang ditunjukkan surveimeter ini, setiap pekerja
dapat menjaga diri agar tidak terkena paparan radiasi yang melebihi batas ambang
yang diizinkan.
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
10/15
12
Sebagaimana fungsinya, suatu survaimeter harus dapat memberikan hasil
pengukurannya pada saat itu juga, pada saat melakukan pengukuran, dan bersifat
portabel meskipun tidak perlu sekecil dosimeter personal. Konstruksi survaimeter,
sebagaimana sistem pengukur radiasi yang lain terdiri atas detektor dan peralatan
penunjang seperti terlihat Gambar berikut.6,8
Gambar 2.1 Cara kerja Survaimeter
Model pengukuran yang diterapkan disini adalah cara arus (current
mode) sehingga alat peraga yang digunakan adalah 'ratemeter'. Semua jenis
detektor yang dapat memberikan hasil secara langsung, seperti detektor isian gas,
sintilasi dan semikonduktor, dapat digunakan. Dari segi praktis dan ekonomis,
detektor isian gas Geiger Muller yang paling banyak digunakan. Detektor sintilasi
juga banyak digunakan, khususnya NaI(Tl) untuk radiasi gamma, karena
mempunyai efisiensi yang tinggi. Pada saat ini detektor semikonduktor masih
jarang digunakan untuk survaimeter, meskipun sudah ada di pasaran tetapi
harganya relatif sangat mahal dibandingkan dengan yang lain.6,8
Cara pengukuran yang diterapkan pada survaimeter adalah cara arus
(current mode) sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai intensitas radiasi
yang mengenai detektor. Secara elektronik, nilai intensitas tersebut dikonversikan
menjadi skala dosis, misalnya dengan satuan roentgent/jam atau ada juga yang
dikonversikan menjadi skala kuantitas, misalnya cacah per menit (cpm). Tentu
saja skala tersebut harus dikalibrasi terlebih dulu terhadap nilai yang sebenarnya.
Terdapat beberapa jenis survaimeter yang digunakan untuk jenis radiasi yang
sesuai sebagai berikut.6,8
1. Survaimeter Gamma
Survaimeter gamma merupakan survaimeter yang sering digunakan dan pada
prinsipnya dapat digunakan untuk mengukur radiasi sinar X. Hanya saja perlu
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
11/15
13
diperhatikan faktor kalibrasinya, apakah dikalibrasi untuk gamma atau sinar-
X. Detektor yang sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional,
GM atau detektor sintilasi NaI(Tl).
2.
Survaimeter Beta dan Gamma
Berbeda dengan survaimeter gamma biasa, detektor dari survaimeter ini
terletak di luar badan survaimeter dan mempunyai jendela yang dapat
dibuka atau tutup. Bila digunakan untuk mengukur radiasi beta, maka
jendelanya harus dibuka. Sebaliknya untuk radiasi gamma, jendelanya
ditutup. Juga perlu diperhatikan bahwa faktor kalibrasi yang tercantum,
biasanya hanya berlaku untuk radiasi gamma saja sedangkan untuk radiasi
beta perlu perhitungan tersendiri. Detektor yang sering digunakan adalah
detektor isian gas proporsional atau GM.
3.
Survaimeter Alpha
Sebagaimana survaimeter beta, detektor dari survaimeter alpha juga terletak di
luar badan survaimeter. Perlu diperhatikan bahwa selalu terdapat satu
permukaan detektor yang terbuat dari lapisan film yang sangat tipis, biasanya
terbuat dari berrilium, sehingga mudah sobek bila tersentuh atau tergores benda
tajam. Detektor yang digunakan adalah detektor isian gas proporsional atau
detektor sintilasi ZnS (Ag).
4.
Survaimeter neutron
Detektor yang digunakan pada survaimeter neutron adalah detektor
proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau gas Helium. Karena yang dapat
berinteraksi dengan unsur Boron atau Helium adalah neutron termal saja, maka
survaimeter neutron biasanya dilengkapi dengan moderator yang terbuat dari
parafin atau polietilen yang berfungsi untuk menurunkan energi neutron cepatmenjadi neutron termal. Moderator ini hanya digunakan bila radiasi neutron
yang akan diukur adalah neutron cepat.
5. Survaimeter Multi Guna
Terdapat pula survaimeter yang mempunyai dua jenis detektor di
dalamnya sehingga dapat mengukur beberapa jenis radiasi yang berbeda. Selain
itu, ada juga survaimeter yang menyediakan fasilitas konektor untuk detektor
eksternal. Biasanya, produsen survaimeter juga menjual secara terpisah (optional)
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
12/15
14
jenis-jenis detektor yang dapat dihubungkan ke survaimeter. Pada saat ini sudah
mulai dipasarkan jenis survaimeter yang serbaguna (multipurpose) karena selain
dapat mengukur intensitas radiasi secara langsung, sebagaimana survaimeter
biasa, juga dapat mengukur intensitas radiasi selama selang waktu tertentu, dapat
diatur, seperti sistem pencacah dan bahkan bisa menghasilkan spektrum distribusi
energi radiasi seperti sistem spektroskopi.
b. Dosimeter Personal9
Alat ini digunakan untuk mengukur dosis radiasi secara akumulasi. Jadi,
dosis radiasi yang mengenai dosimeter personal akan dijumlahkan dengan dosis
yang telah mengenai sebelumnya. Dosimeter personal ini harus ringan dan
berukuran kecil karena alat ini harus selalu dikenakan oleh setiap pekerja radiasi
yang sedang bekerja di medan radiasi. Terdapat tiga macam dosimeter personal
yang banyak digunakan saat ini yaitu dosimeter saku (pen / pocket dosemeter),
film badge dan Thermoluminisence Dosemeter (TLD).
c.
Dosimeter Saku
Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga
prinsip kerjanya sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan
tanggapan secara langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi
akan disimpan seperti halnya suatu kapasitor.9
Gambar 2: Konstruksi dosimeter saku
Konstruksi dosimeter saku berupa tabung silinder berisi gas sebagaimana
pada Gambar 2 di atas. Dinding silinder akan berfungsi sebagai katoda, bermuatan
negatif, sedangkan sumbu logam dengan jarum 'quartz' di bagian bawahnya
bermuatan positif. Mula-mula, sebelum digunakan, dosimeter ini diberi muatan
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
13/15
15
menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan tegangan tertentu. Jarum
quartz pada sumbu detektor akan menyimpang karena perbedaan potensial.
Dengan mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan 'charging' maka
penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukkan angka nol. Dalam
pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor maka radiasi
tersebut akan mengionisasi gas, sehingga akan terbentuk ion-ion positif dan
negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda sehingga mengurangi
perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor. Perubahan perbedaan
potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum berkurang. Jumlah ion-ion yang
dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas radiasi yang
memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding dengan intensitas
radiasi yang telah memasuki detektor. Skala dari penyimpangan jarum tersebut
kemudian dikonversikan menjadi nilai dosis.
Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan
tidak membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya. Peralatan lain yang
dibutuhkan adalah charger untuk me-reset (membuat nol) skala jarum quartz.
Kelemahannya, dosimeter ini tidak dapat menyimpan informasi dosis yang telah
mengenainya dalam waktu yang lama (sifat akumulasi kurang baik). Hal ini
disebabkan oleh adanya kebocoran elektrostatik pada detektor. Jadi, meskipun
tidak sedang dikenai radiasi, nilai yang ditunjukkan jarum akan berubah. Selain
itu dosimeter ini kurang teliti dan mempunyai rentang energi pengukuran tertentu
yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan film badge dan TLD.
Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang
diintegrasikan dengan komponen elektronika maju (advanced components)
sehingga skala pembacaannya tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum (secaramekanik) melainkan dengan melihat display digital yang dapat langsung
menampilkan angka hasil pengukurannya. Dosimeter saku digital ini juga tidak
membutuhkan peralatan charger terpisah karena sudah terdapat di dalamnya.
Setiap kali diaktifkan, secara otomatis dosimeter ini menampilkan angka nol.
d. Dosimeter Termoluminisensi (TLD)9
Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor
yang digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
14/15
16
LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses
termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD adalah
CaSO4. Sebagaimana film badge, dosimeter ini digunakan selama jangka waktu
tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah
dosis radiasi yang telah diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan
kristal TLD sampai temperatur tertentu, kemudian mendeteksi percikan-percikan
cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter
ini adalah TLD reader. Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah
terletak pada ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan
setelah diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.
Dari tiga jenis dosimeter yang telah dibahas di atas terlihat bahwa
dosimeter saku merupakan dosimeter yang dapat dibaca langsung sedang film
badge dan TLD memerlukan suatu proses sehingga hasil pengukurannya tidak
dapat diketahui secara langsung. Pekerja radiasi yang bekerja di daerah radiasi
tinggi dianjurkan untuk menggunakan dua jenis dosimeter yaitu dosimeter saku
dan film badge atau TLD. Dosimeter saku digunakan untuk mengetahui dosis
yang telah diterimanya secara langsung, misalnya setelah menyelesaikan suatu
pekerjaan. Sedang film badge atau TLD digunakan untuk mencatat dosis yang
telah diterimanya selama selang waktu yang lebih panjang, misalnya selama satu
bulan.
e. Monitor Kontaminasi9
Kontaminasi merupakan suatu masalah yang sangat berbahaya, apalagi
kalau sampai terjadi di dalam tubuh. Kontaminasi sangat mudah terjadi kalau
bekerja dengan sumber radiasi terbuka, misalnya berbentuk cair, serbuk, atau gas.
Adapun yang terkontaminasi biasanya adalah peralatan, meja kerja, lantai, tangan,sepatu. Jika intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sesuatu yang telah
terkontaminasi sangat rendah, maka alat ukur ini harus mempunyai efisiensi
pencacahan yang sangat tinggi. Detektor yang digunakan untuk monitor
kontaminasi ini harus mempunyai jendela (window) yang luas, karena
kontaminasi tidak selalu terjadi pada satu daerah tertentu, melainkan tersebar pada
permukaan yang luas. Tampilan dari monitor kontaminasi ini biasanya
menunjukkan kuantitas radiasi (laju cacah) seperti cacah per menit atau cacah per
-
7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas
15/15
17
detik (cpd). Nilai ini harus dikonversikan menjadi satuan aktivitas radiasi, Currie
atau Becquerel.
Monitor kontaminasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu monitor
kontaminasi permukaan, monitor kontaminasi perorangan dan monitor
kontaminasi udara (airborne). Monitor kontaminasi permukaan (surface monitor)
digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi segala permukaan, misalnya meja
kerja, lantai, alat ukur ataupun baju kerja. Monitor kontaminasi perorangan
digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada bagian-bagian tubuh dari
pekerja radiasi. Bagian tubuh yang paling sering terkontaminasi adalah tangan dan
kaki, sehingga terdapatmonitor kontaminasi khusus untuk tangan dan kaki yaitu
hand and foot contamination monitor. Suatu instalasi yang modern biasanya
dilengkapi dengan monitor kontaminasi seluruh tubuh (whole body monitor).
Setiap pekerja yang akan meninggalkan tempat kerja harus diperiksa terlebih
dahulu dengan monitor kontaminasi.10
Monitor kontaminasi udara digunakan untuk mengukur tingkat
radioaktivitas udara di sekeliling instalasi nuklir yang mempunyai potensi untuk
melepaskan zat radioaktif ke udara. Sebagaimana survaimeter, detektor yang
digunakan di sini dapat berupa detektor isian gas, sintilasi ataupun
semikonduktor. Detektor yang paling banyak digunakan adalah detektor isian gas
proporsional untuk mendeteksi kontaminasi pemancar alpha atau beta dan
detektor sintilasi NaI(Tl) untuk kontaminasi pemancar gamma. Khusus untuk
monitor kontaminasi udara biasanya dilengkapi dengan suatu penyaring (filter)
dan pompa penghisap udara untuk menangkap partikulat zat radioaktif yang
bercampur dengan molekul-molekul udara.10