5. Bab II APD Radiografer Kesmas

download 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

of 15

Transcript of 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    1/15

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Radiologi

    Radiologi merupakan ilmu kedokteran yang menggunakan sinar pengion

    dalam memberikan pelayanan keperluan diagnostik dan terapi. Pada saat ini

    Radiologi berkembang menjadi Radiologi dan Imajing (Radiology and Imaging).

    Terdapat 3 bidang utama termasuk lingkup Radiologi, yaitu: Diagnostik,

    Radioterapi dan Kedokteran Nuklir. Masing-masing bidang utama di atas

    kemudian berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

    kedokteran/kesehatan.1,5

    Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi

    menembus ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel.

    Partikel radiasi terdiri dari atom atau sub atom dimana mempunyai massa dan

    bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik.

    Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha, proton &

    neutron. Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber

    radiasi alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia

    yang terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat

    terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi

    buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar alfa, radiasi sinar beta, radiasi sinar

    gamma.1,2,5

    2.2

    Ruang RadiologiRuang radiologi adalah salah satu sarana penunjang medis yang

    memberikan layanan pemeriksaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa

    foto/gambar/imejing yang dapat membantu dokter dalam merawat pasien.

    Radiologi merupakan pelayanan penunjang bagi pasien rawat inap, rawat jalan

    dan pasien luar. Radiodiagnostik adalah pelayanan penunjang dan atau terapi yang

    menggunakan radiasi pengion dan atau radiasi non pengion yang terdiri dari

    pelayanan radiodiagnostik, imaging dignostik dan radiologi intervensional untuk

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    2/15

    4

    menegakkan diagnostik suatu penyakit. Pelayanan radiologi diagnostik

    merupakan bagian integral dari pelayanan medik. Pelayanan imaging diagnostik

    adalah pelayanan untuk melakukan diagnostik dengan menggunakan radiasi non

    pengion. Agar seluruh sarana pelayanan kesehatan mempunyai mutu yang sama

    dalam menyelengarakan pelayanan radiodiagnostik, maka diperlukan standar

    pelayanan yang dipakai sebagai acuan dan dipenuhi sarana pelayanan kesehatan

    yang menyelengarakan pelayanan radiodiagnostik.2 Pelayanan radiologi adalah

    pelayanan medik yang menggunakan semua modalitas energi radiasi untuk

    diagnosis dan terapi, termasuk teknik pencitraan dan penggunaan emisi radiasi

    dengan sinar-X, radioaktif, ultrasonografi dan radiasi radio frekuensi

    elektromagnetik. Jadi yang dimaksud dengan penataan ruang radiologi adalah cara

    mengatur ruang dan pola pemanfaatan ruang yang disusun berdasarkan fungsi

    ruang/jenis kegiatan, proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien,

    lingkungan, serta efisiensi kerja yang berorientasi kepada pelayanan pasien.2,3

    2.3Fungsi dan Manfaat Ruang Radiologi2,3

    Instalasi radiologi di rumah sakit memberikan pelayanan radiologi

    imejing (pencitraan) yang sebaik-baiknya kepada penderita yang membutuhkan

    dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab. Menurut Keputusan Mentri

    Kesehatan RI Nomor 10114/Menkes/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan

    Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan, kriteria instalasi radiologi

    adalah:2,3

    a. Pelayanan radiologi imejing (pencitraan) disesuaikan dengan

    pengembangan dan tujuan dari rumah sakit secara keseluruhan.

    b.

    Pelayanan radiologi dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yangditetapkan Departemen Kesehatan RI dan standar profesi disesuaikan

    dengan perkembangan teknologi kedokteran.

    c. Instalasi radiologi memberikan pelayanan rutin rumah sakit dan pelayanan

    gawat darurat untuk 24 jam.

    d. Jika pimpinan rumah sakit akan mengambil keputusan yang berkaitan

    dengan fungsi dan peralatan radiologi harus diminta terlebih dahulu

    pendapat dan saran dari staf radiologi.

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    3/15

    5

    2.4Syarat Ruangan Radiologi2,3

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan ruang radiologi

    adalah sebagai berikut:

    a. Lokasi bagian radiologi, yaitu di tempat sentral, sehingga mudah dicapai

    dari poliklinik, kamar bedah, bangsal, unit perawatan intensif, dan

    sebagainya.

    b.

    Kekuatan dan besarnya peralatan radiologi harus sesuai dengan tipe rumah

    sakit.

    c. Proteksi radiasi perawatan rontgen dan dinding ruangan harus dapat

    dipertanggungjawabkan untuk menjamin keamanan pasien, karyawan dan

    penduduk pada umumnya.

    d.

    Aksesoris yang dipakai untuk pemeriksaan (karet, tabur penugat, film)

    harus baik keadaannya untuk mencegah timbulnya artefak-artefak.

    e.

    Kamar gelap yang dipakai minimal 3 x 2 x 2,8 m dan dibuat juga bak-bak

    pencucian film dengan dinding porselin putih bagi yang menggunakan

    pencucian cara manual.

    f.

    Tipe alat rontgen untuk rumah sakit kelas C sebaiknya Basic X-ray Unit

    (BXU), dan untuk rumah sakit tipe A dan B, perencanaan perlengkapan

    diserahkan pada ahli radiologi yang akan bekerja disana dengan kerjasama

    ahli-ahli departemen kesehatan.

    Perencanaan dan fasilitas bangunan radiologi adalah sebagai berikut2,3:

    a. Lokasi bagian radiologi ditempatkan disentral yang mudah dicapai dari

    poliklinik.

    b.

    Besarnya ruangan harus sesuai dengan peralatan yang akan ditempatkan,seperti rumah sakit tipe A,B,C dan D.

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    4/15

    6

    c. Proteksi radiasi peralatan Roentgen dan dinding ruangan harus dapat

    dipertanggungjawabkan untuk menjamin keamanan pasien, radiografer,

    pegawai, dokter dan masyarakat umum. Alat-alat proteksi yang dipakai

    ahli radiologi, radiografer serta karyawan adalah sarung tangan berlapis

    timah hitam dan jubah/apron yang berlapis timah hitam setebal 0,5 mm

    Pb. Dinding proteksi berlapis Pb dengan ketebalan ekivalen 2 mm Pb.

    d. untuk alat-alat kedokteran gigi lebih kecil dari ukuran yang diatas dengan

    catatan ukuran ruangan memudahkan pasien keluar dan masuk untuk

    melakukan foto rontgen. Dinding ruangan terbuat dari bata yang dipasang

    melintang (artinya 1 bata ; jika dipasang memanjang dipakai 2 bata). Bata

    yang dipakai harus berkualitas baik ukuran 10x20 cm. Plesteran dengan

    campuran semen dan pasir tertentu, tebal minimal dengan bata adalah 25

    cm. Bila memakai beton, tebal dinding beton minimal adalah 15 cm.

    dinding yang dibuat harus ekivalen dengan 2 mm Pb. Bila ada jendela

    boleh ditempatkan 2 m diatas dinding atau kaca yang berlapis Pb.

    e. Kamar gelap yang dipakai minimal 3x2x2,8 m dan juga dibuat bak-bak

    pencucian film dengan porselen putih bagi yang menggunakan pencucian

    dengan cara manual. Harus ada air yang bersih dan mengalir, kipas

    angin/exhauster atau air-conditioner agar udara dalam kamar gelap selalu

    bersih dan cukup nyaman bagi petugas yang bekerja di dalamnya selama

    berjam-jam. Untuk masuk ke kamar gelap dapat dipakai sistem lorong

    yang melingkar tanpa pintu atau sistem dua pintu untuk menjamin supaya

    cahaya tidak masuk. Warna dinding kamar gelap tidak perlu hitam,

    sebaiknya dipakai warna cerah, kecuali lorong lingkar ke kamar gelap

    dicat hitam untuk mengabsorpsi cahaya sebanyak mungkin.f. Ruang operator dan tempat pesawat sinar x sebaiknya dibuat terpisah atau

    bila berada dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb

    dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb.

    g.

    Pintu ruang pesawat sinar x harus diberi penahan radiasi yang cukup

    sehingga terproteksi dengan baik. Pintu tersebut biasanya terbuat dari

    tripleks dengan tebal tertentu yang ditambah lempengan Pb setebal 1 1,5

    mm.

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    5/15

    7

    h. Luas ruangan menurut Departemen Kesehatan harus 4x3x2,8m sehingga

    memudahkan memasukkan tempat tidur pasien.

    i. Tanda radiasi berupa lampu merah harus dipasang di atas pintu yang dapat

    menyala pada saat pesawat digunakan. Tanda peringatan radiasi

    hendaknya dibuat dengan ukuran yang sesuai.

    2.5Kegiatan di Ruangan Radiologi3

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 10114/Menkes/

    SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan

    Kesehatan, dijelaskan bahwa pendekatan yang dipakai dalam penentuan standar

    jenis pemeriksaan/kegiatan di ruang radiologi adalah :

    a. Jenis sarana pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan radiologi

    diagnostik.

    b. Kebutuhan pemeriksaan oleh masyarakat.

    c.

    Kemampuan dan jenis peralatan yang tersedia.

    d. Jenis sumber daya manusia yang ada.

    Berdasarkan jenis sarana pelayanan kesehatan, jenis pemeriksaan radiologi

    diagnostik dapat menyelenggarakan sebagai berikut:

    a. Rumah Sakit kelas A dan B atau sederajat : 1) Sistem gastro intestinalis

    dan hepatobiliaris, 2) Sistem urogenital, 3) Sistem respiratorius, 4) Sistem

    reproduksi, 5) Organ superfisial (Mammae, thyroid, parotis dll), 6) Sistem

    muskuloskeletal, 7) Sistem limfatik, 8) Sistem saraf, 9) Sistem

    kardiovaskuler.

    b.

    Rumah Sakit kelas C dan D atau sederajat : 1) Sistem gastro intestinalis

    dan hepatobiliaris, 2) Sistem urogenital, 3) Sistem respiratorius, 4) Sistemreproduksi, 5) Organ superfisial (Mammae, thyroid, parotis dll), 6) Sistem

    muskuloskeletal

    c. Sarana kesehatan lain selain rumah sakit : 1) Sistem gastro intestinalis dan

    hepatobiliaris, 2) Sistem urogenital, 3) Sistem respiratorius, 4) Sistem

    reproduksi, 5) Sistem muskuloskeletal.

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    6/15

    8

    2.6Keselamatan Kerja3

    Menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor

    10114/Menkes/SK/XI/2008, keselamatan kerja ruang radiologi adalah sebagai

    berikut :

    a. Keselamatan Radiasi

    Setiap sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

    radiodiagnostik dan radiologi intervensional memenuhi keselamatan

    radiasi sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Kepala BAPETEN

    tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X

    Radiodiagnostik dan Radiologi Intervensional.

    b.

    Keselamatan Imejing diagnostic (MRI, USG)

    Setiap sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

    imejing diagnostik memperhatikan keselamatan penggunaan MRI dan

    USG.

    2.7Efek Radiasi di Bagian Radiologi

    1) Efek Somatik

    Efek somatik adalah Efek yang radiasi yang dapat langsung dirasakan oleh

    orang yang menerima radiasi tersebut.4,6

    a.

    Efek Stokastik

    Efek stokastik adalah efek yang peluang timbulnya merupakan

    fungsi dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis

    ambang.

    b.

    Efek Non Stokastik

    Efek Non Stokastik adalah efek yang kualitas keparahannyabervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang

    dilampaui.

    2) Efek Genetik

    Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut

    efek genetik ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau

    ovarium akibat radiasi.4,6

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    7/15

    9

    Penyakit akibat radiasi yaitu:5

    1) Radiodermatitis

    Radiodermatitis adalah peradangan pada kulit yang terjadi akibat

    penyinaran lokal dengan dosis tinggi.

    2) Katarak

    Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis di atas 1,5 Gy, dengan

    masa tenang antara 510 tahun.

    3)

    Sterilitas

    Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin dan

    efeknya berupa pengurangan kesuburan sampai kemandulan.

    2.8Alat Pelindung Diri4,5,6

    Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan

    kerja serta Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. per. 01/ MEN/

    1981 tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja, dimana setiap

    pengurus memberitahukan syarat-syarat memberikan APD, kewajiban dan hak

    tenaga kerja untuk memakai APD, kewajiban pengurus menyediakan APD dan

    wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk mencegah penyakit akibat

    kerja.4Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat

    bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu

    sendiri dan orang di sekelilingnya. Alat Pelindung Diri atau Perlengkapan proteksi

    yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi atau bagian radiologi adalah:5,6

    1. Apron Proteksi Tubuh

    2.

    Penahan Radiasi Gonad

    3.

    Sarung Tangan Proteksi4. Penahan Radiasi

    5. Masker

    6. Sarung tangan (gloves)

    7.

    Alat ukur radiasi

    8. Tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapi kaca Pb

    9.

    Kacamata Pb

    10.Pelindung tiroid Pb

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    8/15

    10

    Penggunaan alat pelindung diri (APD) atau peralatan proteksi radiasi dan

    personal monitor radiasi dapat mengurangi dan melindungi radiografer sebagai

    pekerja radiasi di rumah sakit dari bahaya kesehatan baik efek stokastik,

    nonstokastik maupun infeksi nasokimia dalam menjalankan tugasnya. Bahaya

    potensial di rumah sakit dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat

    kerja yang berasal dari radiasi. Penggunaan APD merupakaan salah satu

    pelindung radiografer untuk melindungi dari bahaya potensial dari radiasi maupun

    penyakit lainnya. Radiografer dalam bekerja sering kurang maksimal dalam

    penggunaan APD bahkan kurang tersedianya APD di instalasi radiologi rumah

    sakit.5,6

    2.9Batas Dosis Radiasi5

    Menurut peraturan kepala badan pengawas tenaga nuklir nomor 8 tahun

    2011 tentang keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-x radiologi

    diagnostik dan intervensional. nilai batas dosis untuk pekerja radiasi sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) huruf a, tidak boleh melampaui:5

    a. Dosis efektif sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun rata-rata

    selama 5 (lima) tahun berturut-turut;

    b. Dosis efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun

    tertentu;

    c. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv (seratus lima puluh

    milisievert) dalam 1 (satu) tahun; dan

    d. Dosis ekuivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500 mSv (lima

    ratus milisievert) dalam 1 (satu) tahun.

    Pada pasal 32, nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) huruf b, tidak boleh melampaui:5

    a. Dosis efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) dalam 1 (satu) tahun;

    b. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (lima belas milisievert)

    dalam 1 (satu) tahun; dan

    c. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (lima puluh milisievert) dalam

    1 (satu) tahun.

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    9/15

    11

    Pada pasal 33, pemegang izin untuk memastikan agar nilai batas dosis

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) tidak terlampaui, harus:5

    a. Menyelenggarakan pemantauan Paparan Radiasi dengan surveymeter;

    b.

    Melakukan pemantauan Dosis yang diterima personil dengan film badge

    atau TLD badge, dan dosimeter perorangan pembacaan langsung yang

    sudah dikalibrasi; dan

    c. Menyediakan perlengkapan Proteksi Radiasi.

    2.10 Alat Ukur Proteksi Radiasi

    Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari

    detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat

    ukur ini dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam

    roentgen, dosis serap dalam rad atau gray dan dosis ekivalen dalam rem atau

    sievert. Besaran radiasi yang diukur oleh peralatan ini sebenarnya adalah

    intensitas radiasi.6,7 Untuk keperluan proteksi radiasi nilai intensitas tersebut

    dikonversikan dan ditampilkan menjadi besaran dosis radiasi. Alat proteksi radiasi

    ini dibedakan menjadi tiga yaitu kelompok dosimeter personal, surveimeter dan

    monitor kontaminasi. Dosimeter personal berfungsi untuk mencatat dosis

    radiasi yang telah mengenai seorang pekerja radiasi secara akumulasi. Oleh

    karena itu, setiap orang yang bekerja di suatu daerah radiasi harus selalu

    mengenakan dosimeter personal. Surveimeter digunakan untuk melakukan

    pengukuran tingkat radiasi di suatu lokasi secara langsung sedang monitor

    kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada pekerja, alat

    maupun lingkungan.6,7

    a.

    SurveimeterSurveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada

    suatu area secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat memperkirakan

    jumlah radiasi yang akan diterimanya bila akan bekerja di suatu lokasi selama

    waktu tertentu. Dengan informasi yang ditunjukkan surveimeter ini, setiap pekerja

    dapat menjaga diri agar tidak terkena paparan radiasi yang melebihi batas ambang

    yang diizinkan.

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    10/15

    12

    Sebagaimana fungsinya, suatu survaimeter harus dapat memberikan hasil

    pengukurannya pada saat itu juga, pada saat melakukan pengukuran, dan bersifat

    portabel meskipun tidak perlu sekecil dosimeter personal. Konstruksi survaimeter,

    sebagaimana sistem pengukur radiasi yang lain terdiri atas detektor dan peralatan

    penunjang seperti terlihat Gambar berikut.6,8

    Gambar 2.1 Cara kerja Survaimeter

    Model pengukuran yang diterapkan disini adalah cara arus (current

    mode) sehingga alat peraga yang digunakan adalah 'ratemeter'. Semua jenis

    detektor yang dapat memberikan hasil secara langsung, seperti detektor isian gas,

    sintilasi dan semikonduktor, dapat digunakan. Dari segi praktis dan ekonomis,

    detektor isian gas Geiger Muller yang paling banyak digunakan. Detektor sintilasi

    juga banyak digunakan, khususnya NaI(Tl) untuk radiasi gamma, karena

    mempunyai efisiensi yang tinggi. Pada saat ini detektor semikonduktor masih

    jarang digunakan untuk survaimeter, meskipun sudah ada di pasaran tetapi

    harganya relatif sangat mahal dibandingkan dengan yang lain.6,8

    Cara pengukuran yang diterapkan pada survaimeter adalah cara arus

    (current mode) sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai intensitas radiasi

    yang mengenai detektor. Secara elektronik, nilai intensitas tersebut dikonversikan

    menjadi skala dosis, misalnya dengan satuan roentgent/jam atau ada juga yang

    dikonversikan menjadi skala kuantitas, misalnya cacah per menit (cpm). Tentu

    saja skala tersebut harus dikalibrasi terlebih dulu terhadap nilai yang sebenarnya.

    Terdapat beberapa jenis survaimeter yang digunakan untuk jenis radiasi yang

    sesuai sebagai berikut.6,8

    1. Survaimeter Gamma

    Survaimeter gamma merupakan survaimeter yang sering digunakan dan pada

    prinsipnya dapat digunakan untuk mengukur radiasi sinar X. Hanya saja perlu

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    11/15

    13

    diperhatikan faktor kalibrasinya, apakah dikalibrasi untuk gamma atau sinar-

    X. Detektor yang sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional,

    GM atau detektor sintilasi NaI(Tl).

    2.

    Survaimeter Beta dan Gamma

    Berbeda dengan survaimeter gamma biasa, detektor dari survaimeter ini

    terletak di luar badan survaimeter dan mempunyai jendela yang dapat

    dibuka atau tutup. Bila digunakan untuk mengukur radiasi beta, maka

    jendelanya harus dibuka. Sebaliknya untuk radiasi gamma, jendelanya

    ditutup. Juga perlu diperhatikan bahwa faktor kalibrasi yang tercantum,

    biasanya hanya berlaku untuk radiasi gamma saja sedangkan untuk radiasi

    beta perlu perhitungan tersendiri. Detektor yang sering digunakan adalah

    detektor isian gas proporsional atau GM.

    3.

    Survaimeter Alpha

    Sebagaimana survaimeter beta, detektor dari survaimeter alpha juga terletak di

    luar badan survaimeter. Perlu diperhatikan bahwa selalu terdapat satu

    permukaan detektor yang terbuat dari lapisan film yang sangat tipis, biasanya

    terbuat dari berrilium, sehingga mudah sobek bila tersentuh atau tergores benda

    tajam. Detektor yang digunakan adalah detektor isian gas proporsional atau

    detektor sintilasi ZnS (Ag).

    4.

    Survaimeter neutron

    Detektor yang digunakan pada survaimeter neutron adalah detektor

    proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau gas Helium. Karena yang dapat

    berinteraksi dengan unsur Boron atau Helium adalah neutron termal saja, maka

    survaimeter neutron biasanya dilengkapi dengan moderator yang terbuat dari

    parafin atau polietilen yang berfungsi untuk menurunkan energi neutron cepatmenjadi neutron termal. Moderator ini hanya digunakan bila radiasi neutron

    yang akan diukur adalah neutron cepat.

    5. Survaimeter Multi Guna

    Terdapat pula survaimeter yang mempunyai dua jenis detektor di

    dalamnya sehingga dapat mengukur beberapa jenis radiasi yang berbeda. Selain

    itu, ada juga survaimeter yang menyediakan fasilitas konektor untuk detektor

    eksternal. Biasanya, produsen survaimeter juga menjual secara terpisah (optional)

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    12/15

    14

    jenis-jenis detektor yang dapat dihubungkan ke survaimeter. Pada saat ini sudah

    mulai dipasarkan jenis survaimeter yang serbaguna (multipurpose) karena selain

    dapat mengukur intensitas radiasi secara langsung, sebagaimana survaimeter

    biasa, juga dapat mengukur intensitas radiasi selama selang waktu tertentu, dapat

    diatur, seperti sistem pencacah dan bahkan bisa menghasilkan spektrum distribusi

    energi radiasi seperti sistem spektroskopi.

    b. Dosimeter Personal9

    Alat ini digunakan untuk mengukur dosis radiasi secara akumulasi. Jadi,

    dosis radiasi yang mengenai dosimeter personal akan dijumlahkan dengan dosis

    yang telah mengenai sebelumnya. Dosimeter personal ini harus ringan dan

    berukuran kecil karena alat ini harus selalu dikenakan oleh setiap pekerja radiasi

    yang sedang bekerja di medan radiasi. Terdapat tiga macam dosimeter personal

    yang banyak digunakan saat ini yaitu dosimeter saku (pen / pocket dosemeter),

    film badge dan Thermoluminisence Dosemeter (TLD).

    c.

    Dosimeter Saku

    Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga

    prinsip kerjanya sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan

    tanggapan secara langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi

    akan disimpan seperti halnya suatu kapasitor.9

    Gambar 2: Konstruksi dosimeter saku

    Konstruksi dosimeter saku berupa tabung silinder berisi gas sebagaimana

    pada Gambar 2 di atas. Dinding silinder akan berfungsi sebagai katoda, bermuatan

    negatif, sedangkan sumbu logam dengan jarum 'quartz' di bagian bawahnya

    bermuatan positif. Mula-mula, sebelum digunakan, dosimeter ini diberi muatan

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    13/15

    15

    menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan tegangan tertentu. Jarum

    quartz pada sumbu detektor akan menyimpang karena perbedaan potensial.

    Dengan mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan 'charging' maka

    penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukkan angka nol. Dalam

    pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor maka radiasi

    tersebut akan mengionisasi gas, sehingga akan terbentuk ion-ion positif dan

    negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda sehingga mengurangi

    perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor. Perubahan perbedaan

    potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum berkurang. Jumlah ion-ion yang

    dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas radiasi yang

    memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding dengan intensitas

    radiasi yang telah memasuki detektor. Skala dari penyimpangan jarum tersebut

    kemudian dikonversikan menjadi nilai dosis.

    Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan

    tidak membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya. Peralatan lain yang

    dibutuhkan adalah charger untuk me-reset (membuat nol) skala jarum quartz.

    Kelemahannya, dosimeter ini tidak dapat menyimpan informasi dosis yang telah

    mengenainya dalam waktu yang lama (sifat akumulasi kurang baik). Hal ini

    disebabkan oleh adanya kebocoran elektrostatik pada detektor. Jadi, meskipun

    tidak sedang dikenai radiasi, nilai yang ditunjukkan jarum akan berubah. Selain

    itu dosimeter ini kurang teliti dan mempunyai rentang energi pengukuran tertentu

    yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan film badge dan TLD.

    Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang

    diintegrasikan dengan komponen elektronika maju (advanced components)

    sehingga skala pembacaannya tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum (secaramekanik) melainkan dengan melihat display digital yang dapat langsung

    menampilkan angka hasil pengukurannya. Dosimeter saku digital ini juga tidak

    membutuhkan peralatan charger terpisah karena sudah terdapat di dalamnya.

    Setiap kali diaktifkan, secara otomatis dosimeter ini menampilkan angka nol.

    d. Dosimeter Termoluminisensi (TLD)9

    Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor

    yang digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    14/15

    16

    LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses

    termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD adalah

    CaSO4. Sebagaimana film badge, dosimeter ini digunakan selama jangka waktu

    tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah

    dosis radiasi yang telah diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan

    kristal TLD sampai temperatur tertentu, kemudian mendeteksi percikan-percikan

    cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter

    ini adalah TLD reader. Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah

    terletak pada ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan

    setelah diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.

    Dari tiga jenis dosimeter yang telah dibahas di atas terlihat bahwa

    dosimeter saku merupakan dosimeter yang dapat dibaca langsung sedang film

    badge dan TLD memerlukan suatu proses sehingga hasil pengukurannya tidak

    dapat diketahui secara langsung. Pekerja radiasi yang bekerja di daerah radiasi

    tinggi dianjurkan untuk menggunakan dua jenis dosimeter yaitu dosimeter saku

    dan film badge atau TLD. Dosimeter saku digunakan untuk mengetahui dosis

    yang telah diterimanya secara langsung, misalnya setelah menyelesaikan suatu

    pekerjaan. Sedang film badge atau TLD digunakan untuk mencatat dosis yang

    telah diterimanya selama selang waktu yang lebih panjang, misalnya selama satu

    bulan.

    e. Monitor Kontaminasi9

    Kontaminasi merupakan suatu masalah yang sangat berbahaya, apalagi

    kalau sampai terjadi di dalam tubuh. Kontaminasi sangat mudah terjadi kalau

    bekerja dengan sumber radiasi terbuka, misalnya berbentuk cair, serbuk, atau gas.

    Adapun yang terkontaminasi biasanya adalah peralatan, meja kerja, lantai, tangan,sepatu. Jika intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sesuatu yang telah

    terkontaminasi sangat rendah, maka alat ukur ini harus mempunyai efisiensi

    pencacahan yang sangat tinggi. Detektor yang digunakan untuk monitor

    kontaminasi ini harus mempunyai jendela (window) yang luas, karena

    kontaminasi tidak selalu terjadi pada satu daerah tertentu, melainkan tersebar pada

    permukaan yang luas. Tampilan dari monitor kontaminasi ini biasanya

    menunjukkan kuantitas radiasi (laju cacah) seperti cacah per menit atau cacah per

  • 7/24/2019 5. Bab II APD Radiografer Kesmas

    15/15

    17

    detik (cpd). Nilai ini harus dikonversikan menjadi satuan aktivitas radiasi, Currie

    atau Becquerel.

    Monitor kontaminasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu monitor

    kontaminasi permukaan, monitor kontaminasi perorangan dan monitor

    kontaminasi udara (airborne). Monitor kontaminasi permukaan (surface monitor)

    digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi segala permukaan, misalnya meja

    kerja, lantai, alat ukur ataupun baju kerja. Monitor kontaminasi perorangan

    digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada bagian-bagian tubuh dari

    pekerja radiasi. Bagian tubuh yang paling sering terkontaminasi adalah tangan dan

    kaki, sehingga terdapatmonitor kontaminasi khusus untuk tangan dan kaki yaitu

    hand and foot contamination monitor. Suatu instalasi yang modern biasanya

    dilengkapi dengan monitor kontaminasi seluruh tubuh (whole body monitor).

    Setiap pekerja yang akan meninggalkan tempat kerja harus diperiksa terlebih

    dahulu dengan monitor kontaminasi.10

    Monitor kontaminasi udara digunakan untuk mengukur tingkat

    radioaktivitas udara di sekeliling instalasi nuklir yang mempunyai potensi untuk

    melepaskan zat radioaktif ke udara. Sebagaimana survaimeter, detektor yang

    digunakan di sini dapat berupa detektor isian gas, sintilasi ataupun

    semikonduktor. Detektor yang paling banyak digunakan adalah detektor isian gas

    proporsional untuk mendeteksi kontaminasi pemancar alpha atau beta dan

    detektor sintilasi NaI(Tl) untuk kontaminasi pemancar gamma. Khusus untuk

    monitor kontaminasi udara biasanya dilengkapi dengan suatu penyaring (filter)

    dan pompa penghisap udara untuk menangkap partikulat zat radioaktif yang

    bercampur dengan molekul-molekul udara.10