4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

50
Berkas Portofolio Kasus Bedah BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO Pada hari Senin, tanggal 22 November 2012 telah dipresentasikan kasus portofolio oleh: Nama : dr. Maria Christina Suhadi No ID : 1208.12.16.93 Judul/Topik : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Permagna Nama Pendamping : dr. Sylviasari Risgiantini NIP : 19760104 200604 2 018 Nama Wahana : RSUD Kabupaten Bekasi Daftar peserta yang hadir: NO NAMA PESERTA PRESENTASI KETERANGAN 1. dr. Maria Christina Suhadi Presentan 2. dr. Sylviasari Risgiantini Pendamping 3. dr. Samuel Dokter Internship 4. dr. Bernike Yuriska Dokter Internship 5. dr. Ferdinan Bastian Sirait Dokter Internship 6. dr. Benedict Iglesias Sihombing Dokter Internship Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya. Pendamping Presentan

description

kasus bedah

Transcript of 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Page 1: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari Senin, tanggal 22 November 2012 telah dipresentasikan kasus portofolio oleh:

Nama : dr. Maria Christina Suhadi

No ID : 1208.12.16.93

Judul/Topik : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Permagna

Nama Pendamping : dr. Sylviasari Risgiantini

NIP : 19760104 200604 2 018

Nama Wahana : RSUD Kabupaten Bekasi

Daftar peserta yang hadir:

NO NAMA PESERTA PRESENTASI KETERANGAN

1. dr. Maria Christina Suhadi Presentan

2. dr. Sylviasari Risgiantini Pendamping

3. dr. Samuel Dokter Internship

4. dr. Bernike Yuriska Dokter Internship

5. dr. Ferdinan Bastian Sirait Dokter Internship

6. dr. Benedict Iglesias Sihombing Dokter Internship

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping Presentan

dr. Sylviasari Risgiantini dr. Maria Christina Suhadi

NIP. 19760104 200604 2 018 No. ID. 1208.12.16.93

Page 2: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

No. ID dan Nama Peserta : dr. Maria Christina SuhadiNo. ID dan Nama Wahana : RSUD Kabupaten BekasiTopik : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra PermagnaTanggal (kasus) : 8 Agustus 2012Nama pasien : Tn. M No. RM : 018508Tanggal presentasi : 22 November 2012 No. dan Nama Pendamping : dr. Sylviasari RisgiantiniTempat presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Kabupaten BekasiObyektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah IstimewaNeonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia BumilDeskripsi : Pria 49 tahun, datang dengan keluhan terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Zieman test (+) pada jari II. Pemeriksaan penunjang normal.Tujuan :

Mendiagnosis hernia inguinalis lateralis dextra permagna dan mengetahui terapi yang tepat. Mengidentifikasi komplikasi yang dapat terjadi.

Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus AuditCara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien Nama: Tn. M No.Register: 018508Nama RS: RSUD Kab Bekasi Alamat: Sukatani Terdaftar sejak: 2012Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/ gambaran klinis:Pasien datang dengan keluhan terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Zieman test (+) pada jari II. Pemeriksaan penunjang normal. Oleh karena itu, pasien didiagnosis mengalami hernia inguinalis lateralis dextra permagna.

2. Riwayat pengobatan:Pasien belum pernah berobat ke dokter atau ke tempat pengobatan lainnya. Pasien belum pernah dioperasi sebelumnya.

3. Riwayat penyakit sekarang:Pasien mengeluh terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar dan makin besar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri.

Pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah, kesulitan BAB dan selama 2 hari terakhir buang angin dan buang air kecil normal.

4. Riwayat keluarga: Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.

5. Riwayat pekerjaan: Pasien memiliki kebiasaan sering mengangkat benda berat.

Page 3: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik:Pasien tinggal dengan istri dan anaknya di rumah.

7. Lain-lain:Pemeriksaan Fisik:KU: kompos mentis, baik.TD: 110/80 mmHg FN: 80x/menit FP: 22x/menit S: 37,1°CKepala : Deformitas (-)Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),THT : sekret (-), hiperemis (-)Leher : Tiroid tidak terabaThorax : Simetris statis dan dinamisParu : Simetris, fremitus ka=ki, vesikuler +/+, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)Abdomen : Datar, lembut, hati/limpa tidak teraba, NT (-), BU (+) normal.

Status Lokalis: tampak tonjolan di scrotalis dextra dan Zieman test (+) pada jari II.

Pemeriksaan Penunjang:Lab:Hb : 11,9 g/dl (14-16)WBC : 7.800/mm3 (3.500-10.000)RBC : 4 juta (3,8-5,8)Hematokrit : 48,1 % (35-50)Trombosit : 291.000/mm3 (150.000-390.000)Laju Endap Darah : 4 (<10)SGOT : 24 U/L (<38)SGPT : 25 U/L (<41)Gula Darah Sewaktu : 81 mg/dL (<170)Ureum : 17 mg/dL (15-45)Kreatinin : 1,2 mg/dL (0,7-1,2)Waktu Perdarahan : 2’30” (1-3)Waktu Pembekuan : 5’00” (1-6)

Daftar Pustaka:1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.

Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth edition.

New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management http://www.medscape.com/viewarticle/420354_44. Manthey, David. Hernias .2007. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science and

Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.6. http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html 7. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com8. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms 9. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current Surgical

Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-789.

Page 4: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

10. http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/ 11. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia 12. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB

Saunders Company. 795-80113. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO. 151-156.

Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. Volume 1. Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

Hasil Pembelajaran:1. Membuat diagnosis hernia inguinalis lateralis dextra permagna.2. Mengetahui diagnosis banding hernia inguinalis lateralis dextra permagna .3. Mengetahui prinsip tatalaksana hernia inguinalis lateralis dextra permagna .4. Mengetahui komplikasi hernia inguinalis lateralis dextra permagna .

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio1. Subjektif

Dari anamnesis, pasien mengeluh terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar dan makin besar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah, kesulitan BAB dan selama 2 hari terakhir buang angin dan buang air kecil normal.

2. ObjektifHasil data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan diagnosis radiologi mendukung diagnosis hernia inguinalis lateralis dextra permagna. Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan:

Page 5: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Anamnesis: terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu, tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar dan makin besar sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri.

Pemeriksaan fisik: ditemukan tonjolan di scrotalis dextra dan Zieman test (+) pada jari II.

3. AssessmentBerdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diagnosis pasien adalah hernia inguinalis lateralis dextra permagna. Akibat kelemahan didnding abdomen atau tidak tertutupnya procesus vaginalis, ada organ yang masuk melalui canalis inguinalis sehingga terjadi tonjolan di area lipat paha. Tonjolan ini makin lama akan makin turun sesuai dengan gaya gravitasi dan aktivitas mengangkat beban yang berat.

Faktor risiko pada pasien ini yaitu peninggian tekanan intra abdomen akibat sering mengangkat benda berat dan kelemahan dinding abdomen akibat faktor usia.. Tatalaksana pada pasien ini dapat dilakukan dengan prosedur operasi herniorrhapy yang dapat dilakukan secara cito maupun elektif.

4. Plana. Diagnosis: Pada pasien ini diagnosis sudah dapat dipastikan karena tampak

tonjolan pada scrotalis dextra dan Zieman test (+) pada jari II.b. Pengobatan: Satu-satunya pengobatan yang dapat dilakukan adalah melalui

prosedur pembedahan yang dinamakan Herniorrhapy. Pada hernia tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik karena merupakan jenis operasi bersih. Penundaan tindakan bedah dapat mengakibatkan hernia makin membesar akibat masuknya bagian organ lebih banyak dan dapat terjadi inkarserasi sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.

c. Pendidikan: Harus ditekankan pada pasien untuk mengurangi aktivitas mengangkat benda berat. Pasien juga diminta langsung berkonsultasi ke dokter ketika tonjolan terasa nyeri, mual, muntah, gangguan BAB, dan jangan sampai menundanya.

d. Konsultasi: Operasi dilakukan oleh dokter spesialis bedah sehingga perkembangan selama perawatan pra operasi dan pasca operasi dapat dikonsultasikan dengan dokter spesialis bedah.

e. Rujukan: Untuk saat ini belum diperlukan rujukan ke dokter spesialis bidang yang lainnya.

f. Kontrol

Kegiatan Periode Hasil yang diharapkanEvaluasi luka operasi.

Hari keenam dan kesepuluh setelah pasien pulang dari perawatan.

Luka operasi membaik, kering, dan tidak bernanah.

Page 6: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Evaluasi gejala klinis.

Hari kelima setelah perawatan.

Terdapat perbaikan gejala klinis.

BAB I

ILUSTRASI KASUS

KETERANGAN UMUM

Nama : Tn. M.

Jenis kelamin : Pria.

Usia : 49 tahun.

Alamat : Sukatani.

Pekerjaan : Buruh pabrik.

Status Marital : Menikah.

Agama : Islam.

Suku : Betawi.

Page 7: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Tanggal pemeriksaan : 8 Agustus 2012.

ANAMNESIS

Keluhan utama:

Pasien mengeluh terdapat tonjolan dikantung buah zakar kanan.

Anamnesis tambahan:

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu,

tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar dan makin besar sejak 2 hari

yang lalu dan dirasakan nyeri.

Pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah, kesulitan BAB dan selama 2

hari terakhir buang angin dan buang air kecil normal.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit jantung, kencing manis, dan

asma.

- Pasien tidak memiliki penyakit tekanan darah tinggi.

- Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan.

- Pasien belum pernah dioperasi sebelumnya.

PEMERIKSAAN FISIK

a. Status generalis :

o Pasien tampak sadar.

o Tampak kesakitan.

o Tanda Vital: Tekanan darah = 110/80 mmHg.

Nadi = 80 x / menit.

Pernafasan = 22 x / menit.

Suhu = 37,10 C.

o Kepala : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.

o Leher : Tidak ada pembesaran KGB, JVP tidak meningkat.

o Thorax : Pergerakan dada dan bentuk dada simetris

Paru : sonor, VES +/+ normal kanan=kiri, wheezing -/-, ronchi -/

Page 8: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular, murmur (-).

o Abdomen :

Inspeksi : Perut datar, tidak tampak perubahan warna, tidak tampak luka,

tidak terlihat adanya massa.

Aulkultasi : Bising usus (+) normal.

Palpasi : Lembut, Hepar tidak terdapat pembesaran, Lien tidak teraba

pembesaran.

Perkusi : Pekak samping (-) , Pekak pindah (-), Nyeri ketok CVA (-)

o Ekstremitas : edema -/-

5 5

5 5

o Status Lokalis

a/r Scrotalis dextra.

Tonjolan di scrotalis dextra.

Zieman test (+) pada jari II.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium:

Darah

Hb : 11,9 g/dl (14-16)

WBC : 7.800/mm3 (3.500-10.000)

RBC : 4 juta (3,8-5,8)

Hematokrit : 48,1 % (35-50)

Trombosit : 291.000/mm3 (150.000-390.000)

Laju Endap Darah : 4 (<10)

Waktu Perdarahan : 2’30” (1-3)

Waktu Pembekuan : 5’00” (1-6)

Page 9: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Kimia Klinik

SGOT : 24 U/L (<38)

SGPT : 25 U/L (<41)

Gula Darah Sewaktu : 81 mg/dL (<170)

Ureum : 17 mg/dL (15-45)

Kreatinin : 1,2 mg/dL (0,7-1,2)

DIAGNOSIS KERJA:

Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Permagna

USULAN PEMERIKSAAN:

- Rontgen Thorax PA.

- EKG.

HASIL PEMERIKSAAN

- Rontgen Thorax PA normal.

- EKG normal.

PENATALAKSANAAN

o Posisikan pasien berbaring telentang dengan bantal di bawah lutut.

o Konsul dr. Aladin, Sp.B:

– Puasa 8 jam (dari jam 24.00)

– IVFD RL:D5 = 1:1 30 tetes per menit makro

– Ceftriaxone 2 x 1 gram IV → skin test

– Ranitidin IV 1 ampul/12 jam

Laporan Operasi:

o Tanggal operasi: 9 Agustus 2012

o Jenis operasi: Herniorrhaphy

o Posisi pasien : Supine/ terlentang.

o Tindakan:

Dilakukan tindakan a/ antiseptic di daerah yang akan diinsisi.

Insisi di inguinal dextra.

Page 10: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Buka fascia dan bebaskan cincin.

Buka kantung hernia berisi ileum terminale.

Bebaskan kantung hernia.

Herniotomy, pasang mesh dan fiksasi.

Dilakukan penjahitan otot dan fascia.

Luka ditutup dengan dilakukan penjahitan lapis demi lapis.

Operasi selesai.

Instruksi post operasi:

o Observasi tanda-tanda vital.

o IVFD RL/D5% 1:1 30 tetes per menit makro.

o Ceftriaxon 1 gram/12 jam IV.

o Tramadol 1 ampul/8 jam drip.

o Ranitidine 1 ampul/12 jam IV.

o Transamin 1 ampul/8 jam IV.

o Boleh minum sedikit-sedikit.

Follow Up:

10-8-2012

o Keadaan umum : Baik, sakit di sekitar daerah operasi.

o Tanda vital :

Tekanan Darah : 110/80 mmHg.

Nadi : 80 kali/menit.

Respirasi : 22 kali/menit.

Suhu : 37,1°C

o Advis dr. Aladin, Sp.B :

Treatment lanjut.

Pasien dilatih mobilisasi.

11-8-2012

o Keadaan umum : Baik, sakit di sekitar daerah operasi berkurang.

o Tanda vital :

Tekanan Darah : 110/70 mmHg.

Nadi : 72 kali/menit.

Page 11: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Respirasi : 20 kali/menit.

Suhu : 36,6°C

o Advis dr. Aladin, Sp.B :

Treatment lanjut.

12-8-2012

o Keadaan umum : Baik, sakit di sekitar daerah operasi berkurang.

o Tanda vital :

Tekanan Darah : 120/70 mmHg.

Nadi : 80 kali/menit.

Respirasi : 20 kali/menit.

Suhu : 36,7°C

o Advis dr. Aladin, Sp.B :

Pasien diperbolehkan pulang.

Terapi tambahan:

Ciprofloxacin 500 mg 3x1.

Asam Mefenamat 500 mg 3x1.

Luka operasi jangan kena air.

Pasien kontrol 1 minggu kemudian.

PROGNOSIS

Quo ad vitam : Ad bonam.

Quo ad functionam : Ad bonam.

DASAR DIAGNOSIS PADA PASIEN:

Anamnesis

o Pasien mengeluh terdapat tonjolan di lipat paha kanan sejak 2 tahun yang lalu.

o Tonjolan makin lama makin turun ke kantong buah zakar dan makin besar

sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan nyeri.

o Pasien tidak mengeluhkan adanya mual, muntah, kesulitan BAB dan selama 2

hari terakhir buang angin dan buang air kecil normal.

o Riwayat pekerjaan sering mengangkat benda berat.

Pemeriksaan Fisik

Page 12: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

o Status lokalis

Scrotalis dextra :

Tonjolan di scrotalis dextra dan Zieman test (+) pada jari II.

Laboratorium

Darah

Hb : 11,9 g/dl (14-16)

WBC : 7.800/mm3 (3.500-10.000)

RBC : 4 juta (3,8-5,8)

Hematokrit : 48,1 % (35-50)

Trombosit : 291.000/mm3 (150.000-390.000)

Laju Endap Darah : 4 (<10)

Waktu Perdarahan : 2’30” (1-3)

Waktu Pembekuan : 5’00” (1-6)

Kimia Klinik

SGOT : 24 U/L (<38)

SGPT : 25 U/L (<41)

Gula Darah Sewaktu : 81 mg/dL (<170)

Ureum : 17 mg/dL (15-45)

Kreatinin : 1,2 mg/dL (0,7-1,2)

Pemeriksaan laboratoriom normal.

Pemeriksaan Penunjang:

Hanya untuk syarat kelayakan operasi.

Page 13: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah

suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)

yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari

tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah

inguinal.1

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)

dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis

lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang

artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek

nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari

lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu

keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis

lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat. 3

Tabel. 2.1. Perbedaan HIL dan HIM.3

Tipe Deskripsi Hubungan dg vasa

epigastrica inferior

Dibungkus oleh fascia spermatica

interna

Onset biasanya pada

waktu

Hernia ingunalis lateralis

Penojolan melewati cincin inguinal dan biasanya merupakan kegagalan penutupan cincin ingunalis interna pada waktu embrio setelah penurunan testis

Lateral Ya CongenitalDan bisa pada waktu dewasa.

Hernia ingunalis medialis

Keluarnya langsung menembus fascia dinding abdomen

Medial Tidak Dewasa

Page 14: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

2.2. KLASIFIKASI

Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:3

Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.

Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.

Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.

Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:3

Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.

Kelas 2 : hernia indirek yang medium.

Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.

Kelas 4 : hernia femoralis.

Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:3

1. Hernia Indirek

hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.

hernia inguinalis indirek sliding.

2. Hernia Direk

suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum

pubicum.

hernia divertikular di dinding posterior.

hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh permukaan

segitiga Hesselbach

Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:3

1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.

2. Ukuran cincin interna.

3. Integritas dinding posterior dan kanal.

Tabel. 2.2. Tabel Klasifikasi Hernia Inguinal3

Page 15: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek,

sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.

Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang

berdiameter < 1 cm.

Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal yang

melewati cincin interna yang berdiameter ≤ 2 cm.

Tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang

berdiameter > 2 cm.

Hernia tipe 3 sering menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia.

Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek posterior multipel.

Cincin interna yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.

Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat

kantung peritoneal.

Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding

posterior, meliputi:3

Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.

Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.

Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.

Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior.

Tipe 3c adalah hernia femoralis.

Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.

2.3. ETIOLOGI

Page 16: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi

diyakini ada tiga penyebab, yaitu:2

1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.

Overweight

Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan

Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran

kencing

Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus

Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi

Kehamilan

Ascites

2. Adanya kelemahan jaringan /otot.

3. Tersedianya kantong.

2.3.1. FAKTOR RISIKO HIL PADA ANAK

Berat badan lahir rendah. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500gr kemungkinan

mendapatkan hernia 20 kali lebih banyak daripada bayi dengan berat badan lahir yang

lebih.

Undescensus testiculorum mempunyai satu testis, atau testes yang tidak turun

Ada anggota keluarga yang mempunyai hernia

Kelainan alat urogenital seperti hipospadia,epispadia,hydrocele.4

Gambar. 2.1. HIL pada anak.4

2.3.2. PATOFISIOLOGI HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior

gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding

Page 17: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus

vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral

gubernaculums bilateral. Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan

processus vaginalis testes akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum

dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih

dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih

banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.

Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi

ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.

Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal

yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis

yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka

hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan

terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena

kegagalan menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang

terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.5

Gambar 2.2. Perbandingan HIL dan Anatomi Normal5

2.4. ANATOMI

Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan tentang dinding

abdomen,kanalis inguinalis,.lapisan-lapisan dinding abdomen

Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang terdiri atas

lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini banyak memakai

nama penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi mereka. Dalam bukunya

Page 18: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Skandalakis (1995), dinding abdomen pada dasar inguinal terdiri dari susunan multi

laminer dan seterusnya.

Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:

1. Kulit (kutis).

2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak.

Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian

superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum,

perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke

arah penis (Fasia Buck).

3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan

luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.

4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale

(Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus

eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis.,

Lakunare

(Gimbernat) Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari

serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini

membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum

pektineal. Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.2

Gambar 2.3. Lapisan-lapisan abdomen1

5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.

Page 19: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Gambar 2.4. Spermatic cord6

6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx

inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.

7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectinea

(Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.

8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.

9. Peritoneum

10. Superfisial dan deep inguinal ring. 5

Gambar 2.5. Canalis Inguinalis1

Bagian bagian dari hernia 7

Page 20: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

a. Pintu hernia adalah lapisan l;paisan dinding perut dan panggul. Hernia

dinamai

berdasarkan dari pintunya

b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum, korpus

dan

basis

c. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang

4

cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding yang membatasi

kanalis inguinalis adalah:

- Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3

lateralnya muskulus obliqus internus.

- Posterior : Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis

yang

bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding

posterior dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia

transversa dan konjoin tendon, dinding posterior berkembang

dari aponeurosis muskulus transversus abdominis dan fasia

transversal.

- Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus

dan muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.

- Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.

Gambar 2.6. Cincin Interna8

Page 21: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini

merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan “V” dan

terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas

muskulus transversus abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach)

ligament dan pembuluh darah epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal

ring adalah daerah pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus,

berbentuk “U” dangan ujung terbuka ke arah inferior dan medial. 9

d. Isi kanalis inguinalis pria : 10

a. Duktus deferens

b. 3 arteri yaitu : 1. Arteri spermatika interna

2. Arteri diferential

3. Arteri spermatika eksterna

c. Plexus vena pampiniformis

d. 3 nervus: 1. Cabang genital dari nervus genitofemoral

2. Nervus ilioinguinalis

3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik

Page 22: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

e. 3 lapisan fasia: 1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia innominate.

2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut- serabut

muskulus obliqus internus dan fasia otot.

3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia transversal.

e. Selubung hernia merupakan lapisan –lapisan yang menyelubungi hernia.

2.5. GEJALA DAN TANDA KLINIK

2.5.1. Gejala

Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya nyeri

dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan.seringnya hernia ditemukan

pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja.

Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia

ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan

bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri,

sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.11

Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit

dibandingkan hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang

untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi.11

2.5.2. Tanda

Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan

berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk

dilihat.kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari

ke annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan

sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain

halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue

dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat

didiagnosa.9

Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini

tidak terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya.

Hernia ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran

yang sama . hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia

ingunalis lateralis.9

Pada inspeksi

Page 23: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat

simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang

pada saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat

tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat berbaring.9

Pada palpasi

Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada

hernia inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak

adanya tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk

batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari

maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis.

Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan

hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa

pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan kebalikannya pada hernia

ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya dan hubungan secara

anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien,

jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9

2.6. KOMPLIKASI

Hernia inkarserasi :

Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang

Tidak dapat direposisi

Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.

Hernia strangulasi :

Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik

Adanya gangguan sistemik pada usus.12

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

2.7.1. Laboratorium

Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:

Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.

Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi

dehidrasi.

Page 24: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang

menyebabkan nyeri lipat paha.8

2.7.2. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.

Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha

atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8

2.8. PENATALAKSANAAN HERNIA

2.8.1. Penanganan DI IGD

1. Mengurangi hernia.

2. Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien

harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.

3. Menurunkan tegangan otot abdomen.

4. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.

5. Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia

inguinalis.

6. Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan

menimbulkan proses analgesia.

7. Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti

kaki kodok)

8. Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang

berlanjutselam proses reduksi penonjolan

9. Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu

mengembalikan isis hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan

menyebabkan isis hernia keluar dari pintu hernia.

10. Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm

11. Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan

posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selam a20-30 menit.7

Konsul bedah jika :

Reduksi hernia yang tidak berhasil

Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk

Page 25: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi .

penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan

strangulasi hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.

Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan

saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan.

Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.

Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan

penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko

infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.

Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia

maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk

mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul

dielevasikan dan di beri .analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.

Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada

gejala strangulasi.

Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih

hidup, ada tanda-tanda leukositosis.

Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7

Page 26: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

2.8.2. TEKNIK-TEKNIK OPERASI HERNIA

Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung dan

memperbaiki dinding abdomen.

2.8.2.1. Operasi Hernia Ingunalis Lateralis

Incisi 1-2cm diatas ligamentum inguinal sehingga tembus searah dengan seratnya,

sayatan diperluas dari lateral ingá cincin interna sampai tuberculum pubicum.

Pisahkan dan ligasi vena dari jaringan subkutan.13

Gambar 2.7. Tahapan operasi HIL(1)13

Pada saat ini, aponeurosis oblikuus eksternus akan terlihat dengan serat berjalan ke

bawah ke arah medial. Incisi aponeurosis searah dengan arah seratnya, kemudian

ditarik dengan hak. Gunakan forceps untuk mengangkat dan meretraksi ujungnya,

sambil incisi diperluas melewati sayatan. Cari nervus inguinal dan lindungi selama

operasi selama operasi dengan menjauhkan dari lapangan operasi.13

Gambar.2.8. Tahapan Operasi HIL (2)13

Page 27: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Kemudian sayat secara tumpul, keluarkan spermatic cord bersamaan dengan kantung

hernia yang merupakan satu massa dan masukkan jari di sekelilingnya. Amankan

massa dengan menggunakan gauze. Dan menggunakan sayatan tajam dan tumpul,

pisahkan kantung dari cord (vasa deferen dan pembuluh darah) lapis demi lapis.13

Gambar. 2.9. Tahapan Operasi HIL (3)13

Page 28: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Perluas sayatan hingga leher kantung tepat di cincin interna, sehingga terlihat lapisan

peritoneal fat. Buka kantung diantara dua pasang forcep kecil, dan periksa rongga

abdomen dengan jari hingga membuka.13

Gambar 2.10. Tahapan Operasi HIL (4)13

Terus putar kantung untuk memastikan isinya kosong. Lehar diikat dengan benang

2/0, tahan ikatannya, dan kantung diexcisi.13

Gambar 2.11. Tahapan Operasi HIL (5)13

Perhatikan punctum untuk memastikan ikatannya cukup kuat. Ketika ikatannya

dipotong, maka punctum masuk ke dalam cincin dan tidak terlihat.

Tujuan dari prosedur Bassini adalah untuk memperkuat dinding posterior. Dengan

cara menjahitkan M. transversus abdominis dan aponeurosis M. obliquus abdominis

Page 29: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

internus atau conjoint tendon ke ligamentum inguinal. Prosedur ini juga

menyempitkan cincin interna.

Mulai perbaikan dengan menggunakan benang no.1. Jahitan silang harus dimasukkan

melewati ligamentum inguinalis pada jalur yang berbeda dengan arah serat, serat

dirawat terpisah sepanjang garis ligamentum. Masukkan jahitan silang pertama ke

ligamentum pectineal.13

Gambar 2.12. Tahapan Operasi HIL (6)13

Masukkan jahitan berikutnya melalui conjoined tendon dan ligamentum inguinal,

teruskan ke arah lateral untuk memasukkan jahitan silang pada bagian ini. Tinggalkan

jahitan silang tanpa diikat sehingga semuanya masuk.13

Gambar 2.13. Tahapan Operasi HIL (7)13

Kemudian jahitan silang didekatkan ke cincin sebelum jahitannya diikat, dan harus

masih bisa dilalui ujung jari melewati cincin sepanjang cord. Kemudian ikat jahitan

dimulai dari tengah dan potong ujungnya.13

Gambar 2.14. Tahapan Operasi HIL (8)13

Page 30: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Dan terakhir, tambahkan tegangan sehingga cincin interna masih bisa dilalui ujung

jari.13

Gambar 2.15. Tahapan Operasi HIL (9)13

Tutup aponeurosis obliquus eksterna secara kontinyus dengan chromic cat gut 0.13

Gambar 2.16. Tahapan Operasi HIL (10)13

Jahit kulit secara interrupted 2.0.13

Gambar 2.17. Tahapan Operasi HIL (11)13

Page 31: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu

Mercy dikenal dengan ligasi sederhana dengan diangkat tinggi kantungnya.melewati

ingunal yang dikombinasi dengan pengikatan cincin interna.

Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint

tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan

seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.

Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya cara

Bassini.

Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint tendon

lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.14

2.8.2.2. Shouldice

Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar teknik Shouldice adalah Bassini multi

layer, Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice:

Langkah pertama:

Setelah dilakukan incisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf ilioinguinal

dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis sampai ke cincin

interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.2

Gambar 2.18. Tahapan Operasi Shouldice (1)6

Page 32: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak

pre peritoneal. Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal

dengan jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang

flap superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm.2

Gambar 2.19 Tahapan Operasi Shouldice (2)6

Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan

jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap superior,

usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm.13

Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya

dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya dengan

menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar

B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat

(gambar C). 13-

Page 33: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Gambar 2.19 Tahapan Operasi Shouldice (3)6

2.8.2.3. Lichtenstein Tension free

Tehnik pemasangan mesh pada Lichtenstein seperti berikut (Wexler, 1997) :

1. Dilakukan terlebih dahulu herniotomi.

2. Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek, disebelah bawah

spermatik kord.

3. Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah :

- Medial : perios tuberkulum pubikum.

- Lateral : melingkari spermatik kord.

- Superior : pada konjoin tendon.

- Inferior : pada ligamentum inguinal. 13

Gambar 2.21 Setelah pemasangan Mesh13

Page 34: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak terputus

pada titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi menyebar

dan terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak dominan disatu

tempat. Hal inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih

ringan dibanding tehnik konvensional lainnya.13

Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding

belakang kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai

harus cukup kuat sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi

untuk menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan sekitar.

Agar integrasi menjadi solid, prostesis berupa anyaman yang berpori sehingga

jaringan tumbuh diantara pori-pori tersebut. Polypropylene mesh dikategorikan

memiliki sifat tersebut serta mampu bersifat permanen sehingga tidak diperbolehkan

kontak langsung dengan organ visera karena akan menimbulkan perlengketan serta

obstruksi atau pembentukan fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih sebagai

prostesis baku dalam petatalaksanaan hernio plasty.6

Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya peregangan

sewaktu rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca

operasi dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan dan kembali kepada

aktivitas rutin yang lebih dini, serta pencegahan rekurensi jangka panjang. Pemulihan

dan kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh rasa sakit

(Callesen, 1999). Bax (1999) melaporkan dengan polypropylene mesh lebih dari 60%

pekerja kasar dan lebih dari 90% pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari.

Page 35: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

Ismail (2000) melaporkan 74 % penderita telah kembali mengemudikan mobil dalam

10 hari, 49 % diantaranya dalam 7 hari.6

Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup

lebar untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak

terjadi lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah kanalis

inguinal interna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th

Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.

2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of

Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.

3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management

http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

4. Manthey, David. Hernias .2007.

http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm

5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic

Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.

6. http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html

7. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com

8. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms

9. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.

Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc

Graw-Hill. 783-789.

10. http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/

11. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia

12. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New

York. WB Saunders Company. 795-801

13. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital.

Switzerland. WHO. 151-156.

14. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. Volume 1.

Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

Page 36: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

LAPORAN HASIL DISKUSI

NO

PERTANYAAN JAWABAN

1. dr. Benedict Iglesias Sihombing:

Bagaimana cara membedakan antara HIL dan HIM dilihat dari pemeriksaan fisik?

dr. Maria Christina Suhadi:

Pada inspeksi

Pasien saat berdiri dan tegang, pada HIM terlihat simetris dan tonjolan akan menghilang pada saat pasien berbaring, sedangkan pada HIL akan terlihat tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah menghilang pada saat berbaring.

Pada palpasi

Jika pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada sisi jari maka itu HIM. Jika terasa pada ujung jari maka itu HIL.

2. dr. Samuel:

Apakah pada pasien ini bisa hanya diberikan terapi konservatif saja?

dr. Maria Christina Suhadi:

Terapi konservatif hanya bertujuan untuk mereposisi sementara hernia dan dekompresi pada saat terjadi inkarserasi sementara, pada akhirnya harus dilakukan prosedur pembedahan untuk menghilangkan kausanya.

3. dr. Bernike Yuriksa:

Sebetulnya apakah perlu diberikan antibiotic pre operasi hernia?

dr. Maria Christina Suhadi:

Sebetulnya tidak perlu, karena operasi hernia merupakan operasi bersih.

4. dr. Ferdinan Bastian Sirait:

Apabila ada 2 kasus hernia, yang satu

dr. Maria Christina Suhadi:

Page 37: 4. Portofolio Kasus Bedah (Belum Beres)

Berkas Portofolio Kasus Bedah

stadiumnya incarserata dan yang satu sudah masuk stadium strangulata, mana yang harus didahulukan untuk operasi cito?

Hernia yang incarserata karena pada stadium ini baru pasase ususnya yang terganggu, aliran pembuluh darahnya masih baik, usus yang menjadi isi hernia masih vital (merupakan keadaan darurat), sedangkan pada strangulata sudah ada gangguan aliran pembuluh darah kemungkinan organ yang menjadi isi hernia sudah tidak vital lagi.