249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

42
SKENARIO 3 BERCAK MERAH & GATAL DI SELANGKANGAN Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan bercak merah & gatal terutama bila berkeringat di selangkangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan beruntus dan kulit yang menebal berwarna gelap. Kelainan ini hilang timbul selama 6 bulan, hilang apabila diobati dan timbul saat menstruasi atau menggunakan celana berlapis. Riwayat keputihan disangkal. Kelainan di rasakan setelah berat badan bertambah. Pada pemeriksaan generalis : dalam batas normal. Pada pemeriksaan dermatologis : regioner, bilateral pada ke -2 sisi medial paha atas tampak lesi multiple, berbatas tegas, bentuk beraturan, ukuran bervariasi dari diameter 0,003 cm sp 0,1 cm, kering, permukaan halus dengan eflorosensi berupa plak eritem, sebagian likhenifikasi yang hiperpigmentasi, pada bagian tengah tampak central healing dengan ditutupi skuama halus. Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta untuk control rutin dan menjaga serta memelihara kesehatan kulit sesuai tuntunan ajaran islam. 1

description

gf

Transcript of 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Page 1: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

SKENARIO 3

BERCAK MERAH & GATAL DI SELANGKANGAN

Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan bercak merah & gatal terutama bila berkeringat di selangkangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan beruntus dan kulit yang menebal berwarna gelap. Kelainan ini hilang timbul selama 6 bulan, hilang apabila diobati dan timbul saat menstruasi atau menggunakan celana berlapis. Riwayat keputihan disangkal. Kelainan di rasakan setelah berat badan bertambah. Pada pemeriksaan generalis : dalam batas normal.

Pada pemeriksaan dermatologis : regioner, bilateral pada ke -2 sisi medial paha atas tampak lesi multiple, berbatas tegas, bentuk beraturan, ukuran bervariasi dari diameter 0,003 cm sp 0,1 cm, kering, permukaan halus dengan eflorosensi berupa plak eritem, sebagian likhenifikasi yang hiperpigmentasi, pada bagian tengah tampak central healing dengan ditutupi skuama halus.

Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta untuk control rutin dan menjaga serta memelihara kesehatan kulit sesuai tuntunan ajaran islam.

KATA – KATA SULIT

Likhenifikasi : Daerah kulit dengan garis garis nyata disertai dengan penebalan kulit,

akibat garukan dan gosokan

Eflouresensi : Kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata telanjang

1

Page 2: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Eritem : Kemerahan pada kulit, akibat perubahan pembuluh darah kulit yang

reversible

Central healing : Kelainan kulit dengan keadaan tengah bersih dan pingggiran aktif,

bernilai positif jika terinfeksi jamur

Skuama : Lapisan tanduk dari epidermis mati, yang menumpuk pada kulit, yang

dapat berkembang sebagai akibat perubahan inflamasi

Plak : Lesi dengan pininggian yang permukaan datar dibanding kulit normal di

bawahnya

Hiperpigmentasi : Penimbunan pigmen berlebih yang membuat kulit tampak lebih hitam

Lesi multiple : Lesi dengan berbagai bentuk dan ukuran

PERTANYAAN

1.Apa yang menyebabkan kulit bruntus?

2.Mengapa kelainannya hilang timbul?

3.Apakah hubungan kenaikan berat badan dengan gejala yang timbul?

4.Kenapa gatal terutam pada saat berkeringat?

5.Bagaimana cara menjaga kulit menurut islam?

6.Kenapa gejala timbul saat sedang menstruasi?

7.Apa diagnosis dari kasus pada scenario?

8.Mengapa gatal terjadi pada lipatan paha?

9.Apakah hubungan dengan pemakaian celana yang berlapis?

10.Apa terapi yang diberikan dokter, dan kenapa harus control secara rutin?

11.Kenapa bisa timbul hiperpigmentasi?

12.Menandakan apakah adanya central healing

JAWABAN

1,3,4,11. Karena orang gemuk lebih mudah untuk berkeringat, keringatnya menyebabkan lembap dan jamur mudah untuk berkembangbiak. Serta keringat juga dapat menyebabkan adanya beruntus, karena beruntus gatal digaruk dan menyebabkan iritasi (kemerahan)

2. Karena kemungkinan gejala dirasakan terutama saat menstruasi yang pada saat itu terjadi perubahan hormonal dan berpengaruh kepada kulit

5. Dengan menjaga hygene yang baik

2

Page 3: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

6,8,9. Menstruasi dengan pemakaian celana berlapis dapat menyebabkan mudah lembap, dengan begitu jamur akan lebih mudah untuk berkembangbiak, menimbulkan rasa gatal dengan digaruk akan menyebabkan iritasi. Serta pada saat menstruasi terjadi perubahan hormonal yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi

7. Dermatofitosis

10. Anti jamur. Karena gejala yang dirasakan hilang timbul maka diperlukan control secara rutin untuk memantau atas terapi yang diberikan dokter

12. Infeksi yang disebabkan oleh jamur

HIPOTESIS

Perempuan yang sedang menstruasi akan terjadi perubahan hormonal yang dapat memperngaruhi kulit, dan lebih mudah juga untuk berkeringat. Lebih mudah berkeringat juga dapat disebabkan oleh orang gemuk atau pada yang mengalami peningkatan berat badan. Factor pemakaian celana berlapis juga memicu untuk berkeringat. Dari keringat yang berlebih tersebut akan membuat lembap dan jamur akan mudah untuk berkembang biak, jamur tersebut pada kulit dapat menyebabkan beruntus menimbulkan gatal, apabila digaruk akan timbul kemerahan. Apabila kondisi ini berlangsung lama akan menyebabkan hiperpigmentasi, hiperpigmentasi sendiri juga dapat disebabkan pada saat menstruasi yang dapat mengakibatkan perubahan hormonal. Tanda tanda kelainan kulit seperti ini merupakan infeksi penyakit kulit karena jamur.

SASARAN BELAJAR

1. Mampu memahami dan menjelaskan Anatomi kulit2. Mampu memahami dan menjelaskan Fisiologi kulit3. Mampu memahami dan menjelaskan Dermatomycosis

3.1. Definisi3.2. Etiologi3.3. Klasifikasi

4. Mampu memahami dan menjelaskan Dermatofitosis4.1. Definisi4.2. Epidemiologi4.3. Klasifikasi4.4. Etiologi4.5. Patofisiologi4.6. Manifestasi klinis4.7. Diagnosis dan diagnosis banding4.8. Tata laksana

3

Page 4: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

4.9. Prognosis4.10. Komplikasi4.11. Pencegahan

5. Mampu memahami dan menjelaskan menajaga kulit menurut pandangan Islam dan menutup au

4

Page 5: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

1. Mampu memahami dan menjelaskan Anatomi kulit

Adapun ciri-ciri kulit adalah:

Pembungkus yang elastis yang melindungi kulit dari pengaruh lingkungan.

Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan.

Luas : 1,50 – 1,75 m.

Tebal rata – rata : 1,22mm.

Daerah yang paling tebal (66 mm), pada telapak tangan dan telapak kaki dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis.

Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:

5

Page 6: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

1) Epidermis

Terbagi atas 5 lapisan:

keterangan:

A = Melanocyt

B = Langerhans cell

C = Merkels cell

D = Nervända

1 = Stratum corneum

2 = Stratum granulosum

3 = Stratum spinosum

4 = Stratum basale

5 = Basal membran

a. Stratum korneum/Lapisan tanduk

Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti

Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)

6

Page 7: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

b. Stratum Lusidum

Lapisan sel gepeng tanpa inti

protoplasma berubah menjadi protein (eleidin)

Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan

Tidak tampak pada kulit tipis

c. Stratum granulosum / Lapisan Granular

Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng

Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat inti diantaranya

Mukosa tidak mempunyai lapisan ini

d. Stratum spinosum / lapisan Malphigi

Lapisan epidermis yang paling tebal

Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena ada proses mitosis

Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak ditengah

Terdapat jembatan antarsel (intecelluler bridges) yg tdd: protoplasma dan tonofibril

Perlekatan antar jembatan membentuk nodulus Bizzozero

Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon – respon antigen kutaneus. Seperti ditunjukan dibawah

e. Stratum basale

Terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis

Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade

Lapisan terbawah dari epidermis

Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif

Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin melindungi kulit dari sinar matahari. Dengan sitoplasma yang basofilik dan inti gelap, mengandung butir pigmen (melanosomes)

7

Page 8: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:

Mengusir mikroorganisme patogen

Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh

Unsur utam yang mengerskan rambut dan kuku.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.

2) Dermis (korium)

Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:

a. Pars papilare

o Bagian yang menonjol ke epidermis

o Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah

b. Pars retikulare

o Bagian yang menonjol ke subkutan

o Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblas)

o Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak p. darah, limfe, akar rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.

3) Jaringan Subkutan atau Hipodermis / Subcutis

Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.

a. Sel lemak

8

Page 9: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

o Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa

o Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan

o Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas. Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi

b. Vaskularisasi

Dikulit diatur oleh 2 pleksus:

o Pleksus superfisialis

o Pleksus profunda

Adneksa Kulit

1) Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit

a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

Terdapat di lapisan dermis. Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:

- Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit

Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh.

Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik. Pengeluaran keringat pada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll

- Kelenjar Apokrin

Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folkel rambut

Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar dan berkurang pada sklus haid

Kelenjar Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri menghasilkan bau khas pada aksila

Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan serumen (wax)

2) Kelenjar Sebasea

Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.

Turunan Kulit

Rambut

Rambut merupakann bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh folikel rambut yang merupakan pertumbuhan epitel permukaan kedalam lapisan dermis dibawahnya. Pertumbuhan rambut berlangsung dalam bagian pangkal folikel yang menggelembung dan disebut bulbus pili, yang terdiri atas sel-sel epitelial yang aktif

9

Page 10: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

membelah dan mengitari suatu papila jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah, dan saraf yang penting bagi kelangsungan hidup folikel rambut. Papila dermis dalam bulbus pili ini disebut papila pili. Batang rambut dibentuk oleh sel folikel yang paling dalam yang membatasi papila yang disebut sel matriks. Sel-sel folikel rambut merupakan lanjutan dari startum basal dan spinosum epidermis kulit. Pada permulaan perkembangan semua sel pada folikel aktif bermitosis akan tetapi seltelah folikel terdiferensiassi sempurna hanya tinggal sel-sel matriks yang aktif bermitosis dan menghasilkan berbagai bagian rambut yaitu, medula, korteks, dan kutikula rambut. Pigmen melanin ditemukan terjepit diantara dan di dalam sel tersebut sehingga mewarnai rambut. M. arector pili melekat ke sarung folikel dan berinsersi di daerah papila dermis pada epidermis. Kontraksi ini menyebabkan rambut menegak dan menarik ke dalam daerah tempat insersinya pada papila sehingga terjadi keadaan yang tampak pada kulit yang merinding. Muskulus arektor pili dipersarafi oleh sistem saraf simpatis dan penegakan rambut terjadi apabila kedinginan atau ketakutan.

Kuku

Kuku berasal dari sel yang sama pada epidermis, mempunyai matriks yang aktif bermitosis menghasilkan dasar kuku, yang merupakan lanjutan stratum germinatif kulit. Bagian pangkal kuku diliputi suatu lipatan kulit yang disebut eponikium atau kutikula. Lempeng kuku tumbuh dari dasar kuku sebagai suatu lempeng zat tanduk.Dasar kuku merupakan lanjutan stratum germinatif, terdiri atas sel-sel basal di atas membran basal dan dua atau tiga lapisan spinosum. Di bagian proksimal kuku terdapat daerah putih yang berbentuk bulan , disebut lunula. Stratum korneum yang mengeras di bawah ujung bebas kuku disebut hiponikium.Pertumbuhan kuku bersifat kontinu dan bisa digunakan sebagai indikator kesehatan seseorang seperti, adanya lekukan dan kekeruhan sering ditemukan pada infeksi kuku.Kuku yang tipis, mudah sobek, konkaf atau kuku sendok, menandakan adanya penyakit seperti anemia kronik, sifilis dan demam rematik. Kuku yang kering dan rapuh menunjukan defisiensi vitamin atau keadaan hipotiroid.

2. Mampu memahami dan menjelaskan Fisiologi kulit

Kulit berfungsi untuk :

1.Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, gangguan kimiawi, gangguan bersifat panas, serta gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.

Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 – 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.

2.Absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi tersebut dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.

3.Eksresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme berupa NaCl. Urea, asam urat, dan ammonia. Sebum yang dihasilkan berfungsi untuk melindungi kulit karena selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.

4.Persepsi

10

Page 11: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Rangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.

Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis.

Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis.

Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.

5.Pengaturan suhu tubuh

Termoregulasi kulit dilakukan dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.

6.Pembentukan pigmen

Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrite, sedangkan pada dermis melalui sel melanofag. Warna kulit juga dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.

7.Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilangdan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari dan member perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

8.Pembentukan vitamin D

Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.

9.Fungsi Ekspresi Emosi

Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk menentukan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas.Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.

3. Mampu memahami dan menjelaskan Dermatomycosis

3.1 Definisi

Penyakit pada kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur atau mikosis dibagi menjadi : mikosis profunda dan mikosis superfisialis.

3.2 Etiologi

Menurut Petrus 2005 & Utama 2004 faktor yang mempengaruhi adalah udara yang lembab, lingkungan yang padat, sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber penularan disekitarnya, obesitas, penyakit sistemik, penggunaan obat antibiotik, steroid, sitostatika yang tidak terkendali.

11

Page 12: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

3.3 Klasifikas

A.Mikosis profunda

Mikosis profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan jamur, dengan gejala klinis tertetentu yang menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan saraf sentral, otot, tulang, susunan kardiovaskular. Kelainan kulit pada mikosis profunda dapat berupa afek primer, maupun akibat proses dari jaringan di bawahnya (per kontinuitatum).

Dikenal beberapa penyakit jamur profunda yang klinis dan manifestasinya berbeda satu dengan yang lain. CONANT dkk. (1977) misalnya mencantumkan dalam bukunya Manual of Clinical Mycology berbagai penyakit, yaitu :

1. Aktinomikosis

2. Nokardiosis

3. Antinomikosis misetoma

4. Blastomikosis

5. Parakoksidiodomikosis

6. Lobomikosis

7. Koksidiodomikosis

8. Histoplasmosis

9. Histoplasmosis Afrika

10. Kriptokokosis

11. Kandidiosis

12. Geotrikosis

13. Aspergillosis

14. Fikomikosis

15. Sporotrikosis

16. Maduromikosis

17. Rinosporidiosis

18. Kromoblastomikosis

19. Infeksi yang disebabkan jamur Dematiceae ( berpigmen coklat)

12

Page 13: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Diantara 19 macam penyakit jamur profunda yang disebutkan di atsa aktinomikosis menurut RIPPON (1974) sudah bukan penyakit jamur asli. Ia cenderung memasukkan Actinomyces dan Nocardia atau bacteria-like fungi ini di dalam golongan bakteri, walaupun masih mempunyai sifat – sifat jamur , yaitu branching di dalam jaringan, membentuk anyaman luas benang jamur pada jaringan maupun pada media biakan, dan menyebabkan penyakit kronik. Namun Actinomyces dan Nocardia mempunyai sifat khas bakteri , yaitu adanya asam muramik pada dinding sel, tidak mempunyai inti sel yang karakteristik, tidak mempunyai mitokondria, besar mikoorganisme khas untuk bakteri, dan dapat dihambat oleh obat – obatan anti bacterial.

Mikosis profunda biasanya dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif. Manifestasi klinik morfologik dapat ebrupa tumor, infiltasi peradangan vegetatif, fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan. Mengingat banyaknya penyakit yang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, misalnya tuberculosis, lepra, sifilis, frambusia, keganasan, sarcoidosis, dan pioderma kronik, maka pemeriksaan tambahan untuk verifikasi sangat diperlukan.

Pemeriksaan tersebut adalah sediaan langsung dengan KOH, biakan jamur, pemeriksaan histopatologik dan pemeriksaan imunologik termasuk tes kulit, maupun serologic dan pemeriksaan imunologik yang lain. Pemeriksaan tambahan ini diperlukan untuk memastikan atau menyingkirkan mikosis profunda dan penyakit yang disebut sebagai diagnosis banding. Sebagai contoh, pemeriksaan lapangan gelap, histopatologik, dan pemeriksaan tes serologic untuk sifilis yang spesifik, maupun yang non spesifik. Demikian pula pemeriksaan pemeriksaan khusus untuk penyakit tertentu.

MISETOMA

Definisi:

Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif granulomatosa yang dapat disebabkan Actinomyces, Nocardia , dan Eumycetes atau jamur berpigmen.

Etiologi :

Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma

Botryomycosis yang disebabkan oleh bakteri

Madurromycosis yang disebabkan oleh jamur berfilamen

Gejala klinis :

Pembengkakan

Abses

Sinus, didalamnya ditemukan butir-butir (granula) yang berpigmen kemudian dikeluarkan melalui eksudat

Fistel multiple

Gejala klinis biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan ahrus disertai butir-butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan sampai ke bagian dalam dan dapat menyerang subkutis, fasia, otot dan tulang. Sering terbentuk fistel, yang mengeluarkan eksudat. Butir – butir sering bersama – sama eksudat mengalir ke luar dari jaringan.

Diagnosis:

13

Page 14: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan uraian diatas. Namun bila disokong dengan gambaran histologic dan hasil biakan, diagnosis akan lebih mantap. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting untuk terapi dan prognosis

Tatalaksana:

Pengobatan misetoma biasanya harus disertai radikal, bahkan amputasu kadang –kadang perlu dipertimbangkan. Obat – obat , misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat , bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama ( 9bulan-1tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat – obat baru antifungal , misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.

Prognosis:

Quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo ad sanationam tidak begitu baik bila dibandingkan dengan aktinomikosis/botriomikosis. Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi pada alat – alat dalam merupakan kecualian

SPOROTRIKOSIS

Infeksi koronis yang disebabkan Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis di atas nodus sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Penyakit jamur ini mempunyai insidens yang cukup tinggi pada daerah tertentu, dan ditemukan pada pekerja hutan maupun petani (HUTAPEA,1978;SIREGAR dan THAHA 1978)

Bila tidak terjadi diseminasi melalui saluran getah bening diagnosis agak sukar dibuat. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan terutama pada mencit atau tikus, dan pemeriksaan histopatologik. Pernah dilaporkan sekali-sekali selain bentuk kulit yang khas, beberapa bentuk di paru dan alat dalam lain. Pada kasus-kasus ini rupanya terjadi infeksi melalui inhalasi.

Pengobatan yang memuaskan biasanya dicapai dengan pemberian larutan kalium yodida jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atau itrakonazol dapat diberikan.

KROMOMIKOSIS

Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-lahan, sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbahan ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka, telinga, leher, dada, dan bokong. Penyakit ini kadang-kadang dilihat di Indonesia. Sumber penyakit biasanya dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.

Penyakit tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum pernah dilaporkan terjadi pada binatang. Diseminasi dapat terjadi melalui autoinokulasi, ada juga kemungkinan penyebaran melalui darah dengan terserangnya susunan saraf sentral pernah dilaporkan. Walaupun penyakit jamur ini biasanya terbatas pada kulit, bila lesinya luas dapat mengganggu kegiatan penderita sehari-hari.

Pengobatannya sulit. Terapi sinar x pernah dilakukan dengan hasil yang berbeda-beda. Kadang-kadang diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi lesi mikotik disusul dengan skin graft memberi hasil yang memuaskan. Obat-obatan biasanya memberikan hasil yang kurang memuaskan dan harus diberikan dalam waktu yang lama.

Pada akhir-akhir ini hasil pengobatan yang memuaskan dicapai dengan kombinasi amfoteresin B dan 5-fluorositosin. Demikian pula pengobatan dengan kantong-kantong panas di JEpang. Prognosis, seperti diuraikan oada hasil terapi di atas. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan baru pada penyakit ini, terutama bila penyebabnya adalah Cladosporium carrionii.

14

Page 15: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

ZIGOMIKOSIS, FIKOMIKOSIS, MUKORMIKOSIS

Penyakit jamur ini terdiri atas pelbagai infeksi jamur dan disebabkan oleh bermcam-macam jamur pula yang taksonomi dan peranannya masih didiskusikan, oleh karena itu di dalam buku-buku baru diberikan nama umum, yaitu zigomikosis

Zygomycetes meliputi banyak genera, yaitu Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella dan Cunning-hamella. Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur ini dapat disebut sesuai dengan lokalisasi atau alat dalam yang terserang. Contohnya rinozigomikosis, otozigomikosis, zigomikosis subkutan, zigomikosis fasiale, atau zigomikosis generalisata. Golongan penyakit jamur ini dapat dinamakan juga sesuai dengan jamur penyebabnya, misalnya mukomikosis dan sebagainya.

Oleh karena penyakit ini disebabkan jamur yang pada dasarnya oportunistik, maka pada orang sehat jarang ditemukan. Diabetes mellitus, misalnya merupakan factor predisposisi. Demikian pula penyakit primer berat yang lain.

Fikomikosis subkutan adalah salah satu bentuk penyakit golongan ini yang kadang-kadang dilihat di bagian kulit dan kelamin. Penyakit ini untuk pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1956. Setelah itu banyak kasus dilaporkan di Indonesia, Afrika, dan India. Kelainan timbul di jaringan subkutan Antara lain di dada, perut, atau lengan atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan membesar setelah sekian waktu. Nodus tersebut konsistensinya keras dan kadang-kadang dapat terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening regional.

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik dan biakan. Jamur agak khas, hifa lebar 6-50 miu, seperti pita, tidak bersepta dan coenocytic.

Sebagai terapu fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jernih kalium yodida. Mulai dari 10-15 tetes 3 kali seharu dan perlahan-lahan dinaikan sampai terlihat gejala intoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1-2 tetes dan dipertahankan terus sampai tumor menghilang. Itrakonazo; berhasil mengatasi fikomikosis subkutan dengan baik. Dosis yang diberikan sebanyak 200mg sehari selama 2-3 bulan. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik

B.Mikosis superfisialis

Terbagi menjadi :

1. Dermatofitosis

2. Non-dermatofitosis, terdiri atas pelbagai penyakit:

- Pitriasis versikolor

- Piedra hitam

- Piedra putih

- Tinea nigra palmaris

- Otomikosis

- Keratomikosis

4. Mampu memahami dan menjelaskan Dermatofitosis

4.1. Definisi

15

Page 16: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga epidermomycosis dan epidermophytosis. 4

Jamur dermatofit dinamai sesuai dengan genusnya (mycrosporum, trichophyton, dan epidermophyton) dan spesiesnya misalnya, microsporum canis, t. rubrum). Beberapanya hanya menyerang manusia (antropofilik), dan yang lainya terutama menyerang hewan (zoofilik), walau kadang bisa menyerang manusia. Apabila jamur hewan menimbulkan lesi dikulit pada manusia, keberadaaan jamur tersebut sering menyebabkan suatu reaksi inflamasi yang hebat (misalnya, cattle ringworm).

4.2. Epidemiologi

Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit jamur yang terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93%-27,6%. Meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum.

Dermatomikosis atau mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis. Di Indonesia angka yang tepat, berapa sesungguhnya insiden dermatomikosis belum ada. Di Denpasar, golongan penyakit ini menempati urutan kedua setelah dermatitis. Angka insiden tersebut diperkirakan kurang lebih sama dengan di kota-kota besar Indonesia lainnya. Di daerah pedalaman angka ini mungkin akan meningkat dengan variasi penyakit yang berbeda.

Sebuah penelitian retrospektif yang dilakukan pada penderita dermatomikosis yang dirawat di IRNA Penyakit Kulit Dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun waktu antara 2 Januari 1998 sampai dengan 31 Desember 2002. Dari pengamatan selama 5 tahun didapatkan 19 penderita dermatomikosis. Kasus terbanyak terjadi pada usia antara 15-24 tahun (26,3%), penderita wanita hampir sebanding dengan laki-laki(10:9). Dermatomikosis terbanyak ialah Tinea Kapitis, Aktinomisetoma, Tinea Kruris et Korporis, Kandidiasis Oral, dan Kandidiasis Vulvovaginalis.

Jenis organisme penyebab dermatomikosis yang berhasil dibiakkan pada beberapa rumah sakit tersebut yakni: T.rubrum, T.mentagrophytes, M.canis, M.gypseum, M.tonsurans, E.floccosum, Candida albicans, C.parapsilosis, C.guilliermondii, Penicillium, dan Scopulariopsis. Menurut Rippon tahun 1974 ada 37 spesies dermatofita yang menyebabkan penyakit di dunia.9

Di luar seperti India, berdasarkan penelitian di India yang mengambil sampel sebanyak 121 kasus (98 pria & 23 perempuan), dermatomikosis menempati urutan pertama untuk kasus penyakit kulit, 103 kasus (70,5%), diikuti candidiasis 30 kasus (20,5%) dan pitiriasis versikolor. Di Amerika endemik dermatomikosis di daerah Utara dan barat Venezuela, brasil, dan beberapa kasus di laporkan di Columbia dan argentina. Di Eropa infeksi tinea adalah hal yang umum. Perkiraan insidensi penyakit ini sekitar 10-20%. Di Eropa dermatomikosis merupakan penyakit kulit yang menempati urutan kedua. Penyakit ini disebabkan oleh tinea pedis, tinea corporis, tinea cruris, dan tinea rubrum. Tinea rubrum ditemukan pada 76,2% kasus dermatomikosis melalui pemeriksaan sampel di Eropa.

Onset usia terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan (toddlers) dan anak usia sekolah. Paling sering menyerang anak berusia 6-10 tahun dan juga pada usia dewasa.9

Frekuensi infeksi pada spesies tertentu antara lain:

• Sekitar 58% dermatofita yang terisolasi adalah trichophyton rubrum

• 27% Trichophyton mentagrophytes

• 7% Trichophyton verrucosum

• 3% Trichophyton tonsurans

16

Page 17: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

• Kecil dari 1 % yang terisolasi: Epidermophyton floccosum, Microsporum audouinii, Microsporum canis, Microsporum equinum, Microsporum nanum, Microsporum versicolor, Trichophyton equinum, Trichophyton kanei, Trichophyton raubitschekii, and Trichophyton violaceum.

4.3. Klasifikasi

Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan lokasi:

a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala

b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.

c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.

d. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.

e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.

f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah

g. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5 bentuk tinea diatas.

Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu:

1. Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris dan disebabkan oleh tricophyton concentricum.

2. Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh tricophyton schoenleini: secara klinis antara lain berbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy odor).

3. Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif dari morfologinya.

4. Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topical kuat.

4.4. Etiologi

Berdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi: microsporum, tricopyton, dan epidermophyton. Yang paling terbanyak ditemukan di Indonesia adalah T.rubrum. dermatofita lain adalah: E.floccosum, T.mentagrophytes, M. canis, M. gypseum, T.cocentricum, T.schoeleini dan T. tonsurans.

2.1 Microsporum

Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur. Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:

17

Page 18: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)

Microsporum audouinii Anthropophilic

Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)

Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and rodents)

Microsporum ferrugineum Anthropophilic

Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)

Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)

Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)

Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)

Tabel 2.1 Spesies Microsporum.

Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon.

2.2 Epidermophyton

Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan

2.3 Tricophyton

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.

NATURAL HABITATS OF TRICHOPHYTON SPECIES

Species Natural Reservoir

Ajelloi Geophilic

Concentricum Anthropophilic

Equinum zoophilic (horse)

18

Page 19: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Erinacei zoophilic (hedgehog)

Flavescens geophilic (feathers)

Gloriae Geophilic

Interdigitale Anthropophilic

Megnini Anthropophilic

Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) / anthropophilic

Phaseoliforme Geophilic

Rubrum Anthropophilic

Schoenleinii Anthropophilic

Simii zoophilic (monkey, fowl)

Soudanense Anthropophilic

Terrestre Geophilic

Tonsurans Anthropophilic

Vanbreuseghemii Geophilic

Verrucosum zoophilic (cattle, horse)

Violaceum Anthropophilic

Yaoundei anthropophilic

Tabel 2.2 Spesies Trichophyton.

4.5. Patofisiologi

Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum.

Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini

19

Page 20: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:

a. Faktor virulensi dari dermatofita

Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt paha bagian dalam.

b. Faktor trauma

Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.

c. Faktor suhu dan kelembapan

Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.

d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan

Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik

e. Faktor umur dan jenis kelamin (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)

Infeksi dermatofita melibatkan tiga langkah utama: perlekatan ke keratinosit, penetrasi melalui dan diantara sel, dan perkembangan respon host.

1. Perlekatan.

Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan keratin diantaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan flora normal dan sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak yang diproduksi oleh glandula sebasea juga bersifat fungistatik.

2. Penetrasi.

Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan menembus stratum korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim mucinolitik, yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur kejaringan. Fungal mannan didalam dinding sel dermatofita juga bisa menurunkan kecepatan proliferasi keratinosit. Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai lapisan terdalam dari epidermis.

3. Perkembangan respons host.

20

Page 21: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau Delayed Type Hipersensitivity (DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan dermatofita. Pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya, infeksi primer menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin tes hasilnya negative.infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan pergantian keratinosit.

Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermis dan dipresentasikan dalam limfosit T di nodus limfe. Limfosit T melakukan proliferasi dan bermigrasi ketempat yang terinfeksi untuk menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi inflamasi, dan barier epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan sel-sel yang bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi secara spontan menjadi sembuh

4.6. Manifestasi klinis

Tinea Pedis

Infeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan oleh adanya elemen hifa dari jamur yang mampu menginfeksi kulit. Skala desquamasi kulit bisa terinfeksi di lingkungan selama berbulan-bulan atau tahun. Oleh karena itu transmisi bisa terjadi dengan kontak tidak langsung lama setelah infeksi terjadi.Bahan seperti karpet yang kontak dengan kulit vektor sempurna. Begitu, transmisi dermatophytes suka Trichophyton rubrum, T. interdigitale dan Epidermophyton floccosum yang biasnya pada kaki. infeksi di sini sering kronis dan tidak menimbulkan keluhan selama beberapa tahun dan hanya ketika menyebar kebagian lain, biasanya di kulit.

Tinea unguium (dermatophytic onycomicosis, ringworm of the nail)

Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering menyebabkan tinea unguium. Dermatofita jenis unguium digolongkan menjadi dua bagian utama: (1). Superficial white-onycomycosis yang menempel atau membuat lubang pada permukaan kuku. (2). Invasif, subungual dermatofita yang lateral dari proximal atau pun distal. Diikuti dengan menetapnya infeksi pada dasar kuku. Onycomycosis subungual distal adalah bentuk umum dari onycomycosis dermatofita. Jamur menyerang bagian distal bantalan jari yang menyebabkan hiperkeratosis dari bantalan kuku dengan onycolisis dan menyebabkan penebalan lempeng kuku.

Seperti namanya onycomycosis subungual lateral dimulai dari bagian lateral kuku dan sering menyebar melibatkan semua lempeng kuku. Pada onycomycosis subungual proximal jamur menginvasi kebawah kutikula dan menginfeksi bagian proximal daripada bagian distal karena spot yellow-white akan menyerang lunula terlebih dahulu kemudian meluas ke lempeng kuku.

Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, ringworm of the groin)

Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut ataupun menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat berbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus, dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.

Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah di tengahnya. Fluoresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfik). Bila menahun dapat disertai bercak hitam dan bersisik. Erosi dan keluarnya cairan terjadi akibat garukan. Dan tinea kruris merupakan bentuk klinis tersering di Indonesia.

Dermatofit T rubrum menjadi penyebab yang paling umum untuk tinea cruris. T rubrum menjadi dermatofit yang lazim 90% dari kasus tinea cruris, diikuti T tonsurans ( 6%) dan T mentagrophytes ( 4%). Organisme lain, termasuk E floccosum dan T verrucosum, menyebabkan suatu kondisi klinis yang serupa. Infeksi T rubrum dan

21

Page 22: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

E floccosum lebih cenderung untuk menjadi kronis dan non-inflamatori, sedangkan infeksi oleh T mentagrophytes sering dihubungkan dengan suatu presentasi klinis merah, menyebabkan peradangan akut.

Agen yang pada umumnya menyebabkan tinea kruris antara lain: T. rubrum, T. interdigitale dan E. floccosum.

Tinea kapitis

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Ada tiga bentuk tinea kapitis:

1. Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur dan menyebabkan alopesia setempat. Tempat-tempat terlihat sebagai gray patch, yang pada klinik tidak menunjukan batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan lampu wood terlihat fluoresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit, melampaui batas dari gray patch tersebut. Tinea kapitis disebabkan oleh microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan, hanya sesekali berbentuk kerion.

2. Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Microsporum canis (Mulyono, 1986). Bentuk yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan sebukan radang di sekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap.

3. Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum (Mulyono, 1986). Gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam. Diagnosis banding pada tinea kapitis adalah alopesia areata, dermatitis seboroik dan psoriasis (Siregar, 2005). 13

Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, scherende flechte, kurap, herpes sircine trichophytique)

Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous skin).

1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atu lonjong, berbatas tegas terdiri dari eritema, squama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul ditepi. Daerah tengah biasanya tenang. Kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Dapat terlihat sebagai lesi dengan tepi polisiklik, karena beberapa lesi kulit menjadi satu.

2. Tinea korporis yang menahun tanda radang yang mendadak biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalalm hal ini disebut tinea korporis et kruris atau sebaliknya tinea kruris et korporis. Bentuk menahun dari trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.

3. Bentuk khas dari tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata dimulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran berskuama yang kosentris.

Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa atau favus. Penyakit ini biasanya dimulai dikepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi

22

Page 23: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta tersebut biasanya tembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung merah dan membasah. Rambut tidak berkilat lagi dan terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini meluas keseluruh kepala dan meninggalkan parut dan botak. Berlainan dengan tinea korporis yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada usia akil balik. Biasanya tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Tiga spesies dermatofita yang menyebabkan favus, yaitu trichophyton schoenleini, trichophyton violaceum, dan microsporum gypseum. Berat ringan bentuk klinis yang tampak tidak bergantung pada spesies jamur penyebab, akan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur, dan ketahanan penderita penderita.

4.7. Diagnosis dan diagnosis banding

1. Pemeriksaan Lampu Wood

Prinsip:

- Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab, sehingga menimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran warna tertentu.

Alat : Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya

Cara :

- Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin.

- Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan terlebih dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu.

- Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar perbedaan warna lebih kontras.

- Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ± 10-15 cm

- Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling besar/jelas.

Interpretasi

Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M. ferrugineum dan M. gypseum) : hijau terang.

Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange – tembaga, kuning keemasan, atau putih kebiruan (metabolit koproporfirin).

Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ) : biru suram / hijau suram (akibat metabolit pteridin)

Eritrasma (Corynebacterium minutissimum) : merah koral (metabolit porfirin).

Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein).

Hasil positif palsu :

- salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga

- tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning.

23

Page 24: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

2. Pemeriksaan KOH

Cara pengambilan spesimen :

a) Kulit tidak berambut :

Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke bagian tengah dengan pisau tumpul steril

Menggunakan larutan KOH 10%

b) Kulit yang berambut :

Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset

Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik kulitnya

Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk kulit.

c) Kuku

Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan daerah hiperkeratotik dan penebalan dasar kuku di bagian proksimal kutikula atau lipatan kuku proksimal

Gunakan larutan KOH 40%

Teknik pemeriksaan preparat KOH :

- Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek bersih.

- Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa.

- Tutup dengan kaca penutup.

- Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapa kali, tetapi jangan sampai mendidih (biasanya 2-4 kali).

- Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisis menipis dan rata.

- Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran 10 kali lalu dikonfirmasi dengan pembesaran 40 kali.

- Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembali sehingga visualisasi menjadi lebih baik

Interpretasi

- Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan artrospora

- Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita :

Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks)

Jamur di dalam batang rambut (endotriks)

24

Page 25: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

- Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memiliki indeks bias berbeda dengan sekitarnya, pada jarak tertentu dipisahkan oleh sekat dan dijumpai butir – butir bersambung seperti rantai (artrospora).

- Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok dengan miselium kasar dan terputus-putus/ pendek-pendek (sphaghetti and meatballs)

- Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat, blastospora (sel ragi bertunas) dan pseudohifa.

Tinea capitis

Ciri-ciri case:

Botak/allopecia (rambut mudah patah)

Rambut kusam, rapuh, tidak mengkilat

Kulit bersisik abu-abu (gray patch type)

Papul yang eritem

Ada faktor resiko (kontak dengan teman, hewan, dll)

Diagnosis Banding

Gejala Tinea capitis Allopecia Areata Trikotilomania Dermatitis Seboroik

Allopecia +

(pd kepala)

+

(Pd kepala, alis, janggut)

+ +

Batas Tegas, eromatous Tegas, bulat/lonjong

Tidak tegas Tegas, tidak erimatous

Rambut Kusam, mudah patah

patah putus tidak tepat pd kulit kepala

Tidak patah

Skuama + - - Berminyak dan kekuningan

Nyeri -/+ - - -

Gatal + - - -

Papul eritem + - - eritema

1. Allopecia Areata kebotakan rambut yang penyebabnya belum diketahui. Dengan gejala adanya bercak kerontokan/kebotakan rambut pada daerah kulit kepala, alis, janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong, tapi tidak ada sisik/skuama.

25

Page 26: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

2. Trikotilomania kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik rambut sendiri sehingga terjadi kebotakan rambut. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor psikis.

3. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.

Diagnosis Kerja

Tinea Capitis kelainan pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh dermatofita.

Etiologi biasanya disebabkan oleh dermatofita jenis Microsporum dan Trichophyton

Epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak umur 3-14 tahun, dan perempuan lebih banyak menderita penyakit ini.

Faktor resiko:

- Kebersihan/higienis tubuh kurang

- Daerah padat penduduk

- Malnutrisi dan sistem imun menurun

- Penularan, melalui ; kontak langsung dengan penderita, dan kontak tak langsung (melalui sisir, kursi bioskop, bantal).

Ada 3 bentuk Tinea Capitis berdasarkan manifestasi klinisnya, yaitu:

1. Bentuk Gray patch :

- inflamasi ringan /minimal

- kulit kepala bersisik, rambut mudah putus, warna rambut menjadi abu-abu, mudah dicabut dari akarnya, kemudian terjadi alopesia.

- Kadang terdapat keluhan adanya papul merah dan gatal

- Biasa disebabkan oleh Microsporum audouinii dan Microsporum canis, yang bersifat antropofilik ektotrik.

2. Bentuk Black Dot ringworm :

- tampak alopesia dengan titik-titik hitam di tengahnya, yang terdiri dari batang rambut yang patah tepat pada permukaan kulit atau di bawah permukaan kulit kepala.

- Biasa disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trychophyton violaceu, bersifat antropofilik endotrik

3. Bentuk Kerion Selsi :

- Dimulai dengan ruam eritematosa, skuama, papul, disertai rambut yang putus, dapat disertai peradangan akut berupa indurasi yang mengeluarkan pus, keadaan ini disebut sebagai kerion selsi.

- Reaksi peradangan berat, dam pada penyembuhan akan menimbulkan jaringan parut serta alopecia yang permanen.

26

Page 27: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

- Biasa disebabkan oleh Microsporum canis dan Microsporum cani, bersifat zoofili atau geofilik.

Tinea Kruris

Ciri-ciri kasus:

- Gatal, dan sensari terbakar pada daerah inguinal, lipatan paha, anus, bawah perut.

Diagnosis Banding

1. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.

2. Erythrasma batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, pada fluoresensi berwarna merah bata yang khas dengan sinar Wood.

3. Candidiasis lesi relativ lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit

4. Psoriasis skuama lebih tebal dan berlapis-lapis

Diagnosis Kerja

Tinea Cruris: inflamasi yang disebabkan jamur dermatofita pada superfisial terutama di daerah inguinal, gluteal, dan suprapubik.

Etiologi T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum

Epidemiologi:

- Pada 10-20% pasien dermatofita

- Laki:perempuan = 3:1

- Lebih sering pada dewasa dan pada daerah yang lembab

Faktor Resiko:

- Orang yang gemuk dan atlet yang banyak berkeringat

- Kontak langsung atau tak lanfsung melalui pakaian

- Orang-orang yang berpakaian ketat

- Riwayat DM atau HIV/AIDS

Manifestasi klinis

- Lesi pada genitokrural saja, atau meluas ke anus, gluteal, atau perut bagian bawah

- Gatal dan rasa terbakar pada lesi

- Biasanya kulit berwarna lebih terang

- Lesi berbatas tegas dan inflamasi pada bagian tepi lebih nyata

27

Page 28: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

- Jika lesi menahun, tampak bercak hitam disertai sisik

- Erosi dan cairan bisa keluar akibat garukan

Tinea Manum

Ciri-ciri case:

- Telapak tangan gatal

- Kulit telapak serta jari mengelupas dan ada lesi putih di sela-sela jari

Diagnosis Banding

1. Psoriasis :

Bercak-bercak eritema berbatas tegas Skuama kasar berlapis-lapis Gatal

2. Keratoderma palmaris

Pembentukan keratin yang berlebihan pada telapak tangan

3. Dermatitis

Batasnya tidak tegas Bagian tepi tidak lebih aktif dari bagian tengah Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari kaki dan tangan

Diagnosis Kerja

Tinea Manus

Merupakan dermatofitosis pada daerah palmar dan interdigital di tangan.

Etiologi

Penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes, dan Epidermophyton floccosum.

Epidemiologi:

o Merupakan dermatofitosis terbanyak di dunia

o Ditularkan melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi, dari tanah atau melalui autoinokulasi.

o Hampir selalu bersamaan dengan tinea pedis/unguinum

Faktor resiko:

o Menderita dermatofitosis jenis lainnya seperti tinea pedis

o Higienitas kurang terjaga

28

Page 29: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

o Sanitasi lingkungan yang buruk

o Imunitas yang menurun

Manifestasi Klinis

o Gatal (++)

o Telapak tangan yang hiperkeratotik kalau sudah kronik

o Kulit kering

o Skuama (+)

o Biasanya unilateral

o Inflamasi berupa vesikel atau bullae yang jarang ditemukan

o Bisa dikatakan tinea pedis yang bermanifestasi klinis di tangan

4.8. Tata laksana

Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal. walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik. Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik antijamur dimulai.

Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalah

Infeksi Rekomendasi Alternatif

Tinea unguium (Onychomycosis)

Terbinafine 250 mg/hr 6 minggu untuk kuku jari tangan, 12 minggu untuk kuku jari kaki

Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400 mg/hr seminggu per bulan selama 3-4 bulan berturut-turut. Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)

Tinea capitis Griseofulvin 500mg/day(≥ 10mg/kgBB/hari)sampai sembuh (6-8 minggu)

Terbinafine 250 mg/hr/4 mggItraconazole 100 mg/hr/4mgg Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg

Tinea corporis Griseofulvin 500 mg/hr sampai sembuh (4-6 minggu), sering dikombinasikan dengan imidazol.

Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 minggu Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300 mg/mggu selama 4 mgg.

Tinea cruris Griseofulvin 500 mg/hr sampai sembuh (4-6 minggu)

Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200 mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4 mgg.

Tinea pedis Griseofulvin 500mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg Itraconazole 100

29

Page 30: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

sampai sembuh (4-6 minggu)

mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300 mg/mgg selama 4 mgg.

Chronic and/orwidespreadnon-responsivetinea.

Terbinafine 250 mg/hr selama 4-6 minggu

Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6 mgg. Griseofulvin 500-1000 mg/hr sampai sembuh (3-6 bulan).

Tabel 2.3 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit

Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari selama dua minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2 minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung berat badan.

Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.

Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.

Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol sebagai terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.

Pengobatan topical yang diberikan adalah :a. Obat antifungal Topikal

Imidazol:o Miconazol : 1-2x /hari, selama 2-3 minggu

Sediaan : krim 2%, bedak kocok ataupun bedako Klotrimazol : 2x /hari, selama 4 minggu

Sediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocoko Ketokonazol : 2-4x /hari, selama 2-4 minggu

Sediaan: krim 1% Allilamin

o Nafritin : 4x /hari selama 4 mingguSediaan : krim, gel, atau solusio 1%

o Terbinatin : 4x /hari selama 1-4 mingguCatatan : 1.Obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris2.Untuk tinea capitisRehabilitasi : shampoo Selenium menurunkan penyebaran spora dan hifa

4.9. Prognosis

DUBIA AD BONAM, bila penatalaksaan dilakukan dengan rutin dan tepat maka dermatofitosis dapat sembuh total.

4.10. Komplikasi

30

Page 31: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit Allopecia permanen &kerion (tinea capitis) Onychomycosis (tinea manus/pedis)

4.11. Pencegahan

Tinea capitis

Jaga kebersihan diri, terutama terhadap lembab Jaga imun tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan hidup sehat Hindari kontak dengan pernderita/hewan piaraan.

Tinea Cruris

Menjaga berat badan ideal Mengeringkan badan setelah mandi Hindari memakai pakaian yang terlalu ketat Bedak antijamur untuk mengurangi resiko berulang

Tinea Manus

Menjaga kebersihan tangan dan kaki dengan sering mencucinya Menjaga kaki agar tetap kering, dan tidak lembab

5.Mampu memahami dan menjelaskan menajaga kulit menurut pandangan Islam

dan menutup aurat

Menjaga kulit dari sinar Matahari – Matahari memiliki peran utama dalam merusak kulit. Anda perlu melindungi kulit dari matahari guna mencegah penuaan pada kulit. Matahari sangat berpengaruh dalam membuat kulit berkerut, kering, dan membuat warna kulit berubah; Penjarangan kulit, tekstur kulit, penipisan kulit serta penyakit kulit yang berhubungan dengan paparan sinar matahari.

Perintah menutup aurat

Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala dalam istilah fiiah aurat diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan.

Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-ahzab ayat 33“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

Manfaat menutup aurat:

1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)

“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita

31

Page 32: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

2. Terhindar dari pelecehan

Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,

“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari)

Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada lelaki adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.

1. Aurat Ketika SembahyangAurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.

2. Aurat Ketika SendirianAurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan lutut. Ini bererti bahagian tubuh yang tidak boleh dilihat antara pusat dan lutut.

3. Aurat Ketika Bersama MahramPada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah antara pusat dan lutut. Walau pun begitu wanita dituntut agar menutup mana-mana bahagian tubuh badan yang boleh menaikkan syahwat lelaki walaupun mahram sendiri.Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tatsusila wanita terutana dalam menjaga kehormatan agar perkara-perkara sumbang yang tidak diingini tidak akan berlaku.

Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada seseorang wanita iaitu :

1.Suami2.Ayah mertua3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya6. Anak saudara dari saudara perempuan7. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama8. Hamba sahaya9. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun begitu, bagi kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum baligh,wanita dilarang menampakkan aurat terhadap mereka.

Berwudhu

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan/membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)

32

Page 33: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan konsekusensi dari pada iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya suci/bersih supaya Ia berpeluang mendekat kepada Allah SWT.

Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu sering juga dipakai kata “bersuci” sebagai padanan kata “membersihkan/melakukan kebersihan”.

Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum Islam. Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan yang termasuk kelompok ibadah, seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl), pembersihan gigi (siwak).

Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan terpeliharanya kebersihan badan secara terbatas dan minimal, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang terlebih dahulu membersihkan diri dengan berwudhlu. Demikian juga ibadah tersebut baru sah jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya memang bersih. Jadi jaminan kebersihan diri, pakaian dan lingkungan mereka yang melaksanakannya. Disinilah letaknya ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain tentunya peran utamanya membina kesehatan jiwa/rohani manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Bennet, J.E.: Antumicrobial agents; in: Goodman & Gilman’s. Brunton, L.L: Lazo, J.S. and Parker, K.L: The Pharmacological Basis of Therapeutics; 11th ed.pp. 1232 (McGraw-Hill, Medical Publishing Division, New York 2006)

Budimulja, U.: Penyelidikan dermatofitosis di RS Dr.Cipto Mangunkusomo Jakarta. Tesis (Jakarta 1980)

Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003

Conant, N.F.: Smith, D.T.: Baker, R.D. and Callaway, J.L: Manual of clinical mycology; 3 rd ed. (W.B. Saunders Company, Philadelphia, London, Tronto 1971)

Grunwald, M.H.: Adverse drug reacions of the new oral antifungial agents-terbinafine, gluconazole, and itraconazole. Int. J. Derm. 37: 410-4315

Harjandi: Widaty, S.: Bramono K.: Folikulitis pitisporum. Laporan kasus Kongres PMKI,2000.

Hutapea, O.N,: LAporan pendahuluan mengenai cutaneous sporothricosis pada para petani di Sumetera Utara, KONAS PADVI, Surabaya, 1976, 1: 340-348

http://www.bekamhijamah.com/index.php?Sehat_secara_Islam_dengan_dr.Aldjoefrie:Menjaga_kesehatan_kulit_badan_dan_wajah_dengan_sistem_Islam

33

Page 34: 249532555 Wrap Up Sk 3 Panca Indera Docx

Indraini : Pravelensi folikulitis pitisporum diantara pasien akne vulgaris dan erupsi di Poliklinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUPN Dr.Cipto Mangunkusomo, Jakrta: tesis, Program Pendidikan Dokter Spesialis FKUI, Jakarta (2001)

Jacinto-JAmora, S.: Tamesis, J; Katigbak, M.L.: Ptyrosporoum folikulitis in the Philippines; Diagnosis prevalence and management. J. Am. Acad. Dermatol;695-6 (1991)

Rippon, J.W.: Medical Mycology. The Pathogenic Fungi and the Pathogenic Actinomycetes (W.B. Sauders Company, Philadelphia, London, Toronto 1982)

Siregar, R. dan Thaha, M.A.: Sporothricosis kulit pada RSUP Palembang, jilid I, hal 334-339 (KONAS PADVI,Surabaya 1976)

34