Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
-
Upload
trias-putra-pamungkas -
Category
Documents
-
view
253 -
download
0
Transcript of Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
1/70
1
PRAKTIKUM FISIOLOGI I
I. LENSA TIPIS
1. Tujuan PercobaanMenentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat
bayangan
2. Alat-alat Percobaana. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda,
cermin, dan tabir (layar)
b. Lensa cembung dan cekungc. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskalad. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya
3. Teori Dasar3-1. Rumus Gauss
Benda nyata yang terletak didepan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata
dibelakang lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat
terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperhatika pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan oleh lensa konvergen. f = titik fokus, O = pusat
sumbu optik lensa.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
2/70
2
Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa
=
+
f =
(1)Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan
f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen
v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan
(-) untuk benda maya
b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertnda (=) untuk bayangan
nyata dan (-) untuk bayangan maya
Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara bendamaya terletak di depan lensa dan tidak ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak
dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik lainnnya (lensa dan
cermin)
Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap
objek dapat diperoleh dari persamaan
M =
= -
(2)Munculnya tanda negatif hanya karna keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak
dan negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus (2) maka
perjanjiannnya akan terblik.
3-2. Rumus Bessel
Jika jarak antara benda dan tabir dibuat teteap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua
kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar
pada tabir, lihat gambar 2.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
3/70
3
Gambar 2. Kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir
Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang
menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan
= jarak benda ke tabir
d = jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang
diperbesar dan diperkecil
= jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar
= jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar
= jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil
= jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil
Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa
d = - (3a)
= - (3b)
= (3c)
Mengingat bahwa = + maka diperoleh
=
=
(4)
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
4/70
4
Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) mnghasilkan
f =
(5)
Perhatikan bahwa dan d selalu positif
3-3. Gabungan Lensa dengan Cermin Datar
Misalkan benda diletakkan pada bidag fokuss lensa dan dibelakang lensa terdapat cermin
datar, lihat gambar 3.
Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar
Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar
sehingga terbentuk bayangan ditempat tak terhingga. Selanjutnyaoleh cermin datar berkas
ini akan dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehinga terbentuk
bayangan sama besar pada bidang fokus/benda.
3-4. Rumus lensa Gabungan
Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam analisis
pembentukan bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah
lensa dengan jarak fokus. Untuk gabngan dua lensadirumuskan sebagai
=
+
-
(6)
Dengan t adalah jarak dua smbu ooptik lensa.
Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga
=
+
(7)
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
5/70
5
3-5. Pembentukan Bayangan Oleh Gabungan Lensa Konvergen-Divergen
Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda
maya dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlukan bantuan lensa positif
dengan susunan seperti gambar berikut.
4. Jalannya Percobaan4-1. Menentukan Jarak Focus Lensa Kovergen
Merujuk pada teori di atas maka penentuan jarak focus lensa kovergen dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan berbantuan cermin datar.
4-1-A. Cara Gauss
1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. isikan padatabel data.
2. ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak focusnya.3. letakkan benda, lensa, dan tabir rel optik sehingga terbentuk susunan seperti
gambar 1.
4. atur posisi benda, lensa, tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil.5. ukurlah v,b,tinggi bayangan h', dan posisi bayangan apakah tegak atau terbalik.
Isikan hasil ini pada tabel data.
6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga terbentukbayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5.
7. ulangi langkah 6 terus menurus selama masih mungkin.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
6/70
6
4-1-B. Cara Bassel
1. Ukurlah tinggi benda yang terbentuk anak panah dan catat hasilnya. ulangipengukuran ini sampai 5 kali.
2. tempatkan benda di depan lampu sorot.3. tempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm di belakang benda.4. tempatkan lensa yang akan diukur jarak focusnya diantara lensa dan tabir
susunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2.
5. Geser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajamdiperbesar dan diperkecil. jika tidak terjadi anda mungkin perlu
menaikan/menurunkan posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh
pada lensa atau menggeser posisi tabir.
6. jika langkah 5 berhasil, maka aturlah posisi lensa secara halus untuk medapatkanbayangan tajam diperbesar dan diperkecil.
7. catat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan catat apakah bayanganterbalik atau tegak.
8. isikan hasil pengukuran ini pada tabel data.9. ulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. pada setiap pengulangan posisi lensa harus
digeser-geser.
4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar
1. tempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti gambar3.
2. geserlah posisi benda sehinga pada bidang benda terbentuk bayangan yang samabesar dengan benda
3. catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data)4. ulangi percobaan ini sampai 5 kali.
4-2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen
1. ambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak focusnya2. tempatkan benda, lensa kovergen, dan tabir di belakang lensa3. aturlah posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pada tabir.4. catat posisi benda, lensa, dan tabir
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
7/70
7
5. letakkan lensa divergen di antara tabir dan lensa kovergen. perhatikan bayangan padatabir akan kabur atau hilang.
6. atur posisi lensa divergen dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam.7. catat posisi lensa divergen dan tabir8. berdasarkan data posisi ini maka hitunglah v+, b+, d, b+, dan b- dan hasilnya diisikan
pada tabel data. variabel d adalah jarak antara lensa kovergen dan divergen.
9. ulangi percobaan di atas sebanyak sampai 5 kali.
5. Tugas Pada Laporan Akhir5-1-A. Cara Gauss
1. Hitung m berdasarkan perbandingan tinggi benda dan bayangan.2. Hitung m berdasarkan persamaan (2) dan berdasarkan hasil ini tentukan posisi
bayangan (tegak atau terbalik).
3. Buatlah table ringkasan perhitungan tugas 1 dan 2.4. Buat table harga 1/v dan 1/b5. Buat grafik 1/v terhadap 1/b.6. Berdasarkan grafik tersebut tetukan f lensa.
5-1-B. Cara Bessel
Berdasarkan data percobaan, hitung jarak focus lensa dengan persamaan (5).
5-1-C. Dengan Bantuan Cermin Datar
Berdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak focus, f=v. buat table
ringkasan hasil perhitungan jarak focus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga cara di
atas.
Beri catatan/ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas.
Catatan:1 dioptri = 100 , jadi lensa dengan f = 25 cm akan berkekuatan 4 dioptri.
f[cm]
5-2 Jarak Fokus Lensa Divergen
Tentukan f lensa divergen hasil percobaan.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
8/70
8
6. Hasil Percobaan1. Menentukan jarak focus lensa konvergen
a. Cara gaussTinggi benda h = 4
No. v (cm) b (cm) h (cm) Tegak/terbalik Mt = h/h M = - b/v
1 55 33 1,5 Terbalik 0,375 -0,6
2 33 55 4 Terbalik 1 -1,67
3 34 53 1,5 Terbalik 0,375 -1,56
Kesimpulan: Percobaan lensa konvergen cara gauss, didapat hasil percobaan sesuai
dengan sifat dari lensa konvergen. Yaitu didapat bayangan yang nyata, terbalik dan juga
diperbesar.
b. Cara BesselNo. a (cm) vb (cm) vk (cm) D
f
(cm)
1 90 33 60 27 20,47
2 90 31 58 27 20,47
Kesimpulan : Percobaan lensa konvergen dengan cara Bessel, pada a (jarak tabir dan
benda), 90 cm, terdapat dua jenis bayangan yaitu bayangan besar dan kecil dengan jarak
vb dan vk berbeda. Semakin jauh lensa digeser ke arah tabir maka akan semakin kecil
bayangan yang didapat, begitu juga sebaliknya.
c. Dengan cermin datarv (cm) f(cm)
10 10
21 21
Kesimpulan : Percobaan lensa konvergen dengan cermin datar. Didapatkan v=f, karena
sifat cermin datar memantulkan bayangan yang tegak, bayangan yang dihasilkan sama
besar dengan benda, jarak benda sama dengan jarak bayangan, maka bayangan yang
dihasilkan merupakan bayangan semu karena seperti hasil pantulan.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
9/70
9
d. Lensa divergenNo. v+ (cm) b+ (cm) v- (cm) d (cm) b- (cm) f- (cm)
1 27 70 -4 65 5 -5
2 27 70 -8 61 17 -9
Kesimpulan : Percobaan lensa divergen mendapatkan focus lensa divergen negative (-),
karena lensa divergen bersifat menyebar cahaya.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
10/70
10
II. PENGLIHATAN I: Uji Visus dan Buta Warna
UJI VISUS MATA
I. Tujuan percobaanUntuk mengetahui ketajaman penglihatan
II. Dasar TeoriRumus visus: V =
Keterangan: V : Visus atau ketajaman
d : jarak optotype snellen dengan objek (3.5 m)
D : skala sejauh mana mata normal masih bisa terbaca.
Mata kanan: V =
Mata kiri: V =
Cara baca rumus adalah dengan jarak 3.5 m subjek bisa melihat sampai dengan skala 15.
Penglihatan normal disebut emetropi. Bila benda yang dilihat jatuh di depan fovea
sentralis disebut rabun jauh (myopi) dan dapat diatasi dengan lensa cekung (negatif), bila
benda yang dilihat jatuh di belakang fovea sentralis disebut rabun dekat (hypermetropi),dapat diatasi dengan lensa cembung (positif)
Untuk dapat melihat benda stimulus berupa cahaya harus jatuh di reseptor (penerima)
yang selanjutnya di teruskan ke pusat penglihatan (fovea sentralis) dan diperlukan ketajaman
(visus) penglihatan. Visus sangat dipengaruhi sifat fisis mata (aberasi mata = kegagalan sinar
untuk berkonvergensi/bertemu di titik identik), besarnya pupil, komposisi cahaya,
mekanisme akomodasi, elastisitas otot, faktor stimulus (warna yang kontras, besar kecilnya
stimulus, durasi, intensitas cahaya, serta faktor retina (semakin kecil dan rapat sel kerucut),
maka semakin kecil minimum separabel (separable minimum)
Bila seseorang mengalami rabun jauh dan juga rabun dekat secara bersamaan disebut
astigmatisma maka dapat diperbaiki dengan kacamata jenis silindaris yang berfungsi untuk
mengatasi kedua rabun tersebut, tetapi bila elastisitas lensa kristalina menurun karena usia
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
11/70
11
dan pengapuran menyebabkan presbyopia. Pengapuran ini dapat terjadi buramnya/kaburnya
penglihatan yang disebut sebagai katarak.
Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-
simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi
serta ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering
digunakan dalam klinik. Istilah visus 20/20 adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak
dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain
dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga
dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk
memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan
tersebut, visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan
manusia; visus 20/40 dapat dianggap separuh dari tajam penglihatan jauh dan visus 20/10
adalah tajam penglihatan dua kali normal.
Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan
gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas
tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan
penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel
yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam
hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing
unsur.
Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner
yang disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam
visual aksis (serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang
dibentuk. Struktur-struktur ini adalah; lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi Anterior
= Bilik Depan), pupil, lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan meleset ke
bagian lain dari retina. Bagian posterior dari retina disebut sebagai lapisan epitel retina
berpigmen (RPE) yang berfungsi untuk menyerap cahaya yang masuk ke dalam retina
sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain dalam retina. RPE juga memiliki fungsi vital
untuk mendaur-ulang bahan-bahan kimia yang digunakan oleh sel-sel batang dan kerucut
dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka kebutaan dapat terjadi.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
12/70
12
Seperti pada lensa fotografi, ketajaman visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi
optik pada mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika ukuran
pupil berada pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan kurang cahaya.
Jika pupil kecil (1-2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada difraksi cahaya oleh pupil.
Antara kedua keadaan ekstrim, diameter pupil yang secara umum terbaik untuk tajam
penglihatan normal dan mata yang sehat ada pada kisaran 3 atau 4 mm.
Korteks penglihatan adalah bagian dari korteks serebri yang terdapat pada bagian
posterior (oksipital) dari otak yang bertanggung-jawab dalam memproses stimuli visual.
Bagian tengah 100 dari lapang pandang (sekitar pelebaran dari makula), ditampilkan oleh
sedikitnya 60% dari korteks visual/penglihatan. Banyak dari neuron-neuron ini dipercaya
terlibat dalam pemrosesan tajam penglihatan. Perkembangan yang normal dari ketajaman
visus tergantung dari input visual di usia yang sangat muda. Segala macam bentuk gangguan
visual yang menghalangi input visual dalam jangka waktu yang lama seperti katarak,
strabismus, atau penutupan dan penekanan pada mata selama menjalani terapi medis
biasanya berakibat sebagai penurunan ketajaman visus berat dan permanen pada mata yang
terkena jika tidak segera dikoreksi atau diobati di usia muda. Penurunan tajam penglihatan
direfleksikan dalam berbagai macam abnormalitas pada sel-sel di korteks visual. Perubahan-
perubahan ini meliputi penurunan yang nyata akan jumlah sel-sel yang terhubung pada mata
yan terkena dan juga beberapa sel yang menghubungkan kedua bola mata, yang
bermanifestasi sebagai hilangnya penglihatan binokular dan kedalaman persepsi atau
streopsis.
Segala macam bentuk proses patologis pada sistem penglihatan baik pada usia tua yang
merupakan periode kritis, akan menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Maka,
pengukuran tajam penglihatan adalah sebuah tes yang sederhana dalam menentukan status
kesehatan mata, sistem penglihatan sentral, dan jaras-jaras penglihatan menuju otak.
Berbagai penurunan tajam penglihatan secara tiba-tiba selalu merupakan hal yang harus
diperhatikan. Penyebab sering dari turunnya tajam penglihatan adalah katarak, dan parut
kornea yang mempengaruhi jalur penglihatan, penyakit-penyakit yang mempengaruhi retina
seperti degenarasi makular, dan diabetes, penyakit-penyakit yang mengenai jaras optik
menuju otak seperti tumor dan sklerosis multipel, dan penyakit-penyakit yang mengenai
korteks visual seperti stroke dan tumor.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
13/70
13
PEMERIKSAAN VISUS SATU MATA
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kaca mata. Setiap
mata di periksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan dahulu.
Pada pemeriksaan tajam penglihatan di gunakan kartu baku / standar misalnya kartu baca
snellen.Dengan kartu snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat
seseorang, seperti :
- Bila tajam penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang olehorang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
- Bila pasien membaca hanya sebatas huruf baris yang menunjukkan angka 30, tajampenglihtan pasien adalah 6/30.
- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yangpada orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter.
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka dilakukan ujihitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.
- Bila pasien hanya dapat melihat jari pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajampenglihatan adalah 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai
sampai 1/60, yaitu menghitung jari pada jarak 1 meter.
- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien lebih burukdari 1/60. orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien
hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan
1/300.
- Kadang-kadang mata hanya dapat melihat sinar. Keadaan ini disebut sebagai tajampenglihatan 1/~.
- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal sinar maka penglihatan adalah 0 (buta total).
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
14/70
14
Snellen chart
Bila seseorang diragukan apakah penglihatanya berkurang akibat kelaianan refraksi, maka
dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan
refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan
diletakkan nya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media
penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun.
III. Tata Kerja1. Minta o.p. untuk duduk pada jarak yang ditentukan (6 m) dari Snellen Chart2. Ukur jarak pupil untuk penglihatan jauh3. Pasang trial frame, atur jarak pupil4. Tutup mata kiri dengan okluder.5. Periksa tajam penglihatan pasien.6. Tambahkan lensa S + 0,50 pada mata kanan.7. Tanyakan apakah penglihatan bertambah jelas atau tidak8. Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa sferis positif hingga tercapai tajam
penglihatan terbaik. Pilih lensa sferis positif terbesar yang memberi tajam penglihatan
yang terbaik.
9. Bila dengan langkah 6, penglihatan bertambah kabur, tambahkan lensa S -0,50. Bilabertambah jelas, tambahkan terus lensa negatif hingga tercapai tajam penglihatan terbaik.
Pilih lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
10.Ulangi langkah 4-9 untuk mata kiri.11.Periksa kembali tajam penglihatan dua mata menggunakan lensa koreksi.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
15/70
15
12.Minta o.p. berdiri dan berjalan, tanyakan apakah merasa pusing
IV. Hasil Percobaan dan AnalisaNama OP : Rhemenda
tanpa lensa mata kanan : 20/100
tanpa lensa mata kiri : 20/50
Mata kanan Mata kiri
-0,5 = 20/70 -0,5 = 20/20
-0,75 = 20/20
Koreksi lensa sferis o.p.: OD: -0,75, OS: -0,5
V. KesimpulanPemeriksaan Visus mata adalah pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan
fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab
kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu
dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk mengetahui tajam
penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan kurang
maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung
jari), ataupun proyeksi sinar. Untuk besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan
rincian benda ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat
pada jarak tertentu. Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat
kemampuan membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu. Pasiennya
dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan normal. Pada keadaan ini,
mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang seharusnya dapat dilihat pada jarak
tersebut. Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (atau 20/15 atau
20/20 kaki). Tajam penglihatan maksimum berada di daerah fovea, sedangkan beberapafaktor seperti penerangan umum, kontras, berbagai uji warna, waktu papar, dan kelainan
refraksi mata dapat merubah tajam penglihatan mata.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
16/70
16
Tes Buta Warna
I. Tujuan PraktikumUntuk mengetahui apakah seseorang mengalami kelainan buta warna atau tidak
II. Alat yang diperlukan- Buku ishihara 38 plate
III. Teori DasarButa warna adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu.
Pada retina manusia normal terdapat 2 jenis sel yang sensitif terhadap cahaya. Yaitusel batang (rod cell) yang aktif pada cahaya rendah dan sel kerucut (cone cell) yang
aktif pada cahaya intensitas tinggi / terang. Sel kerucut ini yang membuat kita dapat
melihat warna dan membedakan warna.
Pada kondisi normal sel kerucut mempunyai spectrum terhadap 3 warna dasar yaitumerah, hijau, biru. Orang normal sel kerucutnya sensitive untuk 3 jenis warna ini.
Pada orang tertentu mungkin hanya 2 atau 1 atau bahkan tak ada sel krucut yangsensitive terhadap warna-warna tersebut. Pada kasus ini orang ini akan menderita buta
warna. Jadi buta warna biasanya menyangkut warna merah, biru, hijau. Meskidemikian ada juga orang yang sama sekali tak bisa melihat warna, atau hanya tampak
sebagai hitam dan putih. Namun kasus seperti ini jarang terjadi.
Buta warna dapat terjadi karena faktor keturunan atau karena memang kitamengalami kelainan pada retina, saraf optic dan mungkin juga pada otak kita. Sifat
penurunannya bersifat X-linked recessive. Artinya diturunkan melalui khromosom X.
Hal ini menjelaskan bahwa buta warna selalu ditemukan pada lelaki, sedangkan
perempuan berfungsi sebagai carrier (pembawa sifat tapi tidak terkena). Ada 3 jenisbuta warna, yaitu :
- Trikromasi,jenis buta warna yang diderita banyak orang.- Protanomali, seorang buta warna yang lemah mengenal warna merah.- Deuteromali, seorang buta warna yang lemah mengenal warna hijau.
- Trinomali (low blue) , buta warna lemah mengenal warna biru.
-Dikromasiatau buta warna parsial, keadaan ketika 1 dari 3 sel kerucut tidak ada- Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna
merah /perpaduannya kurang.
- Deuteranopia. Retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhada hijau.
- Tritanopia, sel kerucut biru tidak ditemukan.- Monokromasi atau buta warna total, retina mata mengalami kerusakan total dalam
merespon warna. Tandanya dengan hilangnya/berkurangnya semua penglihatan
warna. Yang terlihat hanya warna hitam dan putih. Buta warna jenis ini prevalensinyasangat jarang.
Metode Ishihara
Menurut Guyton (1997) Metode ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untukmenentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan
kartubertitik-titik, seperti gambar 1. Kartu ini disusundengan menyatukan titik-titik
yang mempunyaibermacam-macam warna. Pada gambar 1. orang normal akan
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
17/70
17
melihat angka 74, sedangkan penderita butawarna merah-hijau akan melihat angka
21.
gambar 1
Tes buta warnaIshihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan
berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk
lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan
melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism).
Dalam tes buta warna ishihara ini digunakan 38 plate atau lembar gambar. Dimana
gambar-gambar tersebut memiliki urutan 1 sampai 38.
IV. Tata Kerja- Perlihatkan satu-persatu gambar yang terdapat dalam buku Ishihara.- Suruh o.p mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku ishihara.- Catat dan analisis hasil pemeriksaan.
V. Hasil PraktikumNama OP Hasil
Ratna (20 tahun)
Rendi (20 tahun)
Keterangan : a. (-) artinya tidak mengalami buta warna atau normal
b. (+) artinya mengalami buta warna
VI. PembahasanMetode Ishihara ini di kembangkan menjadi Tes Buta Warna Ishihara oleh Dr.
Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang danterus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiridari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran.
Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu
dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan
warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism). Dalam tes butawarna ishihara ini digunakan 38 plate atau lembar gambar.Dimana gambar-gambar
tersebut memiliki urutan1 sampai 38. Pada pemeriksaan tes buta warna yang
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
18/70
18
dilakukan pada o.p pertama maupun o.p kedua hasilnya normal atau tidak mengalami
buta warna. Yang perlu diperhatikan saat pemeriksaaan tes buta warna adalah
ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaan serta lama pengamatan untukmembaca angka masing-masing lembar maksimal 10 detik. Buta warna terjadi karena
retina penangkap cahaya tidak dapat menangkap panjang gelombang warna tertentu
sehingga pasien sulit membaca atau membedakan warna. Persepsi warna merupakanrespon otak atas stimulus yang diterima oleh retina.
Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan :1. Normal2. Buta warna Parsial
- Bila plateno. 1 sampai dengan no 17. hanya terbaca 13 plate atau kurang.- Bila terbaca angka-angka pada plate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah atau lebih jelas
dibandingkan dengan plate no. 14, 10, 13, dan 17.
- Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan: Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24, dan 25. Pada orang
normal, akan terbaca dengan benar angka-angka pada plate-plate tersebut
diatas secara lengkap (dua rangkap). Pada penderita buta warna parsial
hanya terbaca satu angka pada tiap-tiap plate tersebut diatas.
Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,dan 38. Untuk orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan
untuk buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi
yang lainnya.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
19/70
19
3. Buta warna totalPada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan adanya
alur, sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjukkan adanya
alur dari satu sisi ke sisi yang lainnya.
Kesimpulan Tes Pengambilan Kesimpulan
Buta warna total 1. Jika gambar 1 salah dan jawaban gambarlain diabaikan
Buta warna parsial 1. Jika gambar 1 benar, gambar 2 sampaigambar 16 ada salah lebih dari 3 atau
2. Jika gambar 1 benar, gambar 22 sampaigambar 24 jawaban hanya benar pada salahsatu gambar atau
3. Jika gambar 1 benar, jika gambar 18sampai gambar 21 terlihat angka.
Normal 1. Jika gambar 1 sampai gambar 17 benar,atau gambar 1 harus benar dan lebih dari 13gambar dijawab benar.
2. Gambar 22 sampai gambar 24 benar atau 2gambar benar.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
20/70
20
III.PENGLIHATAN II: Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter)
I. Dasar Teori
Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting untuk
persepsi penglihatan yaitu, sel kerucut dan sel batang ditemukan di lapisan retina. Iris
mengontrol ukuran pupil dan mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk ke mata.
Kornea dan lensa adalah struktur refraktif utama yang membelokkan berkas cahaya masuk agar
bayangan terfokus di retina. Kornea merupakan penentu utama kemampuan refraktif mata.
Kekuatan lensa dapat diubah-ubah melalui kerja otot siliaris agar mata dapat berakomodasi untuk
penglihatan jauh atau dekat.
Sel batang dan kerucut diaktifkan apabila fotopigmen yang mereka miliki menyerap berbagai
panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimiawi pada
fotopigmeen yang akhirnya dikonversikan menjadi perubahan kecepatan perambatan potensial
aksi di jalur penglihatan yang meninggalkan retina. Pesan visual di salurkan ke korteks
penglihatan di otak untuk pengolahan perceptual.
Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi, tetapi hanya dapat digunakan untuk
penglihatan di siang hari, karena memiliki kepekaan yang rendah terhadap cahaya. Penglihatan
warna ditimbulkan oleh bermacam-macam rasio stimulasi terhadap ketiga jenis sel kerucut oleh
berbagai panjang gelombang cahaya. Sel batang menghasilkan penglihatan yang samar berupa
rona abu-abu, tetapi karena sangat peka terhadap cahaya, sel-sel batang dapat digunakan untuk
melihat pada malam hari (Sherwood, L. 2001)
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga
jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh
kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan
monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.
Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke
fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik.
Traktus optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral
dimana penglihatan diinterpretasikan.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
21/70
21
Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa
mata untuk memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada
badan siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori
meregang dan menyebabkan lensa menebal dan menjadi lebih konveks.
PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG
Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan yaitu
mendeteksi kelainan tajam penglihatan, mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf
penglihatan, melihat besar kelainan mata dan perubahannya dari waktu ke waktu atau follow up.
Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengeliminir differential diagnosis dan dipergunakan untuk
melihat progresifitas penyakit, dan biasanya menyertai pemeriksaan lain misalnya: pemeriksaan
ketajaman penglihatan, penglihatan warna atau pemeriksaan mata lainnya.
Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sangat
sederhana bahkan tanpa alat, sampai dengan pemakaian alat canggih. Pemeriksaan ini selalu
dilakukan pada satu mata baru kemudian dilakukan pada mata yang lain.
Pemeriksaan lapang pandangan bisa dilakukan dengan cara yaitu dengan uji konfrontasi dan
kisi Amsler, atau dengan cara yang lebih canggih (dengan perimeter Goldmann). Pemeriksaan
lapang pandangan sederhana apabila dikerjakan dengan benar dan didukung dengan pemahaman
teori yang memadai, akan dapat mengungkapkan berbagai kelainan lintasan visual.
Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan
benda-benda di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita
memfiksasi mata ke satu benda disebut lapangan pandang.
Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu
batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari
tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari
sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.
Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua arah.
Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
22/70
22
derajat, ke atas 50-60 derajat dan ke bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam
pemeriksaan lapang pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau
tangent screen.
PerimeterPerimeter adalah penggunaan alat untuk memeriksa lapangan pandang dengan mata terfiksasi
sentral. Penilaian lapangan pandang merupakan hal yang penting ditakukan pada keadaan
penyakit yang mempunyai potensi terjadinya kebutaan. Pada glaukoma pemeriksaan ini
berguna dalam pengobatan penyakit dan pencegahan kebutaan.
Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang
meridiannya. Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan sama
dengan kampimeter. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan Perimeter, merupakan
alat yang dipergunakan untuk menentukan luas lapang pandangan. Alat ini berbentuk
setengah bola dengan jari- jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini penderita diletakkan untuk
diperiksa.
Batas lapang pandangan perifer adalah 90o
temporal, 75o inferior, 60
onasal, dan 60
o
superior. Dapat dilakukan pemeriksaan statik ataupun kinetik.
Pemeriksaan ini berguna untuk :
o Membantu diagnosis pada keluhan penglihatano
Melihat progresifitas turunnya lapang pandangano Merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusato Memeriksa adanya histeria atau malingering.Dikenal 2 cara pemeriksaan Perimeter, yaitu :
a) Perimeter kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimanapemeriksaan dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi
terlihat oleh pasien.
b) Perimeter statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold, dimanapemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas
objek sehingga terlihat oleh pasien.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
23/70
23
Uji konfrontasi
II. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan:
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yangberhubungan dengan peristiwa tersebut
2. Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakanperimeter
3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanisme nya4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung dengan refleks pupil pada
akomodasi
5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri
Alat yang diperlukan:
1. Perimeter + Formulir2.
Lampu senter + Kaca biru atau kaca ungu
Tata Kerja:
1. Suruh op duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter2. Tutup mata op dengan sapu tangan3. Letakan dagu op ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah
mata kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu
4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter. Sebagai berikut:a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas
perimeter
b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpitdengan garis 0-180, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter
5. Suruh op memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
24/70
24
pemeriksaan, penglihatan op harus tetepa dipusatkan pada titik fiksasi tersebut
6. Gunakan beda yang dapat digeserpada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapangpandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (+5mm) pada benda tersebut.
P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?
7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri op ketengah tepat saat opmelihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?
9. Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur10.Ulangi tindakan no 7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum dari
pemeriksa sampai posisi busur vertikal
11.Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu dilakukanpencatatan lagi.
12.Ulangi tindakan no 7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum daripemeriksa sampai tercapai posisi busur 60 derajat dari bidang horizontal
13.Periksa juga lapang op untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru seperticara diatas.
14.Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mat akiri hanya dengan bulatan berwarnaputih
P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
25/70
25
Gambar 1 Lapang pandang baku (Visual Standart) mata kiri dan kanan
Batas minimal lapang pandang normal:
Temporal 85 derajat Nasal 60 derajat
Temporal Bawah 85 derajat Nasal atas 55 derajat
Bawah 65 derajat Atas 45 derajat
Nasal Bawah 50 derajat Temporal Atas 55 derajat
Luas lapang pandang total : 500 derajat
II. Hasil Praktikum dan Analisa Data
1) Mata Kiri (Putih)Searah Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
180o 80 75
150o 80 70
120o 70 65
90o 70 60
Berlawanan Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
30o
65 8060
o 50 75
2) Mata Kanan (Kuning)Searah Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
180o 70 75
150o 80 60
120o 80 55
90o 70 55
Berlawanan Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
30o 70 60
60o 65 70
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
26/70
26
3) Mata Kanan (Hijau)Searah Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
180o 85 75
150o
85 75120
o 80 65
90o 60 55
Berlawanan Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
30o 80 75
60o 60 65
4) Mata Kanan (Biru)Searah Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
180o 70 65
150o 70 45
120o 70 50
90o 45 50
Berlawanan Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
30o 65 65
60o 60 70
5) Mata Kanan (Merah)Searah Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
180o 90 75
150o 80 70
120o 80 55
90o 55 70
Berlawanan Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal30
o 80 70
60o 60 70
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
27/70
27
6) Mata Kanan (Putih)Searah Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
180o 80 80
150o
80 70120
o 75 60
90o 65 75
Berlawanan Jarum Jam
Sudut Temporal Nasal
30o 70 70
60o 65 70
Dari hasil terlihat batas pandangan normal, dan mata lebih peka/batas lapang pandang lebih luas
saat melihat titik berwarna dibandingkan warna gelap dan putih.
III.MENJAWAB PERTANYAAN
P-VI.3.3Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?
Jawab:
Dalam busur perimetri, sudah tersedia bulatan dengan beberapa ukuran diameter
bulatan. Setiap bulatan terdiri dari beberapa warna berbeda, yaitu putih, merah, biru,
kuning dan hijau. Kita hanya tinggal mencari diameter yang sesuai dan memutar warna
sesuai yang kita inginkan. Dalam praktikum kali ini, kita menggunakan diameter
sedang ( 5 mm) selanjutnya kita pilih warna, dengan cara memutar bulatan sampai
menemukan warna yang sesuai. Sebagai contoh, kita ingin melalukan tes lapang
pandang untuk mata kanan dengan warna merah. Maka kita putar bulatan tersebut
hingga tampak warna merah pada bulatan.
P-VI 3.4Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?
Jawab:
Dengan cara memperlihatkan besar sudut Perimeter
P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?
Jawab:
pada pemeriksaan lapang pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan,
yaitu bats sampai dimana benda dapat dilihat jika mata difiksasi pada satu titik. Lapang
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
28/70
28
pandang normal adalah memiliki bentuk tertentu, dan tidak sama kesemua arah.Ada 4
fotopigmen berbeda, 1 di sel batang dan masing masing di 3 sel kerucut rodopsin.
Fotopigmen menyerap semua panjang gelombang cahaya, oleh karena itu sel batang
hanya mendeteksi perbedaan intensitas, memberi bayangan abu-abu. Tanpa
mendekripsikan perbedaan warna. Sedangkan foto pigmen diketiga jenis sel kerucut-
kerucut merah, hijau, biru berespon selektif terhadap berbagai gelombang cahaya, sel
kerucut inilah yang menyebabkan kita dapat membedakan berbagai warna.
IV.KesimpulanLapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga
jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat
oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan
lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.
Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu
batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang
dari tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang
dari sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan Perimeter. Pada Perimeter, pemeriksaan ini
berguna untuk membantu diagnosis pada keluhan penglihatan, melihat progresifitas turunnya
lapang pandangan, merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat,
memeriksa adanya histeria atau malingering.
Konsep warna tergantung dalam benak yang melihat. Sebagian besar kita lihat, karena kita
memiliki jenis sel-sel kerucut yang sama dan menggunakan jalur-jalur saraf yang sama untuk
membandingkan keluaran mereka. Lapang pandang menjadi lebih luas ketika harus melihat
objek berwarna karena lebih terang untuk dilihat oleh mata.
Perubahan lapangan pandang yang progresif pada glaucoma simplex ada dua cara yaitu:
- Perubahan lapangan pandang yang tiba-tiba disebabkan oleh kerusakan serabut sarafyang baru.
- Perubahan yang terjadi berupa skotoma yang absolut atau relatif sesuai perubahankerusakan serabut saraf yang terjadi,misalnya skotoma parasentral yang terpisah menjadi
skotoma arkuata.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
29/70
29
- Kerusakan terjadi pada daerah yang berbatasan dengan kumpulan serabut saraf makaskotoma menjadi bertambah luas,dan lapangan pandang bagian perifer hilang, gambaran
skotoma parasentral. Perubahan lapangan pandang yang progresif ini disebabkan oleh
kenaikan TIO.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
30/70
30
PRAKTIKUM FISIOLOGI II
PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN
I. Dasar TeoriPendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena
kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah
bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut.
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang
tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang
pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana
tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila
deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel
rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak.
Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron
aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian
membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara
berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling
jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang
berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang
diaktifkan. Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron
dan jumlah neuron aferen yang melepaskan potensial aksi.
Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran
timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran
normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membrantimpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk
pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang, adalah
penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang
yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar
langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
31/70
31
Untuk memeriksa pendengaran :
1. Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, yaitu:a. Tes Rinne
Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melaluitulang pada telinga yang diperiksa.
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus.Setelah tidak terdengar garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila
masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-). Dalam
keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.
b. Tes Weber Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi
atau kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut
tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang
sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
32/70
32
(lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli
saraf.
c. Tes Schwabach Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal.
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesusmastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus
mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat
mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat
mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih
mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama
mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis
Positif
Positif
Positif
Tidak ada
lateralisasi
Tidak ada
lateralisasi
Tidak ada
lateralisasi
Sama dengan
pemeriksa
Sama dengan
pemeriksa
Sama dengan
Normal
Normal
Normal
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
33/70
33
pemeriksa
Catatan: Pada tuli konduktif
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
34/70
34
Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin dengan hantaran
udara untuk masing-masing telinga dengan frekuensi tertentu (500, 1000, 2000, 4000 dan
6000 Hz). Tes audiometri yang kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara
dan masing-masing telinga dengan frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000,4000, 6000
dan 8000 Hz)
Pure Tone Audiometry
Merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik.
Memberikan gambaran yang luas mengenai tingkat kehilangan pendengaran pasien danpenyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan.
Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke tinggi .
Tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika respon
positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan
respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan
10 dB HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB
HL. Frekuensi yang diujikan berkisar 125-500 Hz.
Tone Decay Test (TDT)
Digunakan untuk mendeteksi kelainan pada jalur sensorineural. Prosedurnya, operator
memilih frekuensi kemudian pasien mendapat rangsangan dan memberikan respon lagi
pada saat tidak menerima rangsangan, durasi diantara keduanya diukur. Tone yang
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
35/70
35
dipakai diberikan dari frekuensi, tinggi ke rendah. Dengan 30 dB pada saat pertama
kemudian selama 1 menit pasien mendengarkan maka tone level diturunkan dengan skala
5 dB, hal ini diulangi sampai tone tidak terdengar selama kurang dari 1 menit
Short Increment Sensitivity Index (SISI)
SISI untuk mendeteksi penyakit di cochlea atau recrocochlear lesions.
Menggambarkan kapasitas pasien untuk mendeteksi perbedaan kenaikan intensitas 1 dB
yang dalam rentan waktu 5 detik pada frekuensi tertentu. Operator akan menset
frekuensi pada 20 dB, Tone yang diberikan dengan madulasi singkat 1 dB diatas carrier
tone setiap 5 detik. Kenaikan 1 dB dipresentasikan dengan interval 300 ms, dengan rise
time danfall time sebesar 50 ms. Respon pasien pada saat dapat membedakan perbedaan
level adalah yang diukur.
Bekesy Audiometry
Test audiometry yang dijalankan secara automatis. Karena frekuensi dan intensita
akanturun dan naik secara otomatis
Speech Audiometry
Pure tone audiometry adalah test pada sensitivitas pasien sedangkan speech
audiometry mengacu pada integritas seluruh sistem auditory (mengacu kemampuan
mendengarkan dan mengerti pembicaraan)
II. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan :
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran.2.
Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan Audiometer (PemeriksaanAudiometer)
3. Menmbuat kesimpulan menegenai hearing loss dari hasil pemeriksaan audiometersehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal
atau tidak
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
36/70
36
Alat yang diperlukan :
1. Audiometer merek ADC lengkap dengan telepon telinga dan formulir2. Penala berfrekuensi 2563. Kapas untuk menyumbat telinga
I.TES PENALA
A. Tata KerjaPemeriksaan Pendengaran dengan Penala
a. Cara Rinne1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya
ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.3. Tanyakanlah kepada o.p. apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga
yang diperiksa, bila demikian o.p. harus segera memberi tanda bila dengungan bunyi
itu menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus o.p. dankemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang
sedang diperiksa itu.
5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :Positif : Bila o.p. masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.
Negatif : Bila o.p. tidak mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.
b. Cara Webber1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1.2.
Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi o.p. di garis median.
3. Tanyakan kepada o.p. apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat dikedua telinganya atau terjadi lateralisasi.
4. Bila pada o.p. tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi secarabuatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi pemeriksaan.
c. Cara Schwabach
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
37/70
37
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti no A.1.2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.3. Suruhlah o.p. mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi menghilang.4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus
mastoideus o.p. ke processus mastoideus sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga si
pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh
o.p. masih dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah
Schwabach memendek.
5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. juga tidak dapatdidengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin Schwabach normal
atau Schwabach memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus
mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian ujung tangkai penala
segera ditekankan ke processus mastoideus o.p.. bila dengungan (setelah dinyatakan
berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat didengar oleh o.p. hasil pemeriksaan adalah
Schwabach memanjang. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si
pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh o.p. maka hasil pemeriksaan adalah
Schwabach normal.
B. Hasil PengamatanTabel Pengamatan Pemeriksaan Pendengaran
OrangPercobaan
Cara Rinne
CaraWebber
Cara
Schawabac
h
Telinga (penala
digetarkan pada
processus mastoideus)
Telinga (penala
digetarkan lewat
udara)
Kanan Kiri Kanan Kiri
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
38/70
38
Reksi (OP)
512 Hz
+ + + + Lateralisasi
ke kanan =
kiri
Schwabach
normal
426 Hz
+ + + + Lateralisasi
ke kanan =
kiri
Schwabach
normal
341,3 Hz + + + + Lateralisasi
ke kanan =
kiri
Schwabach
normal
288 Hz + + + + Lateralisasi
ke kanan =
kiri
Schwabach
normal
C. Pembahasana. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang denganhantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne, yaitu :
- Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak luruspada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidakmendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus
eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya
tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya.- Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara
tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus
akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepanmeatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus
(planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus
eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan
meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang. Kesalahanpemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien.
Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai
garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga
bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal. Kesalahan dari pasien misalnyapasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat
kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
39/70
39
garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus
eksternus.
b. Test WeberTujuan melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua
telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu
tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga manayang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar ataumendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika
kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak
ada lateralisasi.Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak,sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau
cavum timpani missal: otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau
pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan
didengarkan di sebelah kanan.
c.
Test SwabachBertujuan untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa
(normal) dengan probandus. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah
digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu
makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Padasaat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan
garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya
(pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara,atau tidak mendengar suara.
D. KesimpulanBerdasarkan hasil percobaan pada o.p, maka didapatkan interpretasi hasil normal. Hal ini
menunjukan tidak adanya kelainan pendengaran pada o.p.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
40/70
40
II.AUDIOMETRI
Keterangan teknis mengenai audiometer.P.VI . 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerj anya? Audiometer adalah sebuahalat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah
alat yang disebut dengan audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat
dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeranatau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.
Untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah
memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.
Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang
berungsi sebagai berikut :Tombol1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1).
Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nada
Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1.
Frekuensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.
P-VI A. 2 Apa yang dimaksud dengan f rekuensi hertz? hertz merupakan satuan frekuensi yang
menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik.
Tombol 3 (T3) : tombol kekuatan nada.
Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala
(5) yang dinyatakan dalam decibel.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
41/70
41
P-VI .3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel? Desibel (dB) adalah satuan untuk
mengukur intensitassuara.Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluhBel.Huruf "B" pada dB
ditulis dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaituBell.
Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasiotersebut dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi
(voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkandenganPhon danSone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).
Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke B, berarti nada
yang dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke G yangbekerja hanya telepon kalbu (Grey).
Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan
terdengar ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi.
P-VI A. Apa yang dimaksud pemutus nada pemeri ksaan? maksud pemutusan nada pada
pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah
o.p benar-benar mendengar atau hanya pura-pura mendengar.
A. Tata Kerja1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:
a. putar tombol utama (T1) pada Off.
b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.
P-VI A. 5 Apa arti fi sikologis intensitas 0 dp pada alat ?0 db sama dengan tingkat tekanan yang
mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksidengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia.
Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis
atau 0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkatketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi
oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz.
2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke ON, 51 dan 52 akan
menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.
3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada
telinganya sehingga telepon Black ditelinga kiri.
4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saatmulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya
pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.
5. Tunggulah 2 menit lagi untuk memanaskan alat.6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.
7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang
percobaan mengacungkan tangannya keatas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Suarahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bel&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Alexander_Graham_Bellhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Logaritmis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rasiohttp://id.wikipedia.org/wiki/Dayahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tekanan_suara&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Intensitashttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Phon&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sone&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sone&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Phon&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Intensitashttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tekanan_suara&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasiohttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Logaritmis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Alexander_Graham_Bellhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bel&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Suara -
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
42/70
42
8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3
tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan
tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai hearing loss
orang percobaan pada frequency 125 Hz.
10. Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkantangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-pura mendengar.
11. Ukurlah, hearing loss untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency
250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yangtelah disediakan.
12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.
13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang
diperoleh pada pengukuran
B. Hasil Pengamatan
C. Pembahasan
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
43/70
43
Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus penuh
(intensitas yang diperiksa antara 1258000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis
terputus-putus (intensitas yang diperiksa 2504000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai
warna biru, sedangkan telinga kanan warna merah.
Pada hasil pemeriksaan bertujuan untuk memberikan gambaran luar mengenai tingkat
kehilangan pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan respon
terhadap rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari
frekuensi rendah ke tinggi .
Pada awal, tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika
respon positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan
respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan
10 dB HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB
HL. Frekuensi yang diujikan berkisar 125-500 Hz.
Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang
datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang menyempit dan kakudiujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah
di membrana basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi yang
berbeda.Ujung sempit paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada
tinggi sedangkan ujung lebar paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada
nada-nada rendah
Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang
pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang
berpendengaran normal merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni.
Derajat ketulian menurut ISO, yaitu :
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulusnada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar
bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala
decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator
(bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL.
Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
44/70
44
D. KesimpulanSemakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah. Bila
terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang
pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL. Dari hasil pemeriksaan
pendengaran didapatkan bahwa orang percobaan memberikan respon terhadap
rangsangan tone yang diberikan (dari frekuensi rendah ke tinggi). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa fungsi pendengaran telinga orang percobaan masih tuli ringan mild
hearing loss pada saat AC telinga kanan (35dB), telinga kiri (30dB) sedangkan BC
telinga kiri (35dB) (liat hasil pengamatan serta batas ambang pendengaran menurut
ISO).
PRAKTIKUM FISIOLOGI III
SISTEM SENSORIK
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin.2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.3. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan
serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).
5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (after image).6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
a. Kekerasan permukaanb.Bentukc. Bahan pakaian
7. Memeriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.8. Mengukur waktu reaksi.9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
45/70
45
Alat yang diperlukan
1. 3 waskom dengan air bersuhu 20C, 30C dan 40C.2. Gelas beker dan termometer kimia.3. Alkohol atau eter.4. Es.5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum.6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian.7. Mistar pengukur reaksi.Teori Dasar
Fungsi sel saraf adalah mengirimkan impuls yang berupa rangsang. Setiap neuron terdiri dari
satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar duamacam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu
akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson
terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel
pada akson.Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel
saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf intermediet.
a. Sel saraf sensorik berfungsi menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak(ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensoriberhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
b. Sel saraf motorik berfungsi mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjaryang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada
di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi,sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
c.
Sel saraf intermediet atau sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem sarafpusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik. Sel sarafintermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentangkondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah
indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,
getaran dan proprioseptif.
NosiseptorReseptor nyeri /nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes
tulang sekitar dinding pembuluh darah. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan
daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yangtepat. Nosiseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia sepertimediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Rangsangan pada dendrite di nosiseptor
menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi
di susunan saraf pusat.
TermoreseptorTemperatur reseptor/termoreseptor merupakanfree nerve endingyang terletak pada dermis, otot
skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/empat kali lebih banyak daripada reseptor
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
46/70
46
panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature
diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Termoreseptor merupakan phasic
reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil.
MekanoreseptorMekanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel. Membran
sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila ada responterhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada membrane. Terdapat tigajenis mechanoreseptor antara lain:
- Tactile reseptor memberikan sensai sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhanmemberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasiderajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran.
- Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darahdan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi.
- Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur danfungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.
KemoreseptorKemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanyasensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan menuju
batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi
cardiovascular.
Tata Kerja
I. Perasaan subyektif panas dan dingin1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu 20C, 30C dan 40C.2. Masukkan tangan kanan kedalam air bersuhu 20C dan tangan kiri kedalam air bersuhu 40C
untuk 2 menit. Catat kesan apa yang saudara alami.3. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak kedalam air bersuhu 30C. Catat kesan
apa yang saudara alami.
VI I .1. Apakah ada perbedaan perasaan subyekti f antara kedua tangan tersebut? Apa
sebabnya?
Tangan kanan terasa lebih panas dibandingkan dengan tangan kiri, karena perubahan suhu
yang diterima oleh kulit.
4. Tiap perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak 10 cm.5. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan
kecepatan seperti diatas. Bnadingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan pada sub 4 dan 5.
6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter.VI I .2. Apakah ada bedanya antara ke 3 hasil tindakan pada sub 4,5 dan 6? Apa
sebabnya?
Ada, pada tangan yang di olesi alkohol dingin terasa lebih lama.
Hasil Praktikum dan Pembahasan
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
47/70
47
OP. Reksi (20 tahun)
Dari suhu rendah (20) ke tinggi (30) terasa hangat.Dari suhu tinggi (40) ke rendah (30) terasa dingin.
Hal ini terjadi karena pada saat baskom yang berisi air biasa ada pengurangan kalor pada tangan
kiri (dari hangat sampai dingin) dan ada penambahan kalor pada tangan kanan (dari dinginsampai hangat). Pada kulit punggung tangan terasa lebih dingin setelah dibasahi dengan alcohol
atau eter.
KesimpulanKulit berfungsi sebagai thermoreseptor, terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan
dingin. Untuk mendeteksi rasa panas melalui reseptorRuffinisdan untuk mendeteksi rasa dingin
melalui reseptorKrause. Terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin.
II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri kulit1. Letakkan punggung tangan kanan saudara diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir
tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.2. Pilih dan gambarkan ditelapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan gambarkan pula
daerah itu dilukisan tangan pada kertas.
3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas
yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah
dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejanaberisi kikiran kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 50C. Tandai titik-titik panas
yang diperoleh dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub. 4 dengan kerucut kuningan yang telahdidinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam
bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.
6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan denganmenggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri pada
jarum.
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperopleh pada lukisan tangandikertas.
VI I .3. Menur ut teori , kesan apakah yang akan diperoleh bil a titi k dingin di rangsang oleh
benda panas? Bagaimana keterangannya?
Tidak terdapat reaksi karena pada titik tersebut hanya terdapat reseptor dingin dimana
reseptor tersebut bekerja bila diberikan rangsangan dingin.
Hasil Praktikum dan PembahasanOP. Reksi ( 20 tahun)
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
48/70
48
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pada o.p dapat menyimpukan bahwa sensasi titik panas dan dingin
dapat teraba jelas berada pada daerah tengan dari pada tangan. Disini terlihat bahwa reseptor-reseptor panas dan dingin pada daerah tangan terbanyak terletak pada daerah tengah, dan juga
bukan karena reseptor-resptor panas dingin saja yang banyak tetapi juga karena di daerah tengah
tangan sedikit lebih curam, ini menandakan disana lebih sedikit jaringan lemaknya sehinggasensasi titik panas dan dingin lebih terasa. Titik panas,dingin,tekan dan nyeri berbeda pada tiap
tempat di kulit.
III. Lokalisasi Taktil1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik dikulit ujung jarinya.2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan
ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak
tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.
VI I .4. Apakah kemampuan lokali sasi takti l seseorang sama besarnya untuk selu ruh
bagian tubuh? Kemampuan lokalisasi taktil pada seluruh bagian tubuh berbeda-beda.
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan
kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akan
lebih sensitif terhadap rangsangan dibanding telapak tangan, lengan atas dan tengkuk.
V.I I .5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsangan
taktil?Lokalisasi taktil/ TPL (Two Point Localization)
Hasil Praktikum dan Pembahasan
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
49/70
49
OP. Reksi (20 tahun)
Lokalisasi taktil
Jarak titik di kulit ujung jari = 0 cmJarak titik di telapak tangan = 0,5 cm
Jarak titik di lengan bawah = 1cm
Jarak titik di lengan atas = 1,2 cmJarak titik di tengkuk = 0,5 cm
KesimpulanKemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh. Reseptor
taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.
IV. Diskriminasi Taktil1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan
kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang dan kemudian jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.VI I .6. Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung j angka
dibawah ambang diskr iminasi takti l?
Ketajaman taktil relatif suatu bagian dapat ditentukan dengan uji ambang diskriminasi 2
titik. Apabila 2 ujung dari jangka tersebut ditempelkan ke permukaan kulit dan merangsang
2 medan reseptif yang berbeda, maka dirasakan 2 titik terpisah. Namun jika kedua ujungjangka tersebut menempel di permukaan kulit dan merangsang medan reseptif yang sama,
akan dirasakan sebagai 1 titik. Ambang 2 titik berkisar dari 2mm di ujung jari, dan 48mm di
kulit betis yang diskriminasinya paling rendah.
3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambangterkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung
jangka secara berturut-turut (suksetif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksetif) ambang membedakan dua titikujung jari, tengkuk, bibir, pipi dan lidah.
6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan olehkulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini gerakan jangka itu dengan
ujungnya pada kulit kearah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak
lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.7. Catat apa yang saudara alami.Hasil Praktikum dan Pembahasan
OP. Reksi (20 tahun)
Diskriminasi taktil
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
50/70
50
Ujung jari = 0,4 cm
Tengkuk = 0,3 cmBibir = 0,7 cm
Pipi = 0,6 cm
Lidah = 0,5 cm
Dari data yang didapatkan dari praktikum diskriminasi taktil, apabila kedua titik menyentuhlapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik. TPL (Two Point
Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, pipi. Jarak tusuk 1 dan 2
tergantung waktu, jadi waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.
KesimpulanDikriminasi titik merupakan kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda
dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam
kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi.
V. Perasaan Iringan (After image)1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarakan ditempat itu selama
saudara melakukan percobaan VI.
2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara danapakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil.
VI I .7. Bagaimana mekanisme terj adinya perasaan ir ingan?
Hal ini dapat terjadi karena adanya reseptor fasik yang cepat beradaptasi. Karena cepatnyaberadaptasi reseptor yang mencakup reseptor taktil ini, maka titik yang terus menerus
diletakkan pensil atau menggunakan jam tangan, akan tidak dirasakan lagi karena sudah
terbiasa dan karena adaptasi cepat reseptor ini.
Hasil Praktikum dan PembahasanOP. Reksi ( 20 tahun)
OP merasakan perbedaan pada telinga, op merasa ada yang hilang dari atas daun teling saat
pensil diambil. Telinga beradaptasi dengan adanya pulpen atau pensil, daun telinga tidak terasa
seperti memakai pulpen atau pensil.Ketika pulpen atau pensil dilepas seperti ada yang hilang karena beratnya sudah konstan atau
sudah biasa atau sudah kembali. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang
dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam
memakai benda tersebut.
Kesimpulan
Sensasi merupakan suatu perasaan yang timbul sebagai akibat adanya stimulus reseptor. Sensasi
yang berlangsung secara terus menerus disebut sensasi beriringan (after image).
VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda
-
8/12/2019 Praktikum Fisiologi Panca Indera 1 b10
51/70
51
A. Kekasaran permukaan benda1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas yang derajat
kekasaran yang berbeda-beda.2. Perhatikan kemampuan orang percobaanm untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.Hasil praktikumOP. Reksi ( 20 tahun)
Dari 5 kain yang diberikan op dapat menyusun letak kebenaran dari kasar sampai ke yang halus
dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan derajat kekasaran pada opnormal.
Kesimpulan
Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris baik.
B. Bentuk benda1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil yangsaudara berikan.2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.Hasil praktikumOP. Reksi ( 20 tahun)
Dari 5 benda yang diberikan op dapat menyebutkan dan membedakan semua dengan benar.
Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan bentuk benda pada op normal.
Kesimpulan
Kita dapat mem