Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

49
WRAP UP SKENARIO 2 BLOK PANCA INDERA TELINGA SAKIT KELOMPOK B-4 KETUA : MUHAMMAD IBNU HAJAR 1102012176 SEKRETARIS : SEFINA IVESTI RAUDIAH 1102012263 ANGGOTA : NISA UTAMI IKA PERMATASARI 1102012197 PUNGKI DIO AZZAWAHANI 1102012213 RACHMAT PUTRA PRATAMA 1102010225 RANIA MERRIANE DEVINA 1102012224 RAYSILVA CHUNEVA ALROS 1102012230 RIKA DWI ANGRIANI 1102012247 SEPTHA AMELIA DEWI 1102012269

description

OMA

Transcript of Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Page 1: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

WRAP UP SKENARIO 2

BLOK PANCA INDERA

TELINGA SAKIT

KELOMPOK B-4

KETUA : MUHAMMAD IBNU HAJAR 1102012176

SEKRETARIS : SEFINA IVESTI RAUDIAH 1102012263

ANGGOTA : NISA UTAMI IKA PERMATASARI 1102012197

PUNGKI DIO AZZAWAHANI 1102012213

RACHMAT PUTRA PRATAMA 1102010225

RANIA MERRIANE DEVINA 1102012224

RAYSILVA CHUNEVA ALROS 1102012230

RIKA DWI ANGRIANI 1102012247

SEPTHA AMELIA DEWI 1102012269

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2014-2015

Page 2: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

SKENARIO 2

TELINGA SAKIT

Seorang anak usia 3 tahun pilek batuk dan demam sudah 3 hari yang lalu. Keluhan telinga kanannya sakit, mengeluarkan sedikit cairan seperti air susu dan bercampur sedikit warna merah seperti darah. Lalu dibawa ibunya ke UGD. Setelah liang telinga dibersihkan, diperiksa kendang telinganya tampak merah dan mengeluarkan cairan. Ibu pasien bertanya pada dokter, apakah penyakit anaknya bisa sembuh.

1

Page 3: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

PERTANYAAN

1. Mengapa telinga anak tersebut mengeluarkan cairan?2. Adakah hubungan antara batuk pilek dengan kendang telinga yang tampak merah dan

mengeluarkan cairan?3. Adakah hubungan antara usia dengan kasus tersebut?4. Mengapa telinga anak tersebut terasa sakit?5. Mengapa kendang telinga tampak merah?6. Bagaimana cara mencegah penyakit ini?7. Apa faktor resiko pada penyakit ini?8. Apakah penyakit ini bisa disembuhkan dan apakah penyakit ini bisa berulang?9. Bagaimana terapi pada penyakit ini?10. Bagaimana cara menjaga kesehatan telinga menurut syariat Islam?11. Mengapa cairan yang keluar dari telinga berwarna seperti susu dan kemerahan?

JAWABAN

1. Karena terjadi perforasi kendang telinga (membrane tympani)2. Batuk pilek (ISPA) jika tidak diobati dengan baik dapat menyebabkan infeksi ascendens

ke telinga tengah melalui tuba eustachii3. Pada anak-anak, perkembangan tuba eustachii belum sempurna sehingga mudah terjadi

infeksi ascendens dari nasofaring ke telinga tengah4. Karena proses inflamasi dan eksudasi di telinga tengah, pus terkumpul di cavum tympani

menyebabkan tekanan meningkat sehingga telinga akan terasa sakit5. Karena proses inflamasi (hiperemis) dan edema6. Mencegah ISPA salah satunya dengan vaksin, mengobati ISPA sampai tuntas, menjaga

hygiene serta memberikan gizi yang cukup dan baik pada anak7. Usia (pada anak-anak lebih sering), jenis kelamin (terutama laku-laki), status imunologi,

dan status social ekonomi8. Penyakit ini bisa disembuhkan serta pengobatan harus adekuat agar tidak terjadi

rekurensi ataupun perjalanan penyakit menjadi kronis9. Antibiotika, cairan pembersih telinga10. Menjaga kebersihan serta melindungi telinga dari suara bising11. Karena cairan eksudat bercampur darah

HIPOTESIS

Anak yang menderita infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) jika tidak diobati atau pengobatan tidak adekuat dapat mengalami otitis meda akut (OMA), karena faktor anatomi yakni perkembangan tuba eustachii yang belum sempurna serta faktor sistem imun dan faktor lingkungan. OMA terjadi karena infeksi ascendens dari nasofaring ke telinga tengah melalui tuba eustachii. Pada telinga tengah terjadi inflamasi, edema mukosa, eksudasi dan pengeluaran pus. Pus yang terkumpul di cavum tympani akan menyebabkan kenaikan tekanan cavum tympani dan menyebabkan rasa sakit pada telinga, serta dapat menyebabkan perforasi membrana tympani sehingga pus mengalir ke telinga luar. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan cairan yang mengalir ke telinga luar berwarna keruh, kemerahan, dan bau. OMA dapat diterapi dengan pemberian antibiotika dan cairan pembersih telinga dan dapat dicegah dengan vaksin, hygiene yang baik, mengobati ISPA sampai tuntas, serta memberikan gizi yang baik pada anak.

2

Page 4: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Telinga1.1. Makroskopis1.2. Mikroskopis

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pendengaran

3. Memahami dan Menjelaskan Otitis Media3.1. Definisi3.2. Etiologi3.3. Epidemiologi3.4. Klasifikasi3.5. Patofisiologi dan Patogenesis3.6. Manifestasi Klinis3.7. Diagnosis dan Diagosis Banding3.8. Tatalaksana3.9. Komplikasi3.10. Pencegahan3.11. Prognosis

4. Memahami dan Menjelaskan Cara menjaga Telinga dan Pendengaran dalam Tuntunan Islam

3

Page 5: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Telinga

1.1. Makroskopis

1. Telinga luar

Telinga luar terdiri atas: Auricular (daun telinga)

Auricular mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpilkan getaran udara. Auricular terdiri atas lempeng tulang rawan elastic tipis yang ditutupi kulit. Auricular mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh n. facialis.

Meatus acusticus externusAdalah tabung berkelok yang menghubungkan auricular dengan membrane timpani. Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular ke membrane timpani. Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang 1 inci (2,5 cm). Rangka 1/3 bagian luar meatus adalah cartilage elastic dan 2/3 bagian dalam

4

Page 6: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus dilapisi oleh kulit dan 1/3 bagian luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan glandula ceruminosa.Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari nervus auricular temporalis dan ramus auricularis nervus vagus. Aliran limfe menuju nodi parotidei superfisialis, mastoidei dan cervicales superfisialis.

Membrana timpani

2. Telinga tengahAdalah ruang berisi udara didalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi

oleh membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrane timpani ke perilympha telinga dalam. Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding lateral dan dinding medial.

Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang disebut tegmen timpani yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan cavum timpani dari meniges dan lobus temporalis otak di dalam fossa crania media.

Lantai dibentuk oleh lempeng tipis tulang. Lempeng ini memisahkan cavum timpani dari bulbus superior vena jugularis interna.

Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan cavum timpani dari arteri carotis interna. Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran.

Dibagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum. Dibawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, kecil disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini dibetuk tendo muskulus stapedius.

Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membrane timpani. Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dala. Bagian terbesar dari dinding terdapat penonjolan bulat (promontorium) yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang ada dibawahnya.

Ossicula Auditusa. Malleus

Adalah pendengaran terbesar dan terdiri dari caput, collum dan processus longum/ manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis.

b. IncusMempunyai corpus yang besar dan 2 crus yaitu crus longum, yang berjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei; dan crus breve, menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum timpani oleh sebuah ligamentum.

c. StapesMempunyai caput, collum, 2 lengan dan sebuah basis.

5

Page 7: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Otot-otot Ossiculaa. Muskulus Tensor Tympani- Origo = cartilago tuba auditiva dan dinding tulang salurannya sendiri.- Insertio = pada manubrium mallei.- Persarafan = sebuah cabang dari nervus yang menuju M. pterygoideus medialis

(cabang dari divisi mandibularis nervus trigeminus).- Fungsi = secara refeleks meredam getaran malleus dengan lebih menegangkan

membrane tympani.b. Muskulus Stapedius- Origo = dnding dalam pyramis yang berongga.- Insertio = pada bagian belakang collum stapedis.- Persarafan = nervus fasialis yang terletak dibelakang pyramis.- Fungsi = secara reflex meredam getaran stapes dengan menaikkan collumnya.

Tuba AuditivaTerbentang dari dinding anterior cavum tympani ke bawah, depan dan medial sampai nasopharing. 1/3 bagian posterior adalah tulang dan 2/3 bagian anterior adalah cartilage. Tuba berhubungan dengan nasopharing dengan bejalan melalui pinggir atas M. constrictor pharinges superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam cavum tympani dngan nasopharing.

Antrum MastoideumTerletak dibelakang cavum tympani di dalam pars petrosa ossis temporalis dan berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus.- Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi aditus ad antrum.- Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum.- Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus.- Dinding medial berhubungan dengan canalis semisirkularis posterior.- Dinding superior berhubungan dengan meninges pada f ossa crania media dan

lobus temporalis cerebri.- Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan cellulae

mastodeae.

6

Page 8: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Cellulae MastoideaeAdalah suatu seri rongga yang saling berhubungan di dalam processus mastoideus, yang diatas berhubungan dengan antrum dan cavum tympani. Rongga ini dilapisi oleh membrane mucosa.

Nervus fasialisPada dinding medial telinga tengah membesar membentuk ganglion geniculatum. Cabang-cabang penting pars intrapetrosa nervus fasialis yaitu nervus petrosus major, saraf ke M. stapedius dan chorda tympani.

Nervus TympanicusBerasal dari nervus glossopharingeus dan berjalan melalui dasar cavum tympani dan pada permukaan promontorium. Lalu bercabang-cabang membentuk plexus tympanicus (mempersarafi lapisan cavum tympani dan mempercabangkan nervus petrosus minor).

3. Telinga dalam

Labyrinthus OsseusTerdiri dari 3 bagian yaitu:1. Vestibulum

Merupakan bagian tengah labyrinthus osseus, terletak posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis semisirkularis. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan utriculus labyrintus membranaceus.

2. Canalis semisirkularisKetiga canalis semisirkularis superior, posterior dan lateral bermuara ke bagian posterior vestibulum. Didalam canalis terdapat ductus semisirkularis.

3. CochleaBerbentuk seperti rumah siput dan bermuara ke dalam bagian anterior vestibulum. Umumnya terdiri dari 1 pilar sentral, modiolus cochlea dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak 2 ½ putaran. Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus acusticus internus.

7

Page 9: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Labyrinthus MembranaceusTerletak didalam labyrinthus osseus dan berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. Labyrinthus ini terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat didalam vestibulum osseus; 3 ductus semisirkularis, yang teletak didalam canalis semisirkularis osseus; dan ductus cochlearis, yang terletak didalam cochlea.1. Utriculus

Adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada dan dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dn ductus endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis.

2. SacculusBerbentuk bulat dan berhubungan dengan uticulus. Ductus endolymphaticus setelah bergabung dengan ductus utriculosaccularis akan berakhir didalam kantung buntu kecil yaitu saccus endolymphaticus.

3. Ductus SemisirkularisDiameternya lebih kecil dari canalisnya. Ketiganya tersusun tegak lurus satu dengan lainnya.

4. Ductus CochlearisBerbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan sacculus melalui ductus reunions.

PerdarahanTelinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a. labirintin) yang berasal dari a. serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu :

1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan sakulus.2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal dari koklea.3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri spiral yang mendarahi organ Corti, skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis.

8

Page 10: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna mendarahi putaran tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis mendarahi putaran basiler koklea, sakulus dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus vestibularis mendarahi kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke sinus

Persarafan N.Vestibulokohlearis (N.akustikus) yang dibentuk oleh bagian kohlear dan vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N.Fasialis dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel sensoris vestibularis dipersarafi oleh N.Kohlearis dengan ganglion vestibularis (scarpa) terletak didasar dari meatus akustikus internus. Sel-sel sensoris pendengaran dipersarafi N.Kohlearis dengan ganglion spiralis corti terletak di modiolus.

1.2. Mikroskopis

a. Daun Telinga- Kerangka terdiri dari tulang rawan

elastis dan bentuk tak teratur.- Perikondrium mengandung banyak

serat elastis.- Kulit yang menutupi tulang rawan

tipis.- Jaringan subkutan tipis.- Didalam kulit terdapat rambut halus,

kelenjar sebasea, kelenjar keringat sedikit dan jaringan lemak pada lobules auricular.

b. Meatus Acusticus Externus- Berupa berupa saluran ± 25 cm, arah

medioinferior.- Bagian luar kerangka dinding terdiri dari

tulang rawan elastin. - Bagian dalam berkerangka os temporal.- Dilapisi kulit tipis, tanpa subkutis dan

berhubungan erat dengan perichondrium/ periosteum yang ada dibawahnya.

- Kulit mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung.

9

Page 11: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

c. Membran Tympani- Bentuk oval, semi transparan.- Terdiri dari 2 lapisan jaringan penyambung:

1. Lapisan luar, mengandung serat-serat kolagen tersusun radial.2. Lapisan dalam, mengandung serat-serat kolagen tersusun sirkular.

- Serat elastin terutama dibagian sentral dan perifer.- Permukaan luat diliputi kulit, tanpa rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar

keringat.- Permukaan dalam dilapisi mucosa yang terdiri dari epitel selapis cuboid dan

lamina propia yang tipis.

d. Cavum Tympani- Berisi udara- Posterior, berhubungan dengan ruang-ruang dalam processus mastoideus.- Anterior, berhubungan dengan tuba faringotympani.- Lateral, dibatasi oleh membrane tympani.- Medial, dipisahkan dari telinga dalam oleh tulang.- Cavum tympani, tulang-tulang pendengaran, nervus dan musculi dilapisi

mucosa yang terdiri dari epitel selapis cuboid dan lamina propia tipis.- Epitel cavum tympani sekitar muara tuba faringotympani terdiri dari selapis

cuboid/ silindris dengan silia.-

e. Tuba Faringotympani- Lumen sempit, gepeng dalam bidang vertical.- Mucosa membentuk rugae terdiri dari epitel selapis/ bertingkat silindris dengan

silis dan lamina propia tipis.- Sepanjang mucosa terdapat limfosit

f. Telinga Dalam/ LabyrinthTelinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum

tulang temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang di dalamnya terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin membranasea berisi cairan endolimf.Labirin tulang terdiri atas 3 komponen yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum, dan koklea tulang. Labirin tulang ini di sebelah luar berbatasan dengan endosteum, sedangkan di bagian dalam dipisahkan dari labirin membranasea yang terdapat di dalam labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan endolimf.

Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan rongga timpani melalui suatu membran yang dikenal sebagai tingkap oval (fenestra ovale). Ke dalam vestibulum bermuara 3 buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior dan lateral yang masing-masing saling tegak lurus. Setiap saluran semisirkularis mempunyai pelebaran atau ampula. Walaupun ada 3 saluran tetapi muaranya hanya lima dan bukan enam, karena ujung posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu dengan ujung medial saluran anterior yang tidak berampula dan bermuara ke dalam bagian medial vestibulum oleh krus kommune.Ke arah anterior rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat (fenestra rotundum).

10

Page 12: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di sebut mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus.

LABIRIN MEMBRANASEALabirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem saluran yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini dipisahkan dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada beberapa tempat terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin membranasea. Labirin membranasea terdiri atas:

1. Kanalis semisirkularis membranasea2. Ultrikulus3. Sakulus4. Duktus endolimfatikus merupakan saluran penghubung duktus ultrikularis

dan duktus sakularis.5. Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus6. Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan duktus

koklearis7. Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ

pendengaran.Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula kanalis semisirkularis pada bangunan yang dikenal sebagai krista ampularis). Pada ultrikulus dan sakulus juga terdapat badan-badan akhir saraf yang terdapat pada bangunan yang dikenal sebagai makula sakuli dan ultrikuli yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik.

SAKULUS DAN ULTRIKULUSDinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang

mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang disebut makula sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal lurus sementara makula ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus.

Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II serta yang duduk di lamina basal. Serat-serat saraf dari bagian vestibular

11

Page 13: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

nervus vestibulo-akustikus (N.VIII) akan menerima impuls saraf dari sel-sel neuroepitel ini. Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang membulat berisi inti dan leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas badan akhir saraf dengan beberapa serat saraf eferen, mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun eferen menempel pada bagian bawahnya. Kedua sel ini mengandung stereosilia pada apikal, sedangkan pada bagian tepi stereosilia terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular) merupakan sel berbentuk silindris tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan beberapa granul sekretoris.

Pada permukaan makula terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22 mikrometer yang dikenal sebagai membran otolitik. Membran ini mengandung banyak badan-badan kristal yang kecil yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia sel rambut terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan dalam tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara sel-sel rambut.

KANALIS SEMISIRKULARISKanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval.

Pada permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula.

Pada setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) dari kanalis semisirkularis. Tiap krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula serupa dengan membran otolitik tetapi tanpa otokonia.

Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh membran otolitik.

12

Page 14: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

KOKLEAKoklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga

merupakan tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding luar koklea suatu membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran basilaris ke dinding luar koklea terdapat penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum spiralis. Di samping itu juga terdapat membran vestibularis (Reissner) yang membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding luar. Kedua membran ini akan membagi saluran koklea tulang menjadi tiga bagian yaitu1. Ruangan atas (skala vestibuli)2. Ruangan tengah (duktus koklearis)3. Ruang bawah (skala timpani).

Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala vestibuli dan timpani akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut helikotrema.

13

Page 15: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare.

Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang menembus tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina spiralis menebal dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis. Pada bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris.

Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat kolagen. Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibrosa yang mengandung pembuluh darah dan sel mesotel.

Membran vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli.

DUKTUS KOKLEARIS (SKALA MEDIA)Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada

lokasinya, diatas membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung pigmen, di atas limbus epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria vaskularis dan diduga tempat sekresi endolimf.

ORGAN CORTIOrgan Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang

terdapat di organ Corti adalah1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher yang sempit dan agak melebar di bagian apeks.

14

Page 16: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam (Terowongan Corti) 3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam. 4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam. 5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius terletak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.

Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.

15

Page 17: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

GANGLION SPIRALISGanglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin

dan berjalan bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin berjalan dalam saluran-saluran dalam tulang yang mengitari ganglion, kehilangan mielinnya dan berakhir dengan memasuki organ Corti untuk selanjutnya berada di antara sel rambut. Bagian vestibular N VIII memberi persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus internus tulang temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang berasal dari ganglion spiralis. Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus semisirkularis dan ke makula sakuli dan ultrikuli.

Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi getaran-getaran oleh membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang –tulang pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan gelombang tekanan dalam perilimf dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani. Membran timpani kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus koklearis dengan membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan tenaga penggunting terjadi antara stereosilia sel-sel rambut dengan membran tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut. Tampaknya membran basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi , sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus koklearis.

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pendengaran

Proses pendengaranPendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah

getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah nertekanan tinggi karena komporesi (pemampatan) molekul-molukel udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. Setiap alat yang ammapu menghasilkan pola gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber suara.

Gelombang suara juga dapat berjalan melalui medium selain udara, misalnya air. Namun, perjalan gelombang suara dalam media tersebut kurang efisien, diperlukan

16

Page 18: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

tekanan yang lebih besar untuk menimbulkan pergerakan cairan udara karena resistensi terhadap perubahan cairan yang lebih besar.

Suara ditandai oleh nada (tone, tinggi rendahnya suara), intensitas (kekuatan, kepekakan, loudness, dan timbre (kualitas, warna nada).o Nada suatu suara ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin tinggi frekuensi

getaran , semakin tinggi nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi dari 20-20.000 siklus per detik, tetapi paling peka terhadap frekuensi antara 1000 dan 4000 siklus per detik.

o Intensitas atau kepekakan (kekuatan) suatu suara bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan anatar daerha pemampatan yang bertekanan tinggi dan daerah penjarangan yang bertekanan tinggi. Dalam rentang pendengaran, semakin besar amplitudo, semakin keras (pekak) suara. Kepekakan dinyatan dalam desibel (dB), yaitu ukuran logaritmik intensitas dibandungkan dengan suara teredam (terhalus) yang dapat terdengar –ambang pendengaran-. Karena hubungan yang bersifat logaritmik, setiap 10 dB menandakan peningkatan kepekakan 10 kali lipat.

o Kualitas atau warna nada (timbre) bergantung pada nada tambahan, yaitu frekuensi tambahan yang menimpa nada dasar.

Telinga luar dan tengah mengubah gelombang suara dari hantaran udara menjadi getaran cairan di telinga dalam.Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi cairan. Dengan demikian, gelombang suara hantaran udara yang harus disalurkan ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam, dan dalam prosesnya melakuakan kompensai terhadap berkurangnya energi suara terjadi secara alamiah sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi ini dilakukan oleh telinga liar dan telinga tengah.

Telinga luar terdiri dari pinna (bagian daun telinga, auricula), meatus auditorius eksternus (saluran telinga), dan memebran timpani (gendnag telinga). Pinna, suatu lempeng tulang rawan terbungkus kulit, mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke slauran telinga luar. Karena bentuknya, daun telinga secra parsial menahan gelombang suara yang mendekati telinga dari arah belakang, dan dengan demikian, membantu seseorang membedakan apakah suara datang dari arah depan atau belakang.

Lokalisasi suara untuk menentukan apakah suara datang sari kanan atau kiri ditentukan berdasarkan dua petunjuk. Pertama, gelombang suara mencapai telinga yang terletak lebih dekat ke sumber suara sedikit lebih cepat daripada gelombang tersebut mencapai telinga satunya. Kedua, sura terdengar kurang kuat sewaktu mencapai telinga yang terletak lebih jauh, krena kepala berfungsi sebagai sawar suara yang secara parsial mengganggu perambatan gelombang suara.

Pintu masuk ke kanalis telinga (saluran telinga) dijaga oleh rambut-rambut halus. Kulit yang melapisi saluran telinga mengandung kelenjar-kelenjar keringat termodifikasi yang menghasilkan serumen (kotoran telinga), suatu sekersi lengket yang menangkap partikel-partikel asing yang halus. Rambut halus dan serumen tersebut membantu mencegah partikel-partikel dari udara masuk ke bagian dalam saluran telinga, tempat mereka dapat menumpuk atau mencederai membrana timpani dan menggangu pendengaran.

17

Page 19: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Membrani timpani, yang teregang menutupi pintu masuk ke telinga tengah, bergetar sewaktu terkena gelombang suara. Daerah-daerah gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang-seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara.

Tekanan udara istirahat di kedua sisi membran timpani harus setara agar membrana dapat bergerak bebas sewaktu gelombang suara mengenainya. Bagian luar gendang telinga terpajan ke tekanna atmosfer yang mencapainya melalui saluran telinga. Bagian dalam gendang telinga yang berhadapan dengan rongga telinga tengah juga terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba eustachius (auditoria) yang menghubungkan telinga tengah ke faring. Tuba eustakius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat dibuat terbuka dengan gerakan menguap, mengunyah, atau menelan. Pembukaan tersebut memeungkinkan tekanan udara di dalam telinga tengah menyamakan diri dengan tekanan atmosfer, sehingga tekanan di kedua sisi membran setara.

Selama perubahan tekanan eksternal yang berlangsung cepat (contohnya sewaktu pesawat lepas landas), kedua gendang telinga menonjol ke luar dan menimbulkan nyeri karena tekanan di luar telinga berubah sedangkan tekanan di telinga tengah tidak berubah. Membuka tuba eustakius dengan menguap memungkinkan tekanan di kedua sisi membrana timpani seimbang, sehingga menghilangkan distorsi tekanan dan gendang telinga kembali ke posisinya semula. Infeksi yang berasal dari tenggorokan kadang-kadang menyebar melalui tuba eustakius ke telinga tenagah. Penimbunan cairan yang terjadi di telinga tengah tidak saja menimbulkan nyeri tetapi juga menganggu hantaran suara melintasi telinga tengah.

Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar memebrana timpani ke cairan di telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang terdiri dari tiga tulang yang dapat beregrak atau osikula (maleus, inkus, dan stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Tulang pertama maleus melekat ke membrana timpani, dan tulang terakhir stapes melekat ke jendela oval, pintu masuk ke koklea yang berisi cairan. Ketika membrana timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi yang sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela oval. Tekanan di jendela oval akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan gerakan seperti gelombang pada cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi gelombang suara semula.

Namun, seperti dinyatakan sebelumnya, diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menggerakan cairan. Terdapat dua mekanisme yang berkaiatan dengan sistem osikuler yang memperkuat tekanan gelombang suara daru udara untuk menggetarkan cairan di koklea. Pertama, karena luas permukaan membran timpani jauh lebih besar daripada luas permukaan jendela oval, terjadi peningktan tekanan ketika gaya yang bekerja di membrana timpani disalurkan ke jendela oval (tekanan= gaya/satuan luas). Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendnegaran menghasilkan keuntungan mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama meningkatkan gaya yang timbul pada jendela oval sebesar 20 kali lipat dari gelombang suara yang langsung mengenai jendela oval. Tekanan tambahan ini cukup untuk menyebabkan peregrakan cairan koklea.

Beberapa otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks sebgai respons terhadap suara keras (> 70 dB), menyebabkan membrana timpani menegang dan pergerakan tulang-tulang di telinga tengah dibatasi. Pengurangan pergerakan struktur-struktur telinga tengah

18

Page 20: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

ini menghilangkan transmisi gelombang suara keras ke telinga dalam untuk melindungi perangkat sensorik yang sangat peka dari kerusakan. Namun, respons refleks ini relatif lambat, timbul plaing sedikit 40 mdet setelah pajanan suatu sura keras. Dengan demekian, refleks ini hanya memberikan perlindungan terhadap suara keras yang berkepankangan, bukan terhadap suara keras yang timbul mendadak, misalnya suara ledakan.Sel rambut di organ corti mengubah gerakan cairan menjadi sinyal saraf.Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam:1. Perubahan posisi jendela bundar2. Defleksi membran basilaris.

Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikotrema, dan ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar ke dalam rongga telinga tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes beregerak mundur dan menarik jendela oval ke luar ke arah telinga tengah, perilimfe mengalir dalam arah berlawanan, mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam. Jalur ini tidak menyebabkan timbulnya persepsi suara, tetapi hanay menghamburkan tekanan.

Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil “jalan pintas”. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui membrana vestibular yang tipis, ke dalam duktus koklearis, dan kemudian melalui membrana basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar masuk bergantian. Perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan melalui membrana basilaris menyebabkan membran ini bergerak ke atas dan ke bawah, atau bergetar secara sinkron dengan gelombang tekanan. Karena organ corti menumpang pada membrana basilaris, sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu membrana basilaris bergetar. Karena rambut-rambut dari sel reseptor terbeanam di dalam membrana tektorial yang kaku dan stasioner, rambut-rambut tersebut akan membengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap membrana tektorial.

Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini menyebabkan sluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantian.Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius(koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membrana basilaris bergerak ke atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat perantara mereka, yang menaikkan kecepatan potensial aksi di serat-serta aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris bergerak ke bawah).

Dengan demikian, telinga mengubha gelombang suara di udara menjadi gerakan-gerakan berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan pergerakan maju mundur rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian) saluran di sel reseptor, yang menimbulkan

19

Page 21: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

perubahan potensial berjenjang di reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan pembentykan potensial aksi yang merambat ke otak. Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara.

Diskriminasi nada bergantung pada daerah membrana basilaris yang bergetar, diksriminasi kepekakan suara bergantung pada amplitudo getaran.Diskriminasi nada (yaitu, kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris, yang menyempit dan kaku di ujung helikotremanya.

Berbagai daerah di membrana basilaris secra alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi yang berbeda, yaitu setiap frekuensi memperlihatkan getaran puncak di titik-titik tertentu sepanjang membrana. Ujung sempit paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi, sedangkan ujung lebar paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah. Nada-nada antara berada di sepanjang membrana basilaris dari frekuensi tinggi ke rendah.

Korteks pendengaran dipetakan berdasarkan nadaNeuron-neuron aferen yang menangkap sinyal auditorius dari sel-sel rambut keluar dari koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf antara organ corti dan korteks pendengaran melibatkan beberapa sinaps di batang otak dan nukleus genikulatus medialis talamus. Batang otak menggunakan masukan pendangaran untuk kewaspadaan. Talamus menyortir dan memancarkan sinyal ke atas. Tidak seperti jalur penglihatan, sinyal pendengaran dari kedua telinga disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat-sertanya bersilangan secara parsial di batang otak. Karena itu, gangguan di jalur pendengaran tidak mengganggu pendengaran di kedua telinga.

3. Memahami dan Menjelaskan Otitis Media

3.1. DefinisiOtitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.

20

Page 22: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.

3.2. Etiologi

Bakteri Virus Lain-lain

Streptococcus pneumoniae (hingga 40 %)

Haemophillus influenza (25-30%) terutama pada anak dibawah 5 tahun

Streptococcus haemolyticus Staphylococcus aureus Streptococcus anhemolyticus Moraxellla cararrhalis (10-20%) Eschericia coli Proteus vulgaris Pseudomonas aeruginosa

Respiratory syncytial virus (RSV)

Mononucleosis Campak

Chlamydia Mycoplasma

Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status imunologi, infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius, inmatur tuba Eustachius dan lain-lain.

Faktor umur juga berperan dalam terjadinya OMA. Peningkatan insidens OMA pada bayi dan anak-anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang atau imatur tuba Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau status imunologi anak juga masih rendah. Insidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan. Anak-anak pada ras Native American, Inuit, dan Indigenous Australian menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dibanding dengan ras lain. Faktor genetik juga berpengaruh. Status sosioekonomi juga berpengaruh, seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, fasilitas higiene yang terbatas, status nutrisi rendah, dan pelayanan pengobatan terbatas, sehingga mendorong terjadinya OMA pada anak-anak. ASI dapat membantu dalam pertahanan tubuh. Oleh karena itu, anak-anak yang kurangnya asupan ASI banyak menderita OMA. Lingkungan merokok menyebabkan anak-anak mengalami OMA yang lebih

21

Page 23: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Otitis Media

Otitis Media Supuratif

1. Otitis Media Akut (0-3 minggu)

2. Otitis Media Rekuren

Otitis Media Supuratif subakut (3-12 minggu)

Otitis Media Supuratif Kronik (>12 minggu)

Otitis Media Nonsupuratif

(serosa/sekretorik/musinosa/efusi)

1. Otitis Media Serosa Akut

(barotrauma/aerotitis)2. Otitis Media Rekuren

Otitis Media Serosa Subakut

Otitis Media Serosa Kronik

Otitis Media Spesifik Lainnya

Otitis Media Tuberculosis

Otitis Media Sifilitika

Otitis Media Adhesiva

signifikan dibanding dengan anak-anak lain. Dengan adanya riwayat kontak yang sering dengan anak-anak lain seperti di pusat penitipan anak-anak, insidens OMA juga meningkat. Anak dengan adanya abnormalitas kraniofasialis kongenital mudah terkena OMA karena fungsi tuba Eustachius turut terganggu, anak mudah menderita penyakit telinga tengah. Otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat infeksi saluran napas atas, baik bakteri atau virus.

3.3. EpidemiologiSekitar 70% anak dibawah 3 tahun mengalami minimal satu kali episode otitis media (OM). Dilaporkan bahwa kasus OM pada neonatus hingga anak usia 7 tahun dengan puncak insidensi pada usia 2 tahun.60-80% bayi memiliki paling sedikit satu episode OMA, dan 90% terjadi pada usia 2-3 tahun. Di Amerika Serikat angka kejadian tertinggi dari OMA terjadi pada usia 6-24 bulan, frekwensi OMA terjadi pada masa anak-anak, remaja dan dewasa, biasanya anak laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan anak perempuan. Secara langsung atau tidak langsung kerugian akibat OMA untuk biaya pengobatan dan waktu yang hilang untuk sekolah dan bekerja mendekati angka tiga milyar pada tahun 1995.

3.4. KlasifikasiOtitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis

media non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva.

Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah. Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore.

22

Page 24: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

3.5. Patofisiologi dan PatogenesisPatogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Ini merupakan faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi. Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang-tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggi. Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal. Faktor intraluminal adalah seperti akibat ISPA, dimana proses inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret di telinga tengah. Selain itu, sebagian besar pasien dengan otitis media dihubungkan dengan riwayat fungsi abnormal dari tuba Eustachius, sehingga mekanisme pembukaan tuba terganggu. Faktor ekstraluminal seperti tumor, dan hipertrofi adenoid.

23

Page 25: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

3.6. Manifestasi KlinisOMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung

pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi.

Membran Timpani Normal

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba Eustachius juga menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.

2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi

Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari.

24

Page 26: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Membran Timpani Hiperemis

3. Stadium Supurasi Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot.

Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali. Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi.

Membran Timpani Bulging dengan Pus Purulen

4. Stadium Perforasi Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.

25

Page 27: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak. Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik.

Membran Timpani Peforasi

5. Stadium Resolusi Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani.

Gejala Klinis Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai 39,5°C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang (Djaafar, 2007). Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu penyakit. Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging. Menurut Dagan (2003) dalam Titisari (2005), skor OMA adalah seperti berikut:

26

Page 28: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Tabel 2.1. Skor OMA Skor

Suhu (°C) Gelisah Tarik telinga Kemerahan pada membran timpani

Bengkak pada membran timpani (bulging)

0 <38,0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

1 38,0- 38,5 Ringan Ringan Ringan Ringan

2 38,6- 39,0 Sedang Sedang Sedang Sedang

3 >39,0 Berat Berat Berat Berat, termasuk otore

Penilaian derajat OMA dibuat berdasarkan skor. Bila didapatkan angka 0 hingga 3, berarti OMA ringan dan bila melebihi 3, berarti OMA berat. Pembagian OMA lainnya yaitu OMA berat apabila terdapat otalgia berat atau sedang, suhu lebih atau sama dengan 39°C oral atau 39,5°C rektal. OMA ringan bila nyeri telinga tidak hebat dan demam kurang dari 39°C oral atau 39,5°C rektal.

3.7. Diagnosis dan Diagosis BandingKriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut, yaitu:

1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut. 2. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga

tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.

3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.

Keparahan OMA dibagi kepada dua kategori, yaitu ringan-sedang, dan berat. Kriteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga tengah, mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, membengkak pada membran timpani, dan otore yang purulen. Selain itu, juga terdapat tanda dan gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus, vertigo dan kemerahan pada membran timpani. Tahap berat meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi 39,0°C, dan disertai dengan otalgia yang bersifat sedang sampai berat.

Perbedaan OMA dan Otitis Media dengan Efusi

27

Page 29: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

OMA dapat dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Efusi telinga tengah (middle ear effusion) merupakan tanda yang ada pada OMA dan otitis media dengan efusi. Efusi telinga tengah dapat menimbulkan gangguan pendengaran dengan 0-50 decibels hearing loss.

Diagnosis Banding1. Otitis media externa : infeksi pada telinga luar.

Etiologi : terpapar bakteri/jamur. Manifestasi : sama seperti OMA dan OMK (gatal, nyeri, keluar cairan busuk dan

ditemukan spora hitam seperti rambut.1. Otitis media serousa : terdapat cairan di dalam telinga tengah tanpa tanda dan gejala infeksi.2. Otitis media kronik

3.8. Tatalaksana

Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik.

Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas

28

Page 30: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

12 tahun pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik.

Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak, diberikan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam empat dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis.

Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.

Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari.

Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis.

Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang muncul adalah risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik meningkat. Yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut.

Diagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut, terdapat efusi telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga tengah. Gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari 39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-berat atau demam

29

Page 31: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

39°C. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan sampai dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Follow-up dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti asetaminofen dan ibuprofen tetap diberikan pada masa observasi.

Amoksisilin merupakan first-line terapi dengan pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal selama lima hari. Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus penumoniae. Jika pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi seperti amoksisilin-klavulanat efektif terhadap Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, termasuk Streptococcus penumoniae. Pneumococcal 7-valent conjugate vaccine dapat dianjurkan untuk menurunkan prevalensi otitis media.

Pembedahan

Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi.

1. Miringotomi Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah. Indikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur.

2. Timpanosintesis Timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh rendah, pipa timpanostomi dapat menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomized trial yang telah dijalankan.

3. Adenoidektomi Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis rekuren.

3.9. Komplikasi

30

Page 32: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Sebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada otitis media supuratif kronik. Komplikasi OMA terbagi kepada komplikasi intratemporal (perforasi membran timpani, mastoiditis akut, paresis nervus fasialis, labirinitis, petrositis), ekstratemporal (abses subperiosteal), dan intracranial (abses otak, tromboflebitis).

3.10. PencegahanTerdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah ISPA pada bayi dan anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat, menganjurkan pemberian ASI minimal enam bulan, menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, dan lain-lain

3.11. PrognosisPada komplikasi otitis media bisa menyebabkan kematian ketika tidak ditangani dengan maksimal. Gejala sisa seringkali muncul pada pasien yang pernah mengalami komplikasi intrakranial. Penanganan yang adekuat terhadap penyakit primer juga sangat mempengaruhi prognosis pengobatan.

4. Memahami dan Menjelaskan Cara menjaga Telinga dan Pendengaran dalam Tuntunan Islam

Ketahuilah mata kita, Allah ciptakan untuk dapat melihat kebenaran. Telinga kita, Allah ciptakan untuk dapat mendengarkan kebenaran. Dan akal kita, Allah ciptakan untuk memikirkan dan memahami penjelasan dari apa yang kita lihat maupun kita dengar.

Apabila seseorang melihat kebenaran dengan matanya, mendengar kebenaran dengan telinganya, kemudian ia tahu dan paham (dengan menggunakan akalnya) bahwa hal tersebut adalah kebenaran, akan tetapi hatinya malah mendustakan. Maka pantas kita sebut orang ini buta, tuli dan bodoh. Sekalipun matanya, telinganya dan akalnya berfungsi tapi karena hatinya tidak membenarkan apa yang dipersaksikan mata, telinga dan akalnya, maka sia-sialah fungsi dari ketiga hal tersebut.

Oleh karenanya, orang yang demikian lebih jelek dari pada binatang ternak. Benar, binatang ternak punya mata, telinga, akal (yang sangat terbatas). Maka tidak salah jika perbuatan mereka tidak dikontrol. Tapi manusia? mereka memiliki akal yang sempurna untuk memikirkan, hati untuk memutuskan, mengapa tidak mempergunakannya?! benarlah firmannya:

�يال� ب �ض�ل س� �ل ه�م أ � ب ع�ام �ن �األ �ال� ك �ن ه�م إ �ع ق�ل�ون� إ و ي� م�ع�ون� أ �س ه�م ي �ر� ث ك

� �ن� أ �ح س�ب� أ �م ت أ“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka* itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (al-furqaan: 44) *yaitu orang kafir secara khusus dan orang sesat secara umum, Mengapa?

Allah berfirman:�ه�ا �ف ق�ه�ون� ب �ه�م ق�ل�وب* ال� ي ل

“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (kebenaran)”

�ه�ا ون� ب ص�ر� �ب �ن* ال� ي �ع ي �ه�م أ و�ل

31

Page 33: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

“Dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (kebenaran, dan tanda-tanda kekuasaan allah lainnya),:

�ه�ا م�ع�ون� ب �س �ه�م آذ�ان* ال� ي و�ل“Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (kebenaran).”

�ون� غ�اف�ل �ك� ه�م� ال �8ئ �ول �ض�ل أ �ل ه�م أ � ب ع�ام �ن �األ �ك� ك �8ئ �ول أ“Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai.” (al-a’raaf: 179)

dalam ayat lain allah berfirman: �ذ ي ء9 إ �ه�م م=ن ش� �د�ت ف ئ

� ه�م و�ال� أ ص�ار� �ب ه�م س�م ع�ه�م و�ال� أ �ى8 ع�ن �غ ن �د�ة� ف�م�ا أ �ف ئ ا و�أ ص�ار� �ب م ع�ا و�أ �ه�م س� �ا ل ن و�ج�ع�ل�ون� �ه ز�ئ ت �س �ه� ي �وا ب �ان �ه�م م�ا ك �ه� و�ح�اق� ب �ات� الل �آي �ج ح�د�ون� ب �وا ي �ان ك

“Dan kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.” (al-ahqaf: 26)Allah berfirman:

�م �ك �ع�ل �د�ة� ل �ف ئ ص�ار� و�األ �ب م ع� و�األ �م� الس� �ك �ا و�ج�ع�ل� ل ئ ي �م�ون� ش� �ع ل �م ال� ت �ك م�ه�ات� �ط�ون� أ �م م=ن ب ج�ك �خ ر� �ه� أ و�الل

ون� �ر� ك �ش ت“Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (an-nahl: 78)

Allah berfirman:ون� �ر� ك �ش �يال� م�ا ت �د�ة� ق�ل �ف ئ ص�ار� و�األ �ب م ع� و�األ �م� الس� �ك �و�ج�ع�ل� ل

“Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (as sajdah: 9)

Allah berfirman:ون� �ر� ك �ش �يال� م�ا ت �د�ة� ق�ل �ف ئ ص�ار� و�األ �ب م ع� و�األ �م� الس� �ك �م و�ج�ع�ل� ل �ك أ �نش� �ذ�ي أ ق�ل ه�و� ال

katakanlah: “Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”. (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (al-mulk: 23)

Janganlah gunakan matamu dalam hal-hal yang baathil (seperti melihat aurat, membaca buku yang penuh dengan kesesatan, kekufuran dan kebid’ahan), sehingga menghalangimu untuk melihat kebenaran yang sedemikian terangnya.

Jangan gunakan juga telingamu dalam hal-hal yang baathil (seperti mendengarkan ghibah, mendengarkan musik, mendengarkan ceramah-ceramah kesesatan, kekufuran, kesyirikan maupun kebid’ahan). Sehingga menghalangimu untuk mendengarkan kebenaran yang sedemikian jelasnya.

Jangan gunakan akalmu dalam perkara yang baathil, yang mana justru akan menjadikannya tidak berfungsi lagi. Akan tetapi gunakanlah akalmu untuk memikirkan dan memahami kebenaran. Janganlah engkau melebihkan akal dari kapasitasnya yaitu mendahulukannya daripada syari’at, sehingga engkau menjadikan akal sebagai hakim, sehingga engkau lebih merasa puas dengan ketetapan akalmu, daripada ketetapan allah dan rasulnya

32

Page 34: Wrap Up Skenario 2 Panca Indera - b4

Jangan pula jadikan hawa nafsumu menguasai hatimu, sehingga menjadikan hatimu menolak kebenaran yang telah jelas bagimu, hingga menyebabkan dirimu pun binasa. Beruntunglah mereka yang mempergunakan akal, telinga, mata dan hati mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, Victor P. 2008. Di Fiore’s Atlas of Histology with Functional

Correlations 11th edition. Baltimore. Lippincott Williams & Wilkins.

Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta. EGC

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta.

EGC.

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6.

Jakarta. EGC.

Soepardi, Efiaty Arsyad et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,

Tenggorok,

Kepala & Leher Edisi 7. Jakarta. Badan Penerbit FKUI.

33