Skenario 2 Panca Indera

38
SKENARIO 2 “PEGAWAI KAMAR MESIN KAPAL” ANNISA CHAERANI B 1102010027 KELOMPOK A-9

description

jklj

Transcript of Skenario 2 Panca Indera

Annisa chaerani b 1102010027 kelompok a-9

Skenario 2 pegawai kamar mesin kapalAnnisa chaerani b1102010027kelompok a-91. Memahami dan menjelaskan anatomi telinga 1.1 Makroskopis 1.2 Mikroskopis2. Memahami dan menjelaskan fisiologi pendengaran3. Memahami dan menjelaskan tuli perseptif Gangguan Bising 3.1 Definisi 3.2 Etiologi 3.3 Epidemiologi 3.4 Patofisiologi 3.5 Diagnosis & DD 3.6 PF & Penunjang 3.7 Terapi 3.8 Prognosis 3.9 Pencegahan4. Memahami dan menjelaskan penggunaan pendengaran secara Islami

SASARAN BELAJAR1.1 Makroskopis

1. Memahami dan menjelaskan anatomi telinga

1.2 MikroskopisLabirin OseosaTerdapat vestibulum, terletak disebelah medial rongga timpai dengan fenestra ovalisPada posterior vestibulum, bermuara tiga buah kanalis semisirkuaris (anterior, posterior, lateral). Yang setiap saluran mempunyai pelebaran/ampula. Ujung kanalis semicircularis posterior dan anterior yang tidak melebar, bersatu membentuk crus communeKearah anterior vestibulum, berhubungan dengan koklea. Bentuknya mirip kerucut dengan diameter 9 mm dan tinggi dari dasar sampai puncak 5 mm. Poros yang dikitari terhadap tulang, disebut modiolus

Labirin MembranosaDi dalamnya terdapat endolimf, yang ditandai dengan rendahnya kadar natrium dan tinggi kadar kalium.

Sakulus dan utrikulusSakulus dan utrikulus terdiri dari lembaran-lembaran tipis jaringan ikat yang dilapisi epitel selapis gepeng.Pada dinding sakulus dan utrikulus terdapat daerah-daerah kecil dengan sel-sel neuroepitel yang berkembang yaitu macula yang disarafi oleh cabang-cabang nervus vestibularis.Macula sakulus terletak di dasar sedangkan macula utrikulus terdapat di dinding lateral sehingga membentuk sudut tegak lurus.Sel reseptor (hair cell) ditandai dengan stereosilia kaku dan satu kinosilium panjang. Didalm sel ini terdapat struktur mikrotubulus 9+2 di bagian proksimal. Di dalamnya terdapat dua jenis sel rambut. Sel tipe I bentuknya lebih menyerupai mangkok sementara sel tipe II banyak terdapat ujung aferen.Sel penyokong diantara sel-sel rambut berbentuk silindris dengan mikrovili di permukaan apikalnya. Neuroepitel ini ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang disekresi oleh sel penyokong dengan endapan di bagian permukaan yang disebut otolit.

Duktus semisirkularisDaerah reseptornya di dalam ampula berbentuk mirip tabung disebut Krista ampularis. Krista secara structural mirip dengan macula namun lapisan glikoproteinnya lebih tebal berbetuk kerucut disebut kupula dan tidak ditutupi otolit

Duktus dan sakus endolimfatikusBagian awal duktus endolimfatikus dilapisi epitel selapis gepeng. Makin mendekati sakuus endolimfatikus, epitel duktus ini secara berangsur berubah menjadi epitel silindris tinggi yang terjadi 2 jenis sel : salah satu jenis memiliki mikrovili pada permukaan apikalnya dan banyak vesikel pinositik serta vakuol.Sel-sel ini berfungsi untuk mengabsorbsi endolimf dan mengendositosis materi asing.

Duktus koklearisTerbagi menjadi 3 ruangan : skala vestibule, skala media (duktus koklearis) di tengah, dan skala timpani. Duktus koklearis yang mengandung endolimf berakhir di apeks koklea. Kedua skala lain mengandung perilimf. Skala-skala ini berhubungan di bagian apeks koklea melalui suatu muara yang dikenal sebagai helikotrema.Membrane vestibularis (membrane Reissner) terdiri atal 2 lapisan epitel gepeng, satu lapisan dari skala vestibularis, dan lapisan lainnya berasal dari skala media. Tautan erat kedua lapisan ini berfungsi untuk mempertahankan gradient ion.Stria vaskularis merupakan epitel vascular yang terletak di dinding lateral duktus koklearis, terdapat sejumlah mitokondria dan bertanggung jawab terhadap komposisi ion di endolimf.Struktur telinga bagian dalam mengandung reseptor auditori khusus disebut organ corti ; organ ini mengandung sel rambut yang berespons terhadap berbagai frekuensi suara. Organ corti terletak pada substansi dasar tebal membrane basalis.

Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan olehmembran vestibularis (Reissner).Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan olehmembran basilaris.

2. Memahami dan menjelaskan fisiologi pendengaran

a. Definisi

Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakintinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis

3. Memahami dan menjelaskan tuli perseptif Gangguan Bising

Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekwensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :1. Intensitas kebisingan2. Frekwensi kebisingan3. Lamanya waktu pemaparan bising4. Kerentanan individu5. Jenis kelamin6. Usia7. Kelainan di telinga tengah

b. Etiologi

c. PatofisiologiDari anamnesis didapati riwayat penah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainanPada pemeriksaan tes penala didapatkan hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik dan Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya adalah tuli sensorineural yang biasanya mengenai kedua telinga. Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8 10 tahun pertama paparan.Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi ( umumnya 3000 6000 Hz ) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik ( notch ) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. D. diagnosis1. Tes berbisik

2. Pemeriksaan audiometria) Audiometri nada murni b) Audiometri tutur

3. Tes Penalaa) Test Rinneb) Test Weberc) Test Swabach

e.pemeriksaan penunjang

Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced hearing loss ) adalah : 1. Bersifat sensorineural2. Hampir selalu bilateral3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss ) Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang signifikan.5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz.6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15 tahun. Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan pendengaran yang terjadi.

F. Manifestasi Klinis

Dipindahkan kerjanya dari lingkungan bisingMemakai ear plug, ear muff, dan helmetPemasangan alat bantu dengar (ABD)Psikoterapi agar pasien dapat menerima keadaanLatihan mendengarRehabilitasi suaraCochlear implantg.terapiOleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural koklea yang sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupun pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya ketulian.

h.prognosis1. Pengukuran pendengaranTest pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.b. Pengukuran pendengaran secara periodik.

2. Pengendalian suara bisingDapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai ear muff ( tutup telinga ), ear plugs ( sumbat telinga ) dan helmet (pelindung kepala ). Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukan dengan cara :- memasang peredam suaramenempatkan suara bising ( mesin ) didalam suatu ruangan yang terpisah dari pekerja

3. Analisa bisingAnalisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai intensitas bising, frekwensi bising, lama dan distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan bising. Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter .

i. pencegahan Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka* itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (al-furqaan: 44)

Dan kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (al-ahqaf: 26)

4. Memahami dan menjelaskan penggunaan pendengaran secara Islami

Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (as sajdah: 9)

Untuk menjaga pendengaran, sebaiknya kita menghidari untuk mendengarkan :sumber kebisinganpembicara yang sia-sia apalagi perkataan yang mengandung unsur umpat keji, celaan terhadap orang lain, ungkapan berbau adu domba, tuduhan dan fitnah. Pembicaraan yang mengandung unsur ghibah

Sebaiknya telinga kita dipergunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Al-Quran dan ilmu-ilmu yang bermanfaat.