249484870 Space Occupying Lesion Docx

37
SMF/Lab. Ilmu Penyakit Syaraf Tutorial Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman SPACE OCCUPYING LESION (SOL) Disusun Oleh: Andreas Tedi S.K.K 0910015001 Famela Asditaliana 0910015058 Hardin Bin Baharuddin 0910015022 Marini Tandarto 0910015036 Radhiyana Putri 0910015031 Pembimbing: dr. HM. Lutfi, Sp. S

description

SOL

Transcript of 249484870 Space Occupying Lesion Docx

Page 1: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

SMF/Lab. Ilmu Penyakit Syaraf Tutorial

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

SPACE OCCUPYING LESION (SOL)

Disusun Oleh:

Andreas Tedi S.K.K 0910015001

Famela Asditaliana 0910015058

Hardin Bin Baharuddin 0910015022

Marini Tandarto 0910015036

Radhiyana Putri 0910015031

Pembimbing:

dr. HM. Lutfi, Sp. S

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

SMF/Laboratorium Ilmu Penyakit Syaraf

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

2014

Page 2: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

BAB I

LAPORAN KASUS

A. STATUS PASIEN

MRS : 28 Agustus 2014

Waktu Pemeriksaan : 29 Agustus 2014

Tempat Pemeriksaan : Ruang angsoka

Identitas

Nama : Ny. LB

Usia : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Merasa Rt.03 Berau

Pekerjaan : Petani dan IRT

Pendidikan : SD

Agama : Kristen Protestan

Suku : Dayak

B. HASIL ANAMNESA

1. Keluhan Utama

Nyeri kepala

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan nyeri kepala ± 2 tahun SMRS. Nyeri kepala dirasakan

nyut-nyut dan muncul tiba-tiba. Pasien mengatakan bahwa nyeri kepalaya awal

mulanya lebih ringan dibandingkan saat ini. Biasanya nyeri muncul saat pasien

merasa stress, kelelahan bekerja, atau pada saat maag yang dideritanya kambuh.

(Pasien sempat dirawat di rumah sakit lain selama 6 hari dengan keluhan utama

nyeri kepala akibat maag, lalu kemudian dirujuk ke RSUD AWS karena keluhan

nyeri kepala tak kunjung hilang. Menurut pengakuan keluarga, pasien juga sempat

mengalami kesulitan berbicara serta berkomunikasi selama ± 2 minggu. Namun

menurut pengakuan pasien, ia hanya merasa nyeri kepala bila terlalu banyak

berbicara, sehingga pasien kurang mau berbicara. Pasien mengaku mengalami

penurunan penglihatan selama ± 1 tahun. Dimana dirasakan sebagai penglihatan

Page 3: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

kabur. Pasien juga telah menggunakan kacamata untuk membantu penglihatan,

namun hanya dalam beberapa waktu, pengihatan pasien bertambah kabur kembali.

Pasien juga mengaku merasa menglihat kembar sehingga juga mengalami susah

membaca. Mual (+), muntah (+) berisi makanan, kejang (+) ± 3 kali, setiap kali

kejang pasien tidak sadar, kejang seluruh badan dan dialami sekitar 5 menit setiap

kali kejang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Hipertensi (+) ± 3-4 tahun

Riwayat Asma (+) sejak kecil

Riwayat DM (+), baru diketahui ± 2 bulan yll

Riwayat Jantung disangkal ( belum pernah melakukan pemeriksaan dan

tidak ada keluhan)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi. Riwayat DM tipe II, penyakit

jantung, dan asma disangkal.

C. HASIL PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Praesens

Keadaan Umum : Sakit Sedang

Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 37,00C

Kepala

Konjungtiva anemis (-/-)

Bibir sianosis (-)

Nyeri tekan perikranial (-/-)

Leher

Benjolan dileher (+)

3

Page 4: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

Thoraks

Paru

I : Dada tampak simetris pada thoraks dextra dan sinistra,

tidak terlihat retraksi intercosta

Pa : Gerakan nafas teraba simetris pada thoraks dextra dan

sinistra, fremitus suara teraba simetris pada thoraks dextra

dan sinistra

Pe : Batas paru-hepar : ICS VI MCL dextra

A : Wheezing (-/-), Rhonki (-/-), vs (+/+)

Jantung

I : Ictus cordis tidak tampak

Pa : Ictus cordis tidak teraba

Pe : Batas jantung :

Batas jantung atas : ICS III MCL sinistra

Batas jantung kanan : parasternal line dextra

Batas jantung kiri : ICS V II jari lateral MCL sinistra

Batas jantung bawah : ICS VI MCL sinistra

A : S1/S2 normal, thrill (-), gallop (-), murmur (-)

Abdomen

I :

Bentuk datar

Gerakan peristaltik tidak terlihat

Massa (-)

Pa :

Soefl

Hepar tidak teraba

Lien tak teraba

Nyeri tekan epigastrium (-)

Pe : Timpani di seluruh abdomen

A : Peristaltik usus normal

Ekstremitas atas dan bawah

Edema (-)

4

Page 5: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

Sianosis (-)

Hangat

2. Status Psychicus

Cara berpikir dan tingkah laku : penurunan respon terhadap sekitar

Kecerdasan, perasaan hati dan ingatan : pasien tampak somnolen

3. Status Neurologicus

a. Kesadaran

Kompos mentis, GCS (E4V5M6)

b. Kepala

Bentuk normal, simetris. Pericranial tenderness (-/-)

c. Leher

pergerakan (+) terganggu adanya struma.

d. Pemeriksaan Saraf Kranialis

Pemeriksaan Saraf Kranialis Kanan Kiri

Olfaktorius (I)

Subjektif

Objektif (Kopi, Teh, rokok)

Sulit dievaluasi

Sulit dievaluasi

Sulit dievaluasi

Sulit dievaluasi

Optikus (II)

Tajam penglihatan (Subjektif)

Lapangan pandang (Subjektif)

Melihat warna

Sulit dievaluasi

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Sulit dievaluasi

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Okulomotorius (III)

Pergerakan mata kearah

superior, medial, inferior, torsi

inferior

Strabismus

Nystagmus

Eksoftalmus

Refleks pupil terhadap sinar

Bentuk pupil

Ukuran

Diplopia

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

Bulat, isokor

± 3 mm

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

Bulat, isokor

± 3 mm

(+)

5

Page 6: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

Troklearis (IV)

Pergerakan mata torsi superior (+) (+)

Trigeminus (V)

Membuka mulut

Mengunyah

Menggigit

(+)

(+)

(+)

Sensibilitas muka (+) (+)

Abdusens (VI)

Pergerakan mata ke lateral (+) (+)

Fasialis (VII)

Mengerutkan dahi

Menutup mata

Memperlihatkan gigi

Sudut bibir

Bersiul

(+)

(+)

(-)

(+)

(+)

Simetris

(+)

Vestibulokoklearis (VIII)

Fungsi pendengaran

(Subjektif)

Detik arloji

Suara berbisik

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

Glossofaringeus (IX)

Perasaan lidah (bagian

belakang)

Refleks muntah

(+)

(+)

(+)

(+)

Vagus (X)

Bicara

Menelan

(+)

(+)

(+)

(+)

Assesorius (XI)

Mengangkat bahu

Memalingkan kepala

(+)

(+)

(+)

(+)

Hipoglossus (XII)

Pergerakan lidah (+)

6

Page 7: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

Artikulasi (+)

e. Badan dan Anggota Gerak

Badan

Motorik : Normal

Refleks (kulit) : Normal

Sensibilitas :

Taktil (raba) : Normal

Nyeri : Normal

Anggota Gerak Atas

Kanan Kiri

Motorik

Pergerakan

Kekuatan

Tonus

(+) Normal

5-5-5

(+) Normal

(+) Normal

5-5-5

(+) Normal

Sensibilitas

Taktil

Nyeri

(+) Normal

(+) Normal

(+) Normal

(+) Normal

Refleks fisiologis

Biseps

Triceps

(+) Normal

(+) Normal

(+) Normal

(+) Normal

Refleks patologis

Tromner

Hoffman

(-)

(-)

(-)

(-)

Anggota Gerak Bawah

Kanan Kiri

Motorik

Pergerakan

Kekuatan

Tonus

(+) Normal

5-5-5

(+) Normal

(+) Normal

5-5-5

(+) Normal

Sensibilitas

7

Page 8: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

Taktil (raba)

Nyeri

(+)

(+)

(+)

(+)

Refleks fisiologis

Patella

Achilles

Sulit di evaluasi

(+) Normal

Sulit di evaluasi

(+) Normal

Refleks patologis

Babinski

Chaddock

Schaefer

Oppenheim

Clonus paha

Clonus kaki

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Lasseig test

Kernig sign

(-)

(-)

(-)

(-)

f. Pemeriksaan Penunjang

Lab:

Leukosit : 14500

HB : 14,1

HCT : 40,9

Trombosit : 225.000

GDS : 99

Ur : 44,3

Cr : 1,0

D. DIAGNOSIS

Susp. SOL ec. Abses serebri dd Astrocytoma regio frontalis dextra

E. PENATALAKSANAAN

IVFD RL12 tetes permenit

Inj. Dexametason 4x2 amp.

Ranitidin inj. 2x1 amp.

Antrain inj. 3x1 amp.

Citicolin inj. 2x250 mg

Mannitol 4x150 cc

Paracetamol 3x500 mg

8

Page 9: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

SPACE OCCUPYING LESION (SOL)

A. Definisi

Space Occupying Lession merupakan generalisasi masalah tentang adanya

lesi pada ruang Intrakranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab

yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma,

infark, abses otak dan tumor intra kranial.

Space occupying lesion(SOL) merupakan lesi yang meluas atau

menempati ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses. Karena

cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-

lesi ini akan meningkatkan tekanan intrakranial.

Tekanan Intrakranial adalah tekanan dalam ruang tengkorak. Dimana

ruang tengkorak terdiri atas (2-10%), cairan serebrospinal (9-11%) dan jaringan

otak (s.d 88%).

Peningkatan tekanan Intrakranial adalah suatu peningkatan diatas normal

dari tekanan cairan serebrospinal di dalam ruang subaraknoid. Normalnya tekanan

Intrakranial adalah 80-180 mm air atau 0-15 mmHg.

B. Epidemiologi

9

Page 10: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

C. Etiologi

Penyebab peningkatan tekanan Intrakranial yaitu :

1. Space occupying lesion yang meningkatkan volume jaringan :

a. Kontusio serebri

Konstusio serebral merupakan cedera kepala berat, dimana otak

mengalami memar, dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi.

Pasien berada pada periode tidak sadarkan diri. Gejala akan muncul

dan lebih khas. Pasien terbaring kehilangan gerakan; denyut nadi

lemah, pernapasan dangkal, kulit dingin dan pucat. Sering terjadi

10

Page 11: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

defekasi dan berkemih tanpa disadari. Pasien dapat diusahakan untuk

bangun tetapi segera masuk kembali ke dalam keadaan tidak sadar.

Tekanan darah dan suhu subnormal dan gambaran sama dengan syok.

Umumnya, invidu yang mengalami cedera luas mengalami fungsi

motorik abnormal, gerakan mata abnormal,dan peningkatan TIK

mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya, pasien dapat mengalami

pemulihan kesadaran komplet dan mungkin melewati tahap rangsang

serebral.

b. Hematoma  

Hematoma (pengumpulan darah) yang terjadi di dalam kubah cranial

adalah akibat paling serius dari cidera kepala. Hematoma disebut

sebagai epidural, subdural atau intraserebral, bergantung pada

lokasinya. Efek utama adalah seringkali lambat sampai hematoma

tersebut cukup besar untuk menyebabkan distorsi dan herniasi otak

serta peningkatan TIK.

c. Infark

Sebuah infark serebral adalah iskemik jenis stroke karena gangguan di

pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak. Sebuah infark otak

terjadi bila pembuluh darah yang memasok bagian dari otak tersumbat

atau kebocoran terjadi di luar dinding pembuluh. Ini kehilangan hasil

suplai darah dalam kematian yang area dari jaringan.

d. Abses

Abses otak merupakan kumpulan dari unsur-unsur infeksius dalam

jaringan otak. Ini dapat terjadi melalui invasi otak langsung dari

trauma Intrakranial atau pembedahan.; melalui penyebaran infeksi dari

daerah lain seperti sinus, telinga dan gigi (infeksi sinus paranasal, otitis

media,, sepsis gigi); atau melalui penyebaran infeksi melalui

penyebaran infeksi dari organ lain (abses paru-paru, endokarditis

infektif); dan dapat menjadi komplikasi yang berhubungan dengan

beberapa bentuk meningitis. Abses otak merupakan komplikasi yang

dikaitkan dengan beberapa bentuk meningitis. Abses otak adalah

komplikasi yang meningkat pada pasien yang system imunnya

11

Page 12: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

disupresi baik karena terapi atau penyakit. Untuk mencegah abses otak

maka perlu dilakukan pengobatan yang tepat pada otitis media,

mastoiditis,sinusitis,infeksi gigi dan infeksi sistemik.

e. Tumor Intrakranial

Tumor Intrakranial meliputi lesi desak ruang jinak maupun ganas yang

tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Klien tumor Intrakranial

datang dengan berbagai gejala yang membingungkan oleh karena itu

penegakkan diagnosis menjadi sukar. Tumor Intrakranial dapat terjadi

pada semua umur, tidak jarang menyerang anank-anak dibawah usia

10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa pada usia 50-

an dan 60-an. Klasifikasi tumor saraf pusat oleh World Health

Organization (WHO), yaitu :

1) Tumor neuroepitelial

1) Tumor glial

a. Astrositoma

- Astrositoma pilositik

- Astrositoma difus

- Astrositoma anaplastik

- Glioblastoma

- Xantoastrositoma pleomorfik

- Astrositoma subependimal sel raksasa

b. Tumor oligodendroglial

- Oligodendroglioma

- Oligodendroglioma anaplastik

c. Glioma campuran (mixed glioma)

- Oligoastrositoma

- Oligoastrositoma anaplastik

d. Tumor ependimal

- Ependimoma myxopapilari

- Subependimoma

- Ependimoma

- Ependimoma anaplastik

12

Page 13: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

e. Tumor neuroepitelial lainnya

- Astroblastoma

- Glioma koroid dari ventrikel III

- Gliomatosis serebri

2) Tumor neuronal dan campuran neuronal-glial

a. Gangliositoma

b. Ganglioglioma

c. Astrositoma desmoplastik infantil

d. Tumor disembrioplastik neuroepitelial

e. Neurositoma sentral

f. Liponeurositoma serebelar

g. Paraganglioma

3) Tumor non-glial

a. Tumor embrional

- Ependimoblastoma

- Meduloblastoma

- Tumor primitif neuroektodermal supratentorial

b. Tumor pleksus khoroideus

- Papiloma pleksus khoroideus

- Karsinoma pleksus khoroideus

c. Tumor parenkim pineal

- Pineoblastoma

- Pineositoma

- Tumor parenkim pineal dengan diferensiasi intermediet

2) Tumor meningeal

a. Meningioma

b. Hemangoperisitoma

c. Lesi melanositik

3) Tumor germ cell

a. Germinoma

b. Karsinoma embrional

c. Tumor sinus endodermal (yolk sac)

13

Page 14: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

d. Khoriokarsinoma

e. Teratoma

f. Tumor germ cell campuran

4) Tumor sella

a. Adenoma hipofisis

b. Karsinoma hipofisis

c. Kraniofaringioma

5) Tumor dengan histogenesis yang tidak jelas

Hemangioblastoma kapiler

6) Limfoma system saraf pusat primer

7) Tumor nervus perifer yang mempengaruhi SSP

8) Tumor metastasis

2. Masalah serebral :

Peningkatan produksi cairan serebrospinal

Bendungan system ventricular

Menurun absorbsi cairan serebrospinal

3. Edema serebral :

Penggunaan zat kontras yang merubah homestatis otak

Hidrasi yang berlebihan dengan menggunakan  larutan hipertonik

Pengaruh trauma kepala

D. Patofisiologi

Peningkatan tekanan Intrakranial adalah suatu mekanisme yang

diakibatkan oleh beberapa kondisi neurologi. Ini sering terjadi secara tiba-tiba dan

memerlukan intervensi pembedahan.

Isi dari cranial adalah jaringan otak, pembuluh darah dan cairan

serebrospinal. Bila terjadi peningkatan satu dari isi cranial mengakibatkan

peningkatan tekanan Intrakranial, sebab ruang cranial keras, tertutup, tidak bisa

berkembang.

Peningkatan satu dari beberapa isi cranial biasanya disertai dengan

pertukaran timbal balik dalam satu volume yang satu dengan yang lain. Jaringan

otak tidak dapat berkembang, tanpa berpengaruh serius pada aliran dan jumlah

cairan serebrospinal dan sirkulasi serebral. Space occupying lesion (SOL)

14

Page 15: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

menggantikan dan merubah jaringan otak sebagai suatu peningkatan tekanan.

Peningkatan tekanan dapat secara lambat (sehari/minggu) atau secara cepat, hal

ini tergantung pada penyebabnya. Pada pertama kali satu hemisphere dari otak

akan dipengaruhi, tetapi pada akhirnya kedua hemisphere akan dipengaruhi.

Peningkatan tekanan Intrakranial dalam ruang cranial pada pertama kali

dapat dikompensasi dengan menekan vena dan pemindahan cairan serebrospinal.

Bila tekanan makin lama makin meningkat, aliran darah ke serebral akan menurun

dan perfusi menjadi tidak adekuat, maka akan meningkatkan PCO2 dan

menurunkan PO2 dan pH. Hal ini akan menyebabkan vasodilatasi dan edema

serebri. Edema lebih lanjut akan meningkatkan tekanan Intrakranial yang lebih

berat dan akan menyebabkan kompresi jaringan saraf.

Pada saat tekanan melampaui kemampuan otak untuk berkompensasi,

maka untuk meringankan tekanan, otak memindahkan ke bagian kaudal atau

herniasi ke bawah. Sebagian akibat dari herniasi, batang otak akan terkena pada

berbagai tingkat, yang mana penekanannya bisa mengenai pusat vasomotor, arteri

serebral posterior, saraf okulomotorik, traktus kortikospinal dan serabut-serabut

saraf ascending reticular activating system. Akibatnya akan mengganggu

mekanisme kesadaran, pengaturan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan

temperatur tubuh.

E. Manifestasi Klinik

1. Gejala klinik umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial,

meliputi :

a) Nyeri kepala

Nyeri bersifat dalam, terus menerus, tumpul dan kadang-kadang bersifat

hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat

beraktivitas yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk,

membungkung, dan mengejan.

b) Nausea atau muntah

Muntah yang memancar (projectile vomiting) biasanya menyertai

peningkatan tekanan intrakranial.

c) Papil edema

15

Page 16: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

Titik buta dari retina merupakan ukuran dan bentuk dari papilla optik atau

diskus optik. Karena tekanan intrakranial meningkat, tekanan ditransmisi

ke mata melalui cairan cerebrospinal sampai ke diskus optik. Karena

meningens memberi refleks kepada seputar bola mata, memungkinkan

transmisi tekanan melalui ruang-ruang oleh cairan cerebrospinal.Karena

diskus mata membengkak retina menjadi tertekan juga. Retina yang rusak

tidak dapat mendeteksi sinar.

2. False lokalizing signs dan tanda lateralisasi

False lokalizing signs ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi tumor

yang sebenarnya. Sering disebabkan karena peningkatan tekanan intrakaranial,

peregeseran dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Lesi pada salah satu

kompartemen otak dapat menginduksi pergeseran dan kompresi dibagian otak

yang jauh dari lesi primer. Suatu tumor intra cranial dpat menimbulkan

manifestasi yang tidak sesuai dengan fungsi area yang ditempatinya. Tanda

tersebut adalah:

a. Kelumpuhan saraf otak. Karena desakan tumor, saraf dapat tertarik atau

tertekan. Desakan itu tidak harus langsung terhadap saraf otak. Saraf yang

sering terkena tidak langsung adalah saraf III dan IV

b. Refleks patologis yang positif pada kedua sisi, dapat ditemukan pada

tumor yang terdapat di dalam salah satu hemisferium saja.

c. Gangguan mental

d. Gangguan endokrin dapat juga timbul SOL di daerah hipofise.

3. Gejala klinik lokal

Manifestasi lokal terjadi pada tumor yang meneyebabkan destruksi

parenkim, infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor kedaerah sekitar

tumor (contohnya: peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin),

semuanya dapat meyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.

a. Tumor Lobus Frontal

Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti

paralisis

b. Tumor Lobus Temporalis

16

Page 17: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal

kontralateral, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang parsial

kompleks

c. Lobus Parietal

Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori, kortikal hemianoksi

homonym

d. Tumor Lobus Oksipital

Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang

kongruen.

e. Tumor pada Ventrikel Tiga

Tumor didalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat

ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus.

f. Tumor Batang Otak

Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang,

nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas

g. Tumor Serebellar

Muntah Berulang dan sakit kepala dibagian oksiput merupakan gejala

yang sering ditemukan pada tumor serebellar.

h. Tumor Hipotalamus

Gangguan perkembangan seksual pada anak-anak, gangguan cairan

cerebrospinal.

i. Tumor Fosa Posterior

Gangguan berjalan nyeri kepala dan muntah disertai dengan nistagmus.

F. Diagnosis 7

Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yaitu melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik neurologik yang teliti serta pemeriksaan penunjang. Dari

anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan seperti ada

tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik

neurologik ditemukana adanya gejala seperti edema papil dan defisit lapangan

pandang.

Perubahan tanda vital pada kasus SOL intrakranial meliputi:

a. Denyut nadi

17

Page 18: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

Denyut nadi relatif stabil selama stadium awal dari peningkatan TIK,

terutama pada anak-anak. Bradikardi merupakan mekanisme yang

mungkin terjadi untuk mensuplai darah ke otak dan mekanisme ini

dikontrol oleh tekanan pada mekanisme refleks vagal yang terdapat

dimedulla.

b. Pernapasan

Pada saat kesadaran menurun, korteks serebri akan lebih tertekan daripada

batang otak pada pasien dewasa, perubahan pernapasan ini normalnya

akan diikuti dengan penurunan level dari kesadaran. Perubahan pola

pernapasan adalah hasil dari tekanan langsung pada batang otak.

c. Tekanan darah

Tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil selama stadium awal dari

peningkatan tekanan intrakranial, terutama pada anak-anak. Dengan

terjadinya peningkatan tekanan intrakranial, tekanan darah akan meningkat

sebagai mekanisme kompensasi, sehingga terjadi penurunan dari denyut

nadi disertai dengan perubahan pola pernapasan. Apabila kondisi ini terus

berlangsung, maka tekanan darah akan mulai turun.

d. Suhu tubuh

Selama mekanisme kompensasi dari peningkatan TIK, suhu tubuh akan

tetap stabil. Ketika mekanisme dekompensasi berubah, peningkatan suhu

tubuh akan muncul akibat dari disfungsi dari hipotalamus atau edema pada

traktus yang menghubungkannya.

e. Reaksi pupil

Serabut saraf simpatis menyebabkan otot pupil berdilatasi. Reaksi pupil

yang lebih lambat dari normalnya dapat ditemukan pada kondisi yang

menyebabkan penekanan pada nervus okulomotorius, seperti edema otak

atau lesi pada otak.

Nyeri kepala, edema papil dan muntah secara umum dianggap sebagai

karakteristik peninggian TIK. Demikian juga, dua pertiga pasien SOL memiliki

semua gambaran tersebut. Walau demikian, tidak satupun dari ketiganya khas

untuk peninggian tekanan, kecuali edema papil, banyak penyebab lain yang

18

Page 19: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

menyebabkan masing-masing berdiri sendiri dan bila mereka timbul bersama akan

memperkuat dugaan adanya peninggian TIK.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Head CT-Scan

CT-Scan merupakan merupakan alat diagnostik yang penting dalam

evaluasi pasien yang diduga menderita tumor otak. CT-Scan merupakan

pemeriksaan yang mudah, sederhana, non invasif, tidak berbahaya, dan

waktu pemeriksaan lebih singkat. Ketika kita menggunakan CT-Scan

dengan kontras, kita dapat mendeteksi tumor yang ada. CT-Scan tidak

hanya dapat mendeteksi tumor, tetapi dapat menunjukkkan jenis tumor

apa, karena setiap tumor intrakranial menunjukkan gambar yang berbeda

pad CT-Scan.

a. Gambaran CT-Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi

abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya.

Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan oedem yang terlihat jelas

karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau

invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya

hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada

waktu pemeriksaan CT-Scan disertai dengan pemberian zat kontras.

Kekurangan CT-Scan adalah kurang peka dalam mendeteksi massa

tumor yang kecil, massa yang berdekatan dengan struktur tulang

kranium, maupun massa di batang otak.

b. Pada subdural akut CT-Scan kepala (non kontras) tampak sebagai

suatu massa hiperdens (putih) ekstra-aksial berbentuk bulan sabit

sepanjang bagian dalam (inner table) tengkorak dan paling banyak

terdapat pada konveksitas otak didaerah parietal. Terdapat dalam

jumlah yang lebih sedikit didaerah bagian atas tentorium serebeli.

Perdarahan subdural yang sedikit (small SDH) dapat berbaur dengan

gambaran tulang tengkorak dan hanya akan tampak dengan

menyesuaikan CT window width. Pegeseran garis tengah (middle shift)

akan tampak pada perdarahan subdural yang sedang atau besar

volumenya. Bila tidak ada middle shift harus dicurigai adanya massa

19

Page 20: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

kontralateral dan bila middle shift hebat harus dicurigai adanya edema

serebral yang mendasarinya.

c. Pada fase akut subdural menjadi isodens terhadap jaringan otak

sehingga lebih sulit dinilai pada gambaran CT-Scan, oleh karena itu

pemeriksaan CT-Scan dengan kontras atau MRI sering dipergunakan

pada kasus perdarahan subdural dalam waktu 48-72 jam setelah

trauma. Pada pemeriksaan CT dengan kontras, vena-vena kortikal akan

tampak jelas dipermukaan otak dan membatasi subdural hematoma dan

jaringan otak. Perdarahan subdural akut sering juga berbentuk lensa

(bikonveks) sehingga membingungkan dalam membedakannya dengan

epidural hematoma.

d. Pada fase kronik lesi subdural pada gambaran CT-Scan tanpa kontras

menjadi hipodens dan sangat mudal dilihat. Bila pada CT-Scan kepala

telah ditemukan perdarahan subdural, sangat penting untuk memeriksa

kemungkinan adanya lesi lain yang berhubungan seperti fraktur

tengkorak, kontusio jaringan otak dan perdarahan subarakhnoid.

e. Pada abses, CT-Scan dapat digunakan sebagai pemandu untuk

dilakukannya biopsi. Biopsi aspirasi abses ini dilakukan untuk

keperluan diagnostik maupun terapi.

2. MRI

MRI merupakan pemeriksaan yang paling baik terutama untuk mendeteksi

tumor yang berukuran kecil ataupun tumor yang berada dibasis kranium,

batang otak dan di fossa posterior. MRI juga lebih baik dalam memberikan

gambaran lesi perdarahan, kistik, atau, massa padat tumor intrakranial.

3. Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap dapat dijadikan salah satu kunci untuk

menemukan kelainan dalam tubuh. kelainan sitemik biasanya jarang

terjadi, walaupun terkadang pada abses otak sedikit peningkatan leukosit

4. Foto Thorak

Dilakukan untuk mengetahui apakah ada tumor dibagian tubuh lain,

terutama paru yang merupakan tempat tersering untuk terjadinya

metastasis primer paru. Pada hematoma, mendeteksi perubahan struktur

20

Page 21: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan /edema), dan

fragmen tulang.

5. USG Abdomen

Dilakukan untuk mengetahui aakah ada tumor dibagian tubuh lain. Pada

orang dewasa. Tumor otak yang merupakan metastase dari tumor lain

lebih sering daripada tumor primer otak.

6. Biopsi

Untuk tumor otak, biopsi dilakukan untuk mengetahui jenis sel tumor

tersebut, sehingga dapat membantu dokter untuk mengidentifikasi tipe dan

stadium tumor dan menentukan pengobatan yang tepat seperti apakah akan

dilakukan pengangkatan seluruh tumor ataupun dilakukan radioterapi.

7. Lumbal Pungsi

Pemeriksaan ini hanya dilakukan untuk beberpa jenis tumor otak tertentu.

Dengan mengambil cairan serebro spinal, diharapkan dapat diketahui jenis

sel dari tumor otak tersebut. Jika tekanan intrakranial terlalu tinggi,

pemeriksaan ini kontraindikasi untuk dilakukan

8. Analisa Gas Darah

Untuk mendeteksi ventilasi atau masalah pernapasan jika terjadi

peningkatan tekanan intrakranial.

9. Angiography

Angiography tidak sealu dilakukan, tetapi pemeriksaan ini perlu dilakukan

untuk beberapa jenis tumor. pemeriksaan ini membantu ahli bedah untuk

mengetahui pembuluh darah mana saja yang mensuplai area tumor,

terutama apabila terlibat embuluh darah besar. Pemeriksaan ini penting

dilakukan terutama untuk tumor yang tumbuh ke bagian sangat dalam dari

otak.

H. Penalataksanaan

1. Pembedahan

Jika hasil CT-Scan didapati adanya tumor, dapat dilakukan pembedahan.

Ada pembedahan total dan parsial, hal ini tergantung jenis tumornya. Pada

kasus abses seperti loculated abscess, pembesran abses walaupun sudah

diberi antibiotik yang sesuai, ataupun terjadi impending herniation.

21

Page 22: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

Sedangkan pada subdural hematoma, operasi dekompresi harus segera

dilakukan jika terdapat subdural hematoma akut dengan middle shift > 5

mm. Operasi juga direkomendasikan pada subdural hematoma akut

dengan ketebalan lebih dari 1 cm.

2. Radioterapi

Ada beberapa jenis tumor yang sensitif terhadap radioterapi, seperti low

grade glioma. Selain itu radioterapi juga digunakan sebagai lanjutan terapi

dari pembedahan parsial.

3. Kemoterapi

Terapi utama jenis limpoma adalah kemoterapi. Tetapi untuk

oligodendroglioma dan beberapa astrocytoma yang berat, kemoterapi

hanya digunakan sebagai terapi tambahan.

4. Antikolvusan

Mengontrol kejang merupakan bagian terapi yang penting pada pasien

dengan gejala klinis kejang. Pasien SOL sering mengalami peningkatan

tekanan intrakranial, yang salah satu gejala klinis yang sering terjadi

adalah kejang.

Phenytoin adalah yang paling umum digunakan. Selain itu dapat juga

digunakan carbamazepine, phenobarbital dan asam valproat.

5. Antibiotik

Jika dari hasil pemeriksaan diketahui adanya abses, maka antibiotik

merupakan salah satu terapi yang harus diberikan. Berikan antibiotik

intravena, sesuai kultur ataupun sesuai data empiris yang ada. Antibiotik

diberikan 4-6 minggu atau lebih, hal ini disesuaikan dengan hasil

pencitraan, apakah ukuran abses sudah berkurang atau belum.

Carbapenem, fluorokuinolon, aztreonam memiliki penetrasi yang bagus ke

sistem saraf pusat, tetapi harus memperhatikan dosis yang diberikan

(tergantung berat badan dan fungsi ginjal) untuk mencegah toksisitas.

6. Kortikosteroid

Kortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangu tekana

intrakranial. Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat.

Dexamethasone adalah kortikosteroid yang dipilh karena aktivitas

22

Page 23: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

mineralkortikoid yang minimal. Dosisnya dapat diberikan mulai dari dosis

minimal, tetapi dosisnya dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk

mencapai dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik.

7. Head up 30-45˚

Berfungsi untuk mengoptimalkan venous return dari kepala, sehingga akan

membantu mengurangi TIK.

8. Menghindari Terjadinya Hiperkapnia

PaCO2 harus dipertahankan dibawah 40 mmHg, karena hiperkapnia dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke otak sehingga terjadi

peningkatan TIK, dengan cara hiperventilasi ringan disertai dengan analisa

gas darah untuk menghindari global iskemia pada otak.

9. Diuretika Osmosis

Manitol 20% diberikan cepat dalam 30-60 menit untuk membantu

mengurangi peningakatan TIK dan dapat mencegah edema serebri.

I. Komplikasi

1. Gangguan fungsi neurologis

2. Gangguan kognitif

3. Gangguan tidur dan mood

4. Disfungsi seksual

J. Prognosis

SOL intrakranial tergantung pada penyebabnya. Berdasarkan data di

negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat

melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5

tahun berkisar 50-60 % dan angka ketahanan hidup 10 tahun berkisar 30-40 %.

Terapi SOL yang disebabkan oleh tumor intrakranial di Indonesia secara umum

prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada

beberapa rumah sakit di Jakarta.

23

Page 24: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

BAB III

KESIMPULAN

1. Space occupying lesion (SOL) merupakan lesi yang meluas atau

menempati ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses.

Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang

terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan Intrakranial.

2. Trias klasik peningkatan tekanan intrakranial : Nyeri kepala, Nausea atau

muntah, Papil edema.

24

Page 25: 249484870 Space Occupying Lesion Docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Ejaz M, Saeed A, Naseer A, Chaudrhy, Qureshi G.R, 2005. Intra-cranial

Space Occupying Lesions A Morphological Analysis. Department of

Pathology, Postgraduate Medical Institute, Lahore – Pakistan. Biomedica

Vol. 21

2. Kaptigau, W. Matui ,Ke Liu. Space-occupying lesions in Papua New

Guinea – the CT era. Port Moresby General Hospital, Papua New Guinea

and Chongqing Emergency Medical Centre, Chongqing City, China. PNG

Med J 2007 Mar-Jun;50(1-2):33-43

3. Wulandari, A., 2012. Space Occupaying Lesion (SOL). Available from:

http://www.scribd.com/doc/181664046/Sol [Last accessed 22th April

2014]

4. Kleihus P. Burger PC, Scheithauer. Histological typing of tumours of the

Central nerbus system. WHO Histological clasification of tumour. Second

edition. Springer-Verlag, Berlin Heidelber.1993. Hal 1-20.

5. Ningrum, F.Y., 2013. Space Occupaying Lesion ( SOL). Available from:

http://www.scribd.com/doc/123949291/referat-SOL [Last accessed 22th

April 2014]

6. Widyalaksono, A., 2012. SOL Space Occupayimg Lesion. Available from:

http://www.scribd.com/doc/129372631/CR-SOL [Last accessed 22th April

2014]

7. Meagher, R.J., & Lutsep, H.L. 2013. Subdural Hematoma. Dipetik

Desember 10, 2013, dari http://emedicine.medscape.com/article/113720.

[Last accessed 22th April 2014]

8. Japardi, I. 2004 Cedera Kepala: Memahami Aspek-Aspek Penting dalam

Pengelolaan Penderita Cedera Kepala. Jakarta Barat: Bhuana Ilmu

Populer.

9. Lombardo MC. 2006. Cedera Sistem Saraf Pusat. Dalam: Price SA,

Wilson LM, eds. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Edisi 6. Volume 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

10. Wilkinson, Iain. 2005. Brain Tumour. Essential Neurology, 4th Edition.

Page 50-52.

25