Space Occupying Lession.docxii

download Space Occupying Lession.docxii

of 33

description

sol (space occupying lession) parietal tumor otak

Transcript of Space Occupying Lession.docxii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat beserta karunianya terutama kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Universitas Islam Sumatera Utara di bagian Neurologi RSUD dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang berjudul SOL (Space Occupying Lesion) Parietal. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang penanganan pada pasien yang mempunyai penyakit SOL.Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada dokter pembimbing dr. Dalton Silaban, Sp.S atas bimbingannya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat agar lebih baik.

Tebing Tinggi, Agustus 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2BAB I PENDAHULUAN31.1 LATAR BELAKANG 31.2 TUJUAN PENULISAN41.3 MANFAAT4BAB II LAPORAN KASUS5BAB III TINJAUAN PUSTAKA193.1 PENGERTIAN193.2. ETIOLOGI213.3 PATOFISIOLOGI 223.4. MANIFESTASI KLINIS243.5. KLASIFIKASI243.6. STADIUM TUMOR263.7 DIAGNOSA263.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG273.9 DIAGNOSA BANDING273.10 PENATALAKSANAAN273.11. KOMPLIKASI293.12. PROGNOSIS29BAB IV DISKUSI KASUS30BAB VPERMASALAHAN31BAB VI PENUTUP326.1 KESIMPULAN 326.2 SARAN32 DAFTAR PUSTAKA33

BAB IPENDAHULUAN

1.4 LATAR BELAKANG

SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intrakranial.1Tumor otak merupakan salah satu bagian dari sistem saraf, disamping tumor pada sistem saraf, disamping tumor spinal dan tumor perifer. Tumor ini dapat berupa tumor sifatnya primer atau yang merupakan metastasis dari tumor pada organ lainnya.Tumor otak memberikan permasalahan klinis yang agak berbeda dengan tumor lain karena efek yang ditimbulkannya, dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Tumor otak yang menimbulkan kerusakan pada jaringan otak secara langsung akan menyebabkan gangguan fungsional dari sistem saraf pusat, berupa gangguan motorik, sensorik, pancaindera, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu efek massa yang ditimbulkan tumor otak juga akan memberikan problem serius mengingat tumor berada dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa merupakan suatu ruang tertutup dengan ukuran yang tetap.

1.5 Tujuan PenulisanDalam penyusunan laporan kasus ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua macam, yaitu :1. Secara umum Menambah wawasan mahasiswa/i dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/i Kepaniteraan Klinik Senior Kedokteran, dimana pemikiran ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat.

2. Secara khusus Menambah ilmu pengetahuan para pembaca/penulis tentang SOL (Space Occupying Lession) Sebagai tugas kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara dibagian Neurologi.Inilah yang menjadi tujuan dalam penyusunan laporan kasus ini, dan juga sangat kami harapkan dapat berguna bagi setiap orang yang membaca laporan kasus ini.Semoga seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.1.6 Manfaat

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Neurologi di Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi dan meningkatkan pemahaman mahasiswa/i mengenai penyakit SOL (Space Occupying Lession) .

BAB IILAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Kasirun Harahap2. Jenis Kelamin : Laki-laki3. Usia : 38 tahun4. Suku Bangsa: Batak5. Agama : Islam6. Alamat : Jln. Swadaya7. Status : Menikah8. Pekerjaan : Wiraswasta9. Tanggal Masuk: 28 Juli 201510. Nomor : 03-29-58

STATUS NEUROLOGIA. ANAMNESA: ( Autoanamnesa )1. Keluhan Utama: Nyeri Kepala2. Riwayat Penyakit SekarangNyeri kepala dialami OS kurang lebih tiga bulan dan memberat dalam 2 minggu ini. Mulanya timbul benjolan di kepala sebelah kiri. OS juga sering mengeluh pusing. Pusing dirasakan terus menerus dan berkurang apabila OS mengkonsumsi obat Asam Mefenamat. OS juga mengeluhkan kepala berdenyut seperti terasa tertusuk. Hal yang memperberat keluhan jika OS kecapean dan mereda jika OS istirahat. Benjolan berbentuk bulat dengan diameter 12 cm dan keliling 27 cm ( sebesar kepalan tangan orang dewasa ).

3. Riwayat Penyakit Terdahulua. Hipertensi: (-) b. Diabetes Mellitus: (-)c. Penyakit Jantung: (-)d. Asma: (-)e. Penyakit Lain: (-)4. Riwayat Pribadi: merokok ( 3 bungkus/hari)5. Riwayat Pengobatan Lain: (asam mefenamat)6. Riwayat Penyakit Keluarga: (-)7. Anamnesa Sistema. Sistem Serebrospinal: Nyeri kepalab. Sistem Kardiovaskular: (-)c. Sistem Resprirasi: (-)d. Sistem Gastrointestinal: (-)e. Sistem Muskuloskletal: (-)f. Sistem Integumental: (-)g. Sistem Urologenital: (-)

Resume AnamnesaPasien bernama Kasirun Harahap, usia 38 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sakit kepala dialami selama 3 bulan. OS juga mengeluhkan kepala berdenyut seperti tertusuk. OS selalu mengkonsumsi obat sakit kepala dan akhirnya OS dirawat di RSUD dr. H. Kumpulan Pane. OS merokok kurang lebih 3 bungkus perhari dan suka makan makanan yang mengandung MSG. Benjolan berbentuk bulat dengan diameter 12 cm dan keliling 27 cm ( sebesar kepalan tangan orang dewasa ).

B. PEMERIKSAAN FISIK1. Pemeriksaan Umuna. Keadaan umum: Baikb. Kesadaran: Compos mentisc. Glasgow Coma Scale: E : 4V : 5M : 6d. Kontak: adekuate. Vital sign Tekanan darah: 155/100 mmHg Nadi: 87 x/menit reguler Respirasi: 20 x/menit reguler Suhu: 36 o cf. Berat badan: 80 kgg. Tinggi badan: 170 cmh. Status gizi: Baiki. Pulmo: Vesikulerj. Jantung: Dalam Batas Normalk. Hati: Tidak terabal. Limpa: Tidak teraba

2. Pemeriksaan Neurologia. Kepala Ukuran: Normocepali Wajah: Simetris Fontanella: Tertutup Nyeri tekan: (+)b. Leher dan vertebra Inspeksi: DBN Palpasi: DBN Range of Motion: DBN Manuver Lasegue sign: (-) Patricks test: (-) Contrapatricks sign: (-) Lhermittres sign: TDP Valsava manuver: TDP Nafzigers test: TDPc. Rangsangan meningeal Kaku kuduk: (-) Test kernig: (-) Brudzinki I: (-) Brudzinki II: (-) Brudzinki III: TDP Brudzinki IV: TDPd. Syaraf otak Nervus I ( Olfactory Nerve ) Anosmia: (-) Hiposmia: (-) Hiperosmia: (-) Parosmia: (-) Kakosmia: (-) Halusinasi penciuman: (-) Nervus II (Optic Nerve)KananKiri

Daya penglihatanDBNDBN

Pengenalan warnaDBNDBN

Medan penglihatanDBNDBN

Fundus okuliTDPTDP

PupilTDPTDP

RetinaTDPTDP

PerdarahanTDPTDP

Nervus III (Oculomotor Nerve)KananKiri

Ptosis(-)(-)

Gerak mata ke atasDBNDBN

Gerak mata ke medialDBNDBN

Gerak mata ke bawahDBNDBN

Ukuran pupil 3 mm 3 mm

Bentuk pupilBulat regularBulat reguler

Kesamaan pupilIsokorIsokor

Refleks cahaya langsung(+)(+)

Refleks cahaya konsesuil(+)(+)

Rima palpebraSIMETRISSIMETRIS

Strabismus divergen(-)(-)

Diplopia(-)(-)

Nistagmus(-)(-)

Eksoftalmus(-)(-)

Nervus IV (Trochlear Nerve)KananKiri

Gerak mata ke lateral bawahDBNDBN

Strabismus Konvergen(-)(-)

Diplopia(-)(-)

Nervus V (Trigeminal Nerve)KananKiri

Menggigit(+)(+)

Membuka mulut(+)(+)

Sensibilitas muka atas, tengah, bawahDBNDBN

Refleks kornea(+)(+)

Refleks bersin(+)(+)

Refleks masseterDBNDBN

Refleks zygomaticusDBNDBN

Eksoftalmus(-)(-)

Nervus VI (Abducens Nerve)KananKiri

Gerak mata ke lateralDBNDBN

Strabismus konvergen(-)(-)

Diplopia(-)(-)

Nervus VII (Facial Nerve)KananKiri

Kerutan kulit dahi++

Kedipan mata++

Lipatan nasolabialDBNDBN

Sudut mulutSIMETRISSIMETRIS

Mengerutkan dahi++

Mengerutkan alis++

Menutup mata++

Meringis++

Menggembungkan pipiDBNDBN

Tic facialis--

Lacrimasi(+)(+)

Daya kecap lidah 2/3 bagian depanDBNDBN

Refleks visuo palpebralDBNDBN

Reflekss glabella--

Refleks aurikulo palpebraDBNDBN

Tanda Myerson--

Tanda chovstek--

BersiulDBNDBN

Nervus VIII (Vestibulocochlear Nerve)KananKiri

Mendengar suara berbisik(+)(+)

Mendengar detik arloji(+)(+)

Test rinneTDPTDP

Test webberTDPTDP

Test schwabachTDPTDP

Nervus IX (Glossoparingeal Nerve)Arkus faringSimetris

Daya kecap lidah 1/3 belakangDBN

Refleks muntah(+)

Sengau(-)

Tersedak(-)

Nervus X (Vagus Nerve)Arkus faringSimetris

NadiTeraba

Bersuara(+)

Menelan(+)

Nervus XI (Accessory Nerve)KananKiri

Memalingkan kepalaNORMALNORMAL

Sikap bahuSimetrisSimetris

Mengangkat bahuNormalNormal

Trofi bahueutrofiEutrofi

Nervus XII (Hipoglossus Nerve) Sikap lidah: DBN Artikulasi: jelas Tremor lidah: (-) Menjulurkan lidah: (+) kekuatan lidah: NORMAL trofi otot lidah: (-) vasikulasi lidah: (-)

e. Sistem motorik Inspeksi: DBN Gerakan volunter: DBN Palpasi otot: DBN Perkusi otot: DBN Tonus otot: normotonus Kekuatan otot: ESDE:55555F :55555ESSE :55555F :55555

EIDE :55555F :55555EISE :55555F :55555

f. Sistem sensorikSensibilitasTanganKaki

KananKiriKananKiri

Nyeri++++

Termis++++

Taktil++++

PosisiDBNDBNDBNDBN

vibrasiTDPTDPTDPTDP

g. Refleks fisiologisRefleksKananKiri

Biceps refleks(+)(+)

Triceps refleks(+)(+)

Brechioradialis refleks(+)(+)

Knee patella refleks(+)(+)

Achilles refleks(+)(+)

h. Refleks patologisRefleksKananKiri

Babinski refleks(-)(-)

Chaddock refleks(-)(-)

Oppenheim refleks(-)(-)

Gordon refleks(-)(-)

Schaeffer refleks(-)(-)

Gonda refleks(-)(-)

Hoffman refleks(-)(-)

Trommer refleks(-)(-)

i. Fungsi Serebellum Cara berjalan : Normal Ataksia : DBN Rebound fenomen : DBN Dismetri Tes telunjuk-hidung : DBN Tes telunjuk-telunjuk: DBN Tes hidung-telunjuk-hidung: DBN Tes romberg: TDP Disdiadokhokenesis : TDP Nistagmus :(-)

j. Fungsi vegetatif Vasomotorik: (+) Sudomotorik: (+) Piloerektor: (+) Miksi: (+) Defekasi: (+) Potensi libido: TDP

k. Fungsi luhur Kesadaran kualitatif: Tingkah laku (Baik)Perasaan hati (Baik) Daya ingat kejadian: Ingatan baru (Baik)Ingatan lama (Baik) Orientasi: Tempat (Baik)Waktu (Baik) Orang (Baik)Situasi (Baik Intelegensi: DBN Daya pertimbangan: DBN Reaksi emosi: DBN Afasia: (-) Agnosia: (-) Akalkulia: DBN

C. PEMERIKSAAN LAIN Darah rutin (29 JULI 2015 ):Lymph % meningkat (40,2%) (n=20-40%)Granulocyte % menurun (48,6%) (n=50-70%)Hematokrit menurun (36,7%) (n = 37-54%)MCV menurun (77,6 Fl) (n= 80-100)MCHC meningkat (36,2 g/dl) (32-36 g/dl)\RCW-CV meningkat (16,3%) (n=11-16)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG : Head CT-Scan

Conclusion : massa jaringan lunak regio parietalis kiri yang meluas ke intrakranial lobus parietalis kiri dan mendestruksi os parietalis kiri.E. DIAGNOSIS BANDING : -Parietal SOL (Space Occupying Lession) : Tumor otak, Meningioma

F. DIAGNOSA KERJA :1. Diagnosis Klinik: Cephalgia2. Diagnosis Topik: Lobus Parietal3. Diagnosis Etiologik: Abses SerebriG. TERAPI IVFD RL 20 gtt/i Inj : Ranitidine 1am/12 jam Inj : Ketorolac 1amp/12 jam Captopril 25mg 3X1

H. PROGNOSIS1. Death: Dubia ad malam2. Desease: Dubia ad malam3. Disability:Dubia ad malam4. Discomfort:Dubia ad malam5. Dissatisfaction:Dubia ad malam

I. FOLLOW UPVital signSensoriumTD(mmHg)HR(x/menit)RR(x/menit)Temperature(oC)

28-07-2015Compos mentis120/100722037

29-7-2015Compos mentis120/80602036

Pada tanggal 30 Juli 2015Pasien dirujuk ke RSUP ADAM MALIK, medan

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 PENGERTIANTumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL). Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan tumor yang pertumbuhannya lambat akan memberikan gejala yang perlahan munculnya, sedangkan tumor yang terletak pada posisi yang vital akan memberikan gejala yang muncul dengan cepat. Tumor atau neoplasma susunan saraf pusat dibedakan menjadi tumor primer dan tumor sekunder atau metastatik. Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput myelin. Tumor sekunder adalah suatu metastasis yang tumor primernya berada di luar susunan saraf pusat, bisa berasal dari paru-paru, mamma, prostat, ginjal, tiroid atau digestivus. Tumor ganas itu dapat pula masuk ke ruang tengkorak secara perkontinuitatum, yaitu dengan melalui foramina basis kranii, seperti misalnya pada infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring. Berdasarkan data statistik, angka insidens tahunan tumor intrakranial di Amerika adalah 16,5 per 100.000 populasi per tahun, dimana separuhnya (17.030) adalah kasus tumor primer yang baru dan separuh sisanya (17.380) merupakan lesi-lesi metastasis. Di Indonesia masih belum ada data terperinci yang berkaitan dengan hal ini, namun dari data RSPP dijumpai frekuensi tumor otak sebanyak 200-220 kasus/tahun dimana 10% darinya adalah lesi metastasis. Insidens tumor otak primer bervariasi sehubungan dengan kelompok umur penderita. Angka insidens ini mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia dekade pertama yaitu dari 2/100.000 populasi /tahun pada kelompok umur 10 tahun menjadi 8/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 40 tahun dan kemudian meningkat tajam menjadi 20/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 70 tahun untuk selanjutnya menurun lagi.Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74%) dibanding perempuan (39,26%) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun (31,85%), selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1%) yang dioperasi dan lainnya (26,9%) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2%), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple (Hakim, 2005). Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial) (Prince & Wilson, 2005). Oleh karena tumor otak secara histologik dapat menduduki tempat yang vital sehingga menimbulkan kematian dalam waktu singkat. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan keterampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran (Travis et al., 2011). Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak. (http://www.tumor_otak/2008.com).Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.

3.2. ETIOLOGI1. GenetikRiwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai anggota-anggota keluarga. Sklerosis tuberos atau penyakit sturge-weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.2. Bagian Embrional yang TersisaBagian-bagian embrional berkembang menjadi bagian yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Adakalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bagian disekitarnya seperti meningioma, astrositoma, craniofaringioma, teratoma intrakranial, kordoma.3. RadiasiPada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebabkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa. Radiasi dengan dosis trapeutik dapat merangsang sel mesenkimal. Beberapa laporan bahwa radiasi timbulnya mengioma. 4. Trauma Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

5. Kimia dan VirusZat-zat karsinogenik metilcholanthrone dan nitro-etil-urea dapat menyebabkan tumor primer. Sedangkan virus (Epstein-barr) disangka berperan dalam genesisnya burkitts lymphoma juga karsinoma anaplastik nasofaring. Pada binatang ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.6. Metastase Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lainnya juga dapat terjadi. Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak berasal dari paru-paru dan payudara.

3.3 PATOFISIOLOGI Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel yang abnormal secara cepat pada daerah Central Nervous System (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat disekitarnya, mengakibatkan terjadinya gangguan neurologis. Gangguan neurologis pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan olah dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan TIK. Gangguan fokal terjadi apabila terjadi penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh meyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.Serangan kejang sebagai gejala perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kisata yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor: bertambahnya masasa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedem dalam jaringan otak. Mekanisme belum eluruhnya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan.Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan meningkatkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruang subarakhnoid menimbulkan hidrosefalus. Mekanismenya belum seluhnya dipahami, tetapi juga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi sulkus atau serebrum yang timbul bila gyrus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui incisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesencephalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke tiga. Kompresi medulla oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.3.4. MANIFESTASI KLINIS1. Peningkatan tekanan intrakranial a. Nyeri kepala Nyeri bersifat dalam, terus menerus, tumpul dan kadang kadang bersifat hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan. b. Nausea dan muntah Akibat rangsangan pada medual oblongata c. Papil edema Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus. d. Kejang Lokale. Penurunan fokal motorik3.5. KLASIFIKASI1. Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :a. Jinak Tidak terdapat sel kanker Biasanya dapat diangkat dan tidak berulang Batas tegas Bersifat tidak menginvasi ke jaringan sekitar tapi dapat menekan daerah yang sensitif dari otak dan mengakibatkan gejala. Bila terletak didaerah vital dari otak dan mengganggu fungsi vital maka dapat dipikirkan suatu malignasi.Yang termasuk tumor jinak adalah: Acoustic neuroma Meningioma Pituitary adenoma Astrocytoma ( grade I )b. Malignant Mengandung sel kanker Mengganggu fungsi vital dan mengancam nyawa Tumbuh cepat dan menginvasi ke jaringan sekitar otak Seperti tanaman, tumor maligna mempunyai akar yang tumbuh ke dalam jaringan otak yang sehat. Tumor otak maligna bisa encapsulated.Yang termasuk tumor maligna: Astrocytoma ( grade 2,3,4 ) Oligodendroglioma Apendymoma 2. Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :a. Tumor intradural Ekstramedular Cleurofibroma Meningioma intramedural Apendimoma Astrocytoma Oligodendroglioma Hemangioblastoma b. Tumor ekstradural Merupakan metastase dari lesi primer.

3.6. STADIUM TUMOR- Derajat 1: Sifat kurang agresif, tumbuh lambat, gambar sel hampir normal, bila di lakukan operasi maka merupakan terapi yang efektif.-Derajat 2: Relatif tumbuh lambat, ada sel yang abnormal di bawah mikroskop, menginvasi jaringan normal, dapat timbul kembali bila di angkat.-Derajat 3: Cendrung timbul lebih cepat, menginfiltrasi dan dapat timbul kembali jika di angkat.-Derajat 4: Tumbuh sangat cepat, bersifat agresif, gambaran bizzare pada mikroskop. 3.7 DIAGNOSAUntuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan diatas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan defisil lapangan pandang.

3.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebralsekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler2. MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan daerah hiposisis, dimana tulang menggangudalam gambaran yang menggunakan CT Scan3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosisi 4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor5. Elektroensefalografi ( EEG )Mendeteksi gelombang otak abnormal. 3.9 DIAGNOSA BANDING SOL parietal Abses intraserebral Epidural hematom Hipertensi intrakranial benigna Meningitis kronik3.10 PENATALAKSANAANTerapi tergantung pada banyak faktor diantaranya: tipe, lokasi, ukuran tumor, umur pasien, keadaan umum pasien. Penatalaksanaan sementara sebelum dilakukan operatif adalah pemberian: Steroid untuk menghilangkan edema otak Antikonvulsan, untuk mencegah atau mengontrol kejang

A. Operatif Merupakan terapi yang paling sering di lakukan pada tumor otak Untuk mengambil tumor otak operasi ini disebut kraniotomi Jika mungkin tumor di ambil semua, tetapi bila tumor tidak dapat di angkat semuatanpa merusak jaringan otak vital maka akan di angkat semua tanpa merusak jaringan otak, maka akan di angkat tumor sebanyak banyaknya. Pengambilan sebagian tumor dapat menghilangakan gejala dengan mengurangi tekanan pada otak dan mengurangi ukuran tumor dan terapi dapat di lanjutkan dengan radio terapi atau kemotrapi. Pada tumor yang tidak dapat di angkat sama sekali, akan di lakukan biopsi untuk mengetahui tipe sel sehingga dapat membantu untuk memutuskan terapi yang harus di lakukan biasanya di lakukan needlebiopsi dengan bantuan CT scan atau MRI untuk mengarahkan ke lokasi yang tepat.operator membuat lubang kecil di tulang tengkorak dan menuntun jarum ke tumor teknik ini di sebut stereotaksis.

B. RadioterapiRadioterapi menggunakan x-ray untuk membunuh sel-sel tumor sebuah mesin besar di arahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi di arahkan ke seluruh otak atau ke saraf tulang belakang. Radioterapi biasanya di lakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat di angkat melalui operasi radiasi juga dapat di lakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien.

C. KemoterapiKemotrapi, yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Kemotrapi di berikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh tubuh obat-obatan biasanya di berikan dalam duia sampai empat siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode pemulihan.Dua jenis obat kemotrapi, yaitu: temozolomide (temodar) dan befacizumap ( afastin), baru baru ini telah dapat persetujuan untuk pengobatan mioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama. Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral. 3.11. KOMPLIKASI 1. Gangguan fungsi neurologis2. Gangguan kognitif3. Gangguan tidur dan mood4. Disfungsi seksual3.12. PROGNOSISSering ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan diagnosa. Juga tergantung pada diagnosa, tipe, drajat tumor, lokasi tumor, metastasis, umurpasien, keadaan umum pasien, dan seberap banyak tumor mempengaruhi aktifitas pasien.Tumor otak di indonesia secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang di lakukan pada beberapa rumah sakit di jakarta. Meskipun di obati, hanya sekitar 25% menderita kanker otak yang bertahan hidup setelah dua tahun prognosisi yang lebih baik di temukan pada astrositoma dan oligodendrongioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu tiga sampai lima tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang di obati bertahan hidup lebih dari lima tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif di lakukan pada penderita yang berusia di bawah 45 tahun, penderita asrtrositomaanaplastik dan penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya yang telah di angkat melaluli pembedahan.

BAB IVDISKUSI KASUS

Pada kasus ini dirawat seorang pasien laki-laki berusia 38 tahun tahun dengan diagnosa SOL Parietal. Awal mula OS merasakan adanya benjolan pada kepala sebelah kiri. Benjolan dirasakan semakin membesar 3 bulan ini. Dengan diameter 27 cm. OS merasakan pusing dan kepala seperti tertusuk-tusuk. Rasa sakit di kepala hilang jika pasien mengkonsumsi obat sakit kepala. Os menyangkal adanya mual dan muntah. BAK dan BAB dalam batas normal.Berdasarkan pemeriksaan fisik ,didapatkan vital sign yaitu kesadaran composmentis, Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60 x/menit regular , respirasi 20 x/menit regular, Suhu 36oc. Pada pemeriksaan saraf kranialis , nervus olfaktorius (I), Optikus (II), Occulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abducen (VI), facial (VII), vestibulocochlear (VIII) ,Glossopharyngeal ( IX) , Vagus ( X ) , Accesory ( XI ) , Hypoglossus ( XII ) dalam batas normal.Pada pemeriksaan reflex dijumpai reflek fisiologis dan reflek patologis dalam batas normal. Pada pemeriksaan kekuatan motorik pada ekstremitas superior dan inferior dekstra 55555/55555 dan sinistra 55555/55555.Dari hasil CT- Scan dijumpai massa jaringan lunak regio parietalis kiri yang meluas ke intrakranial lobus parietalis kiri dan mendestruksi os parietalis kiri. Kesan SOL di daerah parietal

BAB VPERMASALAHAN1. Apakah diagnosa kasus ini sudah benar?Jawab : Belum jelas, karna dari hasil pemeriksaan tambahan pada CT Scan hanya menunjukan gambaran lessi atau massa saja, jika di lakukan pemeriksaan tambahan lain seperti pemeriksaan PA bisa di tegakkan gambaran tersebut jenis tumor jinak atau ganas

2. Apa penatalaksanaan pada kasus ini sudah benar?Dilihat untuk mengurangi gejalanya sudah benar, seperti pemberian captopril untuk menurunkan tekanan darah dan ketorolac yang dapat mengurangi nyerinya. tapi itu hanya mengobati gejala simptomatiknya saja, sama sekali tidak mengurangi gejalan benjolan pada kepala yang dapet menyebabkan gejala klinisnya. Menurut kami os perlu mendapatkan penatalkasanaan pembedahan untuk mengangkat tumor dan life saving pada os.3. Bagaimana Prognosis Pada Kasus ini?Untuk prognosis pada kasus ini buruk karena dalam 3 bulan ukuran massanya cepat membesar yang menggambarkan proliferasi sel-sel tumor sangat cepat. Jika tidak dilakukan operatif segera maka akan mengancam nyawa pasien.

BAB VIPENUTUP6.1 KESIMPULAN SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intrakranial.Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL). Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif disfungsi neurologis. Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel yang abnormal secara cepat pada daerah Central Nervous System (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat disekitarnya, mengakibatkan terjadinya gangguan neurologis.

6.2 SARAN

Demikianlah refarat ini disusun serta besar harapan kami nantinya, refarat ini dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi mahasisiwa/i fakultas Universitas Islam Sumatera Utara yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di RSUD Kumpulan Pane.Dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.Kami terima kritik dan saran demi kesempurnaan refarat yang telah kami susun.

. DAFTAR PUSTAKA1. Asuhan Keperawatan Space Occupying Lession. 2010. [available from: http://perfecttonarcissmo.blogspot.com/2010/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-space.html]2. Maher, M. Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi 5. Dian Rakyat, Jakarta, 20003. Sylvia A Price dan Lorraine M Wilson, Buku Patofisiologi edisi ke IV, 1995, EGC, Jakarta.4. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 19995. Informasi tentang Tumor Otak access on http://www.medicastore.com March, 6th 2012.6. Saiful Saanin, Tumor Intrakranial Access on www.angelfire.neurosurgery 7. S.C. Brain Tumor Surviral Rate, http://www.buzzle.com/articles/brain-tumor-survival-rate.ht8. Youmans, Neurogical Surgery, edisi IV 1996, by sounders company9. Dorlan, W.A. Newman 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC10. Marjono, M. Sidharta, P. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat.17