233808867 LAPSUS Trauma Thoraks
-
Upload
rivanti-asmara-wijaya -
Category
Documents
-
view
92 -
download
32
description
Transcript of 233808867 LAPSUS Trauma Thoraks
LAPORAN KASUS
TRAUMA TEMBUS THORAKS
I. ABSTRAK
Pendahuluan : Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thoraks yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thoraks ataupun isi dari cavum thoracis dimana
trauma ini dapat disebabkan oleh benda tajam maupun tumpul.
Laporan kasus : laki-laki 16 tahun datang dengan keluhan luka tusuk pada dada kiri. Dialami
sejak kurang lebih satu jam yang lalu sebelum masuk RS. Luka tusuk tersebut disebabkan oleh
anak panah. Nyeri dada ada, sesak ada.
Mekanisme Trauma: pasien pada saat itu sedang duduk tiba-tiba terkena anak panah yang
menancap di bagian tengah dada. Anak panah datang dari arah depan tapi jarak tidak diketahui.
Kesimpulan : Pada presentasi kasus ini, dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
penunjang diagnose yang ditegakkan adalah Trauma tembus thorax
II. PENDAHULUAN
Trauma thoraks merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat trauma. Banyak
penderita meninggal saat tiba dirumah sakit sebelum sempat tertolong dan banyak diantara
kematian ini sebenarnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemampuan diagnostik dan terapi.
Hanya 15-30% dari cedera tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi.(1)
Penyebab kematian tercepat pada pasien trauma toraks disebabkan oleh beberapa kondisi,
yaitu:obstruksi jalan napas, gangguan pernapasan yang fatal seperti tension pneumothoraks atau
hemothoraks dan tamponade jantung. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan timbulnya hipoxia,
hiperkapni dan asidosis.(2)
Setiap struktur pada rongga thoraks berpotensial mengalami trauma penetrasi dan harus
dievaluasi sebaik-baiknya ketika terjadi trauma. Struktur rongga thoraks meliputi, dinding dada,
paru-paru dan pleura, sistem tracheobronchial, jantung dan mediastinum.(3)
Pasien dengan trauma toraks dievaluasi dan ditangani sesuai dengan prinsip penanganan
pasien trauma. Primary survey pada penderita cedera thoraks dimulai dengan airway. Masalah
utama harus dikoreksi begitu teridentifikasi. Patensi airway dan ventilasi harus dinilai dengan
mendengarkan gerakan udara pada hidung penderita, mulut dan dada. Pada breathing, dada dan
leher penderita harus dibuka selama penilaian dan vena-vena leher diperhatikan. Masalah yang
sering timbul terkait breathing yaitu: tension pneumothoraks, pneumothoraks sederhana,
flailchest dan hemothoraks masif. Pada circulation, denyut nadi penderita dinilai kualitas,
frekuensi dan keteraturannya. Cedera thoraks yang mempengaruhi sirkulasi dan harus ditemukan
pada primary survey adalah hemothoraks masif dan tamponade jantung. Setelah primary survey
dilakukan, dilanjutkan dengan secondary survey yang membutuhkan pemeriksaan fisik yang
lebih dalam dan teliti. Jika kondisi pasien memungkinkan, dibuat foto thoraks tegak,
pemeriksaan analisis gas darah, monitoring pulse oximeter dan elektrokardiogram. Ada delapan
cedera thoraks yang mungkin mematikan yaitu: pneumothoraks sederhana, hemothoraks,
kontusio paru, perlukaan percabangan trakeo-bronkial, cedera tumpul jantung, cedera diafragma
dan mediastinal traversing wound. Cedera diatas dari pemeriksaan fisik biasanya tidak jelas,
sehingga membutuhkan indeks kecurigaan yang tinggi karena cedera-cedera ini sering tidak
terdiagnosis dari awal sehingga berakibat fatal.(1, 4, 5)
III. PRESENTASI KASUS
• Identitas Pasien
Nama : Tn. IM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 tahun
Alamat : Jl. Andi Mangerangi Lr.6 No.28 Mks
No. Reg : 64 57 55
Tgl. Masuk RS : 8 Januari 2014
• Anamnesis
Anamnesis : Alloanamnesis
Keluhan Utama : luka tusuk pada dada kiri
Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak kurang lebih satu jam yang lalu sebelum masuk
RS. Luka tusuk tersebut disebabkan oleh anak panah. Sesak ada,
nyeri dada ada.
Mekanisme Trauma: pasien pada saat itu sedang duduk tiba-tiba terkena anak panah yang
menancap di dada kiri. Anak panah datang dari arah depan namun
jaraknya tidak diketahui.
C. Pemeriksaan Fisis
Primary survey
Airway : tidak ada obstruksi, jalan napas patent
Breathing : RR=28 x/menit, simetris, tipe thoracoabdominal.
BP: Vesikuler
BT: Ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Circulation : TD: 110/70 mmHg, HR:92 x/menit, teratur, kuat angkat
Disability : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor kanan dan kiri, diameter 2,5/
2,5 mm
Eksposure : Suhu: 36,70C
Secondary survey
Thoraks
Inspeksi : Normochest, gerakan dinding dada simetris, pernapasan tipe
thoracoabdominal, ictus cordis tidak tampak, edema tidak ada, hematom
tidak ada. Tampak vulnus ictum dengan anak panah menancap pada
hemithoraks sinistra setinggi ICS V parasternalis sinistra, terbungkus
kasa, ada pergerakan anak panah, mengikuti denyut jantung.
Palpasi : Nyeri tekan ada, krepitasi tidak ada. Jarak anak panah 3cm arah kiri
dari garis midsternalis dan 5 cm ke arah kanan dari garis midclavicula
kiri. Panjang anak panah bagian luar ± 5 cm. Peningkatan DVS tidak ada
Perkusi : Pada perkusi didapatkan sonor pada hemithoraks dextra et sinistra.
Batas kanan Jantung parasternalis dextra, batas kiri jantung
midclavicularis sinistra, batas atas jantung setinggi ICS II, batas bawah
jantung ICS VI.
Auskultasi : Suara napas bronkovesikuler di hemithoraks dekstra et sinistra tanpa
adanya suara napas tambahan, bunyi jantung I/II murni, reguler. Bunyi
tambahan: murmur tidak ada. Bunyi jantung tidak menjauh.
D. Foto Klinis
E. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium ( 8/1/14 )
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
WBC 19.12 x 103 4.00-10.0 x 103
RBC 4.80 x 106 4.00-6.00 x 106
HGB 13.1 g/dL 12-16 g/dL
HCT 39.3% 37.0-48.0 %
PLT 270 x 103 150-400 x 103
SGOT 34 <38
SGPT 27 <41
GDS 218 140
Natrium 138 136-145
Kalium 3.5 3.5-5.1
Klorida 111 97-111
Ureum 16 10-50
Kreatinin 1,0 L <1.3
CT 8’00” 4-10 menit
BT 2’00” 1-7 menit
PT 12.2 detik 10-14 detik
APTT 39.6 detik 22.0-30.0 detik
HbsAg Non-reactive Non-reactive
Anti HCV Non-reactive Non-reactive
• Foto Thoraks PA (8/1/14)
Hasil Foto Thoraks AP & Lateral:
• tampak metal density berbentuk panah dengan kedalaman ±7.27 cm setinggi ICS III kanan
depan kesan memasuki mediastinumanteromedius disertai bayangan lusen pada batas kanan
jantung.
• Tampak gambaran ground glass pada hemithoraks kanan disertai sudut costophrenicus
anterior yang tumpul.
• COR: CTI dalam batas normal, aorta normal
• Sinus dan difragma kiri baik
• Tulang-tulang yang tervisualisasi kesan intak
Kesan :
• corpus alienum mediastinum anteromedius disertai gambaran pneumomediastinum
• Hematothoraks kanan
F. Diagnosa Sementara
Trauma tembus jantung
Hemothoraks kanan
Susp. Tamponade Jantung
G. Penatalaksanaan
• Pada pasien ini diberikan oksigen 10 ltr via NRM
• IVFD RL 28 tetes/menit
• suntikkan TT 0,5 cc
• Antibiotik profilaksis (Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV).
• Rencana dilakukan thoracotomy serta pemasangan chest tube dan WSD
IV. DISKUSI
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thoraks yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thoraks ataupun isi dari cavum thoraks yang disebabkan
oleh benda tajam maupun benda tumpul.
Trauma thoraks penetrasi adalah penerobosan suatu benda dari permukaan luar ke
permukaan dalam yang menyebabkan gangguan integritas rongga thoraks dan menyebabkan
perubahan tekanan intrathoraks.
Semua organ pada rongga thoraks potensial untuk mengalami luka penetrasi, dan semua
pasien yang mengalami luka penetrasi harus dievaluasi sebaik-baiknya. Organ yang dimaksud
yaitu dinding dada, paru-paru dan pleura, sistem tracheobronchial, oesofagus, pembuluh darah
thoraks, jantung dan mediastinum. Sehingga dapat terjadi beberapa kondisi traumatik, seperti:
hemothoraks, pneumothoraks, tamponade jantung dan sebagainya.(3)
Trauma thoraks menyebabkan hampir 20-25% dari semua kematian yang berhubungan
dengan trauma di Amerika Serikat dan sangat berkaitan dengan 50% kematian yang berhubungan
dengan trauma yang mencakup cedera sistem multipel.(4)
Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau lebih mekanisme
patologi berikut :(1)
• Hipoxia adalah kurangnya oksigen dalam darah.
• Hiperkapnia, disebabkan oleh ventilasi yang tidak adekuat.
• Asidosis, timbul akibat hipoperfusi.
Pada pasien ini, terdapat luka penetrasi oleh benda tajam pada daerah hemithoraks sinistra,
benda tajam tersebut berupa anak panah sepanjang ± 15 cm. Berdasarkan gambaran radiologi,
anak panah tersebut menembus rongga thoraks sepanjang 7,27 cm. Berdasarkan tempat
menancapnya anak panah dan hasil pemeriksaan fisis dimana anak panah bergerak mengikuti
denyut jantung sehingga dapat dicurigai anak panah tersebut menyebabkan luka tembus jantung.
Penanganan awal pada pasien ini yaitu: memberikan ventilasi yang adekuat dengan
oksigen flow 10 Lpm via sungkup non re-breathing. Dilakukan pula pemasangan IV line dengan
cairan kristaloid (RL). Karena pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda syok sehingga
diberikan cairan maintenance 20 tpm. Pemberian TT 0,5 cc dan antibiotik profilaksis. Dan
rencana dilakukan thoracotomy serta pemasangan chest tube dan WSD.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien ini
mengalami trauma tembus jantung disertai hemothoraks dekstra dan susp. Tamponade jantung.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
• Definisi
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura, paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan.(6)
• Anatomi dan Fisiologi
Untuk kasus trauma thoraks, terdapat 3 bagian/organ yang perlu dipelajari secara
sistematis, yaitu rongga thoraks, paru-paru dan jantung.(7)
1. Rongga Thoraks
Rongga Thoraks tersusun atas jaringan tulang dan otot (Muskuloskeletal), yang membentuk
suatu rongga (Cavum). Didalam rongga thoraks terdiri dari beberapa organ vital yaitu; jantung
yang merupakan organ utama pada sistem kardiovaskuler, dan paru-paru yang juga merupakan
organ utama pada sistem pernapasan.
Rangka thoraks dibentuk oleh columna vertebralis, tulang costa, cartilago costa, dan
sternum. Costa terdiri dari 12 pasang tulang rusuk, dimana dari 12 pasang tersebut terbagi
menjadi : 7 pasang costa sejati, 3 pasang costa palsu, dan 2 pasang costa melayang. Tulang-
tulang tersebutlah yang melindungi cavum thoraks dan beberapa organ didalamnya.
Rongga ini dilapisi oleh tiga otot yang menyerupai dinding otot abdomen. Ketiga otot
tersebut yaitu ;
• M. Intercostalis Externus
Otot ini berjalan mengisi rongga intercostalis dari vertebra posterior sampai di perbatasan
kostokondral di anterior, kemudian otot ini terus berjalan ke depan sebagai membran yang tipis,
secara kasat mata, otot ini akan terlihat seperti huruf V.
• M. Intercostalis Internus
Otot ini berjalan mengisi rongga intecostalis dari sternum sampai ke angulus costa
kemudian berjalan ke belakang sebagai suatu membran yang tipis, secara kasat mata, otot
ini akan terlihat seperti huruf “A”.
• M. Intercostalis Intima (terdalam)
Nervus intercostal adalah rami anterior primer dari N. Segmentalis torakalis. Nervus
intercostal berjalan melewati 11 costa, sedangkan costa ke 12 dilewati oleh nervus subcosta.
2. Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya alveoli ±
700.000.000 buah paru-paru kiri dan kanan. Paru-paru di bagi 2, yaitu paru-paru kanan yang
terdiri dari 3 lobus yaitu : lobus pulmo dextra superior, lobus media dan lobus inferior. Paru-paru
kiri hanya terdiri dari 2 lobus karena berbatasan langsung dengan organ jantung didalam rongga
thoraks. Adapun kedua lobus tersebut yaitu : lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan 5 buah segmen pada
inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2
buah segmen pada lobus medialis dn 3 buah segmen pada lobus inferior. Organ ini terletak pada
rongga thoraks yang menghadap ke tengah rongga thoraks. Paru-paru di bungkus oleh selaput
yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2, yaitu pleura visceral dan pleura parietal.
Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadai di
paru-paru. Oksigen di ambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen
masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonal,
alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membrane, dan diambil oleh sel
darah merah di bawa ke jantung dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh.
3. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ muskuler berongga yang terdiri dari otot-otot. Otot
jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan susunannya sama
dengan otot serat lintang, dan cara kerjanya dipengaruhi oleh susunan saraf otonom atau diluar
kemauan kita.
Jantung terletak dirongga thoraks sebelah depan (cavum mediastinum anterior), sebelah
kiri bawah dari pertengahan rongga thoraks, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat
dibelakang kiri antara costa V dan VI, dua jari dibawah papila mamae. Pada tempat ini teraba
adanya denyutan jantung yang disebut iktus cordis. Ukuran jantung + sebesar genggaman tangan
kanan dan beratnya kira-kira 250 – 300 gram. Organ ini tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan
pembungkus (Perycardium), lapisan otot (Myocardium) dan lapisan terdalam (Endocardium)
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung.
Pada bagian dalam jantung inilah terdapat 4 ruang/rongga, yaitu atrium dekstra, atrium kiri,
ventrikel dekstradan ventrikel sinistra. Keempat ruang ini dihubungkan dengan keberadaan katup
Atrioventrikularis dan katup Semilunaris.
Curah jantung adalah volume darah yang disemprotkan oleh setiap ventrikel setiap menit.
Dua penentu curah jantung adalah kecepatan denyut jantung (denyut per menit) dan volume
sekuncup (volume darah yang dipompa per denyut). Pada keadaan normal (fisiologis) jumlah
darah yang dipompakan oleh ventrikel sinistra dan ventrikel dekstrasama besarnya bila tidak
demikian maka akan terjadi penimbunan darah di tempat tertentu, misalnya bila jumlah darah
yang dipompakan ventrikel dekstralebih besar dari ventrikel sinistra maka jumlah darah tidak
dapat diteruskan oleh ventrikel sinistra ke peredaran darah sistemik sehingga terjadi penimbunan
darah di paru-paru.
Jumlah yang dipompakan ventrikel dalam satu menit disebut curah jantung dan jumlah
darah yang dipompakan ventrikel pada setiap kali sistol disebut isi sekuncup. Secara normal pada
setiap sistol ventrikel tidak terjadi pengosongan total dari ventrikel, hanya sebagian dari isi
ventrikel yang dikeluarkan. Curah jantung pada pria dewasa dalam keadaan istirahat + 5 liter dan
dapat turun atau naik pada berbagai keadaan.
Preload adalah jumlah atau volume darah saat pengisian kembali ke atrium dekstra
melewati vena cava superior dan vena cava inferior sedangkan afterload adalah jumlah atau
volume darah dalam sekali pompa oleh ventrikel sinistra keseluruh tubuh.
2.3. Epidemiologi
Sekitar 20%-25% trauma thoraks menyebabkan kematian akibat trauma dan 25%
komplikasi dari trauma thoraks dapat menyebabkan kematian. Kebanyakan luka penterasi
jantung menyebabkan kematian. Penelitian di Afrika Selatan menunjukkan, hanya sekitar 6%
pasien dengan luka penetrasi jantung yang hidup. Seattle, kota yang terkenal dengan kualitas
prehospital yang baik, survival rate pasien dengan luka penetrasi jantung hanya sekitar 17%. (8)
Berdasarkan posisi anatomi jantung, sekitar 40% luka tembus jantung mengenai ventrikel
dekstradan kiri, 24% mengenai atrium dekstra dan 3% yang mengenai atrium sinistra. Luka pada
ventrikel lebih sering dibandingkan luka pada atrium, dan sisi kanan lebih sering dari pada sisi
kiri.(4, 8)
Hanya sekitar 10-30% pasien dengan tamponade jantung yang menunjukkan gejala klinis
trias beck.(8)
• Etiologi
• Trauma thoraks kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya
berupa trauma tumpul dinding thoraks.
• Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding thoraks.
• Patogenesis
Trauma thoraks dengan benda tajam seringkali berdampak lebih buruk daripada yang
diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda tajam dapat langsung menusuk dan menembus
dinding dada dengan merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada
pada posisi tusukannya. Kondisi ini dapat menyebabkan perdaharan pada rongga thoraks
(Hemothoraks), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan tekanan didalam
rongga baik rongga thoraks maupun rongga pleura jika tertembus. Kemudian dampak negatif
akan terus meningkat secara progresif dalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothoraks,
penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung.(6)
Setiap trauma yang terjadi pada aspek anterior rongga dada harus selalu dicurigai
mengakibatkan tamponade pericardial. Tanda klasik dari tamponade jantung meliputi suara
jantung menjauh, distensi vena juguler, dan hipotensi. Tanda-tanda ini kita kenal sebagai trias
beck’s. Distensi vena jugeler terjadi akibat peningkatan dari tekanan vena sentralis dan hipotensi
terjadi akibat kehilangan darah yang banyak.(9)
• Diagnosis
• Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari trauma,
• Radiologi : Foto Thoraks (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan trauma
toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih
dari 90% kelainan serius trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.(5)
• Pemeriksaan laboratorium, Gas Darah Arteri (GDA) dan pH
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-
pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai
keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida
dalam darah.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan ASTRUP, yaitu
suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah
yaitu: Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis.
Didalam tabel berikut ini dapat dilihat nilai normal dari GDA dan pH, serta kemungkinan
diagnosis terhadap perubahan nilai dari hasil pemeriksaannya :
Nilai Normal Asidosis Alkalosis
pH ( 7,35 s/d 7,45 ) Turun Naik
HCO3 (22 s/d 26) Turun Naik
PaCO2 (35 s/d 45) Naik Turun
BE (–2 s/d +2) Turun Naik
PaO2 ( 80 s/d 100 ) Turun Naik
Tabel 1.1 : Nilai Normal dan Kesimpulan Perubahan Hasil AGD dan pH (Hanif, 2007)
Pemeriksaan AGD dan pH tidak hanya dilakukan untuk penegakan diagnosis penyakit
tertentu, namun pemeriksaan ini juga dapat dilakukan dalam rangka pemantauan hasil / respon
terhadap pemberian terapi / intervensi tertentu kepada klien dengan keadaan nilai AGD dan pH
yang tidak normal baik Asidosis maupun Alkalosis, baik Respiratori maupun Metabolik. Dari
pemantauan yang dilakukan dengan pemeriksaan AGD dan pH, dapat diketahui
ketidakseimbangan sudah terkompensasi atau belum / tidak terkompensasi.
• CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul toraks, seperti fraktur
kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi. Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada
vertebra torakalis dapat diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada
pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan Aortografi.
• Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan diagnose adanya
kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium, cedera pada esophagus dan aspirasi,
adanya cedera pada dinding jantung ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera.
Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan
spesifitasnya hampir 96%.
• EKG (Elektrokardiografi)
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi akibat trauma toraks.
Adanya abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi, tachiaritmia
semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi jantung. Hati-hati, keadaan tertentu
seperti hipoksia, gangguan elektrolit, hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti
kontusi jantung.
6.1. Penatalaksanaan
Seperti trauma pada umumnya, penatalaksanaan dimulai dengan memperbaiki ABC pasien
dengan melakukan primary survey untuk mengidentifikasi dan menangani dengan segera kondisi
yang mengancam, seperti: tension pneumothoraks, massif hemothoraks, open pneumothoraks,
tamponade jantung, dan flail chest. Melakukan monitoring saturasi oksigen dan End-tidal O2 jika
pasien terintubasi. (5)
Pemeriksaan penunjang sebaiknya segera dilakukan, foto thoraks sangat penting dilakukan
pada pasien dengan trauma thoraks untuk mengidentifikasi kondisi life threatening. Cara
diagnosis dapat pula dilakukan dengan FAST (Focused Assesment Sonogram in Trauma). Cara
ini cepat dan akurat untuk melihat jantung dan perikardium. Ditangan pemeriksa yang
berpengalaman akurasi sekitar 90%. Bila FAST menunjukkan cairan intraperikardial, maka dapat
dilakukan perikardiosintesis untuk menstabilkan sementara hemodinamik pasien, sambil
menunggu sebelum pasien dioperasi untuk dilakukan tindakan torakotomi dan perikardiotomi.(1)
Pasien dengan suspect luka penetrasi jantung dengan hemodinamik yang tidak stabil,
sebaiknya segera dimasukkan ke kamar operasi untuk dilakukan tindakan perikardiosintesis
subksifoid dan torakotomy jika memungkinkan. Sedangkan pasien dengan kecurigaan tinggi
mengalami luka penetrasi jantung dengan hemodinamik satbil sebaiknya dilakukan pemeriksaan
ekhokardiografi dan kemudian dilakukan perikardiotomy subxiphoid.(1, 8)
6.2. Komplikasi
Gambaran klinik dari trauma penetrasi jantung bervariasi dari hemodinamik pasien yang
stabil hingga pasien yang mengalami cardiac arrest. Gambaran klinis dari trauma penetrasi
jantung tergantung dari mekanisme luka, kecepatan dan luasnya kerusakan jaringan akibat
trauma. Pasien yang kehilangan darah sekitar 40%-50% dapat menyebabkan cardiac arrest.(9)
Pasien dengan luka penetrasi pada dada bagian anterior sebaiknya di suspek dengan
tamponade jantung. Tanda klasik dari tamponade jantung kita kenal dengan Trias Beck,
peningkatan tekanan vena, hipotensi dan suara jantung yang melemah. Trias ini muncul pada
30%-40% pasien dengan trauma jantung. Akumulasi 100-200 mL darah dalam cavum pericard
dapat menyebabkan gangguan kontraktilitas jantung.(9)
DAFTAR PUSTAKA
1. Thorax Injury. ATLS. 8th ed. Chicago: American College of Surgeon 2008.2. Hoyt DB, Coimbra R, Acosta J. Management of Acute Trauma. In: Townsend CM, editor. Sabiston Textbook of Surgery. 18th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2007.3. Shahani R. Penetrating Chest Trauma Treatment & Management. Medscape Reference; 2011 [updated 13 December 2013; cited 2013 January 20]; Available from: http://emedicine.medscape.com/article/425698-treatment.4. Shahani R. Penetrating Chest Trauma. Medscape Reference; 2013 [updated December 13, 2013; cited 2013 20 January 2014]; Available from: http://emedicine.medscape.com/article/425698-overview.5. Chest Trauma Initial Evaluation. Trauma.org; 2012 [updated February 2004; cited 2014 14 January]; Available from: http://www.trauma.org/archive/toracic/Chestintro.html.6. Suzanne, Smithzer. thorax injury. 2011.7. FKUNHAS. Diktat Anatomi. 2008.8. James CD. Penetrating Cardiac Trauma. ITACCS. 2001:74-6.9. Trauma to the Heart. In: Feliciano, V D, Mattox, L K, Moore, Ernest, editors. Trauma. 6th ed: Mc Graw-Hill; 2008.