218580584 Laporan Kasus Anestesi
description
Transcript of 218580584 Laporan Kasus Anestesi
1
LAPORAN KASUS
MANAJEMEN SYOK HEMORAGIK
PADA PASIEN PERIOPERATIF
NEOPLASMA OVARIUM KISTIK SUSPEK GANAS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 31 th
Agama : Islam
No. RM : 281496
Tanggal MRS : 27 Agustus 2013
II. Anamnesis
a. Keluhan Utama : Perut membesar
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RS Labuang Baji dengan keluhan perut membesar sejak
2 bulan. Perut dirasakan makin lama makin membesar.
Saat ini pasien mengeluh nyeri perut hilang timbul dibagian bawah
disertai mual.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi dengan pengobatan tidak teratur, untuk riwayat DM, Alergi
obat dan makanan, Waktu perdarahan memanjang, Asma dan Batuk lama tidak
pernah
d. Riwayat Operasi dan Anestesi sebelumnya :
Tidak pernah
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Tidak pernah
f. Riwayat Kebiasaan Buruk
Pasien bukan perokok dan peminum alkohol.
2
g. Riwayat Keluarga
Riwayat Asma, Batuk lama, Hipertensi, DM, Alergi obat, Perdarahan
Memanjang tidak ada.
III. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Sedang
Status Gizi : BB 50 kg,TB 165 cm, BMI = 18,3 kg/m2
(Gizi kurang)
Kesadaran :
a. Kuantitatif = GCS 15 (E4M6V5)
b. Kualitatif = Composmentis
Tanda Vital
a. TD = 140/90 mmHg
b. HR = 96 x/menit
c. RR = 24 x/menit
d. T = 36°C
e. VAS Diam = 1/10; VAS Gerak = 2/10
Kepala :
- Normocephal
- Conjungtiva = anemis (+), Ikterik (-)
- Pupil = Bulat, Isokor 2,5/2,5 mm, Refleks cahaya +/+ Normal
Leher :
- Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-)
- Massa tumor di Regio Colli (-)
Jantung :
- Inspeksi = Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi = Ictus cordis teraba ICS V linea midclavicula sinistra
- Perkusi = Pekak
- Auskultasi = Bunyi jantung 1 dan 2 murni reguler; Suara jantung 3 dan
4 tidak ada, Bising jantung (-)
3
Paru :
- Inspeksi = Retraksi dada (-), Gerakan dada simetris
- Palpasi = Vocal fremitus kiri = kanan
- Perkusi = Sonor kiri = kanan
- Auskultasi = Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen :
- Inspeksi = Cembung, ikut gerak nafas
- Palpasi = Distented (+)
- Perkusi = Meteorismus
- Auskultasi = Peristaltik (+) kesan melemah
Ekstremitas:
- Oedem (-); Fraktur (-)
Evaluasi Kesulitan Ventilasi :
- Overweight (-), Bearded (-), Elderly (-), Snorer (-), Edentulous (-)
Evaluasi Kesulitan Intubasi :
- L = Look Externally (leher pendek (-), mandibula menonjol (-), maxila
menonjol (-)
- E = Evaluate 3-3-2 ( Buka mulut > 3 jari, 3 jari antara mentum dan hyoid,
> 2 jari antara hyoid dan cartilago thyroid)
- M = Mallampati 2 (tampak uvula dan palatum molle)
- O = Obstruksi (-)
- N = Neck Mobility (-)
IV. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium (27 /8/2013)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
WBC 11,3 x 103 uL 4.00-10.00 [10
3/uL]
RBC 4,40 x 106 uL 4.00-6.00 [10
6/uL]
Hb 9.8 g/dL 12.00-16.00 [g/dL]
HCT 34 % 37.0-48.0 [%]
4
PLT 357x 103 uL 150-400 [10
3/uL]
CT 4’30’’ 4-10 menit
BT 2’30’’ 1-7 menit
GDS 142 mg/dl 74-110 mg/dl
Albumin 2,1 3,4-5,0
2. Foto Thoraks Posisi PA : Kesan Normal
3. USG Abdomen : - Kesan Suspek Tumor Adnexa 23.1 x 22.6 cm (Tumor Dermoid)
- Ascites
V. Diagnosis
- Obgin : Neoplasma Ovarium Kistik Suspek Ganas
- Interna : Hipertensi Grade 1
VI. Rencana
a. Operasi
Suboptimal Debulking
b. Anestesi
Pasien ASA PS Kelas 2 Epidural
VII. Penatalaksanaan pre-operatif
Inform consent
Premedikasi : (diminum pukul 22.00 WITA)
- Alprazolam 1 x 0.5 mg
- Ranitidin 1 x 150 mg
- Amlodipin 1 x 10 mg
Pasang infus dengan abbocath 18G ditangan kanan dengan RL 24 tpm
Puasa 8 jam mulai pukul 24.00 WITA.
Injeksi Ceftriakson 2 gram 1 jam sebelum operasi
Ambil WB 2 kantung di Bank darah dengan MABL 318 cc dan siap 2
kantung di PMI
5
Teknik Anestesi : CEGA (Epidural + GETA)
EPIDURAL
1. Persiapan
- Pasien posisi supine
- Terpasang IV line 18G di tangan kanan dengan RL
- Terpasang monitor standar (SpO2, Tensimeter, EKG)
- Loading RL 500 cc
2. Premedikasi
- Ondansetron 4 mg IV
3. Epidural
- Pasien Posisi LLD
- Identifikasi interspace Th. XII - L I
- Asepsis dengan betadine, skin wheal dengan Lidokain 2% 2 cc
- Insersi jarum tuohy 18G dengan paramedian approach, LCS (-), LOR (+)
- TD = Lidokain 2% 60 mg + Epinefrin 1:200.000
- Fiksasi Epidural
GETA
1. Premedikasi = Fentanil 100 mcg IV, Lidokain 2% 60 mg IV
2. Preoksigenasi dengan O2 8-10 lpm via face mask
3. Induksi = Propofol 100 mg IV vemtilasi (+)
4. Intubasi
- Atracurium 30 mg IV
- Identifikasi plica vocalis Lidokain 2% spray
- Insersi ETT No 7 ID dengan kedalaman ETT 20 cm
- Cuff dikembangkan, Cek BP kiri = kanan, Rh -/-, Wh -/-
- Fiksasi ETT pada sudut mulut kanan.
5. Maintenance
- O2 4 lpm
- Isofluran 1 – 1.5 vol %
- Fentanyl 30 mcg/30 menit
- Atracurium 5 mg/30 menit
6. Pasien pindah ke ICU, Delay Extubation
6
Intraoperatif :
- MABL : 318 cc
- Kehilangan darah + 3 liter
Hemodinamik :
TD : 70/30 mmHg
Nadi : 140x/menit
RR : 36x/menit
- Manajemen cairan :
Pasien termasuk kategori kelas IV syok hipovolemik karena perdarahan,
resusitasi cairan yang dilakukan intraoperatif menggunakan kristaloid (Ringer
laktat) sebanyak 13 kolv yaitu 6000 cc ditambah koloid sebanyak 3 kolv (1500
cc).
-Hemodinamik setelah resusitasi cairan :
TD : 90/50 mmHg
Nadi : 125 x/menit
RR : 30x/menit
7
DISKUSI
Pasien wanita umur 31 tahun MRS dengan keluhan perut membesar sejak
+ 2 bulan yang lalu. Saat ini pasien mengeluh nyeri perut hilang timbul di bagian
bawah disertai nausea. Riwayat penyakit dahulu hipertensi dengan pengobatan
tidak teratur. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status gizi kurang dengan indeks
massa tubuh 18,3 kg/m2. Dari tanda vital didapatkan hipertensi grade I dengan
tekanan darah 140/90 mHg dan VAS diam 1/10; VAS gerak 2/10. Pasien tampak
anemis dan pemeriksaan abdomen tampak cembung dan distended, peristaltik
kesan melemah.
Berdasarkan klasifikasi status fisik American Society of Anesthesiologists
(ASA), saat ini pasien termasuk ASA PS 2 yaitu dengan penyakit sistemik ringan
namun tidak mempengaruhi aktivitas sehari-hari dimana pada pasien tersebut
terdapat hipertensi grade I dengan pengobatan yang tidak teratur, Hb 9,8 gr/dl,
Wbc 11.300 uL, serta Albumin 2,1.
Rencana anestesi pada pasien tersebut adalah epidural oleh karena untuk
penanganan nyeri pasca operasi dan dilanjutkan GETA karena melihat kondisi
hemodinamik pasien intraoperatif tidak stabil dan juga operasi yang awalnya
hanya suboptimal debulking dilanjutkan dengan kolostomi sehingga operasi
berlangsung lama. Penurunan hemodinamik pasien intraoperatif yang dilihat dari
penurunan tanda vital oleh karena jumlah perdarahan yang sangat banyak sekitar
+ 4 liter dan melampaui MABL pasien yang berjumlah 318 cc menunjukkan
keadaan syok hemoragik sehingga membutuhkan resusitasi cairan segera. Pasien
termasuk kategori kelas IV syok hipovolemik karena perdarahan, resusitasi cairan
yang dilakukan intraoperatif menggunakan kristaloid (Ringer laktat) sebanyak 13
kolv yaitu 6000 cc ditambah koloid sebanyak 3 kolv (1500 cc). Terdapat
peningkatan hemodinamik namun masih di bawah normal yang dilihat dari tanda
vital pasien.
8
PEMBAHASAN
Pasien ini menunjukkan gejala dan tanda syok hipovolemik karena
perdarahan yang dialami saat menjalani operasi atau disebut juga syok hemoragik
adalah kondisi dari berkurangnya perfusi ke jaringan, yang menyebabkan
ketidakmampuan pengangkutan oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk sel
akibat perdarahan. Saat kebutuhan oksigen sel lebihi suplainya, maka sel maupun
organ akan berada pada level syok.1,2
Hal ini dapat dilihat dari penurunan dari
hemodinamik pasien dimana awalnya gejala dari defisit intravaskuler berupa
hipotensi (70/50 mmHg), takikardi (140x/menit), capillary refill time memanjang
dan takipneu (36 x/menit). Yang selanjutnya diikuti oleh defisit interstitial seperti
turgor kulit jelek, mata sangat cekung, mukosa bibir kering. Kumpulan gejala
tersebut bukanlah gejala primer tapi hanya gejala sekunder dari gagalnya sirkulasi
tubuh. Kumpulan gejala tersebut merupakan mekanisme kompensasi tubuh untuk
mempertahankan cardiac output terutama ke organ vital seperti otak dan
jantung.2,3
Berdasarkan jumlah perdarahan yang dialami pasien selama intraoperatif
yaitu sekitar 3 liter yang diperhatikan dari darah yang tertampung dalam kontainer
suction, maka pasien dikategorikan syok hemoragik grade IV menurut Advanced
Trauma Life Support oleh karena darah yang keluar > 2000 cc atau > 40%.
Perkiraan volume darah yang hilang dengan kriteria Traumatic Status dari
Giesecke, pasien termasuk TS II dimana terdapat hipotensi, takikardi, oligouria,
kesadaran menurun.1,2
Penurunan hemodinamik pasien yang disebabkan oleh karena perdarahan
sehingga dibutuhkan resusitasi segera. Tekanan darah sebelum resusitasi 70/30
mmHg, Nadi 140x/ menit, RR 36 x/menit, setelah dimasukkan cairan
menggunakan kristaloid (Ringer laktat) sebanyak 13 kolv yaitu 6000 cc ditambah
koloid sebanyak 3 kolv (1500 cc). Terdapat peningkatan hemodinamik TD 90/50
mmHg, 125x/menit, RR 30x/menit, namun belum optimal oleh karena resusitasi
yang dilakukan belum maksimal. Perhitungan kasar untuk jumlah total volume
kristaloid yang secara akut diperlukan adalah mengganti setiap mililiter darah
9
yang hilang dengan 3 ml cairan kristaloid, sehingga memungkinkan resusitasi
volume plasma yang hilang ke dalam ruang interstitial dan intraselular. Ini dikenal
sebagai “hukum 3 untuk 1” (3 for 1 rule).1
Perdarahan sebanyak + 3 liter
seharusnya dilakukan resusitasi bila mengguakan aturan rehidrasi 3 : 1
menggunakan kristaloid sebanyak 9.000 cc (18 kolv) atau menggunakan cairan
kristaloid sebanyak 6000 cc ditambah koloid 1 liter atau darah 1 liter.
Resusitasi yang seharusnya dilakukan berdasarkan jumlah perdarahan
selama intraoperatif itupun masih kurang oleh karena belum diperhitungkan
kehilangan cairan karena penguapan dan redistribusi internal cairan tubuh atau on
going lost (sekuestrasi) yang jumlahnya tidak diketahui tergantung dari seberapa
besar manipulasi pembedahan yang dilakukan. Kehilangan karena penguapan
paling nyata terlihat pada luka besar karena kehilangan ini sebanding dan luas
area permukaan yang terbuka dan jangka waktu prosedur pembedahan.
Redistribusi cairan internal sering disebut " rongga ketiga" dapat menyebabkan
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler yang banyak dan
menyebabkan penurunan dari isi intravaskular yang berat.4
Terapi cairan perioperatif terdiri dari penggantian defisit cairan yang
terjadi sebelum operasi, cairan yang hilang selama operasi (kebutuhan
pemeliharaan), dan cairan yang keluar karena pembedahan seperti perdarahan.
Melihat kondisi hemodinamik pasien yang tidak stabil mulai dari intraoperatif
hingga post operatif, sehingga perlu bantuan ventilator di perawatan intensif care,
dan juga evaluasi respon pasien terhadap resusitasi yang dilakukan dari
hemodinamik pasien perlu diperhatikan dengan ketat. Pulihnya tekanan darah ke
normal, tekanan nadi dan denyut nadi merupakan tanda positif yang menandakan
bahwa perfusi sedang kembali ke normal. Jumlah produksi urin merupakan
indikator yang cukup sensitif untuk perfusi ginjal. Produksi urin yang normal
pada umumnya menandakan aliran darah ginjal yang cukup. Sebab itu, keluaran
urin merupakan salah satu dari pemantauan utama resusitasi dan respons
penderita. Dalam batas tertentu, produksi urin dapat digunakan sebagai pemantau
aliran darah ginjal. Penggantian volume yang memadai seharusnya menghasilkan
keluaran urin sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa. 1,3,4
10
Tabel 1. Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah1
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan Darah (ml) Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000
Kehilangan Darah Sampai 15% 15%-30% 30%-40% >40%
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan Darah Normal Normal Menurun Menurun
Tekanan Nadi Normal/↑ ↓ ↓ ↓
Frekuensi pernapasan 14-20 20 -30 30-40 >35
Produksi Urin (ml/jam) >30 20-30 5-15 <5
CNS/Status Mental Sedikit Cemas Agak
Cemas
Cemas,
Bingung
Bingung,
Lesu
Penggantian Cairan
(Hukum 3:1)
Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan
darah
Kristaloid
dan darah
Tabel 2. Traumatic status dari Giesecke2
Tanda TS I TS II TS III
Sesak nafas - Ringan ++
Tekanan darah N Turun Tak teratur
Nadi Cepat Sangat cepat Tak teraba
Urin N Oliguria Anuria
Kesadaran N Disorientasi / Koma
Gas darah N pO2 / pCO2 pO2 / pCO2
CVP N Rendah Sangat rendah
Blood loss % EBV Sampai 10% Sampai 30% Lebih 50%
11
DAFTAR PUSTAKA
1. American College of Surgeons, editor. Advanced Trauma Life Support.
Diterjemahkan oleh Komisi Trauma Ikatan Ahli Bedah Indonesia. Edisi
Ketujuh. 2004. hal 73-92
2. Undeani John, Hemorrhagic Shock.[online] feb 3, 2011, [cited Des 30 2011].
Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/432650-
overview
3. Andrew Pope, Geoffrey French, and David E. Longnecker, Editors.
Pathophysiology of Acute Hemorrhagic Shock. Fluid Resuscitation: State of
the Science for Treating Combat Casualties and Civilian Injuries. US:
National Academy Press. 1999. Page 19-43
4. Morgan E, Mikhail S. Maged, Muray J. Michael. Fluid Management &
Transfusion. Clinical Anesthesiologist, 4th
edition. US : McGraw Hill.2006.