Laporan Kasus SpinaL ANESTESI
-
Upload
cut-aini-fauzi-yanti -
Category
Documents
-
view
69 -
download
4
description
Transcript of Laporan Kasus SpinaL ANESTESI
Identitas pasien
Nama : Ny. XUmur : 25 tahunJenis kelamin : perempuanAlamat : seunebokPekerjaan : IRTAgama : islamTanggal masuk Rs: 30 juli 2015Tanggal operasi : 31 juli 2015
Anamnesa pre operatif
A : Pada pasien tidak didapatkan riwayat alergi terhadap obat dan makanan maupun asma. M : pasien tidak mengkonsumsi obat apapun P : nyeri perut bagian bawah terutama di bagian pelvik
unilateral ±3 hari SMRS(+), mual (+), muntah (-), riwayat hipertensi (+), penyakit jantung (-), Kencing manis (-).
L : pasien mulai dipuasakan mulai jam 12 malam sampai siap operasi.
E :pasien datang ke ruang OK tanggal 26 juni 2015 dengan keluhan utama nyeri perut bagian bawah ±3 hari SMRS. Pasien di diagnose kehamilan ektopik dan
disarankan operasi oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi dengan tindakan laparoskopi dan salpingoktomi.
Pemeriksaan fisik
B1 : Airway paten, Nafas sepontan, RR 20x/menit, rhonki (-), wheezing (-), buka mulut (+), gigi palsu (-).B2 : nadi 78x/menit, TD 140/80 mmhg, B3 : compos mentis, GCS 13-15, reflex cahaya
(+), pupil isokor.B4 : produksi urin (+) spontan.B5 : distensi abdomen(+), nyeri(+)mual(+),muntah(-)B6 : edema (-)
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah lengkapHb :12,7 gtEritrosit : 4.600.000/µlLeukosit : 19.000/µlTrombosit : 209.000/µlGolda : O
EGCNormal Sinus Rhythm, Right superior axis deviation Foto thoraks PAInspirasi cukupCor : site, shape, size normal, CTR 50% cardiac waist (+)Tidak didapatkan efusi pleura Kesimpulan normal
Laporan anestesi preoperatif
Assesment : ASA 2Diagnosa Prabedah : Kehamilan EktopikKeadaan prabedah ( kompos mentis )BB : 50 kgTD : 110/70 mmhg, nadi : 80 x/menitHb 10 mg/dlDi puasakan 6 jam preoperatifJenis pembedahan: salpingoktomi
Persiapan preoperativeDi ruangan Surat persetujuan operasi dan surat persetujuan anastesi IVFD RL 100 cc/jam Premedikasi 26 Juni 2015: tidak ada
b. Di kamar operasi Scope : stetoskop, laringo-scope Tubes : usia < 5 tanpa balon (cuffed). usia > 5 dengan balon (cuffed) Airway : orotracheal airway atau naso-tracheal airway. Untuk menjaga supaya
lidah tidak menyumbat jalan nafas Tape : plester untuk fiksasi Introducer : Untuk memandu agar pipa ETT mudah dimasukan Connector : penyambung antara pipa dan alat anastesi Suction : memastikan tidak ada kerusakan pada alat suction c. Obat emergency Ketamin Sulfas atropine Lidokain Efedrine Ranitidin Ketorolac Ondansetron
Durante operatif Laporan anastesi durante operatif
Jenis anastesi : regional anestesi Teknik anastesi : SAB Imduksi anastesi : Bupivacain Spinal 15mg Fentanyl 125mcg Lama anastesi : 10.00 – 13.00 Lama operasi : 10.00 – 11.45
Obat obatan yang diberikan : Premedikasi 26 Juni 2015:
Ondansetron 4 mg Induksi
Bupivacain Spinal 15mg Fentanyl 125mcg Maintenance
Ketamin 1-2 mgSulfas atropine 0,25mgRanitidine 50 mgOndansetron 4 mg
Analgetik durante operatif : tidak ada Analgetik post operasi
Ketorolac 60 mg → drip di cairan iv
Teknik Anastesi: Pasien dalam keadaan duduk tegak dan kepala
menunduk Dilakukan desinfeksi disekitar daerah tusukan yaitu
di regio interspace vertebra L3-L4 Dilakukan Sub Araknoid Blok dengan jarum spinal
no.27 pada region interspace vertebra L3-L4 Barbotage (+) LCS keluar(+)jernih Respirasi: spontan Posisi: supine
Pemberian Cairan Maintenance : 2cc/kgbb/jam
2 x 90/jam = 180 cc/jam Pengganti puasa :lama puasa x maintenance
10 x 180 =1800cc/jam Stress operasi : 6cc/kgbb/jam
6 x 90 = 540 cc/jam EBV : 65cc/kgbb
65 x90= 5850 ABL : 20 % EBV = 20 % x 5850 = 1170 cc/jam Pemberian Cairan :
Jam pertama : ½ pp + SO + M = ½ 1800 +540+180 = 1620cc/jam
Jam Ke dua : ¼ PP = ¼ 1800 = 450 cc/jamJam Ke tiga : ¼ PP = ¼ 1800 = 450 cc/jam Jam Ke empat : SO + M = 540 + 180 = 720cc/jam
Cairan Masuk : preoperative = Kristaloid 1500ccDuranted Operatif = RL 1000 cc
Hes 500 cc Cairan keluar : urin: 500 cc
Perdarahan: ±300 cc
kesimpulanPasien adalah wanita usia 29 tahun dengan kehamilan ektopik,
yang dilakukan operasi Salpingoktomi pada tanggal 31 juli 2015. Tindakan anestesi yang dilakukan adalah spinal anestesi. Hal ini dipilih karena keadaan pasien sesuai dengan indikasi spinal anestesi. Evaluasi preoperasi pada pasien dalam batas normal, tidak ditemukan kelainan yang akan menjadi kontraindikasi dilakukannya regional anestesi. Selama duranted operasi tidak terjadi komplikasi, kondisi pasien relatif stabil sampai operasi selesai. Evaluasi postoperatif dilakukan pemantauan terhadap pasien, dan tidak didapatkan keluhan. Selama di ruang rawat pasien cukup stabil dengan Alderate score bernilai 10, sehingga pasien dapat dipindahkan keruang rawat biasa. Seluruh tatalaksana pasien dilakukan dengan baik.
definisi
kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar rongga rahim yang di lapisi endometrium
lokasi
A. Tuba fallopi1. pars interstisialis2. isthmus3. ampulla4. infundibulum5. fimbriae
B. uterus 1. kanalis servikalis2. divertikulum3. kornu4. tanduk rudimenter
C. OveriumD. Intra ligamenterE. Abdominal
1. primer2. sekunder
F. Kombinasi kehamilan di dalam dan di luar uterus
epidemiologi
prevalensi infeksi tubaPerkembangan teknologi di bidang
reproduksi, seperti fertilisasi.KontrasepsiDi amerika serikat terjadi 85-90% kasus
kehamilan ektopik.
etiologi
Belum diketahui secara pasti Beberapa faktor resiko
1. faktor tuba : wanita yang pernah mengalami salpingitis kemungkinan mendapat KET 5-10 kali lebih sering,perlekatan tuba,pertumbuhan abnormal, karena pengaruh DES, pernah operasi pada tuba -> MOW2. zygot yang abnormal3. faktor ovarium4. pemberian hormon dari luar -> kontrasepsi progestin only pill5. IUD
Saat terganggunya KET
Kehamilan di isthmus : 6-8 mingguAmpulla : 8-12 mingguPars interstitialis : 12-16 minggu
Gambaran klinis
Nyeri abdomen/pelvik (± 100% kasus)Perdarahan (± 75%)Terlambat haidShock( 1/3- ½ kasus)Secidual cast (5-10%)Defans musculare Nyeri goyang serviksMassa di adnexa unilateral, kadang di cavum
douglasUterus kadang-kadang membesar sebagai tanda
kehamilan
patofisiologi
Kehamilan ektopik -> mengalami hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron.
Endometrium berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas
Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasma nya bervakuol.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan HT dan leukosit yang berulang.Tes kelamin ( 100%)USG,sangat penting untuk membuat diagnosa
sebelum kehamilan terganggu. Harus di kombinasikan dengan pengukuran titer –hCG. Bila –hCG 1000 mIU/ml dengan USG transvaginal atau –Hcg 1800-3600 mIU/ml transabdominal tidak terlihat kehamilan intrauterin maka sangat suspek adanya KET.
Adanya massa di adnexa dengan uterus yang kosong juga sangat suspek KET. Kadang-kadang dapat terlihat “cincin” di tuba bahkan di embrio di tuba.
Pemeriksaan Khusus
Laparaskopi Bila dengan USG juga belum ada
kepastian diagnosis dapat di lakukan laparaskopi.
Laparatomi Sama seperti laparaskopiPunksi cavum Douglasi Untuk melihat adanya darah yang tidak
akan membeku dan adanya beku-bekuan darah.
Pencegahan
Yang dapat dilakukan adalah mencegah terjadinya penyakit menular seksual dan bila sudah terjadi PMS, terapi yang intensif.
Faktor-faktor resiko lain sukar di cegah.
Terapi
Terapi konservatif Bila telah di buat diagnosa KET tetapi masih belum
terganggu/belum ada perdarahan dan titer -Hcg rendah (<200 Miu/ml) dapat di lakukan terapi konservatif dengan pengawasan saja.
Terapi Bedah Bila KET belum terganggu dapat dilakukan
salpingostomi yang memanjang dan KETnya di keluarkan. Bila pada pars isthmika bagian yang ada kehamilan
dibuang dan dilakukan anastomosis end to end. Pada pars interstitialis harus dilakukan reseksi sudut
uterus dan bila perlu di lakukan histerektomi. Kehamilan ektopik di serviks memaksa kita melakukan histerektomi.
Terapi
Terapi medikamentosa, dengan MTX dengan syarat-syarat:
Kehamilan < 8 minggu.Kantong kehamilan < 3 cm.Tidak tampak pulsasi jantung bayi.Kadar –Hcg < 10.000 mIU/ml.Tidak ada kontraindikasi pemakaian MTX.
Definisi
Spinal anestesi ( intratekal, intradural, subdural, subaraknoid)
pemberian obat anestetik lokal kedalam ruang subaraknoid.
Anestesi spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat anelgesik lokal kedalam ruang subaraknoid di daerah antara vertebra L2-3 atau L3-4 atau L4-5.
Indikasi/kontraindikasi
Bedah ektremitas bawahBedah panggulTindakan sekitar rektum dan perineumBedah obtsetrik-ginekologiBedah urologiInfeksi tempat suntikanKelainan neurologisBedah lamaPenyakit jantungNyeri punggung kronis
Teknik Analgesia Spinal
Setelah dimonitor,tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus.Beri bantal kepala,selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil.Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.
Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista illiaka,misal L2-L3,L3-L4,L4-L5.Tusukan pada L2-L2 atau di atasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis.
Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
Beri anastesi lokal pada tempat tusukan (Bupivacain 20 mg).
Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G,23G,25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit 10 cc.
Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid dengan anastetik hiperbarik.Jarak kulit ligamentum flavum dewasa 6cm.Posisi :
Posisi lateralBahu sejajar dengan meja operasiPosisikan pinggul di pinggir meja operasi
Memeluk bantal/knee chest position