SKRIPSIpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/02... · 2017. 7. 28. · 5 KATA...
Transcript of SKRIPSIpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/02... · 2017. 7. 28. · 5 KATA...
1
PERBEDAAN KESEIMBANGAN STATIS ANTARA STATUS GIZI
KURANG DAN STATUS GIZI LEBIH PADA SISWA MTs KOTA
PADANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang
Oleh :
OKI ELDITIA MARZA 2007/89556
JURUSAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
2
3
4
ABSTRAK
Oki Elditia Marza (2012). Perbedaan Keseimbangan Statis Antara Status Gizi
Kurang dan Status Gizi Lebih Pada Siswa MTs Kota
Padang.
Terhalangnya kesanggupan siswa untuk berproduktifitas dalam proses
belajar di sekolah akibat dari masalah status gizi kurang dan gizi lebih menjadi
pendorong bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekspos fakto. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat keseimbangan statis antara status gizi
kurang (X1) dengan status gizi lebih (X2). Populasi penelitian adalah siswi MTs
Kota Padang yang mengalami masalah gizi kurang dan gizi lebih. Pengambilan
sampel ini dilakukan dengan teknik purposive random sampling yaitu murid
MTs Kuranji, MTs Lubuk Buaya, MTs Koto Tangah, MTs Durian Tarung dan
MTs Alfurqan dengan total sebanyak 50 orang (25 orang status gizi kurang dan 25
status gizi lebih). Pengumpulan data dilakukan dengan cara melaukan Tes stork
stand. Analisa data dan pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis
komparasi dengan menggunakan rumus uji beda mean (uji t) dengan taraf
signifikan α = 0,05.
Dari analisis data yang dilakukan diperoleh hasil bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara tingkat keseimbangan statis pada status gizi
kurang dengan status gizi lebih, dimana diperoleh koefisien uji beda mean sebesar
5,12.Saran yang peneliti ajukan sebagai tindak lanjut hasil penelitian ini adalah
upaya para guru penjas untuk lebih mengefektifkan pembelajaran penjas sehingga
mampu menemukan tingkat obesitas pada anak didiknya, begitu juga bagi anak
yang gizi kurang perlu diupayakan memberikan bantuan perbaikan gizi khususnya
pada intansi yang terkait.
Kata kunci : Status Gizi Kurang, Status Gizi Lebih Dan Keseimbangan Statis.
i
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Perbedaan Keseimbangan Statis Antara Status Gizi
Kurang dan Status Gizi Lebih Pada Siswa MTs Kota Padang”. Skripsi ini di
buat untuk melengkapi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar serjana
pada Jurusan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri
Padang (UNP).
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari masih banyak
kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan. Dalam penyusunan skripsi ini
peneliti banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil
dari berbagai pihak untuk itu melalui ini peneliti menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Drs. H. Arsil, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan.
2. Drs. Maidarman, M.Pd selaku Ketua Jurusan Kepelatihan Olahraga.
3. Prof. Dr. Sayuti Syahara, MS. AIFO selaku Pembimbing I dan Drs. Masrun,
M. Kes, AIFO selaku Pembimbing II
4. Drs. H. Alnedral, M.Pd, Roma Irawan, S.Pd, M.Pd, dan Drs. Hermanzoni,
M.Pd selaku team dosen penguji
5. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
6. Rekan-rekan Mahasiswa FIK UNP.
ii
6
7. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan do’a sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
membantu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dan skripsi ini
bermamfaat bagi kita semua.
Padang, Juli 2012
Peneliti
iii
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 11
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 12
D. Perumusan Masalah ............................................................... 12
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ........................................................................... 13
1. Gizi ................................................................................... 13
2. Gizi kurang ....................................................................... 15
3. Gizi lebih .......................................................................... 24
4. Keseimbangan ................................................................. 32
B. Kerangka Konseptual ............................................................. 36
iv
8
C. Hipotesis ................................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 40
C. Definisi Operasional............................................................... 40
D. Populasi dan sampel ............................................................... 41
E. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 44
F. Prosedur penelitian ................................................................. 44
G. Instrumen Penelitian............................................................... 45
H. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 46
I. Teknik Analisis Data .............................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Analisis Deskriptif ............................................................................... 49
1. Tingkat Keseimbangan Statis Status Gizi Kurang ......................... 49
2. Tingkat Keseimbangan Statis Status Gizi Lebih ............................ 51
B. Uji Normalitas ...................................................................................... 52
C. Uji Hipotesis ........................................................................................ 53
D. Pembahasan .......................................................................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 59
B. Saran-Saran .......................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan kemajuan zaman harus seiring dengan kemajuan dan
perkembangan pendidikan.Sebab pendidikanmerupakan suatu bidang yang
memegang peranan penting untuk membangun manusia seutuhnya. Hal ini sesuai
dengan isi dari UU RI Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada pasal 3 menyatakan bahwa ’’Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi pendidik yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi dan bertanggung
jawab”, (Depdiknas,2003:98).
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional Madrasah Tsanawiyah
(MTS) merupakan salah satu bagian dari pendidikan formalyang memiliki
tanggung jawab kependidikan melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang
dituangkan kedalam seperangkat mata pelajaran.Untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah diprogramkan maka segala bentuk kegiatan belajar dan
pembelajaran dirancang dan disusun secara sistematik, terprogram dan
berkesinambungan.Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2009:53)
menyebutkan “Dengan mengkonsumsi makanan yang cukup gizi dan teratur,
remaja akan tumbuh sehat sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi,
kebugaran untuk mengikuti semua aktifitas dan sumber daya manusia yang
1
2
berkualitas. Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa tercapainya
tujuanpendidikan yang ditandai dengan meningkatnya prestasi siswa salah satunya
dipengaruhi oleh faktor gizi dari peserta didik, dimana gizi tersebut diperoleh dari
makanan yang mereka konsumsi. Kecukupan asupan gizi pada masa pertumbuhan
akan berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika
asupan gizi pada remaja terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya tentu
permasalahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak tidak
terganggu dan membawa dampak yang baik terhadap keinginan dan keaktifannya
dalam belajar ataupun berkarya.
Namun permasalahan pada gizi anak akan terganggu jika asupan gizi pada
anak tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak,
permasalahan ini meliputi tentang kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi. Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2009:59) menjelaskan“masalah kekurangan
dan kelebihan gizi pada remaja merupakan masalah penting, karena selain resiko
penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi kebugaran dan konsentrasi remaja,
ada beberapa masalah gizi yang dijumpai pada remaja yaitu anemia, kurang energi
kronik dan gizi lebih”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi yang
dialami oleh seorang remaja atau anak memberikan dampak dan pengaruh
terhadap kesehatan serta konsentrasi anak baik saat belajar ataupun pada saat tidak
belajar.Masalah gizi seperti kelebihan ataupun kekurangan gizi merupakan akibat
dari ketidak seimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan gizi yang
dibutuhkan oleh seorang anak.Kecukupan gizi seseorang didapatkan dari
3
keseimbangan antara jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi dengan
kebutuhan fungsi tubuh, sehingga bermanfaat bagi terpeliharanya fungsi
tubuh.Berdasarkan seperti pendapat yang telah dikutip bahwasannya kelebihan
gizi ataupun kekurangan gizi merupakan masalah yang harus menjadi perhatian
karena memberikan dampak yang tidak baik terhadap kebugaran atau kesehatan
anak.
Kelebihan gizi merupakan masalah yang menjadi momok bagi sebagian
remaja yang mungkin dapat mempengaruhi penampilan dirinya dimata teman-
teman sebayanya.Menurut Syafrizar dan Wilda (2009:116) menerangkan bahwa
kelebihan gizi merupakan masalah gizi yang disebabkan oleh ketidak seimbangan
antara asupan gizi dengan energi yang dikeluarkan.Masalah gizi lebih (obesitas)
yang dialami oleh seseorang membawa dampak negatif terhadap perkembangan
dan pertumbuhannya. Sebagai salah satu contoh, anak yang memiliki kelebihan
berat badan (obesitas) sulit untuk percaya diri bila harus tampil didepan teman-
temannya. Sebab hal ini mempengaruhi mental anak karena malu mempunyai
berat badan yang berlebih (obesitas). Tidak hanya sebatas itu, tidak bisa kita
pungkiri bahwa anak yang memiliki berat tubuh yang berlebih (obesitas) sering
mendapat ejekan dari teman-teman sebayanya. Jika hal ini terus berjalan
sepanjang kehidupan anak, maka sangat dikawatirkan hal ini berdampak buruk
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berdasarkan hal tersebut, kelebihan gizi merupakan akibat dari besarnya
jumlah asupan gizi yang dikonsumsi dibandingkan dengan energi yang
dikeluarkan. Pada dasarnya penulis menduga gizi lebih dipengaruhi oleh beberapa
4
faktor antara lain faktor ekonomi, lingkungan dan kebiasaan hidup yang praktis.
Dengan kondisi ekonomi yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidup membuat
banyak orang sulit untuk mengendalikan konsumsi asupan gizi yang dibutuhkan
oleh tubuhnya.Kecenderungan seseorang mengkonsumsi berbagai macam
makanan adalah untuk memuaskan nafsu makan semata tanpa peduli kepada
kandungan zat gizi yang ada dalam makanan tersebut dimana hal ini membuka
peluang terhadap resiko masalah gizi. Berdasarkan hal tersebut, apabila
kecendrungan seseorang untuk selalu mengkonsumsi makanan yang melebihi dari
kebutuhan tubuhnya akan memperbesar peluang untuk mendapatkan masalah gizi
lebih seperti kegemukan (obesitas).
Selain faktor ekonomi, masalah kelebihan gizi juga disebabkan oleh
keadaan lingkungan tempat dimana individu tumbuh dan berkembang.Kebiasaan
suatu masyarakat untuk selalu mengkonsumsi makanan-makanan berlemak
berpengaruh terhadap keadaan gizi anak yang tumbuh dan berkembang didalam
masyarakat tersebut.Sebagai contoh keluarga yang punya kebiasaan makan malam
yang terlalu malam, dimana hal ini peluang besar bagi keluarga tersebut untuk
mendapatkan masalah gizi lebih, karena aktivitas fisik pada malam hari umumnya
lebih rendah dibandingkan dengan siang hari.Kebiasaan tersebut diperparah lagi
oleh kebiasaan seseorang untuk hidup praktis khususnya tentang masalah
makanan.Kebiasaan hidup praktis seperti mengkonsumsi makanan-makanan yang
praktis dan siap saji memiliki peran serta terhadap masalah gizi lebih yang
diderita oleh seseorang, sebab mereka tidak memperhatikan kandungan zat gizi
yang terkandung pada makanan tersebut.
5
Masalah gizi yang harus menjadi perhatian bukan hanya saja tentang gizi
lebih melainkan juga tentang gizi kurang.Hampir sama halnya dampak buruk
masalah gizi lebih dengan dampak buruk masalah gizi kurang terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai salah satu contoh adalah, sorang
yang memiliki tubuh sangat kurus akibat gizi kurang sering menjadi bahan
tertawaan dan diolok-olok oleh teman sebayanya dengan panggilan sikurus. Hal
ini tentu membuat psikologi anak akan terganggu sehingga sianak susah untuk
bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Bila hal ini berlangsung secara
terus-menerus dikawatirkan sianak lebih memilih memisahkan diri dengan teman-
temannya daripada bergaul dengan teman sebaya yang selalu mendapatan ejekan.
Salah satu masalah gizi kurang yang dialami banyak orang adalah
kekurangan energi kronik.Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2009:61)
menjelaskan kekurangan energi kronik adalah masalah gizi yang terjadi akibat
kurangnya konsumsi zat gizi kususnya kekurangan zat gizi karbohidrat, dimana
masalah tersebut dapat mengakibatkan seseorang menderita kekurangan energi
kronik. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa jika tubuh tidak
dapat mencukupi kebutuhannya maka tubuh tersebut akan mengalami kekurangan
energi kronik yang menjadi masalah bagi tubuh itu sendiri. Dalam hal ini penulis
menduga masalah gizi kurang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, penyakit dan
faktor lingkungan.
Keadaan ekonomi orang tua yang hidup dalam garis kemiskinan menjadi
pemicu terhadap masalah gizi kurang pada anak.Dengan keadaan ekonomi
tersebut membuat sebahagian anak tidak mendapatkan asupan gizi yang sesuia
6
dengan kebutuhan tubuh remaja atau anak.Asupan gizi utama yang didapatkan
oleh tubuh terutama didapat melalui makanan pokok dalam keseharian. Jika orang
tua tidak bisa meberikan asupan gizi yang cukup untuk anak akibatnya tubuh anak
akan kekurangan asupan gizi sehingga munculnya masalah gizi seperti
kekurangan energi kronik. Kekurangan energi kronik diakibatkan oleh kurangnya
asupan energi terutama komponen gizi karbohidrat.
Masalah gizi kurang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, namun
disisi lain faktor penyakit yang diderita seseorang dapat mempengaruhi keadaan
gizinya. Sebagai contoh seorang anak menderita penyakit yang mempengaruhi
terhadap nafsu makannya, dimana penderita tidak mendapatkan perawatan medis
karena kondisi orang tua yang tidak mampu.Akibat dari permasalahan tersebut,
penderita tidak hanya menderita penyakit yang makin lama makin parah namun
penderita beresiko terkena masalah gizi kurang.Resiko tersebut diakibatkan tubuh
tidak mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkannya. Jika penderita mengalami hal
ini tanpa ada perwatan kusus tentu hal ini akan memperparah keadaan fisik anak,
sebagai contoh adalah penderita penyakit tifus.
Lingkungan merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya individu,
artinya lingkungan ikut berperan terhadap segala sesuatu yang terjadi pada
individu, tidak terkecuali masalah gizi kurang.Individu yang hidup di tengah
kesibukan orang tua seringkali mendapatkan kurangnya perhatian dari orang tua,
kususnya masalah asupan gizi yang harus didapatkan oleh tubuh anak. Dengan
kesibukan orang tua tersebut, seorang anak memiliki kecendrungan untuk
membeli makanan siap saji yang kandungan gizinya tidak sesuai dengan yang
7
dibutuhkan oleh tubuh. Jika hal ini tidak ada pengawasan dari orang tua maka
sianak akan beresiko mengalami gizi kurang.
Peranan mata pelajaran penjasorkes disekolah memiliki peran penting
terhadap masalah ini, karena hal ini berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak.Pembelajaran yang menitik beratkan kepada aktifitas fisik
memungkinkan untuk memperkecil resiko anak didik bermasalah dengan gizi
lebih seperti kegemukan (obesitas).Tidak hanya sebatas itu, pembelajaran yang
memberikan pemahaman terhadap siswa dan siswi tentang bagaimana tubuh yang
sehat dan bugar dapat terhindar dari masalah gizi kurang harus diberikan oleh
seorang guru kepada siswanya, agar anak didik mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, jika pembelajaran penjasorkes tidak
berjalan seperti yang diharapkan kuat kemungkinan anak didik memiliki peluang
yang besar beresiko mengalami gizi lebih maupun gizi kurang.
Dari masalah-masalah gizi yang telah dijelaskan baik masalah gizi lebih
ataupun masalah gizi kurang pada dasarnya memberikan masalah terhadap
keterampilan dan kemampuan seseorang untuk berproduktivitas dalam
kehidupannya, kususnya kemampuan untuk beraktifitas fisik dalam kegiatan
olaharaga. Menurut Sayuti (2009:18) mengatakan “kapasitas fisik anak untuk
melakukan kegiatan olahraga tergantung dari struktur fisik dan bagaimana cara
pengembangannya dari usia dini sampai dewasa”. Berdasarkan teori tersebut
dapat disimpulkan bahwa kemampuan seorang anak untuk melakukan suatu
aktifitas fisik sangat ditentukan oleh keadaan fisik dari tubuh anak seperti
kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan dan keseimbangan, dan lain-lain.
8
Kekuatan merupakan komponen dasar kondisi fisik tubuh.Menurut
Ismaryati (2008:111) mengatakan kekuatan adalah uasaha maksimal yang
dilakukan oleh otot untuk berkontraksi dalam mengatasi suatu
tahanan.Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan merupakan
kemampuan otot-otot tubuh untuk mengatasi suatu tahanan atau pembebanan.
Namun terkait dengan kondisi tubuh seseorang yang menderita gizi kurang atau
gizi lebih akan menimbulkan masalah terhadap kondisi fisik kekuatan dari tubuh
penderita. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan mampu melakukan latihan
push- up, hal ini disebabkan dengan kondisi tubuh yang menderita gizi kurang.
Sebab penderita gizi kurang sperti penderita kurang energi kronik, dimana
penderita kekurangan energi didalam tubuhnya.Berdasarkan hal tersebut sesorang
tidak mampu melakukan latihan push- up karena tidak mempunyai energi untuk
mempertahankan otot agar tetap berkontraksi dan berelaksasi.
Status gizi kurang dan gizi lebih yang diderita oleh seseorang akan
menimbulkan masalah terhadap kemampuan fisik kecepatan.” Kecepatan adalah
kemampuan berpindah dari satu tempat ketempat yang lain dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya (Widiastuti, 2011:16). Berdasarkan teori tersebut dapat
disimpulkan bahwa kecepatan merupakan kemampuan tubuh untuk
menyelesaikan suatu aktivitas dengan cepat dan tepat. Kondisi kecepatan
seseorang akan terganggu jika orang tersebut menderita gizi lebih. Sebagai
contoh, anak yang menderita status gizi lebih dengan berat badan yang berlebih
akan mengalami kesulitan untuk berlari, hal ini disebabkan dengan bobot tubuh
yang besar sehingga menguras energi yang besar untuk berlari.
9
Kondisi fisik kelentukan merupakan suatu komponen kondisi fisik tubuh
manusia yang berhubungan dengan persendian tubuh. Menurut Hendri (2010:57)
mengatakan “kelentukan (flexibility) adalah kemungkinan gerak maksimal yang
dapat dilakukan oleh suatu persendian”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa
kelentukan merupakan kemampuan dari persendian tubuh untuk mampu bergerak
secara leluasa kesegala arah. Namun bagi penderita gizi lebih seperti seorang anak
yang mengalami kegemukan hal ini diduga akan bermasalah terhadap kondisi
kelentukan yang dimilikinya. Sebab dengan postur tubuh yang gemuk akan
membatasi tiap-tiap persendian tubuhnya untuk leluasa bergerak kesegala arah
yang diinginkan.
Kecenderungan banyak anak untuk bergerak dengan lincah dalam aktivitas
fisik keseharianya, baik dalam berolahraga maupun bermain. Namun kemampuan
kelincahan tersebut akan terganggu jika anak memiliki status gizi lebih, sebagai
contoh dengan postur tubuh yang gemuk hal ini dapat menganggu kemampuan
anak untuk berlari merubah arah dalam intensitas kerja yang tinggi. Begitu juga
dengan keseimbangannya, dimana keseimbangan adalah merupakan salah satu
komponen kondisi fisik yang dimiliki oleh setiap individu.Keseimbangan
merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ tubuhnya dalam
mencapai keseimbangan sewaktu tubuh mengalami gangguan, seperti tergelincir
pada saat berjalan (Sajoto, 1995:9).
Kemampuan seorang anak seperti kemampuan anak gizi lebih dengan anak
gizi kurang terhadap aktifitas fisik diduga memiliki perbedaan. Berdasarkan
penelitian Emily M. Miller menyatakan bahwa obesitas atau kegemukan akan
10
mengganggu keseimbangan, dimana penelitian ini juga didasarkan atas pernyataan
Dale,dkk (2007) yang mengatakan bahwa keseimbangan akan menurun akibat
obesitas. Berdasarkan teori yang telah dikutip, bahwasannya keadaan fisik yang
gemuk akibat gizi lebih dan keadaan fisik yang kurus akibat gizi kurang diduga
memiliki kemampuan yang berbeda terhadap kemampuan keseimbangan
tubuhnya.
Keseimbangan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah keseimbangan
statis. Menurut Ismaryati (2008:48) mengatakan “keseimbangan statis adalah
kemampuan mempertahankan keadaan seimbang dalam keadaan diam”.
Sedangkan menurut Widiastuti (2011:144) mengatakan “setiap orang sangat
memerlukan keseimbangan yang dapat mempertahankan stabilitas posisi tubuh
untuk melaksanakan tugas sehari-hari”. Berdasarkan pendapat tersebut hal ini
sangat erat kaitannya dengan permasalahan gizi kurang dan gizi lebih yang terjadi
pada seorang anak, dimana masalah ini salah satunya dapat mempengaruhi
tingkat keseimbangan anak sehingga dapat mempengaruhi produktivitas diri
seorang anak untuk berkarya dalam kehidupannya
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota padang tahun
2011 tentang rekap hasil skrining-screening kesehatan murid SMP/MTS Kota
Padang menunjukan bahwa pada populasi murid MTS yang berjumlah 1.591
orang memiliki status gizi kurang sebanyak 5,59% dan gizi lebih sebanyak 5,85%.
Walaupun dilihat dari presentase yang relatif kecil, tetapi hal ini tetap menjadi
masalah bagi mereka yang memiliki gizi kurang maupun gizi lebih khususnya
terhadap kemampuan fisik maupun produktivitas hidupnya.Berdasarkan data
11
tersebut, untuk itu perlu dilakukan penelitian terkait dengan masalah melalui
pengumpulan data yang berhubungan dengan perbandingan status gizi lebih dan
kurang terhadap keseimbangan statis.
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah faktor ekonomi berpengaruh terhadap kondisi gizi kurang
maupun gizi lebih?
2. Apakah faktor lingkungan (gaya hidup) berpengaruh terhadap kondisi gizi
kurang maupun gizi lebih?
3. Apakah kebiasaan hidup praktis berpengaruh terhadap kondisi gizi kurang
maupun gizi lebih?
4. Apakah peranan mutu pelajaran Penjasorkes berpengaruh terhadap
kondisi gizi kurang maupun gizi lebih?
5. Apakah Gizi lebih berpengaruh terhadap kondisi kekuatan?
6. Apakah Gizi lebih berpengaruh terhadap kondisi kecepatan?
7. Apakah Gizi lebih berpengaruh terhadap kondisi kelenturan?
8. Apakah Gizi lebih berpengaruh terhadap kondisi kelincahan?
9. Apakah Gizi lebih berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan statis?
10. Apakah Gizi lebih berpengaruh terhadapproduktifitas kerja?
11. Apakah Gizi kurangberpengaruh terhadap kondisi kekuatan?
12. Apakah Gizi kurangberpengaruh terhadap kondisi kecepatan?
13. Apakah Gizi kurangberpengaruh terhadap kondisi kelenturan?
14. Apakah Gizi kurangberpengaruh terhadap kondisi kelincahan?
15. Apakah Gizi kurangberpengaruh terhadap kondisi keseimbangan statis?
12
16. Apakah Gizi kurangberpengaruh terhadapproduktivitas kerja?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah ternyata masalah gizi banyak
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang telah teridentifikasi
sebelumnya.Faktor gizi bisa dipengaruhi oleh banyak macam faktor.Supaya
penelitian ini lebih terfokus maka penelitian ini dibatasi pada gizi kurang dan gizi
lebih terhadap salah satu faktor komponen fisik yaitu keseimbangan statis.
D. Perumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan tingkat keseimbangan statis antara anak yang
bergizi kurang dengan anak yang bergizi lebih?
E. Tujuan Penelitian
Untuk melihat perbedaan dampak gizi kurang dan gizi lebih terhadap
keseimbangan statis.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada
Jurusan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNP
2. Sebagai pengetahuan bagi orang tua tentang dampak gizi lebih dan gizi
kurang terhadap anak
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru penjasorkes dalam penyusunan
materi pembelajaran
4. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa
5. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Gizi
Siklus hidup manusia dimulai dari bayi, anak, remaja, dewasa hingga tua
melewati tahap-tahap yang cukup rumit dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang mereka lalui. Oleh karena itu, setiap individu membutuhkan
gizi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Menurut Riyadi dalam
Syafrizar dan Wilda (2009:1) mengatakan “gizi adalah cabang ilmu yang
mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh
yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya”. Sedangkan
Menurut Suhardjo dalam Agnesa (2011) mengatakan “status gizi adalah keadaan
tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gizi merupakan faktor
yang berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Makanan yang
dikonsumsi membawa zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, dimana zat
tersebut sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan kondisi tubuh agar
tetap tumbuh dan berkembang.
Kecukupan gizi seorang anak harus mendapat perhatian yang serius bagi
orang tua, hal ini merupakan usaha untuk mencegah terjadinya permasalahan gizi
bagi anak. Kecenderungan banyak orang tua yang tidak sengaja mengabaikan
perhatiannya terhadap asupan gizi anak, sehingga hal ini baru disadari setelah
anak mengalami masalah gizi baik gizi lebih maupun gizi kurang. Apabila
13
14
konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh
maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan gizi
(Supariasa dalam Agnesa, 2011). Permasalahan gizi, baik gizi lebih maupun gizi
kurang cendrung banyak dialami oleh tiap-tiap negara, dimana masalah tersebut
membawa pengaruh terhadap gaya hidup dan produktivitas kerja
seseorang.Sebagai contoh seseorang yang memiliki tubuh gemuk akibat gizi lebih
akan kesulitan untuk beraktivitas dan berproduktivitas dalam kehidupannya.
Namun permasalahan gizi yang terjadi ditiap-tiap negara jelas berbeda, hal
ditentukan oleh kemajuan negara masing-masing baik dari segi IPTEK maupun
ekonomi. Menurut Soekirmandalam Agnesa (2011) mengatakan “Negara miskin
cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan
negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa di negara miskin
kecenderungan masyarakatnya banyak mengalami masalah gizi kurang.
Kecukupan gizi seseorang sangat ditentukan oleh kondisi ekonomi. Negara miskin
pada umumnya terdapat banyak keluarga yang berada dalam kondisi ekonomi
lemah atau keluarga miskin. Hal ini membawa dampak terhadap status gizi anak
dalam keluarga tersebut. Orang tua yang tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi
anak memiliki peluang besar terkena resiko gizi kurang. Namun lain halnya
dinegara maju, dengan kondisi ekonomi keluarga yang berada diatas garis
menengah keatas memiliki kesanggupan untuk mencukupi kebutuhan gizi anak.
Tetapi munculnya suatu permasalahan adalah, dengan kesanggupan orang tua
untuk memenuhi gizi anak sering kali mengabaikan keseimbangan gizi anak
15
sehingga muncul masalah gizi lebih terhadap anak. Hal semacam ini diakibatkan
dari pengontrolan orang tua terhadap anak untuk menkonsumsi makanan melebihi
kebutuhan tubuhnya. Seharusnya orang tua mampu mengatur keseimbangan gizi
anaknya, dengan cara memberi pemahaman dan bahkan langsung mengatur menu
konsumsi makanan dalam kesehariannya.
2. Gizi Kurang (buruk)
a. Pengertian
Munculnya masalah gizi kurang merupakan cerminan pengaturan gizi
yang tidak seimbang terhadap penderita. Menurut Syafrizar dan Wilda
(2009:3) menjelaskan “gizi kurang: suatu keadaan tidak sehat yang terjadi
karena tidak cukup makanan yang dikonsumsi sehingga tidak memenuhi
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya dalam jangka waktu tertentu”. Team
Dosen Jurusan Gizi POLTEKES Malang (2005:74) menyatakan “status gizi
tidak seimbang dapat dipresentasikan dalam bentuk gizi kurang yaitu jumlah
asupan zat gizi kurang yang dibutuhkan”. Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa gizi kurang merupakan suatu permasalahan gizi yang
diakibatkan oleh ketidak seimbangan jumlah asupan zat gizi melalui
konsumsi makanan dengan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Artinya, jumlah energi yang diperoleh melalui makanan tidak mencukupi
terhadap jumlah energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada dasarnya energi
tersebut dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas dalam
kehidupan, namun dengan jumlah energi yang diterima oleh tubuh lebih kecil
dari jumlah energi yang dikeluarkan oleh tubuh mengakibatkan munculnya
16
masalah gizi kurang. Sebab tubuh tidak memiliki cadangan energi yang dapat
dipakai lagi untuk melakukan berbagai aktifitas fisik.
b. Faktor Penyebab Gizi Kurang
Masalah gizi kurang merupakan masalah penting, karena selain
mempunyai resiko penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi kemampuan
aktivitas seseorang untuk berkarya dan berproduktivitas dalam hidupnya.
Pengetahuan yang kurang terhadap pemahaman gizi yang seimbang memicu
munculnya berbagai permasalahan gizi seperti masalah gizi kurang.
Pengabaian terhadap faktor-faktor penyebab masalah gizi kurang merupakan
suatu keadaan yang membuka peluang besar untuk munculnya masalah gizi
kurang ditengah masyarakat. Syafrizar dan Wilda (2006:84) mengatakan” bila
terjadi kekurangan atau kelebihan konsumsi zat gizi, maka akan berakibat
terjadi salah gizi kurang atau gizi lebih”. Sunita (2002:301) mengatakan
“masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya
persedian pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan dan
adanya daerah miskin gizi”.
Pendapat lain mengenai faktor penyebab munculnya masalah gizi
kurang yang dapat mengancam kemampuan sipenderita untuk beraktivitas
dan berproduktivitas dalam kesehariannya antara lain sebagai berikut. Azrul
dalam Agnesa (2011:24) menjelaskan;
“Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan
oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi.
Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi
17
pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya
pengetahuan tentang gizi “.
Berdasarkan pendapat di atas, problema masalah gizi kurang
disebabkan oleh berbagai faktor penyebab. Kemiskinan merupakan salah satu
faktor pemicu munculnya masalah gizi kurang, sebab pada dasarnya
kemisikinan mempunyai hubungan yang erat terhadap kemampuan seseorang
atau masyarakat untuk memperoleh makanan yang kaya akan zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Kecenderungan bagi keluarga miskin konsumsi
makanan hanya dilatarbelakangi atas dasar mengatasi lapar semata, bagi
mereka dapat makan untuk hidup adalah hal yang terpenting tanpa
menghiraukan kwalitas dan jumlah zat gizi yang terkandung didlam makanan
yang mereka konsumsi. Hal semacam ini lah yang melatarbelakangi banyak
kasus gizi kurang terjadi pada masyarakat miskin.
Masalah kemiskinan erat kaitannya dengan faktor ketersediaan pangan
dan pengetahuan ruang lingkup gizi bagi masyarakat dan keluarga miskin.
Kemiskinan membuat mereka tidak mampu menyediakan cadangan makanan
yang memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, mereka
hanya mampu memiliki makanan seadanya. Sehingga hal ini berdampak
kepada status gizi anak, dimana tubuh anak tidak mendapatkan asupan gizi
yang sesuai dengan tuntutan tubuhnya.
Disamping itu, faktor penyebab terjadinya gizi kurang pada anak tidak
hanya dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang tua yang miskin semata.
Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap ruang lingkup gizi menjadi hal
pemicu munculnya kasus gizi kurang ditengah masyarakat atau keluarga yang
18
berekonomi mencukupi. Hal ini terlihat ketika menurunya status gizi anak
tanpa disadari oleh orang tua. Menurut Team Dosen Jurusan Gizi
POLTEKES Malang (2005:9) menyebutkan “penyebab menurunnya status
gizi anak adalah: (a) Anak senang sekali jajan, (b) Anak sering memilih
makanan yang salah tetapi disukai, (c) Anak terlalu lelah bermain disekolah,
sehingga nafsu makan menjadi berkurang”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab gizi buruk tidak hanya disebabkan oleh kemiskinan dan kurangnya
cadangan makanan pada sebuah keluarga. Namun, masalah gizi kurang yang
pada anak juga disebabkan oleh kurangya perhatian orang tua dan kurangnya
pemahaman orang tua terhadap konsep gizi seimbang. Sebagai contoh,
kebiasaan jelek anak-anak yang cendrung lebih suka jajan dari pada makan
lambat laun menimbulkan masalah terhadap gizinya. Problema ini muncul
dikarenakan anak malas dan sukar untuk disuruh makan, sebab mereka lebih
suka jajan diluar dari pada makan dirumah, sedangkan kandungan zat gizi
didalam jajanan tersebut tidak sesuai dengan jumlah dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuhnya.
Perhatian orang tua terhadap anak memiliki peran yang penting
terhadap satatus gizi anak. Orang tua harus mampu mengontrol setiap
kegiatan yang dilakukan oleh anak baik di rumah, sekolah dan sesama teman
bermainnya. Tingginya tingkat aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak
membawa dampak terhadap nafsu makan anak seperti yang di sebutkan pada
teori diatas bahwa kegiatan fisik yang berlebihan dapat menurunkan nafsu
19
makan anak. Dengan demikian, jika nafsu makan anak menurun tentu asupan
jumlah zat gizi kedalam tubuh ikut menurun, sementara kegiatan fisik yang ia
lakukan semakin meningkat. Artinya terjadi ketidak seimbangan gizi, dimana
jumlah energi yang masuk kedalam tubuh melalui makanan lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah energi yang dikeluarkan oleh tubuh melalui
kegiatan fisik yang mereka lakukan sehingga munculnya masalah gizi kurang
pada anak.
c. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang
Penanggulangan masalah gizi kurang merupakan suatu usaha yang
penting, karena masalah gizi kurang memberikan peluang yang besar
terhadap penderita untuk mendapatkan penyakit tertentu lainya yang dapat
menganggu kesehatan mereka. Berbagai faktor menjadi kendala bagi orang
tua untuk mengatasi masalah gizi kurang yang dihadapi oleh anak, sehingga
hal ini mengakibatkan anak yang menderita gizi kurang mendapat resiko yang
mudah terserang berbagai penyakit lainnya. Oleh karena itu penanggulangan
masalah gizi kurang harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak
yang memiliki peran andil pada masalah tersebut. Menurut Sunita (2002:306)
mengatakan;
“penanggulangan maslah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu
antar departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya
peningkatan pengadaan pangan, peningkatan status sosial ekonomi,
pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil
pertanian dan teknologi pangan”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahawa penanggulangan
masalah gizi kurang tidak hanya menjadi tugas bagi keluarga yang
20
menghadapi masalah tersebut, tetapi masalah ini harus menjadi tugas dan
tanggung jawab departemen dan orang-orang yang profesional dalam masalah
gizi seperti departemen kesehatan dan para ahli gizi. Peningkatan status sosial
ekonomi merupaka hal yang mendasar dari berbagai usaha untuk
penanggulangan masalah gizi kurang. Jika status ekonomi suatu masyarakat
atau keluarga meningkat dan berada diatas garis kemiskinan hal ini dapat
memperkecil keluarga tersebut untuk menghadapi masalah gizi kurang. Sebab
dengan ekonomi yang baik membuat orang mampu untuk membeli berbagai
kebutuhan hidupnya, salah satunya kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh
keluarganya.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2009:54) menjelaskan;
“gizi seimbang dalam hidangan sehari-hari dapat mencegah terjadinya
keadaan gizi kurang atau gizi lebih. Hidangan seimbang adalah
makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun,dan zat
pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam sehari secara teratur sesuai
dengan kecukupan gizi”.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penanggulangan masalah gizi kurang terletak pada pengaturan dan
keseimbangan hidangan atau konsumsi gizi sehari-hari. Keseimbangan yang
dimaksud adalah adanya keaneka ragaman zat-zat gizi yang terkandung
didalam makanan yang dikonsumsi. Makanan yang seimbang tersebut antara
lain mengandung unsur zat tenaga yang menjadi sumber energi bagi tubuh,
zat pengatur dan zat pembangun. Team Dosen Jurusan Gizi Poltekes Malang
(2005:74) mengatakan “status gizi baik (seimbang) bila jumlah asupan zat
gizi sesuai dengan yang dibutuhkan”. Namun kecenderungan yang dilakukan
21
oleh sebagian masyarakat adalah tidak menghiraukan keseimbangan tersebut,
mereka lebih mementingkan jumlah gizi dari pada kualitas zat gizi yang
mereka dapatkan melalui menu dan hidangan makanan sehari-hari. Hal ini
terjadi mungkin ketidak sanggupan mereka untuk mendapatkan atau
memperoleh makanan yang bergizi atau kebiasaan makan yang memilih-
milih makanan.
d. Resiko Gizi Kurang
Munculnya permasalahan gizi kurang di tengah masyarakat
merupakan akibat dari gaya hidup yang tidak sehat. Permasalahan gizi kurang
yang dialami oleh sebuah keluarga bukan hanya dipengaruhi oleh faktor
ekonomi keluarga yang tidak mendukung atau miskin sehingga tidak mampu
membeli dan memiliki makanan yang mengandung zat gizi yang lebih baik.
Namun disisi lain, kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat salah satu pemicu
munculnya masalah gizi kurang. Gaya hidup yang tidak sehat menimbulkan
salah satunya masalah gizi kurang yang memungkinkan seorang penderita
untuk beresiko menghadapi berbagai penyakit antara lain anemia, KEK
(kekurangan energi kronik), KEP (kekurangan energi protein) dan lainya.
Anemia merupakan dampak dari masalah gizi kurang yang dihadapi
oleh penderita. Menurut sunita (2002:304) mengatakan anemia merupakan
resiko dari masalah gizi kurang, anemia merupakan masalah yang diakibatkan
kekurangan zat besi oleh tubuh. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa penyebab dari anemia disebabkan oleh tubuh yang
22
kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari. Tanda-tanda fisik yang dapat
dilihat dari penderita anemia adalah letih, lemah, lesu, lelah dan lalai.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2009:60) mengatakan:
“akibat anemia:
1. Menurunnya kemampuan tubuh
2. Menurunya konsentrasi belajar
3. Menurunya kebugaran tubuh
4. Menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit
5. Menghambat tumbuh kembang”
Berdasarkan pendapat di atas maka penderita anemia harus
mendapatkan pertolongan yang serius. Menurunya kemampuan tubuh,
menurunya kebugaran tubuh dan mudahnya tubuh terserang penyakit
mengakibatkan penderita anemia tidak dapat beraktivitas dan berproduktivitas
sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain dari anemia, ancaman yang dihadapi oleh kasus gizi kurang
adalah munculnya masalah kurang energi protein (KEP). Menurut Sunita
(2002:303) mengatakan;
“kurang energi protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan
sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada
anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap
penyakit terutama penyakit imfeksi dan mengakibatkan rendahnya
tingkat kecerdasan”.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kekurangan
energi protein yang diderita seseorang diakibatkan tubuhnya kekurangan zat
gizi protein yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Resiko yang ditimbulkan dari
penyakit ini adalah terhambatnya laju pertumbuhan tubuh anak. Disamping
itu, penyakit tersebut mengakibatkan rendah dan menurunnya tingkat
23
kecerdasan anak. Oleh karena itu, kekurangan zat gizi protein harus diatasi
dengan serius dan mencegahnya sedini mungkin. Hal ini dapat dilakukan
dengan mencukupi kebutuhan zat gizi protein yang dibutuhkan oleh tubuh
melalui konsumsi makanan yang mengandung zat gizi protein seperti telur,
daging dan kacang-kacangan.
Resiko lain yang akan muncul dari masalah gizi kurang adalah
kekurangan energi kronik (KEK). Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
(2009:61) menjelaskan “kurangnya konsumsi zat gizi khususnya kurang
energi (sumber karbohidrat) yang terus menerus dapat mengakibatkan remaja
menderita kekurangan energi kronik (KEK) “. Berdasarkan pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa kekurangan energi kronik merupakan salah satu
kasus gizi kurang yang disebabkan kekurangan zat gizi karbohidrat. Pada
dasarnya karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh untuk
melakukan berbagai aktifitas fisik.
Berdasarkan dari beberapa akibat yang ditimbulkan oleh masalah gizi
kurang seperti diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah gizi kurang
memberikan berbagai resiko terhadap sipenderita. Salah satuu resiko yang
dihadapi adalah masalah yang muncul terhadap keterbatasan mereka
melakukan berbagi kegiatan fisik seperti kegiatan yang menuntut kekuatan,
kecepatan, daya tahan, kelenturan dan keseimbangan. Hal ini disebabkan oleh
masalah gizi kurang yang mereka hadapi membatasi kemampuan mereka
untuk beraktifitas khususnya aktifitas fisik.
24
3. Gizi lebih (Obesitas)
a. Pengertian
Gizi lebih (obesitas) merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi
pada seseorang akibat konsumsi gizi yang tidak seimbang atau melebihi dari
kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Permasalah gizi lebih tersebut
cendrung menjadi momok bagi setiap orang yang mengalaminya, sehingga hal
ini membawa pengaruh dan dampak terhadap aktivitas hidup dalam
kesehariannya. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2006:61)
menyataka “gizi lebih suatu kondisi yang diakibatkan oleh asupan energi yang
melebihi kebutuhan tubuh”. Menurut samsudin dalam Syafrizar dan Wilda
(2006:84) mengatakan “yang dimaksud dengan gizi lebih adalah berat badan
yang relatif berlebihan dengan usia atau tinggi anak yang sebaya sebagai
akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak
tubuh”. Wurtman dalam Ade Rahmawati (2006) mengatakan “obesitas adalah
simpanan energi yang berlebihan dalam bentuk lemak, yang berdampak buruk
pada kesehatan dan perpanjangan usia”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa gizi lebih
merupakan masalah yang muncul akibat dari tidak seimbangnya antara gizi
yang dikonsumsi oleh seseorang dengan kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh
tubuhnya. Dimana asupan gizi yang dikonsumsi oleh seseorang lebih besar
jumlahnya dibandingkan dengan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuhnya, sehingga energi yang melebehi dari kebutuhan tubuh tersebut
menumpuk di dalam tubuh. Seharusnya energi yang diperoleh oleh tubuh
25
melalui makanan yang dikonsumsi harus dikeluarkan lagi oleh tubuh melalui
berbagai aktivitas fisik, jika seseorang dalam kesahariannya mengurangi
aktivitas fisik dan meningkatkan asupan gizi maka cenderung mendapatkan
resiko gizi lebih.
b. Faktor Penyebab Gizi Lebih (Obesitas)
Kelebihan gizi yang dialami oleh seseorang mencerminkan pola makan
yang tidak baik dalam kehidupannya. Berdasarkan akibat dari ketidak
seimbangan antara jumlah zat gizi yang dikonsumsi dengan kebutuhan gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh menjadi peluang besar untuk mendatangkan
resiko gizi lebih.Konsumsi makanan dalam kehidupan sehari-hari menjadi
penentu terhadap status gizi seseorang. Makanan yang mengandung
kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang
ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian
besar keseimbangan energi yang positif ini.
Dipicu dari jumlah zat energi yang melebihi dari kebutuhan zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh dan dengan pengeluaran energi yang sedikit oleh
tubuh mengakibatkan terjadinya kelebihan gizi. Artinya energi yang diperoleh
oleh tubuh melalui makanan tidak sebanding dengan energi yang dikeluarkan
oleh tubuh atau terjadinya penurunan pengeluaran energi dimana energi yang
dikonsumsi oleh tubuh semakin meningkat. Gizi lebih (obesitas) disebabkan
oleh banyak faktor. Menurut Wahlqvist dalam Syafrizar dan Wilda (2006:85)
mengatakan “obesitas disebabkan oleh faktor makanan, faktor hormonal,
faktor genetik, faktor aktifitas fisik dan fisikologis”.
26
Menurut Gibney et al dalam Agnesa (2011) mengatakan faktor peneyebab
gizi lebih (obesitas) adalah (1) kelebihan energi, (2) kurang gerak , (3)
Kemajuan ekonomi, (4) Kurang pengetahuan akan gizi seimbang, (5) Aktifitas
fisik golongan masyarakat rendah, dan (6) Tekanan hidup/stress.
Gizi lebih (obesitas) dianggap sebagi suatu permasalahan ketika seorang
penderita menghadapi kendala untuk beraktivitas dan berproduktivitas dalam
kehidupannya. Munculnya masalah gizi lebih ketika kita tidak sadar bahwa
faktor-faktor penyebab dari gizi lebih tidak lagi menjadi acuan bagi kita
terhadap konsumsi makanan. Menurut Courtney More (1997:347-348)
menjelaskan;
“Penyebab obesitas adalah multifaktor. Faktor-faktor dibawah ini
sedikitnya terlibat pada beberapa kasus obesitas:
1. Genetik: anak-anak dari orang tua obesitas cendrung tiga sampai
delapan kali menjadi obesitas dibandingkan dari orang tua berat badan
normal, walaupun mereka tidak dibesarkan oleh orang tua kandungnya.
2. Lingkungan: pengaruh keluarga misalnya penggunaan makanan sebagai
hadiah, tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua
makanan di piring habis) membantu pengembangan kebiasaan makan
yang dapat menyebabkan obesitas.
3. Psikologi: makan berlebihan dapat terjadi sebgai respon terhadap
kesepian, berduka atau depresi; dapat merupakan respons terhadap
rangsangan dari luar seperti iklan makanan atau kenyataan bahwa ini
adalah waktu makan.
4. Fisiologi: energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia,
dan ini sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia
pertengahan.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas gizi lebih (obesitas) yang dialami
oleh seseorang dipicu oleh banyak faktor. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa gizi lebih (obesitas) pada dasarnya disebabkan oleh tidak seimbangnya
antara jumlah asupan gizi yang dikonsumsi dengan jumlah energi yang
dikeluarkan oleh tubuh yang berasal dari makanan. Makanan yang dikonsumsi
27
mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh baik untuk
pertumbuhan, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan sebagai sumber
energi untuk melakukan berbagai aktivitas dalam keseharian.
Namun kecendrungan sebagian orang tidak dapat menyeimbangkan antara
jumlah energi yang dikonsumsi dengan jumlah energi yang dikeluarkan.
Keseimbangan yang dimaksud adalah, dengan jumlah energi yang didapat
oleh tubuh melalui makanan hendaknya dikeluarkan lagi melalui berbagai
aktifitas gerak dalan keseharian. Dengan demikian tubuh akan lebih
meningkatkan metabolisme untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh
otot-otot tubuh untuk berkontraksi dan berelaksasi untuk mengatasi suatu
pembebanan. Menurut Umar dan Masrun (2008:2) mengatakan “untuk
melakukan berbagai aktivitas tubuh memerlukan gerak, gerak dihasilkan dari
kontraksi dan relaksasi otot rangka, untuk bisa bekerja otot rangka
memerlukan energi”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa energi merupakan
sumber komponen yang dibutuhkan oleh otot untuk berkontraksi dan
berelaksasi. Jadi jika energi yang diperoleh oleh tubuh seseorang melalui
makanan dan diiringi dengan aktivitas fisik yang seimbang hal ini akan
mencegah terjadinya penimbunan energi dalam bentuk lemak oleh tubuh yang
bisa mengakibatkan gizi lebih (obesitas).
c. Penanggulangan Gizi Lebih
Masalah gizi lebih (obesitas) menjadi momok bagi sebagian orang yang
mengalaminya. Sebab dengan kondisi tubuh mereka yang gemuk membawa
28
dampak negatif terhadap perkembangan emosinya. Kecenderungan dari
sebagian penderita gizi lebih (obesitas) merasa kurang percaya diri dengan
penampilannya. Dilain hal, dalam aktiftas kesehariannya gizi lebih (obesitas)
akan membatasi kemampuannya untuk melakukan sesuatu. Salah satu contoh,
seorang anak obesitas mendapat cemoohan dari teman bermainnya ketika
tidak mampu untuk berlari dengan cepat. Berdasarkan hal tersebut masalah
gizi lebih (obesitas) harus mendapat penanggulangan yang tepat dari berbagai
pihak terutama orang tua. Menurut Almatsier dalam Agnesa, dkk (2011: 21-
23) mengatakan penanggulangan gizi lebih antara lain:
1. Menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui
pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olahraga
serta menghindari tekanan hidup/stress.
2. Membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari
konsumsi alkohol.
3. penyuluhan kepada masyarakat luas
4. Peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia
siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih sehat ini
disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara
penyajian dan kemasan makanan Barat.
Berdasarkan pendapat tersebut menyeimbangkan masukan energi dan
pengeluaran energi oleh tubuh merupakan salah satu upaya untuk
menanggulangi resiko gizi lebih (obesitas). Artinya, energi yang masuk
ketubuh melalui makanan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktifitas
29
fisik dalam keseharian, sehingga tidak terjadi penumpukan energi dalam
bentuk lemak didalam tubuh yang memicu terjadinya masalah gizi lebih
(obesitas). Lemak dan karbohidrat merupakan komponen zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, tetapi jumlah karbohidrat dan lemak yang menumpuk
didalam tubuh mendatangkan resiko bagi seseorang untuk menghadapi gizi
lebih (obesitas).
Membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak merupakan salah satu cara
untuk mencegah resiko gizi lebih (obesitas). Syafrizar dan Wilda (2006:8)
mengatakan “karbohidrat merupakan zat gizi yang berperan dalam
menghasilkan energi utama dalam tubuh”. Berdasarakan pendapat teersebut
membuat banyak orang untuk slalu berusaha mencukupi kebutuhan
karbohidrat dalam tubuhnya. Kebutuhan tersebut pada akhirnya menjadi suatu
kebiasaan buruk, dimana terjadinya konsumsi karbohidrat yang melebihi
kebutuhan tubuh dan diiringi dengan aktifitas fisik yang menurun.
Seharusnya jumlah energi yang masuk kedalam tubuh harus diseimbangkan
dengan jumlah energi yang dikeluarkan oleh tubuh melalui aktifitas fisik
seperti olahraga.
Tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang terhadap gizi yang
seimbang diduga menjadi salah satu pemicu munculnya masalah gizi lebih
(obesitas). Pada dasarnya bagi orang yang tidak memiliki pengetahuan
tentang gizi hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya, tanpa
diiringi dengan pengaturan gizi yang seimbang terhadap anak. Oleh karena itu
bagi pihak yang ikut bertanggung jawab terhadap masalah gizi dan kesehatan
30
seperti puskesmas dan dinas kesehatan harus mampu memberikan
penyuluhan bagi masarakat tentang ruang lingkup gizi.
Dampak globalisasi dewasa ini membawa banyak perubahan terhadap
tatanan kebiasaan hidup sebahagian masyarakat Indonesia seperti gaya hidup,
berpakaian, makanan (kuliner). Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
(2009:5) menjelaskan “globalisasi, menyebabkan budaya barat yang cendrung
bebas, misalnya kebebasan dalam pergaulan laki-perempuan ditiru oleh
sebagian remaja ..... hal ini diperburuk dengan lemahnya pengawasan dari
orang tua”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa globalisasi
membawa dampak perubahan bagi kebiasaan masyarakat sebagai contoh
adalah dari segi kebiasaan makanan (kuliner). Kecendrungan masyarakat
pribumi akan mencontoh kebiasaan makan dan menu makan barat, karena hal
ini menjadi suatu hal yang baru dan nilai lebih dari dirinya, seperti kebiasaan
masyarakat sekarang mengkonsumsi pizza hut dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, makanan-makanan asli Indonesia harus mampu menyaingi
makanan barat sehingga masyarakat akan kembali mengkonsumsi makanan
asli product lokal yang tinggi nilai kesehatannya.
Penanggulangan masalah gizi lebih merupakan suatu tindakan yang
harus dilakukan sedini mungkin agar penderita gizi lebih memiliki peluang
besar untuk mendapatkan status gizi ideal dalam hidupnya. Sunita (2002:308)
menjelaskan;
31
“masalah gizi lebih disebabkan kebanyakan masukan energi
dibandingkan dengan keluaran energi. Penanggulangannya adalah dengan
menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan
makanan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari
tekanan hidup/stress”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemicu
munculnya masalah gizi lebih diakibatkan oleh besarnya jumlah energi yang
masuk kedalam tubuh dibandingkan dengan energi yang dapat dikeluarkan
oleh tubuh. Penanggulangan gizi lebih dapat dilakukan dengan cara
menyeimbangkan jumlah energi yang masuk kedalam tubuh dengan jumlah
energi yang dapat dikeluarkan oleh tubuh. Keseimbangan tersebut dapat
dilakukan dengan cara melakukan berbagai aktifitas fisik yang rutin dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh aktifitas fisik yang baik dilakukan
adalah berolahrga, sebab dengan berolahraga otot-otot rangka dituntut untuk
terus bekerja selama tubuh terus melakukan aktifitas. Dengan demikian,
tubuh akan mensuplai energi yang ada kepada otot-otot rangka yang sedang
aktif bekerja sehingga dengan demikian tidak energi yang tersimpan atau
menumpuk didalam tubuh.
d. Resiko Gizi Lebih
Seseorang yang mengalami status gizi lebih membuat dirinya memiliki
kemampuan yang terbatas untuk beraktivitas dan berproduktivitas dalam
hidupnya. Resiko semacam ini menjadi ancaman bagi setiap orang yang
memiliki peluang utuk terkena masalah gizi lebih (obesitas). Courtney More
(1997:348) mengatakan “resiko kesehatan meningkat secara progresif dengan
32
beratnya derajat obesitas”. Sedangkan Sunita (2002:308) mengatakan “
dampak masalah gizi lebih pada orang tampak dengan semakin meningkatnya
penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes militus, hipertensi dan
penyakit hati”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi lebih
(Obesitas) membawa dampak buruk secara umum terhadap kesehatan. Gizi
lebih (obesitas) pada tingkat yang berat memungkinkan seseorang untuk
terkena penyakit berat seperti jantung koroner, diabetes, hipertensi dan
penyakit hati. Tubuh yang sehat merupakan suatu kebutuhan hidup yang
dapat menunjang manusia untuk dapat beraktifitas dan berproduktifitas dalam
kehidupan. Namun masalah gizi lebih menjadi masalah dan ancaman
terserang berbagai penyakiti bagi tubuh seseorang, sehingga hal ini
menghambat seseorang untuk dapat beraktifitas dan berproduktifitas dalam
kehidupannya.
4. Keseimbangan
a. Pengertian
Berbagai aktivitas atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh tubuh
sangat ditentukan oleh kondisi fisik dari tubuh. Dengan kondisi fisik tubuh
yang prima kecenderungan seseorang akan lebih mudah melakukan berbagai
kegitan fisik seperti belari, berenang, bersepeda dan berbagai kegitan yang
lainnya. Tetapi jika seseorang menghadapi masalah terhadap kondisi fisiknya
tentu tidak akan dapat melakukan berbagai aktifitas fisik dengan baik dan
33
benar. Salah satu unsur kondisi fisik yang dimiliki oleh tubuh adalah kondisi
keseimbangan.
Menurut Widiastuti (2011:144) mengatakan; “keseimbangan adalah
kemampuan mempertahankan sikap posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri
(static balance) atau pada saat melakukan gerakan (dynamic balance)”.
Menurut Sajoto (1995:9) mengatakan “keseimbangan (balance) adalah
kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot, seperti dalam
hand stand atau dalam mencapai keseimbangan sewaktu seseorang sedang
berjalan kemudian terganggu (misalnya tergelincir dan lain-lain”.Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesimbangan merupakan
kemampuan tubuh seseorang untuk dapat mempertahankan sikap tubuhnya
baik dalam keadaan diam maupun dalam keadaan bergerak. Jika dilihat dari
berbagai aktifitas fisik yang dilakukan dalam keseharian kondisi
keseimbangan memiliki peran andil dalam kegitan tersebut. Sebagai contoh,
sering kita lihat anak kecil yang belajar berdiri yang melakukan gerakan
berdiri kemudian jatuh dan begitu seterusnya. Gerakan jatuh dan kembali
berdiri yang dilakukan oleh anak kecil tersebut diduga pengaruh kondisi
keseimbangan yang dimiliki oleh anak. Artinya dalam kehidupan sehari-hari
untuk berdiri dengan posisi yang baik dan benar tubuh membutuhkan
keseimbangan.
Bukti lain yang menunjukan keikut sertaan peranan kondisi
keseimbangan dalam berbagai aktifitas fisik adalah pada saat seorang
tergelincir pada saat berjalan. Seseorang akan merobah posisi tubuhnya dari
34
posisi berdiri sambil berjalan ke posisi terduduk atau telentang akibat
tergelincir. Perubahan posisi tubuh tersebut diduga akibat dari ketidak
mampuan kondisi keseimbangan tubuh mengatasi pembebanan secara
mendadak seperti tergelinciri. Berdasarkan contoh realita yang terjadi
tersebut, keseimbangan yang dimiliki oleh tubuh pada dasarnya terbagi
menjadi dua bentuk. Ismaryati (2008:48) mengatakan “terdapat dua macam
keseimbangan yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis”.
b. Keseimbangan Statis
Keseimbangan tubuh sangat berperan terhadap aktivitas fisik yang
dilakukan oleh tubuh. Keseimbangan statis merupakan bagian dari komponen
fisik tubuh yang banyak berperan pada aktifitas fisik tubuh dalam keadaan
diam. Menurut Ismaryati (2008:48) mengatakan “keseimbangan statis adalah
kemampuan mempertahankan keadaan seimbang dalam keadaan diam”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keseimbangan statis
merupakan komponen fisik yang berperan mempertahankan keseimbangan
tubuh dalam keadaan statis atau diam. Salah satu contoh gerakan statis yang
melibatkan peran dari keseimbangan tubuh adalah membuat sikap tubuh
seperti pesawat terbang, dengan cara menunduk, rentangkan kedua tangan
kesamping (luruskan kedepan), gerakan ini bertumpu dengan satu kaki
sedangkan kaki yang lainnya diluruskan kebelakang sejajar dengan
punggung. Gerakan ini terbilang sulit dilakukan, sebab jika seseorang tidak
memiliki kondisi keseimbangan tubuh yang baik diduga akan sulit dan tidak
35
mampu mempertahankan sikap tubuh seperti gerakan tersebut dalam waktu
yang relatif lama.
Kondisi keseimbangan tubuh yang baik memiliki peranan yang amat
penting terhadap seseorang untuk mempertahankan sikap tubuhnya, baik
dalam keadaan diam maupun dalam keadaan bergerak. Kondisi keseimbangan
yang baik dari tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor penunjang. Menurut
Widiastuti (2011:144) mengatakan “ kemampuan untuk mempertahankan
keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: visual dan
telinga”. Pendapat tersebut mengatakan bahwa kondisi keseimbangan tubuh
seseorang dalam suatu keadaan mempertahankan sikap tubuh dalam keadaan
seimbang dipengaruhi oleh penglihatan dan pendengaran. Sebagai contoh,
ketika mata ditutup sesorang terlihat berjalan seperti meraba-raba, hal ini
diduga karena tubuh tidak bisa menjaga keseimbangannya untuk berdiri dan
berjalan tanpa adanya penglihatan.
c. Tingkat Keseimbangan
Kemampuan fisik yang dimiliki oleh setiap anak tentu memiliki
perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan tersebut dipicu oleh berbagai faktor
diantaranya faktor jenis usia dan kelamin. Untuk menentukan perbedaan dan
tingkat keseimbangan seseorang dapat dilakukan melalui tes dan pengukuran
yang dilakukan terhadap anak. Test yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat keseimbangan seseorang adalah test keseimbangan yaitu Stork Stand.
Widiastuti (2011:144) mengatakan setiap orang membutuhkan kondisi
36
keseimbangan yang berguna untuk mempertahankan stabilitas posisi tubuh
baik dalam keadaan statik ataupun dinamis, tes Stork Stand merupakan tes
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keseimbangan seseorang.
Berdasarkan pendapat tersebut dijelaskan bahwa keseimbangan merupakan
kondisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam hal
mempertahankan kestabilan tubuh, baik dalam keadaan bergerak maupun
dalam keadaan diam.
Pendapat tersebut juga menjelaskan bahwa untuk menentukan tingkat
keseimbangan tubuh seseorang perlu dilakukan tes dan pengukuran terhadap
individu yang bersangkutan. Tes yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat keseimbangan seseorang dalam keadaan statis adalah stork stand tes.
B. Kerangka Konseptual
1. Gizi kurang berpengaruh terhadap kemampuan keseimbangan statis
Gizi kurang merupakan suatu masalah gizi yang diakibatkan kurangnya
jumlah zat gizi yang diperoleh oleh tubuh melalui makanan dibandingkan
dengan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi tersebut
diantaranya adalah zat energi. Jika tubuh kekurangan energi tentu seseorang
tidak akan mampu untuk melakukan berbagai aktifitas fisik tanpa adanya
sumber energi yang cukup. Sebab tuntutan kerja fisik seperti keseimbangan
membutuhkan kerja dari otot-otot rangka, sedangkan kemampuan otot untuk
berkontraksi dan berelaksasi membutuhkan energi yang cukup. Keseimbangan
statis mrupakan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keadaan seimbang
37
dalam kondisi diam. Salah satu akibat dari gizi kurang tubuh kekurangan
energi. Tubuh seseorang akan tetap dalam keadaan seimbang apabila otot-otot
tubuh mendapatkan energi dari tubuh sesuai dengan kebutuhannya, tetapi jika
tidak tubuh tidak akan mampu menjaga keseimbanganya dalam batasan waktu
tertentu
2. Gizi lebih berpengaruh terhadap kemampuan keseimbangan statis.
Gizi lebih merupakan suatu masalah yang muncul akibat besarnya jumlah
asupan gizi yang masuk kedalam tubuh dibandingkan dengan jumlah zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu masalah yang muncul akibat gizi lebih
adalah obesitas. Kegemukan (obesitas) merupakan suatu masalah gizi yang
disebabkan oleh penumpukan energi dalam tubuh yang tersimpan dalam
bentuk lemak. Obesitas memberikan resiko atau masalah terhadap kemampuan
fisik tubuh, yaitu keseimbangan statis. Keseimbangan merupakan suatu
kemampuan yang dimiliki oleh tubuh untuk dapat mempertahankan sikap
tubuh dalam keadaan normal pada keadaan diam.
Namun, penderita obesitas akan mengalami masalah terhadap kondisi
keseimbangannya dalam mempertahankan sikap tubuh tetap dalam keadaan
normal. Sebab penderita obesitas memiliki berat badan yang lebih, sehingga
untuk tetap berdiri dalam waktu yang relatif lama diduga kondisi
keseimbangan statis seorang obesitas tidak dapat mampu mempertahankan
tubuhnya tetap berdiri dalam keadaan normal pada watu yang relatif lama.
38
3. Perbedaan keseimbangan statis antara status gizi kurang dan gizi lebih.
Gizi lebih merupakan masalah gizi yang muncul akibat besarnya jumlah
zat gizi yang masuk kedalam tubuh dibandingkan dengan jumlah zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu akibat dari gizi lebih adalah obesitas atau
kegemukan. Obesitas adalah penumpukan jumlah energi yang disimpan dalam
bentuk lemak, karena energi tersebut melebihi jumlah energi yang dibutuhkan
oleh tubuh. Oleh sebab itu tubuh kelebihan berat badan, sehingga berpengaruh
terhadap kondisi keseimbangan satatis tubuh.
Sedangkan gizi kurang merupakan masalah gizi yang terjadi akibat tubuh
tidak mendapatkan asupan zat gizi sesuai dengan jumlah zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu akibat dari gizi kurang tubuh kekurangan
energi, sehingga tubuh tidak memiliki energi yang cukup untuk melakukan
aktifitas fisik seperti kondisi keseimbangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa status gizi lebih dan status gizi kurang
berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan statis, namun pengaruh gizi lebih
terhadap kondisi keseimbangan statis berbeda dengan pengaruh gizi kurang
terhadap kondisi keseimbangan statis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
gambar kerangka konseptual dibawah ini.
39
Gambar: Kerangka Konseptual
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan bahwa gizi
lebih dan gizi kurang berpengaruh terhadap keseimbangan statis. Meskipun
gizi lebih dan gizi kurang berpengaruh terhadap keseimbangan statis namun
belum dapat diketahui perbedaan tingkat pengaruh gizi lebih dan gizi kurang
terhadap keseimbangan statis. Hipotesis adalah terdapat perbedaan
keseimbangan statis antara status gizi kurang dan status gizi lebih pada siswa
MTs Kota Padang.
GIZI LEBIH KESEIMBAN
GAN STATIS GIZI
KURANG
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian ekspos fakto (exspost
facto research). Menurut Sukmadinata (2005:55) mengatakan “penelitian
ekspos fakto meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau
diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti”. Dapat
disimpulkan bahwa penelitian ekspos fakto merupakan jenis penelitian yang
meneliti hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dengan variabel terikat
tanpa adanya perlakuan atau pengontrolan terhadap variabel penelitian, artinya
peneliti hanya melihat sebab-akibat yang terjadi dengan sendirinya. Didalam
penelitian ini, peneliti akan melihat bagaimana tingkat dan perbandingan
keseimbangan statis sampel sebagai akibat dari gizi lebih dan gizi kurang.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTS Kota Padang (MTS Alfurqan, MTS Air
Dingin, MTS Belimbing, MTS Lubuk Buaya, MTS Durian Tarung) padang,
sedangkan waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 April 2012 sampai
28 Mei 2012.
C. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dan menyamakan persepsi terhadap variabel di dalam
penelitian ini maka dapat dilihat pada defenisi operasional berikut.
40
41
1. Gizi lebih yang dimaksud adalah kondisi berat badan yang relatif
berlebihan dengan usia atau tinggi anak yang sebaya sebagai akibat
terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh
yang diukur berdasarkan indek masa tubuh.
2. Gizi kurang adalah suatu keadaan tidak sehat yang terjadi karena tidak
cukup makanan yang dikonsumsi sehingga tidak memenuhi kebutuhan
energi dan zat gizi lainnya dalam jangka waktu tertentu yang diukur dengan
indeks masa tubuh.
3. Keseimbangan statis adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan
keadaan tubuhnya dalam keadaan seimbang pada saat tubuh dalam keadaan
diam, yang dapat diukur dengan instrumen keseimbangan statis.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi (1998:115) mengatakan “populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian”. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan seluruh
subjek yang menjadi fokus utama dalam sebuah penelitian. Pemilihan populasi
penelitian sangat erat kaitannya dengan sampel yang akan kita gunakan dalam
suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi MTS
sekota padang yang terdaftar dalam hasil screaning data tingkat status gizi
siswa MTS Kota Padang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di dalam Tabel
berikut.
42
Data Tingkat Status Gizi Siswa Puteri MTS Kota Padang
No Sekolah
Status Gizi
Gizi
kurang
Gizi
lebih
1 MTS Alai 15 7
2 MTS Koto Tangah 31 6
3 MTS PGAI 4 4
4 MTS Lubeg 6 2
5 MTS Kuranji 8 6
6 MTS Lubuk Buaya 7 37
7 MTS Pauh 2 0
8 MTS Bungus 1 2
9 MTS Aisyiah 1 5
10 MTSDurianTarung 14 24
11 MTS Alfurqan 19 11
Jumlah 108 104
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Padang
2. Sampel
Menurut Winarno (2011:83) mengatakan “sampel adalah bagian dari
populasi yang menjadi pusat perhatian penelitian kita, dalam ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa sampel merupakan pusat perhatian, artinya data-data melalui tes dan
pengukuran terhadap sampel akan menjadi sumber informasi dari hasil
penelitian. Sampel yang dipilih haruslah sama ciri dan karakteristiknya dengan
populasi atau sampel yang dipilih dapat mewakili populasi.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan purposive
sampling. Menurut Winarno (2011:87) mengatakan pengambilan sampel secara
purposiverandom sampling merupakan salah satu cara penarikan sampel atas
pertimbangan tertentu atau tujuan tertentu dari peneliti.Berdasarkan pendapat
tersebut untuk menentukan sampel yang akan dijadikan sebagai sampel di
43
dalam penelitian ini dipilih atas pertimbangan peneliti. Dalam penelitian ini
sekolah yang dijadikan sampel adalah 5 sekolah dari populasi yang ada
mengingat pertimbangan biaya, waktu dan tenaga dalam pengumpulan data.
Serta ke lima sekolah tersebut merupakan sekolah yang relatif lebih banyak
memiliki siswa untuk dijadikan sampel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel sampel penelitian
Dengan mempertimbangkan tenaga, biaya serta waktu yang dibutuhkan
dalam penelitian ini maka sampel diambil hanya sebanyak 50 orang dengan
rincian ( status gizi kurang berjumlah 25 orang dan 25 orang status gizi lebih).
Jumlah ini didapat dengan cara memilih anak yang mengalami tingkat gizi
lebih dan gizi kurang sebanyak 5 orang ditiap-tiap sekolah yang dijadikan
sampel berdasarkan urutan terbanyak yang mengalami gizi kurang dan gizi
lebih.
No Sekolah
Status Gizi Puteri
Gizi
Kurang
Gizi
Lebih
1 MTS Kuranji 5 5
2 MTS Alfurqan 5 5
3 MTS Koto tangah 5 5
4 MTS Lubuk Buaya 5 5
5 MTS Durian Tarung 5 5
Jumlah 25 25
44
E. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dijadikan pusat informasi dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
langsung melalui tes dan pengukuran dari sampel penelitian. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh melalui bantuan pihak lain seperti
data siswa dan siswi MTS Kota Padang yang menderita gizi lebih dan gizi
kurang dari Dinas Kesehatan kota padang.
2. Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berasal dari tes dan
pengukuran terhadap sampel melalui tes keseimbangan statis yaitu tes stork
stand.
F. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
sistematis dengan berbagai persiapan sebagai berikut.
1. Langkah persiapan tes
a. Mendapatkan surat izin penelitian dari dekan fakultas FIK UNP
dan surat izin dari masing-masing sekolah atau MTS yang
dijadikan sebagai sampel.
b. Menetapkan hari, tanggal dan waktu pelaksanaan tes dan
pengukuran sampel.
c. Menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
tes dan pengukuran (stopwatch yang sudah dilakukan uji tera,
45
media dokumentasi dan tempat yang datar serta kering, timbangan
badan dan meteran)
d. Menyiapkan tenaga pembantu pelaksanaan tes dan pengukuran
2. Langkah pelaksanaan tes
a. Menimbang berat badan anak dan mengukur tinggi badan anak
untuk menentukan indeks masa tubuh anak melalui rumus indeks
masa tubuh, dengan rumus sebagai berikut.
Batas ambang IMT di Indonesia adalah sebagai berikut:
KATEGORI IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
Normal >18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber: Dinkes Provinsi Sumatera Barat 2009
b. Mengumpulkan serta memberikan penjelasan tentang tata cara
pelaksanaan tes stork stand kepada sampel.
c. Memisahkan tes dan pengukuran sampel antara sampel gizi lebih
dan gizi kurang.
d. Melaksanakan tes dan pengukuran terhadap sampel.
IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
46
G. Instrumen penelitian
Menurut Ismaryati (2008:1) mengatakan “tes adalah instrumen atau alat
yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu atau objek”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen adalah alat
yang dipilih oleh peneliti untuk mendapatkan imformasi dari sampel melalui
pengukuran langsung terhadap sampel penelitian. Instrumen atau alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes stork stand yang bertujuan untuk
mengukur tingkat keseimbangan statis seseorang.
H. Teknik Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan tes keseimbangan statis terlebih dahulu peneliti
memastikan bahwa sampel benar-benar berada pada status gizi kurang status
gizi lebih dengan cara mengukur berat badan dan tinggi badan sampel
kemudian dimasukan kedalam rumus indeks masa tubuh. Setelah, untuk
memperoleh data tingkat keseimbangan statis dari sampel maka dilakukan tes
dan pengukuran terhadap sampel dengan instrumen stork stand. Untuk
memperoleh data yang baik dan benar maka tes dan pengukuran yang
dilakukan harus mempunyai prosedur pelaksanaan yang sistematis dan jelas.
Adapun prosedur pelaksanaan dan penilaian tes stork stand dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Tujuan : mengukur keseimbangan statis
2. Perlengkapan : stopwatch
3. Pelaksanaan:
47
a. Testi berdiri di atas satu kaki yang dominan, kaki yang lain
diletakan di samping lutut, tangan berada di pinggang.
b. Dengan diberi aba-aba “ya” testi mengangkat tumitnya dari lantai
(jinjit) dan mempertahankan sikap ini selama mungkin tanpa
gerakan apapun atau meletakan tumitnya menyentuh lantai
c. Saat mengangkat tumit dan mempertahankannya tangan tidak
boleh lepas dari pinggang.
d. Dilakukan 3 kali pengulangan
Gambar. TesStork stand
Sumber: Ismaryati (2008:49)
4. Penilaian
Waktu yang terlama dalam mempertahankan keseimbangan
merupakan waktu yang digunakan untuk menilai keseimbangan testi.
Waktu dicatat dalam detik , dimulai dari saat testi mengangkat (jinjit)
tumitnya sampai testi kehilangan keseimbangan atau tumitnya jatuh
kelantai.
48
I. Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh kondisi gizi kurang dan gizi lebih
terhadap tingkat keseimbangan statis seseorang maka data yang diperoleh
dianalisis dengan teknik analisa data komparasi (analisis komparasi) dengan
menggunakan rumus Uji-t. Namun sebelum data dianalisis untuk membuktikan
hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data menggunakan
rumus Uji-t antara lain.
1. Uji normalitas data menggunakan uji liliefors masing-masing data (data
keseimbangan statis sampel gizi lebih dan gizi kurang)
2. Analisis kesalahan sampling (Standart Error Of The Mean) masing-
masing sampel dengan rumus, MSE =
1
SD
N
MSE = Besarnya kesesatan mean sampel
SD = Standar deviasi yang diteliti
N = Banyaknya subjek yang diteliti
1 = Bilangan konstanta
3. Melihat perbedaan mean sampel (standart error mean sampel), dengan
Rumus M2 -M1SE =2
M2
2
M1SE SE
M2 -M1SE = koefisien perbedaan mean
M1SE = koefisien standart eror sampel 1
M2SE = koefisien standart eror sampel 2
4. Analisis uji hipotesisi menggunakan rumus uji beda mean atau uji “t”
dengan rumus
t = M2 - M1
21
SE
M-M
49
t = koefisien harga t
1M = Mean sampel pertama
2M = Mean sampel kedua
M2 -M1SE = koefisien perbedaan mean sampel
Sumber : Anas (2010:282-284)
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Deskriptif
Dalam hal ini akan disajikan hasil pengukuran dan analisis data dari tes
keseimbangan statis pada sampel penderita gizi kurang dan gizi lebih pada siswa
MTs yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat
dijelaskan melalui uraian masing-masing deskripsi data sebagai berikut.
1. Tingkat keseimbangan statis status gizi kurang
Berdasarkan tes dan pengukuran yang menggunakan instrumen keseimbangan
statis pada 25 orang penderita gizi kurang diperoleh skor terbesar 2,97 detik dan
skor terkecil2,07 detik, rata-rata tingkat keseimbangan statis dari 25 orang sampel
adalah 2,47 detik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel :
Distribusi frekuensi tingkat keseimbangan status gizi kurang
Interval (dtk)
Frekuensi
Absolut (Fi) Relatif
(%)
3,03 – 3,31 0 0%
2,75 – 3,02 5 20%
2,19 – 2,74 17 68%
1,91 – 2,18 3 12%
1,63 – 1,90 0 0%
25 100%
50
51
Gambar: Histogram tingkat keseimbangan statis penderita gizi kurang
Berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi dan histogram batang di atas,
maka diperoleh hasildari 25 orang sampel penderita gizi kurang, 5 orang (20%)
memiliki tingkat keseimbangan statis berkisar antara 2,75 – 3,02 dtk, 17 orang
(68%) memiliki tingkat keseimbangan statis berkisar antara 2,19 – 2,74 dtk, 3
orang (12%) memiliki tingkat keseimbangan statis berkisar antara 1,91 – 2,18 dtk,
sedangkan tingkat keseimbangan yang berkisar 3,03 – 3,31 dtk dan 1,63 – 1,90
dtk tidak dimiliki sampel atau 0% dimiliki responden.Berdasarkan skor rata-rata
dari kemampuan keseimbangan yang diperoleh sebesar 2,47 detik maka dapat
disimpulkan bahwa penderita gizi kurang yang dijadikan sampel memiliki
kemampuan keseimbangan statis memiliki tingkat keseimbanga berkisar antara
2,19 – 2,74 dtk.
2. Tingkat Keseimbangan Statis status Gizi Lebih
Hasil berdasarkan tes dan pengukuran yang menggunakan instrumen
keseimbangan statis pada 25 orang penderita gizi lebih diperoleh skor terbesar
0
5
17
3 0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
3,03 – 3,31 2,75 – 3,02 2,19 – 2,74 1,91 – 2,18 1,63 – 1,90
52
2,98 detik dan skor terkecil1,05 detik, rata-rata tingkat keseimbangan statis dari
25 orang sampel adalah 1,87 detik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel :
Distribusi frekuensi tingkat keseimbangan status gizi lebih
Interval (dtk)
Frekuensi
Absolut (Fi) Relatif
(%)
2,85 – 3,34 0 0%
2,36 – 2,84 2 8%
1,38 – 2,35 19 76%
0,89 – 1,37 3 12%
0,40 – 0,88 0 0%
25 100%
Gambar: Histogram tingkat keseimbangan statis penderita gizi lebih
Berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi dan histogram batang di atas,
maka diperoleh hasildari 25 orang sampel penderita gizi lebih, 2 orang (8%)
memiliki tingkat keseimbangan statis berkisar antara 2,36 – 2,84 dtk, 19 orang
(76%) memiliki tingkat keseimbangan statis berkisar antara 1,38 – 2,35 dtk.
0 2
19
3 0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
2,85 – 3,34 2,36 – 2,84 1,38 – 2,35 0,89 – 1,37 0,40 – 0,88
53
3orang (12%) memiliki tingkat keseimbangan statis berkisar antara 0,89 – 1,37
dtk, sedangkan tingkat keseimbangan yang berkisar antara 2,85 – 3,34 dtk dan
0,40 – 0,88 dtk tidak dimiliki sampel atau 0% dimiliki responden. Berdasarkan
skor rata-rata dari kemampuan keseimbangan yang diperoleh sebesar 1,87 dtk
maka dapat disimpulkan bahwa penderita gizi lebih yang dijadikan sampel
memiliki kemampuan keseimbangan statis berkisar antara 1,38 – 2,35 dtk.
B. Uji normalitas
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan maka
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap variabel-variabel sebagai
pesyaratan analisis. Uji normalitas data dari variabel-variabel dilakukan dengan
menggunakan uji lilifors. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Rangkuman uji normalitas sebaran data
No Variabel n Lo Ltab Distribusi
1 Status gizi kurang (X1) 25 0,103 0.173 Normal
2 Status gizi lebih (X2) 25 0,099 0.173 Normal
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk data
keseimbangan sampel gizi kurang (X1), skor Lo = 0.103 dengan n = 25,
sedangkan Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05 diperoleh 0,173 yang
lebih besar dari Lo sehingga dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh dari
tes keseimbangan pada sampel berststus gizi kurang berdistribusi normal.
Selanjutnya pengujian untuk data keseimbangan sampel gizi lebih (X2), skor Lo =
0,099 dengan n = 25, sedangkan Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05
diperoleh 0,173 yang lebih besar dari Lo sehingga dapat disimpulkan bahwa skor
54
yang diperoleh dari tes keseimbangan pada sampel berststus gizi lebih
berdistribusi normal.
Berdasarkan uraian di atas ternyata variabel X1 dan X2 data tersebut
tersebar secara normal, karena masing-masing variabel skor Lo nya lebih kecil
dari pada Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05. Hal ini berarti bahwa data
masing-masing variabel penelitian ini tersebut normal atau populasi dari mana
data sampel diambil berdistribusi normal.
C. Uji hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah “terdapat perbedaan antara status gizi
kurang dan lebih terhadap keseimbangan statis”.Berdasarkan analisis komparasi
dengan rumus uji beda mean(uji t) yang dilakukan maka diperoleh analisis uji
beda mean (uji t) sebagai berikut :
Tabel 5
Analisis uji beda mean (uji t) antara status gizi kurang dan gizi lebih
Dk=
(N1+N2-2) th
ttab
α = 0,05 Kesimpulan
48 5,12 2,01 Signifikan
Keterangan :
th = koefesien uji beda mean hitung
ttab = koefesien uji beda mean tabel
Hasil analisis uji beda mean tersebut menyatakan terdapat
perbedaankeseimbangan statis yang signifikan antara status gizi kurang (X1)
dengan status gizi lebih (X2), sebab dari analisis di atas didapat th = 5,12>ttabel =
2,01 pada taraf signifikansi α = 0,05maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
55
perbedaan yang signifikan antara keseimbangan statis status gizi kurang (X1)
dengan status gizi lebih (X2).
D. Pembahasan
Status gizi seseorang erat kaitannya dengan cara atau pola seseorang untuk
melengkapi kebutuhan konsumsi tubuhnya. Kebutuhan konsumsi makanan setiap
individu akan berbeda dengan individu lainya, hal ini mungkin dipicu oleh
lingkungan, tingkat ekonomi, aktifitas fisik dan lainya. Dalam upaya memenuhi
konsumsi makanan yang dibutuhkan oleh tubuh terkandang sering menjadi
masalah bagi seseorang kerena ketidak tauan terhadap bagaimana cara memenuhi
kebutuhan konsumsi tubuh yang baik. Pada dasarnya makanan yang dikonsumsi
merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan berbagai
aktifitas dalam hidup.
Keselahan atau cara mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai dengan
jumlah asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terkadang membawa masalah
terhadap indeks masa tubuh seseorang seperti contoh munculnya kasus gizi
kurang dan kasus gizi lebi. Berdasarkan norma indeks masa tubuh, jika indeks
masa tubuh seseorang kurang dari 17,0 maka orang tersebut berada pada masalah
gizi kurang dengan kategori kurus. Sedangkan indeks masa tubuh seseorang yang
lebih dari 27,0 maka orang tersebut berada pada masalah gizi lebih dengan
kategori gemuk (obesitas). Masalah gizi kurang dan gizi lebih akan berpengaruh
terhadap kemampuan tubuh seseorang untuk berproduktifitas dalam
56
kehidupannya, seperti kemampuan keseimbangan tubub seperti focus padala
penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata terdapat
perbedaan yang signifikan antara keseimbangan individu yang berada pada status
gizi kurang (kurus) dengan individu yang berada pada status gizi lebih
(gemuk/obesitas). Hal berdasarkan analisis uji beda mean, dimana diperoleh
koefisien uji beda mean hitung sebesar 5,12 dengan koefisien uji beda mean tabel
sebesar 2,01. Perbedaan tersebut dapat diartikan bahwa individu berstatus gizi
kurang dengan individu yang berstatus gizi lebih memiliki tingkat keseimbangan
yang berbeda, artinya produktifitas diri masing-masing individu berkaitan dengan
keseimbangan statis jelas berbeda. Kondisi keadaan status gizi seseorang baik
status gizi kurang maupun status gizi lebih dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain pola makan yang tidak teratur, faktor ekonomi, kebiasaan hidup yang praktis
dan aktifitas fisik. Pola makan yang teratur maksudnya adalah cara-cara yang
dilakukan oleh seseorang untuk menkonsumsi makanan tanpa berorientasi kepada
kebutuhan zat gizi yang sedang dibutuhkan oleh tubuhnya. Sebagai contoh adalah
meningkatnya kebutuhan gizi anak pada masa pubertas harus mendapat perhatian
dari orang tua. Menurut Giriwijoyo (2007:86) menyebutkan bahwa seorang anak
akan mengalami pertumbuhan yang cepat, oleh karena itu tata gizi kebutuhan
anak pubertas yang aktif harus sesuai dengan meningkatnya kebutuhan
energi,vitamin, mineral dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuhnya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa masa
pertumbuhan anak meningkat pesat pada saat masa pubertasnya. Oleh karena itu,
57
orang tua harus mencukupi kebutuhan asupan gizi anak sesuai dengan unsur-unsur
zat gizi yang sedang dibutuhkan dan dengan takaran yang tepat. Kasus gizi kurang
dan gizi lebih yang banyak terjadi pada anak remaja diduga erat kaitannya dengan
pola makan yang tidak teratur, sehingga menimbulkan masalah terhadap status
gizi tubuhnya. Untuk menghindari masalah gizi kurang dan gizi lebih orang tua
harus mengetahui besarnya kebutuhan gizi anak, yang dapat dilihat dari faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Menurut Wiramihardja, dkk (1991:200)
mengatakan besarnya kebutuhan gizi dipengaruhi antara lain oleh faktor yang
relatif tetap (berat, tinggi badan, umur dan jenis kelamin), faktor yang relatif tidak
tepat). Jika orang tua secara tepat dan bisa mengatur pola makan anak secara tepat
dan teratur maka hal ini adalah suatu usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk
memperkecil resiko masalah gizi kurang dan gizi lebih pada anak.
Berkaitan dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan gizi pada anak maka
hal ini erat kaitannya dengan tingkat ekonomi orang tua. Unsur-unsur zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh bersumber dari makanan yang dikonsumsi oleh
tubuh. Masalah yang sering terjadi terkait dengan maslah gizi lebih ataupun gizi
kurang pada anak adalah konsumsi asupan gizi anak yang melebihi atau kurang
dari kebutuhan asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Dengan kondisi ekonomi
orang tua baik orang tua yang mampu ataupun tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan asupan gizi anak hal ini terkandang orang tua sering terlalai
terhadap pola makan anak yang tidak teratur, kususnya individu remaja pada masa
pubertas. Menurut Giriwijoyo, dkk (2007:86) mengatakan “survey nutrisi
menunjukan bahwa anak-anak pubertas pola makannya tidak teratur dan sering
58
sebagian besar dari asupan nutrisinya diperoleh dari makanan-makanan kecil
(snacks) diantara waktu-waktu makannya yang tidak teratur, dan bahkan sering
melupkan sarapan dan makan siangnya”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa kondisi ekonomi
orang tua erat kaitannya dengan pola makan anak yang tidak teratur. Pada saat
orang tua tidak memperhatikan pola makan anaknya, maka pada saat itu anak
lebih cenderung memakan makanan-makanan kecil disela-sela waktu makannya,
dengan demikian anak mengalami masalah terhadap nafsu makannya sampai
malas untuk makan bahkan mendapat paksaan dari orang tua. Tanpa disadari anak
lebih mementingkan untuk memakan makanan kecil (snacks) sehingga terlupa
untuk makan. Jika kondisi ini tidak disadari secara cepat oleh orang tua dan tidak
mendapat perlakuan yang tepat maka kondisi ini akan memberikan peluang yang
cukup besar munculnya masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih pada
anak.
Pada dasarnya kegunaan makanan bagi tubuh adalah sebagai sumber
energi yang sewaktu-waktu dibutuhkan pada saat tubuh melakukan berbagai
aktifitas. Menurut Umar dan Masrun (2008: 2) mengatakan untuk melakukan
berbagai aktifitas, tubuh memerlukan gerakan yang dihasilkan dari kontraksi dan
relaksasi otot rangka, agar otot rangka mampu untuk bergerak maka tubuh
memerlukan energi. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa energi
yang ada didalam tubuh yang didapat melalui makanan yang dikonsumsi semata-
mata berguna untuk menunjang berbagai aktivitas yang dilakukan oleh tubuh.
Artinya, semakin berat aktivitas yang dilakukan oleh tubuh maka semakin besar
59
pula jumlah energi yang dibutuhkan oleh tubuh agar kativitas tersebut terlaksana
dengan efektif dan efisien. Namun permasalahan yang banyak muncul pada saat
sekarang kususnya pada remaja adalah ketidak seimbangan antara jumlah energi
yang masuk kedalam tubuh dengan aktifitas fisik yang dilakukan oleh tubuh.
Masalah gizi lebih yang terjadi pada seseorang seperti obesitas adalah akibat dari
jumlah energi yang masuk kedalam tubuh melebihi dari jumlah energi yang
dibutuhkan oleh tubuh dan kurangnya aktifitas fisik dilakukan oleh tubuh. Hal ini
mengakibatkan menumpuknya jumlah energi didalam tubuh, sehingga kondisi ini
memaksa tubuh untuk menyimpan energi tersebut dalam bentuk lemak yang
memicu munculnya masalah gizi lebih seperti Obesitas.
Berdasarkan hal tersebut seseorang harus mengimbangi jumlah energi
yang masuk kedalam tubuh dengan aktifitas fisik yang hendak dikerjakan oleh
tubuh. Jika hal ini mampu dilkukan dengan baik dan benar maka usaha ini akan
memperkecil peluang munculnya masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih
yang terjadi pada anak.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab terdahulu dapat
dikemukakan kesimpulan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara
tingkat keseimbangan statis status gizi kurang dengan status gizi lebih, dimana
diperoleh koefisien uji beda mean sebesar 5,12.
B. Saran-saran
Berdasarkan pada kesimpulan, maka peneliti dapat memberikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Bagi setiap individu agar selalu memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsi
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi guru penjasorkes agar dapat memotivasi anak melakukan akvitas-
aktivitas fisik pada saat pembelajaran guna menghindari resiko masalah gizi
lebih maupun gizi kurang.
3. Bagi orang tua siswa diharapkan selalu memperhatikan dan meningkatkan
kecukupan kebutuhan konsumsi gizi anak dalam kesehariannya secara tepat
dan benar.
4. Kepada peniliti yang ingin melakukan studi lebih mendalam tentang tingkat
keseimbangan dengan kaitannya dengan status gizi agar lebih memperluas
bahasan tentang faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhinya.
60
61
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agnesa, Adnan, dkk. 2011. Gizi Lebih.Padang:http://kesmas-
unsoed.blogspot.com/2011/03/makalah-gizi-lebih-tugas-mata-
kuliah.
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Courtney Moore, Mary. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta: Hipokarates
Depdiknas, 2003.Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Dinkes Provinsi Sumbar. 2009. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR). Padang.
Giriwijoyo, Santoso, dkk. 2007. Ilmu kesehatan olahraga (sports medicine).
Bandung: FPOK UPI Bandung.
Irawadi, Hendri. 2010. Kondisi Fisik dan Pengukurannya. Padang: FIK UNP
Ismaryati. 2008. Tes & Pengukuran Olahraga..Surakarta: UNS Press.
Miller, M, et.al. 2007. Effects Of Obesity On Balance In Response To Small
Postural Perturbations. Padang: www.biomechanics.esm.vt.edu/
Nawawi, Umar dan Masrun. 2008. Fisiologi Olahraga. Padang: FIK UNP.
Rahmawati siregar, Ade. 2006. Harga Diri Pada Remaja Obesitas. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Sajoto, M. 1995. Peningkatan & Pembinaan Kekuatan Kondisi Fiisik Dalam
Olahrag. Semarang: Dahara Prize.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Syafrizar dan Wilda Welis. 2006. Gizi olahraga.Malang : Wineka Media.
______________________2009.Gizi olahraga.Malang : Wineka Media.
61
62
Syahara, Sayuti. 2004. Senam dasar. Padang: FIK UNP.
_______________2009.Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik &
Motorik.Padang: FIK UNP.
Team Dosen Jurusan Gizi Poltekes Malang. 2005. Buku praktis ahli gizi. Malang:
Poltekes Malang.Terpadu. Jakrta: Depdiknas
Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: PT Bumi Timur Jaya.
Winarno, M.E. 2011. Metodologi penelitian dalam pendidikan jasmani. Malang:
Media Cakrawala Utama Press.
Wiramihardja, Kunkun K, dkk. 1991. Manusia dan olahraga. Bandung: ITB dan
FPOK IKIP Bandung
.
63
Lampiran 1
TABEL DATA TES KESEIMBANGAN STATIS UNTUK SAMPEL
PENDERITA GIZI KURANG
NO ASAL SEKOLAH NAMA
TB
(meter)
BB
(Kg) IMT
Status
Gizi Keseimbangan
1 MTsN Koto Tangah RIMA HIDAYANI 1,38 32 16,8 GK 2,78
2 MTsN Koto Tangah AULIA LIBERTY 1,58 40 16,02 GK 2,07
3 MTsN Koto Tangah AINU SYAIFA 1,54 40 16,87 GK 2,29
4 MTsN Koto Tangah MARINI 1,37 31 16,52 GK 2,74
5 MTsN Koto Tangah YESI GUSNI 1,56 41 16,85 GK 2,41
6 MTsN Lubuk Buaya SILVA AULIA 1,56 41 16,85 GK 2,25
7 MTsN Lubuk Buaya ISLAMIATI PUTRI 1,54 40 16,87 GK 2,22
8 MTsN Lubuk Buaya PUTRI AISYAH 1,42 34 16,86 GK 2,29
9 MTsN Lubuk Buaya AGNES DIANA 1,57 41 16,63 GK 2,62
10 MTsN Lubuk Buaya SHINTA FALEVI 1,59 42 16,61 GK 2,59
11 MTsN Durian Tarung AFRIDA WATI 1,58 42 16,82 GK 2,12
12 MTsN Durian Tarung KHAIRANI 1,62 44 16,77 GK 2,25
13 MTsN Durian Tarung ENDITA DWIKAIRANI 1,63 45 16,94 GK 2,97
14 MTsN Durian Tarung
DWITA AYUNDA
SYAMA 1,56 40 16,44 GK 2,53
15 MTsN Durian Tarung DARNA KURNIATI 1,63 43 16,18 GK 2,21
16 MTsN Kuranji
AULIAWIDYA
FALENTERA 1,55 40 16,65 GK 2,48
17 MTsN Kuranji
CTRA PUTRI
ASWARA 1,54 40 16,87 GK 2,54
18 MTsN Kuranji NINDI SUWANDI 1,54 38 16,02 GK 2,85
19 MTsN Kuranji DELA RIYANI 1,42 34 16,86 GK 2,66
20 MTsN Kuranji NOLA 1,56 40 16,44 GK 2,22
21 MTs Al Furqan VIONA IRVIANDA 1,5 38 16,89 GK 2,2
22 MTs Al Furqan PUTRI MAYANG SARI 1,54 39 16,44 GK 2,65
23 MTs Al Furqan NUR FAJRI AZIZAH 1,52 39 16,88 GK 2,89
24 MTs Al Furqan NINA FHADILA 1,58 42 16,82 GK 2,96
25 MTs Al Furqan ADNA RAHMIATI 1,57 41 16,63 GK 2,08
Keterangan :
TB : Tinggi Badan
BB : Berat Badan
IMT : Indeks Masa Tubuh
GK : Gizi Kurang
64
TABEL DATA TES KESEIMBANGAN STATIS UNTUK SAMPEL
PENDERITA GIZI LEBIH
NO ASAL SEKOLAH Nama
TB
(meter)
BB
(Kg) IMT
Status
Gizi Keseimbangan
1 MTsN Koto Tangah FIRA ANDRAINI 1,48 59 26,94 GL 2,34
2 MTsN Koto Tangah NITA SYAFIRA 1,55 65 27,06 GL 2,07
3 MTsN Koto Tangah ATIKA MULIDA 1,46 56 26,27 GL 2,31
4 MTsN Koto Tangah ANITA KURNIA 1,49 58 26,12 GL 1,92
5 MTsN Koto Tangah RIRI WULANDARI 1,45 57 27,11 GL 2,01
6 MTsN Lubuk Buaya ARNI JUSMITA 1,43 56 27,39 GL 1,68
7 MTsN Lubuk Buaya JESICA P A 1,55 65 27,06 GL 2,13
8 MTsN Lubuk Buaya PERMATA HAYATI 1,45 57 27,11 GL 1,34
9 MTsN Lubuk Buaya LINDUNG WULANDARI 1,43 56 27,39 GL 2,23
10 MTsN Lubuk Buaya SILVIA GUSNANDA 1,56 66 27,12 GL 2,98
11 MTsN Durian Tarung MIFTAHUL JANNAH 1,52 63 27,27 GL 2,01
12 MTsN Durian Tarung VENY NURMA A 1,42 55 27,28 GL 2,24
13 MTsN Durian Tarung RURI SARI HAKRIMA 1,47 59 27,3 GL 1,05
14 MTsN Durian Tarung SUCI AUDINA 1,5 63 28 GL 1,23
15 MTsN Durian Tarung PUTRI MUTIARA 1,5 59 26,22 GL 1,38
16 MTsN Kuranji WATI SRINOVA 1,46 58 27,21 GL 1,92
17 MTsN Kuranji CINTIA KHAIRANI 1,41 54 27,16 GL 1,51
18 MTsN Kuranji ESHA CHAIRANI PUTRI 1,47 59 27,3 GL 1,07
19 MTsN Kuranji JIHAN YASRIL 1,52 63 27,27 GL 1,63
20 MTsN Kuranji SITI NURHALIZA 1,5 62 27,56 GL 2,66
21 MTs Al Furqan RANI PERMATA SARI 1,55 65 27,06 GL 1,92
22 MTs Al Furqan
WIDYA LAURA
FRANTIKA 1,53 64 27,34 GL 1,43
23 MTs Al Furqan EVITA PERONNIKA J 1,45 57 27,11 GL 1,38
24 MTs Al Furqan FITRI YENI 1,41 54 27,16 GL 2,32
25 MTs Al Furqan PUTRI EKA RAMADANI 1,45 58 27,59 GL 2,08
Keterangan :
TB : Tinggi Badan
BB : Berat Badan
IMT : Indeks Masa Tubuh
GL : Gizi Lebih
65
Lampiran 2 Tabel
Analisis uji normalitas sebaran data keseimbangan sampel gizi kurang(X1)
No Xi Fi X-Xi Zi Peluang F(Zi) S(Zi) IF(Zi)-S(Zi))
1 2,07 1 -0,4 -1,43 0,4236 0,0764 0,04545 0,0309
2 2,08 1 -0,39 -1,39 0,4177 0,0823 0,09091 0,0086
3 2,12 1 -0,35 -1,25 0,3944 0,1056 0,13636 0,0308
4 2,2 1 -0,27 -0,96 0,3315 0,1685 0,18182 0,0133
5 2,21 1 -0,26 -0,93 0,3238 0,1762 0,22727 0,0511
6 2,22 2 -0,25 -0,89 0,3133 0,1867 0,27273 0,0860
7 2,25 2 -0,22 -0,79 0,2852 0,2148 0,318182 0,1034
8 2,29 2 -0,18 -0,64 0,2389 0,2611 0,36364 0,1025
9 2,41 1 -0,06 -0,21 0,0832 0,4168 0,40909 0,0077
10 2,48 1 0,01 0,04 0,016 0,516 0,45455 0,0615
11 2,53 1 0,06 0,21 0,0832 0,5832 0,50000 0,0832
12 2,54 1 0,07 0,25 0,0987 0,5987 0,54545 0,0532
13 2,59 1 0,12 0,43 0,1664 0,6664 0,59091 0,0755
14 2,62 1 0,15 0,54 0,2054 0,7054 0,63636 0,0690
15 2,65 1 0,18 0,64 0,2389 0,7389 0,68182 0,0571
16 2,66 1 0,19 0,68 0,2518 0,7518 0,72727 0,0245
17 2,74 1 0,27 0,96 0,3315 0,8315 0,77273 0,0588
18 2,78 1 0,31 1,11 0,3665 0,8665 0,81818 0,0483
19 2,85 1 0,38 1,36 0,4131 0,9131 0,86364 0,0495
20 2,89 1 0,42 1,50 0,4332 0,9332 0,90909 0,0241
21 2,96 1 0,49 1,75 0,4599 0,9599 0,95455 0,0054
22 2,97 1 0,5 1,79 0,4633 0,9633 1,00000 0,0367 Jumlah 25
Lo tertinggi =0,1034
Dengan n = 25dantarafnyata α = 0,05didapatLtab = 0,173
Berarti Lo <Ltab, sehinggapopulasidarimana data sampeldiambilberdistribusi normal.
Mean = 2,47
StandarDeviasi =0,28
Minimum = 2,98
Nilai Maximum = 1,05
66
Tabel
Analisis uji normalitas sebaran data keseimbangan sampel gizi lebih (X2)
No Xi Fi X-Xi Zi Peluang F(Zi) S(Zi) IF(Zi)-S(Zi))
1 1,05 1 -0,82 -1,67 0,4525 0,0475 0,0400 0,0075
2 1,07 1 -0,8 -1,63 0,4484 0,0516 0,0800 0,0284
3 1,23 1 -0,64 -1,31 0,4049 0,0951 0,1200 0,0249
4 1,34 1 -0,53 -1,08 0,3599 0,1401 0,16 0,0199
5 1,38 1 -0,49 -1,00 0,3413 0,1587 0,2000 0,0413
6 1,39 1 -0,48 -0,98 0,3365 0,1635 0,2400 0,0765
7 1,43 1 -0,44 -0,90 0,3159 0,1841 0,28 0,0959
8 1,51 1 -0,36 -0,73 0,2673 0,2327 0,32 0,0873
9 1,63 1 -0,24 -0,49 0,1879 0,3121 0,3600 0,0479
10 1,68 1 -0,19 -0,39 0,1517 0,3483 0,4 0,0517
11 1,92 1 0,05 0,10 0,0398 0,5398 0,4400 0,0998
12 1,94 1 0,07 0,14 0,0557 0,5557 0,4800 0,0757
13 1,96 1 0,09 0,18 0,0714 0,5714 0,52 0,0514
14 2,01 1 0,14 0,29 0,1141 0,6141 0,56 0,0541
15 2,05 1 0,18 0,37 0,1443 0,6443 0,6 0,0443
16 2,07 1 0,2 0,41 0,1591 0,6591 0,64 0,0191
17 2,08 1 0,21 0,43 0,1664 0,6664 0,68 0,0136
18 2,13 1 0,26 0,53 0,2019 0,7019 0,72 0,0181
19 2,23 1 0,36 0,73 0,2673 0,7673 0,76 0,0073
20 2,24 1 0,37 0,76 0,2764 0,7764 0,8 0,0236
21 2,31 1 0,44 0,90 0,3159 0,8159 0,84 0,0241
22 2,32 1 0,45 0,92 0,3212 0,8212 0,88 0,0588
23 2,34 1 0,47 0,96 0,3315 0,8315 0,92 0,0885
24 2,66 1 0,79 1,61 0,4463 0,9463 0,96 0,0137
25 2,98 1 1,11 2,27 0,4884 0,9884 1 0,0116
Jumlah 25
Lo tertinggi= 0,0998
Dengan n = 25dantarafnyata α = 0,05didapatLtab = 0,173
Berarti Lo <Ltab, sehinggapopulasidarimana data sampeldiambilberdistribusi normal.
Mean = 1,87
StandarDeviasi =0,49
Minimum = 2,98
Nilai Maximum =1,05
67
Lampiran 3 DAFTAR
NILAI KRITIS L UNTUK UJI LILLIEFORS
Ukuran
Sampel
TarafNyata
0.01 0.05 0.10 0.15 0.20
4 0.417 0.381 0.352 0.319 0.300
5 0.405 0.337 0.315 0.299 0.285
6 0.364 0.319 0.294 0.277 0.265
7 0.348 0.300 0.276 0.258 0.247
8 0.331 0.285 0.261 0.244 0.233
9 0.311 0.271 0.249 0.233 0.223
10 0.294 0.258 0.239 0.224 0.215
11 0.284 0.249 0.230 0.217 0.206
12 0.275 0.242 0.223 0.212 0.199
13 0.268 0.234 0.214 0.202 0.190
14 0.261 0.227 0.207 0.194 0.183
15 0.257 0.220 0.201 0.187 0.177
16 0.250 0.213 0.195 0.182 0.173
17 0.245 0.206 0.289 0.177 0.169
18 0.239 0.200 0.184 0.173 0.166
19 0.235 0.195 0.179 0.169 0.163
20 0.231 0.190 0.174 0.166 0.160
25 0.200 0.173 0.158 0.147 0.142
30 0.184 0.161 0.144 0.136 0.131
1.031 0.886 0.805 0.768 0.736
n >30 n n n n n
Sumber : Conover, W.J, Practical Nonparametric Statistics, John Wiley & Sons, In,1973
68
Lampiran 4
Tabel . Analisis uji beda mean (Uji t)
N Sampel Jumlah Mean SD
25
Gizi Kurang
(X2) 61,87 2,47 0,28
25 Gizi lebih (X2) 46,84 1,87 0,49
1. Pengujian hipotesis
a. Analisis standar erorr mean sampel (Standar Error Of The Mean)
1. Sampel gizi kurang
MSE = 1
SD
N
= 125
0,28
= 24
0,28
MSE = 06,0
2. Sampel gizi lebih
MSE = 1
SD
N
= 125
0,49
= 24
0,49
MSE = 10,0
b. Analisis Standar Erorr perbedaan mean dua sampel
M2 -M1SE =2
M2
2
M1SE SE
= 22 10,006,0
= 0136,0
M2 -M1SE =0,117
69
c. Analisis uji signifikansi perbedaan mean (uji t)
t0 = M2 - M1
21
SE
M-M
t0 = 0,117
1,87-2,47
t0 = 5,12
Taraf signifikan df = (N1+ N2-2) = 25+25-2= 48, dengan α = 0,05 maka diperoleh
nilai t tabel pada tabel nilai kritis untuk uji beda mean t0 = 2,01
Berdasarkan hal tersebut, t0> tt atau 5,12 >2,01 jadi dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat keseimbangan statis antara
individu yang menderita gizi kurang dengan individu yang menderita gizi lebih.
70
Lampiran 5
Dokumentasi
Gambar: Pengukuran tinggi badan sampel gizi kurang
Gambar: Pengukuran berat badan sampel gizi kurang
71
Gambar: Pelaksanaan tes keseimbangan statis sampel gizi kurang
Gambar: Pengukuran tinggi badan sampel gizi lebih
72
Gambar: Pengukuran berat badan sampel gizi lebih
Gambar: Pelaksanaan tes keseimbangan statis sampel gizi lebih
73
74
75
76
77
78
79
80