2. bedah anatomi makalah
-
Upload
niken-tri-hapsari -
Category
Documents
-
view
86 -
download
5
Transcript of 2. bedah anatomi makalah
2.2 Bedah Anatomi Jaringan Periodontal dan Stuktur Jaringan yang
Berhubungan
Pengetahuan tentang anatomi periodontal dan jaringan keras serta lunak yang
yang mengelilinginya bermanfaat untuk menentukan jangkauan dan kemungkinan
prosedur bedah periodontal dan meminimalisasi resiko. Tulang-tulang, otot-otot,
pembuluh darah, dan saraf, maupun ruang anatomi berlokasi sekitar daerah
pembedahan periodontal.
2.2.1 Mandibula
Mandibula adalah tulang bentuk tapal kuda dihubungkan dengan kepala oleh
temporomandibular joint.
Canalis mandibula ditempati saraf dan pembuluh alveolar inferior, dimulai
dari foramen mandibula di permukaan medial ramus mandibula dan membelok ke
bawah dan ke depan, menjadi horizontal di bawah apical molar. Jarak dari kanal ke
apical molar paling pendek berada di molar ketiga dan jarak meningkat semakin ke
anterior. Pada daerah premolar canal dibagi menjadi dua: incisive canal, yang
berlanjut secara horizontal ke midline, dan mental canal, yang naik dan membuka di
foramen mentale.
Foramen mentale, dimana nervus dan pembuluh mentale muncul, berlokasi
pada permukaan bukal mandibula di bawah apical premolar, kadang-kadang
mendekati premolar kedua dan biasanya separuh jalan antara batas bawah mandibula
dan margin alveolar. Bukaan foramen mentale menghadap menaik dan secara distal,
dengan batas superior posterior kemiringa secara berangsur-angsur ke permukaan
tulang. Jika muncul, nervus mentale membagi ke dalam tiga cabang. Cabang pertama
nervus membelok ke depan dan menurun menyuplai kulit dan dagu. Dua cabang
lainnya berjalan secara anterior dan naik menyuplai kulit dan membrane mukosa bibir
bawah dan mukosa permukaan alveolar labial.
Pembedahan trauma nervus mentale bisa menghasilkan parestesia bibir, yang
lambat pemulihannya. Lokasi dan penampilan nervus mentale mengurangi
kemungkinan injury.
Pada sebagian atau seluruh rahang edentulous, hilangnya bagian mandibula
membawa mandibula canal mendekati batas superior. Ketika pasien ini dievaluasi
untuk penempatan atau implant, jarak antara canal dan permukaan superior tulang
harus secara hati-hati ditentukan untuk menghindari injury bedah pada nervus.
Nervus lingual, bersama dengan nervus alveolar inferior, adalah cabang divisi
posterior nervus mandibula dan turun sekitar ramus mandibula medial dan di depan
nervus alveolar inferior. Nervus lingual berada dekat dengan permukaan mukosa oral
pada area molar ketiga dan semakin dalam. Nervus lingualis bisa rusak selama injeksi
anestesi dan selama prosedur bedah mulut seperti ekstraksi molar ketiga. Lebih
sedikit, nervus lingual mungkin mengalami injuri ketika sebagian ketebalan flap
periodontal ditinggikan pada region molar ketiga atau ketika melepaskan insisi
dibuat.
Prosesus alveolaris, yang menyediakan dukungan tulang pada gigi,
mempunyai lekukan distal lebih dangkal dari pada corpus mandibula, membuat
permukaan datar di area posterior antara gigi dan batas anterior ramus. Hasil ini pada
formasi ridge oblique eksterna, yang berjalan menurun dan ke depan pada region
molar pertama atau kedua. Terapi resektif tulang bisa sulit atau tidak mungkin pada
area karena sejumlah tulang yang bisa dihilangkan.
Palatum keras ; tori yang lebih kecil dapat dilihat dipalatal akar gigi-gigi molar.
2.2.2 Maksila
Maxilla terdiri dari tulang yang membentuk sinus maxillary. Maxilla memiliki 4
processus yang terdiri dari:
Processus alveolar yang terdiri dari soket rahang atas.
Processus palatinal secara horizontal mempertemukan kedua bagian maxilla
di bagian midline yaitu sutura intermaxillary dan meluas ke posterior dengan
horizontal plate dari tulang palatinal untuk membentuk palatum keras.
Processus zygomaticus meluas ke lateral dari area molar pertama dan
kedalamannya terbatas oleh vestibular fornix.
Processus frontalis meluas ke tulang frontalis pada sutura frontomaxillary.
Terminal dari percabangan nervus nasopalatinus dan pembuluh darah masuk
ke canalis incisivus, dimulai dari daerah midline palatum anterior. Mucosa yang
melapisi canalis incisivus berupa sebuah protuberantia yang disebut papilla incisivus.
Pembuluh darah yang melewati canalis incisivus berupa caliber yang kecil, dan
komplikasi pembedahan kemungkinannya kecil.
Foramen palatinal besar , hingga 3-4 mm ke anteroposterior ke perbatasan
palatum keras. Nervus palatinal dan pembuluh darah yang masuk melalui foramen
dan terus akan menjalar ke anterior dari submukosa palatal, antara palatal dengan
processus alveolaris. Palatal flap dan donor site untuk gingival graft harus dilakukan
dengan hati-hati karena dapat menyebabkan hemoragi jika pembuluh darah dalam
foramen palatinal terluka.
Membran mukosa melapisi palatum keras dan melekat pada dasar tulang.
Submucosa dari palatum posterior hingga molar pertama mengandung kelenjar
palatal, dimana lebih compact pada palatum lunak dan meluas ke anterior, mengisi
jarak antara jaringan ikat mukosa dan periosteum dan melindungi pembuluh yang
ada di bawahnya dan nervus.
Area di belakang molar yang terakhir disebut tuberositas maxillary dan terdiri
dari sudut posteroinferior permukaan infratemporal maxilla, bagian tengah
berhubungan dengan processus pyramidal dari tulang palatinal. Bagian tersebut
dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa dan mengandung terminal branches dari nervus
palatinal middle dan posterior. Eksisi dengan pembedahan distal wedge
dilakukan dari otot tensor palatinal bagian tengah, yang dimulai dari sayap tulang
sphenoid dan berakhir pada tendon yang dibentuk aponeurosis palatinal, dan melekat
dan meluas ke posterior palatum keras. Pada body maxilla terdapat sinus
maxillary atau antrum maxillary, yang mana berupa cekungan berbentuk pyramidal
rata-rata besarnya 30 mm secara anteroposterior dan 25 mm secara faciomedially,
dengan dasar nya ke hidung dan yang dilapisi oleh respiratory epithelium ( columnar
ciliated epithelium). Empat dinding yang menyusun daerah sinus bagian inferior,
terdiri dari processus alveolar, dan dinding facial, orbital, dan infratemporal. Sinus
maxillary terbuka ke superior ke dalam middle nasal fossa dan secara anterior dalam
sinus.
Darah yang disediakan untuk sinus berasal dari anterior dan posterior superior
alveolar artery dan sphenopalatinal artery, seluruh merupakan percabangan dari artery
maxillary. Dinding inferior dari sinus maxillary terpisah dari apices dan akar dari gigi
posterior rahang atas oleh bone plate tipis. Pada daerah dinding tulang posterior sinus
maxilla yang edentulous hanya akan berkontak dengan bone plate yang tipisdengan
mukosa alveolar. Menentukan perluasan sinus maxilla yang berhubungan dengan
pembedahan adalah penting untuk menghindari terjadinya hubungan dengan
oroantral, yang berhubungan dengan penempatan implant. Pada rahang yang
edentulous, menentukan jumlah tulang yang ada di anterior, di bawah dasar nasal
cavity, juga merupakan hal yang kritis.
Antara maxilla dan mandibula memiliki exotosis atau tori , yang dianggap
sebagai variasi anatomi dan sifatnya normal. Terkadang struktur ini menjadi
penghalang dalam menghilangkan plak pada gigi. Kebanyakan letak torus mandibula
pada daerah lingual caninus dan premolar dan di atas otot mylohyoid. Torus
maxilarry biasanya terletak pada midline dari palatum keras; torus yang kecil tampak
di atas akat palatal molar.
2.2.3 Otot
Beberapa otot mungkin ditemui saat melakukan flap periodontal, khususnya
dalam bedah mucogingival. Yang ditemukan adalah otot mentalis, incisivus labii
inferioris, depressor inferioris labii, depressor anguli oris (triangularis), incisivus
superioris labii, dan otot buccinator. Perlekatan tulang dan otot ini memberikan
pergerakan pada bibir dan pipi.
2.2.4 Spasia Anatomi
Beberapa ruang atau kompartemen anatomi ditemukan menutup bidang
operasi pada bedah periodontal. Ruang ini memiliki jaringan ikat longgar tetapi dapat
dengan mudah bengkak oleh cairan inflamasi dan infeksi.
Bedah invasi pada daerah ini dapat menyebabkan infeksi yang berbahaya dan
harus dihindari. Beberapa ruang secara singkat dijelaskan di sini. Untuk informasi
lebih lanjut, dapat dibaca di sumber-sumber lainnya.
Fossa kaninus mengandung berbagai jumlah jaringan ikat dan lemak dan
dibatasi superior oleh quadratuss labii superior, anterior oleh orbicularis oris, dan
posterior oleh otot buccinator. Infeksi daerah ini menghasilkan pembengkakan pada
bibir atas, menghapuskan nasolabial fold , dan kelopak mata atas dan bawah,
menutup mata.
Ruang buccal terletak antara otot buccinator dan otot masseter. Infeksi daerah
ini menghasilkan pembengkakan di pipi, tetapi dapat memperpanjang ke ruang
temporal atau ruang submandibular, dimana yang berhubungan dengan ruang bukal.
Ruang mentalis, terletak di regio simfisis mentalis, yaitu yang melekat pada
otot mentalis, otot depressor bibir bawah, dan otot depressor dari sudut mulut. Infeksi
dari daerah ini adanya pembengkakan besar pada dagu dan memperpanjang kebawah.
Ruang mastikator terdiri dari otot masseter, otot pterygoid, insersi tendon otot
temporalis, dan ramus mandibula dan bagian belakang bodi mandibula. Infeksi
daerah ini menghasilkan pembengkakan di wajah dan trismus parah dan rasa sakit.
Jika abses menempati bagian terdalam area ini, wajah yang bengkak mungkin tidak
terlihat jelas, tetapi pasien mungkin mengeluh rasa sakit dan adanya trismus. Pasien
juga mungkin mengalami kesulitan dan ketidaknyamanan ketika menggerakkan lidah
dan menelan.
Ruang sublingual terletak di bawah mukosa oral di anterior dari dasar mulut
dan berisi kelenjar sublingual dan duktus ekskretoris nya, submandibular atau duktus
Wharton, dan dilalui oleh nervus lingualis dan pembuluh darah dan nervus
hypoglossal. Batas nya adalah otot geniohyoid dan otot genioglossus medial dan
permukaan lingual dari mandibula dan di bawah otot mylohyoid lateral dan anterior.
Infeksi pada daerah ini menaikkan dasar mulut dan memindahkan lidah,
mengakibatkan rasa sakit dan sulit menelan tetapi hanya sedikit pembengkakan pada
wajah.
Ruang submental ditemukan antara otot mylohyoid superior dan platysma
inferior. Dibatasi lateral oleh mandibula dan posterior oleh tulang hyoid, dan idilalui
oleh bagian anterior dari otot digastric. Infeksi wilayah ini muncul dari daerah gigi
anterior rahang bawah dan mengakibatkan pembengkakan di regio submental; infeksi
menjadi lebih berbahaya karena bila diteruskan ke posterior.
Ruang submandibular ditemukan di luar ruang sublingual, di bawah otot
mylohyoid dan otot hyoglossus. Ruang ini berisi kelenjar submandibular, yang
membentang di atas sebagian otot mylohyoid, sehingga berhubungan dengan ruang
sublingual, dan sejumlah kelenjar getah bening. Infeksi daerah ini berasal di daerah
molar atau premolar dan mengakibatkan pembengkakan yang menghilangkan garis
submandibular dan nyeri saat menelan. Ludwig’ angina adalah bentuk parah dari
infeksi pada ruang submandibular yang dapat memperpanjang ke ruang sublingual
dan submental, menghasilkan pengerasan dasar mulut dan dapat menyebabkan
terjadinya sesak napas akibat edema pada leher dan glottis (celah suara). Meskipun
bakteriologi dari infeksi tersebut belum sepenuhnya ditentukan, diduga infeksi
campuran dengan komponen anaerobik penting.
Bagian distal molar ketiga, oblique ridge eksternal berbatasan dengan
retromolar triangle. Pada daerah tersebut terdapat kelenjar dan jaringan adipose
dimana mukosanya tidak berkeratin. Jika terdapat ruang di distal molar yang terakhir,
maka akan terisi oleh gingival yang membesar dan untuk beberapa kasus distal wedge
procedure dilakukan
Di dalam body mandibula terdapat mylohyoid ridge, dekat dengan margin
alveolar dari molar ketiga dan diteruskan ke daerah anterior. Otot mylohyoid, masuk
ke dalam ridge tersebut, sehingga dengan ruang sublingual terpisah, dan letaknya
lebih ke anterior dan superior, dari rongga submandibular, letaknya lebih ke posterior
dan inferior.
Anatomi dari Lesi Tulang
Pola Attachment Loss
Bentuk dari lesi tulang yang berhubungan dengan furkasi sangat bermacam-
macam. Horizontal bone loss dapat memperlihatkan furkasi yang setipis facial/lingual
plates dari tulang yang mungkin hilang selama resorpsi. Selain itu pada bagian
dengan tepian tulang yang menebal kemungkinan akan mengeras dan berpengaruh
pada perkembangan dari firkasi dengan komponen vertikal dalam. Pola dari bone loss
pada permukaan lainnya dari gigi yang bersangkutan dan gigi yang berdekatan juga
harus diperhatikan selama treatment planning. Pengobatan yang diberikan pada
multiwalled bony defects berbeda dengan yang di daerah horizontal bone loss.
Complex multiwalled defects dengan komponen vertical interradikular yang dalam
kemungkinan menjadi kandidat untuk therapy regenerative. Selain itu juga, molar
dengan attachment loss yang parah hanya di salah satu akarnya saja dapat diobati
dengan prosedur resective.
Temuan Lainnya di Gigi
Kondisi dari dental dan periodontal dari gigi yang berdekatan harus
diperhatikan selama treatment planning untuk keterlibatan furkasi. Kombinasi dari
keterlibatan furkasi dan perkiraan akar dengan gigi yang berdekatan menunjukkan
masalah yang sama dengan yang terjadi pada furkasi tanpa root separation yang
adekuat. Adanya adequate band dari gingiva dan vestibulum yang tergolong sedang
sampai dalam akan memfasilitasi kinerja dari prosedur bedah yang termasuk dalam
indikasi.
Treatment dari Furcation Defects
Tujuan dari pengobatan furkasi adalah untuk
1) Memfasilitasi pemeliharaan
2) Mencegah attachment loss lebih jauh lagi
3) Menghilangkan furcation defects menjadi masalah pemeliharaan periodontal.
Pemilihan dari tipe pengobatan bergantung pada class dari keterlibatan
furkasi, perpanjangan dan konfigurasi dari bone loss, dan faktor anatomi lainnya.
Therapy Untuk Kerusakan Furkasi Dini : Klas I
Insipien atau kerusakan furkasi dini (klas I) dapat dihilangkan dengan therapy
periodontal yang biasa. Karena pocket yang terbentuk suprabony dan belum
memasuki furkasi, maka oral hygiene, scaling, dan root planning sangatlah efektif.
Jika ada restorasi yang overhang pada bagian margin dan sangat tebal, facial grooves,
atau cervical enamel projections harus dihilangkan dengan odontoplasty,
recontouring, atau replacement. Resolusi dari suatu inflamasi dan perbaikan
berikutnya dari ligamen periodontal dan tulang biasanya cukup untuk memperbaiki
kesehatan periodontal.
Therapy Untuk Keterlibatan Furkasi : Klas II
Ketika komponen horizontal dari furkasi telah termasuk (klas II),
pengobatannya menjadi semakin rumit. Keterlibatan horizontal yang dangkal tanpa
signifikan vertikal bone loss biasanya mempunyai respon yang baik terhadap
localized flap operation dengan odontoplasty dan osteoplasty. Klas II furkasi yang
dalam dan terisolasi mungkin berespon terhadap prosedur flap dengan osteoplasty
dan odontoplasty. Hal ini bisa mengurangi puncak dari furkasi dan menjembatani
gingival kontur sehingga memfasilitasi plaque removal bagi pasien.
Therapy Untuk Kerusakan Furkasi yang Parah: Klas II-IV
Perkembangan dari komponen horizontal yang signifikan dari satu atau lebih
furkasi dari gigi berakar jamak (klas II, III, IV) dan/atau perkembangan dari
komponen vertikal yang dalam ke furca merupakan masalah tambahan. Treatment
nonsurgical biasanya kurang efektif. Periodontal surgery, endodontics, dan restorasi
dari gigi dapat memperbaiki gigi.
Therapy Pembedahan Untuk Keterlibatan Furkasi
Root Resection
Root resection dapat diindikasikan untuk gigi berakar jamak dengan
keterlibatan furkasi yang tergolong klas II sampai klas IV. Root resection dapat
dilakukan pada gigi vital atau gigi yang telah menjalani perawatan endodontik.
Sangat disarankan untuk mendapatkan therapi endodontik terlebih dahulu sebelum
dilakukan reseksi pada akar. Jika ini tidak dimungkinkan terjadi, maka pulpa harus
dihilangkan, kekuatan dari kanal harus ditentukan, dan kamar pulpa diobati dahulu
sebelum reseksi.
Pada keadaan umum gigi yang direncanakan untuk mendapat perlakuakn root
resection harus mempunyai kriteria sebagai berikut
1. Gigi yang sangat penting dilihat secara keseluruhan dari rencana dental
treatment
2. Gigi yang mempunyai attachment yang cukup untuk fungsi
3. Gigi yang dimana tidak ada lagi terapi yang dapat diperkirakan
4. Gigi pada pasien yang mempunyai oral hygiene baik dan aktivitasnya rendah
untuk karies
Di bawah ini ada beberapa bantuan untuk menentukan akar gigi yang manakah
yang harus dihilangkan:
1. Hilangkan akar yang akan menghilangkan furkasi dan dapat mempertahankan
bentuk dari akar yang tersisa
2. Hilangkan akar dengan jumlah kehilangan attachment dan tulang yang paling
besar. Sudah sangat jelas bahwa periodontal attachment yang cukup harus
tetap ada setelah pembedahan untuk tempat gigi menjalankan fungsinya
3. Hilangkan akar yang berkontribusi paling baik dalam mengeliminasi masalah
periodontal gigi yang berada di dekatnya
4. Hilangkan gigi dengan masalah anatomi yang paling besar
5. Hilangkan akar yang mempunyai kerumitan dalam pemeliharaan periodontal
di masa mendatangnya.