MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

14
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007 MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV ) BAB II PEMBAHASAN 1. Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA Nama penderita : Jenis Kelamin : Alamat : Umur : 56 tahun Telepon : Pekerjaan : Nama Operator : NIM : Riwayat kesehatan penderita yang perlu diperhatikan : o Riwayat alergi obat-obatan : TAK o Riwayat penyakit menular : TAK o Riwayat penyakit yang diidap penderita : TAK Riwayat Dental : o Keluhan Utama : Ingin membuat gigi tiruan karena tidak dapat mengunyah makanan dan penampilan kurang menarik o Cabut gigi terakhir 4 bulan yang lalu pada regio 23 o Tidak ada kelainan sistemik o Bila ditekan terasa sakit Pemeriksaan Umum : - Ekstraoral : × TMJ normal × Wajah oval × Mata, hidung, bibir tidak ada kelainan - Intraoral : × Seluruh gigi hilang × Ada tonjolan tulang (eksostosis) pada regio 13, 23, 33, dan 43 × Jaringan lunak tidak ada kelainan × Vestibulum dalam × Alveolar ridge ovoid untuk semua regio

description

ppvvvii

Transcript of MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    BAB II PEMBAHASAN

    1. Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

    Nama penderita : Jenis Kelamin :

    Alamat : Umur : 56 tahun

    Telepon : Pekerjaan :

    Nama Operator : NIM :

    Riwayat kesehatan penderita yang perlu diperhatikan :

    o Riwayat alergi obat-obatan : TAK o Riwayat penyakit menular : TAK o Riwayat penyakit yang diidap penderita : TAK

    Riwayat Dental :

    o Keluhan Utama : Ingin membuat gigi tiruan karena tidak dapat mengunyah makanan dan penampilan kurang menarik

    o Cabut gigi terakhir 4 bulan yang lalu pada regio 23 o Tidak ada kelainan sistemik o Bila ditekan terasa sakit

    Pemeriksaan Umum : - Ekstraoral :

    TMJ normal

    Wajah oval

    Mata, hidung, bibir tidak ada kelainan

    - Intraoral :

    Seluruh gigi hilang

    Ada tonjolan tulang (eksostosis) pada regio 13, 23, 33, dan 43

    Jaringan lunak tidak ada kelainan

    Vestibulum dalam

    Alveolar ridge ovoid untuk semua regio

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    Galang palatum ovoid

    Torus mandibularis flat

    Frenulum rendah semua regio

    Relasi ridge > 80o

    Torus palatinus flat

    Tuber maxilla besar

    Retro mylohyoid dalam 2. Kelainan Rongga Mulut Problema Prostodontik

    1) Problema jaringan lunak meliputi : Jaringan lunak yang atropis

    Mukosa menutupi tulang tipis sehingga resilience dari jaringan lunak

    berkurang rasa sakit bila protesa digunakan.

    Jaringan lunak yang hypertropi (flabby tissue)

    Dijumpai pada mulut yang lama tidak bergigi dan mukosa yang menutupi

    tulang pendukung tebal, shg resilience tinggi retensi, stabilitas dan

    kenyamanan dari protesa berkurang.

    Frenulum labial/bukal atau lingual yang abnormal

    Bila frenulum melekat dekat puncak processus alveolaris dekat, maka akan mengganggu stabilitas protesa dan menimbulkan rasa sakit bila

    protesa digunakan.

    Palatal papillary hyperplasia

    Merupakan bentukan papiler pada daerah papiler. Kondisi ini

    mengganggu pada pemasangan protesa.

    Jarak ridge crest dan muscle attachment pendek

    Menyebabkan dangkalnya daerah vestibuler sehingga stabilitas protesa

    yang dipasang kurang.

    Fibromatosis gingiva tuber maksilaris

    Pembesaran gingival di daerah tuber maksilaris mempersempit space

    intemaksilaris yang menyulitkan pembuatan protesa (terutama dalam

    penyusunan gigi) maka harus di reduksi. 2) Problema jaringan keras meliputi :

    Sisa sisa gigi

    Gigi gigi yang tersisa tidak efektif untuk abutment / penyangga protesa

    sebaiknya dibuang karena dapat mempersulit kontruksi protesa.

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    Sisa sisa akar

    Sisa sisa akar yang tidak diambil akan menyebabkan gangguan

    Under denture infection. Gigi Impaksi

    Bila tidak diangkat secara pembedahan rasa sakit setempat pain

    under denture proses patologis sefalgia kronis.

    Exostosis, Overhanging dan osteoma

    Dapat merupakan under cut sehingga mengganggu part of insertion

    protesa saat dilakukan alveolectomy.

    Crestal tissue yang berlebihan

    Bisa pada 1 atau 2 rahang menyulitkan penyusunan gigi dalam

    pembuatan protesa.

    Torus Lingualis / Torus mandibularis di RB & Torus Palatinus

    Penebalan tulang di antara gigi P1 & P2 rahang bawah atau pada

    maksila di daerah palatum durum menimbulkan rasa sakit pada

    pemakaian full denture / protesa fraktur dan mudah patah pada

    daerah midline protesa rahang atas. Pada Rahang bawah menyulitkan

    pada saat pemasangan protesa.

    Hiperostosis dari tubermaksila

    Keadaan tuber maksila yang sering membesar kearah dimensi vertical

    mempersempit intermaxillary space menyulitkan kontruksi protesa.

    Cleft Palate

    Kelainan yang kadang membutuhkan protesa.

    Kista 3. Diagnosa

    - Edentolous Ridge dengan Exostosis

    - Alasan :

    Berdasarkan anamnesa

    Ingin membuat gigi tiruan karena tidak dapat mengunyah dan

    penampilan yang kurang menarik

    Berdasarkan pemeriksaaan klinis

    Seluruh gigi hilang

    Tonjolan tulang (exostosis) pada regio 13 , 23 , 33, dan 43

    Jaringan tidak ada kelainan

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    Alveolar ridge ovoid untuk semua regio

    4. Exostosis

    - Merupakan proteberensia tulang dimana tumbuh pada area yang bervariasi

    dalam.

    - Etiologi : tidak diketahui, tapi diperkirakan karena faktor genetik dan faktor

    lingkungan.

    - Klasifikasi :

    Exostosis palatinus

    Exostosis mandibularis

    Multiple exostosis

    5. Etiopatogenesis

    Ekstraksi gigi tulang tidak dihaluskan bekas luka sembuh sisa-sisa ridge

    tidak teratur pada beberapa tempat / bahkan sepanjang alveolar ridge

    exostosis

    6. Prognosis

    Baik jika dilakukan pengambilan daerah yang mengalami eksostosis secara

    alveolektomi dan dibuatkan protesa lengkap untuk rahang atas dan rahang

    bawah agar fungsi mengunyah dan penampilan pasien kembali normal dan

    membaik.

    7. Rencana Perawatan

    - Mencetak untuk mengenali undercut pada edentulous ridge.

    - Merujuk pasien ke bagian radiologi untuk dibuatkan foto panoramik, jika dokter

    menduga ada kelainan lain yang melibatkan tulang dan jaringan lunak dalam

    rongga mulut.

    - Merujuk pasien ke bagian bedah mulut untuk dilakukan tindakan bedah pre-

    prostetik yaitu alveolektomi terhadap eksostosisnya.

    - Setelah proses penyembuhan jaringan pasca bedah yaitu 5-7 hari, dilakukan

    prosedur untuk membuat gigi tiruan lengkap lepasan untuk rahang atas dan

    rahang bawah pasien.

    - Evaluasi kondisi rongga mulut dan gigi tiruan pasien meliputi kenyamanan,

    retensi, stabilitas dan adaptasi gigi tiruan terhadap jaringan rongga mulut.

    8. Perawatan Pendahuluan 1) Tindakan bedah Alveolektomi

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    - Merupakan tindakan bedah radikal guna mereduksi / mengambil prosesus

    alveolaris, sehingga dapat dilakukan oposisi mucosa guna persiapan

    linger sebelum terapi radiasi.

    - Bagian dari bedah preprostetik, dimana tujuan bedah preprostetik untuk

    mendapatkan protesa dengan retensi, stabilisasi, estetik dan fungsi lebih

    baik.

    - Tujuan alveolektomi :

    Membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjol.

    Untuk memudahkan penutupan luka primer.

    Membuang tulang intraseptal yang sakit saat dilakukan

    gingivectomy.

    Menghilangkan undercut.

    Menghilangkan / eksisi eksostosis.

    - Prosedur :

    Jika kasus salah satu gigi yang tersisa baru dicabut, mukoperiosteum

    dicek untuk memastikan bahwa terdapat kedalaman minimal 10 mm

    dari semua tepi gingival yang mengelillingi area yang akan

    dihilangkan.

    Pastikan insisi dibuka dari midpoint dari puncak alveolar pada titik di

    pertengahan antara permukaan bukal dan lingual dari gigi terakhir

    pada satu garis, yaitu gigi paling distal yang akan dicabut, menuju ke

    lipatan mukobukal pada sudut 450setidaknya 15 mm. tarik insisi ke

    area dimana gigi tersebut sudah dicabut sebelumnya.

    Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut

    dengan jari telunjuk atau dengan hemostat yang ditempelkan pada

    tepi flap.

    Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatuo.

    Letakkan bone-sheir dengan satu blade pada puncak alveolar dan

    blade lainnya dibawah undercut yang akan dibuang, dimulai pada

    region insisivus sentral atas/bawah dan berlanjut ke bagian paling

    distal dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka.

    Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat

    menuju lingual memperlihatkan banyak tulang intraseptal yang

    tajam.

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    Hilangkan penonjolan tulang intraseptal yang tajam dari end-cutting

    rongours.

    Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan

    bone-file. Tahan bone-file pada posisi yang sama sebagai straight

    operative chisel pada posisi jari yang sama dan file area tersebut

    dengan gerakan mendorong.

    Kuret dan buang tiap spikula kecil hilang / struktur gigi yang masuk

    dalam soket.

    Kembalikan posisi flap ke semula.

    Hilangkan mukoperiosteum yang sebelumnya terlihat overlap.

    Ratakan jaringan lunak kembali ke tempatnya dengan jari, perkirakan

    tepi dari mukoperiosteum. Catat apakah ada penonjolan tajam yang

    tersisa pada alveolar ridge.

    Jahit mukoperiosteum kembali ke tempatnya.

    9. OBAT-OBATAN PASCA BEDAH ANTIBIOTIK PENISILIN 1) Aktivitas dan mekanisme kerja

    - Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk

    sintesis dinding sel mikroba.

    - Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek

    bakterisid.

    - Mekanisme kerja antibiotika betalaktam dapat diringkas dengan urutan

    sebagai berikut :

    Obat bergabung dengan penisilin-bindingprotein (PBPs) pada kuman.

    Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses

    transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu.

    Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel. 2) Efek Samping

    - Efek samping dari penisilinalam maupun sintetik dapat terjadi pada semua

    cara pemberian, dapat melibatkan berbagai organ dan jaringan secara

    terpisah maupun bersama-sama dan dapat muncul dalam bentuk yang

    ringan sampai fatal.

    3) Sediaan

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    - Ampisilin untuk pemberian per oral tersedia dalam bentuk tablet atau

    kapsul sebagai ampisilin trihidrat atau ampisilin anhidrat 125mg, 250mg,

    500mg, dan 1000mg, sedangkan untuk bubuk suspensi sirup mengandung

    125mg atau 500mg / 5ml.

    - Selain itu, ampisilin juga tersedia untuk suntikan 0.0;0.25;0.5;1g per vial.

    - Dosis ampisilin tergantung dari beratnya penyakit, fungsi ginjal dan umur

    pasien. Garis dasar penentuan dosis ialah:

    Dewasa, penyakit ringan sampai sedang diberikan 2 4 g sehari, dibagi

    untuk 4 kali pemberian.

    Dewasa penyakit berat sebaiknya diberikan preparat parenteral

    sebanyak 4 8 g sehari.

    Pada meningitis bahkan dibutuhkan dosis lebih tinggi lagi.

    Untuk anak dengan berat badan kurang dari 20 kg diberikan :

    * Per oral 50 100 mg / kg BB sehari yang dibagi dalam 4 dosis.

    * IM 100 200 mg / kg BB sehari yang dibagi dalam 4 dosis.

    Bayi berumur kurang dari 7 hari diberi 50mg / kg BB sehari dalam

    2 dosis.

    Bayi berumur lebih dari 7 hari diberi 75mg / kg BB sehari dibagi

    dalam 3 dosis.

    - Amoksilin tersedia sebagai kapsul atau tablet berukuran 125,250 dan

    500mg; sirup 125mg / 5ml. Dosis sehari dapat diberikan lebih kecil daripada

    ampisilin karena absorbsinya lebih baik daripada ampisilin yaitu: 3 kali 250

    500 mg sehari.

    4) Penghambat Betalaktamase Dengan Kombinasinya

    - Penghambat betalaktamase yang telah lama digunakan dalam pengobatan

    ialah asam klavulanat, sulbaktan dan tazobaktam.

    - Penghambat tersebut tidak memperlihatkan aktivitas antibakteri, sehingga

    tidak dapat digunakan sebagai obat tunggal untuk menanggulangi penyakit

    infeksi. Bila dikombinasikan dengan antibiotik betalaktam, penghambat ini

    akan mengikat enzim betalaktamase, sehingga antibiotik pasangannya

    bebas dari pengrusakan oleh enzim tersebut dan dapat menghambat

    sintesis dinding sel bakteri yang dituju.

    KOMBINASI AMOKSILIN / KALIUM KLAVULANAT

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    * Amoksilin tunggal in vitro aktif terhadap berbagai kuman aerobik dan

    anaerobik gram positif dan gram negatif bukan penghasil

    betalaktamase.

    * Kombinasi amoksilin / kalium klavulanat tidak meningkatkan aktivitas

    in vitro terhadap kuman yang sensitif tersebut, tetapi memperluas

    spektrum aktivitasnya terhadap kuman penghasil betalaktamse yang

    intrinsik termasuk strain sensitif. Kombinasi ini tidak aktif terhadap S,

    aureus yang resisten terhadap metisilin.

    * Efek Samping

    - Amoksilin / kalium klavulanat paling sering menimbulkan efek

    samping diare, terutama pada dosis KV > 250 mg.

    - Jenis efek samping A / KV sama dengan amoksilin tunggal, dapat

    mengganggu fungsi hati yaitu berupa peningkatan transaminase

    serum. Kelainan ini dapat kembali normal bila obat dihentikan.

    Alergi terhadap penisiliin merupakan kontraindikasi pemberian A /

    KV.

    Natrium Ampisilin / Natrium Sulbaktam

    - In vitro ampisilin (AP) aktif terhadap berbagai kuman gram positif

    dan gram negatif dan beberapa jenis kuman anaerob. Kombinasi

    dengan sulbaktam (SB) tidak mengubah aktivitas AP, tetapi

    memperluas spektrumnya mencakup kuman penghasil betalaktamase

    yang intrinsik, termasuk galur peka terhadap AP dan kuman anaerob

    termasuk B, fragilis.

    OBAT ANTIINFLAMASI NON STEROID (NSAID) / OBAT MIRIP ASPIRIN a. Mekanisme kerja

    Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi

    asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat

    siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda. Enzim

    siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut KOKS-1 dan KOKS-2.

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    Bagan biosintesis prostaglandin :

    Rangsang

    Gangguan pada membran sel

    Fosfolipid Dihambat kortikosteroid enzim fosfolipase

    Asam arakidonat

    Enzim lipoksigenase enzim siklo-oksigenase Dihambat NSAID

    Hidroperoksid Endoperoksid

    PGG2 / PGH Leukotrien

    PGE2, PGF2, PGD2 Prostasiklin Tromboksan A2

    b. Efek farmakodinamik

    1) Efek analgesik

    Sebagai analgesik, NSAID hanya efektif terhadap nyeri dengan

    intensitas rendah sampai sedang, seperti sakit kepala, mialgia, artralgia, dan

    nyeri yang berasal dari integument, juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan

    dengan inflamasi

    Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada opiat, tapi tidak

    menimbulkan ketagihan. NSAID hanya mengubah persepsi modalitas

    sensorik nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain. Nyeri akibat terpotongnya

    saraf aferen tidak teratasi dengan obat ini. Sebaliknya, nyeri kronis pasca

    bedah dapat diatasi dengan obat mirip aspirin.

    2) Efek antipiretik

    Sebagai antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan

    hanya pada keadaan demam. Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan

    efek antipiretik in vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena

    bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama. Fenilbutazon dan

    antireumatik lainnya tidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik.

    3) Efek antiinflamasi

    Kebanyakan obat mirip aspirin, terutama yang baru, lebih banyak

    digunakan sebagai anti-inflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal,

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    seperti arthritis rheumatoid, osteoarthritis, dan spondilitis ankilosa. Tetapi

    harus diingat, obat mirip aspirin hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi

    yang berkaitan dengan penyakitnya secara simptomatik, tapi tidak

    menghentikan, memperbaiki, atau mencegah kerusakan jaringan pada

    kelainan muskuloskeletal ini.

    c. Efek samping

    Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung, yang

    kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Dua

    mekanisme terjadinya iritasi lambung ialah :

    1) Iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke

    mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan.

    2) Iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui penghambatan

    biosintesis PGE2 dan PGI2. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa

    lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang

    sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektif. Mekanisme kedua ini

    terjadi pada pemberian parenteral.

    Naproksen, ibuprofen, dan diklofenak termasuk NSAID yang kurang

    menimbulkan gangguan lambung daripada piroksikam dan indometasin pada

    dosis terapi.

    Efek samping lain ialah gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan

    biosintesis tromboksan A2 (TXA2) dengan akibat perpanjangan waktu

    perdarahan.

    Pada beberapa orang dapat terjadi reaksi hipersensitivitas terhadap aspirin

    dan obat mirip aspirin. Reaksi ini dapat berupa rhinitis vasomotor, udem

    angioneurotik, urtikaria luas, asma bronchial, hipotensi, sampai keadaan presyok

    dan syok.

    d. Sediaan dan dosis Aspirin : 325 650 mg diberikan secara oral tiap 3 4 jam. Untuk anak 15 20

    mg / kg BB, diberikan tiap 4 6 jam dengan dosis total tidak melebihi

    3,6 gram per hari.

    Asam mefenamat : sifat antiinflamasinya lebih rendah dibanding aspirin,

    pemberiannya 2 3 kali 250 500 mg per hari.

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    Diklofenak : diakumulasi di cairan synovial yang menjelaskan efek terapi di

    sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat, dosisnya 100 150

    mg sehari yang terbagi dalam 2 3 dosis.

    Piroksikam : 10 20 mg sehari diberikan pada pasien yang tidak memberi

    respon cukup dengan NSAID yang lebih aman.

    Meloksikam : cenderung menghambat KOKS-2 dibanding KOKS-1, sehingga

    efek samping terhadap saluran cerna lebih kurang, dosis 7,5

    15 mg sekali sehari karena waktu paruh yang panjang.

    KOKS-2 selektif : etorikoksib bersifat paling selektif dalam menghambat KOKS-

    2, namun belum ada bukti klinis yang menyebutkan KOKS-2

    selektif lebih efektif. Dosisnya 60 mg sekali sehari.

    10. Instruksi Pasca Bedah

    - Kompres es selama 20 30 menit perjam nya, pada hari pertama guna

    mengurangi rasa sakit dan bengkak

    - Pasien sebaiknya tidak menarik bibir ke atas untuk mengintip jahitannya

    karena dapat membuat jahitan lepas

    - Tidak menggosok gigi dekat area bedah

    - Diet lunak dan kumur saline setelah makan

    - Minum obat paca bedah (analgesik dan antibiotik)

    Instruksi tambahan :

    Bila ada perdarahan, kompres dengan es

    Pada keadaan darurat, cepat panggil dokter dan segera ke RS

    Pasien diminta kembali 7 hari kemudian untuk buka jahitan 11. Proses Pembuatan Protesa

    1) Mencetak dengan alginate pada rahang dengan sendok cetak tidak bersudut

    2) Pencatatan hubungan antar tahang

    - Pencatatan dimensi vertical istirahat

    - Galangan gigit

    - Post dam menekan mukosa palatal ketika GT dipasang, untuk

    menghasilkan penutupan tepi

    - Pembentukan galangan gigit

    - Pencatatan relasi sentrik

    - Pemilihan gigi dan penyusunan gigi : bentuk, ukuran, warna

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    - Menciptakan kontak oklusi yang seimbang

    3) Prosedur mencoba gigi tiruan malam :

    - Pembuatan di articulator : permukaan cetakan, poles, oklusal.

    - Pembuatan didalam mulut : retensi fisik, perluasan basis, oklusi ,

    penampilan dalam mulut dll.

    4) Pembuatan GTL pada bahan akrilik

    5) Pemasangan GTL

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    BAB III PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

    Anamnesis didapatkan dari keluhan pasien yang ingin membuat gigi tiruan

    karena tidak dapat mengunyah makanan dan penampilan kurang menarik

    Riwayat dental telah dilakukan pencabutan gigi terakhir 4 bulan lalu pada

    region 23, dan tidak ada kelainan sistemik.

    Diagnosis untuk kasus tersebut adalah Edentolous Ridge dengan Eksostosis,

    karena :

    Sesuai dengan pemeriksaan klinis pada gigi sudah tidak ada gigi, bekas

    pencabutan meninggalkan tulang-tulang yang membentuk undercut, ada

    eksostosis, dan daerah undercut nyeri bila ditekan.

    Prognosis pada kasus ini adalah baik jika dilakukan pengambilan daerah yang

    mengalami eksostosis secara alveolektomi

    Dengan demikian tindakan bedah untuk kasus ini adalah Alveolektomi.

    Obat obatan yang disarankan pasca bedah adalah antibiotik, analgesik, dan

    antipiretik.

  • FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA ANGKATAN 2007

    MAKALAH BEDAH PREPROSTETIK

    IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN PASIEN IV ( IPP IV )

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Howe, G.L. 1994. Minor Oral Surgery.3rd edition. CV Mosby co : St Louis., p 297

    298.

    2. Itjiningsih, W.H. 1998. Geligi Tiruan Lengkap Lepasan edisi 3.hal 3 12

    3. Prayitno. 1998. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan dan Mahkota.

    4. Zarb et al. 2002. Bouchers Prostodontic Treatment for Edentulous Patients.

    5. Widaningsih. 2010. Kulia Bedah Preprostetik.