Makalah Keperawatan Medical Bedah

24
MAKALAH KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH (KMB) HEMODIALISIS Disusun Oleh : Zunaidi Pamungkas PRODI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG 2010

Transcript of Makalah Keperawatan Medical Bedah

Page 1: Makalah Keperawatan Medical Bedah

MAKALAH KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

(KMB)

HEMODIALISIS

Disusun Oleh :

Zunaidi Pamungkas

PRODI S-1 KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI

DARUL ULUM JOMBANG2010

Page 2: Makalah Keperawatan Medical Bedah

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih mulai selain ungkapan puji syukur alkhamdulillah kehadirat Allah

SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun berhasil menyelesaikan Makalah dengan

judul “Hemodialisis” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas kuliah

“keperawatan medikal bedah” yang diberikan oleh bpk m.rajin, S.Kep.Ners m.kes, selaku dosen

dan koordinator mata kuliah KMB.

Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu

dalam penyusun makalah ini hingga selesai. Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penyusun sendiri dan para pembaca pada umumnya.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dan para

pembaca sehingga dapat membantu kearah perubahan yang lebih baik di kemudian hari.

Jombang, 01 oktober 2010

Penyusun

Page 3: Makalah Keperawatan Medical Bedah

BAB I

PENDAHULUAN

Tahapan gagal ginjal kronik dapat dibagi menurut beberapa cara ,antara lain

dengan memperhatikan faal ginjal yang masih tersisa .Bila faal ginjal yang masih tersisa

sudah minimal sehingga usaha-usaha pengobatan konservatif yang berupa

diet ,pembatasan minum,obat-obatan ,dan lain-lain tidak member pertolongan yang

diharapkan lagi ,keadaan tersebut diberi nama gagal ginjal terminal (GGT). Pada stadium

ini terdapat akumulasi toksin uremia dalam darah yang dapat membahayakan

kelangsungan hidup pasien. Pada umumnya faal ginjal yang masih tersisa, yang diukur

dengan klirens kreatinin (KKr) tidak lebih dari 5mL/menit/1,73 m2 . Pasien GGT apa pun

etiologi penyakit ginjal nya, memerlukan pengobatan khusus yang disebut pengobatan

atau terapi pengganti (TP) .Setelah menetapkan bahwa TP dibutuhkan , perlu pemantauan

yang ketat sehingga dapat ditentukan dengan tepat kapan TP tersebut dapat dimulai.

Page 4: Makalah Keperawatan Medical Bedah

BAB II

STRUKTUR ANATOMI

Letak

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini

terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)

ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).

Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi

rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya

terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.

Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal

dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu

meredam goncangan.

Struktur detail

Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan ketebalan 5 cm

dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang

menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan

arteri renal, vena renal, dan ureter.

Page 5: Makalah Keperawatan Medical Bedah

BAB III

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata haemo yang berarti

darah dan dialisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis merupakan salah satu dari Terapi

Penggganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal, baik

akut maupun kronik. Perinsip dasar dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses

dufusi dan ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh.

Hemodialisis dapat dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya pada Gagal Ginjal Akut)

atau dapat pula untuk seumur hidup (misalnya pada Gagal Ginjal Kronik).

B. Etiologi

Adapun penyebab dilakukan tindakan hemodialisis dan dialysis peritoneal :

• Pembuangan cairan yang berlebihan, toksin atau obat karena tidak adekuatnya gradient

osmotic dialisat

• Kehilangan darah aktual (heparinisasi sitemik atau pemutusan aliran darah)

• Distensi abdomen atau konstipasi

• Penurunan area ventilasi dimana bunyi nafas adventisius menunjukkan kelebihan

cairan, tertahannya sekresi dan infeksi. dimana bunyi nafas adventisius menunjukkan

kelebihan cairan, tertahannya sekresi dan infeksi.

• Penggunaan dialisat hipertonik dengan pembuangan cairan yang berlebihan dari volume

sirkulasi.

C. Komplikasi

1) Komplikasi Hemodialisis

Hemodilisis dapat memperpanjang usia tapi tidak akan mengubah perjalanan alami

penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi

ginjal. Salah satu penyebab kematian diantara pasien-pasien yang menjalani

Page 6: Makalah Keperawatan Medical Bedah

hemodialisis kronis adalah penyakit kardiovaskuler arteriosklerotik. Gangguan

metabolisme lipid (hipertrigliseridemia) tampaknya semakin diperberat dengan

tindakan hemodilisis.

Gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner serta nyeri angina pectoris, stroke

dan insufisiensi vaskuler perifer juga dapat terjadi. Anemia dan rasa letih dapat

menyebabkan penurunan kesehatan fisik maupun mental, berkurangnya tenaga serta

kemauan, dan kehilangan perhatian. Gangguan metabolisme kalsium akan

menimbulkan osteodistropi renal yang menyebabkan nyeri tulang dan fraktur.

Komplikasi dialysis dapat mencangkup hal-hal sebagai berikut :

• Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialysis ketika cairan dikeluarkan.

• Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika udara

memasuki sistem vaskuler pasien.

• Nyeri dada dapat terjadi karena CO2 menurun bersamaan dengan terjadinya

sirkulasi darah diluar tubuh.

• Pruritus dapat terjadi selama terapi dialysis ketika produk-akhir metabolisme

meninggalkan kulit.

• Gangguan keseimbangan dialysis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan

muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih besar

jika terdapat gejala uremia yang berat.

• Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat meninggalkan

ruang ekstrasel.

• Mual dan muntah merupakan peristiwa yang serius terjadi.

2) Komplikasi Dialysis Peritoneal

- Peritonitis

Peritonitis merupakan komplikasi yang paling sering dijimpai dan paling sering serius

60% sampai 80% pasien. Sebagain besar disebabkan oleh kontaminasi

Staphylococcus epidermidis yang bersifat aksidental.

Manifestasi peritonitis mencangkup cairan drainase (effluent) dialisat yang keruh dan

nyeri abdomen yang difus. Hipotensi dantanda-tanda syok lainnya dapat terjadi jika

Staphylococcus aureus merupakan penyebab dari peritonitis.

Peritonitis ditangani di rumah sakit jika pasien parah dan tidak memungkinkan untuk

Page 7: Makalah Keperawatan Medical Bedah

melakukan terapi pertukaran dirumah, biasanya pasien menjalani dialysis peritoneal

intermiten selama 48 jam atau lebih, atau terapi dialysis dihentikan dan memberikan

suntikan antibiotic. Pada infeksi persisten di tempat keluarnya kateter yang biasanya

disebabkan oleh S. Aureus. Pelepasan kateter permanent diperlukan untuk mencegah

terjadinya peritonitis.

Selain mikroorganisme, pasien peritonitis akan kehilangan protein melalui

perotonium dalam jumlah besar, malnutrisi akut dan kelambatan penyembuhan dapat

terjadi sebagai akibatnya.

-Kebocoran

Kebocoran cairan dialysis melalui luka insisi atau luka pada pemasangan kateter

dapat diketahui sesudah kateter dipasang. Kebocoran akan berhenti spontan jika

terapi dialysis tertunda selama beberapa hari untuk menyembuhkan luka insisi dan

tempat keluarnya kateter. Kebocoran melalui tempat pemasangan kateter atau

kedalam abdomen dapat terjadi spontan beberapa bulan atau tahun setelah

pemasangan kateter tersebut. Kebocoran sering dapat dihindari dengan melalui infuse

cairan dialysis dengan volume kecil (100-200 ml) dan secara bertahap meningkatkan

cairan tersebut hingga mencapai 2000ml.

- Perdarahan

Cairan drainase (effluent) dialysis yang mengandung darah kadang-kadang dapat

terlihat khususnya pada pasien wanita yang sedang haid (cairan hipertonik menarik

darah dari uterus lewat orifisium tuba falopi yang bermuara ke dalam kavum

peritoneal). Pada banyak kasus penyebab terjadinya perdarahan tidak ditemukan.

Pergeseran kateter dari pelvis kadang-kadang disertai dengan perdarahan. Perdarahan

selalu berhenti setelah satu atau dua hari sehingga tidak memerlukan intervensi yang

khusus.

Komplikasi lain yang mencangkup hernia abdomen yang mungkin terjadi akibat

peningkatan tekanan intra abdomen yang terus menerus. Tipe hernia yang pernah

terjadi adalah tipe insisional, inguinal, diafragmatik, dan umbilical.

Page 8: Makalah Keperawatan Medical Bedah

D. Patofisiologi

Dua teknik utama yang digunakan dalam dialysis adalah dialysis peritoneal dan

hemodialysis. Hemodialisis dan dialysis peritoneal merupakan dua teknik utama yang

digunakan dalam dialysis dan prinsip dasar kedua teknik itu sama yaitu difusi solute dan

air dari plasma kelarutan dialysis sebagai respon terhadap pewrbedaan konsentrasi atau

tekanan tertentu.

1) Hemodialysis

Hemodialysis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit

akut dan memerlukan terapi dialysis jangka panjang (beberapa hari sampai beberapa

minggu) atau pasien dengan penyakit gagal ginjal stadium terminal yang membutuhkan

terapi jangka panjang atau terapi permanent. Sehelai membrane sintetik yang

semipermeabel menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter

bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu.

Darah dialirkan melalui ginjal buatan (dialiser) untuk membuang toksin atau kelebihan

cairan dan kemudian dikembangkan ke sirkulasi vena. Hemodialisis adalah metode yang

lebih cepat dan lebih efisien dari pada dialysis peritoneal untuk membuang area dan

produk toksin lain, tetapi memerlukan akses AV permanen (Doenges, 1999).

Akses vaskuler hemodialisis merupakan aspek yang paling peka pada hemodialisis oleh

karena adanya banyak komplikasi dan kegagalannya. Untuk melakukan dialysis

intermiten jangka panjang, maka perlu ada jalan masuk ke system vaskular penderita

yang dapat diandalkan. Pada akses vascular dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Akses vaskular Ekstternal (sementara)

• Keteter subklavikula dan femoralis

Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis darurat dicapai melalui

kateterisasi subklavia untuk pemakaian sementara. Kateter dwi-lumen atau multi lumen

dimasukan kedalam vena subklavia. Meskipun metoda akses veskular ini bukanya tanpa

resiko, namun metoda tersebut biasanya dapat digunakan selama beberapa minggu.

Kateter femoralis dapat dimasukan ke dalam pembuluh darah femoralis, dan digunakan

selama beberapa minggu, jika pasien sudah tidak memerlukan karena akibat kondisi

pasien yang sudah membaik atau terdapat cara akses yang lain.

Page 9: Makalah Keperawatan Medical Bedah

Karena pasien mayoritas hemodialisis jangka panjang yang harus dirawat dirumah sakit

merupakan pasien dengan kegagalan akses siskulasi yang permanent, maka salah satu

prioritas dalam perawatan pasien hemodialisis adalah perlindungan terhadap akses

sirkulasi tersebut.

b. Akses Vaskular Internal (permanen)

• Fistula

Fistula yang lebih permanent dibuat melalui pembedahan dengan cara menyambung atau

menghubungkan pembuluh arteri dengan vena secara side to side atau end to side. Fistula

tersbut memerlukan waktu 4 sampai 6 minggu untuk menjadi matang sebelum siap

digunakan. Waktu ini diperlukan untuk memberi kesempatan agar fistula pulih dan

segmenvena fistula berdilatasi dengan baik sehingga dapat menerima jarum berlumen

besar dengan ukuran 14 sampai 16. Jarum tersebut ditusukan kedalam pembuluh darah .

Segmen arteri fistula digunakan untuk memasukan kembali darah yang sudah didialisis,

untuk menampung aliran darah ini segmen arteri dan vena fistula tersebut harus lebih

besar daripada pembuluh darah normal. Kepada pasien dianjurkan untuk melakukan

latihan guna meningkatkan ukuran pembuluh ukuran pembuluh darah, yaitu dengan cara

meremas-remas bola karet untuk melatih fistula yang dibuat dilengan bawah, dan dengan

demikian pembuluh darah yang sudah lebar dapat menerima jarum berukuran besar yang

digunakan dalam proses hemodialisis.

• Tandur

Dalam penyediaan lume sebagai tempat penusukan jarum dialysis, sebuah tandur dapat

dibuat dengan cara menjahit sepoptong pembuluh arteri atau vena dari sapi, material

Gore-Tex atau tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat

bila pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan fistula. Tandur biasanya

dipasang pada lengan bawah, lengan atas paha bagian atas.

2) Dialysis Peritoneal

Dialysis peritoneal merupakan alternatif dari hemodialisis pada penanganan gagal ginjal

akut dan kronik. Kira-kira 15% pasien penyakit ginjal tahap akhir menjalani dialysis

peritoneal (Health Care Financing Administration, 1986).

Page 10: Makalah Keperawatan Medical Bedah

Dialysis peritoneal sangat mirip dengan hemodialsis, dimana pada tehnik ini peritoneum

berfungsi sebagai membrane semi permeable. Akses terhadap rongga peritoneal dicapai

melalui perisintesis memakai trokar lurus, kaku untuk dialysis peritoneal yang akut dan

lebih permanent, sedangkan untuk yang kronik dipakai kateter Tenckoff yang lunak.

Dialysis peritoneal dilakukan dengan menginfuskan 1-2 L cairan dialysis kedalam kavum

peritoneal menggunakan kateter abdomen. Ureum dan kreatinin yang merupakan hasil

akhir metabolisme yang diekskresikan oleh ginjal dikeluarkan dari darah melalui difusi

dan osmosis. Ureum dikeluarkan dengan kecepatan 15-20 ml/ menit, sedangkan kreatinin

dikeluarkan lebih lambat.

Dialysis peritoneal kadang-kadang dipilih karena menggunakan tehnik yang lebih

sederhana dan memberikan perubahan fisiologis lebih bertahap dari pada hemodialisis.

Dialysis peritoneal

Dialysis pertitoneal merupakan terapi pilihan bagi pasien gagal ginjal yang tidak mampu

atau tidak mau menjalani hemodialsis atau transplantasi ginjal. Pasien yang rentan

terhadap parubehan cairan, elektrolit dan metabolic yang cepat terjadi pada hemodialisis

akan sedikit mengalami hal ini karena dialysis peritoneal kecepatan kerjanya lebih

lambat.

Oleh karena itu, pasien diabetes atau penyakit kardiovaskula, pasien lansia dan pasien

yang beresiko mengalami efek samping dari pemberian heparin secara sistemik

merupakan calon yang sesuai untuk tindakan dialysis peritoneal guna mengatasi gagal

ginjal. Disamping itu, hipertensi berat, gagal jantung kongestif dan edema pulmonary

yang tidak responsive terhadap terapi dapat juga diatasi dengan dialysis peritoneal.

Macam-macam Dialysis Peritoneal :

- Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

Memungkinkan pasien untuk menangani prosedur dirumah dengan kantung dan aliran

gravitasi, memerlukan waktu lama pada malam hari, dan total 3-5 siklus harian/ 7 hari

seminggu.

Page 11: Makalah Keperawatan Medical Bedah

- Automated Peritoneal Dialysis (APD)

APD sama dengan CAPD dalam melanjutkan proses dialysis tetapi berbeda pada

tambahan mesin siklus peritoneal. APD dapat dilanjutkan dengan siklus CCPD, IPD dan

NPD.

- Continous Cyclic Peritoneal Dialysis (CCPD)

CCPD merupakan variasi dari CAPD dimana suatu mesin siklus secara otomatis

melakukan pertukaran beberapa kali dalam semalam dan satu siklus tambahan pada pagi

harinya. Di siang hari, dialisat tetap berada dalam abdomen sebagai satu siklus panjang.

- Intermittent Peritoneal Dialysis (IPD)

IPD bukan merupakan lanjutan prosedur dialisat seperti CAPD dan CCPD. Dialysis ini

dilakukan selama 10-14 jam, 3 atau 4 jam kali per minggu, dengan menggunakan mesin

siklus dialysis yang sama pada CCPD. Pada pasien hospitalisasi memerlukan dialysis 24-

48 jam kali jika katabolis dan memerlukan tambahan waktu dialisat.

-Nightly Peritoneal Dialysis (NPD)

Dilakukan mulai dari 8-12 jam misalnya dari malam hingga siang hari.

Page 12: Makalah Keperawatan Medical Bedah

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1. Aktifitas dan istirahat :

a. gejala : Keletihan kelemahan malaise

b. Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.

2. Sirkulasi.

Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat

kehamilan) Disritmia jantung.

Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).

DVI, nadi kuat,Hipervolemia).

Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).

Pucat, kecenderungan perdarahan.

3. Eliminasi

a. Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau

penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)

Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).

Abdomen kembung diare atau konstipasi

Riwayat HPB, batu/kalkuli

b. Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.

Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).

4. Makanan/Cairan

a. Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi).

Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati

Penggunaan diuretic

Page 13: Makalah Keperawatan Medical Bedah

b. Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban.

Edema (Umum, bagian bawah).

5. Neurosensori

a. Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur.

Kram otot/kejang, sindrom “kaki Gelisah”.

b. Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan

berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak

seimbangan elektrolit/ asama basa.

Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.

6. Nyeri/Kenyamanan

a. Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala

b. Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.

7. Pernafasan

a. Gejala : nafas pendek

b. Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk produktif

dengan sputum kental merah muda( edema paru ).

8. Keamanan

a. Gejala : adanya reaksi transfuse

b. Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.

9. Penyuluhan/Pembelajaran:

Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius, malignansi.,

riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik penggunaan berulang Contoh :

aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator, Tes diagnostik dengan media kontras

radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif,

trauma/cedera kekerasan , perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL :

1. Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.

Page 14: Makalah Keperawatan Medical Bedah

2. Resiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan

cairandan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea

toksin, kalsifikasi jaringan lunak.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme

protein

4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet,

anemia.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.

6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan.

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang

mengingat.

DISCHARGE PLANING

1. Home Care Preparation

a. Nutrisi seimbang.

b. Latihan gerak.

c. Pengeluaran urine teratur.

d. Cairan yang seimbang.

2. Health education.

a. Beritahu keluarga cara memperlakukan pasien heamodialisys.

b. Beritahukan komplikasi yang biasa muncul.

c. Berikan daftar makanan yang harus dikonsumsi.

d. Berikan daftar makanan yang harus dihindari.

e. Anjurkan pasien memberitahu keluarga atau petugas kesehatan jika ada keluhan.

Page 15: Makalah Keperawatan Medical Bedah

PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Membantu pasien dalam penilaian fisik / psikososial

2. Mencegah komplikasi

3. Mendukung kemandirian perawatan diri

4. Memberikan info tentang prosedur / prognosis ,keutuhan , pengobatan , dan komplikasi

TUJUAN PEMULANGAN

1. Keputusan untuk menerima / perubahan aktual

2. Komplikasi tercegah

3. Kebutuhan perawatan diri terpenuhi oleh diri sendiri / dengan bantuan sesuai keperluan

4. Prosedur / prognosis terapeutik , potensial komplikasi dipahami dan sumber dukungan

teridentifikasi

5. Pasien tidak mengeluhkan masalah baru

Page 16: Makalah Keperawatan Medical Bedah

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa Hemodialisis (HD)

adalah cara pengobatan / prosedur tindakan untuk memisahkan darah dari zat-zat sisa /

racun yang dilaksanakan dengan mengalirkan darah melalui membran semipermiabel

dimana zat sisa atau racun ini dialihkan dari darah ke cairan dialisat yang kemudian

dibuang, sedangkan darah kembali ke dalam tubuh sesuai dengan arti dari hemo yang

berarti darah dan dialisis yang berarti memindahkan.

B. SARAN

Dalam pengambilan keputusan untuk mengadakan atau melakukan hemodialisis harus

benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang mungkin terjadi baik efek dari terapi

maupun dari segi finansial. Oleh karena itu, hati- hatilah dalam mengmbil keputusan

mengingat terapi hemodialisis berlangsung lama sehingga membutuhakn banyak materi

dan kesiapan fisik yang baik.

Page 17: Makalah Keperawatan Medical Bedah

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah (Alih bahasa : Agung Waluyo).

Jakarta : EGC

Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3, Alih bahasa : I Made Kariasa, dkk).

Jakarta : EGC

Sylvia and Lorraine. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (Edisi 4).

Jakarta : EGC

Soepaman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam (Jilid II). Jakrta : Balai Penerbit FKUI