2. ANXIETAS
-
Upload
nyimas-nayla-amanda -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
description
Transcript of 2. ANXIETAS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
Seperti halnya dengan faal badan, maka fungsi mental juga berusaha
mempertahankan individu terhadap serangan atau bahaya. Bila stres dan
konflik itu tidak dihadapi dan dikontrol secara sadar atau bila terjadi persepsi
yang baik serta kecemasan dan ketegangan tetap ada, maka individu berusaha
menghilangkan rasa cemasnya dengan mekanisme pembelaan yang lain. Hal
ini tidak akan memuaskan sepenuhnya sebab sekunder akan timbul rasa malu,
rasa salah dan tidak mampu. Begitupun dengan jiwa, mekanisme pembelaan
berjalan secara tidak disadari, tidak disengaja. Manusia itu hanya merasakan
akibatnya. Faktor yang menyebabkan gangguan ini terletak terutama pada
bidang emosi. Tidak jarang sejak masa kanak-kanak terdapat sifat yang
merupakan gejala, tetapi yang sudah sedemikian berakar didalam kepribadian
sehingga tidak dapat dipisahkan lagi dan dianggap sebagai sifat konstitusional.1
Gangguan anxietas atau cemas merupakan suatu keadaan patologik yang
ditandai oleh perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda system saraf
autonom yang hiperkaktif. Dibedakan dari rasa takut yang merupakan respon
terhadap suatu penyebab yang jelas. Kecemasan tidak terikat pada suatu benda
atau keadaan tetapi mengembang bebas. Bila kecemasan hebat sekali mungkin
terjadi panik. Orang itu menjadi berbahaya dengan sikap yang agresif dan
mengancam.2
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gangguan anxietas menyeluruh ditandai dengan dimana penderita
menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap
hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free
floating” atau “mengambang”).1
Gangguan anxietas atau cemas merupakan suatu keadaan patologik yang
ditandai oleh perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda system saraf
autonom yang hiperkaktif. Dibedakan dari rasa takut yang merupakan respon
terhadap suatu penyebab yang jelas.1
B. ETIOLOGI
Faktor yang menyebabkan gangguan ini terletak terutama pada bidang
emosi. Tidak jarang sejak masa kanak-kanak terdapat sifat yang merupakan
gejala, tetapi yang sudah sedemikian berakar didalam kepribadian sehingga
tidak dapat dipisahkan lagi dan dianggap sebagai sifat konstitusional. Tetapi
mungkin juga bahwa hal ini tidak diwariskan akan tetapi diperoleh pada waktu
individu itu masih kanak-kanak. Banyak penelitian berpendapat bahwa tidak
sedikit reaksi yang abnormal berdasarkan konflik pada masa kanak-kanak.1
3
Secara biologik, reaksi autonom berlebih dengan naiknya tonus simpatis,
naiknya pelepasam katekolamin, naiknya metabolit norepinefrin, misalnya 3-
metoksi-4-hidroksifenil-glikol (MHPG). Infus laktat percobaan menambah
norepinefrin, menimbulkan cemas, turunnya GABA menyebabkan
hiperaktivitas SSP (GABA menghambat kemampuan SSP), serotonin naik
menyebabkan cemas, naiknya aktivitas dopaminergik berkaitan dengan cemas,
pusat hiperaktif di korteks serebral temporal, lokus seruleus, pusat neuron
noradrenergic, hiperaktif pada status cemas.2
C. GEJALA KLINIS
Gejala klinis biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering).
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk di
tenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang
menonjol.2
Disamping kecemasan terdapat juga gejala-gejala lain seperti depresi,
amarah, perasaan tak mampu, gangguan psikosomatik dan sebagainya.
Kadang-kadang kecemasan tidak tampak jelas dalam keadaan bangun, tetapi
dalam tidur keluar tanda-tandanya seperti mimpi yang menakutkan dan sering
4
terkejut bangun. Pada keadaan cemas yang menahun mungkin terjadi serangan-
serangan kecemasan yang akut.1
D. DIAGNOSA
1. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus
tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering)
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang
menonjol.
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresif, gangguan anxietas fobik, gangguan panik atau gangguan
obsesif-kompulsif.3
5
E. DIAGNOSA BANDING
1. Permulaan skizofrenia
2. Mania
3. Psikosis
4. Gangguan adaptasi dengan mood cemas
5. Permulaan sindroma otak organik
6. Hipertiroid
7. Penyalahgunaan zat
8. Gangguan sistemik lain.2
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari gangguan anxietas menyeluruh dapat dilakukan
secara psikoterapi dan farmakoterapi.2
1. Psikoterapi
a. Terapi kognitif-perilaku Pendekatan kognitif, mengajak pasien secara
langsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali
gejala somatik secara langsung.
b. Terapi suportif Pasien diberikan kenyamanan, digali potensi-potensi yang
ada dan belum tampak, didukung egonya agar lebih bisa beradaptasi
optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaanya.
6
2. Farmakoterapi
a. Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai
dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi.
Contoh obatnya seperti diazepam dan alprazolam. Dosis diazepam 10-30
mg/hari, 2-3 x sehari sedangkan dosis alprazolam 3x0,25-0,5 mg/hari.
b. Non-benzodiazepin
Merupakan obat pilihan kedua setelah benzodiazepin. Contoh obat
seperti sulpride dan buspirone. Dosis sulpride 100-200 mg/hari dan dosis
buspirone 15-30 mg/hari.4
G. PROGNOSIS
Pada umumnya tergantung pada kepribadian sebelumnya (bila relatif
stabil, maka prognosa lebih baik), permulaanya (bila akut, maka prognosanya
lebih baik), bila stres yang menimbulkan gangguan cemas itu mudah di atasi,
maka prognosa juga baik, bila gejala-gejala itu menguntungkan si penderita
(mendapatkan kasih sayang, perhatian, simpatik, uang, pembebasan tanggung
jawab) maka prognosanya jelek.1
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI. Gangguan Kecemasan, in Kaplan HI. Saddock BJ, Grebb JA, et al
eds. Sinopsis Psikiatri. Jilid II, edisi ke-7. Binarupa Aksara, Jakarta : 1997.
Halaman : 17-31. 2.
2. Redayani P. Gangguan Cemas Menyeluruh in Buku Ajar Psikiatri. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Halaman : 230-241. 3.
3. Maslim R, Gangguan Anxietas Menyeluruh in Buku Saku Diagnosis Gangguan
Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : 2001. Halaman : 72-75. 4.
4. Mansjoer A. Gangguan Cemas Menyeluruh in Kapita Selekta Kedokteran edisi
ketiga jilid I. Media Aesculapius. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009. Halaman : 207-211.