18 - untb.ac.iduntb.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/5_IDENTIFIKASI-TAPAK... · Tapak didefinisikan...

6
18|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929 Volume 4, No. 3, September 2018 http://www.untb.ac.id/September-2018/ IDENTIFIKASI TAPAK, PEMBAGIAN RUANG, DAN AKTIVITAS PENGELOLAAN PARIWISATA ALAMGILI PASERANGPADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG BRANG REA Oleh: Maiser Syaputra Program Studi Kehutanan Universitas Mataram Abstrak: Tapak (site), secara fisik merupakan bagian dari suatu lanskap (bentang alam) atau lanskap itu sendiri. Tapak didefinisikan sebagai suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan, yang direncanakan atau dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu(Nurisjah, 2004). Knudson (1980) menyatakan, bahwa perencanaan tapak adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan mengintrepertasikan data, memproyeksikan ke masa depan, mengidentifikasikan masalah dan memberikan pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada. Desain tapak pada kawasan hutan Gili Paserang khususnya pada blok pemanfaatan bertujuan agar kegiatan pariwisata alam dapat terselenggara secara serasi dan harmonis, sesuai kaidah, prinsip, dan fungsi kawasan. Secara teknis, berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor 4 tahun 2017 desain tapak bertujuan untuk membagi ruang (peruntukan) pengelolaan pariwisata alam ke dalam ruang usaha dan ruang publik. Penelitian ini menggunakan metode Berau land of management untuk mengetahui potensi masing-masing objek wisata alam yang ada. Kata kunci: Tapak, Wisata, Paserang PENDAHULUAN Kawasan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas mencapai 1.071.722,83 ha atau sekitar 53% dari total luas wilayah daratan Provinsi NTB merupakan kawasan yang memiliki berbagai potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Salah satu potensi jasa lingkungan yang menonjol dari kawasan hutan NTB adalah wisata alam yang keberadaannya tersebar mulai dari wilayah perairan (coastal) sampai dengan pegunungan (terestrial). Mengingat tingginya potensi wisata alam yang terdapat di kawasan hutan NTB maka kedepannya perlu dikelola dan dimanfaatkan secara optimal salah satu opsi pengelolaan adalah mendukung pembangunan sektor pariwisata yang saat ini menjadi salah satu sektor andalan Pemerintah Provinsi NTB dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pengelolaan pariwisata alam dapat dilakukan oleh pemerintah, kelompok masyarakat maupun swasta. Pariwisata alam dapat dimaknai sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik serta usaha yang terkait dengan wisata alam. Pengelolaan pariwisata alam perlu dilakukan secara terpadu dalam perencanaan, penataan, pengembangan, pemanfaatan, pemeliharaan, pengawasan, perlindungan hingga pengendaliannya. Pengelolaan pariwisata alam sebagai salah satu sektor pengungkit (leverage) pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB memiliki arti bahwa pemanfaatan wisata alam baik pada hutan lindung maupun di hutan produksi perlu ditata untuk mencegah dan membatasi berbagai gangguan sehingga hutan tetap terjaga sebagai sistem penyangga kehidupan manusia (life supporting systems). Salah satu potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan Provinsi NTB berada pada KPHL Brang Rea Unit VII BKPH Sejorong Mataiyang Brang Rea. Selain potensi hutan lindung, hutan produksinya juga memiliki potensi wisata alam perairan dan pulau yang khas pada blok pemanfaatan yang tersebar pada kelompok hutan pulau Panjang yaitu GiliPaserang. Kegiatan penting dan awal yang harus dipenuhi oleh pengelola untuk pengembangan pariwisata alam adalah perencanaan.Menurut Gold (1980) proses perencanaan terdiri dari enam tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan dan perancangan. Salah satu bntuk kegiatan perencanaan adalah penyusunan desain tapak. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung pengembangan wisata alam di Pulau Paserangpada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Brang Rea (Unit VII) Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Sejorong Mataiyang Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat maka perlu disusun Desain Tapak Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam dalam rangka mengatur ruang publik dan ruang usaha di lokasi wisata alam tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tapak, aktivitasdan melakukan pembagian ruang pengelolaan pariwisata alam di kawasan Gili Paserangpada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Brang Rea.

Transcript of 18 - untb.ac.iduntb.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/5_IDENTIFIKASI-TAPAK... · Tapak didefinisikan...

18|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 4, No. 3, September 2018 http://www.untb.ac.id/September-2018/

IDENTIFIKASI TAPAK, PEMBAGIAN RUANG, DAN AKTIVITAS PENGELOLAANPARIWISATA ALAMGILI PASERANGPADA KESATUAN PENGELOLAAN

HUTAN LINDUNG BRANG REA

Oleh:

Maiser SyaputraProgram Studi Kehutanan Universitas Mataram

Abstrak: Tapak (site), secara fisik merupakan bagian dari suatu lanskap (bentang alam) atau lanskap itusendiri. Tapak didefinisikan sebagai suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan, yangdirencanakan atau dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu(Nurisjah, 2004). Knudson (1980)menyatakan, bahwa perencanaan tapak adalah kemampuan untuk mengumpulkan danmengintrepertasikan data, memproyeksikan ke masa depan, mengidentifikasikan masalah dan memberikanpendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada. Desain tapak pada kawasanhutan Gili Paserang khususnya pada blok pemanfaatan bertujuan agar kegiatan pariwisata alam dapatterselenggara secara serasi dan harmonis, sesuai kaidah, prinsip, dan fungsi kawasan. Secara teknis,berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor 4 tahun 2017 desaintapak bertujuan untuk membagi ruang (peruntukan) pengelolaan pariwisata alam ke dalam ruang usahadan ruang publik. Penelitian ini menggunakan metode Berau land of management untuk mengetahuipotensi masing-masing objek wisata alam yang ada.

Kata kunci: Tapak, Wisata, Paserang

PENDAHULUAN

Kawasan hutan di Provinsi Nusa TenggaraBarat dengan luas mencapai 1.071.722,83 ha atausekitar 53% dari total luas wilayah daratan ProvinsiNTB merupakan kawasan yang memiliki berbagaipotensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan.Salah satu potensi jasa lingkungan yang menonjoldari kawasan hutan NTB adalah wisata alam yangkeberadaannya tersebar mulai dari wilayah perairan(coastal) sampai dengan pegunungan (terestrial).

Mengingat tingginya potensi wisata alam yangterdapat di kawasan hutan NTB maka kedepannyaperlu dikelola dan dimanfaatkan secara optimalsalah satu opsi pengelolaan adalah mendukungpembangunan sektor pariwisata yang saat inimenjadi salah satu sektor andalan PemerintahProvinsi NTB dalam rangka peningkatanPendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesejahteraanmasyarakat. Dalam pelaksanaannya, kegiatanpengelolaan pariwisata alam dapat dilakukan olehpemerintah, kelompok masyarakat maupun swasta.

Pariwisata alam dapat dimaknai sebagai segalasesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasukpengusahaan obyek dan daya tarik serta usaha yangterkait dengan wisata alam. Pengelolaan pariwisataalam perlu dilakukan secara terpadu dalamperencanaan, penataan, pengembangan,pemanfaatan, pemeliharaan, pengawasan,perlindungan hingga pengendaliannya.Pengelolaan pariwisata alam sebagai salah satusektor pengungkit (leverage) pertumbuhanekonomi di Provinsi NTB memiliki arti bahwapemanfaatan wisata alam baik pada hutan lindungmaupun di hutan produksi perlu ditata untuk

mencegah dan membatasi berbagai gangguansehingga hutan tetap terjaga sebagai sistempenyangga kehidupan manusia (life supportingsystems).

Salah satu potensi sumberdaya alam dan jasalingkungan Provinsi NTB berada pada KPHLBrang Rea Unit VII BKPH Sejorong MataiyangBrang Rea. Selain potensi hutan lindung, hutanproduksinya juga memiliki potensi wisata alamperairan dan pulau yang khas pada blokpemanfaatan yang tersebar pada kelompok hutanpulau Panjang yaitu GiliPaserang.

Kegiatan penting dan awal yang harusdipenuhi oleh pengelola untuk pengembanganpariwisata alam adalah perencanaan.Menurut Gold(1980) proses perencanaan terdiri dari enam tahap,yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis,perencanaan dan perancangan. Salah satu bntukkegiatan perencanaan adalah penyusunan desaintapak. Oleh karena itu, dalam rangka mendukungpengembangan wisata alam di Pulau PaserangpadaKesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)Brang Rea (Unit VII) Balai Kesatuan PengelolaanHutan (BKPH) Sejorong Mataiyang Brang ReaKabupaten Sumbawa Barat maka perlu disusunDesain Tapak Pemanfaatan Jasa LingkunganWisata Alam dalam rangka mengatur ruang publikdan ruang usaha di lokasi wisata alam tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengidentifikasi tapak, aktivitasdan melakukanpembagian ruang pengelolaan pariwisata alam dikawasan Gili Paserangpada Kesatuan PengelolaanHutan Lindung Brang Rea.

ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram|19

http://www.untb.ac.id/September-2018/ Volume 4, No. 3, September 2018

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulanSeptember hingga Oktober 2017 berlokasi dikawasan Gili Paserang pada Kesatuan PengelolaanHutan Lindung Brang Rea. Alat yang digunakandalam penelitian ini antaralain: GPS, alat tulis, jamtangan / stopwatch, kamera, meteran, Tally sheet.

a. Metode Pengambilan Data

Studi literatur merupakan kegiatan awalberupa pengumpulan data di lapangan yang berasaldari data sekunder berupa peta, laporan kegiatan,laporan biofisik, hasil penelitian terkait khususnyamengenai kawasan Gili Paserang. Kegiatan inibertujuan untuk memperoleh gambaran umummengenasi kondisi lokasi penelitian.

Kegiatan wawancara dalam penelitian inidilakukan menggunakan metode indept interview,yaitu wawancara terarah tanpa menggunakankuisioner, wawancara bersifat mendalam, terbukadan bersifat semi terstruktur (Sugiyono, 2010).Pemilihan responden dilakukan denganmenggunakan kaidah snowball sampling yaituresponden diperoleh melalui proses bergulir darisatu responden ke responden yang lainnya. Prosessampling ini berjalan sampai didapatkan informasiyang cukup dan tidak ada rekomendasi selanjutnya.Dalam sampling snowball, identifikasi awaldimulai dari seseorang yang masuk dalam kriteriapenelitian, kemudian berdasarkan hubunganketerkaitan langsung maupun tidak langsung dalamsuatu jaringan, dapat ditemukan respondenberikutnya (Nurdiani 2014).

Kegiatan survey lapangan dilakukan dalamrangka memperoleh gambaran yang jelas mengenaikondisi lokasi penelitian. Kegiatan survey lapangandilakukan menggunakan metode Rapid assesment.Rapid assesment merupakan metode berbasislapangan yang fokus pada suatu lokasi dan lanskap.Sasaran pokok dari metode ini adalah pengumpulandan pencatatan secara cepat dan akurat data melaluipengamatan yang relevan, baik secara kualitatifmaupun kuantitatif tentang apa yang ada dan terjadipada suatu lokasi (IUCN, 2007).

Kegiatan skoringatau penilaian dilakukanterhadap kualitas visual lanskap yang merujuk padakaidahBureau Lands ofManagements, yangmerupakan metode penilaian lanskap untuk potensivisualyang didasarkan pada titik pusat perhatiandengan parameter-parameter meliputi :bentuklahan, vegetasi, air, warna, pemandangan,kelangkaan, dan modifikasi struktural(Fandeli,2002).

b. Analisa Data

Tahapan analisis merupakan suatu tahapmengidentifikasikan potensi masalah dankemungkinan pengembangan lain berdasarkan datayang didapat (Rachman, 1984). Data hasilpengamatan dianalisa secara deskriptif - kuantitatifdengan cara menyederhanakan, merata-ratakan,meringkas, dan menggolongkan data yangbertujuan untuk menajamkan dan mengorganisasidata sedemikian rupa sehingga didapat data utamayang menjadi pokok penelitian serta mendapatkankesimpulan akhir. Penyajian data dapat berupatabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafikbatang, piechart (diagram lingkaran), danpictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakanpenjelasan yang mendalam dan interpretasiterhadap data-data yang telah disajikan (Sugiyono,2010), sedangkan data hasil penilaian BureauLands ofManagements, dianalisa dengan caradijumlahkan,kemudian kualitas dari lanskapdikelompokkan sebagai berikut :

1. Nilai 19-33, termasuk kelas A (kualitas tinggi)2. Nilai 12-18, termasuk kelas B (kualitas sedang)3. Nilai 0-11, termasuk kelas C (kualitas rendah)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tapak (site), secara fisik merupakan bagiandari suatu lanskap (bentang alam) atau lanskap itusendiri. Tapak didefinisikan sebagai suatu arealyang digunakan untuk melaksanakan suatukegiatan, yang direncanakan atau dirancang dengantujuan dan manfaat tertentu. Tapak merupakansuatu sistem (fisik dan sosial) yang dibentuk dandipengaruhi keberadaan serta kelestariannya olehberbagai elemen pembentuk tapak (tanah, air,vegetasi, iklim, ekonomi, politik dan budayamanusia yang mendiaminya. Setiap tapak jugamemiliki bentuk fisik (forms, features, forces)dengan karakter tertentu (statis, dinamis, ramah,meluas, dan lainnya) yang mempengaruhi tujuandan pembentukan dan penataannya(Nurisjah,2004).

Secara umum perencanaan tapak adalahkegiatan untuk mengumpulkan danmengintrepertasikan data, memproyeksikan kemasa depan, mengidentifikasikan masalah danmemberikan pendekatan yang beralasan untukmemecahkan masalah-masalah yang ada.Perencanaan tapak adalah suatu proses sintesisyang kreatif dan rasional. Dalam desain tapak,perencanaan merupakan suatu tindakan menataberbagai penggunaan lahan berdasarkanpengetahuan teknis, lahan dan kualitas estetiknyaguna mendukung fungsi yang akan dikembangkanpada lahan tersebut.

20|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 4, No. 3, September 2018 http://www.untb.ac.id/September-2018/

Desain tapak pada kawasan hutan khususnyapada blok pemanfaatan bertujuan agar kegiatanpariwisata alam dapat terselenggara secara serasidan harmonis, sesuai kaidah, prinsip, dan fungsikawasan. Secara teknis, berdasarkan PeraturanDirektur Jenderal Pengelolaan Hutan ProduksiLestari Nomor 4 tahun 2017 desain tapak bertujuanuntuk membagi ruang (peruntukan) pengelolaanpariwisata alam ke dalam ruang usaha dan ruangpublik.

Perencanaan tapak pembagian ruang PulauPaserang pada blok pemanfaatan KPHL Brang Readilakukan dengan beberapa pertimbangan.Pertimbangan yang digunakan utamanya adalahkeberadaan Objek Daya Tarik Wisata Alam(ODTWA), selain itu pertimbangan lain khususnyamengenai persyaratan ke dua peruntukan ruang,baik ruang usaha maupun ruang publik jugamenjadi dasar seperti topografi, aktifitasmasyarakat, sarana prasarana yang sudah ada, danrencana pengembangan ke depan.

Dalam kegiatan perencanaan tapak, penilaiandilakukan pada tiap point of interest, yaitu lokasi-lokasi yang memiliki potensi Objek Daya TarikWisata Alam (ODTWA) maupun lokasi yangmemiliki potensi sebagai tempat pengembanganusaha penyediaan sarana wisata. Untukmempermudah pengambilan keputusan, tiap-tiaplokasi dinilai menggunakan tools penilaian kualitasvisual lanskap berdasarkan Bureau of LandManagement. Kriteria penilaian meliputi bentuklahan, vegetasi, warna, pemandangan sekitar,kekhasan, modifikasi struktural. Hasil penilaiandijelaskan secara deskriptif. Nilai potensi kualitasvisual lanskep diperoleh dari penjumlahan hasilskoring setiap unsur dan dibagi menjadi tiga kelasyaitu : a) Nilai 19 -33 termasuk Kelas A ataukualitas tinggi, b) Nilai 12 – 18 termasuk Kelas Batau kualitas sedang dan c) nilai 0 – 11 termasukKelas C atau kualitas rendah. Berdasarkan hasilpengamatan, penilaian kualitas visual point ofinterest dan potensi pengembangan usaha PulauPaserang pada blok pemanfaatan KPHL Brang Readapat dilihat pada Tabel 1.

Pengambilan keputusan peruntukan ruangdidasari atas hasil analisa visual lanskap yangmerujuk pada kualitas hasil penilaian Bureau ofLand Management. Berdasarkan hasil analisa yangtelah dilakukan, kualitas tertinggi berada pada poinB, sehingga seluruh point of interest dengan nilaiB diarahkan pada ruang publik. Sedangkan lokasi-lokasi dengan kualitas visual lanskap bernilai Cdapat dijadikan pilihan atau alternatif ruang publik(apabila memungkinkan) atau dijadikan ruangusaha.

Tabel 1. Penilaian Kualitas Visual Pulau Paserang

Kode Lokasi

Parameter PenialianBureau ofLand Management

1 2 3 4 5 6 ∑ K1 Pantai Batu Belah 1 1 3 5 3 0 13 B2 Pantai Pasir Susu 3 1 3 3 3 0 13 B3 Pantai Pasir

Tajam 3 1 3 3 3 0 13 B

4 Pantai Sentigi 1 3 3 3 3 0 13 B5 Pantai Merica 3 1 3 3 3 0 13 B6 Puncak Paserang

Utara 1 1 1 3 1 2 9 C

7 Puncak PaserangSunrise 1 5 1 3 1 0 11 C

8 MangrovePaserang 1 5 3 3 1 2 15 B

9 Padang Rumput 1 1 1 0 1 0 4 C

Ket. 1 = Bentuk lahan, 2 = Vegetasi, 3 = Warna, 4 =Pemandangan sekitar, 5 = Kekhasan, 6 =Modifikasi struktural. K = Kualitas

Diagram analisa tapak memuat peruntukanruang beserta kondisi dan potensi masing-masinglokasi. Peruntukan ruang diperoleh melaluipenilaian kualitas lanskap Bureau of LandManagement, sedangkan untuk mengetahui danmenjabarkan kondisi dan potensi pada tiap-tiaplokasi digunakan acuan unsur daya tarik padaPedoman Analisis Daerah Operasi dan Daya TarikWisata, Direktorat Jenderal PHKA Tahun 2003yang meliputi unsur keunikan, sumberdaya alammenonjol, kegiatan yang dapat dilakukan,kebersihan, keamanan, dan kenyamanan lokasi.Berdasarkan hasil pengamatan,diagram analisatapak Gili Paserang pada blok pemanfaatan KPHLBrang Rea dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Diagram analisa tapak

KodeLokasi

Kondisi dan Potensi HasilIdentifikasi

1 Keunikan utama pada lokasi iniadalah pantai dengansumberdaya alam yang menonjolberupa unsur bebatuan dangradasi air laut. Kegiatan yangdapat dilakukan pada lokasi iniantara lain menikmati keindahanalam, melihat fauna khususnyaburung pantai, dan kegiatanwisata air. Aspek kebersihan,kenyamanan, dan keamananterjaga dengan baik.

RuangPublik

2 Keunikan utama pada lokasi iniadalah pantai dengan teksturpasir yang berwarna putihsumberdaya alam yang menonjolberupa unsur pasir dan gradasiair laut. Kegiatan yang dapatdilakukan pada lokasi ini antaralain menikmati keindahan alam,

RuangPublik

ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram|21

http://www.untb.ac.id/September-2018/ Volume 4, No. 3, September 2018

KodeLokasi

Kondisi dan Potensi HasilIdentifikasi

melihat fauna khususnya burungpantai, dan kegiatan wisata air.Aspek kebersihan, kenyamanan,dan keamanan terjaga denganbaik.

3 Keunikan utama pada lokasi iniadalah pantai dengan pasir yangbertekstur tajam dan kasar,sumberdaya alam yang menonjolberupa unsur pasir dan gradasiair laut. Kegiatan yang dapatdilakukan pada lokasi ini antaralain menikmati keindahan alam,melihat fauna khususnya burungpantai, dan kegiatan wisata air.Aspek kebersihan, kenyamanan,dan keamanan terjaga denganbaik.

RuangPublik

4 Keunikan utama pada lokasi iniadalah pantai, sumberdaya alamyang menonjol berupa unsurpasir, gradasi air laut, dan florakhususnya sentigi. Kegiatanyang dapat dilakukan padalokasi ini antara lain menikmatikeindahan alam, melihat florakhususnya sentigi, dan kegiatanwisata air. Aspek kebersihan,kenyamanan, dan keamananterjaga dengan baik.

RuangPublik

5 Keunikan utama pada lokasi iniadalah pantai dengan pasir bulatseperti merica, sumberdaya alamyang menonjol berupa unsurpasir dan gradasi air laut.Kegiatan yang dapat dilakukanpada lokasi ini antara lainmenikmati keindahan alam,melihat fauna khususnya burungpantai, dan kegiatan wisata air.Kenyamanan dan keamananterjaga dengan baik. Pada aspekkebersihan, lokasi dipengaruhioleh sampah yang dibawa olehair laut.

RuangPublik

6 Keunikan utama pada lokasi initerdapat pada landskap yangberupa bukit dengan topografidatar diatasnya. Kegiatan yangdapat dilakukan pada lokasi iniantara lain berkemah. Aspekkebersihan, kenyamanan, dankeamanan terjaga dengan baik.

Ruangusaha

7 Keunikan utama pada lokasi initerdapat pada landskap yangberupa bukit dengan topografidatar diatasnya. Kegiatan yangdapat dilakukan pada lokasi iniantara lain menikmati keindahanalam khususnya panorama

Ruangusaha(alt. 1)Ruangpublik(alt. 2)

KodeLokasi

Kondisi dan Potensi HasilIdentifikasi

sunrise dan berkemah. Aspekkebersihan, kenyamanan, dankeamanan terjaga dengan baik.

8 Keunikan utama pada lokasi iniadalah vegetasi mangrove,sumberdaya alam yang menonjolberupa unsur vegetasi mangrovedan gradasi air laut. Kegiatanyang dapat dilakukan padalokasi ini antara lain menikmatikeindahan alam, melihat faunakhususnya burung pantai, dantracking. Aspek kenyamanandan keamanan terjaga denganbaik. Pada aspek kebersihan,lokasi dipengaruhi oleh sampahyang dibawa oleh air laut.

RuangPublik

9 Keunikan utama pada lokasi initerdapat pada landskap yangberupa hamparan padang rumputdengan topografi datar. Kegiatanyang dapat dilakukan padalokasi ini antara lain menikmatikeindahan alam dan berkemah.Aspek kebersihan, kenyamanan,dan keamanan terjaga denganbaik.

RuangUsaha

a. Kesesuaian Pengembangan Tapak UntukRuang Publik

Ruang publik berdasarkan Peraturan DirekturJenderal Pengelolaan Hutan Produksi LestariNomor 4 tahun 2017 merupakan bagian dari blokpemanfaatan jasa lingkungan wisata alam padahutan produksi karen letak, kondisi dan potensinyadimanfaatkan untuk kepentingan pengelolaanpengunjung dan pengusahaan penyediaan jasawisata alam dan sarana pendukung wisata alam,yang dikelola oleh pengelola hutan produksi.Ruang publik untuk kepentingan pengaturan danpengelolaan pengunjung, dapat dikerjasamakanoleh pengelola kawasan dengan pihak badan usaha,koperasi dan perorangan secara terbatas untukusaha penyediaan jasa wisata alam. Usahapenyediaan jasa wisata alam sebagaimanadimaksud terdiri dari penyedia jasa informasipariwisata, pramuwisata, transportasi, perjalananwisata, dan penyediaan sarana transportasi keretalistrik dan atau kereta gantung yang izinnya dapatdiberikan kepada perorangan, koperasi, maupunbadan usaha.

Sarana pendukung wisata alam sebagaimanadimaksud dalam Peraturan Menteri LingkunganHidup dan Kehutanan Nomor P.31 tahun 2016meliputi areal perkantoran dan pelayananpengunjung, areal komplek perumahan pengelola,

22|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 4, No. 3, September 2018 http://www.untb.ac.id/September-2018/

areal komplek pemeliharaan sarana dan peralatan,pintu gerbang dan tiketing, jalan wisata, papanpetunjuk, jembatan, areal parkir, jaringan listrik,jaringan air bersih, jaringan telepon, jaringaninternet, jaringan drainase/saluran, toilet, sistempembuangan limbah, dermaga, dan landasanhelikopter (helipad). Pembangunan saranapendukung wisata alam untuk pengelolaanpengunjung dapat dibangun oleh pemerintah atauUPT/PD setempat. Adapun syarat ruang publikantara lain :1. Areal potensial sebagai obyek dan daya tarik

wisata alam publik seperti danau, pantai,sungai, sumber mata air, air terjun, gua, danpeninggalan sejarah.

2. Areal telah ada kegiatan-kegiatan usahapenyediaan jasa wisata alam oleh masyarakatmaupun pengelola/pemanfaat kawasan hutanproduksi.

3. Areal telah ada dan terdapat sarana prasaranaumum dan/atau sarana prasarana pengelolaanpublik yang dilakukan oleh pengelola hutanproduksi.

4. Areal lokasi rencana pembangunan saranaprasarana umum / publik dan ataupembangunan sarana prasarana untuk publikyang dilakukan oleh pengelola hutan produksi.

Berdasarkan hasil analisa terhadap kondisi danpotensi masing-masing lokasi, lingkup kegiatanwisata yang dapat dilakukan pengunjung padaruang publik Gili Paserang dapat dilihat pada Tabel3:

Tabel 3. Aktivitas Wisata di Pulau Paserang

NoJenisKegiatan

Aktivitas Lokasi

1 Menikmatipemandangan alam

Menikmatipantai,panoramasunset,sunrise,melihatflora fauna

Pantai Batu Belah,Pantai Pasir Susu,Pantai Pasir Tajam,Pantai Sentigi,Pantai Merica,Puncak PaserangSunrise, MangrovePaserang.

2 Berkemah Berkemah Puncak PaserangSunrise

3 Wisataair/tirta

Berenang,snorkling,diving

Pantai Batu Belah,Pantai Pasir Susu,Pantai Pasir Tajam,Pantai Sentigi,Pantai Merica

4 Tracking Tracking,jembatanmangrove(mangrovetrack)

Mangrove Paserang

b. Kesesuaian Pengembangan Tapak UntukRuang Usaha

Berdasarkan Peraturan Direktur JenderalPengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor 4 tahun2017, ruang usaha adalah bagian dari blokpemanfaatan jasa lingkungan wisata alam padahutan produksi karena letak, kondisi danpotensinya dimanfaatkan untuk kepentinganpengusahaan penyediaan sarana wisata alam, yangdikelola dan diusahakan oleh pihak ketiga. Ruangusaha diperuntukkan bagi pihak ketiga melaluiskema izin usaha. Skema ijin usaha yang dimaksuddapat diberikan kepada badan usaha milik negara,milik daerah, swasta, maupun koperasi. Adapunsyarat ruang usaha antaralain :1. Bukan merupakan areal potensial sebagai

obyek dan daya tarik wisata alam publikseperti danau, pantai, sungai, sumber mata air,air terjun, gua, dan peninggalan sejarah.

2. Bukan merupakan areal dari perambahanhutan.

3. Bukan merupakan areal blok kegiatanpenebangan hutan atau rehabilitasi / reboisasi /restorasi.

4. Bukan merupakan areal berpotensi bahayabencana banjir, tanah longsor dan erosi.

Berdasarkan hasil analisa terhadap kondisidan potensi masing-masing lokasi, rekomendasiusaha penyediaan sarana wisata alam pada ruangusaha dapat berupa:1. Pembangunan sarana akomodasi di Puncak

Paserang Utara, Puncak Paserang Sunrise, danPadang Rumput Paserang.

2. Sarana wisata petualangan kabel luncur (flyingfox) di Puncak Paserang Utara dan PuncakPaserang Sunrise.

3. Sarana wisata olah raga minat khusus sepertilapangan panahan dan lapangan berkuda diPadang Rumput Pulau Paserang.

PENUTUP

a. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitiandisimpulkanbahwa ruang publik pengelolaan wisata alam GiliPaserang meliputipantai batu belah, pantai pasirsusu, pantai pasir tajam, pantai sentigi, pantaimerica, mangrove paserang dan ruang usahameliputi puncak paserang utara, puncak paserangsunrise, serta padang rumput paserang. Aktivitasyang dapat dilakukan pada ruang publik meliputimenikmati pemandangan alam, berkemah, wisataair/tirta, dan tracking. Ruang usaha dapatdikembangkan untuk penyediaan saranaakomodasi, wisata petualangan, dan wisata minatkhusus.

ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram|23

http://www.untb.ac.id/September-2018/ Volume 4, No. 3, September 2018

b. Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut terutamapada objek lainnya dari penelitian ini yaitupengunjung, untuk mengetahui persepsipengunjung terhadap pengelolaan pariwisata alam.

DAFTAR PUSTAKA

Fandeli C. 2002. Perencanaan KepariwisataanAlam. (Cetakan I). (Persero)Perhutanidan Fakultas Kehutanan UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta

Gold. 1980. Recreational Planning And Design.Mc, Graw-Hill, Company New York.

IUCN. 2007. Common Guidelines andMethodology for Rapid Field Assessment- Tsunami Damage to Terrestrial CoastalEcosystems. IUCN Publications ServicesUnit. United Kingdom.

Knudson DM. 1980. Outdoor Recreation. MacMillanPubl. Co. New York.

Nurdiani N. 2014. Teknik Sampling SnowballDalam Penelitian Lapangan. Comtech. 5(2): 1110 – 1118.

Nurisjah S dan Q Pramukanto. 2007. PenuntunPraktikum Perencanaan Lanskap. InstitutPertanian Bogor. Bogor

Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan HutanProduksi LestariNomor :p.4/phpl/set/4/2017.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup DanKehutananRepublik IndonesiaNomorP.31/ MenLHK/ Setjen/ Kum.1/3/2016.

Rachman, Z. 1984. Proses Berfikir LengkapMerencana dan Melaksana dalamArsitektur Lanskap. Makalah dalamFestival Tanaman VI- Himagron. Bogor.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta