126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

17
SATUAN ACARA PENYULUHAN Perilaku Kekerasan Bidang studi : Keperawatan Jiwa Topik : Peran keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa dengan masalah perilaku kekerasan Sasaran : Pasien dan keluarga di Ruang Rawat Jalan RS Jiwa Provinsi Bali Tempat : Ruang Rawat Jalan RS Jiwa Provinsi Bali Hari/Tanggal : Senin, 1 April 2013 Waktu : 08.00-08.30 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga di Ruang Rawat Jalan RS Jiwa Provinsi Bali mengetahui tindakan yang dilakukan dalam merawat penderita dengan masalah perilaku kekerasan. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah diberikan penyuluhan diharapakan pasien dan keluarga dapat: a. Menyebutkan kembali pengertian perilaku kekerasan b. Menyebutkan kembali penyebab perilaku kekerasan c. Menyebutkan kembali rentang respons marah d. Menyebutkan kembali tanda dan gejala perilaku kekerasan 1

Transcript of 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

Page 1: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Perilaku Kekerasan

Bidang studi : Keperawatan Jiwa

Topik : Peran keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa dengan

masalah perilaku kekerasan

Sasaran : Pasien dan keluarga di Ruang Rawat Jalan RS Jiwa Provinsi Bali

Tempat : Ruang Rawat Jalan RS Jiwa Provinsi Bali

Hari/Tanggal : Senin, 1 April 2013

Waktu : 08.00-08.30

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga di Ruang Rawat Jalan

RS Jiwa Provinsi Bali mengetahui tindakan yang dilakukan dalam merawat penderita

dengan masalah perilaku kekerasan.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan diharapakan pasien dan keluarga dapat:

a. Menyebutkan kembali pengertian perilaku kekerasan

b. Menyebutkan kembali penyebab perilaku kekerasan

c. Menyebutkan kembali rentang respons marah

d. Menyebutkan kembali tanda dan gejala perilaku kekerasan

e. Menyebutkan kembali peran keluarga dalam merawat penderita dengan masalah

perilaku kekerasan

3. Materi

Materi penyuluhan terlampir:

a. Definisi pengertian perilaku kekerasan

b. Penyebab pengertian perilaku kekerasan

c. Rentang respons marah pengertian perilaku kekerasan

d. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan pengertian perilaku kekerasan

e. Peran keluarga dalam merawat penderita dengan masalah perilaku kekerasan

1

Page 2: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

4. Metode

a. Ceramah

b. Tanya jawab

5. Media

Flipchart

Leaflet

6. Kegiatan penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1 5 Menit Pembukaan:

1. Memberi salam dan

memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.

3. Melakukan kontrak waktu.

4. Menyebutkan materi penyuluhan

yang akan diberikan

1. Menyambut salam

dan mendengarkan

2. Mendengarkan

3. Mendengarkan

4. Mendengarkan

2 10 Menit Pelaksanaan :

1. Menggali informasi yang

telah diketahui peserta tentang perilaku

kekerasan.

2. Memberikan penjelasan

tentang:

a. Definisi perilaku kekerasan

b. Penyebab perilaku kekerasan

c. Rentang respons marah pengertian

perilaku kekerasan

d. Tanda dan Gejala Perilaku

Kekerasan.

e. Peran keluarga merawat penderita

dengan perilaku kekerasan

1. Menyampaikan

informasi yang telah

diketahui

2. Mendengarkan dan

memperhatikan

3 10 Menit Tanya Jawab

2

Page 3: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

1. Memberi kesempatan bertanya kepada

peserta

2. Menjawab pertanyaan dari peserta

1. Memberikan

pertanyaan

2. Menjawab pertanyaan

4 5 Menit Penutup :

1. Feedback materi

2. Menyimpulkan materi yang telah

diberikan

3. Membagi leaflet

4. Mengucapkan terima kasih dan salam

penutup

1. Menyebutkan sesuai

materi yang diberikan

2. Mendengarkan dan

membalas salam

3. Menerima leaflet

7. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi struktur

1) Peserta hadir ditempat yang sudah ditentukan untuk penyuluhan

kesehatan minimal 15 orang.

2) Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di ruang tunggu Ruang

Rawat Jalan RS Jiwa Provinsi Bali.

3) Sarana dan prasarana memadai.

b. Evaluasi proses

1) Moderator memberi salam dan memperkenalkan diri.

2) Moderator menjelaskan tujuan dari penyuluhan.

3) Moderator melakukan kontrak waktu dan menjelaskan mekanisme penyuluhan.

4) Moderator menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan.

5) Penyaji menggali informasi dan pengalaman yang telah diketahui peserta

tentang penanganan pada luka fraktur.

6) Penyaji menjelaskan tentang hal yang dapat dilakukan untuk proses

penyembuhan luka fraktur di rumah.

7) Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan kesehatan.

8) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai selesai.

9) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar.

c. Evaluasi Hasil

3

Page 4: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

1) Peserta memahami tentang cara membatu sosialisasi (interaksi sosial)

pasien gangguan jiwa setelah perawatan di rumah sakit.

2) Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan kesehatan sesuai yang

diharapkan.

3) Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai

8. Pengorganisasian :

Moderator : Putu Anik Aryaningsih

Pembicara : Ni Ketut Ayu Nurcahyani

Fasilitator : Adi Parwata

Observer : Alit Saputri

Anggota : Agus Murdika

9. Job Description :

a. Moderator

Membantu penyaji dalam mengorganisasikan anggota penyuluhan, membuka dan

menutup penyuluhan, memimpin jalannya proses diskusi

b. Penyaji

Menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan

c. Observer

Mencatat dan mengevaluasi proses berlangsungnya penyuluhan, meliputi

penilaian kerja masing-masing personil, mencatat pertanyaan dan feedback dari

peserta

d. Fasilitator

1) memfasilitasi dan memotivasi anggota penyuluhan untuk

berperan aktif

2) memfokuskan kegiatan

3) membantu mengkoordinasikan anggota kelompok

4

Page 5: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

Peserta Peserta Peserta Peserta

Flipchart PenyajiModerat

or

Peserta Fasilitator Peserta Peserta

PesertaPeserta Peserta Peserta

Peserta Peserta Peserta Peserta

Observer

10. Setting

5

Page 6: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

Lampiran Materi

1. Definisi

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah

yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan adalah

perilaku individu yang dapat membahayakan orang, diri sendiri baik secar fisik,

emosional, dan atau seksualitas (Nanda, 2005). Perilaku kekerasan atau agresif

merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara

fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2000).

2. Penyebab

Menurut Stearen, kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,

cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya kemarahan terbagi atas faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

a. Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor

predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan

jika faktor berikut dialami oleh individu :

1) Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat

timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu

perasaan ditolak, dihina, dianiayaan atau saksi penganiayaan juga berpengaruh.

Sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang

diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan

cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa

mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya maka dia menghadapinya

dengan kekerasan.

2) Perilaku

6

Page 7: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini

menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. Manusia pada

umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin

dihargai dan diakui statusnya. Sehingga Kebutuhan akan status dan prestise

juga mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan kekerasan

3) Sosial budaya

Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial

yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah

perilaku kekerasan diterima (permisive).

4) Bioneurologis

Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal

dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya

perilaku kekerasan.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan

orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,

ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku

kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan

yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan

kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif

dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu mempunyai

kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya

individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas

tersinggung, lekas marah, dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian individu

tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan

ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan

negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai

keinginan.

7

Page 8: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

3. Rentang respons marah

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi

oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan

perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan

kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu :

Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini cara

yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif. Dengan

melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini

dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan

lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan

ngamuk.

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang

respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6).

a. Assertif

Mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa

merendahkan harga diri orang lain.

b. Frustasi

Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan yang tidak

realistis. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat

dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

c. Pasif

Respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.

d. Agresif

Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu.

Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat

bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan

mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain. Tindakan destruktif terhadap

lingkungan yang masih terkontrol.

e. Mengamuk

8

Page 9: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada

keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

Tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.

4. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah

sebagai berikut:

a. Fisik

1) Muka merah dan tegang

2) Mata melotot/ pandangan tajam

3) Tangan mengepal

4) Rahang mengatup

5) Postur tubuh kaku

6) Jalan mondar-mandir

b. Verbal

1) Bicara kasar

2) Suara tinggi, membentak atau berteriak

3) Mengancam secara verbal atau fisik

4) Mengumpat dengan kata-kata kotor

5) Suara keras

6) Ketus

c. Perilaku

1) Melempar atau memukul benda/orang lain

2) Menyerang orang lain

3) Melukai diri sendiri/orang lain

4) Merusak lingkungan

5) Amuk/agresif

d. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,

tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan

menuntut.

e. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

9

Page 10: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

f. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,

menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

g. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

h. Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

5. Akibat Dari Perilaku Kekerasan

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi

dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,

memecahkan perabot, membakar rumah dll.

6. Hal - hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai keluarga yang

mempunyai perilaku kekerasan

a. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan minat

bakat anggota keluarga yang mengalami risiko perilaku kekerasan sehingga

diharapkan dapat meminimalisir kejadian perilaku kekerasan.

b. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak terkait

contohnya badan konseling, RT, atau RW dalam membantu menyelesaiakan

konflik sebelum terjadi tindakan kekerasan.

c. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat membahas dan

melaporkan perkembangan anggota keluarga yang mengalami risiko pelaku

kekerasan terutama dari segi kejiwaan antara pengajar dengan pihak keluarga

terutama orangtua.

7. Peran keluarga Dalam Penanganan Perilaku Kekerasan

a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :

1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota keluarga

2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota keluarga yang

berada dalam kesulitan

3) Saling menghargai pendapat dan pola pikir

4) Menjalin keterbukaan

10

Page 11: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

5) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan

6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha memperbaiki

kekurangan tersebut

7) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan pada

anggota keluarga untuk mengugkapkan perasaannya untuk membantu kien

dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.

8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum obat anggota

dengan risiko pelaku kekerasan dan mendiskusikan tentang pentingnya

minum obat dalam mempercepat penyembuhan.

9) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah

dilatih di rumah sakit.

10) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan klien untu mengendalikan marah.

11) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan anggota keluarga

risiko pelaku kekerasan.

12) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir kesempatan

melakukan perilaku kekerasan

b. Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan klien :

1) Menarik nafas dalam

2) Memukul-mukul bantal

3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien

mengucapkan apa yang tidak disukai klien

4) Melakukan kegiatan keagamaan seperti berwudhu’ dan

shalat

5) Mendampingi klien dalam minum obat secara teratur.

c. Bila Klien dalam PK

Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu membawa klien

ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahan utamakan keselamatan diri

klien dan penolong.

11

Page 12: 126650491-SAP-Prilaku-kekerasan.doc

Daftar pustaka

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI;

Jakarta.

WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ;

Jakarta.

Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis

Mosby Year Book, 1995

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Anonim. 2011. Cegah dan hindari kekerasan, diakses tanggal 22 Mei 2011. Jam 14.30

dari http://www.orangtua.org/cegahdanhidarikekerasan=804

12