Lp Prilaku Kekerasan

35
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA PAKEM YOGYAKARTA Disusun Oleh : MAYANG HUSAG 3213047 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN V SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2013

description

LP Perilaku kekerasan

Transcript of Lp Prilaku Kekerasan

Page 1: Lp Prilaku Kekerasan

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA PAKEM

YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

MAYANG HUSAG

3213047

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2013

Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta

Telp (0274) 434200

Page 2: Lp Prilaku Kekerasan

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA PAKEM

YOGYAKARTA

Telah disetujui Pada:

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

( Mayang Husag)

Pembimbing Akademik Pembingbing Klinik

( ) ( )

Page 3: Lp Prilaku Kekerasan

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN ( MARAH / AMUK)

A. Pengertian

1. Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart Sundeen, 2006).

Respon marah ini bisa bermacam-macam, tergantung kepribadian

seseorang. Bagi yang mempunyai tenaga atau kekuataan, maka ia bisa

mengekspresikan kemarahannya. Namun apabila seseorang tidak

mempunyai kekuatan untuk marah maka akan diekspresikan dengan diam.

2. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart

dan Sundeen, 2006).

3. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri

maupun orang lai, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak

terkontrol (Kusumawati dan Hartono, dalam Direja 2011).

4. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis

(Berkowitz, dalam Direja 2011).

5. Perilaku kekerasan atau amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,

manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik

emosional yang belum dapat diselesaikan.

B. Situasi-Situasi yang Menyebabkan Marah

1. Kebutuhan yang tidak terpenuhi

2. Menyinggung harga diri.

3. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan

Page 4: Lp Prilaku Kekerasan

C. Penyebab Perilaku Kekerasan

Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang

tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor

yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,

kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.

Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai

tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia

merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu

dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya

misalnya dengan kekerasan.

Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan

yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya

individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak,

lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.Kebutuhan akan status dan

prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk

mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

D. Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor

predisposisi yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami

oleh individu :

a. Psikologis; kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang

kemudian dapat timbul agresif atau amuk.

b. Perilaku, reinforcement yang diteima ketika melakukan kekerasan,

sering mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimuli

mengadopsi perilaku kekerasan.

c. Sosial budaya; budaya tertutup, control sosial yang tidak pasti

terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku

kekerasan diterima

d. Bioneurologis; kerusakan sistem limbic, lobus frontal/temporal dan

ketidakseimbangan neurotransmiser.

Page 5: Lp Prilaku Kekerasan

Beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan.

(Yosep, 2009):

a. Teori biologic

1) Neurologic factor, beragam komponen dari system syaraf seperti

synap, neurotransmitter, dendrite, axon terminalis mempunyai

peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan

yang akan mempengaruhi sifat agresif. System limbic sangat

terlibat dalam menstimulasi timbulnya prilaku bermusuhan dan

respon agresif.

2) Genetic factor, adanya factor gen yang diturunkan melalui orang

tua, menjadi potensi prilaku agresif. Menurut riset Kazoo

Murakami (2007), dalam gen manusia terdapat dormant (potensi

agresif yang sedang tidur) dan akan bangun jika terstimulasi oleh

factor eksternal. Menurut penelitia genetic tipe kario XYY, pada

umumnya dimiliki oleh penghuni prilaku tindak criminal serta

orang-orang yang terlibat prilaku hukum agresif.

3) Cyrcardian Rhytm (irama sirkadian), memegang peranan pada

individu. Menurut penelitan, jam-jam tertentu manusia mengalami

peningkatan cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti

menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan

sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah

terstimulasi untuk bersikap agresif.

4) Biochemistry Faktor (factor biokimia tubuh) neurotransmitter di

otak (epinephrine, noripinephrin, dopamine, asetilkolin dan

serotonin) sangat berperan dalam menyampaikan informasi melalui

persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang

mengancam atau membahayakan akan di hantar melalui implus

neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui

implus neurotransmitter dan meresponnya melalui serabut an

hormonefferent. Peningkatan hormon androgen dan norepinephrin

Page 6: Lp Prilaku Kekerasan

serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan serebrospinal

vertebra dapat menjadi factor predisposisi terjadi perilaku agresif.

5) Brain Area Disorder ganguan pada system limbic dan lobus

temoral, sindrom otak orgaik, tumor otak, trauma otak, penyakit

ensefpalitis, epilepsy di temukan sagat berpengaruh terhadap

prilaku agresif dan tindak kekerasan.

b. Teori psikologik

1) Teori psikoanalisa. Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi

oleh riwayat tumbuh kembang seseorang . teori ini menjelaskan

bahwa adanya ketidak puasan fase oral antara usia 0-2 tahun

dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan

kebutuhan air susu yang cukup cendrung mengembangkan sikap

agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya

ketidak percayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya

kepuasan dan rasa aman mengakibatkan tidak berkembangnya ego

dan membuat konsep diri yang rendah . perilaku agresif dan tindak

kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa

ketidak berdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak

kekerasan.

2) Imitation, modeling,and imfomation processing theory; Menurut

teori ini prilaku kekerasan biasa berkembang dalam lingkungan

yang mentolerir kekerasan . adanya contoh, model dan prilaku

yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan

individu meniru prilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa

anak dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada

boneka dengan reward positif (makin keras pukulannya akan diberi

coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihi dan

mencium boneka tersebut dengan reward positif juga (makin baik

belaiannya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan

diberi boneka ternyata masing-masing anak berprilaku sesuai

dengan tontonan yang pernah dialaminya.

Page 7: Lp Prilaku Kekerasan

3) Learning theory. Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar

individu terhadap lingkungan terdekatnya . ia mengamati

bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati

bagaimana respon ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan

agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya,

menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk

diperhitungkan.

c. Teori sosiokultural

Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah , rebutan uang

receh, sesaji atau kotoran kerbau dikeraton, serta ritual-ritual yang

cendrung mengarah kepada kemusrikan secara tidak langsung turut

memupuk sikap agresif dan ingin menang sendiri. Control masyarakat

yang rendah dan kecendrungan menerima perilaku kekerasan sebagai

cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan factor

predisposisi terjadinya prilaku kekerasan . hal ini dipicu juga dengan

maraknya demonstrasi , film-film kekerasan , mistik ,tahayul, dan

perdukunan dalam tayangan televise.

d. Aspek religiusitas

Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas

merupakan dorongan dan bisikan syetan yang sangat menyukai

kerusakan agar manusia menyesal. Semua bentuk kekerasan adalah

bisikan syetan melalui pembuluh darah ke jantung, otak dan organ

vital manusia lain yang dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi

bahwa kebutuhan dirinya terancam dan harus segera dipenuhi tetapi

tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama (super ego).

E. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klie, lingkungan atau

interaksi dengan orang lain, kondisi klien seperti kelemahan fisik

(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, dan percaya diri kurang

dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi

Page 8: Lp Prilaku Kekerasan

lingkungan yang rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,

kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan

penyebab yang lain. Interaksi social yang provokatif dan konflik dapat

pula memicu perilaku kekerasan.

Bersumber dari klien (kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak

berdayaan, percaya diri kurang), lingkungan (ribut, padat, kritikan

mengarah penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan

kekerasan) dan interaksi dengan orang lain( provokatif dan konflik)

(Budiana Keliat, 2004).

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan menurut Yosep

(2009), sering kali berkaitan dengan;

a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng

sekolah, perkelahian massal, dan sebagainya

b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social

ekonomi.

c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta

tidak membiasakan dialog untuk memecahakan masalah cendrung

melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik

d. Ketidak siapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan

ketidak mampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa

e. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat atau

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat

menghadapi rasa frustasi

f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan, atau frustasi terhap perkembangan

kelurga.

Page 9: Lp Prilaku Kekerasan

F. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

( Budiana Keliat, 1999)

G. Rentang Respon Marah

1. Assertif

Marah yang terus terang dan dapat mengemukakan alasan, seseorang pada

tahap ini bisa mengemukakan kemarahannya/rasa ketidak setujuannya,

tanpa menyinggung perasaan lawan bicara.

2. Frustasi

Suatu proses yang menyebabkan terhambatnya pecnapaian tujuan. Disini

marah yang sebetulnya ingin diekspresikan dan kita punya kekuatan untuk

mengekspresikan kemarahan tersebut, tapi kita masih mempertimbangkan

untung ruginya jika kita marah. Umumnya terjadi pada orang yang status

sosialnya dibawah orang yang menjadi sumber kemarahan tadi. Pada

tingkat ini kemampuan marah ada tetapi tidak terungkap karena adanya

pertimbangan tertentu.

3. Pasif

Perilaku yang merasa tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya

sehingga kemarahan tersebut hanya bisa dipendam.

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Agresif Pasif Amuk

Perilaku Kekerasan/amuk

Page 10: Lp Prilaku Kekerasan

4. Agresif

Suatu perilaku yang menyertai rasa marah. Marah yang diekspresikan tapi

masih ada pertimbangan-pertimbangan sehingga kemarahan masih bisa

dikontrol.

5. Amuk/Marah

Rasa marah yang diekspresikan dengan kehilangan kontrol. Marah ini

sangat tidak dianjurkan karena bersifat destruktif dan tidak dapat

menyelesaikan masalah, justru akan menambah masalah baru.

H. Akibat dari perilaku Kekerasan

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi

mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan

suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang

lain dan lingkungan.

I. Proses Marah

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang

harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan

yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan

dapat menimbulkan kemarahan. Berikut ini digambarkan proses kemarahan :

(Beck, Rawlins, Williams, 1986, dalam Keliat, 1996)

Melihat gambar di atas bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan

melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan

menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif

sedang dua cara yang lain adalah destruktif.

Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa

bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan

dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak

sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.

Page 11: Lp Prilaku Kekerasan

J. Patoflowdiagram

Page 12: Lp Prilaku Kekerasan

K. Fungsi positif marah

Fungsi energi marah akan mengeluarkan banyak energi, baik marah

yang dipendam maupun yang diungkapkan

Fungsi ekspresi

Self promotional function dengan marah menunjukkan bahwa

seseorang yang marah mempunyai wibawa, ingin dihargai dan mempunyai

kemampuan.

Fungsi defensif Untuk melindungi diri

Potentialling function saat marah dapat mengembangkan diri,

memunculkan diri

L. Tanda dan Gejala Marah

Menurut Direja (2011), tanda gejala perilaku kekerasan meliputi;

1. Aspek biologis/fisik

Tekanan darah meningkat, tachicardi, wajah merah, pupil melebar,

ketegangan otot, rahang terkatup, postur tubuh kaku dan tangan dikepal,

Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah

memerah dan tegang, serta postue tubuh kaku.

2. Aspek Verbal

Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada

keras, kasar, ketus.

3. Aspek Emosional

Merasa tidak nyaman, tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam,

bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, sakit hati, mengalahkan dan

menuntut.

Menarik perhatian: bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

4. Aspek Intelektual

a. Peran panca indera: menerima respon,

b. Gangguan panca indera: penyimpangan persepsi, mendominasi, bawel,

cerewet, sarkasme, berdebat dan meremehkan, Menarik diri,

pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sendirian.

Page 13: Lp Prilaku Kekerasan

5. Aspek social

Interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya. Ungkapan marah

dipengaruhi oleh latar belakang budaya, bolos, melarikan diri, dan

melakukan penyimpangan social.

6. Perilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak

lingkungan, amuk/agresif.

7. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai-nilai dan moral mempengaruhi ungkapan marah

individu. Hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma yang dimiliki

menimbulkan kemarahan, misalnya: ada tetangga yang kumpul kebo,

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral,

dan kreativitas terhambat.

M. Cara-Cara Mengendalikan Marah

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengendalikan marah antara

lain :

1. Kenali kemarahan.

2. Ketahui penyebab.

3. Memikirkan akibat.

4. Mengedalikan marah.

N. Penatalaksanaan

Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:

a.   Medis

1) Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.

2)  Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.

3) Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan

menenangkan hiperaktivitas.

4) ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila

mengarah pada keadaan amuk.

  

Page 14: Lp Prilaku Kekerasan

Penatalaksanaan keperawatan

1) Psikoterapeutik

2) Lingkungan terapieutik

3) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

4) Pendidikan kesehatan

Penatalaksanaan Yang Sehat Untuk Mengontrol Marah

1. Secara fisik : Tarik nafas panjang dan dalam jika sedang

kesal/jengkel.

2. Secara verbal : Katakan bahwa anda sedang

kesal/tersinggung/marah,saya marah karena ibu tidak memenuhi keinginan

saya.

3. Secara sosial : Menyalurkan marah dengan kegiatan bermanfaat mis :

olah raga,curhat dengan keluarga,teman,guru dll.

4. Secara spiritual : Istighfar,wudlu,berdoa kepada Tuhan agar diberi

kesabaran,Sholat dan lain-lain.

O. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

a) Menyerang atau menghindar (fight of flight).

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf

otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan

darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl

meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva

meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan

otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan

disertai reflek yang cepat.

b) Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan

kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku

asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena

individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang

Page 15: Lp Prilaku Kekerasan

lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga

untuk pengembangan diri klien.

c) Memberontak (acting out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting

out” untuk menarik perhatian orang lain.

d) Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang

lain maupun lingkungan

P. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada

penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan

mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan

Sundeen, 1998 hal 33).

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena

adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah

untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998, hal 83)

a) Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan

penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah

melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan

kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi

ketegangan akibat rasa marah.

b) Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang

menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan

sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,

mencumbunya.

c) Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk

ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang

tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan

Page 16: Lp Prilaku Kekerasan

yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal

yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu

ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

d) Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,

dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan

menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada

teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.

e) Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan,

pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang

membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena

ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di

dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

Q. Perencanaan Pulang

Perawatan dirumah sakit akan lebih bermakna jika dilanjutkan

dirumah. Untuk itu semua rumah  sakit perlu membuat perencanaan pulang.

Perencanaan pulang dilakukan sesegera mungkin setelah klien dirawat dan

diintegrasikan didalam proses keperawatan.

Jadi bukan persiapan yang dilakukan pada hari atau sehari sebelum klien

pulang.

Tujuan perencanaan pulang:

a.  Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.

b.  Klien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungannya.

c.  Klien tidak terisolasi sosial

d.  Menyelenggarakan proses pulang yang bertahap (Kelliat, 1992).

Page 17: Lp Prilaku Kekerasan

R. Asuhan Keperawatan

1. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

1). Data Subyektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang

mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Objektif :

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,

menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perilaku kekerasan / amuk

1). Data Subyektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Obyektif

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan harga diri : harga diri rendah

1). Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-

apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan

malu terhadap diri sendiri.

Page 18: Lp Prilaku Kekerasan

2). Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri

hidup.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan perilaku kekerasan/amuk.

2) Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga

diri rendah.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk

1. Tujuan Umum: Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungannya

2. Tujuan Khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan:

a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut

nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

e) Beri rasa aman dan sikap empati.

f) Lakukan kontak singkat tapi sering.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan:

a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

Page 19: Lp Prilaku Kekerasan

b) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan

bermusuhan klien dengan sikap tenang.

c. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.

Tindakan :

a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan

saat jengkel/kesal.

b) Observasi tanda perilaku kekerasan.

c) Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang

dialami klien.

d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

Tindakan:

a) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.

b) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku

kekerasan yang biasa dilakukan.

c) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan

masalahnya selesai ?"

e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:

a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon

terhadap kemarahan.

Tindakan :

a) Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru

yang sehat

b) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

c) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

Page 20: Lp Prilaku Kekerasan

Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah

raga, memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang

memerlukan tenaga.

Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/

tersinggung.

Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah

yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku

kekerasan.

Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada

Tuhan untuk diberi kesabaran.

g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:

a) Bantu memilih cara yang paling tepat.

b) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

c) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam

simulasi.

e) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

h. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku

kekerasan

Tindakan :

1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang

telah dilakukan keluarga selama ini.

2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

3. Jelaskan cara – cara merawat klien :

Cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.

Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.

Membantu klien mengenal penyebab ia marah.

Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan

demonstrasi

Page 21: Lp Prilaku Kekerasan

i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

1. Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien

pada klien dan keluarga.

2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian

berhenti minum obat tanpa seizin dokter.

3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien,

obat, dosis, cara dan waktu).

4. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek

samping obat yang dirasakan.

5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter

jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.

6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

Diagnosa 2: Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep

diri : harga diri rendah

1. Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara

optimal

2. Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan :

a) Bina hubungan saling percaya; Salam terapeutik, Perkenalan

diri, Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang

disukai, Jelaskan tujuan pertemuan, Ciptakan lingkungan

yang tenang, Buat kontrak yang jelas ( waktu, tempat dan

topik pembicaraan ).

b) Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.

c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.

d) Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang

berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong

dirinya sendiri.

Page 22: Lp Prilaku Kekerasan

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan :

a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

b) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif

c) Utamakan memberi pujian yang realistis.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :

a) Diskusikan bersama klien kemampuan yang

masih dapat digunakan selama sakit

b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat

dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

d. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan

yang dimiliki.

Tindakan :

a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat

dilakukan setiap hari sesuai kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian,

bantuan total ).

b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi

klien.

c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh

klien lakukan.

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya

Tindakan :

a) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

b) Beri pujian atas keberhasilan klien.

c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan :

a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

dengan harga diri rendah.

Page 23: Lp Prilaku Kekerasan

b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).

St.Louis Mosby Year Book, 2006.

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :

EGC, 2005

Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 2005.

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.

Amino Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,

Bandung, RSJP Bandung, 2006.